16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II ini berisi kajian teori tentang belajar yang meliputi hakikat belajar, pembelajaran dan hasil belajar. Selain itu, terdapat juga kajian pustaka mengenai hakikat sikap. Bab ini juga membahas mengenai Matematika yang meliputi hakikat Matematika dan pembelajaran Matematika SD. Karakteristik siswa yang ditinjau dari teori pendukung pun akan disajikan pada bab ini. Terdapat ulasan mengenai Project Based Learning yang meliputi pengertian Project Based Learning, alasan peneliti menggunakan Project Based Learning dan sintak penerapan Project Based Learning. Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar Under normal condition, learning is a product and reward of occupation with subject matter.(Dewey, 2004) menurut Dewey, belajar adalah suatu hasil dan hadiah atas aktivitas yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu. Dewey menambahkan bahwa belajar adalah akibat dari akivitas langsung seorang. Senada dengan Dewey, menurut Herbart, belajar adalah mengadakan asosiasi antara unsur pengetahuan yang terdiri atas tanggapan- tanggapan dimana tanggapan tersebut adalah gabungan unsure- unsur dalam jiwa seorang individu. Dengan kata lain belajar berasal dari dalam diri seorang individu bukan dipaksakan dari luar. (Vastenhouw, 1982) Belajar merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar mampu mengubah anak yang awalnya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu tersebut atau dari yang tidak terampil menjadi terampil (Dwiningsih, 2010). Selain itu, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Gagne, 1984

BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II ini berisi kajian teori tentang belajar yang meliputi hakikat belajar,

pembelajaran dan hasil belajar. Selain itu, terdapat juga kajian pustaka mengenai

hakikat sikap. Bab ini juga membahas mengenai Matematika yang meliputi hakikat

Matematika dan pembelajaran Matematika SD. Karakteristik siswa yang ditinjau dari

teori pendukung pun akan disajikan pada bab ini. Terdapat ulasan mengenai Project

Based Learning yang meliputi pengertian Project Based Learning, alasan peneliti

menggunakan Project Based Learning dan sintak penerapan Project Based Learning.

Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun

secara sistematis dalam Bab II ini.

2.1 Belajar

2.1.1 Hakikat Belajar

“Under normal condition, learning is a product and reward of

occupation with subject matter.” (Dewey, 2004) menurut Dewey, belajar

adalah suatu hasil dan hadiah atas aktivitas yang berhubungan dengan mata

pelajaran tertentu. Dewey menambahkan bahwa belajar adalah akibat dari

akivitas langsung seorang. Senada dengan Dewey, menurut Herbart, belajar

adalah mengadakan asosiasi antara unsur pengetahuan yang terdiri atas

tanggapan- tanggapan dimana tanggapan tersebut adalah gabungan unsure-

unsur dalam jiwa seorang individu. Dengan kata lain belajar berasal dari dalam

diri seorang individu bukan dipaksakan dari luar. (Vastenhouw, 1982)

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan oleh

individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar mampu mengubah

anak yang awalnya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu

melakukan sesuatu tersebut atau dari yang tidak terampil menjadi terampil

(Dwiningsih, 2010). Selain itu, belajar adalah suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Gagne, 1984

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

9

dalam Dwiningsih, 2010). Arief Sadiman (dalam Dwiningsih 2010)

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia bayi hingga ke

liang lahat.

Menurut Mazur (2008), belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan atau meningkatkan kemampuan untuk menunjukkan perilaku

baru. Pada umumnya belajar dilakukan di sekolah tetapi banyak orang belajar

diluar sekolah dan terus belajar disepanjang hidupnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar merupakan suatu

proses yang dilakukan oleh seorang individu yang menghasilkan perubahan

sikap, pola pikir dan tingkah laku yang akan mempengaruhi hidupnya dan

terjadi selama hidupnya.

2.1.2 Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran memiliki sebuah keterkaitan. Belajar

merupakan proses individu yang menghasilkan perubahan sikap, pola pikir

dan tingkah laku yang dapat terjadi didalam kehidupan individu baik ada dan

tidak adanya orang lain yang sengaja ikut campur dalam proses belajarnya.

