18
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRA Menurut Neville Stanton(2005) Occhipinti And Colombini mengembangkan metode Occupational Repetitive Action (OCRA) Untuk menganalisis kemampuan pekerja terhadap tugas yang meliputi berbagai faktor risiko anggota badan bagian atas (pengulangan,sikap dan pergerakan tubuh yang kaku,dan lain-lain yang didefinisikan sebagai”tambahan”.Metode OCRA sebagian besar berdas arkan dokumen persetujuan dari komite teknis International Ergonomics Association (IEA) mengenai gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs) dan mereka menghasilkan indikator sintetik yang juga mempertimbangkan perputaran pekerja dalam tugas- tugas yang berbeda. OCRA Index merupakan metode yang bersifat prediktif terhadap risiko pekerjaan anggota tubuh bagian atas yang berhubungan dengan gangguan Muskuloskeletal. Metode ini merupakan metode pertama yang paling analitis dan dapat dipercaya. OCRA Index secara umum digunakan untuk merancang,merancang ulang, untuk menganalisis secara mendalam pada stasiun kerja dan tugas tugas. Berdasarkan OCRA Index, OCRA checklist merupakan metode yang lebih sederhana dan disarankan untuk digunakan dalam pemeriksaan awal pada stasiun kerja meliputi tugas tugas yang berulang. 2.2 Nordic Body Map Nordic Body Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan musculoskeletal.sebuah sistem musculoskeletal (sitem Gerak) adalah sistem organ yang memberikan hewan(dan manusia)kemampuan untuk bergerak menggunakan sistem otot dan rangka.sistem muskuloskeletal menyediakan bentuk, dukungan,stabilitas,dan gerakann tubuh

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah OCRA

Menurut Neville Stanton(2005) Occhipinti And Colombini mengembangkan

metode Occupational Repetitive Action (OCRA) Untuk menganalisis kemampuan

pekerja terhadap tugas yang meliputi berbagai faktor risiko anggota badan bagian

atas (pengulangan,sikap dan pergerakan tubuh yang kaku,dan lain-lain yang

didefinisikan sebagai”tambahan”.Metode OCRA sebagian besar berdasarkan

dokumen persetujuan dari komite teknis International Ergonomics Association

(IEA) mengenai gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs) dan mereka

menghasilkan indikator sintetik yang juga mempertimbangkan perputaran pekerja

dalam tugas- tugas yang berbeda. OCRA Index merupakan metode yang bersifat

prediktif terhadap risiko pekerjaan anggota tubuh bagian atas yang berhubungan

dengan gangguan Muskuloskeletal. Metode ini merupakan metode pertama yang

paling analitis dan dapat dipercaya. OCRA Index secara umum digunakan untuk

merancang,merancang ulang, untuk menganalisis secara mendalam pada stasiun

kerja dan tugas tugas. Berdasarkan OCRA Index, OCRA checklist merupakan

metode yang lebih sederhana dan disarankan untuk digunakan dalam pemeriksaan

awal pada stasiun kerja meliputi tugas tugas yang berulang.

2.2 Nordic Body Map

Nordic Body Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang

dikenal dengan musculoskeletal.sebuah sistem musculoskeletal (sitem Gerak)

adalah sistem organ yang memberikan hewan(dan manusia)kemampuan untuk

bergerak menggunakan sistem otot dan rangka.sistem muskuloskeletal

menyediakan bentuk, dukungan,stabilitas,dan gerakann tubuh

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

5

Gambar 2.1 Nordic Body Map (Corlett,1992 dalam Tarwaka 2004)

Melalui NBM seperti gambar 2.1 dapat diketahui bagian bagian otot yang

mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman(agak

sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992).dengan melihat dan menganalisis peta

tubuh (NBM) seperti paa gambar 2.1, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat

keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.Cara ini sangat Sederhana

namun Kurang teliti karena mengandung subjejektitivitas yang tinggi.

