Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah OCRA
Menurut Neville Stanton(2005) Occhipinti And Colombini mengembangkan
metode Occupational Repetitive Action (OCRA) Untuk menganalisis kemampuan
pekerja terhadap tugas yang meliputi berbagai faktor risiko anggota badan bagian
atas (pengulangan,sikap dan pergerakan tubuh yang kaku,dan lain-lain yang
didefinisikan sebagai”tambahan”.Metode OCRA sebagian besar berdasarkan
dokumen persetujuan dari komite teknis International Ergonomics Association
(IEA) mengenai gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs) dan mereka
menghasilkan indikator sintetik yang juga mempertimbangkan perputaran pekerja
dalam tugas- tugas yang berbeda. OCRA Index merupakan metode yang bersifat
prediktif terhadap risiko pekerjaan anggota tubuh bagian atas yang berhubungan
dengan gangguan Muskuloskeletal. Metode ini merupakan metode pertama yang
paling analitis dan dapat dipercaya. OCRA Index secara umum digunakan untuk
merancang,merancang ulang, untuk menganalisis secara mendalam pada stasiun
kerja dan tugas tugas. Berdasarkan OCRA Index, OCRA checklist merupakan
metode yang lebih sederhana dan disarankan untuk digunakan dalam pemeriksaan
awal pada stasiun kerja meliputi tugas tugas yang berulang.
2.2 Nordic Body Map
Nordic Body Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang
dikenal dengan musculoskeletal.sebuah sistem musculoskeletal (sitem Gerak)
adalah sistem organ yang memberikan hewan(dan manusia)kemampuan untuk
bergerak menggunakan sistem otot dan rangka.sistem muskuloskeletal
menyediakan bentuk, dukungan,stabilitas,dan gerakann tubuh
5
Gambar 2.1 Nordic Body Map (Corlett,1992 dalam Tarwaka 2004)
Melalui NBM seperti gambar 2.1 dapat diketahui bagian bagian otot yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman(agak
sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992).dengan melihat dan menganalisis peta
tubuh (NBM) seperti paa gambar 2.1, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat
keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.Cara ini sangat Sederhana
namun Kurang teliti karena mengandung subjejektitivitas yang tinggi.
2.3 Occupational Repetitive Actions (OCRA)
Menurut handbook Of Human Factors And Ergonomics Methods,2005
Occupational Repetitive Actions (OCRA) adalah pekerjaan terdiri dari satu atau
lebih tugas dalam satu shift kerja :
1. Dalam setiap pekerjaan,siklus adalah serangkaian tindakan teknis yang diulang
terus menerus dan selalu sama
2. Dalam setiap siklus, beberapa tindakan teknis dapat diidentifikasikan.Tindakan
teknis adalah operasi dasar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
dalam satu siklus.(misalnya mengambil, meletakan, memutar, menekan,
menarik, dan lain-lain)
Prosedur yang disarankan untuk menilai risiko harus:
1. Menunjukan dengan tepat pekerjaan repetitif dalam siklus dengan durasi
tertentu
6
2. Menemukan urutan dari tindakan teknis dalam siklus dari setiap pekerjaan
3. Menjelaskan dan menggolongkan faktor risiko dalam setiap siklus.
4.Menggabungkan data yang mengenai siklus disetiap pekerjaan dalam
keseluruhan shift kerja,menghitung durasi dan urutan dari setiap pekerjaan dan
periode pemulihan.
5. penilaian singkat dan terstruktur dari faktor risiko dari keseluruhan pekerjaan
Metode penilaian pada OCRA mengevaluasi empat faktor risiko utama,yaitu:
1. Pengualangan (repetitiveness)
2. Kekuatan (force)
3. Sikap dan pergerakan tubuh yang janggal (awkward posture and movements)
4. Kekurangan waktu pemulihan (lack of proper recovery periods).
Faktor tambahan lain juga dipertimbangkan,seperti faktor mekanis, faktor
lingkungan, dan faktor organisasi yang berkaitan dengan gangguan
musculoskeletal pada alat gerak bagian atas. Setiap faktor risiko yang
teridentifikasi dijelaskan dengan baik dan diklasifikasikan untuk mempermudah
mengidentifikasikan tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan.
