40
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa grup otot besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap daya ledak tungkai khususnya saat melakukan latihan tipe jumping. Beberapa grup otot besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap vertical jump adalah: 1. Group Otot Ekstensor Knee dan Fleksor Hip (Quadriceps Femoris) Otot quadriceps femoris adalah salah satu otot rangka yang terdapat pada bagian depan paha manusia. Otot ini mempunyai fungsi dominan ekstensi pada knee (Watson, 2002). Otot quadriceps femoris terdiri atas empat otot, yaitu: Gambar 2.1 Group otot quadriceps femoris (Watson, 2002)

BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi

2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah

Daerah tungkai memiliki beberapa grup otot besar yang dapat memberikan

kontribusi terhadap daya ledak tungkai khususnya saat melakukan latihan tipe

jumping. Beberapa grup otot besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap

vertical jump adalah:

1. Group Otot Ekstensor Knee dan Fleksor Hip (Quadriceps Femoris)

Otot quadriceps femoris adalah salah satu otot rangka yang terdapat pada

bagian depan paha manusia. Otot ini mempunyai fungsi dominan ekstensi pada

knee (Watson, 2002). Otot quadriceps femoris terdiri atas empat otot, yaitu:

Gambar 2.1 Group otot quadriceps femoris (Watson, 2002)

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

9

a. Otot Rectus Femoris

Terletak paling superfisial pada facies ventalis berada diantara otot

quadriceps yang lain yaitu otot vastus lateralis dan medialis. Berorigo

pada Spina Illiaca Anterior Inferior (caput rectum) dan pada os ilium di

cranialis acetabulum (caput obliquum) dan mengadakan insersio pada

tuberositas tibia dengan perantaran ligamentum patellae. Otot ini

digolongkan ke dalam otot tipe 1 (Watson, 2002).

b. Otot Vastus Lateralis

Tipe otot ini adalah otot tipe II yang berada pada sisi lateral yang

mengadakan perlekatan pada facies ventro lateral trochanter major dan

labium lateral linea aspera femoris (Watson, 2002).

c. Otot Vastus Medial

Melekat pada labium medial linea aspera (dua pertiga bagian bawah)

dan termasuk otot tipe II (Watson, 2002).

d. Otot Vastus Intermedius

Mengadakan perlekatan pada facies ventro-lateral corpus femoris juga

merupakan otot tipe II (Watson, 2002).

2. Grup Otot Fleksor knee dan Ekstensor Hip (Hamstring)

Hamstring merupakan otot paha bagian belakang yang berfungsi sebagai

fleksor knee dan ekstensor hip. Secara umum hamstring bertipe otot serabut otot

tipe II (Watson, 2002). Hamstring terbagi atas tiga otot yaitu:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

10

Gambar 2.2 Group otot hamstring (Watson, 2002)

a. Otot Biceps Femoris

Mempunyai dua buah caput. Caput longum dan breve, caput longum

berorigo pada pars medialis tuber Ichiadicum dan M. semitendinosus

sedangkan caput breve berorigo pada labium lateral linea aspera

femoris, insersio otot ini pada capitulum fibula (Watson, 2002).

b. Otot Semitendinosus

Otot ini berorigo pada pars medialis tuber ichiadicum dan berinsersio

pada facies medialis ujung proximal tibia (Watson, 2002).

c. Otot Semimembranosus

Melekat di sebelah pars lateralis tuber ichiadicum turun ke arah sisi

medial regio posterior femoris dan berinsersio pada facies posterior

condylus medialis tibia (Watson, 2002).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

11

3. Grup Otot Plantarfleksor Ankle

Gambar 2.3 Group otot plantarfleksor ankle (Watson, 2002)

a. Otot Gastrocnemius

Otot ini merupakan serabut otot fast-twitch yang sangat kuat untuk

plantarfleksi kaki pada ankle joint. Otot gastrocnemius merupakan otot

yang paling superfisial pada dorsal tungkai dan terdiri dari dua caput

pada bagian atas calf. Dua caput tersebut bersamaan dengan soleus

membentuk triceps surae. Bagian lateral dan medial otot masih terpisah

satu sama lain sejauh memanjang kebawah pada middle dorsal tungkai.

Kemudian menyatu dibawah membentuk tendon yang besar yaitu

tendon Achilles (Hamilton, 2002).

b. Otot Soleus

Seperti otot gastrocnemius, otot soleus berfungsi pada gerakan

plantarfleksi kaki pada ankle joint. Otot ini terletak di dalam

gastrocnemius, kecuali di sepanjang aspek lateral dari setengah bawah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

12

calf, di mana bagian lateral solueus terletak pada bagian atas dari

tendon calcaneus. Serabut otot soleus masuk ke dalam tendon

calcaneal dalam pola bipenniform. Otot ini dominan memiliki serabut

slow-twitch (Hamilton, 2002).

4. Group Otot Dorsifleksor Ankle

Gambar 2.4 Group otot dorsifleksor ankle (Watson, 2002)

a. Tibialis Anterior

Otot ini terletak di sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus

lateral kebawah pada aspek medial regio tarsometatarsal. Sekitar

setengah sampai dua pertiga kebawah tungkai otot ini menjadi

tendinous. Tendon berjalan didepan malleolus medial sampai pada

cuneiform pertama. Otot ini berperan dalam gerakan dorsifleksi ankle

dan kaki, serta supinasi (inversi dan adduksi) tarsal joint ketika kaki

dorsifleksi. Dalam penelitian EMG, otot ini ditemukan aktif pada

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

13

setengah orang yang berdiri bebas dan ketika dalam posisi forward lean

(Hamilton, 2002).

b. Extensor Digitorum Longus

Otot ini memanjang pada empat jari-jari kaki. Otot ini juga berperan

pada gerakan dorsifleksi ankle joint dan tarsal joint serta membantu

eversi dan abduksi kaki. Otot ini berbentuk penniform, terletak di lateral

dari tibialis anterior pada bagian atas tungkai dan lateral dari extensor

hallucis longus pada bagian bawahnya. Tepat didepan ankle joint

tendon ini membagi empat tendon pada masing-masing jari-jari kaki

(Hamilton, 2002).

c. Extensor Hallucis Longus

Otot ini berperan dalam gerakan ekstensi dan hiperekstensi ibu jari

kaki. Otot extensor hallucis longus juga berperan pada gerakan

dorsifleksi ankle dan tarsal joint. Seperti otot di atas, otot ini juga

berbentuk penniform. Pada bagian atas otot ini terletak di dalam tibialis

anterior dan extensor digitorum longus, tetapi sekitar setengah bawah

tungkai tendon ini menyebar diantara dua otot tersebut di atas sehingga

otot ini menjadi superfisial. Setelah mencapai ankle tendonnya ke arah

medial melewati permukaan dorsal kaki sampai pada ujung ibu jari kaki

(Hamilton, 2012).