2.3 Occupational Repetitive Actions (OCRA)

Menurut handbook Of Human Factors And Ergonomics Methods,2005

Occupational Repetitive Actions (OCRA) adalah pekerjaan terdiri dari satu atau

lebih tugas dalam satu shift kerja :

1. Dalam setiap pekerjaan,siklus adalah serangkaian tindakan teknis yang diulang

terus menerus dan selalu sama

2. Dalam setiap siklus, beberapa tindakan teknis dapat diidentifikasikan.Tindakan

teknis adalah operasi dasar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

dalam satu siklus.(misalnya mengambil, meletakan, memutar, menekan,

menarik, dan lain-lain)

Prosedur yang disarankan untuk menilai risiko harus:

1. Menunjukan dengan tepat pekerjaan repetitif dalam siklus dengan durasi

tertentu

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

6

2. Menemukan urutan dari tindakan teknis dalam siklus dari setiap pekerjaan

3. Menjelaskan dan menggolongkan faktor risiko dalam setiap siklus.

4.Menggabungkan data yang mengenai siklus disetiap pekerjaan dalam

keseluruhan shift kerja,menghitung durasi dan urutan dari setiap pekerjaan dan

periode pemulihan.

5. penilaian singkat dan terstruktur dari faktor risiko dari keseluruhan pekerjaan

Metode penilaian pada OCRA mengevaluasi empat faktor risiko utama,yaitu:

1. Pengualangan (repetitiveness)

2. Kekuatan (force)

3. Sikap dan pergerakan tubuh yang janggal (awkward posture and movements)

4. Kekurangan waktu pemulihan (lack of proper recovery periods).

Faktor tambahan lain juga dipertimbangkan,seperti faktor mekanis, faktor

lingkungan, dan faktor organisasi yang berkaitan dengan gangguan

musculoskeletal pada alat gerak bagian atas. Setiap faktor risiko yang

teridentifikasi dijelaskan dengan baik dan diklasifikasikan untuk mempermudah

mengidentifikasikan tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan.

Metode ini juga memilik kelebihan dan kelemahan diantaranya adalah:

1. Kelebihan metode OCRA

a. Dapat membuat analisis penyebab gangguan muskuloskeletal secara

mendetail

b. Dapat dikoneksikan derngan analisis Motion Time Measurment

c. Memprediksikan efeknya tehadap kesehatan

d. Dapat digunakan untuk mencari solusi dalam merancang ulang tempat kerja

e. mempertimbangkan rangkaian pekerjaan berulang yang kompleks dan

menghitung tingkat risikonya terhadap pekerja

2. Kelemahan Metode OCRA

a. Menggunakan waktu yang lama,terutama untuk pekerjaan yang kompleks.

b. sulit dalam menetapkan “tindakan teknis”

c.Membutuhkan video camera dalam pengumpulan data untuk melakukan

analisis dalam gerakan lambat (slow motion)

d. tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

7

2.3.1 Penentuan OCRA Index

OCRA merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah tindakan teknis

aktual selam shift kerja,dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan

atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑂𝐶𝑅𝐴 =𝐴𝑇𝐴

𝑅𝑇𝐴 (2.1)

Dengan

ATA = Jumlah tindakan teknis yang dilakukan dalam 1 shift

RTA = Jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan dalam 1 shift

Tindakan teknis tidak boleh diidentifikasikan sebagai gerakan gabungan

Untuk membuat analisis frekuensi tindakan, digunakan satuan pengukuran

konvensional “tindakan teknis” dari anggota tubuh bagian atas.Definisi ini sangat

mirip dengan elemen pengukuran waktu (method Time measurement/MTM).

2.3.1.1 Tindakan Teknis Aktual (Actual Technical Actions/ATA)

Jumlah keseluruhan tindakan teknis (Actual Technical actions/ATA),dalam

sebuah shift dapat dihitung dengan analisis organisasi (jumlah tindakan per siklus

dan jumlah tindakan permenit,dikalikan dengan durasi pekerjaan berulang untuk

mendapatkan ATA).

Frekuensi adalah jumlah tindakan yang terjadi dalam waktu tertentu.

Tindakan teknis adalah tindakan manual dasar yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan kegiatan dalam satu siklus.untuk menguraikan tindakan

teknis.perlu dibuat suatu rekaman video dari pekerjaan, yang kemudian diputar

kembali dengan lambat(slow motion).berikut ini merupakan rumus untuk

menentukan frekuensi dan ATA.

