19
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran Discovery Learning, media benda konkret, dan hasil belajar. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Belajar dan pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia dan semua pernah mengalaminya. Menurut Hamalik ( dalam Afandi:2013:1) memandang belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Jadi proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang tidak dapat dilihat namun dapat ditentukan, apakah seseorang telah belajar atau belum dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Jadi belajar berhubungan dengan lingkungan, maka salah satu pembelajaran yang berhubungan dengan alam adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam,berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992 : 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran Discovery Learning,

media benda konkret, dan hasil belajar.

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Belajar dan pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi

kehidupan manusia dan semua pernah mengalaminya. Menurut Hamalik ( dalam

Afandi:2013:1) memandang belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan. Jadi proses perubahan tingkah laku

pada diri seseorang tidak dapat dilihat namun dapat ditentukan, apakah seseorang

telah belajar atau belum dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah

proses pembelajaran berlangsung. Jadi belajar berhubungan dengan lingkungan,

maka salah satu pembelajaran yang berhubungan dengan alam adalah

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa

inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam,berhubungan dengan

alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi

ilmu pengetahuan alam atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu

tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh

manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra,

1992 : 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam

dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang

berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya

pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan

lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

9

kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya

berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi

yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan

kimia. Pada hakikatnya ketiga ilmu dasar tersebut berkembang lewat langkah-

langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis

melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Dapat dikatakan bahwa ketiga ilmu dasar itu merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai

produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,

prinsip, dan teori yang berlaku secara umum (Trianto, 2014:137).

Perlunya IPA diajarkan di sekolah dasar karena beberapa alasan yaitu:

a) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata

pelajaran yang memberikan suatu kesempatan berpikir kritis, misalnya IPA

diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak

dihadapkan pada suatu masalah, misalnya dapat dikemukakan suatu masalah

demikian. “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari

dan menyelidiki hal ini, b) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang

bersifat hapalan belaka, c) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan

yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan. (Samatowa, 2009:4).

Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar, karena

IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan

matapelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai

alam yang ada disekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan

memanfaatkanya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

10

2.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pada umumnya usia Sekolah Dasar berada dalam usia yang masih senang

bermain, senang melakukan kegitan, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka

tertarik untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan,

mendapat pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa keingintahuannya. Maka

model belajar IPA yang cocok untuk usia sekolah dasar yaitu dengan belajar

melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini memperkuat

daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan

media belajar yang ada dilingkungan anak sendiri.

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting untuk diberikan di Sekolah Dasar karena IPA

sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi

agar menjelajahi dan memahami alam sekita secara ilmiah. Siswa diberi

kesempatan untuk berlatih ketrampilan-ketrampilan proses IPA sesuai dengan

tahap perkembangan kognitifnya.

Menurut Wisudawati (2014:24) IPA memiliki empat unsur utama, yaitu:

a. Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,

makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

b. Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya

prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah.

c. Produk : IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan

hukum.

d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

Ketrampilan proses IPA untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan

Martin (dalam Carin 1993:5) adalah ; (a) mengamati, (b) mencoba memahami apa

yang diamati, (c) menggunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang

terjadi, (d) menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat

apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten jga menegaskan

bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan

mencoba lagi. Ilmu pengetahuan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk

semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak besikap skeptik sehingga

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

11

ia selalu siap memodifikasi model-model yang mereka punyai tentang alam ini

sejalan dengan penemuan-penemuan yang mereka dapatkan.

Selain materi IPA yang harus dimodifikasi, keterampilan-keterampilan

proses IPA yang akan dilatihkan juga harus disesuaikan dengan perkembangan

anak. Materi IPA yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik

siswa yang bersangkutan. Jadi, Materi IPA yang diberikan kepada siswa

disesuaikan dengan tingkat kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang IPA

dapat bermanfaat baik bagi dirinya.

Setiap guru mengetahui akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang

diajarkan perlu diajarkan di sekolah. Demikian pula halnya dengan guru IPA,

baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di

sekolah dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat

diperoleh dari pelajaran IPA. (Samatowa, 2009:6).

Tujuan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar (Arin:2011:30) adalah:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

d. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

e. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Sedangkan Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut ini:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Dalam penelitian ini aspek IPA yang digunakan yaitu bumi dan alam

semesta yang terfokus pada pokok bahasan Cahaya dan Sifat-sifat Cahaya.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

12

2.2 Hasil Belajar

Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan

kegiatan mental yang mengakibatkan timbulnya sebuah pemahaman terhadap

suatu materi diajarkan. Pemahaman tersebut didapat setelah melalui proses belajar

mengajar dari yang tidak paham menjadi paham. Perubahan inilah yang disebut

hasil belajar.

Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar,

terencana, baik di ddalam maupun di luar ruangan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik ditentukn hasil belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh

Hamalik (dalam Afandi 2013 : 4) bahwa perubahan tingkah laku pada orang dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari belum

mampu ke arah sudah mampu. Seorang yang telah melakukan perbuatan belajar

maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek

tingkah laku sebagai akibat dari hasil belajar.

Adapun hasil belajar Bloom (dalam Afandi 2013 : 6) yang menggolongkan

ke dalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar mengajar,

yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif mencakup hasil

belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan

intelektual. Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap,

nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotor mencakup hasil belajar yang

berhungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh kemampuan

psikis. Namun dalam penelitian ini hanya membahas pada ranah kognitif saja.

Menurut Nana Sudjana (2004:39) menyatakan bahwa hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni:

1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat

dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor

fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di

sekolah ialah kualitas pengajaran.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

13

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari

dalam diri (internal) dan faktor dari luar diri (eksternal). Hasil belajar diukur

melalui bagaimana proses itu dilakukan menjadi sebuah perubahan perilaku yang

benar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup dari faktor internal dan

eksternal tersebut. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi dalam suatu

proses melalui latihan dan pengalaman serta diberikan penguatan, secara

bertujuan dan terarah. Sehingga mempengaruhi hasil belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya.

2.3 Discovery Learning

Belajar IPA merupkan belajar mengamati, mencoba, dan menemukan

kemudian menarik kesimpulan dari hasil yang di lakukan. Maka, model

Discovery Learning ini merupakan model yang digunakan penulis dalam

melakukan penelitian karena model ini merupakan penemuan. Adapun

penjelasannya mengenai metode ini adalah sebagai berikut:

2.3.1 Hakikat Pembelajaran Discovery Learning

Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau

informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pengertian

discovery learning menurut Jerome Brumer ( dalam Hosnan:2014:281) adalah

metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik

kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman, sehingga anak

harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Discovery terjadi bila

individu terlibat terlibat dalam pengamatan atau percobaan, terutama dalam

penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep. Discovery

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran

kontruktivisme. Pada pembelajaran ini, siswa didorong untuk terutama belajar

sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru

mendorong siswa agar mempunya pengalaman dan melakukan eksperimen

dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konssep

bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran discovery learning adalah suatu model

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

14

untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan sitia dan tahan lama dalam

ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga

bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang

dihadapi.

Dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari setiap

peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk

menunjang proses belajar, perlu lingkungan yang memfasilitasi rasa ingin tahu

peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dimana peserta didik dapat

melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal.

Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat

berjalan dengan baik dan lebih kreatif ( Hosnan:2014:283).

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan

pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif

peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi

kemampuan peserta didik dalam berfikir sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.3.2 Tujuan Discovery Learning

Menurut Bell (dalam Hosnan 2014 : 284) mengemukakan beberapa tujuan

spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam

pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam

pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan,

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam

situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak siswa meramalkan

informasi tambahan yang diberikan.

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat

dalam menemukan.

d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja

bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan

menggunakan ide-ide orang lain.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

15

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa ketrerampilan-

keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui

penemuan lebih bermakna.

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situsi belajar penemuan dalam beberpa

kasus lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam

situasi belajar yang baru.

2.3.3 Langkah-langkah Discovery Learning

Langkah model pembelajaran penemuan yaitu sebagai berikut:

a. Pemberian Rangsangan (Stimulus)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu,

pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,

anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar yang lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu

peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

b. Identifikasi Masalah dan Merumuskan Hipotesis (Problem Statement)

Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah pendidik memberi

kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah).

c. Pengumpulan Data (Data Collecting)

Ketika eksplorasi berlangsung, pendidik juga memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang

relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis dengan demikian anak didik

diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,

mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

16

d. Pengolahan Data (Data Processing)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang

telah diperoleh para peserta didik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya

lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan,wawancara, observasi, dan

sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila

perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan

tertentu.

e. Pembuktian (Verifikasi)

Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data. Selain itu, bertujuan agar proses belajar

berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman

melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Menarik kesimpulan/ Generalisasi

tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama.

Menurut Ridwan A. Sani, 2014:99, Tahapan pembelajaran menggunakan

model Discovery Learning secara umum sebagai berikut:

a) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan

memberikan penjelasan ringkas

b) Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik

yang dikaji

c) Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau

mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku.

Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan

d) Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/investigasi

e) kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

17

f) Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan

hasil percobaan atau pengamatan

g) Kelompok memaparkan hasil investigas (percobaan atau pengamatan) dan

mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing peserta didik

dalam mengkonstruksi konsep berdassarkan hasil investigasi.

2.3.4 Peran Guru dalam Discovery Learning

Dahar (dalam Hosnan 2014 : 286) mengemukakan beberapa peranan guru

dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut.

a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada

masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa

untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat

mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya

dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.

c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian materi pembelajaran.

d. Apabila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoretis, maka

guru hendaknya guru berperam sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru

hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang

akan dipelajari, tetapi guru hendaknya memberikan saran-saran bilamana

diperlukan. Sebagai tutor guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu

yang tepat.

e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa guru

berperan penting sebagai pembimbing dan fasilitator, sedangkan siswa yang aktif

menemukan konsep-konsep,fakta, dan menghasilakan kesimpulan. Namun dalam

proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar

mereka lebih terarah, sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun

tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud

adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang

dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

18

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Dicovery Learning

Pada pembelajaran discovery learning mempunyai kelebihan dan

kekurangan (dalam Hosnan 2014 : 287-289) dalam penerapan pembelajaran.

1) Kelebihan discovery learning

a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses kogitif. Usaha penemuan merupakan

kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

c. Strategi ini dapat membantu peserta didik memperkuat kosep dirinya,

dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

d. Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisitif sendiri.

e. Situsai proses belajar menjadi lebih terangsang.

f. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

g. Memdorong keterlibatan keaktifan siswa.

h. Dapat meningkatkan motivasi.

i. Melatih siswa belajar mandiri

j. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

2) Kekurangan discovery learning

a. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman

antara guru dan siswa

b. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang

umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motifator,

pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan

yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak, dan sering

kali guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi motivivasi dan

membimbing siswa belajar dengan baik.

c. Menyita pekerjaan guru.

d. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

19

2.3.5.1 Solusi Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

Setiap model pembelajaran tentunya mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan model discovery learning ini

juga kekurangan. Dari kekurangan-kekurangan yang sudah dijelaskan, maka

solusi yang dilakukan agar meminimalisir kekurangan dari model discovery

learning yang digunakan: (1) sebelum memulai pembelajaran sebaiknya guru

memberikan penjelasan atau instruksi yang dapat dipahami siswa tentang

penerapan model tersebut agar siswa tidak bingung dalam melaksanakan langkah-

langkah yang telah direncanakan, (2) dalam pembelajaran sebaiknya waktu yang

digunakan jangan terlalu sedikit dan menyita waktu dan sedakiakan waktu ssuai

dengan materi pembelajaran yang direncanakan, (3) bagi siswa yang belum bisa

melakukan penemuan, guru memberikan penjelasan yang dapat dipahami siswa

dengan membimbingnya secara perlahan, (4) guru sebagai pelaksana

pembelajaran dengan model discovery learning ini haruslah pandai-pandai

menerapkan model ini sehingga siswa merasa antuisias dalam pembelajaran.

2.4 Media Benda Konkret

Pada sub bab ini membahas tentang media pembelajaran yang digunakan

melalui bendan konkret atau nyata

2.4.1 Media Pembelajaran

Dalam metodologi pengajaran media pemngajaran berfungsi sebagai alat

bantu mengajar. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa

dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil

belajar yang dicapai (dalam sudjana, 2010 : 1)

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar

(Sumiati,dkk 2009:160).

Bentuk – bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan

pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret. Usaha membuat pembelajaran

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

20

lebih konkret menggunakan media pembelajaran banyak dilakukan orang.

Berbagai jenis media pembelajaran mempunyai nilai kegunaan masing-masing.

Dalam Oemar Hamalik (2009:50-52) dijelaskan bahwa dengan bantuan

berbagai media makna pembelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah

dipahami, hemat waktu dan tenaga, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Jadi dapat simpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terehadap

penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada

kesimpulan bahwa proses dan hasil belajar para sisiwa menunjukkan perbedaan

yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan

media. Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinngi kualitas pengajaran.

2.4.2 Media Benda Konkret

Benda konkret merupakam benda yang dilihat tampak nyata. Media

konkret merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita

tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud

dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang

berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami

perubahan yang berarti. Sebagai obyek nyata, media konkret merupakan alat

bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena

itu, media konkret banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat

bantu memperkenalkan subjek baru. Media konkret mampu memberikan arti

nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu

dengan kata-kata atau hanya visual.