Otot yang berperan dalam puncak vertical jump selain otot tungkai adalah

otot gluteus maximus, gluteus medius dan minimus, Otot-otot ini berperan sebagai

pembentuk bokong (Lestari, 2015).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

14

a. Gluteus maximus

Otot ini merupakan otot yang terbesar yang terdapat di sebelah luar

ilium membentuk perineum. Fungsinya antagonis dari iliopsoas yaitu

rotasi fleksi dan endorotasi femur. Fungsi utama dari gluteus maximus

adalah untuk menjaga bagian belakang tubuh tetap tegap atau untuk

mendorong kedudukan pinggul ke posisi yang tepat (Lestari, 2015).

Gambar 2.5 otot gluteus maximus (Watson, 2002)

b. Gluteus medius dan minimus

Otot ini terdapat di bagian belakang dari sendi ilium di bawah gluteus

maksimus. Fungsinya abduksi dan endorotasi dari femur dan bagian

medius eksorotasi femur (Lestari, 2015).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

15

Gambar 2.6 otot gluteus medius dan minimus (Watson, 2002)

2.1.2 Fisiologi Otot Rangka

Karakteristik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu: contractility

yaitu kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila dirangsang.

Exstensibility (distensibility) yaitu kemampuan otot untuk memanjang bila otot

ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban.

Elasticity yaitu kemampuan otot untuk kembali kebentuk dan ukuran semula

setelah mengalami exstensibility atau distensibility (memanjang) atau contractility

(memendek). Exsitability electric yaitu kemampuan untuk merespon terhadap

rangsangan tertentu dengan memproduksi sinyal-sinyal listrik disebut tindakan

potensi (Tortora dan Derrickson, 2009).

Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam

memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono, 2009). Beberapa

unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan pelatihan. Latihan

daya ledak akan meningkatkan diameter myofibrialir otot. (Nala, 2011). Dengan

latihan yang teratur, akan memberikan beberapa efek positif terhadap otot, bahkan

perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

16

memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada

otot (Wiarto, 2013).

2.2 Daya Ledak Otot

2.2.1 Pengertian Daya Ledak Otot

Daya ledak otot adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan kekuatan

maksimal dalam waktu sangat singkat (Bompa, 2010). Daya ledak otot merupakan

aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan. Sering

disebut sebagai kekuatan eksplosif ditandai dengan adanya gerakan atau

perubahan tiba-tiba yang cepat (Nala, 2011). Daya ledak dapat ditetapkan dengan

seketika dan juga pada berbagai titik gerakan atau rata-rata pada berbagai porsi

dari gerakan atau latihan (Knuttgen dan Komi, 2010). Daya ledak adalah tenaga

yang dihasilkan persatuan waktu. Berdasarkan hal tersebut, daya ledak adalah

fenomena neuromuskular yang sangat besar, dimana kekuatan adalah syarat

mutlak dan kecepatan adalah kofaktor yang penting.

Berdasarkan spesifikasinya, daya ledak dapat dibagi menjadi empat, yakni:

daya ledak eksplosif (explosive power), daya ledak cepat (speed power), daya

ledak kuat (strength power) dan daya ledak tahan lama (endurance power) (Nala,

2011). Menurut Bompa (Widhiyanti, 2013), daya ledak dapat dibedakan menjadi

dua macam berdasarkan jenis gerakannya, yakni: daya ledak asiklik dan daya

ledak siklik. Daya ledak asiklik adalah daya ledak dalam waktu singkat yang

dihasilkan dari aktivitas gerakan, contoh olahraganya: unsur melompat dan

melempar dalam olahraga atletik dan berbagai unsur dalam olahraga senam.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

17

Sedangkan daya ledak siklik adalah kebalikannya. Daya ledak siklik berlangsung

dalam waktu tertentu dengan gerakan berturut-turut atau berulang-ulang. Contoh

olahraganya adalah: lari, bersepeda, sepak bola, basket dan lain sebagainya. Daya

ledak juga dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan beban yang dihadapi, yaitu

daya ledak absolute dan ada daya ledak relative. Daya ledak absolute adalah daya

ledak yang mengerahkan kekuatan untuk mengatasi beban dari luar yang

maksimum. Sedangkan daya ledak relative adalah daya ledak yang mengerahkan

kekuatan untuk mengatasi beban dari berat badan sendiri (Berger, 2002).

Dalam mendesain sebuah program latihan daya ledak, diperlukan

pengetahuan tentang gerak dan sifat otot serta tendon selama bergerak. Latihan

khusus yang fokus pada peningkatan daya ledak telah berhasil mengembangkan

teknik khusus yang meliputi gerakan eksplosif di mana proses adaptasinya

bergantung pada pergantian yang cepat dari kontraksi eksentrik (otot mengalami

pemanjangan saat kontraksi) menuju kontraksi konsentrik (otot mengalami

pemendekan selama kontraksi), contohnya adalah plyometric exercise (Whytey et

al., 2006 b).

2.2.2 Mekanisme dan Fisiologi Daya Ledak Otot

Daya ledak otot dapat didefinisikan sebagai kekuatan dikalikan dengan

jarak dibagi dengan waktu atau kekuatan dikalikan dengan kecepatan (William

dan David, 2012). Force (kekuatan) memainkan peran kunci dalam produksi daya

ledak dan jika tidak dipertahankan dengan latihan dapat mengakibatkan

penurunan atau tidak ada perubahan dalam produksi daya ledak. Kekuatan

mengacu pada beban dikalikan dengan percepatan sedangkan kecepatan adalah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

18

jarak dibagi dengan waktu dari gerakan (William dan David, 2012). Daya ledak

puncak dicapai dengan kekuatan sedang hingga minimal pada kecepatan

menengah (Hoffman, 2012).

Aksi konsentris otot tidak menghasilkan banyak kekuatan (Hoffman,

2012). Namun, output daya ledak dapat ditingkatkan lebih besar ketika gerakan

eksentrik dan konsentris digunakan bersama-sama untuk mengambil keuntungan

dari sifat elastis otot dalam siklus stretch-shortening cycle (SSC) (William dan

David, 2012). Siklus ini dimulai dengan gerakan balasan yang cepat

mengakibatkan peregangan otot target melalui aksi eksentrik. Otot memiliki

kemampuan untuk diregangkan karena memiliki komponen elastis, yang terdiri

dari jaringan ikat yang mengelilingi setiap lapisan jaringan otot. Ketika otot

diregangkan, mechanoreceptors khusus yang terletak di dalam otot yang dikenal

sebagai serat muscle spindle juga menggeliat dan mengirim umpan balik ke sistem

saraf pusat. Umpan balik ini menyebabkan sinyal langsung dari serat otot untuk

berkontraksi. Keterlibatan SSC dalam latihan memberikan output daya ledak yang

lebih besar (Duchateau dan Enoka, 2011).

Perekrutan motor unit memberikan dasar fisiologis untuk produksi

kekuatan pada setiap kecepatan gerakan. Meskipun gerakan atletik terjadi sebagai

akibat langsung dari tindakan otot rangka, hal itu terjadi dalam respon terhadap

berbagai sinyal yang dikirim dan diterima dari sistem saraf. Gerakan terkontrol

yang menghasilkan daya ledak selama aktivitas fisik dimulai pada korteks motorik

yang terletak di lobus frontalis otak besar. Sinyal-sinyal listrik yang membentuk

informasi yang kemudian diteruskan dari pusat otak yang lebih tinggi ke bawah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

19

batang otak ke sumsum tulang belakang yang kemudian merangsang unit motorik

tertentu untuk mengontrol tindakan otot (Gordon et al., 2004).