Frekuensi =Σtindakan teknis x 60s

waktu siklus (2.2)

ATA=Frekuensi x Total Durasi Kerja (2.3)

Berikut ini merupakan kriteria untuk mendefinisikan dan menghitung

tindakan teknis:

1. Membawa (Move)

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

8

Mengangkut suatu objek ketujuan ditentukan dengan menggunakan tubuh bagian

atas.Membawa suatu objek lebih dari 2kg (dengan mengenggam) atau 1kg

(dengan menjepit) dan tubuh bagian atas bergerak mencapai jarak lebih dari.

2. Menjangkau (Reach)

Menggerakan /menggeserkan tangan kearah yang ditetapkan. Menjangkau suatu

objek dinyatakan sebagai tindakan teknis jika objek berada diluar jangkauan

tangan operator dan tidak dapat dicapai dengan berjalan,kemudian operator harus

menggerakan batang tubuh dan bahu untuk menjangkau objek.

3. Memegang /Mengambil (Grasp/take)

Menggengam suatu objek dengan tangan atau jari,untuk menyelesaikan suatu

tugas atau aktivitas. Sinonim:mengambil, memegang, menggengam lagi,

mengambil lagi.

4. Memegang dengan satu tangan, kemudian memegang kembali dengan tangan

lain (Grasp With One Hand, Grasp Again With Other Hand)

Tindakan mengoper suatu objekyang dari tangan yang satu ke tangan yang lain

dinyatakan sebagai dua tindakan teknis terpisah yaitu satu untuk tangan pertama

(memegang dengan satu tangan) dan satu tangan untuk yang tangan yang kedua

(memegang kembali dengan tangan lain)

5. mengarahkan (position)

Mengarahkan suatu objek atau alat ke dalam suatu titik

tujuan.sinonim:memposisikan,menyandarkan,menaruh,menyusun,menurunkan,

memposisikan kembali,menaruh kembali dan lain lain.

6. Meletakan pada, Menarik Keluar (Putting In, Pulling Out)

Meletakan pada atau menarik keluar dinyatakan sebagai tindakan teknis jika

penggunaan dari kekuatan diperlukan.

7. Menekan / Menarik (Push / pull)

Menekan atau menarik harus dihitung sebagai tindakan teknis karena pada

dasarnya harus menggunakan kekuatan , walaupun hanya sedikit. Sinonim:

mencabik, Mendorong

8. Melepaskan (Release, Let Go)

Melepaskan objek dengan cara membuka tangan atau jari.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

9

2.3.1.2 Tindakan Teknis yang direkomendasikan (Recommended Technical

Action /RTA)

Rumus berikut ini adalah untuk menghitung jumlah keseluruhan dari

tindakan teknis yang direkomendasikan (Recommended Technical Action / RTA)

dalam sebuah shift

𝑅𝑇𝐴 = Σj=1 n [CF(Ff x Fp x Fs x Fc)x D]x (Fr x Fd) (2.4)

Dengan

n = Jumlah gerakan berulang tiap shift

j = Pekerjaan yang memiliki gerakan berulang tubuh bagian atas

CF = Frekuensi konstan= 30 tindakan/menit

Ff = Faktor kekuatan

Fp = Faktor Postur

Fs = Faktor stereotipe

Fc = Faktor tambahan

D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang memiliki gerakan repetitif

Fr = Faktor kekurangan waktu pemulihan

Fd = Faktor durasi

Berdasarkan Rumus 2.2 diatas, faktor faktor yang digunakan sebagai

pengali RTA adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kekuatan

Kekuatan adalah gambaran langsung yang dibutuhkan menyelesaikan tindakan

teknis dalam rangkaian kegiatan. Penggunaan kekuatan secara berulang

digolongkan sebagai faktor risiko untuk gangguan musculoskeletal.. Cara untuk

menilai penggunaan kekuatan adalah CR-10 Borg. Kekuatan yang dikeluarkan

dapat diperkirakan dengan skala yang diusulkan oleh Borg (skala CR-10 Borg).

