34
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2015: 185). Sejalan dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Ruseffendi (Heruman, 2013: 1) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu yang menjadi dasar dari ilmu-ilmu lainnya dan dapat berfungsi untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dalam dunia kerja serta dapat memberikan dukungan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.1.1.2 Fungsi Matematika Matematika berfungsi sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran matematika untuk SD/MI menyatakan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2015: 185).

Sejalan dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan

matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya

pikir manusia.

Ruseffendi (Heruman, 2013: 1) mengemukakan bahwa matematika adalah

bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu yang

menjadi dasar dari ilmu-ilmu lainnya dan dapat berfungsi untuk menyelesaikan

masalah sehari-hari dalam dunia kerja serta dapat memberikan dukungan terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.1.2 Fungsi Matematika

Matematika berfungsi sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai

kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat

menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Permendiknas No 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran matematika untuk SD/MI

menyatakan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

Page 2: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

11

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Oleh karena itu, penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari

pembelajaran matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika hanyalah

jalan mencapai penguasaan kompetensi. Keseluruhan fungsi matematika tersebut

hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika.

2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan

dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien (Komalasari, 2013: 3). Menurut Wragg

(Susanto, 2015: 188) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta,

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau

suatu hasil belajar yang diinginkan.

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian belajar kepada peserta

didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari Muhsetyo

(Susanti, 2012: 13). Sedangkan Susanto (2015: 186) mendefinisikan pembelajaran

metematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi matematika. Menurut Heruman (2013: 4) dalam pembelajaran matematika

harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan

konsep yang akan diajarkan. Beliau juga menambahkan bahwa siswa harus dapat

menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya yang berupa

konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi. Berdasarkan pendapat

yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa,

melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa

Page 3: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

12

serta antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya.

Sehingga dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa harus

saling bekerjasama demi terlaksananya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan-kemampuan, sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma,

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,

sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selain tujuan umum

yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta

memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan, matematika SD juga

memuat tujuan khusus yaitu: 1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan

berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; 2) menumbuhkan

kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; 3)

mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut

dan; 4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang guru

hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang

memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan mengembangkan

pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan

pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya dalam ingatan yang

Page 4: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

13

sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini

sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau pemahaman

siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri (Susanto,

2013: 190-191). Sehingga dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pembelajaran

matematika di SD adalah memberi bekal kepada siswa untuk mampu dan terampil

dalam menggunakan penalarannya guna menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

2.1.1.5 Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Piaget (Heruman, 2013: 1) siswa Sekolah Dasar berada pada fase

operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan

dalam proses berpikir untuk mengoprasikan kaidah-kaidah logika, meskipun

masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Oleh karena itu, proses belajar

mengajar perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran

matematika di Sekolah Dasar.

Wigar (Wibowo, 2015: 8 - 9) menyatakan bahwa pembelajaran matematika

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap) dimulai dari konsep yang

sederhana ke konsep yang lebih sukar.

2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. Dalam setiap

memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperkenalkan

konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu

dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk

mengingatkannya kembali.

3. Pembelajaran matematika menekankan pada pola pendekatan induktif.

Matematika adalah ilmu deduktif. Matematika tersusun secara deduktif

aksiomatik. Namun, sesuai dengan perkembangan intelktual di SD. Maka

dalam pembelajaran matematika perlu ditempuh dengan pola pikir atau

pendekatan induktif.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten. Kebenaran

matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran-

Page 5: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

14

kebenran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran

konsistensi, tidak ada pertentangan antara konsep yang satu dengan konsep

yang lainnya. Dalam pembelajaran matematika di SD kebenaran konsistensi

tersebut mempunyai nilai didik yang sangat tinggi dan amat penting untuk

pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Secara garis besar beberapa hal yang perlu dipahami oleh para guru SD

dalam rangka mempersiapkan pembelajaran matematika sudah pasti berkenaan

dengan konsep-konsep dasar matematika, analisis substansi materi matematika

dalam kurikulum SD dan proses pembelajarannya. Hal pertama yang perlu

dipahami berkenaan dengan pengkajian terhadap konsep-konsep dasar matematika

tersebut adalah dengan penalaran karena penalaran merupakan landasan untuk

mempelajari konsep-konsep matematika selanjtnya (Wahyudi, 2012: 21). Menurut

Hamzah (2014: 49) menguasai matematika tidak hanya dilihat pada unitnya saja

seperti aritmatika, akan tetapi ada yang lebih luas yaitu menguasai dan terampil

menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu. Paling sederhana siswa

dapat menguraikan langkah-langkah menyelesaikan masalah sekurang-kurangnya

tiga langkah penyelesaian soal. Penguasaan langkah-langkah penyelesaian

masalah inilah akhirnya menjadi target berhasil atau tidaknya seorang guru

mengajar matematika.