Jumlah motor unit yang direkrut untuk gerakan adalah salah satu faktor

penentu yang paling penting dari amplitudo daya ledak yang dihasilkan karena

menentukan jumlah luas penampang otot dan jumlah actin-myosin yang sesuai

yang akan digunakan dalam gerakan. Pada tingkat aktivasi terrendah, hanya motor

unit yang terkecil yang direkrut dan menghasilkan daya ledak minimal. Saat

tingkat aktivasi meningkat, ambang rekrutmen motor unit yang lebih besar

terlampaui, sehingga lebih banyak motor unit direkrut dan kekuatan bertahap

menjadi lebih besar dan produksi daya ledak meningkat signifikan. Pada tingkat

rangsangan tertentu, semua motor unit yang tersedia di dalam otot direkrut,

menghasilkan daya ledak tertinggi.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rangsangan listrik yang diberikan

menghasilkan output daya ledak yang lebih besar dibandingkan dengan kontraksi

volunteer (William dan David, 2012). Hal ini menunjukkan potensi output daya

ledak maksimal otot dihambat oleh proses fisiologis tertentu. Untuk meraih output

daya ledak maksimal mungkin akibat hilangnya inhibisi oleh proses tertentu

dalam tubuh (Kraemer et al., 2012).

Banyak penelitian telah difokuskan pada fenomena coactivation, atau

aktivasi otot antagonis bersama dengan otot-otot agonis dari gerakan. Karena otot-

otot antagonis yang digunakan dalam gerakan menentang arah gerakan, hal ini

dapat menghambat kontraksi maksimum otot. Meskipun dapat merugikan

terhadap output daya ledak maksimal, penelitian saat ini menunjukkan bahwa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

20

kontraksi otot antagonis untuk menstabilkan sendi, memungkinkan untuk kontrol

yang lebih baik dari gerakan ini dan mencegah kerusakan jaringan dari

overextension (Behm et al., 2002).

Mekanisme mencegah cedera yang lainnya adalah melalui golgi tendon

organ. GTO adalah organ proprioceptor terletak di dalam tendon yang melekatkan

otot ke tulang dan mengontrol jumlah gaya yang diterapkan pada tendon (Potts,

2006). Ketika kontraksi otot, menyebabkan tarikan pada tendon untuk

memindahkan tulang. Jika jumlah kekuatan yang terlalu besar pada tendon, GTO

diaktifkan dan menghambat otot untuk mencegah kerusakan pada otot, tendon

atau tulang. Meskipun GTO bertindak sebagai ukuran keamanan terhadap cedera,

namun di sisi lain juga membatasi jumlah kekuatan yang dapat dikembangkan

oleh otot. Disinhibisi dari GTO telah secara teoritis mampu membantu

meningkatkan output daya ledak, namun, dengan kemungkinan mengorbankan

potensi cedera (Issurin, 2005). Dengan demikian, mengurangi aktivitas GTO

dengan mempertimbangkan keamanan mungkin merupakan mekanisme potensial

untuk menghasilkan output daya ledak yang lebih baik.

Daya ledak adalah bagian dari banyak gerakan baik intensitas rendah

maupun intensitas tinggi. Mekanisme yang mendasari daya ledak melibatkan

sejumlah karakteristik fisiologis dalam sistem neuromuskuler individu. Komposisi

motor unit untuk ukuran serat otot, jenis dan jumlah memainkan peran penting

bagi seorang atlet. Latihan yang optimal berdasarkan pada pemahaman

bioenergetika pemulihan dan waktu sesi pelatihan merupakan masalah desain

penting bagi pengembangan program latihan (Newton et al., 2006).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

21

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Otot

Menurut Berger (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi daya ledak,

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam tubuh manusia dan cenderung menetap, contohnya: genetik, umur, indeks

massa tubuh dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: motivasi,

suhu dan kelembaban relatif udara. Berikut uraian dari faktor-faktor tersebut di

atas.

1. Genetik

Genetik manusia, unit yang kecil yang tersusun atas sekuen

Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah bahan paling mendasar dalam menentukan

hereditas. Keunggulan genetik yang bersifat pembawaan atau genetik tertentu

diperlukan untuk berhasil dalam cabang olahraga tertentu. Beberapa komponen

dasar seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot merah, otot putih dan suku,

sering menjadi pertimbangan untuk pemilihan atlet (Widhiyanti 2013). Tubuh

seseorang secara genetik rata-rata tersusun oleh 50% serabut otot tipe lambat dan

50% serabut otot tipe cepat pada otot yang digunakan untuk bergerak (Quinn,

2013). Bagi orang yang memiliki kemampuan daya ledak di atas rata-rata

biasanya secara genetis memiliki persentase otot tipe cepat yang lebih tinggi

(Shergold, 2013).

2. Umur

Massa otot semakin besar seiring dengan bertambahnya umur seseorang.

Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan kekuatan otot, di mana kekuatan

otot merupakan komponen penting dalam peningkatan daya ledak. Kekuatan otot

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

22

akan meningkat sesuai dengan pertambahan umur (Kamen dan Roy, 2000). Selain

ditentukan oleh pertumbuhan fisik, kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas

ototnya. Laki-laki dan perempuan akan mencapai puncak kekuatan otot pada usia

20-30 tahun. Kemudian di atas umur tersebut mengalami penurunan, kecuali

diberikan pelatihan. Namun umur di atas 65 tahun kekuatan ototnya sudah mulai

berkurang sebanyak 20% dibandingkan sewaktu muda (Nala, 2011).

3. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat

badan dan tinggi badan seseorang. Dimana IMT merupakan hasil dari berat badan

dengan satuan kilogram dibagi dengan tinggi badan dengan satuan meter yang

telah dikuadratkan (Arga, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kegemukan memiliki

pengaruh yang besar terhadap performa empat komponen fitness dan tes-tes

kemampuan atletik. Kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan performa

atlet pada tes-tes speed (kecepatan), endurance (daya tahan), balance

(kesimbangan) agility (kelincahan) serta power (daya ledak) (Arga, 2008).

4. Jenis Kelamin

Kekuatan otot laki-laki sedikit lebih kuat daripada kekuatan otot

perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang signifikan terjadi

seiring pertambahan umur, di mana kekuatan otot laki-laki jauh lebih kuat

daripada wanita (Bompa, 2005). Pengaruh hormon testosteron memacu

pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki, ditambah perbedaan pertumbuhan

fisik dan aktivitas fisik wanita yang kurang juga menyebabkan kekuatan otot

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

23

wanita tidak sebaik laki-laki. Bahkan pada umur 18 tahun ke atas, kekuatan otot

bagian atas tubuh pada laki-laki dua kali lipat daripada perempuan, sedangkan

kekuatan otot tubuh bagian bawah berbeda sepertiganya (Nala, 2011).

5. Motivasi

Motivasi Olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif–motif)

didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin

kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki (Gunarsa, 2004). Dengan motivasi yang baik akan

dicapai hasil latihan maksimal.

