92
24 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Untuk memastikan penelitian ini didasari atas kerangka teori yang tepat, maka penulis menyusun kerangka teori manajemen, dimana yang menjadi grand theory adalah Manajemen Strategik, dengan middle range theory adalah Strategi Bisnis dan Etika Bisnis, sedangkan applied theory adalah Corporate Social Responsibility, Kemitraan, Citra, Daya Saing, dan Kinerja Perusahaan, seperti terlihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut ini. Gambar 2.1 Grand Theory , Middle Range Theory dan Applied Theory

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Untuk memastikan penelitian ini didasari atas kerangka teori yang

tepat, maka penulis menyusun kerangka teori manajemen, dimana yang menjadi

grand theory adalah Manajemen Strategik, dengan middle range theory adalah

Strategi Bisnis dan Etika Bisnis, sedangkan applied theory adalah Corporate Social

Responsibility, Kemitraan, Citra, Daya Saing, dan Kinerja Perusahaan, seperti

terlihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut ini.

Gambar 2.1 Grand Theory , Middle Range Theory dan Applied Theory

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

25

Grand Theory dalam penelitian ini adalah manajemen strategik, pertama

kali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis tentang

bagaimana perusahaan dapat beradaptasi terhadap lingkungan, baik yang berupa

ancaman maupun kesempatan dalam berbagai aktivitasnya. Kemudian manajemen

strategik diartikan Schendel dan Hofer (1979) sebagai suatu isyarat arah dari suatu

organisasi, agar dapat mencapai tujuan, yang didalamnya termasuk bagaimana

perusahaan menanggapi peluang dan ancaman dari lingkungan.

Menurut David (2013) manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Proses manajemen strategik itu sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan

strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Sedangkan Middle Range Theory dalam penelitian ini adalah Strategi Bisnis

dan Etika Perusahaan. Menurut Wheelen dan Hunger (2002) strategi bisnis pada

dasarnya berfokus pada peningkatan posisi daya saing perusahaan baik terhadap

suatu produk ataupun unit bisnis dalam suatu industri atau segmen pasar tertentu

yang dilayani oleh perusahaan atau unit bisnis tersebut.

Porter (1997) membagi strategi bisnis menjadi yang dikenal juga dengan

strategi bisnis generik, yang terdiri dari strategi atas kepemimpinan harga (cost

leadership), strategi diferensiasi (differentiation) dan strategi fokus (focus), seperti

dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

26

a) Strategi kepemimpinan biaya (cost leaderhip) merupakan suatu kemampuan

perusahaan untuk merancang dan memproduksi serta memasarkan suatu

produk yang lebih efisien dibandingkan para pesaingnya.

b) Strategi diferensiasi (differentiation) merupakan suatu kemampuan untuk

dapat memberikan dan menyediakan nilai yang unik dan superior, baik dalam

hal kualitas produk, fitur khusus ataupun pelayanan yang diberikan pada saat

dilayani maupun pada saat purna jual.

c) Strategi fokus (focus strategy) adalah strategi perusahaan untuk memproduksi

barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan sebagian kecil konsumen saja

(fokus melayani konsumen tertentu).

Etika bisnis telah berkembang dari waktu ke waktu dan di seluruh disiplin

ilmu yang merupakan salah satu topik yang paling penting dalam bidang ekonomi

dan bisnis. Filosofi klasik utama yang membangun fondasi teori etika adalah John

Locke teorinya dikenal sebagai hak alami (Property). Kemudian Adam Smith

menulis tentang teori awal etika dengan adanya kepentingan. Menurut Adam Smith

dalam teorinya “Kepentingan umum dikaitkan dengan enam motif psikologis”

menyatakan bahwa setiap individu harus memproduksi untuk kebaikan bersama

dengan nilai-nilai seperti kemakmuran, kehati-hatian, alasan, sentimen, dan

mempromosikan kebahagiaan umat manusia”.

Adapun etika menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006)

merupakan suatu keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau

tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Nilai-nilai

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

27

dan moral pribadi perorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu perilaku

tertentu dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis.

Pendekatan teori etika dapat dari berbagai perspektif yang berbeda. Baik

dari pendekatan normatif (apa yang harus terjadi) atau pendekatan deskriptif (apa

yang tidak terjadi). Etika memiliki dimensi makro atau masyarakat serta

pertimbangan tingkat mikro atau perusahaan dan dimensi manajerial, seperti

terlihat dalam tabel 2.1 dibawah dimana Hunt (1991) membagi pendekatan

normatif dan deskriptif berdasarkan dimensi makro dan mikro.