Contohnya seorang anak yang melihat ibunya memasak di dapur, berdasarkan

pengalamannya tersebut ia belajar banyak hal seperti bilangan dalam

“Ambilkan Ibu dua buah telur, Nak!”, pecahan dalam “Tambahkan setengah

sendok teh garam pada adonan ini!”, geometri dalam “bagaimana kalau kita

bentuk adonan ini dalam loyang yang berbentuk balok?”, padahal ibu tersebut

tidak mengajarinya Matematika. Bila belajar bisa berasal dari pengalaman,

Pembelajaran lebih menekankan pada belajar yang dikondisikan.

Pembelajaran merupakan aktivitas belajar seseorang dalam hal ini siswa, di

dalam suatu manipulasi lingkungan belajar oleh pendidik atau guru.

Dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 “Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

10

lingkungan belajar” (Indonesia, 2003). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Luring 2013, pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar.

Pembelajaran adalah perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah

belajar-mengajar. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk membelajarkan siswa yang belajar (Dwiningsih, 2010).

2.1.3 Hasil Belajar

“Achievement: accomplishment or proficiency of performance in

given a skill or body of knowledge” (Good, 1959). Hasil belajar adalah hasil

pencapaian atau kecakapan dalam kemampuan atau isi dari pengetahuan.

Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Mahardiyanto (2007) mengatakan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup

aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Waridjan (1990), menuliskan bahwa ada beberapa syarat hasil belajar.

Syarat tesebut adalah hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar. Hasil

belajar juga harus berasal dari proses kegiatan yang disadari. Hasil belajar

juga merupakan suatu produk dari proses latihan. Hasil belajar berfungsi

afektif dalam waktu yang sesuai. Hasil belajar harus berfungsi operasional dan

potensial.

Hasil belajar dari Project Based Learning adalah proyek itu sendiri

(Vastenhouw, 1982). Proyek yang dibuat siswa merupakan suatu lambang

dari apa yang telah siswa alami sepanjang proses kegiatan belajar mengajar.

Selain proyek yang dipresentasikan kepada guru dan teman di kelas siswa

dapat memperlihatkannya kepada orang tua. Dari proyek tersebut pula siswa

telah dinilai secara individu oleh guru dan temannya serta memperoleh hasil

belajar tanpa disadarinya yaitu diantaranya, arti sebuah kerjasama, tanggung

jawab, kesabaran, dan kekreatifan (Stix & Hrbek, 2007).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

11

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang didapatnya sesudah

belajar dimana hasil belajar tidak hanya berupa nilai terulis tetapi juga dapat

dilihat dari perkembangan sikap, perilaku serta pola pikirnya.

2.2 Hakikat Sikap

Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood (dalam Azwar 2011), sikap

merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secord dan Backman (dalam

Azwar 2011) memiliki definisi bahwa sikap adalah keteraturan tertentu dalam

perasaan atau afeksi, pemikiran atau kognisi dan tindakan atau konasi

seseorang terhadap linkungannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa terdapat tiga unsur pembentuk sikap yaitu komponen kognitif,

komponen afektif dan komponen konatif.

Komponen kognitif berisi tentang kepercayaan atau kebenaran yang

terbentuk atas dasar pengetahuan. Komponen yang menyangkut masalah

emosional seseorang terhadap suatu objek adalah komponen afektif.

Komponen konatif sering disebut dengan komponen perilaku. Komponen

perilaku dipengaruhi oleh komponen lain, sebagai contoh seorang anak yang

disuguhi daging kelinci. Anak tersebut tahu bahwa kelinci merupakan hewan

yang dipelihara sebagai hewan peliharaan, dalam tahap ini anak telah

memiliki komponen kognitif. Komponen afektifnya adalah ketika anak

tersebut menyayangi dan menyukai kelinci tersebut sebagai hewan peliharaan.

Komponen perilaku adalah anak tersebut tidak mau makan daging kelinci

karena bertentangan dengan kedua komponen yang lain.