Metode ini juga memilik kelebihan dan kelemahan diantaranya adalah:
1. Kelebihan metode OCRA
a. Dapat membuat analisis penyebab gangguan muskuloskeletal secara
mendetail
b. Dapat dikoneksikan derngan analisis Motion Time Measurment
c. Memprediksikan efeknya tehadap kesehatan
d. Dapat digunakan untuk mencari solusi dalam merancang ulang tempat kerja
e. mempertimbangkan rangkaian pekerjaan berulang yang kompleks dan
menghitung tingkat risikonya terhadap pekerja
2. Kelemahan Metode OCRA
a. Menggunakan waktu yang lama,terutama untuk pekerjaan yang kompleks.
b. sulit dalam menetapkan “tindakan teknis”
c.Membutuhkan video camera dalam pengumpulan data untuk melakukan
analisis dalam gerakan lambat (slow motion)
d. tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.
7
2.3.1 Penentuan OCRA Index
OCRA merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah tindakan teknis
aktual selam shift kerja,dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan
atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑂𝐶𝑅𝐴 =𝐴𝑇𝐴
𝑅𝑇𝐴 (2.1)
Dengan
ATA = Jumlah tindakan teknis yang dilakukan dalam 1 shift
RTA = Jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan dalam 1 shift
Tindakan teknis tidak boleh diidentifikasikan sebagai gerakan gabungan
Untuk membuat analisis frekuensi tindakan, digunakan satuan pengukuran
konvensional “tindakan teknis” dari anggota tubuh bagian atas.Definisi ini sangat
mirip dengan elemen pengukuran waktu (method Time measurement/MTM).
2.3.1.1 Tindakan Teknis Aktual (Actual Technical Actions/ATA)
Jumlah keseluruhan tindakan teknis (Actual Technical actions/ATA),dalam
sebuah shift dapat dihitung dengan analisis organisasi (jumlah tindakan per siklus
dan jumlah tindakan permenit,dikalikan dengan durasi pekerjaan berulang untuk
mendapatkan ATA).
Frekuensi adalah jumlah tindakan yang terjadi dalam waktu tertentu.
Tindakan teknis adalah tindakan manual dasar yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kegiatan dalam satu siklus.untuk menguraikan tindakan
teknis.perlu dibuat suatu rekaman video dari pekerjaan, yang kemudian diputar
kembali dengan lambat(slow motion).berikut ini merupakan rumus untuk
menentukan frekuensi dan ATA.
Frekuensi =Σtindakan teknis x 60s
waktu siklus (2.2)
ATA=Frekuensi x Total Durasi Kerja (2.3)
Berikut ini merupakan kriteria untuk mendefinisikan dan menghitung
tindakan teknis:
1. Membawa (Move)
8
Mengangkut suatu objek ketujuan ditentukan dengan menggunakan tubuh bagian
atas.Membawa suatu objek lebih dari 2kg (dengan mengenggam) atau 1kg
(dengan menjepit) dan tubuh bagian atas bergerak mencapai jarak lebih dari.
2. Menjangkau (Reach)
Menggerakan /menggeserkan tangan kearah yang ditetapkan. Menjangkau suatu
objek dinyatakan sebagai tindakan teknis jika objek berada diluar jangkauan
tangan operator dan tidak dapat dicapai dengan berjalan,kemudian operator harus
menggerakan batang tubuh dan bahu untuk menjangkau objek.
3. Memegang /Mengambil (Grasp/take)
Menggengam suatu objek dengan tangan atau jari,untuk menyelesaikan suatu
tugas atau aktivitas. Sinonim:mengambil, memegang, menggengam lagi,
mengambil lagi.
4. Memegang dengan satu tangan, kemudian memegang kembali dengan tangan
lain (Grasp With One Hand, Grasp Again With Other Hand)
Tindakan mengoper suatu objekyang dari tangan yang satu ke tangan yang lain
dinyatakan sebagai dua tindakan teknis terpisah yaitu satu untuk tangan pertama
(memegang dengan satu tangan) dan satu tangan untuk yang tangan yang kedua
(memegang kembali dengan tangan lain)
5. mengarahkan (position)
Mengarahkan suatu objek atau alat ke dalam suatu titik
tujuan.sinonim:memposisikan,menyandarkan,menaruh,menyusun,menurunkan,
memposisikan kembali,menaruh kembali dan lain lain.
6. Meletakan pada, Menarik Keluar (Putting In, Pulling Out)
Meletakan pada atau menarik keluar dinyatakan sebagai tindakan teknis jika
penggunaan dari kekuatan diperlukan.