Tabel 2.1 Tipologi Etika

Uraian Mikro Makro

Normatif Values/Norms & Principles For

Organizational Decisions

Norms & Principles and

a Fair Economic System.

e. Distributive Justice

Deskriptif Codes, Standards of Conduct, &

Compliance Systems for

Organizations

Public Policy & the Legalization of

Business Ethics – i.e. U.S.

Sarbannes Oxley Act, EU Privacy

Laws

Sumber : Hunt (1991)

Ruang lingkup etika sangatlah luas sehingga mempengaruhi hampir setiap

keputusan yang dibuat organisasi terutama dalam hal interaksi sosial perusahaan.

Tabel diatas 2.1 mencoba meringkas, mempersempit dan menfokuskan pengamatan

etika bisnis berdasarkan tipologi dari perspektif organisasi. Beberapa definisi dan

pembahasan kerangka kerja ini diperlukan untuk dapat menafsirkan dan

memberikan landasan untuk memahami etika perusahaan.

Sehingga Farrel (2000) mendefinisikan etika dari perspektif manajerial

sebagai keputusan tentang apa yang benar atau salah (diterima atau tidak dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

28

diterima) dalam konteks perencanaan organisasi dan pelaksanaan kegiatan usaha

dalam lingkungan bisnis baik nasional maupun global untuk mendapatkan

keuntungan: kinerja organisasi, prestasi individu di tempat kerja, adapun tujuan dari

organisasi secara proaktif memperkenalkan etika bisnis adalah untuk

mengembangkan budaya organisasi yang etis. Sehingga hal ini memerlukan

strategi, sistem, dan prosedur untuk memastikan bahwa etika dan program

kepatuhan perusahaan dapat beroperasi secara efektif dengan penilaian

berkelanjutan dan perbaikan.

Merujuk kepada konsep Grand Theory dan Middle Theory sebagaimana

dikemukakan di atas, berikut ini terungkap Applied Theory yang merupakan teori

yang berada di level mikro dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi sebagai

pedoman dalam melakukan penyusunan formulasi variabel penelitian di mana

dalam hal ini Applied Theory terdiri atas Corporate Social Responsibility (CSR),

Kemitraan, Citra Perusahaan, Daya Saing Perusahaan, dan Kinerja Perusahaan

seperti yang terungkap di bawah ini.

2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.1.1.1 Pengertian CSR

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang digunakan dalam

penelitian ini banyak merujuk pada artikel yang ditulis oleh Parsons (2007:143),

Bueble (2008), Uddin et al (2008:204 – 208), Nicolae dan Sabina (2010:245),

Idowu (2009:183), Bhattacharyya et al (2008:265), Wang, Qin dan Cui (2010:128),

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

29

Zu dan Song (2008:3), Bucˇiuniene dan Kazlauskaite (2012:7), serta Huang

(2010:642).

Dalam Parsons (2007) Business for Social Responsibility memberikan

definisi yang sangat jelas tentang CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan

berarti memastikan keberhasilan komersial dalam cara-cara yang menghormati

nilai-nilai etis serta menghormati manusia dan lingkungan. Lebih lanjut mereka

menjelaskan definisi ini dengan mengindikasikan bahwa CSR secara khusus

memasukkan isu-isu yang terkait dengan etika bisnis, investasi masyarakat,

lingkungan, kepemerintahan, hak-hak manusia, aktivitas ekonomi, dan tempat

kerja.

Bueble (2008) menyatakan pencapaian keberhasilan komersial dalam cara

yang menghormati nilai-nilai etika dan menghargai masyarakat. Penelitian Uddin

et al (2008) menyatakan bahwa CSR didefinisikan dalam banyak cara. Hill (2006)

dalam Uddin et al (2008) menjelaskan bahwa CSR adalah seperangkat praktik yang

membentuk bagian dari manajemen atau praktek bisnis yang baik, dimana sebagian

besarnya adalah tentang transparansi dan keterbukaan. Banyak organisasi

menemukan bahwa dalam kenyataannya mereka sudah berbuat banyak tentang apa

yang dianggap "CSR", tetapi sering tidak memiliki sistem formal untuk

melaporkan kegiatan tersebut. CSR lebih lanjut tidak harus dipandang sebagai

tambahan dalam aktivitas seperti itu sebagai konsep praktik yang baik yang

melintasi suatu organisasi (misalnya dalam sumber daya manusia, pembelian,

pelayanan pelanggan, dan lain – lain).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

