13
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industri Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri menggambarkan kebersamaan suatu sistem industri suatu sistem industri bagi lingkungan, sehingga sistem industri tersebut dapat selalu mampu memproduksi barang dan jasanya terus menerus (berkelanjutan). Ekologi industri tidak lain adalah bagaimana mengatur atau mengelola aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu landasan yang berkelanjutan. Ekologi industri menyiratkan suatu hubungan yang erat dengan bidang ekologi. Dalam ekologi industri yang menjadi objek utama studinya adalah hubungan timbal balik antar perusahaan, baik dari sisi produk yang mereka hasilkan maupun proses yang mereka lakukan untuk berproduksi pada suatu wilayah, baik lokal, regional, nasional dan tingkatan sistem global. Sedangkan menurut Garner (1995), ekologi indsutri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Menurut Kristanto (2013), ekologi industri merupakan bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan, yaitu peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan di sekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Tujuan utama dari konsep ekologi industri adalah mengorganisasisistem industri sehingga dihasilkan suatu jenis oprasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Dalam konsep pembangunan industri berkelanjutan atau berkesinambungan ditekankan bahwa kegiatan proses industri, mulai dari bahan baku sampai dengan produk akhir tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, atau bila suatu kegiatan industri terpaksa harus mengeluarkan limbah yang berbahaya dan beracun, maka upaya optimal harus dilakukan untuk menekan konsentrasi limbah buangan itu hingga seminimal mungkin. Salah satu upaya optimal yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengukur efisiensi secara ekonomi dan lingkungan dengan menggunakan konsep eco-efficiency sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik,

BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Ekologi Industri

Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri menggambarkan

kebersamaan suatu sistem industri suatu sistem industri bagi lingkungan, sehingga

sistem industri tersebut dapat selalu mampu memproduksi barang dan jasanya terus

menerus (berkelanjutan). Ekologi industri tidak lain adalah bagaimana mengatur atau

mengelola aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu landasan yang berkelanjutan.

Ekologi industri menyiratkan suatu hubungan yang erat dengan bidang ekologi. Dalam

ekologi industri yang menjadi objek utama studinya adalah hubungan timbal balik antar

perusahaan, baik dari sisi produk yang mereka hasilkan maupun proses yang mereka

lakukan untuk berproduksi pada suatu wilayah, baik lokal, regional, nasional dan

tingkatan sistem global. Sedangkan menurut Garner (1995), ekologi indsutri adalah

suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga

diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi.

Menurut Kristanto (2013), ekologi industri merupakan bidang ilmu yang

difokuskan pada dua tujuan, yaitu peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas

lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai

suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan di sekelilingnya, melainkan

merupakan satu kesatuan. Tujuan utama dari konsep ekologi industri adalah

mengorganisasisistem industri sehingga dihasilkan suatu jenis oprasi yang ramah

lingkungan dan berkesinambungan.

Dalam konsep pembangunan industri berkelanjutan atau berkesinambungan

ditekankan bahwa kegiatan proses industri, mulai dari bahan baku sampai dengan

produk akhir tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, atau bila suatu kegiatan

industri terpaksa harus mengeluarkan limbah yang berbahaya dan beracun, maka upaya

optimal harus dilakukan untuk menekan konsentrasi limbah buangan itu hingga

seminimal mungkin.

Salah satu upaya optimal yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengukur

efisiensi secara ekonomi dan lingkungan dengan menggunakan konsep eco-efficiency

sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

5

dengan menggunakan sedikit energi dan sumber daya alam serta meminimumkan

dampak lingkungan.