7. Menekan / Menarik (Push / pull)
Menekan atau menarik harus dihitung sebagai tindakan teknis karena pada
dasarnya harus menggunakan kekuatan , walaupun hanya sedikit. Sinonim:
mencabik, Mendorong
8. Melepaskan (Release, Let Go)
Melepaskan objek dengan cara membuka tangan atau jari.
9
2.3.1.2 Tindakan Teknis yang direkomendasikan (Recommended Technical
Action /RTA)
Rumus berikut ini adalah untuk menghitung jumlah keseluruhan dari
tindakan teknis yang direkomendasikan (Recommended Technical Action / RTA)
dalam sebuah shift
𝑅𝑇𝐴 = Σj=1 n [CF(Ff x Fp x Fs x Fc)x D]x (Fr x Fd) (2.4)
Dengan
n = Jumlah gerakan berulang tiap shift
j = Pekerjaan yang memiliki gerakan berulang tubuh bagian atas
CF = Frekuensi konstan= 30 tindakan/menit
Ff = Faktor kekuatan
Fp = Faktor Postur
Fs = Faktor stereotipe
Fc = Faktor tambahan
D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang memiliki gerakan repetitif
Fr = Faktor kekurangan waktu pemulihan
Fd = Faktor durasi
Berdasarkan Rumus 2.2 diatas, faktor faktor yang digunakan sebagai
pengali RTA adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kekuatan
Kekuatan adalah gambaran langsung yang dibutuhkan menyelesaikan tindakan
teknis dalam rangkaian kegiatan. Penggunaan kekuatan secara berulang
digolongkan sebagai faktor risiko untuk gangguan musculoskeletal.. Cara untuk
menilai penggunaan kekuatan adalah CR-10 Borg. Kekuatan yang dikeluarkan
dapat diperkirakan dengan skala yang diusulkan oleh Borg (skala CR-10 Borg).
Skala ini dapat mendeskripsikan beban otot yang dirasakan . tindakan yang
memerlukan kekuatan otot paling kecil, diberikan nilai 0,5 pada skala Borg
seperti pada tabel 2.1. Kemudian nilai ini dijadikan sebagai acuan untuk menilai
tindakan- tindakan lainnya. Setelah prosedur dilaksanakan, kemudian menghitung
rata rata skor untuk keseluruhan siklus.
10
Tabel 2.1 Skala CR-10 Borg dan Faktor Kekuatan
Level Kekuatan(%) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 ≥50
Skala CR-Borg 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 ≥ 5
Faktor Kekuatan (Ff) 1 0.85 0.75 0.65 0.55 0.45 0.35 0.2 0.1 0.01
Nilai dapat di intropolasi
Sumber: Handbook Of Human Factor Anda Ergonomics Methods,2005
Penentuan kekuatan dapat dihitung setelah penentuan Frekuensi tindakan
teknis.Untuk melakukan pengukuran kekuatan, peneliti harus mengetahui
bagaimana siklus kerja, terutama urutan dan identitas kekuatan yang diperlukan
didalam suatu siklus serta melakukan wawancara secra langsung pada pekerja
atau supervisor dengan kriteia skala seperti pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Skala Cr 10 Borg
BORG SCALE
Value Description value Description
0.5 Extremely light 6
1 Very Light 7 Very Hard
2 Light 8
3 Moderate 9
4 10 Extremelyhard
(almost Maximum)
5 Hard
Sumber:Risk Analysis and Management of Repetitive Actions,2017
2. Faktor Postur (Fp)dan Gerakan yang janggal
Postur dan pergerakan tubuh bagian atas merupakan faktor penting yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan Musculoskeletal. Penilaian postur dan gerakan
harus dilakukan pada empat segmen utama yakni kanan dan kiri meliputi : bahu,
siku, pergelangan tangan dan genggaman tangan.
Penilaian postur dan gerakan harus dilakukanpada empat segmen utama tangan
kanan dan kiri antara lain:
11
a. Postur dan gerakan bahu (flexion,extension,abduction)
Gambar 2.2 Arm Flexion (Colombini dkk, 2017)
Gambar 2.3 Arm Abduction (Colombini dkk, 2017)
Gambar 2.4 Arm extension (Colombini dkk, 2017)
Setelah identifikasi gerakan pada bahu dilakukan,
Kemudian memberi skor sesuai dengan proporsi gerakan yang dilakukan selama
satu siklus seperti pada tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 skor gerakan bahu
% Abduction
45°
Extension Flexion-Abduction 80°
5% 0.25 0.25 2
10% 0.5 0.5 4
15% 1.3 1.3 6
12
20% 2.4 2.4 8
25% 4 4 10
30% 4 4 12
35% 4,4 4,4 14
40% 5.2 5.2 16
45% 6.5 6.5 19
50% 8 8 24
55% 8 8 24
60% 8.3 8.3 24.6
65% 8.9 8.9 25.5
70% 9.7 9.7 26.8
75% 10.7 10.7 28
81% 12 12 28
>84% 12 12 28
Sumber: Risk Analysis and Management of Repetitive Actions,2017
b. Gerakan siku (flexions- Extensions, prono-supinations of the forearm).