Menurut Azwar (2011), Sikap dapat diukur dengan metode observasi

perilaku yaitu pengamatan oleh peneliti terhadap perilaku seseorang secara

langsung. Apabila peneliti menggunakan teknik ini maka peneliti harus hati

hati sebab terkadang apa yang dilihat oleh mata belum tentu terjadi pada

afeksi objek yang diteliti misalnya ada anak yang bersemangat di kelas saat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

12

pelajaran Matematika, belum tentu ia menyukai Matematika, mungkin saja

hari itu adalah hari ulang tahunnya. Selain observasi langsung, ada juga

metode penanyaan langsung dimana peneliti dapat bertanya secara langsung

misalnya “Apakah kamu suka Matematika?” versi lain dari penanyaan

langsung adalah pengungkapan langsung contohnya adalah sebagai berikut:

MATEMATIKA

Menyenangkan :___:___:___:___:___: X :___: Menyusahkan

Seseorang dapat dinilai tingkat kesukaannya pada Matematika dengan melihat

posisi tanda tertentu (misalnya silang) pada garis tersebut. Pada contoh

tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa responden menganggap Matematika

agak menyusahkan. Selain itu ada juga metode skala sikap yaitu metode yang

menggunakan daftar peryataan kemudian responden harus memilih dari

pilihan yang tersedia misalnya sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan

sangat tidak setuju. Metode yang lain adalah pengukuran terselubung.

Pengukuran ini dilakukan oleh ahli yang telah memiliki standard dan

penelitian yang matang sehingga dapat menyimpulkan sikap seseorang

misalnya kontraksi otot wajah saat tersenyum, sedih, atau marah.

Sikap dapat terbentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang

lain yang dianggap penting, pengaruh budaya, media massa, lembaga

pendidikan dan agama, dan faktor emosi (Azwar, 2011).

Kesimpulanya adalah, sikap merupakan ekspresi seseorang terhadap

lingkungannya yang dapat diukur, pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

berbagai metode yang terkait dengan komponen afektif, kognitif dan

konatifnya.

Dari beberapa bentuk penilainan sikap, penilaian mengunakan

penanyaan langsung dan versi lainnya yaitu pengungkapan langsung, akan

dilakukan langsung kepada siswa untuk mengetahui sikap siswa secara

langsung. Metode observasi akan dilakukan oleh guru mata pelajaran guna

melihat perbedaan antara cara mengajarnya dengan cara mengajar dengan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

13

model Project Based Learning ynag akan diobservasi akan berkaitan dengan

konatif siswa yaitu nilai nilai yang dapat terlihat secara langsung seperti

keaktifan siswa saat penelitian berlangsung. Metode pengukuran terselubung

tidak akan digunakan karena ahli ekspresi wajah tidak diikut sertakan dalam

penelitian ini.

2.3 Matematika

2.3.1 Hakikat Matematika

Matematika berasal dari Bahasa Yunani yaitu, mathein atau

manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga berhubungan

erat dengan kata medha atau widya dari Bahasa Sansekerta yang artinya

kepandaian, ketahuan, intelegensia (Nasution dalam Subarinah, 2006).

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur

yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya (Subarinah,

2006).Dalam Kurikulum 2006 dikatakan bahwa Matematika merupakan ilmu

universal yang melandasi perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

“mathematics n (used as sing) the science dealing with quantities,

forms, space, ect and their relationships by the use of numbers and symbols;

(sing or pl) the mathematical operations or processes used in particular

problem, discipline, etc. --- mathematician n” (Webster's English Dictionary,

2006). Matematika adalah ilmu yang berhadapan dengan jumlah, bentuk-

bentuk, ruang dan lain sebagainya dan hubungannya dengan penggunaan

bilangan dan simbol-simbol; operasi atau proses matematik digunakan dalam

masalah, disiplin ilmu tertentu.

“Mathematics, a way of describing

relationships between numbers and other measurable

quantities. Mathematics can express simple equations

as well as interactions among the smallest particles and

the farthest objects in the known universe. Mathematics

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

14

allows scientists to communicate ideas using

universally accepted terminology. It is truly the

language of science.” (Pilant, 2008)

Pilant megungkapkan, Matematika adalah cara mendiskripsikan

hubungan antara bilangan dan jumlah yang bisa diukur lainya. Matematika

dapat menunjukkan persamaan sederhana dan interaksi diantara partikel kecil

dan objek terjauh di alam semesta. Matematika mengijinkan para ilmuan

untuk mengkomunikasikan ide dengan istilah yang diterima secara universal.