Skala ini dapat mendeskripsikan beban otot yang dirasakan . tindakan yang

memerlukan kekuatan otot paling kecil, diberikan nilai 0,5 pada skala Borg

seperti pada tabel 2.1. Kemudian nilai ini dijadikan sebagai acuan untuk menilai

tindakan- tindakan lainnya. Setelah prosedur dilaksanakan, kemudian menghitung

rata rata skor untuk keseluruhan siklus.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

10

Tabel 2.1 Skala CR-10 Borg dan Faktor Kekuatan

Level Kekuatan(%) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 ≥50

Skala CR-Borg 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 ≥ 5

Faktor Kekuatan (Ff) 1 0.85 0.75 0.65 0.55 0.45 0.35 0.2 0.1 0.01

Nilai dapat di intropolasi

Sumber: Handbook Of Human Factor Anda Ergonomics Methods,2005

Penentuan kekuatan dapat dihitung setelah penentuan Frekuensi tindakan

teknis.Untuk melakukan pengukuran kekuatan, peneliti harus mengetahui

bagaimana siklus kerja, terutama urutan dan identitas kekuatan yang diperlukan

didalam suatu siklus serta melakukan wawancara secra langsung pada pekerja

atau supervisor dengan kriteia skala seperti pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Skala Cr 10 Borg

BORG SCALE

Value Description value Description

0.5 Extremely light 6

1 Very Light 7 Very Hard

2 Light 8

3 Moderate 9

4 10 Extremelyhard

(almost Maximum)

5 Hard

Sumber:Risk Analysis and Management of Repetitive Actions,2017

2. Faktor Postur (Fp)dan Gerakan yang janggal

Postur dan pergerakan tubuh bagian atas merupakan faktor penting yang dapat

menyebabkan berbagai gangguan Musculoskeletal. Penilaian postur dan gerakan

harus dilakukan pada empat segmen utama yakni kanan dan kiri meliputi : bahu,

siku, pergelangan tangan dan genggaman tangan.

Penilaian postur dan gerakan harus dilakukanpada empat segmen utama tangan

kanan dan kiri antara lain:

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

11

a. Postur dan gerakan bahu (flexion,extension,abduction)

Gambar 2.2 Arm Flexion (Colombini dkk, 2017)

Gambar 2.3 Arm Abduction (Colombini dkk, 2017)

Gambar 2.4 Arm extension (Colombini dkk, 2017)

Setelah identifikasi gerakan pada bahu dilakukan,

Kemudian memberi skor sesuai dengan proporsi gerakan yang dilakukan selama

satu siklus seperti pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 skor gerakan bahu

% Abduction

45°

Extension Flexion-Abduction 80°

5% 0.25 0.25 2

10% 0.5 0.5 4

15% 1.3 1.3 6

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

12

20% 2.4 2.4 8

25% 4 4 10

30% 4 4 12

35% 4,4 4,4 14

40% 5.2 5.2 16

45% 6.5 6.5 19

50% 8 8 24

55% 8 8 24

60% 8.3 8.3 24.6

65% 8.9 8.9 25.5

70% 9.7 9.7 26.8

75% 10.7 10.7 28

81% 12 12 28

>84% 12 12 28

Sumber: Risk Analysis and Management of Repetitive Actions,2017

b. Gerakan siku (flexions- Extensions, prono-supinations of the forearm).

Gambar 2.5 Elbow Flexion – extension (Colombini dkk,2017)

Gambar 2.6 Elbow Pronation-supination(Colombini dkk,2017)

Setelah identifikasi gerakan pada siku dilakukan kemudian memberi skor seperti

pada tabel 2.4 berikut:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

13

Tabel 2.4 skor gerakan siku

% Flexion/extension Pronation Supination°

5% 0. 0 0.25

10% 0.3 0.3 0.5

15% 0.7 10.7 1.3

20% 1.3 1.3 2.4

25% 2 2 4

30% 2 2 4

35% 2.2 2.2 4.4

40% 2.5 2.5 5.2

45% 3.1 3.1 6.5

50% 4 4 8

55% 3 4 8

60% 4.1 4.1 8.3

65% 4.3 4.3 8.9

70% 4.7 4.7 9.7

75% 5.3 5.3 10.7

81% 6 6 12

>84% 5 6 12

Sumber :risk Analysis amd Management of Repetitiv Action,2017

c. Postur dan gerakan pergelangan tangan (flexions-extensions,radio-ulnar

deviations).