30

Sedangkan tujuan dari CSR menurut Uddin et al (2008) adalah membuat

aktivitas dan budaya perusahaan yang berkelanjutan dalam tiga aspek yaitu:

1. Aspek Ekonomi

Uddin et al (2008:204) menjelaskan aspek ekonomi CSR terdiri dari

memahami dampak ekonomi dari operasi perusahaan. Masalah ekonomi telah

lama diabaikan dalam diskusi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan.

Selama bertahun-tahun, aspek tersebut telah banyak diasumsikan sudah

dikelola dengan baik, yaitu menyangkut a) multiplier effect, b) kontribusi

melalui pajak, c) Menghindari tindakan yang merusak kepercayaan.

2. Aspek Sosial

Tanggung jawab sosial adalah dimensi terbaru dari tiga dimensi tanggung

jawab sosial perusahaan dan semakin lebih banyak mendapat perhatian

daripada sebelumnya. Beberapa hal telah ditemukan menjadi kunci aspek

sosial CSR bagi suatu organisasi, yaitu a) tanggung jawab terhadap pelanggan,

b) tanggung jawab terhadap karyawan, c) tanggung jawab terhadap

masyarakat.

3. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mulai diperhatikan pada 1970-an, dengan pemahaman nyata

pertama dalam hal dampak lingkungan dari bisnis. Sekarang di abad XXI, kita

dihadapkan dengan tantangan baru. Perspektif lingkungan dapat lebih

bertanggung jawab, yang mencakup isu-isu seperti penekanan pada

peningkatan produktivitas sumber daya, produksi bersih dan aktif.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

31

Selanjutnya Nicolae dan Sabina (2010:245) dalam tulisannya

mengemukakan definisi CSR sebagai keselarasan aktivitas perusahaan dalam nilai-

nilai sosial yang mengintegrasikan semua kepentingan yang terkena dampak

kegiatan perusahaan baik dalam kebijakan maupun tindakan. Tanggung jawab

sosial perusahaan tercermin dari triple bottom line, yang terdiri dari sisi keuangan,

sosial dan lingkungan, yang memiliki dampak positif pada masyarakat, sementara

sisi akuntansi untuk kesuksesan bisnis perusahaan.

Menurut Nicolea dan Sabina (2010) CSR adalah penyelarasan kegiatan

perusahaan dalam nilai-nilai sosial yang mengintegrasikan kepentingan dari

mereka yang dipengaruhi oleh pelaksanaan perusahaan menurut kebijakan dan

tindakan perusahaan. CSR tercermin dalam triple indicators (triple bottom line),

yang mengukur hasil keuangan, sosial dan lingkungan, agar memiliki dampak

positif terhadap masyarakat.

Nicolae dan Sabina (2010) menyatakan bahwa CSR memiliki konsekuensi

dalam pengambilan keputusan dari semua aspek, yaitu strategi, riset, manajemen,

dan lain – lain. Selanjutnya Nicolae dan Sabina (2010 : 238) mengemukan empat

jenis social responsibility. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban bisnis kepada

masyarakat, guna memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak

negatif pada masyarakat (pelanggan, pemilik, karyawan, masyarakat, pemasok, dan

pemerintah). Ada empat jenis tanggung jawab sosial yakni hukum/legal, etika,

ekonomi, dan filantropis.

Menurut Nicolae dan Sabina (2010:238-239), ada empat jenis social

responsibility yaitu: hukum/legal, etika, ekonomis, dan filantrofis. Dimensi hukum

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

32

berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh

otoritas, yang menetapkan standar untuk perilaku yang bertanggung jawab dan

kodifikasi apa yang masyarakat pikir benar atau salah. Sedangkan dimensi etika

dari CSR mengacu pada perilaku dan kegiatan yang diperbolehkan atau dilarang

oleh anggota organisasi, komunitas, masyarakat, bahkan jika perilaku tersebut tidak

diatur dalam hukum yang berlaku.