Matematika benar benar merupakan bahasa ilmu pengetahuan.

Dari berbagai pendapat mengenai Matematika, dapat disimpulkan

bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, bentuk-

bentuk (geometri) yang dapat diekspresikan dan dioperasikan melalui simbol-

simbolnya dimana memerlukan kacakapan berpikir khususnya dalam

berlogika atau mengamati pola dan berpikir rasional.

2.3.2 Pembelajaran Matematika SD

Tidak dipungkiri bahwa pesatnya perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi dewasa ini merupakan suru hasil dari perkembangan

Matematika. Matematika yang mencakup teori bilangan, aljabar, analisis, dan

peluang diperlukan untuk menginovasikan bahkan menciptakan teknologi

baru di masa depan. Penguasaan Matematika yang kuat sejak dini diperlukan

untuk mewujudkan harapan tersebut (Kemendikbud, 2006).

Mata pelajaran Matematika telah diberikan pada usia Sekolah Dasar.

Dengan demikian kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif serta kemampuan bekerja sama dapat dipupuk sejak usia sekitar 7

hingga12 tahun. Kompetensi tersebut telah dipikirkan baik baik oleh Dinas

Pendidikan Indonesia agar siswa mampu memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang dinamis,

tidak pasti dan kompetitif. (Kemendikbud, 2006)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

15

Masih bertolak dari kurikulum 2006, tujuan pembelajaran Matematika

dirumuskan agar siswa dapat:

a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Ruang lingkup pembelajaran Matematika SD adalah bilangan,

geometri dan pengukuran serta pengolahan data.

2.4 Karakteristik Siswa

Penelitian ini melibatkan siswa kelas V SD Pantekosta Magelang

tahun ajaran 2013/2014. Dalam kelas tersebut terdapat 96,8% siswa berusia

10 hingga 11 tahun dan 3,2% nya berusia 14 tahun. Dikelas ini, terdapat

seorang siswa yang mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dan

lemahnya pemusatan perhatian sehingga sering mengganggu siswa lain. Dari

pihak sekolah belum mengetahui nama ilmiah dari keterbatasan siswa tersebut.

Pada penelitian ini tidak akan dilakukan penanganan khusus karena berkaitan

dengan Project Based Learning yang menuntut siswa peka sosial, toleran dan

demokratis.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

16

Dalam Cook & Cook (2009), teori perkembangan Piaget, siswa

Sekolah Dasar berada pada tahap Concrete Operational yaitu pada usia 7

hingga 11 tahun. Pada usia tersebut siswa sudah dapat mengoperasikan hal-

hal yang bersifat logika dengan benda -benda yang nyata serta mampu

mengklasifikasikan dan mengurutkan. Pada tahapan ini siswa sudah dapat

menerima pendapat orang lain dan dapat mengambil suatu peran dalam

sebuah drama dalam buku cerita. Penekanan kemampuan siswa adalah dalam

mengklasifikasi suatu data, melakukan pengurutan dan dapat menentukan

suatu hubungan dari beberapa objek. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa

mental mereka masih berkaitan dengan materi, konteks dan situasi yang

konkret. Dengan kata lain anak yang tidak memiliki pengalaman langsung

dengan situasi langsung atau materi tersebut tidak nyata mereka tidak berhasil

dalam mengontrol mentalnya.

Dalam periode Operasi Konkret, karakteristik berpikir siswa adalah

kombinasi dan klasifikasi dimana siswa dapat membandingkan warna, banyak

benda dan memasukkannya kedalam himpunan tertentu. Selain itu siswa dapat

me-reverse atau melakukan operasi kebalikan contohnya, 4+3 = 3+4 = 7.