2.1.2 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Burton (Susanto, 2015: 3) mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah

laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu

lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Suprihatiningrum (2013: 14)

menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu

secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang

diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai

pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian halnya

dengan Budiningsih (Suprihatiningrum, 2013: 15) menyatakan bahwa belajar

Page 6: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

15

merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif

melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna

tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Susanto (2015: 4) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang

dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan

seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,

merasa, maupun dalam bertindak. Lain halnya dengan W.S. Wingkel (Susanto,

2015: 4) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Dari

beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar

merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

melibatkan aktivitas mental dan interaksi aktif antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok dan individu dengan lingkungan sehingga dapat

menghasilkan perubahan salah satunya adalah perubahan dalam hal pengetahuan

yang dapat diukur dengan hasil belajar.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat

dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar, demikian pula sebaliknya.

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013: 37) adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan

dapat diamati melalui penampilan siswa (leaner’s performance). Reigeluth

(Suprihatiningrum, 2013: 37) juga berpendapat bahwa hasil belajar atau

pembelajaran dapat dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai

dari metode (strategi) alternative dalam kondisi yang berbeda. Ia juga mengatakan

secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang

Page 7: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

16

diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil

belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).

Secara sederhana, Susanto (2015: 5) mendefinisikan bahwa yang dimaksud

dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

yang relatif menetap. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di

atas dipertegas lagi oleh Nawawi (Susanto, 2015: 5) yang menyatakan bahwa

hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil

tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu. Dari beberapa pengertian

mengenai hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kecakapan

siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan melalui skor atau nilai

yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes mengenai sejumlah materi pelajaran

tertentu yang sudah dipelajari.

2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Demi mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan, maka perlu

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Pertama adalah

faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) di antaranya kecerdasan,

bakat, minat dan tingkat motivasi siswa. Kedua adalah faktor dari luar siswa

(faktor ekstern), di antaranya adalah keadaan keluarga, sekolah dan lingkungan

masyarakatnya. Wasliman (Susanto, 2013: 12) mengungkapkan bahwa hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci,

uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal, faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam

diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

Page 8: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

17

internal ini meliputi; kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang

morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang

tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku

yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh

dalam hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman (Susanto, 2013: 13) bahwa

sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa.

Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah,

maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Kualitas pengajaran di sekolah

sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya

(Susanto, 2013: 13), bahwa guru adalah komponen yang sangat menentuan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat

ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan memengaruhi

hasil belajar adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan

yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak

mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti, televisi, radio, dan

komputer. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang

memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Mengacu pada pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Namun, penelitian ini hanya memilih salah satu dalam faktor eksternal

yaitu guru seperti yang telah dipaparkan oleh Wina Sanjaya. Agar lebih spesifik

dan sesuai dengan penelitian ini, maka diambil kualitas pengajaran di kelas yaitu

model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Page 9: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

18

2.1.3 Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Teams Games

Tournaments (TGT) dan Student Teams Achievement Division (STAD)

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce & Well (Inus, 2012: 12) adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sedangkan menurut

Komalasari (2013: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas

oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dari

beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan model pembelajaran adalah suatu rencana yang susun oleh guru mengenai

pembelajaran dari awal sampai akhir.

Selain memiliki tujuan dan asumsi, Joyce et al. (Rustaman, hlm. 2)

mengatakan bahwa sebuah model pembelajaran juga memiliki lima unsur

karakteristik model, yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung,

dampak instruksional dan dampak pengiring. Sintaks mencakup tahap-tahap

kegiatan dari suatu model. Sistem sosial mencakup situasi atau suasana dan norma

yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksi menggambarkan pola kegiatan

bagaimana seharusnya pendidik melihat dan memperlakukan peserta didiknya,

termasuk bagaimana caranya memberikan respon. Sistem pendukung meliputi

segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model

tersebut. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan

cara mengarahkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak

pengiring merupakan hasil belajar lainnya yang dihasilkan dalam interaksi belajar

mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh

peserta didik tanpa arahan langsung dari pendidik (Rustaman, hlm. 2)

Page 10: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

19

2.1.3.2 Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif sering disebut sebagai pembelajaran secara

berkelompok. Slavin (Tukiran, 2011: 55) mengemukakan bahwa cooperative

learning adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 – 6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pada

dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di

mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu

struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota

kelompok. Solihatin (Tukiran, 2011: 56)

Lie (Tukiran, 2011: 56) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative

learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas

dengan lebih efektif. Senada dengan penjelasan tersebut Roger dan David

(Tukiran, 2011: 58) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa

dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur

model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan, yang meliputi: 1) saling

ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat bergantung

pada usaha setiap anggotanya; 2) tanggung jawab perseorangan, artinya setiap

siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik; 3) tatap

muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk

bertemu muka dan berdiskusi: 4) komunikasi antar anggota, artinya agar para

pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi dan; 5) evaluasi

proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif.