Komisi Eropa (2001) mempertimbangkan CSR dari dua dimensi, yaitu

internal dan eksternal. Dimensi internal adalah praktik – praktik yang

mempertimbangkan kesejahteraan karyawan, isu – isu kesehatan dan keselamatan,

pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain. Dimensi internal termasuk pertimbangan

praktik tanggung jawab lingkungan, dari titik pandang mengenai pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam. Sedangkan dimensi eksternal melibatkan

kemitraan dengan daerah lokal atau kawasan dan stakeholders dalam masyarakat,

untuk meningkatkan kesejahteraan stakeholders tersebut.

Berdasarkan uraian konsep CSR di atas, dapat direkapitulasikan konsep

CSR sebagai berikut.

Tabel 2.2 Rekapitulasi Konsep CSR

No Penulis Konsep

1 Parsons

(2007 )

Tanggung jawab sosial perusahaan berarti memastikan

keberhasilan komersial dalam cara-cara yag

menghormati nilai-nilai etis dan menghormati orang,

masyarakat dan lingkungan. Lebih lanjut mereka

menjelaskan definisi ini dengan mengindikasikan

bahwa CSR secara khusus memasukkan isu-isu yang

terkait dengan: etika bisnis, investasi masyarakat,

lingkungan, kepemerintahan, hak-hak manusia,

aktivitas ekonomi, dan tempat kerja

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

33

No Penulis Konsep

2 Bueble

(2008)

CSR didefinisikan sebagai pencapaian keberhasilan

komersial dalam cara yang menghormati nilai-nilai

etika dan menghargai masyarakat

3 Uddin et al

(2008 )

CSR adalah seperangkat praktik yang membentuk

bagian dari manajemen atau praktek bisnis yang baik

dimana sebagian besarnya adalah tentang transparansi

dan keterbukaan. Tujuan CSR aalah untuk membuat

aktivitas dan budaya perusahaan yang berkelanjutan

dalam tiga aspek yaitu : Economic Aspects, Social

Aspects, dan Environmental Aspects.

Sumber: hasil olahan

Bhattacharyya et al (2008) menganalisis konsep dari domain manajemen

strategik dan literatur CSR. Konsep mengenai CSR dalam makalah mereka untuk

menangani, berinteraksi dan berhubungan dengan para pemangku kepentingan

dengan pendekatan etis (Hopkins, 2003), yang saling tidak merugikan atau

menyakiti setiap pemangku kepentingan (Sethi, 1979; Carroll, 1979; Waddock,

2004; Andrews, 1971; Buchholz dan Rosenthal, 2002; Wood, 1991; Jones, 2005).

CSR merupakan tindakan sukarela dari serangkaian kegiatan organisasi

bisnis (Sethi, 1979; Carroll, 1979; Van Marrewijk, 2003). Dimana tema dominan

dan direktif dari CSR adalah untuk memperbaiki kondisi berbagai pemangku

kepentingan, seperti masyarakat lokal, masyarakat luas dan lingkungan alam

(Riordan et al, 1997; Steiner, 1972; Frederick et al, 1992; Hopkins, 2003; Carroll

dan Buchholtz, 2003; Waddock, 2004; Sethi, 1979; Carroll, 1979; Fukukawa dan

Bulan, 2004; Kotler dan Lee, 2005). Di masa sekarang, CSR telah dilihat sebagai

suatu proses yang berkesinambungan dari keterlibatan dengan para pemangku

kepentingan dan perusahaan (Boatright, 2000; Altman, 1998; Waddock, 2004).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

34

Makalah Wang, Qin dan Cui (2010) menyoroti mengenai pengembangan

CSR di Cina. Pada penelitian tersebut diuraikan CSR mengacu pada tanggung

jawab perusahaan dalam operasi komersial mereka. Konsep CSR didasarkan pada

gagasan dari operasi bisnis yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan.

Perusahaan harus mempertimbangkan dampak lingkungan sosial dan alam

termasuk keuangan dan kondisi operasional. Laporan CSR adalah laporan

perusahaan secara sukarela dan publik untuk kinerja ekonomi, lingkungan dan

sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan mereka, baik produk maupun jasa. Artinya,

sistem CSR adalah sistem yang memiliki dampak triple bottom line terhadap

lingkungan, ekonomi, dan masyarakat yang dihasilkan oleh kegiatan lembaga dan

organisasi, yang diungkapkan kepada publik.