2.1.1Eco-Efficiency

Eco-Efficiency merupakan salah satu bagian dari ekologi industri yang memilki

beberapa pengertian menurut para ahli. Terdapat beberapa pengertian menurut para

ahli. Terdapat beberapa pengertian Eco-Efficiency yang dapat dilihat sebagai

berikut:

Terminologi Eco-Efficiency pertama kali diperkenalkan oleh WBCSD (World

Business Council for Sustainable Development) pada tahun 1992. Menurut kamus

lingkungan hidup Republik Indonesia (2008), Eco-Efficiency didefinisikan sebagai

suatu konsep efisiensi yang memasukan aspek sumber daya alam dan energi atau

suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi

serta dampak lingkungan per unit produk. Sedangkan menurut Livio and Frank

(1997), Eco-Efficiency dapat dicapai melalui pengiriman barang dan jasa dengan

dengan harga yang kompetitif yang memenuhi kebutuhan manusia dan membawa

kualitas hidup, sementara secara progresif dapat mengurangi dampak lingkungan

dan intensitas sumber daya diseluruh siklus hidup, ke sebuah level dimana

setidaknya sejalan dengan perkiraan kapasitas yang dapat didukung oleh bumi.

Menurut Sari, dkk. (2012) menjelaskan bahwa Eco-Efficiency merupakan

strategi yang menggabungkan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip

efisiensi penggunaan sumber daya alam. Eco-Efficiency juga dapat diartikan

sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih

baik, dengan menggunkan sedikit energi dan sumber daya alam.

2.1.1.1Efisiensi

Efisiensi didefinisikan sebagai kesuksesan suatu unit dalam

memproduksi Output semaksimal mungkin dari jumlah input yang ada.

(Farrel, 1957). Efisiensi juga merupakan rasio antara output dengan

input Marsaulina N, 2011).

Rumus efisiensi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

6

Efisiensi = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

Menurut Stoner (1995), efisiensi merupakan tindakan

memaksimalkan hasil dengan menggunakan modal (tenaga kerja,

material dan alat) yang minimal. Sedangkan secara sederhana, menurut

Nopirin (1997), efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan.

2.1.1.2 Efisiensi Ekonomi

Menurut Nicholson (2003), menyatakan bahwa efisiensi ekonomi

adalah apapun pilihan teknik yang digunakan dalam perusahaan haruslah

meminimumkan biaya. Sedangkan menurut Farrel (1957), efisiensi dari

perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi

alokatif. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi

efisiensi ekonomi (economy efficiency). Suatu perusahaan yang dapat

dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut dapat

meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu

dengan suatu tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga

pasar yang berlaku.

A. Efisiensi Teknis

Menurut Kombhaker dan Lovell (2000), efisiensi teknis hanya

merupakan satu komponen dari efisiensi ekonomi secara

keseluruhan. Namun, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya

suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Dalam rangka

mencapai tingkat keuntungan yang maksimal, sebuah perusahaan

harus memproduksi output yang maksimal dengan jumlah input

tertentu (Efisiensi Teknis). Sedangkan menurut Farrel (1957),

Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam

menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia.

B. Efisiensi Alokatif

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

7

Menurut Kumbhaker dan Lovell (2000), efisiensi alokatif yaitu

memproduksi output dengan kombinasi yang tepat dengan tingkat

harga tertentu. Sedangkan menurut Farrel (1957), efisiensi alokatif

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan

penggunaan Input nya, dengan struktur harga dan teknologi

produksinya. Efisiensi alokatif juga merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output pada kondisi

minimasi rasio biaya dari input.

2.1.1.3 Efisiensi Lingkungan

Menurut Sari, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa Eco-Efficiency

merupakan strategi yang menggabungkan konsep efsiensi ekonomi

berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam, maka efisiensi

lingkungan adalah eisiensi penggunaan sumber daya alam untuk mencegah

pencemaran lingkungan dan limbah yang dihasilkan. Adapun, penggunaan

sumber daya alam yang dimaksud seperti bahan baku, energi, air dan

sebagainya. Menurut International Energy Agency, (2013) manfaat dari

efisiensi lingkungan atau energi adalah membuka lapangan kerja,

meningkatkan laba atau keuntungan, meningkatkan kesehatan dan kualitas

hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas dalam industri,

menghindarkan pembangunan dan penggunaan infrastruktur yang tidak perlu

dan mengurangi pengeluaran.

