37
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika pada bahasa latin yang berarti manthanein atau mathema maknanya belajar atau hal yang dipelajari. Secara bahasa belanda matematika disebut wiskunde atau secara bahasa berarti ilmu yang pasti, yang berarti kesemuanya saling berkaitan dengan penalaran. Hakikat dalam KBBI menunjukkan matematika merupakan suatu ilmu yang membahas mengenai bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur tentang operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal bilangan. Pendapat lain mengenai matematika diungkapkan oleh Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 47-48) mengemukakan tentang pendapatnya dalam hakikat matematika bahwa : (1) Matematika merupakan salah satu bentuk ilmu yang tercabang serta terorganisasi (2) Matematika merupakan tentang ilmu pengukuran serta letak (3) Matematika merupakan ilmu yang membahas tentang bilangan. Matematika merupakan suatu ilmu yang dibangun berhubungan langsung dalam mengembangkan ide, struktur, serta yang berhubungan diatur pada urutan logis (4) Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sudah terorganisasi dengan unsur yang tidak didefinisikan hingga unsur yang didefinisikan (5) Matematka sebagai ilmu yang membahas logika serta bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep yang jumlahnya banyak & terpecah ke dalam tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Susanto (2013: 185) matematika sebagai salah satu ilmu pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta kemapuan dalam berargumentasi saat diskusi, diharapkan nantinya individu tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian masalah keseharian dalam dunia kerja,serta memberikan dukungan pengembangan pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika · 2020. 1. 9. · 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika . Matematika pada bahasa latin yang berarti . manthanein

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat Matematika

    Matematika pada bahasa latin yang berarti manthanein atau mathema

    maknanya belajar atau hal yang dipelajari. Secara bahasa belanda

    matematika disebut wiskunde atau secara bahasa berarti ilmu yang pasti,

    yang berarti kesemuanya saling berkaitan dengan penalaran. Hakikat dalam

    KBBI menunjukkan matematika merupakan suatu ilmu yang membahas

    mengenai bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur tentang

    operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal

    bilangan. Pendapat lain mengenai matematika diungkapkan oleh Ali

    Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 47-48) mengemukakan tentang

    pendapatnya dalam hakikat matematika bahwa : (1) Matematika merupakan

    salah satu bentuk ilmu yang tercabang serta terorganisasi (2) Matematika

    merupakan tentang ilmu pengukuran serta letak (3) Matematika merupakan

    ilmu yang membahas tentang bilangan.

    Matematika merupakan suatu ilmu yang dibangun berhubungan

    langsung dalam mengembangkan ide, struktur, serta yang berhubungan

    diatur pada urutan logis (4) Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang

    sudah terorganisasi dengan unsur yang tidak didefinisikan hingga unsur

    yang didefinisikan (5) Matematka sebagai ilmu yang membahas logika serta

    bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep yang jumlahnya banyak &

    terpecah ke dalam tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

    Sedangkan menurut Susanto (2013: 185) matematika sebagai salah satu

    ilmu pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta

    kemapuan dalam berargumentasi saat diskusi, diharapkan nantinya individu

    tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian masalah keseharian

    dalam dunia kerja,serta memberikan dukungan pengembangan pengetahuan

  • 9

    dan teknologi setelah mendalami ilmu matematika. Dapat disimpulkan dari

    pendapat para ahli bahwa hakikat ilmu matematika merupakan cabang ilmu

    dari pengetahuan yang terorganisasi yang membahas tentang angka saling

    berkaitan dengan penalaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta

    kemapuan dalam berargumentasi saat melakukan diskusi, diharapkan

    nantinya individu tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian

    masalah keseharian.

    2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

    Mawardi (2017: 12) Istilah pembelajaran dalam aktivitas kegiatan

    belajar bersama peserta didik merupakan segala upaya yang sudah di

    siapkan dengan cara memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses

    belajar, sedangkan Susanto (2013: 186) mengungkapkan pembelajaran

    matematika adalah suatu proses pembelajaran mengajar yang dirancang oleh

    pendidik dengan maksud agar mengembangkan kreatvitas berpikir peserta

    didik, serta nantinya dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan

    mengkonstruksi pengetahuan yang baru sebagai upaya meningkatkan

    penguasaan materi matematika. Pembelajaran matematika di SD dibahas

    dalam jurnal Universitas Terbuka (UT) bahwa matematika merupakan salah

    satu bentuk kajian yang menyenangkan, sebab dalam matematika terdapat

    karakteristik khususnya peserta didik dan hakikat matematika. Karena itu

    perlu adanya sebuah alat yang mampu menetralisir perbedaan dalam

    berpikirnya. Dikarenakan dalam tahap berpikir peserta didik dikatakan

    belum formal. Sehingga ahli matematika melakukan pengembangan sebuah

    sistem matematika.

    Secara umum tujuan dalam belajar matematika pada jenjang sekolah

    dasar sebagai peserta didik mampu dan terampil dalam menggunakan

    matematika. Susanto (2013: 189) mengungkapkan bahwa dalam

    kemampuan umum yang dimiliki peserta didik untuk pembelajaran

    matematika di sekolah dasar antara lain yaitu:

    a. Mampu menerakan operasi hitung beserta operasi campurannya

  • 10

    b. Mempelajari sifat dan dan jaring-jaring dan volume bangun ruang

    c. Mengetahui sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

    d. Menerapkan atau mengukur (satuan maupun penaksiran)

    e. Memahami dan menafsirkan data sederhana (mencari rata-rata, nilai

    tengah, nilai tertinggi, nilai terendah, modus) serta menyajikannya.

    f. Mampu berpikir serta menalar, memecahkan masalah dan

    mengkomunikasikan

    Tujuan pada kurikulum menunjukkan penekanan empat kompetensi

    dalam penerapannya, diantaranya sebagai berikut : (1) kompetensi sikap

    spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

    Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,

    kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler. Pengembangan kompetensi dalam

    sikap dilaksanakan dalam massa terlaksananya belajar berlangsung, dan

    dapat dipakai untuk acuan pertimbangan pendidik pada mendidik serta

    mengembangkan karakter individu lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan

    dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

  • 11

    Tabel 2.1

    Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar KOMPETENSI INTI 3

    (PENGETAHUAN)

    KOMPETENSI INTI 4

    (KETERAMPILAN)

    3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati

    dan menanya berdasarkan rasa ingin

    tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan

    Tuhan dan kegiatannya, dan benda-

    benda yang dijumpainya di rumah, di

    sekolah, dan tempat bermain

    4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,

    sistematis, logis dan kritis, dalam karya

    yang estetis, dalam gerakan yang

    mencerminkan anak sehat, dan dalam

    tindakan yang mencerminkan perilaku

    anak beriman dan berakhlak mulia

    Kompetensi Dasar Kometensi dasar

    3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua

    pecahan dengan penyebut berbeda

    4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

    pengurangan dua pecahan dengan

    penyebut berbeda

    3.2 Menjelaskan dan melakukan dan jaring-jaring dan volume bangun

    ruang.

    4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dan jaring-jaring

    dan volume bangun ruang.