Zu dan Song (2008) meneliti mengenai bagaimana para manajer dan

eksekutif di Cina merasakan dan menginterpretasikan CSR, sejauhmana

karakteristik produktivitas perusahaan mempengaruhi sikap para manajer terhadap

tingkat CSR mereka dan apakah nilai-nilai mereka terhadap CSR secara positif

berhubungan dengan kinerja ekonomi perusahaan. Hasil penelitian mereka

dikemukakan bahwa dibandingkan dengan mereka yang memiliki orientasi CSR

yang lebih rendah, manajer dengan nilai-nilai CSR yang lebih tinggi akan

meningkatkan total penjualan perusahaan mereka (setelah restrukturisasi) dengan

hampir 90%, ceteris paribus.

Buciuniene dan Kazlauskaite (2012) meneliti mengenai hubungan antara

CSR, manajemen sumber daya manusia dan kinerja organisasi. Dimana salah satu

definisi CSR yang paling banyak digunakan adalah yang ditawarkan oleh World

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

35

Business Council for Sustainable Development (WBCSD, 1999). Menurut definisi

ini, CSR adalah komitmen organisasi untuk perilaku diskresioner yang mengarah

ke pembangunan ekonomi dan berkontribusi terhadap kesejahteraan karyawan,

masyarakat, dan masyarakat lokal pada umumnya. Demikian pula Kotler dan Lee

(2005) menyatakan bahwa CSR adalah komitmen organisasi untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis yang etis dan kontribusi sumber

daya perusahaan. Perlu dicatat bahwa dalam definisi konsep CSR yang terakhir,

istilah "kesejahteraan masyarakat" (community well-being) menggabungkan

kondisi manusia dan isu-isu lingkungan. Mc Williams et al. (2006) menyebut CSR

sebagai organisasi yang tidak memihak dan sukarela, yaitu tidak diharuskan oleh

hukum, keterlibatan dalam kegiatan yang mengarah pada pencapaian beberapa

kebaikan sosial. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa CSR mencakup

komitmen organisasi secara sukarela untuk memajukan kesejahteraan karyawannya

dan masyarakat pada umumnya, dan kebijaksanaan dalam melakukan bisnis.

Huang (2010) meneliti mengenai keterkaitan antara corporate governance,

CSR, kinerja korporasi, dan kinerja sosial perusahaan. CSR didefinisikan sebagai

kewajiban perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan

stakeholdernya dengan cara yang melampaui tujuan keuangan (Gossling dan Vocht,

2007). Definisi tertentu mengenai CSR dipresentasikan pada World Business

Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah komitmen berkelanjutan

oleh dunia usaha untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka

dan masyarakat setempat pada umumnya (Holme dan Watts, 1999:3). Oleh karena

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

36

itu, CSR relevan pada tingkat yang berbeda di dalam dan di luar perusahaan dan

sulit untuk diukur. Sedangkan Corporate Social Performance (CSP) adalah cara

membuat CSR yang berlaku dan dipraktekkan.

Dengan mempertimbangkan berbagai pendapat tersebut di atas dan

menyesuaikan dengan situasi industri TPT di Jawa Barat, maka konstruk

CSR dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tanggung jawab sosial

perusahaan yang memastikan keberhasilan komersial dengan cara

memperhatikan nilai-nilai etis dan menghormati manusia, masyarakat, serta

lingkungan. Lebih lanjut CSR secara khusus memasukkan isu-isu yang

terkait dengan etika bisnis, investasi masyarakat, lingkungan,

kepemerintahan, hak-hak manusia, aktivitas ekonomi, dan tempat kerja.

2.1.1.2 Pengukuran CSR

Berdasarkan uraian konsep CSR dan pengungkapan penelitian sebelumnya,

dibawah ini terungkap tentang perbandingan penentuan dimensi CSR dari berbagai

referensi, dimana dimensi CSR dalam penelitian ini merujuk pada Uddin et al

(2008:204-208).