Page 11: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

20

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar

berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran

kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan

bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat

kerjasama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk tujuan mencapai tujuan

maupun reward. (Suprijono, 2011: 61). Berdasarkan paparan di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) adalah suatu model pembelajaran yang banyak memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara terstruktur. Dalam hal ini guru tidak

lagi bertugas sebagai transfer pengetahuan melainkan menjadi fasilitator dan

mediator di mana siswa lebih banyak diberikan kesempatan melalui interaksi yang

aktif dan positif antar sesama siswa untuk memecahkan soal-soal dalam materi

yang diberikan, baik melalui membaca, mendengar, analisis maupun refleksi

terkait dengan materi pelajaran tersebut. Agar pembelajaran terlaksana dengan

baik, maka guru harus memperhatikan langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif.

2.1.3.3 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning

Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi jika guru benar-benar

menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Banyak guru hanya

membagi peserta didik dalam kelompok kemudian memberi tugas untuk

menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai hal yang dikerjakan. Akhirnya,

peserta didik merasa ditelantarkan. Karena mereka belum berpengalaman, mereka

merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan

tugas tersebut. Akibatnya kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, kita sebagai

guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2011:

64). Sintak tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Page 12: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

21

Tabel 1 Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information Menyampaikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efesien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai meteri pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative

Learning

Karli dan Yuliariatiningsih (artikelbagus.com) mengemukakan kelebihan

model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) dapat melibatkan siswa secara aktif

dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana

belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis; 2) dapat mengembangkan

aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa; 3) dapat

mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan

sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat; 4) siswa tidak hanya

sebagai objek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar karena siswa dapat

menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya; 5) siswa dilatih untuk bekerjasama,

karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk

mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya; 6)

memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami

pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya

lebih bermakna bagi dirinya. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran

kooperatif juga memiliki kelemahan, seperti yang telah di kemukakan oleh

Thabrany (artikelbagus.com) sebagai berikut: 1) bisa menjadi tempat mengobrol

Page 13: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

22

atau gosip; 2) sering terjadi debat sepele di dalam kelompok; 3) bisa terjadi

kesalahan kelompok. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kelemahan

tersebut maka guru diharapkan untuk membagi kelompok yang beranggotakan 3,

5 atau 7 orang siswa, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat

terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan guru juga harus memberikan

nasehat kepada siswa yang memiliki kemampuan tinggi supaya jangan pelit

membagi ilmunya kepada temannya yang membutuhkan.

2.1.3.5 Macam-Macam Model Pembelajaran Cooperative Learning

Terdapat beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif,

walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Menurut

Rusman (2013: 213 – 225) jenis-jenis model pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut: 1) model Student Teams Achievement Division (STAD)

merupakan variasi pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagi menjadi

kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,

dan sukunya; 2) model Jigsaw merupakan model pembelajaran yang pola kerjanya

seperti sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara

bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama; 3) Group

Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagi

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 – 6 siswa yang heterogen,

selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan

yang mendalam atas topik yang dipilih kemudian mempresentasikan hasilnya

tersebut; 4) model Make a Match (mencari pasangan) merupakan salah satu jenis

model pembelajaran kooperatif di mana siswa disuruh mencari pasangan kartu

yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat

mencocokkan kartunya diberi poin; 5) model TGT (Teams Games Tournaments)

merupakan salah satu tipe pembelajaran koopereatif yang menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 – 6 orang siswa yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk

berturnamen antar kelompok; 6) model Struktural merupakan model pembelajaran

kooperatif yang memiliki enam komponen utama dalam pembelajaran yaitu

struktur dan konstruk yang berkaitan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan

Page 14: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

23

kelompok dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola dan keterampilan sosial.

Dari beberapa model pembelajaran kooperatif tersebut hanya diambil dua model

pembelajaran saja untuk diteliti yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) karena kedua model pembelajaran tersebut

memiliki karakteristik yang hampir sama.