    3.3 Menjelaskan perbandingan dua besaran yang berbeda (kecepatan

    sebagai perbandingan jarak dengan

    waktu, debit sebagai perbandingan

    volume dan waktu)

    4.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dua

    besaran yang berbeda (kecepatan,

    debit)

    4.2 Menjelaskan skala melalui denah 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala pada denah

    4.3 Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan

    menggunakan satuan volume (seperti

    kubus satuan) serta hubungan

    pangkat tiga dengan akar pangkat

    tiga

    4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun

    ruang dengan menggunakan satuan

    volume (seperti kubus satuan)

    melibatkan pangkat tiga dan akar

    pangkat tiga

    4.4 Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana

    (kubus dan balok)

    4.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)

    4.5 Menjelaskan data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau

    lingkungan sekitar serta cara

    pengumpulannya

    4.7 Menganalisis data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau

    lingkungan sekitar serta cara

    pengumpulannya

    4.6 Menjelaskan penyajian data yang berkaitan dengan diri peserta didik

    dan membandingkan dengan data

    dari lingkungan sekitar dalam bentuk

    daftar, tabel, diagram gambar

    (piktogram), diagram batang, atau

    diagram garis

    4.8 Mengorganisasikan dan menyajikan data yang berkaitan dengan diri

    peserta didik dan membandingkan

    dengan data dari lingkungan sekitar

    dalam bentuk daftar, tabel, diagram

    gambar (piktogram), diagram batang,

    atau diagram garis

  • 12

    2.1.3 Model Pembelajaran

    Mawardi (2018: 29) mengungkapkan model pembelajaran adalah

    suatu rancangan kerangka dalam melaksanakan pembelajaran dalam model

    tersebut berisi langkah-langkah pembelajaran yang sistematis,

    mengoragnisasikan dari pengalaman belajar dengan tujuan mencapai tujuan

    atau kompetensi yang diharapkan, dan diajdikan pedoman dalam

    pelaksanaan pembealajaran. Agar peserta didik lebih memperhatikan dalam

    pembelajaran. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam

    pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih

    santai disamping mampu menumbuhkan sikap tanggung jawab serta

    kejujuran kemudian menumbuhkan persaingan sehat dan keterlibatan belajar

    peserta didik.

    Menurut Suprijono (2013: 46) mengatakan pada model pembelajaran

    merupakan sebagai kerangka secara konseptual atau dapat diartikam sebagai

    rancangan susunan yang di dalamnya berisi sesuatu yang menujukkan

    prosedur sangat sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

    peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan arends juga dalam

    Suprijono (2013: 46) bahwa model pembelajaran merupakan sebuah titik

    pokok pada pendekatan yang akan digunakan dalam pelaksanaanya,

    termasuk di dalamnya memiliki tujuan-tujuan pembelajaran, tahapan

    kegiatan pembelajaran, lingkungan dalam pembelajaran dan pengelolaan

    dalam kelas

    Senada diungkapkan oleh Suprijono, Istarani (2011: 1)

    mengungkapkan bahwa model pembelajaran yaitu seluruh rangkaian

    kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran serta pada penyajian materi yang

    disusun dari aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang

    dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara

    langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembelajaran. Dari

    pendapat para ahli mengenai model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran adalah suatu kerangka pembelajaran yang dibuat dari

    awal hingga akhir proses pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan

  • 13

    pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran serta mengorganisasikan

    pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

    Macam-macam model pembelajaran

    Arends dalam trianto (2009: 25) mengungkapkan bahwa ada enam

    model pengajaran praktis digunakan guru dalam mengajar, diantaranya

    adalah : pembelajaran yang dilaksanakan secara presentasi, pengajaran

    secara langsung, pengajaran menggunakan konsep, pembelajaran secara

    kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

    2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

    Arif Rochman (2009: 186) mengungkapkan Pembelajaran kooperatif

    yakni model pembelajaran yang terbarukan karena menekankan untuk

    saling berpikir positif antar individu dan adanya untuk saling bertanggung

    jawab antar individu dalam kelompok, dan pembelajaran ini

    mengembangkan karakter individu dan selalu terjadi proses evaluasi dalam

    kelompok. Senada diungkapkan Arif Rochman, Slavin (2009: 178)

    menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan pembelajaran sudah

    ada sejak lama, model ini dapat mendorong peserta didik untuk bekerja

    sama dalam kegiatan belajar tertentu, dalam pembelajaran ini guru bukan

    sebagai pusat kegiatan kelas namun justru peserta didik yang menjadi pusat

    pembelajaran, dengan demikian peserta didik dituntut untuk berbagi

    informasi dengan peserta didik lain dalam pembelajarannya.

    Wina Sanjaya (2008: 242) bahwa pembelajaran kooperatif

    merupakan pembelajaran lebih mengutamakan dalam belajar secara

    kelompok karena memliki latar belakang pada kemampuan individu yang

    berbeda serta serta jenis kelamin, ras dan suku budaya. Pelaksanaan

    penilaian dilaksanakan bersifat kelompok, Kelompok yang mampu

    menunjukan prestasi adalah kelompok yang mampu memenuhi tujuan yang

    ditentukan pendidik maka peserta didik akan mendapatkan penghargaan.

    Jadi dari beberapa pendapat tentang Cooperative Learning dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang

    berpusat kepada peserta didik secara kelompok yang menekankan setiap

  • 14

    individu untuk saling berpikir positif maupun bekerja sama dalam

    kelompok, dan penilaian prestasi diukur melalui pembelajaran kelompok.

    Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat

    digambarkan seperti pada gambar:

    Gambar 1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif diambil

    dari Suprijono (2013: 68)

    Langkah-langkah atau sintaks dalam pelaksanaan model pembelajaran

    kooperatif terdiri dari adanya 6 langkah. fase dapat diketahui pada bagian

    tabel 2.1 dibawah ini :

    Tabel 2.2

    Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Langkah- Langkah Pelaksanaan Guru

    1. Present goals and set Tahapan dimana penyampaian

    tujuan serta mempersiapkan

    peserta didik dalam kondisi siap

    Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

    mempersiapkan seluruh peserta didik untuk

    bersikap siap dalam melaksanakan

    pembelajaran

    2. Present Information Guru menyajikan informasi

    Mempresentasikan informasi awal kepada

    peserta didik secara verbal

    3. Organize student into learning Guru memberitahukan kepada peserta didik

    Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis

    Lingkungan Belajar dan

    sistem Pengelolaan

    Proses Demokrasi Dan

    Peran peserta didik

    Aktif

    Hakikat Sosiokultural

    Berpusat pada Guru

    peserta didik belajar

    dalam Kelompok

    Kecil

    Vygotsky Learning Community CTL

    Hasil Belajar

    peserta didik

    Hasil Belajar

    Akademik

    Ketrampilan

    Sosial

    Konsep-

    Konsep Sulit

    Ketrampilan

    Kooperatif

    Sintaks Enam Fase Utama Menjelaskan dan melakukan dan

    jaring-jaring dan volume bangun ruang

  • 15

    teams

    Menggolongkan peserta didik ke

    dalam beberapa kelompok kecil

    tentang bagaimana cara membentuk sebuah

    kelompok belajar dan membantu kelompok

    melakukan transisi yang efektif

    4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

    Guru membantu kelompok-kelompok dari

    peserta didik dalam pengerjaan tugas belajar

    5. Test on the matrials. Mengevaluasi

    Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

    berbagai materi yang sudah diajarkan atau

    dengan kelompok dengan cara

    mempresentasikan hasil kerja

    6. Provide Recognition Memberikan pengakuan atau

    dengan cara memberikan

    penghargaan

    Guru mempersiapkan dengan cara untuk

    mengakui usaha yang dilakukan peserta didik

    dan presentasi individu atau kelompok

    Menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif pada dasarnya

    dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

    penting yang dirangkum yaitu: (a) Hasil belajar secara akademik (b)

    penerimaan terhadap perbedaan individu (c) pengembangan sikap sosial.

    Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan oleh

    guru agar peserta didik tidak malas serta bosan, serta agar membuat

    perubahan suasana pembelajaran di dalam kelas. Di antaranya

    pembelajarannya adalah Pair Check, Jigsaw, Student Team Achievment

    Division (STAD), Role Playing, Number-Heads Toghether (NHT), Teams

    Games Tournament (TGT), Group Investigation, Example Non Example,

    Picture and Picture, Think Pair Share dan Make A Match dan Snowball

    Throwing.