Tabel 2.3 Pengukuran Dimensi CSR

No Sumber Referensi

Uddin et al

(2008)

Nicolae

dan

Sabina

(2010)

Komisi

Eropa, 2001

dalam

Idowu

(2009)

Wang, Qin,

Cui (2010)

Peneliti

(2016)

1 Economic

aspects

aspek

legal

Dimensi

internal

Kinerja

ekonomi

Economic

aspects

2 Social aspects Etis Dimensi

eksternal

Kinerja

lingkungan

Social aspects

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

37

3 Environmental

aspects

Ekonomis

Kinerja sosial Environmental

aspects

4 Filantrofis

Berdasarkan komparasi dimensi CSR yang disampaikan oleh beberapa

penelitian terdahulu, serta disesuaikan dengan unit analisis, dimana penelitian Udin

et al (2008) lebih merepresantasikan pengukuran CSR dari beberapa penelitan yang

lainnya, selain juga penelitian Uddin et al (2008) dilakukan pada perusahaan –

perusahaan manufaktur yang pada dasarnya hampir sama dengan objek penelitian

penulis pada industri TPT yang berada didalam industri manufaktur itu sendiri,

dimana operasional perusahaan berdampak terhadap kegiatan ekonomi, sosial dan

lingkungan masyarakat sekitar perusahaan, selain juga berdasarkan masukan dan

hasil diskusi dengan beberapa orang manajemen dari perusahaan TPT maka

dimensi yang akan diteliti untuk mengukur CSR pada penelitian ini adalah

Economic Aspects, Social Aspects, dan Environmental Aspects.

Aspek ekonomi CSR adalah memahami dampak ekonomi dari operasi

perusahaan. Masalah ekonomi telah lama diabaikan dalam diskusi mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan. Selama bertahun-tahun, aspek tersebut telah

banyak diasumsikan sudah dikelola dengan baik. Adapun Indikator Dimensi

Economic Aspect diukur dari dampak ekonomi dari operasi perusahaan terhadap

ekonomi masyarakat sekitar, karena pada dasarnya dampak ekonomi kepada

masyarakat sekitar menjadi acuan utama masyarakat untuk dapat melencarkan atau

menggangu aktifitas operasi perusahaan, yang terdiri dari :a) Multiplier Effect,

kinerja ekonomi yang baik memungkinkan pengembangan operasi untuk Jangka

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

38

panjang dan untuk berinvestasi dalam pengembangan dan kesejahteraan

stakeholder. Kesejahteraan ini akan berdampak baik dimana mereka membeli

barang dan jasa lainnya sehinga akan mendorong industri jasa lokal, program

pemerintah dan kegiatan masyarakat lainnya. Efek multiplier ini menjadi semakin

penting jika Perusahaan merupakan perusahaan konglomerasi terbesar di

masyarakat sekitarnya; b) Kontribusi melalui pajak, Perusahaan merupakan

kontributor utama bagi kesejahteraan daerah disekitar perusahaan beroperasi

misalnya melalui basis pajak daerah ataupun retribusi lainnya, Pajak memiliki

dampak signifikan terhadap penciptaan dan distribusi kekayaan sehingga

stakeholder terutama masyarakat dapat menikmati hasil positif dari keberadaan

perusahaan di sekitarnya; dan c) Menghindari tindakan yang merusak kepercayaan,

adanya lisensi perusahaan untuk beroperasi akan sangat bergantung kepada

kepercayaan dan dukungan dari Komunitas lokal tempat perusahaan beroperasi.

Sehingga perusahaan perlu menekankan pentingnya kepercayaan ini serta

kewajiban dan tanggung jawab yang terdapat didalamnya. Perusahaan perlu

menghindari perilaku penyuapan dan korupsi, penghindaran pajak dan insentif

kinerja perusahaan yang hanya untuk beberapa individu tertentu.