Gambar 2.7 Elbow extension – Flexion (Colombini dkk,2017)

Gambar 2.8 Elbow Radioulnar Deviation (colombini dkk, 2017)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

14

Setelah identifikasi gerakan pada pergelangan tangan dilakukan,kemudian

memberi skor seperti pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 skor gerakan pergelangan tangan

% Radioulnur Flexion extension°

5% 0. 0.25 0.25

10% 0.3 0.5 0.5

15% 0.7 1.3 1.3

20% 1.3 2.4 2.4

25% 2 4 4

30% 2 4 4

35% 2.2 4,4 4,4

40% 2.5 5.2 5.2

45% 3.1 6.5 6.5

50% 4 8 8

55% 3 8 8

60% 4.1 8.3 8.3

65% 4.3 8.9 8.9

70% 4.7 9.7 9.7

75% 5.3 10.7 10.7

81% 6 12 12

>84% 6 12 12

Sumber :Risk Analysis and Managemen of repetitive Actions, 2017

d. Genggaman tangan

Gambar 2.9 Wide Grip (3-4)(Colombini dkk,2017)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

15

Gambar 2.10 pinch( Colombini dkk, 2017)

Gambar 2.11 Palmar grip (colombini dkk, 2017)

Gambar 2.12 Hook Grip(Colombini dkk, 2017)

Setelah identifikasi gerakan pada genggaman dilakukan,kemudian memberi skor

seperti pada tabel 2.6 berikut

Tabel 2.6 Skor gerakan genggaman

% Wide grip Narrow Grip Pinch Palmar/hook

5% 0 0. 0.2 0.25

10% 0.15 0.3 0.4 0.5

15% 0.35 0.7 1 1.3

20% 0.6 1.3 1.8 2.4

25% 1 2 3 4

30% 1 2 3 4

35% 1.05 2.2 3.3 4.4

40% 1.2 2.5 3.8 5.2

45% 1.5 3.1 4.7 6.5

50% 2 4 6 8

55% 2 3 6 8

60% 2.05 4.1 6.2 8.3

65% 2.2 4.3 6.6 8.9

70% 2.4 4.7 7.2 9.7

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

16

75% 2.7 5.3 8 10.7

81% 3 6 9 12

>84% 3 6 9 12

Sumber:Risk Analysis and Management Of Repetitive Actions,2017

Untuk menentukan skor faktor postur dan gerakan dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 faktor postur (Fp) dan gerakan janggal

Skor Faktor Postur (Fp) dan gerakan janggal

0 1

0.4 0.7

5.4 0.6667

6.7 0.6333

8 0.6

9.4 0.5667

10.7 0.5333

12 0.5

13.4 0.4433

14.7 0.3867

16 0.33

17.4 0.2533

18.7 0.1767

20 0.1

21.4 0.09

22.7 0.08

24 0,07

25.4 0.0567

26.7 0.0433

28 0.03

Sumber : Risk analysis and management of Repetitive Actions,2017

Setelah melakukan penilaian terhadap masing masing postur yang terpilih

menjadi faktor postur (Fp) adalah skor tertinggi dari bahu, siku, pergelangan

tangan dan genggaman.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

17

3. Faktor Stereotypy(Fs)

Faktor stereotypy merupakan tindakan yang memiliki durasiwaktu siklus lebih

dari 50%.Dikatakan stereotypy tinggi apabila tindakan teknis memiliki frekuensi

yang berulang ( 4kali dalam 1menit )dengan tindakan teknis yang sama.