    2.1.5 Snowball Throwing

    Menurut Miftahul Huda (2013: 226) pembelajaran Snowball Throwing

    pada implementasi pembelajarannya dengan media kertas dibentuk seperti

    bola. Di dalam kertas tersebut tertulis sebuah pertanyaan dan dilemparkan

    terhadap peserta didik lain, lalu peserta didik yang terkena lemparan

    segumpal kertas diharuskan untuk menjawab soal. Senada diungkapkan oleh

    miftahul huda, Suprijono (2013: 106) mengungkapkan model Snowball

    Throwing disebut juga pembelajaran dengan penerapan melemparkan bola

    yag terbentuk dari sebuah kertas. Model ini disusun agar dapat melatih

    peserta didik untuk lebih tanggap secara responsif menerima pesan dari

    teman lain yang terbuat dari kertas, dalam menyampaikan pesan tersebut

    kepada temannya dalam satu kelompok dapat disimpulkan model Snowball

  • 16

    Throwing adalah pembelajaran dengan berbantuan media kertas yang

    dilemparr kepada teman dengan pesan pertanyaan untuk dijawab oleh

    teman kelompoknya yang lain. Kemudian menurut Komalasari (2011: 67)

    Model Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat menggali

    potensi kepemimpinan pada diri peserta didik serta dalam penerapan

    kelompok maupun dalam keterampilan membuat menjawab pertanyaan

    yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif dengan sintagmatik

    membentuk dan melempar bola salju yang terbuat dari kertas yang di dalam

    kertas tersebut terdapat pertanyaan, kemudian bola kertas tersebut

    dilemparkan kepada teman lainnya. Bagi peserta didik yang terkena

    lemparan bola wajib menjawab pertanyaannya

    Dari beberapa pendapat tentang Snowball Throwing dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing yakni salah satu jenis

    dengan penerapan pembelajaran mempadukan permainan imajinatif dengan

    praktek membentuk bola yang berisikan pertanyaan, kemudian, dengan cara

    melemparkan bola segumpalan kertas kepada peserta didik dengan tujuan

    peserta didik menjawab soal. Model pembelajaran Snowball Throwing

    memiliki ciri-ciri pada rancangan maupun pelaksanaanya. Beberapa

    diantaranya adalah :

    a. Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing

    Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya

    adalah:

    1. Peserta didik bekerja sama dengan kelompok untuk penguasaan materi

    akademis.

    2. Peserta didik lebih banyak diberikan pertanyaan oleh peserta didik yang

    lain sebagai latihan pemahaman dan penguasaan seputar materi.

    3. Penilaian kooperatif dilaksanakan dengan dipatok pada hasil kerja

    kelompok. Meski demikian, guru tetap wajib membuat penilaian

    individu peserta didik.

  • 17

    4. Peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar di haruskan untuk

    melakukan diskusi bekerjasama, peserta didik juga harus belajar

    membangun kepercayaan diri dalam pembelajarannya.

    5. Sistem penghargaan yang di serahkan kepada peserta didik berorientasi

    kepada kelompok daripada individu.

    b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing

    Model pembelajaran Snowball Throwhing dalam implementasinya

    memiliki Kelebihan dan Kekurangan. Diungkapkan oleh Komalasari (2011:

    65) diantaranya kelebihan dan kekurangan tersebut adalah :

    1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik

    seperti bermain dengan melempar bola kepada peserta didik lain.

    2. peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan

    kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan

    diberikan pada peserta didik lain.

    3. Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena

    peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

    4. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik

    terlibat langsung dalam praktek.

    Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat

    tercapai.Sedangkan kekurangan dalam pembelajaran ini diungkapkan oleh

    Syaifullah, (2009 : 11) adalah :

    1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan peserta didik

    saja

    2. Dalam penerapannya kurang efektif

    3. Anak didik yang nakal malah sering untuk berbuat onar.

    4. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

    c. Langkah-Langkah model pembelajaran Snowball Throwing

    Ada beberapa langkah dalam pembelajaran snowball throwing ini

    untuk pelaksanaanya sebagai rujukan dalam pelaksanaanya. Beberapa para

    ahli mengungkapkan pendapatnya, seperti :

  • 18

    Menurut Miftahul Huda (2013: 130) langkah-langkah pelaksanaan

    model Snowball Trowing yakni sebagai berikut :

    1. Pendidik menyampaikan materi pembelajaran sebagai awal membuka

    pembelajaran.

    2. Pendidik membentuk kelompok-kelompok dan memanggil setiap ketua

    kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

    3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali terhadap kelompoknya

    masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh

    guru kepada teman sekelompoknya.

    4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja untuk

    menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang

    sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

    5. Peserta didik membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari

    satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama 15 menit.

    6. Setelah peserta didik terkena lemparan bola, diberi kesempatan untuk

    menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara

    bergantian.

    7. Pendidik memberikan evaluasi dan menutup pembelajaran.

    Senada diungkapkan oleh Miftahul huda, M.Fathurrohman (2015: 61)

    berpendapat bahwa sintagmatik pembelajaran metode Snowball Throwing

    ialah :

    1. Tahap 1. Pendidik menyampaikan materi dan tujuan yang akan

    disajikan serta KD yang ingin dicapai. Pada praktik ini guru menyajikan

    sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan peserta

    didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam

    bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan

    video/gambar

    2. Tahap 2. Pendidik membentuk peserta didik menjadi beberapa

    kelompok, Pada tahap ini guru membuat kelompok belajar yang

    masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik. kemudian guru

  • 19

    memanggil masing-masing ketua atau perwakilan kelompok untuk

    memberikan penjelasan tentang materi.

    3. Tahap 3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

    masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh

    guru kepada temannya.

    4. Tahap 4. masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas

    kerja,pada tahap ini peserta didik ditugaskan untuk menuliskan satu

    pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan

    oleh ketua kelompok.

    5. Tahap 5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat menjadi seperti

    bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain.

    6. Tahap 6. setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang

    tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian sesuai

    waktu yang telah ditentukan oleh guru.

    7. Tahap 7. guru bersama dengan peserta didik membuat kesimpulan

    terhadap materi pelajaran.

    Kemudian langkah–langkah penerapan pembelajaran Snowball

    Throwing menurut Suprijono (2012: 128) diungkapkan sebagai berikut:

    1. Guru memaparkan materi tentang pembelajaran hari ini.

    2. Guru membuat kelompok kecil dengan jumlah 4-5 orang, lalu

    memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan

    tentang materi.

    3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali kepada kelompoknya,

    kemudian memaparkan materi yang diperoleh dari pendidik kepada

    temannya.

    4. Kemudian masing-masing individu diberikan satu lembar kertas, untuk

    menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang

    sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

  • 20

    5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

    dilempar kepada individu kelompok yang lain.

    6. peserta didik yang terkena lemparan bola untuk menjawab pertanyaan

    yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut.

    7. Penutup pembelajaran dilakukan dengan evaluasi.

    Dari pendapat para ahli diatas setelah di analisa atau di pahami

    secara komponen pelaksanaanya terdapat beberapa pendapat yang

    memiliki kesamaan seperti pada intinya dengan menggunakan lemparan

    kertas, Analisis komponen-komponen Model Snowball Throwing.

    Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) menyebutkan bahwa

    pelaksanaan model terdiri dari komponen sintag atau struktur rancangan

    suatu model dan diantara komponen lainnya terdapat seperti komponen

    prinsip reaksi atau peran pendidik, komponen sistem sosial atau situasi

    kelas pada saat model berlangsung, Komponen-komponen dari

    pembelajaran Snowball Throwing yakni sebagai berikut :

    1. Sintagmatik

    Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing

    menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) mengungkapkan tahap

    pertama dalam komponennya adalah dengan menyampaikan tujuan dan

    memotivasi peserta didik, Guru memberitahukan tujuan pembelajaran

    yang akan dicapai pada hari ini dan pentingnya topik yang akan dipelajari.

    Tahap kedua, memberikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah

    yang dapat memancing perhatian peserta didik. Penyajian masalah

    tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman

    atau dapat juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan

    mata pelajaran matematika materi bangun ruang masalah disajikan dalam

    bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengelompokkan peserta didik ke dalam

    kelompok kecil yang beranggota 5 orang untuk belajar. Guru menjelaskan

    terhadap peserta didik caranya membuat kelompok belajar dan

    membimbing setiap kelompok agar melakukan secara efektif.

    Pembelajaran Snowball Throwing ini murid dibagi menjadi kelompok

  • 21

    kecil yang masing-masing kelompok diwakili ketua kelompok untuk

    mendapatkan tugas dari guru.

    Tahap keempat, Guru membimbing kelompok kerja peserta didik

    untuk belajar dan berdiskusi. Guru memanggil ketua kelompok dan

    menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua kelompok

    untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.

    Guru memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan

    meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang

    disampaikan oleh guru. Selanjutnya peserta didik diminta setiap kelompok

    untuk menggulang dan melemparkan bola kertas kepada kelompok yang

    lain. peserta didik diminta untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang

    didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi dan penutup.

    peserta didik dievaluasi dengan mengetes hasil belajar tentang materi yang

    telah diajarkan atau masing-masing setiap kelompok mempresentasikan

    hasil kerjanya. Tahap ke enam, peserta didik diberikan penghargaan oleh

    Guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

    2. Prinsip reaksi

    Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran Snowball Throwing ini

    adalah sebagai seorang fasilitator untuk peserta didik yang secara langsung

    terlibat dalam proses kelompok (membantu peserta didik dalam

    merumuskan rencana, dalam bertindak, dan mengatur kelompok) serta

    beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian.

    3. Sistem sosial

    Sistem sosial dalam model Snowball Throwing ini menjunjung tinggi

    kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Dimana dapat dilihat

    dari sikap saling menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat dalam

    musyawarah. Sehingga melalui kerja kelompok ini diharapkan akan

    muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung jawab.

    4. Daya dukung

    Sistem pendukung dalam model pembelajaran Snowball Throwing

    ini harus sesuai dengan semua kebutuhan terhadap peserta didik.

  • 22

    Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntutan peserta didik yang

    bermacam-macam. Guru dan murid diharapkan bisa menghimpun apa saja

    yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya.

    5. Dampak instruksional dan dampak pendukung

    Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

    langsung oleh peserta didik dengan cara guru mengarahkan para peserta

    didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam

    model Snowball Throwing pada pembelajaran Matematika dengan materi

    bangun ruang melalui model pembelajaran Snowball Throwing adalah

    kemampuan menjelaskan melakukan dan jaring-jaring dan bangun ruang

    Dampak pengiring adalah dalam penilaian hasil belajar lainnya yang

    dihasilkan dapat dijadikan sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang

    dialami langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari

    pengajar. Dampak pengiring yang didapatkan oleh peserta didik dalam

    pembelajaran matematika dengan materi jaring-jaring dan volume bangun

    ruang melalui model Snowball Throwing adalah demokratis, kerja sama,

    tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak pengiring mungkin

    terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai

    kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan dengan keadaan

    memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model

    Snowball Throwing digambarkan dalam bagan berikut:

  • 23

    Gambar 2

    Dampak Pengiring dan Instruksional Pembelajaran Snowball Throwing.

    Snowball

    Throwing

    Kemampuan identifikasi

    jaring-jaring bangun

    ruang kubus

    Kemampuan

    Mengidentifikasi jaring-

    jaring balok

    Kemampuan

    Mengidentifikasivolume

    balok

    Kemampuan identifikasi

    volume kubus

    Bertanggung

    jawab

    Demokratis

    Kerja sama

    Komunikatif

    Kemampuan menjelaskan

    bangun ruang

    Disiplin

    Keterangan :

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring

  • 24

    Dari beberapa pendapat ahli yang diungkapkan mengenai sintaks

    atau langkah-langkah peneliti menyimpulkan sebagai komponen

    pembelajaran Snowball Throwing yaitu :

    Tabel 2.3

    Sintagmatik Model Pembelajaran Snowball Throwing Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Murid

    Tahap

    Penyajian

    Kelas

    1. Guru mengkodisikan seluruh peserta didik dan

    menyiapkan bahan

    pembelajaran

    1. Peserta didik mempersiapkan buku dan mendengarkan guru

    saat menyampaikan

    pembelajaran.

    2. Guru menyampaikan materi dan tujuan

    pembelajaran hari ini

    kepada peserta didik

    2. Peserta didik mendengarkan materi dan tujuan pembelajaran

    hari ini

    3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta

    didik

    3. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

    4. Guru berusaha menggali pengetahuan dari peserta

    didik mengenai jaring-

    jaring dan volume bangun

    ruang

    4. Peserta didik mencoba berpikir serta mengaitkan pembelajaran

    hari ini dengan contoh

    lingkungan kehidupan sehari-

    hari

    5. Guru menyampaikan materi tentang jaring-

    jaring dan volume bangun

    ruang terhadap peserta

    didik

    5. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

    bangun ruang dan mencoba

    mengerjakan contoh soal

    Tahap Belajar

    Kelompok

    Guru membagi peserta didik

    menjadi beberapa kelompok

    kecil secara heterogen :

    Peserta didik bekerja secara

    kelompok sesuai aba-aba yang

    diperintahkan oleh guru.

    6. Guru membagi peserta didik untuk membuat

    kelompok yang terdiri dari

    4-5 orang

    6. peserta didik berkelompok sesuai arahan guru yang

    beranggotakan 4-5 orang.

    7. Guru memberi arahan terhadap kepada ketua

    kelompok untuk

    memberikan penjelasan

    materi yang sudah

    diberikan oleh guru

    7. Ketua kelompok mendapat arahan dan aba-aba dari guru

    tentang materi dan menjelaskan

    kembali kepada anggota

    kelompoknya

    Tahap

    Pembagian

    tugas

    (Pertemuan 2)

    1. Guru memberi arahan terhadap peserta didik

    untuk kembali ke

    kelompoknya masing-

    masing

    1. Peserta didik beri arahan terhadap peserta didik untuk

    kembali ke kelompoknya

    masing-masing

    2. Peserta didik diberi arahan

  • 25

    untuk memberikan penjelasan

    materi yang sudah diajarkan

    oleh guru

    2. Guru memberikan lembar kertas kerja untuk

    menuliskan pertanyaan

    menyangkut materi yang

    sudah dijelaskan oleh

    ketua kelompok.

    2. Peserta didik diberika n lembar kertas untuk menuliskan

    pertanyaan sesuai dengan

    materi.