Siswa juga mampu melakukan operasi asosiasi yaitu operasi yang

dikombinasikan menurut sembarang urutan misalnya bilangan bulat -2, 1 dan

3 bila dijumlahkan dapat menghasilkan hasil yang sama yaitu 2 walaupun

dilakukan dengan berbagai asosiasi (a) (-2+1)+3 = -1+3 = 2 (b) -2 + (1+3) = -

2 + (4) =2. Siswa juga mengetahui tentang identitas yaitu suatu operasi

dimana unsur nol bila dikombinasikan hasilnya tidak berubah contoh 9+0 = 9

dan 0+9 = 9. Korespondensi satu satu antara objek dari dua kelas dan

kesadaran adanya prinsip konservasi dimana mereka sadar bahwa ada suatu

aspek dari benda yang tetap sama sementara aspek lainya berubah (Wahyudi,

2012)

Siswa kelas V SD berusia kurang lebih 10-11 tahun dimana pola pikir

mereka sudah jauh lebih berkembang dibanding kelas level dibawahnya. Pada

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

17

usia ini, mereka sudah bisa meggunakan komputer. Mereka memiliki rasa

percaya diri dan akan merasa bangga jika mampu melakukan sesuatu dengan

baik. Mereka dapat lebih bertanggung jawab bila diberi tugas membantu

orang yang membutuhkan, memikirkan tentang bumi dan sumber dayanya dan

mengingat ongat orang yang kurang mampu. Guru yang peka terhadp kondisi

ini sebaiknya tahu bagaimana menghargai mereka agar tidak terjadi rasa

rendah diri dalam diri anak anak yang sedang bertumbuh dan berkembang ini

(Cooper, Halsey, Laurent, & Sullivan, 2009).

Siswa kelas V, merupakan anak anak yang sedang mengalami masa

puncak pada tahap Operational Konkret. Dengan mental mereka yang suka

bersosialisasi dan rasa percaya diri mereka yang sudah tumbuh, guru dapat

memanfaatkannya dengan membuat kegiatan yang mengoptimalkan

kemampuan otak, tubuh dan hati mereka.

2.5 Project Based Learning

2.5.1 Pengertian

Project Based Learning atau Pembelajaran berbasis Proyek

pelaksanannya adalah memusatkan kegiatan belajar mengajar kepada siswa.

Menurut Lighthart, didalam sekolah yang baik maka kepala sekolah tidak

bekerja sedikit juga, guru bekerja sedikit dan siswa mengerjakan segala-

galanya (Vastenhouw, 1982).

“Project Based Learning is a systematic teaching

method that engages students in learning important

knowledge and 21st century skills through an extended,

student-influenced inquiry process structured around

complex, authentic questions and carefully designed

products and learning tasks.” (Vastenhouw, 1982)

Project Based Learning merupakan suatu metode mengajar yang sistematik

yang mengajak siswa dalam mempelajari pengetahuan penting dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

18

kemampuan abad 21 melalui suatu perluasan, proses keingintahuan yang

mempengaruhi siswa yang terstruktur secara kompleks disekitarnya,

pertanyaan yang dapat dibuktikan dan tugas dan produk yang dirancang

dengan baik.

PBL membawa siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam

menemukan sendiri jawaban dari suatu pertanyaan, masalah atau tantangan.

Hal ini juga membuat siswa harus dapat bersuara dan menentukan pilihannya

serta membuat suatu proyek yang dirancang, diatur dan dinilai secara hati-hati

guna mencapai sasaran pembelajaran yang sedang gencar dilakukan pada abad

21 (yaitu kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis) dan menciptakan produk

yang asli dan bermutu tinggi (Education, 2013).

Project atau Proyek sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu proyectum

yang berarti maksud, tujuan, rancangan, anggaran, rencana (Vastenhouw,

1982). Project Based Learning membawa siswa untuk merancang atau

membuat rencana dan melaksanakan proyek mereka dimana guru hanya

menjadi fasilitator yang tugasnya adalah mengevaluasi proyek, dimana

evaluasi tersebut berdasarkan negosiasi kriteria proyek hasil diskusi kelas.

Para siswa akan secara mandiri menyelesaikan produk mereka tanpa bantuan

guru. Bahkan mereka pula melakukan penilaian terhadap kerja kelompoknya.