Tanggung jawab sosial adalah dimensi terbaru dari tiga dimensi tanggung

jawab sosial perusahaan dan semakin lebih banyak mendapat perhatian daripada

sebelumnya. Aspek dan indikator yang menjadi kunci aspek Sosial CSR bagi suatu

organisasi yakni terdiri dari: a) Tanggung jawab terhadap Pelanggan, Gagasan

untuk memperlakukan pelanggan dengan hormat dan perhatian bukanlah hal baru

dalam bisnis: sering bertanggung jawab kepada pelanggan memiliki efek positif

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

39

langsung terhadap keuntungan perusahaan. Tanggung jawab ini dapat mencakup

masalah keamanan dan daya tahan Produk atau layanan; Standar atau layanan purna

jual; Perhatian yang cepat dan sopan Pertanyaan dan keluhan; dan informasi yang

lengkap dan tidak ambigu bagi calon pelanggan; b) Tanggung jawab terhadap

Karyawan, Bisnis merupakan kontributor utama bagi penciptaan lapangan kerja

masyarakat. Namun, tanggung jawab sosial terhadap karyawan melampaui

persyaratan dan kondisi Kontrak kerja formal. Perusahaan perlu menunjukkan

harapan yang lebih luas terhadap Karyawan meliputi kualitas hidup dan kenierja

mereka yang meliputi kesejahteraan dan keselamatan personil di tempat kerja dan

menjunjung tinggi ketrampilan mereka, Motivasi untuk bekerja. Memberikan

kesempatan yang sama dan adil untuk semua pegawainya, terlepas dari Jenis

kelamin, usia, ras, atau agama; c) Tanggung jawab terhadap masyarakat,

Perusahaan bergantung pada kesehatan, stabilitas, dan kemakmuran masyarakat di

mana perusahaan beroperasi , Seringkali mayoritas karyawan dan pelanggan

perusahaan berasal dari daerah sekitarnya - terutama untuk perusahaan kecil dan

menengah. Reputasi perusahaan di lokasi tersebut tentunya Mempengaruhi daya

saingnya. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari banyak perusahaan yang ikut terlibat

dalam kegiatan masyarakat sekitar demi meminimalisir gangguan kedepannya,

Misalnya dengan menyediakan tempat pelatihan kejuruan tambahan, merekrut

tenaga kerja dari lingkungan sekitar, mensponsori kegitana olahraga lokal dan acara

budaya, serta acara-acara lainnya melalui kemitraan dengan masyarakat ataupun

melalui sumbangan untuk kegiatan amal lainnya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

40

Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi Social Aspects tersebut

diatas pada dasarnya kertiga bentuk tanggungjawab tersebut menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari aktivitas perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan

TPT, Pelanggan sebagai penentu dalam penjualan perusahaan, serta karyawan dan

masyarakat dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien.

Aspek lingkungan mulai diperhatikan pada 1970-an dengan pemahaman

nyata pertama dalam hal dampak lingkungan dari bisnis. Sekarang di abad 21, kita

dihadapkan dengan tantangan baru. Perspektif lingkungan yang lebih bertanggung

jawab dapat mencakup isu-isu seperti penekanan pada peningkatan produktivitas

sumber daya, produksi bersih dan aktif, dengan indikator yang digunakan untuk

mengukur Dimensi Environmental aspects adalah Tanggungjawab atas Dampak

lingkungan yang terjadi, yang mengacu pada efek negatif yang terjadi pada

Lingkungan sekitarnya karena operasi bisnis. Dampak tersebut dapat meliputi:

penggunaan berlebihan dari alam, Sumber energi yang tidak terbarukan,

pemborosan polusi, degenerasi keanekaragaman hayati,Perubahan iklim,

deforestasi dll. yang mana hal ini dikarenakan banyak masalah lingkungan yang

berhubungan dengan bisnis itu sendiri. Hal ini menjadi penting karena pada

dasarnya lingkungan akan menjamin perusahaan agar dapat beraktifitas selain juga

mulai banyaknya tumbuh faham – faham di masyarakat dimana perusahaan yang

menyelenggarakan kegiatan dengan memperhatikan lingkungan akan lebih banyak

disukai dibanding perusahaan yang tidak menjamin lingkungan sekitar operasioanl

perusahaannya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

41

2.1.2 Kemitraan

2.1.2.1 Pengertian Kemitraan

Menurut Cravens (2013) kemitraan merupakan suatu upaya untuk

melakukan kerjasama dengan stakeholders, dimana aliansi strategis digunakan oleh

banyak perusahaan yang bersaing di seluruh dunia. Kemitraan meliputi hubungan

secara vertikal yang terdiri dari hubungan dengan supplier dan customer

(pelanggan) serta horizontal yang terdiri dari kemitraan lateral dan internal.

Berikut ini adalah jenis-jenis kemitraan perusahaan yang dikembangkan Cravens

(2013).

Gambar 2.2

Types Of Organizational Relationships

Hubungan Vertikal ( Vertical Relationship )

Sumber : Cravens (2013:196)

Metode khusus menggeser produk melalui tingkatan proses nilai tambah

yang berbeda merupakan hubungan pemasok pabrikan, distributor, dan pelanggan

serta pemakai akhir dari barang dan jasa ke dalam hubungan vertikal.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

42

Spesialisasi dan efisiensi fungsional menciptakan kebutuhan akan jenis

organisasi yang berbeda. Sebagai contoh, pedagang besar menyediakan barang dan

menyebarkannya kepada pengecer bila diperlukan. Dengan demikian, ini

mengurangi waktu pemesanan langsung dari pedagang besar. Kita melihat pada

hubungan saluran distribusi dan pelanggan-pemasok untuk meneliti hubungan

vertikal antar perusahaan.