    Tahap Tanya

    jawab 3. Kertas dibuat menjadi

    seperti bola, guru

    menyuruh peserta didik

    melemparkan bola pada

    peserta didik kelompok

    lain

    3. Peserta didik membuat bola dari kertas yang berisi

    pertanyaan yang telah

    dibuatnyaa. dan peserta didik

    melamparkan pada kelompok

    lain

    4. Peserta didik dari kelompok lain yang

    terkena lemparan kertas

    diwajibkan menjawab

    pertanyaan dari pelempar

    4. Peserta didik mencoba mengerjakan soal sebsa

    mungkin dengan individu

    5. Guru memberikan waktu terhadap peserta didik

    untuk saling menguji

    kelompok lain selama 13

    menit

    5. Peserta didik saling melemparkan kertas yang berisi

    pertanyaan sesuai arahan dari

    guru selama 13 menit

    Tahap

    Kesimpulan

    dan evaluasi

    6. Guru memberikan kesimpulan tentang

    kegiatan pembelajaran.

    6. Peserta didik membuat rangkuman dari hasil kegiatan

    pembelajaran.

    7. Guru memberikan penghargaan dan

    kesempatan kepada

    peserta didik jika ada

    materi yang kurang jelas.

    7. Peserta didik melakukan tanya jawab pada guru jika ada materi

    yang kurang jelas.

    8. Guru memberikan soal evaluasi atau postest

    8. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi atau postest

    2.1.6 Number Head Together

    Model Number Head Together merupakan salah satu tipe

    pembelajaran Cooperative Learning. Pembelajaran dengan model NHT

    sendiri dalam pelaksanaanya mennggunakan diskusi dengan memiliki ciri

    khusus, yaitu setiap anggota kelompok memiliki tugas dan wewenangnya

    masing-masing. Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan

    peserta didik. Pembelajaran Number Heads Together (NHT). Pembelajaran

    NHT yakni model yang lebih memungkinkan dalam pelaksanaanya peserta

    didik untuk lebih aktif serta bertanggung jawab penuh untuk memahami

  • 26

    materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual (Kusumojanto

    2009).Sedangkan menurut Kagan seperti dikutip dalam tampubolon (2014:

    94) menyatakan, pembelajaran tipe NHT dalam penerapannya peserta didik

    diminta menggunakan kepala bernomor merupakan hasil dari

    pengembangan tipe pembelajaran TGT. Dengan ciri khusus tersebut

    pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi

    ide atau gagasan. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing

    dan wajib memahami tugas, sehingga peserta didik memahami konsep

    secara seksama.

    Sementara Miftahul Huda (2011: 03) menyatakan bahwa model NHT

    merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap

    peserta didik untuk saling mengungkapkan ide-ide kemudian

    mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan

    kerjasama peserta didik. Pada model NHT setiap murid pada kelompok

    diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili presentasi

    di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut. Jadi dari

    pendapat beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe

    NHT merupakan penerapannya pada kelompok melalui penyelesaian tugas

    dengan saling membagi ide yang dirancang untuk mempengaruhi pola

    interaksi peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan

    mempertimbangkan jawaban yang tepat. Secara lebih lanjut mengenai

    model pembejaran Number Head Together (NHT) memiliki karakteristik

    atau ciri-ciri tersendiri

    Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran Number Head Together

    menurut Rusman (2012: 206), yaitu antara lain:

    1. Pembelajaran NHT dilakukan secara kelompok. Pembelajaran

    kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara kelompok. Kelompok

    merupakan dimana unrtuk tempatmencapai tujuan. Oleh sebab tersebut

    kelompok diharapkan mampu membuat setiap peserta didik belajar.

  • 27

    Setiap anggota diharapkan saling bekerjasama dan membantu untuk

    mencapai tujuan pembelajaran.

    2. Didasarkan pada manajemen pembelajaran kooperatif mempunyai tiga

    ranah fungsi , yaitu diantaranya :

    a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan

    Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran

    kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-

    langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

    b. Fungsi manajemen sebagai organisasi

    Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan

    perencanaan yang sesuai dan matang agar proses pembelajaran

    berjalan dengan efektif.

    c. Fungsi manajemen sebagai control

    Menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu

    ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun

    non tes.

    3. Kemauan untuk bekerjasama

    Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

    secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama

    perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama

    yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang

    optimal.

    4. Ketrampilan bekerjasama

    Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam

    kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, peserta

    didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

    berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan

    pembelajaran yang telah ditetapkan.

    dalam pelaksanaannya Menurut Miftahul Huda (2012: 245)

    Penerapan langkah-langkah Pembelajaran NHT dapat dilaksanakan

    seperti :

  • 28

    1. Guru menyampaikan materi serta tujuan pembelajaran sesuai

    kompetensi yang akan dicapai terhadap peserta didik

    2. Guru dapat memberikan kuis secara individu terhadap peserta didik

    untuk mendapatkan skor awal

    3. Peserta didik dibagi menjadi berbagai kelompok kecil yang setiap

    kelompok anggotanya 4-5 orang

    4. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat pin serta tugasnya

    5. peserta didik diecek pemahaman dengan memanggil salah satu nomor

    anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik

    yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

    6. Peserta didik difasilitasi dalam membuat rangkuman, mengarahkan

    dan memberikan pebegasan pada akhir pembelajaran.

    7. Peserta didik diberikan tes/kuis kepada oleh guru seecara individual.

    8. Peserta didik diberikan penghargaan kelompok melalui penghargaan

    berdasarkan perolehan nilai.

    Diungkapkan senada seperti Miftahul Huda, Trianto

    mengungkapkan mengenai praktik pembelajaran NHT adalah :

    Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013: 18) langkah-

    langkah pembelajaran menggunakan model kepala bernomor atau NHT

    sebagai berikut :

    a. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil oleh guru yang

    beranggotakan 5 orang

    b. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda

    Langkah-Langkah Pelaksanaan oleh Guru Terhadap Peserta Didik

    Langkah 1

    Penomoran

    Guru membagi seluruh peserta didik dalam kelompok kecil

    yang beranggotakan 5 orang. Setiap anggota kelompok

    mendapat 1 nomor yang memiliki tugas berbeda dengan anggota

    lain

    Langkah 2

    Penga

    Peserta didik diberikan beberapa pertanyaan oleh guru.

    Pertanyaan tersebut dapat bentuk kalimat tanya

    Langkah 3

    Berpikir bersama

    Peserta didik diskusi untuk menyatukan jawaban pertanyaan dan

    meyakinkan tiap anggota dalam kelompok

    Langkah 4

    Menjawab

    Guru memanggil salah 1 nomor, setelah itu peserta dengan

    nomor tersebut memaparkan jawaban dari pertanyaan guru

  • 29

    c. Peserta didik mengerjakan tugas dan beberapa pertanyaan yang telah

    diberikan oleh guru

    d. Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi dan peserta didik dalam 1

    kelompok di panggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil

    diskusinya

    e. Kemudian peserta didiklain menanggapi jawaban dari kelompok

    tersebut dan ada yang ditunjuk oleh guru

    f. kesimpulan

    Selain dari langkah-langkah dari pendapat para ahli, terdapat

    komponen dalam pelaksanaan pembelajaran NHT. Joyce, Weil dan

    Calhoun (2009: 104) mengungkapkan mengenai model pembelajaran

    terdiri dari

    1. Komponen langkah-langkah dalam struktur model

    2. Komponen prinsip dari reaksi peran guru dalam pembelajaran

    3. Komponen tatanan sosial dalam situasi kelas pada saat pembelajaran

    Daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari

    bahan dan alat yang diperlukan, serta dampak dalam instruksional yaitu

    hasil belajar peserta didik diharapkan mengarah terhadap tujuan yang

    hendak dicapai dan sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar yang

    diharapkan dan sesuai. Komponen-komponen dari model pembelajaran

    Number Head Together diantaranya adalah :

    1. Sintagmatik

    Sintagmatik atau struktur model pembelajaran NHT menurut

    Ibrahim dalam Lie (2008: 59) mengungkapkan ada empat langkah dalam

    yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian

    jawaban. Dari ke empat langkah tersebut, selanjutnya dikembangkan

    dengan kebutuhan menjadi enam langkah. Adapun dari keenam langkah

    tersebut untuk pelaksanaan NHT yaitu tahap pertama, persiapan. Dalam

    tahap ini guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

    model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Yang berkaitan dengan materi