Proyek yang disusun bukanlah proyek sembarangan tetapi merupakan

proyek yang sesuai dengan pengalaman belajar, yang memiliki ragam waktu

penyelesaian, yang melewati fase-fase, yang dapat berbentuk banyak hal

seperti pemecahan masalah kesehatan dengan pembuatan poster,

merancangkan suatu kegiatan, membuat tulisan multi media bahkan kerajinan

tangan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

19

Ada delapan elemen penting dalam Project Based Learning (Larmer

& Mergendoller, 2012), yaitu:

a. Isi atau materi (Significant Content) yang penting dimana tidak melupakan

pengajaran pengetahuan dan kemampuan dari standard an konsep dari

mata pelajaran,

b. Kemampuan abad 21 (21st Century Skill) yaitu berpikir kritis,

penyelesaian masalah, kerjasama, komunikasi yang diajarkan dan dinilai,

c. Rasa ingin tahu yang dalam (In-Depth Inquiry) dimana siswa akan

bertanya, mengumpulkan data penelitian dan mengembangkan jawaban,

d. Memunculkan pertanyaan (Driving Question),

e. Kebutuhan untuk mengetahui seduatu (Need to Know) dimana siswa

menjadi haus akan ilmu pengetahuan sampai mereka mengerti konsep dan

bertindak sesuai kemampuannya untuk menjawab pertanyaan dan

menciptakan proyek sebagai pintu gerbang keingintahuan dan

ketertarikannya.

f. Bersuara dan menentukan pilihan (Voice and Choice),

g. Merevisi dan melakukan refleksi (Revision and Reflection),

h. Adanya penonton (Public Audience) saat siswa melakukan presentasi

dalam hal ini guru dan teman sebaya.

2.5.2 Alasan peneliti menggunakan Project Based Learning

Peneliti menggunakan Project Based Learning karena alasan sebagai berikut:

a. Project Based Learning dapat menjadi metode yang bisa memenuhi tujuan

Satuan Pendidikan SD yang tercantum pada kurikulum 2013 yaitu

menjadikan siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; berilmu, cakap, kritis,

kreatif, dan inofatif; sehat, mandiri dan percaya diri serta toleran, peka

sosial, demokratis dan bertanggung jawab.

b. Penggunaan Project Based Learning dianggap sudah bisa efektif karena

pengaruh kematangan siswa kelas V dalam berpikir dan bersikap. Sifat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

20

metode Project Based Learning yang berpusat pada siswa diduga akan

lebih efektif karena siswa kelas V lebih mandiri dan sudah bisa

bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru pada mereka. Peran

guru disini nantinya adalah hanya sebagai pelatih/ mentor/ fasilitator saja

(Stix & Hrbek, 2007).

c. Siswa merasa jenuh dengan pengajaran Matematika yang terkesan

monoton, membosankan dan sulit karena terlalu banyak angka dan aturan

serta rumus. Project Based Learning dinilai tidak akan membuat siswa

merasa bosan karena mereka nantinya tidak hanya akan menciptakan suatu

produk yang sebenarnya merupakan bagian dari pembelajaran Matematika

itu serta berdiskusi dengan teman sebaya sehingga Matematika terkemas

kedalam kondisi yang menyenangkan.

d. Project Based Learning adalah salah satu metode yang sedang trend

dilaksanakan di sekolah abad 21, namun sayangnya sekolah sekolah yang

masih menggunakan KTSP sebagai kurikulumnya merasa janggal dalam

mengaplikasikannya padahal jika dicermati sebenarnya baik KTSP

maupun kurikulum 2013 mengacu pada Problem dan Project Based

learning.

e. Keunggulan Project Based Learning adalah dinilai mampu menciptakan

manusia mandiri yang dapat bekerja dalam kelompok serta dapat

menciptakan manusia kreatif yang memiliki ide segar yang dibuktikan

dengan keberhasilan mereka membuat, mempresentasikan, dan

mengevaluasi produk mereka sendiri.

2.5.3 Penerapan Project Based Learning

Kakarakter utama dari Project Based Learning adalah produk sebagai

hasil akhir pembelajaran. Guru sebaiknya mampu memberikan motivasi

kepada siswa dalam menentukan proyek apa yang akan siswa buat agar siswa

tertarik mengerjakan proyek dan tidak merasa bosan. Selain itu, proyek harus

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

21

memenuhi tujuan pembelajaran yang tentunya sesuai dengan kompetensi

dasar, materi dan hasil belajar yang ingin dicapai siswa.