Steoreotypy dilakukan untuk mengidentifikasi tindakan teknis yang dilakukan

dalam postur yang sama (postur janggal atau tidak janggal) atau tindakan dari

sekelompok yang dilakukan dalam postur yang berbeda namun dilakukan pada

siklus yang sangat pendek ( 15 detik).berikut ini merupakan skor yang diberikan

pada gerakan stereotypy yang ditunujkan pada tabel 2.8

Tabel 2.8 skor stereotypy

Stereotypy tinggi:skor 4 Faktor stereotypy

A1 Waktu siklus>80% 0.7

A2 Waktu siklus<8 detik

Stereotypy menengah :skor 2

B1 Waktu siklus>50% 0.85

B2 Waktu siklus<15 detik

Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005

4. Faktor Waktu Pemulihan (Fr)

Periode pemulihan adalah waktu selama satu atau lebih tangan pada posisi

diam atau istirahat. Berikut ini dapat dianggap sebagai periode pemulihan:

a) Jam istirahat termasuk waktu makan siang.

b) Periode saat dimana pekerjaaan yang dilaksanakan tidak membutuhkan

otot(misalnya pekerjaan mengontrol secara visual atau pekerjaan yang

dilaksanakan hanya menggunakan salah satu tangan secara bergantian)

c) periode dalam satu siklus yang memungkinkan tangan beristirahat total.

Prosedur untuk melakukan pengamatan ini adalah harus memeriksa setiap

jam apakah ada waktu pemulihan yang cukup.untuk jam makan siang (jika ada),

dan untuk jam sebelum shift berakhir, dapat dianggap sebagai periode pemulihan.

Dengan dasar ada atau tidaknya periode pemulihan yang cukup dalam tiap jam

dari pekerjaan berulang dianalisis, maka setiap jam diperlakukan sebagai”tanpa-

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

18

risiko” atau “beriko”. Skor risiko dapat dilihat pada tabel 2.9 sedangkan faktor

periode pemulihan ditunjukan pada tabel 2.10

Tabel 2.9 skor risiko berdasarkan rasio waktu kerja dan istirahat

Rasio Waktu kerja dan Waktu istirahat 5:1 – 6:1 7:1– 11.1 >11.1

Skor 0 0.5 1

Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005

Tabel 2.10 tabel nilai risiko Kekurangan Periode Pemulihan dan Faktor Periode Pemulihan (Fr)

Nilai risiko Kekurangan Periode

Pemulihan

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Fr 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.45 0.25 0.1 0

Sumber : handbook Of human Factor And Ergonomics Methods,2005

5. Faktor Risiko Tambahan (FC)

Adapun faktor tambahan fisik-mekanik yang dapat meliputi:

a. Penggunaan alat yang bergetar.

b.Perlunya tingkat ketelitian yang tinggi(batas toleransi 1-2 mm dalam

memposisikan suatu potongan objek).

c.Tekanan yang terjadi pada bagian tangan selain telapak tangan oleh

perkakas,objek,atau daerah kerja.

d.Pemaparan dingin

e.Penggunaan sarung tangan yang menghambat kemampuan penanganan dalam

pekerjaan.

f. Objek memiliki permukaan yang licin

g. Diperlukan gerakan mendadak, menyobek,atau gerakan yang cepat.

h.tindakan teknis yang perlu dilakukan menyebabkan goncangan (seperti

memalu,memukul pada permukaan keras, dll)

Untuk setiap faktor fisik-mekanik,perlu diketahui berapa banyak waktu

(proporsi dari waktu siklus seperti1/3, 2/3, 3/3)faktor tersebut ada, menguraikan

frekuensi kejadian tindakan tersebut ada( terutama untuk gerakan mendadak dan

gerakan dengan goncangan). Jika faktor tambahan ini tidak ada, maka penilaian

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

19

skor tamabahan adalah sama dengan1.lihat penjelasan pada Tabel 2.11 dn Tabel

2.12

Tabel 2.11 skor tambahan

Skor faktor risiko tambahn 0-3 4-7 8-11 12-15 ≥16

Faktor pengali tambahan 1 0.95 0.90 0.85 0.80

Sunber:Risk analysisan management of repetitive actions,2017

Tabel 2.12 Keterangan Faktor Pengali

Faktor pengali Tambahan Keterangan

0.95 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada

selama 1/3 (25%-50%) dari waktu siklus

0.90 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada

selama 2/3 (51%-80%) dari waktu siklus

0.80 Jika satu atau lebih faktor tambahan ada

selama 3/3 (>80%) dari waktu siklus

Sumber:handbook Of factor and ergonomics methods,2005

6. Faktor Durasi (Fd)

Faktor durasi didasarkan pada durasi atau lamanya pekerja melakukan

gerakan repetitif dalam 1 shift kerja. Untuk mengubah durasi pekerjaan berulang

menjadi faktor durasi (Fd), dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Durasi Pekerjaan Repetitif dan Faktor Durasi (Fd)