  • 30

    pembelajaran yaitu jaring-jaring dan volume bangun ruang. Tahap kedua,

    Penomoran. Pada tahapan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

    beranggotakan 3-5 orang peserta didik. Guru memberikan nomor dan tugas

    kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan nama kelompok yang

    berbeda. Tahap ketiga, Pertanyaan atau (Questioning) dan berfikir bersama

    (Heads Together). Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada

    setiap peserta didiksebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja

    kelompok setiap peserta didik berpikir bersama meyakinkan satu sama lain

    dalam kelompok bahwa setiap anggota mengetahui jawaban dari

    pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah

    diberikan oleh guru. Tahap ke empat, Pemberian jawaban. Dalam tahap

    ini, guru menyebut satu nomor dan para peserta didik dari seluruh

    kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

    jawaban kepada peserta didik di kelas. Dalam menentukan nomor yang

    akan menjawab pertanyaan, guru menunjuk salah satu kelompok yang

    akan menjawab.Tahap kelima, Memberi kesimpulan. Guru melibatkan

    peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

    berhubungan dengan materi yang disajikan. Tahap keenam, Memberikan

    penghargaan terhadap peserta didik. Pada tahap ini, guru memberikan

    penghargaan berupa kata-kata pujian ataupun simbol bintang pada peserta

    didik yang kelompoknya memiliki nilai tertinggi.

    2. Prinsip Reaksi

    Peran guru dalam model pembelajaran NHT adalah memberikan

    arahan atau sebagai fasilitator tentang bagaimana cara kerja dalam

    kegiatan yang dilakukan meminta peserta didik berkelompok. Hal tersebut

    dimaksudkan agar peserta didik secara keseluruhan memahami cara kerja

    atau yang harus dikerjakan. Selain itu, peran guru adalah sebagai seorang

    fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk dapat berdiskusi secara

    kelompok dapat maksimal. Pusat dalam proses pembelajaran kemudian

    beralih untuk meng kontruksikan sebuah lingkungan sosial yang kooperatif

  • 31

    dan mengajari keterampilan untuk saling menghargai antar teman dan

    kelompok, dan menyelesaikan konflik.

    3. Sistem Sosial

    Sistem sosial dalam model pembelajaran ini berlandaskan pada

    proses demokrasi dankeputusan bersama di dalam kelompok, dengan

    struktur eksternal yang rendah. Atmosfer merupakan salah satu

    bagianalasan dan negosiasi (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Sistem

    sosial dalam pembelajaran model NHT ini berupa sikap saling membantu

    teman dalam kelompok, yaitu peserta didik bebas dalam mengungkapkan

    pendapatnya, bertanya maupun jawaban pertanyaan. Diharapkan dalam

    pembelajaran ini peserta didik akan berpikir untuk saling menghargai

    pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok.Setiap anggota

    kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan

    pendapat selain itu dalam model pembelajaran ini diharapkan dapat

    menyatukan pendapatnya secara individu untuk menjadi jawaban secara

    kelompok. Selainitu, ketika peserta didik yang telah ditunjuk nomornya

    peserta didik harus mampu menjelaskan jawaban untuk dibacakan ke

    seluruh peserta didik, dari jawaban yang dibacakan oleh kelompok tersebut

    akan terlihat kelompok mana yang mempunyai hasil belajar tertinggi dan

    terendah.

    4. Daya Dukung

    Sistem pendukung dalam model NHT ini harus responsif dalam

    pelaksanaanya terhadap semua kebutuhan peserta didik. Guru dan peserta

    didik harus dapat menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat

    membutuhkannya. Misalnya dalam pembelajaran Matematika tentang

    materi jaring-jaring dan volume bangun ruang dibutuhkan lembar kerja

    peserta didik, buku paket untuk dapat mencari jawaban dari pertanyaan

    yang ada di lks, kartu bernomor, serta menambahkan media gambar

    mengenai jaring-jaring dan volume bangun ruang

  • 32

    5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak instruksional yaitu dampak dari prmbelajaran yang

    dilakukan hari ini dengan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara

    mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Dampak

    instruksional dalam model NHT secara umum adalah melalui proses

    darikerjasama dalam kelompok diharapkan adanya kedisiplinan dan

    tanggung jawabdari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua

    anggota kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi yang

    dilakukan. Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam

    pembelajaran Matematika dengan materi tentang jaring-jaring dan volume

    bangun ruang

    Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan peserta didik

    dalam pembelajaran Matematika dengan materi dan jaring-jaring dan

    volume bangun ruang melalui model NHT adalah terbentuk sikap

    komunikatif, kerja sama, berfikir kritis, tanggung jawab, percaya diri,

    toleransi, demokratis, sportif, rasa ingin tahu, dan memiliki keberanian

    dalam mengungkapkan pendapat. Dampak pengiring hanya mungkin

    terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai

    kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.

    Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head

    Together digambarkan dalam bagan berikut.

  • 33

    Gambar 3

    Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head

    Together(NHT)

    Model Number

    Head Together

    (NHT)

    Komunikatif

    Kerja sama

    Berpikir kritis

    Tanggung jawab

    Percaya diri

    Toleransi

    Demokratis

    Sportif

    Berani

    Rasa ingin tahu

    Tekun

    Kemampuan

    mengidentifikasi bangun

    ruang

    Kemampuan

    mengidentifikasi jaring-

    jaring kubus

    Kemampuan

    mengidentifikasi volume

    kubus

    Kemampuan identifikasi

    jaring-jaring balok

    Kemampuan identifikasi

    rusuk balok

    Keterangan

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring

  • 34

    dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat

    diambil kesimpulan menjadi komponen mengenai langkah-langkah

    penerapan pembelajaran NHT adalah seperti berikut :

    Tabel 2.4

    Sintagmatik Model Pembelajaran Model NHT

    Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik

    Tahap 1

    Persiapan

    1. Guru mengkondisikan seluruh peserta didik dan

    menyiapkan alat

    pembelajaran

    1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dan menyiapkan

    alat pembelajaran

    2. Guru menyampaikan materi dan tujuan

    pembelajaran hari ini

    2. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru

    3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta

    didik

    3. Peserta didik mengerjakan soal Pretest secara individu

    4. Guru berusaha memancing pengetahuan peserta didik

    tentang materi jaring-jaring

    dan volume bangun ruang

    4. Peserta didik menanggapi pertanyaan dari guru dengan

    menyebutkan jaring-jaring

    dan volume bangun ruang

    5. Guru menyampaikan materi jaring-jaring dan

    volume bangun ruang

    5. Peserta didik memperhatikan materi yang sedang dijelaskan

    oleh guru

    Tahap 2

    Number atau

    penomoran

    1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari

    4-5. dan

    1. peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil yang

    beranggotakan 5 orang

    2. Guru membagi kartu dan menjelaskan tugas nomor

    kepada setiap peserta

    didik, dan setiap anggota

    kelompok mendapat nomor

    yang berbeda

    2. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor

    dengan tugas yang berbeda-

    beda

    Tahap 3

    Question and

    answering (

    tahap tanya

    jawab)

    1. Guru membuat contoh soal sebagai langkah awal uji

    coba dan meminta

    kelompok yang dapat

    menjawab pertanyaan

    untuk menjawab

    1. Peserta didik mendengarkan arahan dari guru, dan

    mencoba menjawab soal dari

    guru

    2. Permainan dimulai dari guru membuat pertanyaan

    danmenunjuk salah satu

    nomor anggota secara acak

    untuk menjawab soal

    2. salah satu peserta yang ditunjuk oleh guru berdiskusi

    dengan temannya dan

    mempresentasikan hasil

    diskusi bersama

    kelompoknya.