2.1.3.6 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Teams

Games Tournaments (TGT)

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang di desain dan dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada tahun

1990. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rusman (2013: 224) bahwa TGT

adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

Menurut Slavin (2010: 166) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) memiliki lima komponen utama yaitu presentasi kelas, bekerja

dalam tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Sementara Saco (Rusman, 2013:

224) mengatakan bahwa dalam TGT siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-

masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga

diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok

mereka). Pendapat Saco tersebut didukung oleh Trianto (2013: 83) yang juga

mengatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

tambahan poin untuk skor tim meraka.

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah

kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari

Page 15: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

24

semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi

kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar dan soal yang lebih mudah

untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai

kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam

bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternative atau dapat pula

sebagai review materi pembelajaran (Rusman, 2013: 224). Dari uraian di atas,

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT merupakan model

pembelajaran yang menitikberatkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. Dalam pembelajaran ini

siswa akan lebih aktif karena masing-masing siswa dalam setiap kelompok akan

dituntut tanggungjawabnya ketika mengikuti turnamen pada akhir pokok bahasan

pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan

dalam hal akademik. Setiap siswa yang tergabung dalam suatu kelompok tersebut

akan berlomba-lomba untuk memperoleh hasil yang optimal. Diharapkan dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) ini siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, lebih bisa

bekerjasama dengan teman-teman lain, lebih bertanggungjawab dan membuat

suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Oleh karena itu, agar pembelajaran

efektif dan menyenangkan maka baik guru maupun siswa harus memperhatikan

langkah-langkah dalam setiap pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2.1.3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Teams

Games Tournaments (TGT)

Menurut Robert E. Slavin (2010: 161- 175) komponen-komponen dalam

TGT adalah presentasi kelas, belajar dalam tim, game, turnamen dan rekognisi

tim. Berikut adalah sintak dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Tabel 2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Sintaks dalam Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Perilaku Guru

Fase 1 Presentasi Kelas

Guru memberikan presentasi materi kepada siswa dengan cara demonstrasi lewat bahan bacaan atau LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

Fase 2 Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar secara

Page 16: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

25

Belajar Tim heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5 – 6 orang siswa. Siswa menyelesaikan tugas atau masalah yang terdapat dalam LKS secara berkelompok

Fase 3 Game

Guru menyiapkan meja turnamen, kartu undian, kartu soal, dan kartu jawaban

Fase 4 Turnamen

Guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen

Fase 5 Rekognisi Tim

Guru memberikan informasi kepada masing-masing kelompok tentang skor yang telah mereka peroleh Guru memberikan penghargaan atau hadiah kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi

Berdasarkan tabel 2 di atas, berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai

sintak dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.

1. Presentasi Kelas

Presentasi kelas dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran

klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang

dibahas saja. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam

kelompoknya. Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius

selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus

mengerjakan games akademik dengan sebaik-baiknya dengan skor mereka akan

menentukan skor kelompok mereka.

2. Belajar Tim

Kelompok disusun dengan beranggotakan 5 – 6 orang siswa yang mewakili

pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan

akademik, jenis kelamin ras atau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan

adalah anggota-anggota kelompok saling menyakinkan bahwa mereka dapat

bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih

khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.

3. Game

Gamenya terdiri dari atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan

yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari

presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas

meja dengan tiga orang siswa, yang mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan

game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang

Page 17: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

26

sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab

pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang

penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-

masing.

4. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan

presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar

kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja

turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya

pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya

sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari

semua tingkat kinerja sebelumnya berkonstribusi secara maksimal terhadap skor

tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

5. Rekognisi Tim

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa

hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar

sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. Ada tiga

penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim. Penghargaan tim

dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Penghargaan Tim

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

40 Tim Baik (Good Teams) 45 Tim Sangat Baik (Great Teams) 50 Tim Super (Super Teams)

Teams Games Tournaments (TGT) terdiri dari siklus regular dari aktivitas

pengajaran, sebagai berikut:

1. Pengajaran

Guru menyampaikan pelajaran seperti yang telah dijelaskan pada

komponen pertama yaitu presentasi di kelas.

Page 18: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

27

2. Belajar Tim

Para siswa diminta untuk memahami dan menyelesaikan permasalaan yang

terdapat dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Mereka harus saling membantu

dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Karena tim

adalah fitur yang paling penting dalam TGT, maka pada tiap poinnya, yang

ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan

tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

Berikut akan diuraikan langkah-langkah untuk membagi para siswa ke dalam

tim:

a. Membuat Lembar Rangkuman Tim

Membuat sebuah kopian dari lembar rangkuman tim untuk setiap lima

siswa (sudah terdapat dalam LKS masing-masing kelompok).