2.1.2Tujuan Eco-Efficiency

Berdasarkan pengertian Eco-Efficiency yang merupakan strategi yang

menggabungkan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi

penggunaan sumber daya alam. Maka menurut menurut Sari, dkk (2012) tujuan dari

Eco-Efficiency adalah untuk mengurangi dampak lingkungan per unit yang

diproduksi dan dikonsumsi sehingga dapat mencapai keuntungan karena

mempunyai daya saing dengan cara mengurangi sumber daya yang diperlukan bagi

terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

8

2.1.3 Prinsip Eco-Efficiency

Menurut WBSCD, prinsip-prinsip dalam Eco-Efficiency adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi penyebaran bahan beracun (toxic) dan beresiko kesehatan.

2. Maksimalisasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui, dan

meminimalisasi dampak lingkungan.

3. Memperpanjang daur hidup produk dan pengembangan pasar.

4. Meningkatkan nilai tambah produk dan jasa, dan memperluas pasar

2.1.4 Pengukuran Eco-Efficiency

Menurut Kicherer et al. (2007) analisis Eco-Efficiency telah berhasil

digunakan sebagai alat pengukuran yang bernilai untuk mengukur keberlanjutan.

Sebagai alat penting pengukuran keberlanjutan yang akan mencari peningkatan

perbaikan lingkungan yang menghasilkan manfaat ekonomi pararel, maka menurut

WBSCD (2000), Eco-Efficiency berkaitan dengan 3 tujuan umum, yaitu yang

berhubungan dengan konsumsi sumber daya, yang berpengaruh pada alam dan

nilai produk.

Berdasarkan tujuan umum WBSCD tersebut, Eco-Efficiency ratio

mengungkapkan seberapa efisien aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan barang

dan jasa alam. Peningkatan Eco-Efficiency dapat dicapai dengan mengurangi efek

lingkungan sekaligus meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi produk atau jasa

selama siklus hidup mereka. Penerapan eco-efficiency pda sektor bisnis pada

umumnya berdasarkan pada rasio dari nilai produk maupun jasa terhadap dampak

lingkungan yang dihasilkan oleh produk tersebut (Tak Hur et al, 2003) seperti yang

dapat dilihat pada persamaan dibawah :

𝐸𝑐𝑜 − 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡

𝐶𝑜𝑠𝑡+𝐸𝑛𝑣𝑖𝑟𝑜𝑛𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡

Nilai produk pada persamaan diatas didapatkan dari penjualan bersih produk

tersebut. Biaya dampak lingkungan yang dimaksud disini adalah jumlah konsumsi

energy, material, air dan juga emisi yang dihasilkan dalam memproduksi sebuah

produk.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

9

2.1.4.1 Identifikasi Aspek Eco-Efficiency

Proses identifikasi aspek Eco-Efficiency dilakukan berdasarkan

teori Eco-Efficiency dan kondisi dilapangan. Proses ini berguna untuk

menentukan faktor-faktor yang terlibat dalam penelitian. Variabel

sendiri dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mempunyai

variasi nilai dan besaran. Menurut Mcleod (2001), menyebutkan bahwa

input (masukan) adalah segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan

selanjutnya menjadi bahan untuk diproses sedangkan output (keluaran)

adalah hasil dari input yang sudah dilakukan pemrosesan sistem dan

keluaran dapat menjadi masukan untuk sistem lain.

Beberapa refrensi tentang input dan output yang digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menurut Nisa, dkk. (2015) menyebutkan bahwa input dan output

yang dugunakan dalam penelitian adalah kakao,air, solar, listrik

sebagai input dan biji kako kering dan kompos sebagai output.

2. Menurut Pulansari (2010), Input dan Output yang digunakan dalam

penelitiannya adalah jumlah karyawan, jumlah jam kerja produksi,

jumlah biaya oprasional, jumlah produk cacat, dan biaya bahan baku

sebagai input, sedangkan pendapatan, jumlah pelanggan, jumlah

produksi, jumlah produk kualitas no.1, harga jual produk no.1,

jumlah produk no.2, dan harga jual produk kualitas no.2 sebagai

output.