Gambar 2.5 Elbow Flexion – extension (Colombini dkk,2017)
Gambar 2.6 Elbow Pronation-supination(Colombini dkk,2017)
Setelah identifikasi gerakan pada siku dilakukan kemudian memberi skor seperti
pada tabel 2.4 berikut:
13
Tabel 2.4 skor gerakan siku
% Flexion/extension Pronation Supination°
5% 0. 0 0.25
10% 0.3 0.3 0.5
15% 0.7 10.7 1.3
20% 1.3 1.3 2.4
25% 2 2 4
30% 2 2 4
35% 2.2 2.2 4.4
40% 2.5 2.5 5.2
45% 3.1 3.1 6.5
50% 4 4 8
55% 3 4 8
60% 4.1 4.1 8.3
65% 4.3 4.3 8.9
70% 4.7 4.7 9.7
75% 5.3 5.3 10.7
81% 6 6 12
>84% 5 6 12
Sumber :risk Analysis amd Management of Repetitiv Action,2017
c. Postur dan gerakan pergelangan tangan (flexions-extensions,radio-ulnar
deviations).
Gambar 2.7 Elbow extension – Flexion (Colombini dkk,2017)
Gambar 2.8 Elbow Radioulnar Deviation (colombini dkk, 2017)
14
Setelah identifikasi gerakan pada pergelangan tangan dilakukan,kemudian
memberi skor seperti pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 skor gerakan pergelangan tangan
% Radioulnur Flexion extension°
5% 0. 0.25 0.25
10% 0.3 0.5 0.5
15% 0.7 1.3 1.3
20% 1.3 2.4 2.4
25% 2 4 4
30% 2 4 4
35% 2.2 4,4 4,4
40% 2.5 5.2 5.2
45% 3.1 6.5 6.5
50% 4 8 8
55% 3 8 8
60% 4.1 8.3 8.3
65% 4.3 8.9 8.9
70% 4.7 9.7 9.7
75% 5.3 10.7 10.7
81% 6 12 12
>84% 6 12 12
Sumber :Risk Analysis and Managemen of repetitive Actions, 2017
d. Genggaman tangan
Gambar 2.9 Wide Grip (3-4)(Colombini dkk,2017)
15
Gambar 2.10 pinch( Colombini dkk, 2017)
Gambar 2.11 Palmar grip (colombini dkk, 2017)
Gambar 2.12 Hook Grip(Colombini dkk, 2017)
Setelah identifikasi gerakan pada genggaman dilakukan,kemudian memberi skor
seperti pada tabel 2.6 berikut
Tabel 2.6 Skor gerakan genggaman
% Wide grip Narrow Grip Pinch Palmar/hook
5% 0 0. 0.2 0.25
10% 0.15 0.3 0.4 0.5
15% 0.35 0.7 1 1.3
20% 0.6 1.3 1.8 2.4
25% 1 2 3 4
30% 1 2 3 4
35% 1.05 2.2 3.3 4.4
40% 1.2 2.5 3.8 5.2
45% 1.5 3.1 4.7 6.5
50% 2 4 6 8
55% 2 3 6 8
60% 2.05 4.1 6.2 8.3
65% 2.2 4.3 6.6 8.9
70% 2.4 4.7 7.2 9.7
16
75% 2.7 5.3 8 10.7
81% 3 6 9 12
>84% 3 6 9 12
Sumber:Risk Analysis and Management Of Repetitive Actions,2017
Untuk menentukan skor faktor postur dan gerakan dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 faktor postur (Fp) dan gerakan janggal
Skor Faktor Postur (Fp) dan gerakan janggal
0 1
0.4 0.7
5.4 0.6667
6.7 0.6333
8 0.6
9.4 0.5667
10.7 0.5333
12 0.5
13.4 0.4433
14.7 0.3867
16 0.33
17.4 0.2533
18.7 0.1767
20 0.1
21.4 0.09
22.7 0.08
24 0,07
25.4 0.0567
26.7 0.0433
28 0.03
Sumber : Risk analysis and management of Repetitive Actions,2017
Setelah melakukan penilaian terhadap masing masing postur yang terpilih
menjadi faktor postur (Fp) adalah skor tertinggi dari bahu, siku, pergelangan
tangan dan genggaman.