Tabel 4 Lembar Rangkuman Tim

Nama Tim: Anggota Tim 1 2 3 4 5 6 Total

Total Skor Tim Rata-rata Tim Penghargaan Tim

b. Susun Peringkat Siswa

Pada selembar kertas, buatlah urutan peringkat siswa atau nilai rata-rata

(mata pelajaran) dari yang tertinggi sampai yang terendah kinerjanya.

c. Tentukan Berdasarkan Jumlah Tim

Tiap tim harus terdiri dari lima anggota jika memungkinkan. Untuk

menentukan berapa tim yang akan dibentuk, maka jumlah siswa di kelas

tersebut dibagi lima, hasil bagi tersebut tentunya merupakan jumlah tim

beranggotakan lima orang yang akan terbentuk. Jika pembagaian tersebut tidak

genap, maka sisa dari pembagian tersebut ditambahkan pada tim yang telah

terbentuk empat orang, sehingga akan terdapat satu atau dua, atau tiga tim yang

beranggotakan enam orang.

Rata-rata Tim = Total Skor Tim : Jumlah Anggota Tim

Page 19: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

28

d. Pembagian Siswa ke dalam Tim

Dalam membagi siswa ke dalam tim, seimbangkan timnya supaya (a) tiap

tim terdiri atas level yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan

tinggi, dan (b) level kerja yang sedang dari semua tim yang ada di kelas

hendaknya setara. Berikut contoh format membagi siswa ke dalam tim.

Tabel 5 Membagi Siswa ke dalam Tim

Kategori Peringkat/Nilai Rata-rata Nama Tim

Siswa Berprestasi Tinggi

89 85 82 81 78 77

A B C D E F

Siswa Berprestasi Sedang

76 75 75 71 71 70 70 70 68 68 68 67 63 63 63 63 61 61

F E D C B A A B C D E F A B C D E F

Siswa Berpengetahuan

Rendah

60 59 59 59 59 58

F E D C B A

e. Isilah Lembar Rangkuman Tim

Isilah nama-nama siswa dari tiap tim dalam lembar rangkuman tim.

3. Turnamen

Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen,

dengan meja turnamen empat peserta. Perhatikan gambar di bawah ini:

Page 20: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

29

Gambar 1 Penempatan Siswa pada Meja Turnamen

Keterangan: MT 1, MT 2, MT 3, MT 4 : Meja Turnamen A-1, B-1, C-1 : Siswa berkemampuan akademik tinggi A-2, B-2, C-2 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-3, B-3, C-3 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-4, B-4, C-4 : Siswa berkemampuan akademik rendah

Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan

pembaca yang pertama – yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan

berlangsung sesuai waktu di mulai pembaca pertama.

Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia

lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada

pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan pilihan

berganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca

dan menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya

diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut

melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus

mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah

si pembaca memberikan jawaban, siswa yang di sebelah kiri atau kananya

TEAM A

TEAM B TEAM C

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

MT

1

MT

2

MT

3

MT

4

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

Page 21: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

30

(penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang

berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua mempunyai

jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh

menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus

mengembalikan kartu yang telah dimenagkan sebelumnya kedalam kotak (jika

ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya

jawaban, ditantang, atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang

ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban

yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan

menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus

mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam boks. (Slavin,

2010: 172 - 173)

4. Rekognisi Tim

Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut

akan direkognisi atau diberi penghargaan (hadiah) apabila mereka berhasil

melampaui kriteria yang telah ditetapkan.

Pemain 1

1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaan dengan keras. 3. Cobalah untuk menjawab soal.

Pemain 2

Menantang jika dia mau (dan memberikan jawaban yang berbeda) atau boleh melewainya.

Pemain 3

Boleh menantang jika pemain 2 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua pemain sudah menantang atau melewati pemain 3 memeriksa jawaban. Siapapun yang menjawab benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua pemain 2 dan 3 salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang dimenangkan ke dalam kotak, jika ada.

Gambar 2 Aturan Permainan (Slavin, 2008: 173)

Page 22: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

31

Tabel 6 Pemetaan Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Standar Proses

pada Permendiknas No 41 Tahun 2006

Model Sintak

Langkah Dalam Standar Proses

Pendahuluan Kegiatan Inti

Penutup Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Teams Games

Tournaments (TGT)

1. Presentasi Kelas

√ √

2. Belajar Tim √ 3. Games √ 4. Tournaments √ 5. Rekognisi

Team √ √

2.1.3.8 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, demikian juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT). Menurut Shoimin (2014: 207 - 208), kelebihan dari

model pembelajaran kooepetif tipe TGT adalah sebagai berikut: 1) model TGT

tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi)

lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan

akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam

kelompoknya; 2) dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa

kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya; 3) dalam

model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan

sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik; 4) dalam

pembelajaran peserta didik ini, membuat peserta didik menjadi lebih senang

dalam mngikuti pembelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen

dalam model ini. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah sebagai berikut: 1) membutuhkan waktu yang lama; 2) guru dituntut

untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini; 3) guru harus

mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya, membuat

soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis

Page 23: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

32

peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah. Oleh karena itu, untuk

mengatasi kelemahan tersebut maka seorang guru harus pandai dalam memilih

materi pembelajaran yang akan digunakan untuk turnamen, selain itu guru juga

harus mempelajari terlebih dahulu model pembelajaran yang akan digunakan agar

tidak terjadi kerancauan ketika diterapkan di kelas.