6. Suhu dan Kelembaban Relatif

Suhu sangat berpengaruh terhadap performa otot. Suhu yang terlalu panas

menyebabkan seseorang akan mengalami dehidrasi saat latihan. Dan suhu yang

terlalu dingin menyebabkan seorang atlet susah mempertahankan suhu tubuhnya,

bahkan menyebabkan kram otot (Widhiyanti, 2013). Pada umumnya upaya

penyesuaian fisiologis atau adaptasi orang Indonesia terhadap suhu tropis sekitar

290-300C dan kelembaban relatif antara 85%-95%.

2.2.4 Sistem Energi Daya Ledak

Kontraksi otot memerlukan jumlah energi yang besar. Adenosin Tri Posfat

(ATP) menyediakan energi untuk kontraksi otot (Saryonoi, 2011). Dalam proses

kontraksi sel otot, ATP berguna untuk:

1. Proses kontraksi

2. Memompa kalsium ke sarcoplasmic reticulum selama fase relaksasi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

24

3. Mempertahankan gradient ion Na/K melewati sarcolemma (potensial

membran)

Penggunaan energi kontraksi otot terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Kebutuhan Energi Jangka Pendek

Kebutuhan energi jangka pendek terdiri dari dua sistem, yaitu:

a) Sistem creatine phospate

ADP + creatine phospate creatine + ATP (enzim: creatine kinase).

Reaksi ini terjadi pada sarcoplasma. ATP dipecah selama kontraksi,

kadar creatine phospate cepat habis selama intensitas kontraksi yang

tinggi. Dapat memepertahankan kontraksi maksimum selama 8-10

detik. Kreatin fosfat dihasilkan selama kondisi istirahat (ATP + creatine

ceratin phospate + ADP). Refosforilasi ceratin terjadi pada

membrane mitocondria (Saryonoi, 2011).

Suplai ceratine phospate dihabiskan selama 30 detik. Tidak ada oksigen

yang diperlukan oleh creatine phospate untuk bekerja, fosforilasi

bersifat langsung (Saryonoi, 2011).

b) Sistem glikogen asam laktat

Menghasilkan ATP selama 30-40 detik untuk aktivitas maksimum,

misalnya berlari mengelilingi lapangan basket. Otot memperoleh

glukosa dari darah dan simpanan glikogen. Penggunaan metabolisme

glukosa secara anaerob akan menghasilkan asam laktat. Peningkatan

keasaman (asam laktat) dan kekurangan ATP menyebabkan otot tidak

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

25

dapat berkontraksi. Oksigen diperlukan untuk membebaskan asam

laktat (Saryonoi, 2011).

2. Kebutuhan Energi Jangka Panjang

Proses respirasi aerob diperlukan untuk sintesis ATP yang diperlukan pada

aktivitas yang lama. Respirasi aerob menghasilkan 36 ATP atau satu molekul

glukosa. Setelah 40 detik aktivitas, sistem respirasi dan kardiovaskuler harus

mengangkut cukup oksigen untuk respirasi aerob. Laju konsumsi oksigen

meningkat selama 3-4 menit dan kemudian kadar menetap pada kondisi stabil.

Metabolisme aerob terjadi pada glukosa, asam lemak dan molekul berenergi

tinggi lainnya. Pembatasan metabolisme energi aerob tergantung pada

penurunan glikogen dan glukosa darah, kehilangan cairan dan elektrolit

(Saryonoi, 2011).

2.2.5 Pengukuran Daya Ledak Otot

Daya ledak merupakan suatu ukuran dari perfoma otot, yang berkaitan

dengan kekuatan dan kecepatan gerak dan dapat didefinisikan sebagai kerja per

unit waktu atau gaya dikalikan jarak dibagi dengan waktu. Dengan demikian tes

yang bertujuan untuk mengukur daya ledak seharusnya melibatkan komponen

gaya, jarak dan waktu. Ada dua tes daya ledak otot. Pengukuran yang pertama

yaitu athletic power measurement. Pada pengukuran ini hasil pengukuran

dinyatakan dengan satuan jarak (inchi, cm, kaki, dll) sedangkan gaya dan

kecepatan tidak diukur. Contohnya: vertical jump test dan standing long jump test.

Pengukuran yang kedua adalah work power measurement. Pada pengukuran ini

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

26

dilakukan berdasarkan perhitungan dari kerja persatuan waktu. Contohnya:

vertical power jump dan vertical arm pull. (Alamsyah, 2008)

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi perubahan daya ledak dengan

vertical jump test. Tes dilakukan sebanyak 3 kali percobaan, dan yang digunakan

adalah hasil pencapaian terbaik.

2.3 Plyometric Exercise

2.3.1 Pengetian dan Perkembangan Plyometric Exercise

Plyometric berasal dari bahasa Yunani yang akar katanya adalah plyo dan

metric. Plyo bermakna tambah atau lagi dan metric berarti ukuran. Dengan

demikian plyometric diartikan sebagai menambah ukuran, ukuran daya ledak otot

(Nala, 2011). Plyometric exercise dapat diterjemahkan sebagai latihan-latihan

yang menghasilkan pergerakan otot sehingga menyebabkan refleks regang dalam

otot. Plyometric adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan

menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-

gerakan eksplosif (Arga, 2008). Terminologi plyometric ini sendiri pertama kali

dimunculkan pada tahun 1975 oleh Fred Wilt salah seorang pelatih atletik warga

Amerika (Lubis, 2013).

Dari studi kepustakaan menunjukan bahwa Galen (129–199 AD), seorang

dokter pribadi kaisar Marcus Aurelius dan juga dokter untuk para Gladiator di

Roma sebagai orang pertama yang telah mencoba menuangkan pemikirannya ke

dalam serangkaian karya tulis mengenai periodisasi latihan, yang di dalamnya

terdapat metode plyometric exercise.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

27

Secara profesional latihan ini dimulai pada tahun 1960 ketika Yuri

Veroshanki pelatih atletik asal Rusia menggunakan metode plyometric exercise

kepada atlet lompatnya dan mengalami kesuksesan yang luar biasa

dipertandingan. Plyometric mulai menjadi perhatian selama sejak 1972 ketika

Olimpiade Munich, Jerman Barat. Negara Rusia dengan Valery Borzov menang

pada nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10,00 detik dan menang di

nomor sprint lari 200 meter, kesuksesan tersebut karena kontribusi dari

penggunaan metode plyometric exercise, yang pada akhirnya Yuri Veroshanki

dipanggil sebagai bapak penelitian plyometric (Lubis 2013).

Kini plyometric exercise adalah salah satu latihan yang favorit yang

dilakukan oleh pelatih olahraga, terutama kepada cabang olahraga yang

membutuhkan kemampuan daya ledak otot tungkai atau otot lengan. Plyometric

exercise dapat disesuaikan dengan tuntutan cabang olahraga yang ditekuni. Hal ini

berarti bahwa gerakan yang dilakukan dalam latihan ini harus sesuai dengan

gerakan yang dominan dalam olahraga tersebut. Plyometric exercise lower body

merupakan plyometric exercise yang cocok untuk olahraga sepak bola, lari sprint,

hocky, rugby, baseball dan lain-lain (Comfort dan Abrahamson, 2010).