  • 35

    3. apabila terdapat guru menemukan peserta didik

    yang memiliki jawaban

    berbeda dapat disampaikan

    hingga guru memberikan

    titik kesimpulan

    3. apabila terdapat peserta didik yang memiliki jawaban

    berbeda dapat disampaikan

    hingga menemukan titik

    kesimpulan

    4. guru dan peserta didik bermain hingga 10 menit

    dan mencatatkan skor

    akhir permainan kelompok

    4. Peserta didik dan guru bermain hingga 10 menit dan

    mencatatkan skor akhir

    permainan kelompok

    Tahap 4

    Membuat

    kesimpulan

    5. Guru bersama peserta didik membuat

    kesimpulan.

    4. Peserta didik dan guru saling mengkomunikasihasil diskusi

    5. Peserta didik dan guru membuat kesimpulan

    pembelajaran hari ini

    Tahap 5

    Memberi

    penghargaan

    5. Guru memberikan penghargaan terhadap

    kelompok

    6. Peserta didik menerima penghargaan atau hadiah dari

    guru

    6. Guru memberikan soal evaluasi postest terhadap

    peserta didik

    7. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi yang diberikan

    oleh guru

    Model pembelajaran NHT dalam pelaksanaanya memiliki

    keunggulan atau kelebihan menurut Ahmad Zuhdu (2010: 65) menyatakan

    pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa kelebihan dalam

    pelaksanaannya, diantaranya adalah :

    1. Setiap peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran ini menjadi siap

    semua.

    2. Dalam pembelajaran ini peserta didik diharuskan untuk berdiskusi

    dengan sunguh-sunguh.

    3. Dalam diskusi peserta didik dapat lebih dominan pintar dapat

    mengajari peserta didik yang kurang pandai dalam pelaksanaannya.

    2.1.7 Hasil Belajar Peserta Didik

    Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari penilaian akhir hasil belajar

    dalam pembelajaran, hal tersebut sangatlah berkaitan karena untuk

    mengetahui tolak ukur dalam pembelajaran seberapa jauh seorang peserta

    didik dapat menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh

    guru. Suhandi (2016: 122) mengungkapkan kegiatan melaksanakan

    penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami

  • 36

    materi pembelaajaran dapat menggunakan soal yang telah di rencanan.

    Maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pelaksanaan perskoran

    hasil pembelajaran. Sedangkan Ahmad susanto (2013: 5) mengungkapkan

    hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

    melalui pelaksanaan proses belajar. Karena pada dasarnya belajar

    merupakan proses dari usaha seseorang untuk memperoleh suatu bentuk

    perubahan perilaku yang relatif menetap, anak-anak yang dikatakan telah

    berhasil dalam belajar adalah anak-anak yang berhasil mencapai tujuan

    pembelajaran atau kriteria ketuntasan minimal yang biasanya sudah

    ditetapkan oleh guru.

    Berbeda diungkapkan oleh Suprijono (2013: 5) yang mengungkapkan

    hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap,

    apresiasi hingga keterampilan. Hingga hal tersebut merujuk pemikiran

    Gagne, hasil belajar berupa:

    a. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam

    bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.

    b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan menjelaskan konsep dan

    simbol.

    c. Strategi kognitif yaitu kemampuan dalam menyalurkan dan

    mengarahkan pada kegiatan kognitifnya. Kemampuan ini meliputi

    penggunaan konsep dan aturan dalam memecahkan suatu masalah.

    d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

    jasmani sehingga dapat mewujudkan gerak jasmani secara otomatis.

    e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

    penilaian terhadap objek tersebutdan kemampuan menjadikan nilai-nilai

    tersebut sebagai standar perilaku.

    Mawardi (2018: 29) mengungkapkan evaluasi pembelajaran

    berfungsi sebagai suatu program yang direncanakan dan di terapkan untuk

    melihat tercapainya atau belum tercapainya dari proses pembelajaran dan

    tingkat efisiensi dari pelaksanaan pembelajaran.Dari beberapa pendapat

    para ahli mengenai evaluasi hasil belajar dapat di simpulkan bahwa hasil

  • 37

    belajar merupakan sebuah pola yang dilakukan setelah proses

    pembelajaran dimana hal tersebut dilakukan untuk mengukur seberapa

    jauh pola penguasaan materi oleh peserta didik yang dibagi menjadi tiga

    aspek yaitu : Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

    2.2 Kajian Penelitiann yang Relevan

    Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Nur Halimah dan Sumardjono

    (2017: 274) tentang perbedaan pengaruh pembelajaran STAD dan NHT pada

    hasil belajar matematika kelas V dengan menggunakan uji T memperoleh

    hasil yang signifikan ditunjukan dengan signifikan probabilitas sig (2 tailed),

    dari uji t/ uji beda menunjukkan sig sebesar 0,019 yang berarti kurang dari

    0,05. Dengan kata lain penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil

    perbedaan pengaruh signifikan.

    Penelitian dengan menggunakan model NHT juga dilakukan oleh oleh

    Hanifah Kusumawati dan Mawardi (2016: 262) tentang perbedaan penerapan

    model pembelajaran NHT dan STAD ditinjau dari hasil belajar, dalam

    pelaksanaan penelitiannya menggunakan uji ANCOVA mendapat temuan

    probabilitas uji 0,002 < 0,05, berarti H0 ditolak, Ha diterima. Signifikansi

    didukung juga oleh rerata dari dua sampel hasil postes pembelajaran NHT

    sebesar 81 dan STAD sebesar 74.

    Galuh Adi Prakoso (2015: 117) dengan penelitian keefektivan

    pembelajaran NHT hasil belajar IPS peserta didik kelas V dengan

    menggunakan Independent Sample uji T menunjukan hasil salah satu SD

    imbas mengalami peningkatan pada kelompok kontrol yaitu 100 dan nilai

    terendahnya adalah 40 dengan rata-rata skor hasil belajar 83,83. Adapun dari

    32 siswa kelompok eksperimen terdapat 29 siswa yang tuntas KKM mata

    pelajaran IPS kelas IVA di SDN Sudirman dengan persentase 90,62% dan 3

    siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 9,38%.

    Selain penelitian dari Galuh, Gina Sonia, Sofyan Iskandar dan Srie

    mulyani (2017: 30) juga melakasanakan penelitian tentang penerapan model

    NHT dalam pembelajaran IPS pada kelas IV yang menunjukan hasilnya

    dengan menggunakan model pembelajaran NHT mampu menunjang hasil

  • 38

    belajar mengalami peningkatan pada setiap siklus mengalami peningkatan,

    ditunjukkan dengan siklus pertama ini didapat nilai 42% dengan kategori

    cukup baik, dan pada siklus kedua didapat nilai 62% dengan kategori baik,

    dan pada siklus ketiga didapat 86% dengan kategori sangat baik

    Dyah Kartika Sari (2017: 13) melakukan penelitian peningkatan hasil

    belajar IPS menggunakan model kooperatif tipe NHT pada peserta didik kelas

    6 SD. Pada penelitian ini menunjukan sebuah kenaikan presentase hasil

    belajar pesera didik melebihi KKM ditunjukkan dengan pada pra siklus

    ketuntasan KKM sebesar 31,25%, pada siklus I ketuntasan KKM meningkat

    mencapai 56,25%, dan pada siklus II ketuntasan KKM meningkat hingga

    mencapai 81,25%.