3. Menurut Nindita, dkk. (2012) menyebutkan bahwa input dan output

yang digunakan dalam penelitian adalah pemakaian bahan baku,

sumber daya (energi, air) sebagai input dan limbah padat, limbah

cair sebagai output.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya di atas yang

menyebutkan beberapa input dan output, maka input dan output yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah bahan baku karet dan

biaya oprasional sebagai input dan jumlah produk SIR (Standart

Indonesian Rubber), dan besar limbah padat.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

10

Menurut Matz, dkk. (1996) menyatakan bahwa biaya oprasional

adalah biaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan dan

berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan. Dimana biaya

oprasional terdiri dari:

A. Manufacturing cost

a. Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan

untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.

b. Biaya overhead pabrik adalah biaya dari bahan baku tidak

langsung dari semua biaya produksi lainya yang tidak

dibebankan langsung pada suatu produk

B. Commercial Expense

a. Beban pemasaran adalah semua biaya yang terjadi dalam

rangka memasarkan produk aau barang dagangan dimana biaya

tersebut timbul pada saat proses produksi diselesaikan dan

barang sudah dalam kondisi siap untuk dijual.

b. Beban administrasi meliputi biaya yang dikeluarkan dalam

mengatur dan mengendalikan organisasi meliputi biaya dalam

rangka penentuan kebijakan perusahaan secara keseluruhan.

2.1.4.2 Konversi Data Input dan Output

Menurut Tatari dan Kucukvar (2012), karena ketidakseimbangan

besarnya data, maka besarnya data kemudian dinormalisasikan.

Maksud dari normalisasi disini adalah dalam konteks konversi. Nilai

tiap input dan output kemudian dinormalisasikan atau dikonversi agar

memiliki satuan yang sama. Konversi dilakukan dengan cara

mengalikan nilai dari variabel tersebut dengan harga dari variabel per

satuan variabel tersebut.

2.1.4.3 Penetapan Input dan Output

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

11

Penetapan input dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku

karet dan oprasional, sedangkan menurut Tatari adn Kucuvrar (2012),

dan menurut Astina dan Hariyanto (2015), menjelaskan bahwa

penetapan output dengan nilai-nilai output berdasarkan hasil konversi

output adalah dengan menjumlahkan semua variabel output. Hal

tersebut dikarenakan dalam model ECODEA-1 yang hanya

menggunakan single output.

Menurut Tatari and Kucuvrar (2012), bobot bisa ditugaskan untuk

setiap katagori dalam penyebut . Eco-Efficiency ratio kemudian

dihitung dengan menggunakan DEA. Pembobotan setiap efek katagori

ditugaskan oleh DEA melalui pemrograman matematika yang teliti.

Selain itu, DEA cukup fleksibel untuk menggabungkan berbagai

tingkat subjektivitas yang diperlukan. Dan menurut Kuosmanen dan

Kortelainen (2005), DEA juga digunakan untuk mengukur eco-

effciency.

2.1.4.4 Keuntungan Pengukuran Eco-Efficiency

Menurut Livio and frank (1997), Ada beberapa keuntungan dari

pengukuran eco-effiiency. Diantaranya adalah:

1. Pemantauan kemajuan dari waktu ke waktu dapat dilakukan jika

dibandingkan dengan yang lain.

2. Memberikan pemahaman dasar yang baik untuk menetapkan

target bagian yang membutuhkan eco-effciency.

3. Membantu menetapkan prioritas-prioritas untuk sebuah tindakan.

4. Memutuskan program alternatif tindakan.

5. Memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan

eksternal.