2.3.2 Mekanisme dan Fisiologi Plyometric Exercise

Plyometric exercise membantu meningkatkan kekuatan eksplosif dan

kecepatan pada jaringan otot fast twitch. Latihan ini memanfaatkan sifat stretch-

recoil yang melekat pada otot (misalnya, kontraksi eksentrik terjadi saat otot

memanjang) (Whytey dan Godfrey, 2006 a). Gerakan plyometrik dapat dibagi

menjadi tiga fase, (Whytey dan Godfrey, 2006 a) yaitu:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

28

a. Fase pemanjangan (kontraksi eksentrik)

b. Fase amortization

c. Fase take off (kontraksi konsentrik)

Selama fase pemanjangan, otot menghasilkan tegangan seperti per yang

diregangkan. Tipe kontraksi ini disebut kontraksi eksentrik. Selama kontraksi

eksentrik, tegangan terbangun di dalam otot. Fase amorrtization adalah fase saat

dimulainya fase pemanjangan hingga awal dari fase take-off. Ini adalah fase

terpenting saat melakukan plyometric exercise. Selama fase ini berlangsung, otot

harus merubah tegangan muskular yang dihasilkan selama fase pemanjangan

menjadi percepatan selama fase take-off berlangsung. Sifat elastis yang melekat di

dalam otot dan reflek neuromuskular (stretch reflex) bertanggung jawab untuk

perubahan tersebut. Take-off terjadi melalui kontraksi konsentrik dari otot. Selama

fase ini, otot mengalami pemendekan saat berkontraksi.

Terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang peningkatan daya ledak otot

melalui plyometric exercise. Yang pertama, peregangan yang cepat dari otot

agonis mengaktivasi muscle spindle yang menyebabkan peningkatan laju neuron

sensoris yang berhubungan dengan rantai nuclear intrafusal dan kantung serat

otot (Kolt dan Mackler, 2007). Peningkatan laju saraf sensoris menyebabkan

peningkatan kontraksi otot agonis dan sinergis dengan alpha motor neuron melalui

monosynaptic spinal reflex yang memicu peningkatan kontraksi otot secara

menyeluruh (Kolt dan Mackler, 2007).

Teori yang kedua mengemukakan penurunan sensitivitas golgi tendon

organ untuk meregang. GTO berada di dalam tendon otot, diaktivasi oleh

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

29

tegangan di dalam otot. GTO memberikan mekanisme protektif dengan

menghambat produksi kekuatan agonis ketika tegangan mencapai level yang

dapat merusak otot. Plyometric exercise diketahui dapat mengurangi sensasi dari

GTO, yang pada akhirnya mampu memproduksi kekuatan dengan meminimalisir

penghambatan kekuatan agonis (Kolt dan Mackler, 2007).

Teori yang ketiga berdasarkan pada adaptasi neuromuskular. Antara

kontraksi eksentrik dan konsentrik biasanya memilki rentang waktu tertentu.

Melalui plyometric exercise maka transisi antara kontraksi eksentrik menuju

konsentrik dapat diminimalisir, waktu reaksi antara impuls saraf dan kontraksi

otot dapat dikurangi dan dapat memperkuat lebih banyak motor unit (Kolt dan

Mackler, 2007).

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis

plyometric exercise meningkatkan daya ledak otot melalui proses adaptasi yang

berkesinambungan pada sistem neuromuskuloskeletal.

2.3.3 Pedoman Plyometric Exercise

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa

adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit

mencapai hasil yang maksimal (Nala, 2011).

Plyometric exercise harus disesuaikan dengan karakteristik individu dan

menyesuaikan dengan aktivitas yang akan dilatih. Tekanan yang lebih besar akan

dialami oleh otot, sendi dan jaringan penghubung pada individu yang lebih

gemuk. Individu yang memiliki berat berlebih (lebih berat dari 90 Kg),

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

30

seharusnya tidak melakukan plyometric exercise intensitas tinggi. Individu dengan

riwayat cedera juga sebaiknya mendapat persetujuan dokter untuk melakukan

latihan ini (Deuster et al., 2007).

Dalam plyometric exercise, pedoman latihan yang harus diperhatikan

antara lain:

a) Frekuensi dan Lamanya Latihan

Frekuensi adalah jumlah latihan yang dilakukan per minggu atau kekerapan

latihan per minggu (Nala, 2011). Frekuensi latihan untuk mengembangkan

komponen daya ledak otot, jika dilakukan tujuh kali seminggu dianggap

densitasnya terlalu tinggi. Menurut Deuster et al. (2007), untuk plyometric

exercise, rentangnya biasanya dilakukan satu hingga tiga kali per minggu.

Menurut Kolt dan Mackler (2007), plyometric exercise sering dilakukan dua

kali per minggu, dengan waktu 48 jam sebagai periode istirahat dan recovery.

Lamanya latihan adalah berapa minggu atau berapa bulan program

tersebut dijalankan sehingga memperoleh kondisi yang diharapkan

(Widhiyanti, 2013). Peningkatan otot rangka sudah Nampak apabila dilakukan

pelatihan minimal 4-6 minggu (Widhiyanti, 2013). Plyometric exercise dapat

menunjukkan adaptasi yang signifikan dengan latihan selama empat minggu

(Rezaimanesh et al., 2011).

Dengan berbagai pertimbangan teoritis dan terkait intern pemain bola voli

FK UNUD, maka dalam penelitian ini latihan dilakukan tiga kali sesi

pertemuan dalam satu minggu, dengan diberi jeda waktu istirahat dan recovery

tidak lebih dari 48 jam. Latihan dilaksanakan selama empat minggu.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

31

b) Intensitas

Intensitas pada plyometric exercise adalah level tekanan yang diterima oleh

sistem neuromuskular, jaringan penghubung dan sendi. Hal tersebut tergantung

pada tipe latihan yang dilakukan. Intensitas selalu diukur dengan tingkat

kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan, intensitasnya semakin tinggi.

Beberapa guideline dalam plyometric exercise dapat disajikan sebagai berikut

(Deuster et al., 2007):

Lompatan vertikal lebih stressfull daripada lompatan horisontal.

Mendarat dengan satu kaki lebih stressfull daripada mendarat dengan

dua kaki.

Semakin tinggi permukaan tanah dari tubuh maka semakin bertenaga

dan semakin stressfull latihan yang dilakukan.

Menambahkan beban eksternal akan meningkatkan stress pada tubuh.

c) Waktu

Waktu latihan sebaiknya pendek, tetapi berisi dan padat dengan kegiatan–

kegiatan yang bermanfaat. Waktu latihan berlangsung terlalu lama dan terlalu

melelahkan akan berbahaya karena setiap latihan akan dipandang suatu

siksaan. Hari-hari latihan berikutnya dilihat dengan perasaan enggan dan jenuh.

d) Repetisi

Dalam prinsip plyometric exercise, repetisi adalah jumlah ulangan suatu

latihan, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Tidak

ada riset yang menunjukkan secara rinci aturan berkaitan dengan set dan

repetisi. Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

32

kondisi dan tingkat keberhasilan latihan. Banyaknya ulangan atau repetisi

berkisar antara 6-10 kali dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang

lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan

(Arga, 2008).