Mulyani Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum media

konkret berfungsi sebagai (a) Alat bantu untuk mewujudkan situasi bejar

mengajar yang efektif, (b) Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar, (c)

Meletakkan dasar-dasar yang konkret dan konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) Mengembangkan motivasi

belajar siswa, (e) Mempertinggi mutu pembelajaran.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

21

2.4.3 Media Benda Konkret dalam Pembelajaran IPA

Media pembelajaran sangat berperan dalam proses belajar mengajar.

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah objek dari IPA

yaitu benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Penggunaan media benda

konkret ini tidak hanya pembentukan konsep anak, tetapi dapat pula digunakan

untuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan

individu, pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Beberapa macam media benda

konkret yang dipakai pada pembelajaran IPA materi “Cahaya dan sifat-sifat

cahaya” Kelas 5 ini antara lain:

1. Media benda konkret dalam menegetahui sifat cahaya merambat lurus:

contohnya dapat menggunakan karton tebal, gunting, pelubang, lilin,kayu..

2. Media benda konkret dalam mengetahui sifat cahaya menembus benda

bening: contohnya menggunakan lampu senter, gelas bening, gelas

berwarna,kaleng,batu,karton,plastik bening.

3. Media benda konkret dalam mengetahui sifat cahaya dapat dipantulkan:

contohnya menggunakan benda-benda diantaranya lampu senter, cermin

datar, kertas hitam atau merah.

4. Media benda konkret dalam mengetahui sifat cahaya dapat bias:

contohnya dengan menggunakan pensil, mangkuk bening, air,

2.5 Hubungan Discovery Learning terhadap media benda konkret dan

Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

Pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran discovery learning

berbantuan media benda konkret diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

mata pelajaran IPA. Model discovery learning merupakan salah satu model

pembelajaran kontekstual yang bersifat nyata dan membantu siswa memahami

materi IPA dari imajinasi. Dengan model pembealajaran ini menjadikan suasana

belajar menjadi menyenangkan dan siswa juga dapat membuktikan secara konkret

atau nyata. Pembuktian tersebut tentu menggunakan media pembelajaran yang

bersifat nyata yang sessuai dengan materi pembelajaran IPA. Sehingga mampu

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

22

merangsang siswa untuk berfikir secara aktif tentang materi yang sedang

dipelajari.

Kegiatan yang dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran

discovery learning merupakan upaya guru untuk menarik perhatian dan antusias

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan media benda konkret dalam

penelitian ini juga penting untuk mengurangi tingkat imajinasi yang bisa saja

dilakukan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran. Jadi pembelajaran tidak

hanya berupa teoretis saja. Oleh karena itu, penerapan model dan media

pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

IPA.

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Kristiawan, Yohanes Andri, FKIP UKSW, dalam skripsinya dalam

Penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V Pada

mata pelajaran IPA dengan Metode Discovery Di SDN Tingkir Tengah 02

Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah penerapan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran IPA di SD Negeri

Tingkir Tengah 02 Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ulangan

harian pada bab sifat-sifat cahaya yaitu 58,97% atau sebanyak 23 dari 39 siswa

dengan nilai rata-rata 68,59. Sedangkan hasil tes siklus I menunjukkan 30 dari 39

siswa atau 76,92% dengan nilai rata-rata 75,77. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) adalah 70. Hasil tersebut masih harus diperbaiki pada siklus II karena

belum mencapai indikator keberhasilan. Dari hasil tes siklus II menunjukkan

94,87% atau sebanyak 37 dari 39 siswa yang telah memenuhi standar keberhasilan

dengan rata-rata nilai 86,28.

Hermawan, Achmad Dian, FKIP UKSW, dalam skripsinya dalam Penelitian

yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya

melalui model Guided Discovery siswa kelas 5 SDN Bleeboh Kecamatan Jiken

Kabupaten Blora semester genap tahun pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

23

model pembelajaran guided discovery dengan pokok bahasan sifat cahaya siswa

kelas 5 semester genap SD Negeri 05 Bleboh Kecamatan Jiken Kabupaten Blora

Tahun Pelajaran 2012/2013. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini yaitu > 80%

dari keseluruhan jumlah siswa dalam kelas yang mendapat nilai diatas Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM = 70). Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi

awal siswa yang nilainya tuntas ada 8 siswa dengan presentase (44,44 %) dan

yang belum memenuhi KKM ada 10 siswa (55,56%). Siklus I menerapkan model

pembelajaran guided discovery terjadi peningkatan hasil belajar. Siswa yang

tuntas ada 13 siswa (72,78%) dan yang tidak tuntas ada 5 siswa (27,78%).

Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan yang lebih baik lagi dari sebelumnya,

siswa yang tuntas ada 16 (88,89%) dan yang tidak tuntas 2 siswa (11,11%).

Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil

belajr IPA. Namun, perlu dibuktikan lagi pada penelitian dikelas 5 ini. Maka

peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran discovery

learning berbantuan media benda konkret sebagai upaya untuk meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung.

Penelitian yang dilakukan diatas sama-sama mengukur hasil belajar, selain

itu juga instrumen yang digunakan peneliti untuk mengukur tingkat keberhasilan

siswa juga berupa tes dan non tes. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek

yang akan diteliti, masalah, tujuan,tindakan, variabel, dan pemanfaatan media di

dalam proses tindakan yang dilakukan.

2.7 Kerangka Berpikir

Siswa menganggap pelajaran IPA merupakan pelajaran abstrak atau hanya

membayangkan dan berimajinasi saja tanpa melakukan, hal ini menjadikan siswa

menjadi malas dalam belajar IPA. Selain itu pembelajaran yang diterapkan guru

masih bersifat konvensional menjadikan proses belajar IPA menjadi bosan. Hal

ini mengakibatkan hasil belajar IPA rendah, siswa kurang antusias dalam

pembelajaran IPA, untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

24

meningkatkan hasil belajar IPA adalah dengan menerapkan model pembelajaran

discovery learning berbantuan media benda konkret.

Pada saat masih menerapkan pembelajran yang bersifat konvensional

(ceramah) siswa menjadi bosan dan kurang antusias dalam menerima

pembelajaran, kemudian dengan mernerapkan model discovery learning

berbantuan media benda konkret ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran sehingga lebih mudah memahami materi yang

diajarkan oleh guru melalui cara ini.

Pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai fasilitator. Guru

berusaha agar semua siswa berpartisipasi dalam pembelajaran dan melakukan

eksplorasi pengetahuan dan pengalaman baru agar tujuan tercapai secara optimal.

Siswa merupakan subjek yang mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

masalah yang dihadapi tanpa adanya tekanan dan takut salah. Disamping itu,

dengan menerapkan discovery learning akan meningkatkan pemahaman siswa

karena siswa memperoleh banyak pengalaman dengan melakukan praktek dn

berdiskusi bersama temannya dengan suasana yang menyenangkan, sehingga

memudahkan pemahaman siswa maka kualitas pembelajaran menjadi meningkat

serta hasil belajar yang diperoleh siswa akan mencapai maksimal atau memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal.

Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan model pembelajaran

discovery learning berbantuan media benda konkret pada mata pelajaran IPA

dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

25

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir

PEMBELAJARAN IPA

Pembelajaran

Konvensional

Siswa kurang

antusias dalam

belajar, pasif,

jenuh, kurang

menguasai materi.

Guru

menyampaikan

materi dengan

ceramah

Tingkat

pemahaman siswa

kurang, hasil

belajar < KKM

Model Discovery

Learning berbantuan

media benda konkret

Guru sebagai

fasilitator

1) pemberian rangsangan pada siswa,

2) siswa mengidentifikasi masalah dan

merumuskan jawaban sementara,

3) siswa mengumpulkan data,

4) melakukan pengolahan data,

5) pembuktian dengan media benda

konkret

6) menarik kesimpulan proses

pembelajaran

Tingkat pemahaman naik,

proses pembelajaran dan

hasil belajar meningkat

> KKM

Siswa lebih aktif

dan antusias

dalam

pembelajaran

Pembelajaran

lebih

menyenangkan

dengan media

konkret sehingga

siswa tidak jenuh

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu ... · Pada kajian teori dalam penelitian ini menguraikan tentang IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, model pembelajaran

26

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis

tindakan sebagai jawaban sementara dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning berbantun media benda

konkret dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan proses pembelajaran

melalui langkah-langkah yaitu pemberian rangsangan, identifikasi masalah

dan merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian,

dan menarik kesimpulan dengan kriteria signifikan aktivitas guru dan

aktivitas siswa minimal 10% pada kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung semester

II Tahun Pelajaran 2014/2015 terjadi peningkatan.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan media benda

konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1

Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan

mengalami ketuntasan belajar IPA ≥ 65 dan mengalami ketuntasan belajar

secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat minimal 65

nilai dari KKM ≥ 65 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar

secara klasikal sebesar ≥ 80% dari 22 siswa (kriteria baik).