Berikut ini sintaks pelaksanaan Project Based Learning (Stix & Hrbek,

2007):

a. Guru mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata

b. Para siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk

kelompok

c. Siswa mendiskusikan dan mengakumulasi latar belakang informasi bagi

proyek mereka

d. Guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk eveluasi

proyek

e. Para siswa mengumpulkan material dapat berupa data maupun peralatan

yang dibutuhkan dalam proyek

f. Menyusun proyek

g. Menyiapkan presentasi proyek

h. Presentasi proyek

i. Mengevaluasi proyek sesuai dengan hasil negosiasi pada poin 4.

2.6 Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian yang relevan mengenai Project Based

Learning.

a. Dalam penelitian Zahara Aziz dkk 2013 dengan judul Project Based

Learning to Pose Reasoning Skills for Year 1 Pupil (Project Based

Learning untuk membentuk kemampuan dalam memberi alasan pada kelas

1) menunjukkan bahwa Project Based Learning dapat membuat siswa

lebih tertarik dalam belajar serta dapat meningkatkan kemampuan mereka

dalam menyampaikan alasan. Penelitian mereka di lakukan di pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam dengan topik tanaman. Proyek mereka adalah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

22

membuat web (sejenis peta konsep) tentang tanaman dan menanam

tanaman. Dengan lembar observasi yang ada dihasilkan bahwa anak anak

sangat menyukai kegiatan tersebut dan dapat berpikir lebih kritis.

Peneilitian tersebut menekankan pada Reasoning Skill dimana

kemampuan tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan abad 21

ini.

b. Dalam artikel ringkasan penelitian yang berjudul “Project-Based

Learning in Middle Grades Mathematics” atau Pembelajaran berbasis

proyek pada Matematika kelas tengah, Yetkiner, Z. E., Anderoglu, H., &

Capraro, R. M. (2008), menulis sebuah kesimpulan bahwa Project Based

Learning memperlihatkan adanya bukti bahwa adanya keefektifan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa serta menambah kemampuan pemecahan

masalah siswa, peningkatan kemapuan siswa dalam memahami pelajaran

dan meningkatkan sikap yang baik dalam Matematika serta peningkatan

dalam bekerjasama.

2.7 Kerangka Berpikir

Dari masalah yang ditemukan pada siswa kelas V SD Pantekosta

Magelang pada observasi dan pengumpulan data nilai siswa, model Project

Based Learning menjadi tindakan perbaikan sehingga terjadi peningkatan

hasil belajar siswa dan perbaikan sikap siswa. Penerapan model akan

dilakukan dalam dua siklus sesuai sintaks dari Project Based Learning.

Instrumen pendukung penelitian adalah Kurikulum meliputi Standard

Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas V tentang geometri,

sumber referensi, media belajar, pre test dan post test (Test Siklus I dan Siklus

II) serta angket. Instrumen penelitian yang berada di luar kegiatan belajar

mengajar dengan siswa adalah Guru Matematika Kelas V dan lembar

observasi guru.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW€¦ · Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam Bab II ini. 2.1 Belajar 2.1.1 Hakikat

23

Pada pertemuan pertama siswa diberi angket pertama dan pre-test yang

sudah melalui uji validitas an reliablitas serta tingkat kesukaran. Selanjutnya

dilakukan Siklus I. Setelah Siklus I dilaksanakan sesuai sintaksnya, Siswa

diberi Test Siklus I dan angket kedua. Tahap selanjutnya, dilakukan siklus

kedua sesuai sintaks dan diakhir pertemuan diberikan test Siklus II dan angket

ketiga. Selama proses belajar mengajar dalam penelitian ini, Guru Matematika

Kelas V bertugas sebagai pengamat. Secara skematis, kerangka berpikir ini

disusun berdasarkan teori dari Kemmis dan Taggrat dalam Vo-Tran (2011)

yaitu terdiri dari tahapan perencanaan (plan), tindakan dan observasi (act and

observe) serta refleksi (reflect).

2.8 Hipotesis Tindakan

Dengan penggunaan model Project Based Learning ini, diduga terjadi

peningkatan prosentasi siswa tuntas KKM menjadi sebanyak 95% dan adanya

perbaikan sikap ditunjukkan dengan interpretasi sikap siswa yang menjadi

lebih positif atau menjadi sangat baik terhadap Matematika.