Peningkatan latihan dilakukan secara bertahap, yakni dengan cara

meningkatkan jumlah set dan mengurangi jeda waktu antar set setiap sesi

latihan. Dalam hal ini, penulis menentukan jumlah set dan repetisi berdasarkan

tabel berikut:

Tabel 2.1. Repetisi Plyometric Exercise (Arga, 2008)

No Type of Exercise Intensity Repetition Set

1 Shock tension/High Maximal 8-10 2-3

2 Drop Jump Very High 10-15 2-3

3 Hopping exercise High 10-15 2-3

4 Low reactive jump Moderate 10-20 2-3

5 Low impact jump Low 10-30 2-4

Berdasarkan tabel tersebut, latihan knee tuck jump masuk ke dalam tipe latihan

low reactive jump dengan intensitas sedang dilakukan dalam 2-3 set dengan

jumlah repetisi 10-20, dengan peningkatan secara bertahap.

e) Tipe

Adapun tipe plyometric exercise untuk tungkai adalah sebagai berikut (Furqon

dan Dowes, 2002):

1) Bounding

Gerakan bounding menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian

maksimum dan juga jarak horisontal. Bounding dilakukan dengan dua kaki

atau dengan cara bergantian.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

33

2) Hopping

Gerakan hopping adalah gerakan yang menekankan pada loncatan ke arah

vertikal, kombinasi ke arah horisontal dan kecepatan maksimum gerakan

kaki. Hopping dilakukan dengan satu atau dua kaki. Model pelatihan

hopping sesuai untuk olahraga seperti sepak bola, karena sepak bola

menuntut daya ledak vertikal, horisontal serta kecepatan yang dipadukan

menjadi satu dalam permainannya.

3) Jumping

Dalam gerakan jumping menekankan pada ketinggian maksimum,

sedangkan komponen horisontal dan kecepatan adalah faktor kedua.

Jumping dapat dilakukan dengan satu atau dua kaki.

4) Leaping

Gerakan leaping menekankan pada jarak horisontal dan ketinggian

maksimum. Leaping dapat dilakukan dengan satu atau dua kaki.

5) Skipping

Skipping menekankan pada komponen ketinggian maksimal dan

memperhatikan pula jarak horisontal. Gerakan ini dilakukan dengan

melangkah-meloncat secara bergantian.

6) Ricochet

Gerakan Richocet menekankan pada kecepatan tungkai dan gerakan kaki

dengan meminimalkan jarak vertikal dan horisontal.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

34

Plyometric exercise pada tungkai yang akan diteliti dalam upaya

peningkatan daya ledak otot tungkai pemain bola voli lebih ditekankan pada

gerakan jumping. Adapun jenis latihan yang diberikan adalah knee tuck jump.

2.3.4 Tes Klatt

Tes klatt dirancang oleh Lois Klatt, PhD, direktur laboratorium kinerja

fisik di Concordia College, River Forest, Illinois. Tes klatt ini secara efektif

digunakan untuk menyoroti kemungkinan ketidakseimbangan otot di daerah lutut,

pinggul, panggul dan punggung bawah. Tes klatt ini sangat cepat dan sederhana

dalam penerapannya. Hasil dari tes ini umumnya memberikan gambaran yang

akurat tentang apa yang perlu ditangani dalam program latihan. Tujuan dari tes

klatt adalah untuk menilai keseimbangan, stabilitas dan kemampuan melompat

seorang atlet sebagai prasyarat untuk melakukan program plyometric exercise

(Kim, 2010).

Tes ini dirancang dan dikembangkan untuk mengidentifikasi

ketidakseimbangan otot dan digunakan untuk mengidentifikasi rasio kekuatan

antara otot quadriceps, hamstring, abduktor dan adduktor serta melihat kelemahan

antara sisi kiri dan kanan tubuh bagian bawah (kim, 2010).

Kriteria untuk lolos dalam tes klatt ini akan dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Kriteria lolos tes klatt (Kim, 2010)

No Posisi Kriteria Lolos Tidak lolos

1. Berdiri diatas

platform

dengan salah

satu kaki ke

depan dalam

posisi fleksi

hip dan sedikit

fleksi knee

Posisi di tahan

10 detik

perhatikan

gemetar pada

tubuh dan

kaki yang

menumpu.

Tidak

gemetar dan

kaki yang

menumpu

tetap stabil.

Gemetar dan

kaki yang

menumpu

tidak stabil.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

35

serta sedikit

dorsifleksor

ankle.

2. Pada saat

mendarat

perhatikan

tubuh dan

posisi kaki

yang

mendarat.

Posisi tubuh

gemetar atau

condong

kesalah satu

sisi kanan

atau kiri dan

kaki yang

menumpu

juga tidak

stabil.

Tidak

condong

kesalah satu

sisi kanan

atau kiri dan

kaki yang

menumpu

tetap stabil.

Condong

kesalah satu

sisi kanan

atau kiri dan

kaki yang

menumpu

tidak stabil.

Adapun tahapan dalam melaksanakan tes klatt ini sebagai berikut:

1. Mulailah berdiri dengan tegak di atas platform setinggi 20-25cm.

2. Kemudian posisikan tangan kedepan dada dan kunci tangan dengan

merapatkan jari tangan satu dengan lainnya.

3. Posisikan salah satu kaki ke depan dengan posisi fleksi hip dan sedikit

fleksi knee telapak kaki sedikit dengan posisi dorsifleksi.

4. Tahan posisi tersebut selama 10 detik untuk melihat apakah postur serta

kaki sampel gemetar.

5. Kemudian kaki yang satunya mengambil posisi melompat dari platform

menuju ke lantai.

6. Perhatikan posisi sampel saat mendarat untuk melihat keseimbangan,

stabilisasi dan kekuatan otot bagian bawah tungkai.

7. Tes ini dilakukan hanya 1 kali repetisi secara bergantian antara kaki kanan

dan kiri.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

36

Gambar 2.7 Tes Klatt (Kim, 2010).

2.4 Latihan Knee Tuck Jump

2.4.1 Pengertian Latihan Knee Tuck Jump

Knee tuck jump dalam pelaksanaanya memiliki aturan sendiri, knee tuck

jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan bergegas

seperti rumput, matras, atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian

lompatan eskplosif yang cepat. Knee tuck jump merupakan latihan gerakan

melompat dan mendarat dengan mengeper. Latihan knee tuck jump akan

berpengaruh terhadap otot-otot tungkai dan pinggul khususnya gluteus,

gastrocnemius, quadrisep, hamstring, dan hip flexors. Latihan ini merupakan

bentuk latihan untuk meningkatkan power karena latihan ini akan membentuk

kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot yang menjadi dasar

terbentuknya kekuatan otot (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

2.4.2 Pelaksanaan Latihan Knee Tuck Jump

Petunjuk pelaksanaan latihan daya ledak otot tungkai menggunakan knee

tuck jump adalah sebagai berikut :

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

37

1. Ambil sikap berdiri tegak lurus, dengan kedua kaki diregangkan selebar bahu.

2. Tempatkan kedua tangan di depan dada dengan telapak tangan menghadap

kebawah.