    Dimas Wira Yudha (2014: 6) melakukan penelitian tentang studi

    komparasi strategi dengan pembelajaran kooperatif NHT dan Snowball

    Throwing ditinjau pada hasil belajar. pada penelitian ini penelitian dilakukan

    menggunakan uji T yang memperoleh hasil komparasi yang signifikan yaitu

    dengan model NHT peserta didik memperoleh rata-rata 83,67 sedangkan

    menggunakan model Snowball Throwing peserta didik memperoleh rata-rata

    77,78.

    Selain itu penelitian lain juga telah dilakukan oleh Heri Maria Zulfiati

    (2013: 107) tentang penerapan model cooperative learning tipe Snowball

    Throwing untuk meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa, dengan

    menunjukan kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Snowball

    Throwing mengalami peningkatan dalam pembelajaran, ditunjukan dengan

    rata-rata siklus 1 diperoleh 72,84 sedangkan siklus 2 diperoleh 83,26.

    Ni Md. Seriani dan I Kt. Dibia (2017: 216) meneliti tentang penerapan

    model pembelajaran Snowball Throwing meningkatkan hasil belajar IPA

    peserta didik kelas V SD. Hasilnya ditunjukan Pada siklus I rata-rata hasil

    belajar IPA siswa sebesar 72,42% pada kategori rendah dan meningkat

    menjadi 82,58% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.Terjadi

    peningkatan sebesar 10,16%.

  • 39

    Ni Komang Purmani Apriani, Ign I Wayan Suwatra dan I Gd

    Mangunyasa (2016: 9) mengungkapkan hasil penelitian tentang Pengaruh

    model pembelajaran Snowball Throwing yang ditinjau dari hasil belajar

    peserta didik kelas V. Pada pelaksanaan peneliti menggunakan uji T sebagai

    pengambilan datanya, menunjukkan hasil belajar peserta didik menggunakan

    model Snowball Throwing lebih besar daripada kelas kontrol dengan

    presentase sebesar 24,77 dibanding dengan 14,69.

    Selain itu penelitian menggunakan model Snowball Throwing dilakukan

    oleh Swara Alam Syah, Triyono, dan Harun Setyo Budi (2013: 4)

    mengungkapkan penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe

    Snowball Throwing kelas IV yang menunjukan hasilnya menunjang hasil

    belajar peserta didik, dilihat dalam presentase pada siklus I dengan hasil

    70,20% dan pada siklus II mendapat nilai 89,22%. Nilai rata-rata yang di

    dapat oleh siswa sekitar 19,22%

    2.3 Kerangka Berpikir

    Penemuan dari penelitian mengenai pengetahuan oleh peserta didik

    dapat diperoleh melalui pengalaman belajar yang langsung dialami peserta

    didik di sekolah atau di lingkungan sekitarnya. Selain dari pengalaman

    belajar langsung peserta didik juga membutuhkan cara belajar yang

    diharapkan mampu membuat peserta didik terdorong untuk lebih memahami

    konsep penting di dalam belajar matematika. Kemudian konsep yang diterima

    oleh peserta didik diharapkan nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan

    sehari-hari

    Perbedaan hasil model kooperatif Number Head Together dan Snowball

    Throwing yang ditinjau dari hasil belajar peserta didik diharapkan dari

    penelitian ini mampu membentuk peserta didik agar memperoleh informasi

    serta memahaminya, serta diharapkan dari peserta didik berperan aktif dalam

    pembealajaran dan mencari informasi. Selain itu dalam pembelajaran ini

    peserta didik mampu bekerja sama didalam kelompoknya. Setelah

    menemukan informasi, peserta didik juga dapat berbagi informasi atau

  • 40

    pengetahuan yang telah mereka miliki kepada teman-teman sekelompok

    maupun kelompok lain melalui laporan diskusi masing-masing kelompok.

    Model pembelajaran Number Head Together mempunyai

    beberapasintak/langkah pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat

    memberikanpengaruh terhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari

    masing-masing sintak meliputi: (1) Peserta didik dibagi guru menjadi

    beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang (2) Setiap peserta didik

    dalam kelompok mendapat nomor dengan tugas yang berbeda-beda (3)

    Peserta didik berisiap dan dan guru melemparkan beberapa pertanyaan verbal

    untuk mengecek kesiapan peserta didik (4) Peserta didik diberikan pertanyaan

    dan tugas oleh guru (5) Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi untuk

    mengerjakan dan mengambil kesimpulan dari setiap pertanyaan (6) Guru

    menunjuk salah satu peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi bersama

    kelompoknya (7) Apabila kelompok peserta didik lain kurang setuju dapat

    menyanggahnya (8) peserta didik dan guru saling mengkomunikasi hasil

    diskusi (9) Kesimpulan.

  • 41

    Gambar 4 kerangka berpikir model NHT

    Langkah-langkah/ tahap

    Model Number Head Together

    Persiapan

    Penomoran

    Pertanyaan dan

    berpikir bersama

    Pemberian

    Jawaban

    Memberikan

    Kesimpulan

    Penghargaan

    Kelompok

    Rasa ingin tahu

    Tanggung jawab

    Komunikatif

    Percaya Diri

    Berpikir Kritis

    Kerja sama

    Tekun

    Teliti

    Toleransi

    Berani

    Demokratis

    Sportif

    Kemampuan

    mengidentifikasi

    Bangun Ruang

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    jaring-jaring kubus

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    volume kubus

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    jaring-jaring balok

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    volume balok

    Hasil

    Belajar

    Keterangan :

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring

  • 42

    Model Snowball Throwing mempunyai beberapa sintak/langkah

    pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan

    pengaruhterhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari masing-

    masing sintak diantaranya: (1) Guru menyampaikan materi yang akan

    disajikan, dan KD yang ingin dicapai. (2) Guru membentuk kelompok-

    kelompok kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

    diberikan penjelasan tentang materi. (3) Masing-masing ketua kelompok

    kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang

    disampaikan oleh guru kepada temannya. (4) Kemudian masing-masing

    peserta didik diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan

    apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua

    kelompok. (5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti

    bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain. (6)

    Peserta didik yang mendapat lemparan bola diberikan kesempatan untuk

    menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola

    tersebut. (7) Evaluasi. (8) Penutup.

    Dampak intruksional pada penerapan model pembelajaran Snowball

    Throwing yangditerapkan pada mata pelajaran materi dan jaring-jaring dan

    volume bangun ruang. Berikut akan dipaparkan gambar bagan kerangka

    berpikir dalam penggunaan model pembelajaran NHT dan Snowball

    Throwing, yang terdiri dari sintak model,dampak intruksional, dampak

    pengiring dan hasil belajar.

  • 43

    Gambar 5 kerangka berpikir model Snowball Throwing

    Langkah-langkah/ tahap

    Pembelajaran Snowball Throwing

    Penyajian Kelas

    Belajar

    Kelompok

    Pembagian Tugas

    Tanya Jawab

    Evaluasi

    Kesimpulan

    Penghargaan

    Kelompok

    Disiplin

    Tanggung jawab

    Komunikatif

    Kerja sama

    Demokratis

    Kemampuan

    mengidentifikasi

    Bangun Ruang

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    jaring-jaring kubus

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    volume kubus

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    jaring-jaring balok

    Kemampuan

    Mengidentifikasi

    volume balok

    Hasil

    Belajar

    Keterangan :

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring

  • 44

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai

    berikut :

    HO= Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD

    dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number

    Head Together (NHT) tidak lebih tinggi secara signifikan

    dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model kooperatif

    tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro Kabupaten

    Boyolali.

    = Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD

    dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number

    Head Together (NHT) lebih tinggi secara signifikan dari model

    kooperatif tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro

    Kabupaten Boyolali.