17
3. Faktor Stereotypy(Fs)
Faktor stereotypy merupakan tindakan yang memiliki durasiwaktu siklus lebih
dari 50%.Dikatakan stereotypy tinggi apabila tindakan teknis memiliki frekuensi
yang berulang ( 4kali dalam 1menit )dengan tindakan teknis yang sama.
Steoreotypy dilakukan untuk mengidentifikasi tindakan teknis yang dilakukan
dalam postur yang sama (postur janggal atau tidak janggal) atau tindakan dari
sekelompok yang dilakukan dalam postur yang berbeda namun dilakukan pada
siklus yang sangat pendek ( 15 detik).berikut ini merupakan skor yang diberikan
pada gerakan stereotypy yang ditunujkan pada tabel 2.8
Tabel 2.8 skor stereotypy
Stereotypy tinggi:skor 4 Faktor stereotypy
A1 Waktu siklus>80% 0.7
A2 Waktu siklus<8 detik
Stereotypy menengah :skor 2
B1 Waktu siklus>50% 0.85
B2 Waktu siklus<15 detik
Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005
4. Faktor Waktu Pemulihan (Fr)
Periode pemulihan adalah waktu selama satu atau lebih tangan pada posisi
diam atau istirahat. Berikut ini dapat dianggap sebagai periode pemulihan:
a) Jam istirahat termasuk waktu makan siang.
b) Periode saat dimana pekerjaaan yang dilaksanakan tidak membutuhkan
otot(misalnya pekerjaan mengontrol secara visual atau pekerjaan yang
dilaksanakan hanya menggunakan salah satu tangan secara bergantian)
c) periode dalam satu siklus yang memungkinkan tangan beristirahat total.
Prosedur untuk melakukan pengamatan ini adalah harus memeriksa setiap
jam apakah ada waktu pemulihan yang cukup.untuk jam makan siang (jika ada),
dan untuk jam sebelum shift berakhir, dapat dianggap sebagai periode pemulihan.
Dengan dasar ada atau tidaknya periode pemulihan yang cukup dalam tiap jam
dari pekerjaan berulang dianalisis, maka setiap jam diperlakukan sebagai”tanpa-
18
risiko” atau “beriko”. Skor risiko dapat dilihat pada tabel 2.9 sedangkan faktor
periode pemulihan ditunjukan pada tabel 2.10
Tabel 2.9 skor risiko berdasarkan rasio waktu kerja dan istirahat
Rasio Waktu kerja dan Waktu istirahat 5:1 – 6:1 7:1– 11.1 >11.1
Skor 0 0.5 1
Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005
Tabel 2.10 tabel nilai risiko Kekurangan Periode Pemulihan dan Faktor Periode Pemulihan (Fr)
Nilai risiko Kekurangan Periode
Pemulihan
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Fr 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.45 0.25 0.1 0
Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005
5. Faktor Risiko Tambahan (FC)
Adapun faktor tambahan fisik-mekanik yang dapat meliputi:
a. Penggunaan alat yang bergetar.
b.Perlunya tingkat ketelitian yang tinggi(batas toleransi 1-2 mm dalam
memposisikan suatu potongan objek).
c.Tekanan yang terjadi pada bagian tangan selain telapak tangan oleh
perkakas,objek,atau daerah kerja.
d.Pemaparan dingin
e.Penggunaan sarung tangan yang menghambat kemampuan penanganan dalam
pekerjaan.
f. Objek memiliki permukaan yang licin
g. Diperlukan gerakan mendadak, menyobek,atau gerakan yang cepat.