3. Dimulai dengan posisi quarter squad, kemudian lompatlah ke atas dengan

cepat, gerakan lutut kearah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan dan

selanjutnya mendarat dengan kedua kaki. Setelah mendarat ulangi lagi ke

posisi awal sampai batas repetisi selesai. (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

Gambar 2.8 Latihan Knee Tuck Jump (Widhinata, 2010)

Plyometric Exercise adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu

kontraksi otot yang sangat kuat yang merespon pembebanan dinamik atau

regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

Dasar pemikiran plyometric exercise ini adalah bahwa ketegangan otot maksimal

akan meningkat ketika otot aktif diregangkan secara cepat sebelum kontraksi

eksentrik (Mirharjanto, 2010). Latihan plyometric ini diperkirakan menstimulasi

berbagai perubahan dalam neuromuscular, memperbesar kelompok otot untuk

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

38

memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan

yang ringan dan panjang ototnya.

2.4.3 Durasi Latihan Knee Tuck Jump

Pelatihan sebaiknya dilakukan 3 kali seminggu dan diselingi dengan satu

hari istirahat untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk berkembang dan

beradaptasi pada hari istirahat tersebut (Harsono, 2000). Pelatihan paling sedikit 3

kali seminggu bagi pemula, hal ini disebabkan karena ketahanan seseorang akan

menurun setelah 48 jam tidak melakukan pelatihan. Jadi sebelum ketahanan

menurun harus sudah berlatih lagi (fox, 1992). Penelitian dilaksanakan selama 4

minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Phartayasa, 2012). Gerakan ini

dilakukan 2-3 set dengan repetisi 10-20 kali dan waktu istirahat setiap set 1-2

menit.

plyometric exercise pada knee tuck jump dalam penelitian ini bersifat

aerobik, karena pelatihan ini berlangsung selama 10 kali repetisi, maka proses

pelatihan tetap berada dalam keadaan aerobik. Sehingga menghasilkan aerobic

yang diinginkan yakni beban pelatihan diatur sesuai dengan jumlah repetisi dalam

satu set pelatihan.

2.5 Stretching

2.5.1 Pengertian Stretching

Stretching atau peregangan merupakan istilah umum yang digunakan

untuk menggambarkan suatu manuver terapeutik yang bertujuan untuk

memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek secara patologis maupun

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

39

non patologis sehingga dapat meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi). Ada 2

hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan stretching, yaitu fleksibilitas dan

peregangan berlebih atau overstretch. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk

menggerakan sendi atau beberapa sendi melalui LGS yang bebas nyeri.

Fleksibilitas bergantung pada ekstensibilitas otot, yang menyebabkan otot dapat

melewati suatu sendi dengan relaks, memanjang dan berada dalam medan gaya

stretch (Juliantine, 2013).

2.5.2 Kajian Fisiologis Stretching

Proprioceptors adalah reseptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat

itu sendiri. Setiap perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors

untuk diinformasikan ke susunan saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat

dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi otot. Dari kondisi ini timbul

gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara

sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara

terus menerus (konstan) kepada susunan saraf pusat. Proprioceptors ini terletak

pada otot, tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan

pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari

telinga dalam. Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organ.

2. Joint and skin proprioceptors.

3. Abyrinthine and neck proprioceptors.

Dari ketiga proprioceptors tersebut, maka yang berperan terhadap daya

regang otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

40

golgi tendon organ. Jadi setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle

spindle dan golgi tendon organ (Juliantine, 2013).

Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu

receptor yang menerima rangsang dari regangan otot. Regangan yang cepat akan

menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan

menyebabkan reflek muscle spindle yaitu mengirim impuls ke spinal cord menuju

jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan kuat.

Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik.

Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah :

1. Mendeteksi perubahan panjang serabut otot.

2. Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot.

Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang

kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut

ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle

menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut

ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi

terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat

terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat.

Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara

tiba-tiba. Sebab apabila peregangan otot dilakukan secara tiba-tiba akan

merangsang muscle spindle dan ini menyebabkan reflek regang. Reflek muscle

spindle sering disebut reflek regang atau reflek myotatik. Hal ini disebabkan

karena peregangan otot tersebut merangsang muscle spindle sehingga

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

41

menyebabkan kontraksi otot yang bersangkutan (Juliantine, 2013).

Golgi tendon organ adalah stretch receptor yang terletak di dalam tendon

otot tepat di luar perlekatannya pada serabut otot tersebut. Reflek GTO bisa

terjadi akibat tegangan otot yang berlebihan. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke

medula spinalis yang menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-

back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya

sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Dalam hal ini refleks GTO

merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga

bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot

dalam pergerakan tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organ dalam proses

pergerakan atau pengaturan motorik adalah mendeteksi ketegangan selama

kontraksi otot atau peregangan otot. Namun antara golgi tendon organ dengan

muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi

perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organ berfungsi

mendeteksi ketegangan otot (Juliantine, 2013).

Sinyal dari golgi tendon organ dihantarkan ke medula spinalis untuk

menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi

tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi

terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan

ini menyebabkan suatu reflek seketika yang menghambat kontraksi otot serta

tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai

suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau

lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang (Juliantine, 2013).

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

42

2.5.3 Ballistic Stretching

Ballistic stretching menurut Freshmen (2002) adalah gerakan penguluran

dimana dalam penerapanya terjadi proses tersentak-sentak dengan cepat atau

memantul-mantulkan gerakan. Ballistic stretching adalah latihan yang tepat

diberikan kepada pemuda, atlet, orang sehat tetapi tidak dianjurkan untuk

diberikan kepada lansia, hal ini dikarenakan pengaruh akan terjadi pada

komponen elastin (actin dan myosin) dan tegangan dalam otot akan meningkat

tajam, sarkomer memanjang dan apabila dilakukan terus-menerus otot akan

beradaptasi dan hal ini hanya bertahan sementara untuk mendapatkan panjang otot

yang diinginkan (Kisner dan Colby, 1996).

Latihan ballistic stretching dalam penelitian ini adalah gerakan mencium

lutut yang dilakukan berulang-ulang, posisi responden duduk dilantai kedua

tungkai lurus kedepan, dan saat kedua tangan berusaha meraih kedua ujung kaki,

lutut harus tetap menempel dilantai dimana dalam penerapanya terjadi proses

tersentak-sentak dengan cepat atau memantul-mantulkan gerakan dari perlahan

menjadi cepat. Tujuan pemberian ballistic stretching adalah meningkatkan

kapasitas kerja fisik, mengurangi ketegangan pada otot dan memudahkan otot-otot

berkontraksi dan rileksasi secara lebih cepat dan efisien, meningkatkan

fleksibilitas dari otot dan meningkatkan LGS pada otot antagonis yang

berkontraksi. Hal ini sesuai dengan penilaian vertical jump yang membutuhkan

kekuatan tiba-tiba secara cepat dengan power yang besar (Heerschee dkk, 2006).