2.1.3.9 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

Model pembelajaran kooperetaif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas

John Hopkin. Menurut Slavin (Rusman, 2013: 213) model STAD (Student Teams

Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling

banyak diteliti, model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam

matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada

tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan Trianto (2013: 68)

mendefinisikan pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompoknya 4 – 5 orang siswa secara heterogen.

Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Isjoni (Susanti, 2012: 18) medeskripsikan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu dari

model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal. Pendapat

tersebut dipertegas lagi oleh Slavin (Trianto, 2013: 68 - 69) menyatakan bahwa

pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 – 5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan

bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh

siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak

Page 24: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

33

diperbolehkan saling membantu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli

mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat ditarik kesimpulan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen untuk bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan

saling memberikan motivasi agar tujuan kelompok dapat tercapai.

Strategi pelaksanaan/siklus aktivitas model STAD adalah sebagai berikut: 1)

siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam

kemampuan jenis kelamin dan sukunya; 2) guru memberikan pelajaran; 3) siswa-

siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu

bisa menguasai pelajaran tersebut; 4) semua siswa menjalani kuis perseorangan

tentang materi tersebut. Mereka tidak dapat membantu satu sama lain; 5) nilai-

nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang

sebelumnya; 6) nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi

peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai

mereka yang sebelumnya; 7) nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai

kelompok; 8) kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan

sertifikat atau hadiah-hadiah lainnya. Sharan (Tukiran, 2011: 64 - 65)

Persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum memulai pembelajaran

STAD adalah menyiapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran,

materi bisa diadaptasi dari buku teks atau sumber-sumber terbitan lainnya atau

bisa juga dengan materi yang dibuat oleh guru. Selain materi guru juga

mempersiapkan lembar kegiatan, lembar jawaban dan kuis serta kunci jawaban

untuk setiap kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Selanjutnya, guru

mengelompokkan siswa dalam tim secara heterogen. Setelah itu, guru harus

menentukan skor awal pertama. Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada

kuis-kuis sebelumnya. Apabila guru memulai menggunakan STAD setelah tiga

kali atau lebih kuis, gunakan rata-rata skor siswa sebagai skor awal atau jika tidak,

gunakan hasil nilai terakhir siswa pada tahun lalu. Terakhir adalah membangun

tim, sebelum memulai menggunakan pembelajaran kooperatif akan lebih baik jika

memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim sekedar untuk memberi

Page 25: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

34

kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasyikkan dan

untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Slavin (Tri, 2013: 13).

2.1.3.10 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD)

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Slavin (2010: 143 – 146) ada lima yaitu presentasi kelas, belajar dalam tim, kuis,

skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Tabel 7 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sintak dalam Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Perilaku Guru

Fase 1 Presentasi Kelas

Guru memberikan presentasi materi kepada siswa dengan cara demonstrasi lewat bahan bacaan atau LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

Fase 2 Belajar Tim

Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa. Siswa menyelesaikan tugas atau masalah yang terdapat dalam LKS secara berkelompok

Fase 3 Kuis

Guru memberikan kuis kepada siswa secara individu tentang materi yang telah dipelajari

Fase 4 Skor Kemajuan Individual

Guru memberikan informasi kepada siswa tentang skor yang telah mereka peroleh

Fase 5 Rekognisi Tim

Guru memberikan penghargaan atau hadiah kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi

Berdasarkan tabel di atas, berikut akan dijelaskan mengenai sintak model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam

kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan

atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan

presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa

hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit

STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-

benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan

demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis

mereka menentukan skor tim mereka.

Page 26: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

35

2. Belajar Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari

kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama

dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,

dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim

berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling

sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalah bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila

anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting

dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim

melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik

untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok

bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk

memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang

dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan

terhadap siswa-siswa mainstream.

3. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi

dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggungjawab secara individual

untuk memahami materinya.

4. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada

tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih

giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa

dapat memberikan konstribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem

skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha

mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-

rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

Page 27: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

36

Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan

tingkat skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

Tabel 8 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No. Skor Kuis Poin Kemajuan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 2. 10 – 1 poin di bawah skor awal 10 poin 3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin 5. Kertas jawan sempurna (terlepas dari skor awal) 30 poin

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Tabel 9 Tingkat Penghargaan Kelompok

No. Rata-rata Tim Predikat 1. 0 ≤ N ≤ 5 - 2. 6 ≤ N ≤15 Tim yan Baik (Good Team) 3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali (Great Team) 4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa (Super Team)

Keterangan: N = Rata-rata perolehan skor tim dan skor individu

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mata pelajaran

Matematika di SD N Popongan Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang

sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Penyajian kelas

Sebelum menyajikan meteri guru memulai dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran memberikan motivasi untuk berkooperatif.

Page 28: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

37

3. Pembentukan Kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan

kemampuan belajar.

4. Kegiatan kelompok

Dalam kegiatan belajar kelompok, bahan yang digunakan adalah LKS

(Lembar Kegiatan Siswa) untuk setiap kelompok. Siswa mendiskusikan lembar

kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota

kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan

yang diberikan.

Tabel 10 Pemetaan Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Standar Proses

pada Permendiknas No 41 Tahun 2006

Model Sintak

Langkah Dalam Standar Proses

Pendahuluan

Kegiatan Inti Penutup

Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Student Teams

Achievement Division (STAD)

1. Presentasi Kelas

√ √

2. Belajar Tim √ 3. Kuis √ √ 4. Perkembangan

Skor Individual √ √

5. Rekognisi Team √ √

2.1.3.11 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Suatu strategi pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan.

Demikian halnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achivement Division (STAD). Yuliatmoko (Tri, 2013: 12) mengemukakan bahwa

dalam pembelajaran tipe STAD ada bermacam-macam keunggulan yang terdapat

di dalamnya antara lain: 1) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; 2) dapat

Page 29: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

38

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah; 3) dapat mengembangkan bakat

kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi; 4) dapat

memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan

kebutuhan belajarnya; 5) para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka

dan mereka lebih aktif dalam diskusi; 6) dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya,

dan menghargai pendapat orang lain.

Sementara kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD

menurut Shoimin (2014: 189 - 190) adalah sebagai berikut: 1) konstribusi dari

siswa berprestasi rendah menjadi kurang; 2) siswa berprestasi tinggi akan

mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan; 3)

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit untuk mencapai

target kurikulum; 4) membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif; 5)

membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat melakukan

pembelajaran kooperatif dan; 6) menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat

suka bekerja sama.

2.1.3.12 Perbandingan Karakteristik STAD dan TGT

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi atau tipe

pembelajaran. Setiap tipe dari model pembelajaran pasti memiliki karakteristik

masing-masing, demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

TGT. STAD dan TGT memiliki karakteristik yang hampir sama, yang

membedakan adalah tugas utama. Sajian tentang perbandingan dari beberapa tipe

pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (Tri, 2013: 21 - 22) dapat dilihat pada

tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11 Perbandingan Karakteristik STAD dan TGT

Karakteristik STAD TGT

Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik tinggi dan keterampilan ikuiri

Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja sama dalam kelompok kompleks

Page 30: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

39

Struktur tim Kelompok belajar heterogen dengan 4 – 6 orang anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 4 – 6 orang anggota

Pemilihan topik pelajaran Biasanya guru Biasanya guru

Tugas utama Siswa menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu menuntaskan materi belajarnya

Menyelesaikan inkuiri kompleks

Penilaian Tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay

Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain

Berdasarkan uraian mengenai model kooperatif tipe STAD dan TGT di atas,

maka dapat dilihat perbedaan pelaksanaan atau tahapan pelaksanaan STAD dan

TGT sebagai berikut:

Tabel 12 Perbedaan Tahapan Pelaksanaan STAD dan TGT

Tahapan

Pelaksanaan STAD TGT

Persiapan 1. Guru menyiapkan materi, lembar kegiatan, kuis dan kunci jawaban.

2. Guru mengelompokkan siswa dalam tim.

3. Guru menentukan skor awal masing-masing siswa.

4. Guru membimbing dalam membangun tim.

1. Guru menyiapkan materi, soal kelompok dan kunci jawaban, soal/kartu turnamen dan kunci jawaban.

2. Guru mengelompokkan siswa dalam kelompok.

Kegiatan awal 1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar.

Kegiatan inti 1. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

2. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

3. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

4. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.

5. Atau guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

1. Guru menyajikan materi pelajaran secara umum kepada siswa dengan cara demonstrasi lewat bahan bacaan/LKS.

2. Guru membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, masing-masing terdiri dari 4 – 6 orang.

3. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen.