Durasi pekerjaan

berulang(menit)

<121 121-

180

181-

180

241-

300

301-

360

361-

420

421-

480

>480

Fd 2.0 1.7 1.5 1.3 1.2 1.1 1.0 0.5

Sumber: handbook Of human factor And Ergonomics Methods,2005

2.3.2 Klasifikasi Hasil OCRA Index

Setelah dilakukan perhitungan OCRA maka arti hasil perhitungan

OCRA,dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 2.14 berikut.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

20

Tabel 2.14 Klasifikasi Hasil OCRA Index

OCRA index Area Keterangan

≤1.5 Hijau Optimal

1,6-2,2 Hijau – kuning Keadaan dapat diterima

2,3-3,5 Kuning – Merah Keadaan yang sangat berisiko sangat

rendah

3,6-4,5 Merah – Rendah Keadaan yang berisiko rendah

4,6-90 Merah – Menengah Keadaan yang berisko menengah

>9,1 Merah – Tinggi Keadaan Berisiko tinggi

Sumber:ISO 11228-3 Finish Institute Of Occupational Health Hedge, Handbook of Human Factor

and Ergonomics, 2005

Kriteria klasifikasi OCRA Index dapat ditetapkan dengan tindakan

pencegahan sebagai berikut ini:

1. Nilai index kurang dari atau sama dengan 1.5 menunjukan kondisi optimal

(area hijau atau tidak ada risiko).

2. Nilai index antara 1.6 -2.2 (area kuning – hijau atau risiko dapat diterima).

3. Nilai index antara 2.3 -3.5 (area kuning-merah atau risiko sangat rendah)

artinya, exposure tidak terlalu berat akan tetapi kondisi atau level tersebut

dapat menjadi lebih tinggi. Situasi seperti inisebaiknya dapat disiasati dengan

memperbaiki kondisi kerja.

4. Nilai index antara 3.6 – 4.5 (area merah- rendah atau risiko rendah). Situasi

seperti ini sebaiknya dapat disiasati dengan pengawasan kesehatan pendidikan

mengenai keseahatan dan traininng perbaiakan kondisi pekerjaan.

5. Nilai index antara 4.6- 9.o (area merah – menengah atau risiko menengah)

Situasi seperti ini sebaiknya dapat disiasati dengan pengawasan kesehatan,

pendidikan mengenai kesehatan dan training perbaikan kondisi pekerjaan.

6. Nilai index lebih dari 9.1( risiko tinggi) yang berati level exposure signifikan.

Kondisi pekerjaan harus diperbaiki dan monitoring dari dampak harus diatur

lagi.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah OCRAeprints.umm.ac.id/59601/3/BAB II.pdfFp = Faktor Postur Fs = Faktor stereotipe Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang

21

2.3.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ( Left and Right Chart)

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah peta kerja setempat yang

bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua

gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun

kirisecara mendetail sesuai dengan elemen –elemen Therblig yang membentuk

gerakan tersebut.dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi maka langkah –

langkah perbaikan bisa di usulkan. Pembuatan peta kerja ini baru terasa

bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut terjadi berulang – ulang dan

dilakukan secara manual .Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang

dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip prinsip ekonomi gerakan

bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan diharapkan terjadi

keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan

kiri,sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan

yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun operator

fatigue yang minimum.(wignjosoebroto,2006)

2.3.3.1 Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Hand

Chart)

Menurut (sutalaksana, 2012),peta ini mempunyai kegunaan yang khusus,

diantaranya:

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan – gerakan yang tidak efisien dan

tidak produktif , sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.

3. Sebagai alat untuk menganalisi tata letak sistem kerja

4. Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara kerja yang ideal