Menurut Touris Aan Suhadaq (2013) dalam penelitiannya yang

membandingkan pengaruh ballistic stretching dan static stretching terhadap

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

43

peningkatan vertical jump pada atlet basket. Pada uji beda pengaruh didapatkan

hasil bahwa ballistic stretching dengan dosis yang diberikan selama satu minggu

3 kali, 5 kali pengulangan, durasi stretching 60 detik dengan periode istirahat 1-3

menit dan dilakukan selama 1 bulan, lebih berpengaruh terhadap peningkatan

vertical jump dibandingkan dengan static stretching. Stretching diberikan selama

3 kali dalam satu minggu, 5 set, durasi stretching 60 detik periode istirahat 1-3

menit dan dilakukan selama 1 bulan (Kisner, 2007).

2.5.4 Kajian Fisiologis Ballistic Stretching

Kecepatan pengulangan dari ballistic stretching mengakibatkan serabut

afferent primer merangsang alpha motor neuron pada medulla spinalis dan

memfasilitasi kontraksi serabut ekstrafusal yaitu meningkatkan ketegangan

(tension) pada otot. Hal ini dinamakan dengan monosynaptic stretch reflex,

ketegangan yang terjadi diinhibisi oleh pengulangan stretch yang cepat, sehingga

ketegangan (tension) belum sepenuhnya terjadi dan hal ini mengakibatkan adanya

peningkatan elastisitas pada otot yang bersambungan dengan tendon, peregangan

tersebut meningkatkan nilai Lingkup Gerak Sendi (LGS) yang ada (Guccione,

2000).

Gerakan yang cepat saat dilakukan ballistic stretching akan merangsang

golgi tendon organ. GTO tersebut dekat dengan muscullotendinosus junction dari

ekstrafusal muscle fibers akan merangsang alpha motor neuron untuk

menginhibisi dari kontraksi GTO tersebut. Gerakan berulang yang terjadi

memaksakan GTO untuk lebih fleksibel dari sebelumnya, sedangkan muscle

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

44

fibers dari otot tidak begitu cepat dan kurang adaftif jika intensitas tidak tepat

akan mengakibatkan terjadinya scar tissue (Kisner, 2007).

2.5.5 Aplikasi Ballistic Stretching Pada Latihan Knee Tuck Jump

Prosedur pelaksanaan ballistic stretching diberikan sebelum melakukan

latihan knee tuck jump hal ini disampaikan pada penelitian Ilham Widhinata

(2010) bahwa peregangan yang bersifat dinamis lebih baik diterapkan sebelum

melakukan exercise dan peregangan yang bersifat statis lebih bagus untuk cooling

down. Karena peregangan yang bersifat dinamis mampu memberikan adaptasi

positif pada sistem neuromuscular sebelum melakukan exercise selain itu juga

akan dapat membuat jaringan otot lebih siap menerima latihan intensitas sedang

sampai berat. Adapun tahapannya sebagai berikut :

a. Regangkan otot secara tersentak-sentak dengan cepat.

b. Lakukan peregangan dengan mencium lutut berulang-ulang selama 60 detik

dalam 5 set.

c. Istirahat 1-3 menit di sela-sela set.

Gambar 2.9 Metode ballistic stretching (Ariyadi, 2012).

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

45

2.6 Vertical Jump

2.6.1 Pengertian Vertical Jump

Vertical jump adalah lompatan tegak kearah vertikal yang dilakukan tanpa

awalan dengan jangkauan lengan yang setingi-tingginya (Ostojic et al., 2010).

Faktor-faktor yang sangat menetukan dalam pencapaian jarak dalam jangkauan

atau tingginya kemampuan yang dapat dicapai oleh seseorang dalam melakukan

vertical jump adalah sebagai berikut:

1. Propiosepsi diartikan sebagai keseluruhan kesadaran dari posisi tubuh (Cael,

2007).

2. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan

dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis.

3. Stabilisasi adalah kemampuan seseorang untuk mengandalkan posisi dan

gerakan pada tubuh.

4. Power adalah kemampuan otot berkontraksi yang berhubungan dengan

kekuatan dan kecepatan yang biasa disebut daya ledak (Kisner, 2007).

2.6.2 Vertical Jump pada Bola Voli

Dalam permainan bola voli, vertical jump sering dilakukan oleh semua

pemain. Pada saat akan melakukan smash atau blocking pemain harus melakukan

lompatan ke atas atau vertikal dengan cepat dan tinggi agar dapat melakukan

smash dan melakukan blocking bola dengan baik. Maka dari itu vertical jump

pada pemain voli merupakan hal yang harus dimiliki.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

46

2.6.3 Biomekanik Vertical Jump

1.Awalan Lompatan

Otot-otot yang bekerja adalah seluruh kompenen otot-otot tungkai seperti gerakan

fleksi knee dilakukan oleh kelompok otot hamstring, dan otot gastrocnemius

(Sohiron, 2009).

2. Melompat

Pada saat melompat, terjadi tolakan keatas dengan kedua otot-otot ekstensor kaki

secara eksplosif melakukan kontraksi serta mengayunkan kedua lengan lurus

keatas secara bersamaan. Eksplosif kontraksi oleh otot-otot gluteus maximus dan

minimus, kelompok otot quadricep ekstensor, tibia anterior dan otot-otot pada

metatarsal menciptakan ekstensi sendi hip, knee dan ankle (Sohiron, 2009).

3.Puncak Lompatan

Pada gerakan ini otot gluteus maximus dan minimus, kelompok otot quadricep

ekstensor, tibia anterior dan otot-otot pada metatarsal bertahan dalam posisinya,

otot fleksor tungkai mengalami relaksasi (Sohiron, 2009). Selain itu pengaruh dari

kecepatan dan dorongan pada saat melakukan awalan memberikan gaya yang

menyebabkan atlet berubah kecepatannya dan pada titik tolaknya mengubah arah

gerakannya dari horisontal menjadi vertikal sebesar 45o.

2.6.4 Vertical Jump Test

Vertical Jump Test bertujuan untuk mengukur power otot-otot tungkai

dengan mengukur perbedaan jangkauan maksimal pada saat berdiri dan pada saat

melompat dengan mengunakan alat ukur Takei Physical Fitness Test yang

berskala centimeter (cm). Pelaksanaan vertical jump test terdiri dari 4 tahapan

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Anatomi Otot Tungkai Bawah Daerah tungkai memiliki beberapa

47

yaitu:

Langkah 1:

Sampel berdiri tegak di depan alat ukur yang telah tersedia dan telah di atur

sedemikian rupa. Sampel berdiri diatas alas yang telah terhubung langsung

dengan alat ukur.

Langkah 2:

Sampel mengambil awalan melompat dengan menekuk kedua lutut, lalu secara

eksplosif melompat setinggi-tingginya ke atas dan mendarat di atas alas yang

tersedia yang sudah terhubung ke alat tersebut.

Langkah 3:

Masing-masing sampel melakukan sebanyak 3 kali lompatan dan hasilnya diamati

serta dicatat oleh peneliti.

Langkah 4:

Skor lompatan akan muncul pada alat tersebut. Hasil yang dicatat adalah hasil

raihan yang tertinggi.

Gambar 2.10 Vertical Jump Test