5. Guru membagi soal-soal turnamen kepada masing-masing kelompok turnamen.

Kegiatan akhir

1. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

1. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang memiliki poin tertinggi.

Page 31: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

40

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Susanti, Fitri Ari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri

Salatiga 06 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) terhadap hasil belajar matematika.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa

kelompok eksperimen yaitu 82, 46 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-

rata hasil belajar siswa kelompok kontrol yaitu 75, 42. Dari hasil uji hipotesis

yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka H0 ditolak dan Ha diterima,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri Salatiga 06 dengan

hasil belajar matematika siswa kelas IVA SD Negeri Salatiga 06, perlakuan yang

diberikan dapat lebih efektif digunakan.

Sunario, F (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Lor 03

Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Semester Genap Tahun 2011/2012”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Game Tournament terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Game

Tournament (TGT) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Kauman Lor 03. Hal tersebut

ditunjukkan oleh rata-rata nilai postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata nilai postes siswa kelas kontrol, yaitu 87,22 > 67,48. Perbedaan

rata-rata (mean difference) dari rata-rata nilai postes antara kedua kelas tersebut

sebesar 12,739 dimana t hitung 3,678 > t tabel 2,017 dengan tingkat signifikan

0,001 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Cooperative

Page 32: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

41

Laerning tipe Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri Kauman Lor 03.

Tri Handayani, Maria (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Hasil Belajar

Matematika Pada Materi Matriks Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Salatiga”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan TGT terhadap hasil belajar matematika pada materi

matriks siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga tahun pelajaran 2012/2013. Hasil

penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan

diantara siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

tipe STAD yaitu dengan rata-rata nilai akhir untuk TGT adalah 83,38 dan STAD

adalah 72,79. Indeks gain siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT yaitu 0,61 dan gain sebesar 26,47. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif

digunakan pada pembelajaran matematika.

Berdasarkan penelitian di atas, ternyata model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games

Tournaments (TGT) dapat mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini, akan dijadikan acuan dalam penelitian yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnaments (TGT) dan Student

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran matematika untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Bringin 02 dan

SD Negeri Popongan Bringin Gugus Gajah Mada Kecamatan Bringin Kabupaten

Semarang.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

Page 33: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

42

adalah model yang digunakan guru pada saat mengajar. Faktor tersebut sangat

menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan hasil belajar metematika yang

menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan model pembelajaran Cooperative Learning

tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada materi Pecahan dan Perbandingan

siswa kelas V SD di Gugus Gajah Mada Kecamatan Bringin Kabupaten

Semarang. Penelitian akan dimulai dengan memberikan pretest terhadap kedua

kelompok dengan soal yang sama dan hari yang sama pada jam yang berbeda,

untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan.

Setelah didapatkan hasil pretest, kemudian akan ditentukan kelompok eksperimen

1 dan kelompok eksperimen 2, dengan perbedaan bahwa pada kelompok

eksperimen 1 penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan kelompok

eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). Kemudian setelah adanya

treatment pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, akan

diadakan postest pada siswa di kedua kelompok eksperimen tersebut, untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan STAD terhadap hasil belajar matematika siswa.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)

ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, yang melibatkan

aktifitas seluruh siswa, serta mengandung permainan akademik dan

reinforcement. Sedangkan, pada pembelajaran kooperataif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang

memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Jika siswa menginginkan

kelompoknya mendapatkan hadiah, maka mereka harus membantu teman

sekelompok mereka dalam mempelajari materi. Para siswa diberi waktu untuk

bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru,

namun tidak saling membantu ketika mengerjakan kuis, sehingga setiap siswa

Page 34: New BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 19. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan

43

harus benar-benar menguasai materi (tanggungjawab perseorangan). Pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dan STAD (Student Teams

Achievement Division) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa juga

akan terdorong untuk belajar aktif saling bekerjasama dalam kelompok dan

tertarik pada kuis dan turnamen akademik sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Secara rinci dapat dilihat pada bagan berikut:

2.4 Hipotesis Tindakan

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis atau dugaan sementara yaitu “Terdapat

perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran STAD dengan TGT pada materi Pecahan dan Perbandingan siswa

kelas V SD Gugus Gajah Mada Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Gambar 3 Skema Kerangka Pikir Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan STAD

Kelompok Ekperimen 1 Posttest Pretest

Kemampuan awal kedua

kelompok sama

Uji beda rata-rata hasil posttest apakah terdapat perbedaan hasil

belajar matematika yang signifikan antara model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan STAD

Kelompok Eksperimen 2

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

Pretest

Posttest

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)