h.tindakan teknis yang perlu dilakukan menyebabkan goncangan (seperti
memalu,memukul pada permukaan keras, dll)
Untuk setiap faktor fisik-mekanik,perlu diketahui berapa banyak waktu
(proporsi dari waktu siklus seperti1/3, 2/3, 3/3)faktor tersebut ada, menguraikan
frekuensi kejadian tindakan tersebut ada( terutama untuk gerakan mendadak dan
gerakan dengan goncangan). Jika faktor tambahan ini tidak ada, maka penilaian
19
skor tamabahan adalah sama dengan1.lihat penjelasan pada Tabel 2.11 dn Tabel
2.12
Tabel 2.11 skor tambahan
Skor faktor risiko tambahn 0-3 4-7 8-11 12-15 ≥16
Faktor pengali tambahan 1 0.95 0.90 0.85 0.80
Sunber:Risk analysisan management of repetitive actions,2017
Tabel 2.12 Keterangan Faktor Pengali
Faktor pengali Tambahan Keterangan
0.95 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada
selama 1/3 (25%-50%) dari waktu siklus
0.90 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada
selama 2/3 (51%-80%) dari waktu siklus
0.80 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada
selama 3/3 (>80%) dari waktu siklus
Sumber:handbook Of factor and ergonomics methods,2005
6. Faktor Durasi (Fd)
Faktor durasi didasarkan pada durasi atau lamanya pekerja melakukan
gerakan repetitif dalam 1 shift kerja. Untuk mengubah durasi pekerjaan berulang
menjadi faktor durasi (Fd), dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Durasi Pekerjaan Repetitif dan Faktor Durasi (Fd)
Durasi pekerjaan
berulang(menit)
<121 121-
180
181-
180
241-
300
301-
360
361-
420
421-
480
>480
Fd 2.0 1.7 1.5 1.3 1.2 1.1 1.0 0.5
Sumber: handbook Of human factor And Ergonomics Methods,2005
2.3.2 Klasifikasi Hasil OCRA Index
Setelah dilakukan perhitungan OCRA maka arti hasil perhitungan
OCRA,dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 2.14 berikut.
20
Tabel 2.14 Klasifikasi Hasil OCRA Index
OCRA index Area Keterangan
≤1.5 Hijau Optimal
1,6-2,2 Hijau – kuning Keadaan dapat diterima
2,3-3,5 Kuning – Merah Keadaan yang sangat berisiko sangat
rendah
3,6-4,5 Merah – Rendah Keadaan yang berisiko rendah
4,6-90 Merah – Menengah Keadaan yang berisko menengah
>9,1 Merah – Tinggi Keadaan Berisiko tinggi
Sumber:ISO 11228-3 Finish Institute Of Occupational Health Hedge, Handbook of Human Factor
and Ergonomics, 2005
Kriteria klasifikasi OCRA Index dapat ditetapkan dengan tindakan
pencegahan sebagai berikut ini:
1. Nilai index kurang dari atau sama dengan 1.5 menunjukan kondisi optimal
(area hijau atau tidak ada risiko).
2. Nilai index antara 1.6 -2.2 (area kuning – hijau atau risiko dapat diterima).
3. Nilai index antara 2.3 -3.5 (area kuning-merah atau risiko sangat rendah)
artinya, exposure tidak terlalu berat akan tetapi kondisi atau level tersebut
dapat menjadi lebih tinggi. Situasi seperti inisebaiknya dapat disiasati dengan
memperbaiki kondisi kerja.
4. Nilai index antara 3.6 – 4.5 (area merah- rendah atau risiko rendah). Situasi
seperti ini sebaiknya dapat disiasati dengan pengawasan kesehatan pendidikan
mengenai keseahatan dan traininng perbaiakan kondisi pekerjaan.
5. Nilai index antara 4.6- 9.o (area merah – menengah atau risiko menengah)
Situasi seperti ini sebaiknya dapat disiasati dengan pengawasan kesehatan,
pendidikan mengenai kesehatan dan training perbaikan kondisi pekerjaan.
6. Nilai index lebih dari 9.1( risiko tinggi) yang berati level exposure signifikan.
Kondisi pekerjaan harus diperbaiki dan monitoring dari dampak harus diatur
lagi.
21
2.3.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ( Left and Right Chart)
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah peta kerja setempat yang
bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua
gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun
kirisecara mendetail sesuai dengan elemen –elemen Therblig yang membentuk
gerakan tersebut.dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi maka langkah –
langkah perbaikan bisa di usulkan. Pembuatan peta kerja ini baru terasa
bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut terjadi berulang – ulang dan
dilakukan secara manual .Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang
dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip prinsip ekonomi gerakan
bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan diharapkan terjadi
keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan
kiri,sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan
yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun operator
fatigue yang minimum.(wignjosoebroto,2006)
2.3.3.1 Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Hand
Chart)
Menurut (sutalaksana, 2012),peta ini mempunyai kegunaan yang khusus,
diantaranya:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan – gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif , sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.
3. Sebagai alat untuk menganalisi tata letak sistem kerja
4. Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara kerja yang ideal