Pengukuran eco-effciency yang sebenarnya harus menunjukan

bagaimana output yang lebih diperoleh dari sumber daya yang

diberikan atau efek lingkungan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

12

2.2 Data Envelopment Analysis (DEA)

Metode DEA pertama kalinya diperkenalkan oleh Farrel pada tahun 1957 kemudian

dikembangkan oleh Charness, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978 yang kemudian

dikenal dengan metode CRS atau metode Constan Return to Scale. Metode ini kemudian

dikenal dengan metode CCR.

2.2.1 Pengertian DEA

Terdapat beberapa refrensi dan sumber-sumber yang menjelaskan pengertian

DEA. Menurut Coellie et. Al (2005), DEA melibatkan penggunaan metode

pemrograman linear untuk menyusun sebuah bagian demi bagian daerah atau

wilayah non-parametrik (daerah atau garis batas) atas data tersebut. Pengukuran

efisiensi kemudian dihitung relatif terhadap daerah atau wilayah ini. Sedangkan

menurut Ramanathan (2003), DEA adalah teknik berbasis program linier untuk

mengukur efisiensi unit yang dinamakan Unit Pengembalian Keputusan atau

Decision Making Unit (DMU). Menurut Cooper, Seiford, dan Tone (2002), DEA

menggunakan teknis program matematis yang dapat menangani variabel dan batasan

yang banyak, dan tidak membatasi Input dan Output yang akan dipilih karena teknis

yang dipakai dapat mengatasinya.

Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi Constant

Return to Scale yang membawa implikasi pada bentuk efisien set yang linier. Hal

tersebut akan meberikan konsekuensi penilaian yang dimana penambahan satu unit

input harus menghasilkan penambahan satu unit output.

Dalam model CCR, untuk setiap entitas pengukuran DMU (Decision Making

Unit) dibentuk virtual input dan output yaitu pembobotannya input (vi) dan output

(yj) memiliki nilai yang belum diketahui. Nilai bobot akan ditentukan dengan

menggunakan teknik linear programing dengan fungsi tujuan memaksimalkan.

Dalam hal ini hanya beberapa kemungkinan akan terjadi bobot optimal, dan pada

umumnya akan berbeda untuk setiap DMU. Jadi dalam DEA bobot dihasilkan dari

data dan bukan ditentukan dari awal. Setiap DMU akan diarahkan kepada

penggunaan set bobot yang akan menghasilkan nilai tujuan terbaik oleh setiap DMU

tersebut.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

13

2.2.2 Decision Making Unit (DMU)

Menurut Thanassoulis (2001), Decision Making Unit adalah entitas-entitas yang

akan diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya. Adapun

menurut Ramanathan (2003), Decision Making Unit dapat mencakup unit

manufaktur, departemen organisasi besar seperti universitas, sekolah, cabang bank,

rumah sakit, pembangit listrik, stasiun polisi, kantor pajak, penjara, basis pertahanan,

satu set perusahaan atau bahkan individu terlatih seperti praktisi medis.

Ada dua faktor yang memengaruhi dalam pemilihan DMU, yaitu DMU harus

merupakan unit-unit yang homogen, dimana unit-unit tersebut melakukan tugas

(task) yang sama, harus berada pada kondisi yang sama dan memiliki objektif yang

sama, input dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali

berbeda hanya intensitas dan jumlah atau ukuranya. Serta hubungan antara jumlah

DMU terhadap jumlah input dan output kdangkala ditentukan berdasarkan “rule of

thumb” yaitu jumlah DMU diharapkan lebih bnayak dibandingkan jumlah input dan

output.

Menurut Pulansari (2010), Dewi (2015), dan Utama, dkk (2013), DMU yang

digunakan dalam penelitiannya adalah dalam satuan bulan yang masing-masing pada

bulan januari 2006 sampai bulan desember 2006 sebagai DMU 1 sampai DMU 12,

bulan januari 2015 sampai Mei 2015 sebagai DMU 1 sampai DMU 5 dan bulan

Januari 2012 sampai Oktober 2012 sebagai DMU 1 sampai DMU 10.

2.2.3 Model Matematis ECODEA-1 berbasis Model CCR

Model ECODEA-1 adalah model utama yang dipakai untuk menghitung nilai

eko-efisiensi tiap unit DMU, DMU dikatakan efisien jika ( = 1 ), tidak efisien ( < 1

). Menurut Tatari dan Kucukrar (2012), model DEA dikembangkan menjadi model

ECODEA-1 berbasis model CCR. Kuosmen dan Kortelainen (2005),

memperkenalkan pertama kali kelayakan dari model ini untuk perhitungan eco-

efficiency ratio. Model CCR bertransformasi ke dalam persamaan berikut untuk

memaksimalkan z atau eko-efisiensi relatif DMU yang dicari:

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

14

Max z = 𝑌j

∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚𝑖=1

Subject to 𝑌j

∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚𝑖=1

≤ 1

Vi > 0

Dimana notasi yang digunakan dalam model ECODEA-1 adalah:

Indeks : j : DMU, j =1,......,n

i : input, i = 1,...., m

Data : Yj : Nilai dari output dari DMU ke-j

Xij : Nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

Variabel Vi : Bobot untuk input i

Menurut Kortelainen (2008), menyatakan bahwa model ini tidak memaksa

pembatasan bobot pada input. Dengan demikian, bobot dipilih secara fleksibel

untuk input agar memungkinkan untuk memaksimalkan eco-efficiency relatif dari

DMU.

Menurut Tatari and Kucukrar (2012), untuk menyelesaikan model ini sebagai

sebuah program linier, maka dilinierkan dengan melakukan invers dari eco-

efficiency ratio sebagai berikut untuk meminimasi z-1 atau invers dari z yang berarti

eko-efisiensi relatif DMU yang dicari:

Min z-1 = ∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚

𝑖=1

𝑌𝑗

Subject to = ∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚

𝑖=1

𝑌𝑗 ≥ 1

Vi > 0

Keterangan :

Indeks : j : DMU, j = 1,.....,n

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

15

i : input, i = 1,.....,n

Data : Yj : Nilai output dari DMU ke-j

Xij : Nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

Variabel : Vi : Bobot untuk input i

Model matematis ini diselesaikan melalui linier programming, dan eco-

efficiency ratio diperoleh dengan melakukan inverse dari z.

2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan DEA

Menurut Trick (1996) menyatakan bahwa keunggulan dan kelemahan dari

merode DEA adalah sebagai berikut :

A. Keunggulan DEA

1. DEA tidak memerlukan hubungan fungsional antara variabel-variabel yang

diukur.

2. DMU dibandingkan secara langsung sesamanya.

B. Kelemahan DEA:

1. Bersifat simple specific

2. DEA merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat

berakibat fatal.

3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut

4. Uji hipotesis secara statistik DEA sulit dilakukan

5. Menggunakan Perumusan linear programming terpisah untuk siap DMU

(perhitungan secara manual sulit dilaukan apalagi untuk masalah yang skala

besar)

2.2.5 Analisa Variabel DEA

Menurut Singgih dan Chandra (2008), analisa variabel bertujuan untuk mengetahui

nilai bobot yang diberikan model terhadap tiap variabel-variabel input dan output.

Variabel yang mendapatkan nilai bobot yang besar berarti memiliki kontribusi atau

pengaruh yang besar terhadap efisiensi DMU dan sebaliknya, jika variabel yang

mendapatkan nilai bobot yang kecil berarti memiliki kontribusi atau pengaruh yang kecil

pula terhadap efisiensi DMU. Sebagai contoh dalam penelitian mereka yang juga

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1Ekologi Industrieprints.umm.ac.id/41436/3/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI . 2.1Ekologi Industri . Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri

16

menyebutkan bahwa variasi besar bobot yang diterima SPBU menunjukan bahwa setiap

variabel memberikan kontribusi yang berbeda pada setiap perusahaan, artinya jika variabel

tersebut lebih berpengaruh pada pengambilan keputusan pada suatu SPBU, sedangkan

variabel yang memiliki pengaruh yang kecil pula terhadap pengambilan keputusan pada

suatu SPBU.