Pemasok dan pembeli bahan mentah, bahan pengganti dan komponen,

perlengkapan, dan jasa (seperti konsultasi dan perawatan) dihubungkan bersama-

sama dalam saluran distribusi vertikal. Hubungan antara pemasok dan pelanggan

bervariasi mulai dari yang bersifat transaksi sampai pada kerjasama perusahaan.

Hubungan kerja yang bersifat transaksi (dapat diperjualbelikan) merupakan

pertukaran sederhana dari produk dasar pada harga yang bersaing. Sebaliknya

asosiasi kerjasama jauh lebih berinteraktif dan melakukan penyesuaian secara

alami. Persatuan tersebut membentuk hubungan sosial, ekonomi, jasa, dan teknis

yang kuat unfuk jangka waktu yang lama.

Pada waktu lampau, perusahaan mengembangkan hubungan untuk mencapai

tujuan taktis, seperti menjual dalam pasar luar negeri yang belum dewasa.

Hubungan strategis antar perusahaan dimasa sekarang mempertimbangkan unsur-

unsur kekuatan persaingan secara keseluruhan, yaitu teknologi, biaya, dan

pemasaran. Tidak seperti hubungan taktis, keefektifan dari persetujuan strategis

antar perusahaan ini dapat memberikan efisiensi jangka panjang dalam bisnis.

Beberapa kekuatan menciptakan kebutuhan untuk mengembangkan

kerjasama strategis dengan organisasi lainnya. Kekuatan-kekuatan ini meliputi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

43

keragaman, perubahan, dan faktor risiko dari lingkungan bisnis global; peningkatan

kompleksitas teknologi; kebutuhan sumber daya yang besar; kebutuhan

memperoleh jalan masuk ke pasar dunia; dan kemampuan dalam susunan impresif

teknologi informasi untuk mengkoordinasikan operasi antar perusahaan. Kekuatan-

kekuatan ini terbagi dalam dua kategori besar: (1) keanekaan dan perubahan

lingkungan serta (2) kesenjangan keterampilan dan sumber daya.

Menanggulangi keragaman melibatkan baik organisasi internal maupun

hubungannya dengan organisasi lain. Keanekaan lingkungan mengurangi

kemampuan organisasi untuk menanggapi dengan cepat kebutuhan konsumen dan

mengembangkan produk baru. Organisasi menghadapi tantangan ini dengan : (1)

mengganti struktur organisasi internal mereka dan (2) mengembangkan hubungan

strategis dengan organisasi lain.

Keanekaragaman lingkungan menyebabkan kesulitan untuk

menghubungkan pembeli dengan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan

keinginan pembeli dalam pasar. Karena kesulitan ini, perusahaan bersatu untuk

memenuhi kebutuhan pasar yang terpecah-pecah dan teknologi yang kompleks.

Strategi ini dapat melibatkan kerjasama antar pemasok dan produsen, aliansi

strategis antar pesaing, perusahaan patungan antar anggota industri, dan jaringan

organisasi yang mengkoordinasikan kerjasama dan kemitraan dengan banyak

organisasi lain.

Lingkungan bisnis menciptakan risiko bagi organisasi yang tidak dapat

membuat perubahan cepat. Perubahan disebabkan oleh pembaruan/keusangan

teknologi yang dirangsang/didorong oleh gerak pertumbuhan dalam pengetahuan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

44

dan perkembangannya. Sebuah tanggapan bagi perubahan dan risiko adalah

mengembangkan hubungan yang fleksibel dengan organisasi lain, serta

menghindari investasi kepemilikan dalam sumber pasokan, produksi, dan

distribusi. Kepemilikan seluruh sistem nilai tambah dapat kurang efektif dan lebih

berisiko dalam lingkungan yang berubah. Gambaran Strategi (Strategy Feature)

menjelaskan hubungan di antara beberapa perusahaan dalam industri yang berbeda,

di pasar pabrikan besar peralatan asli (Original Equipment Manufacturer).

Selama dua dasawarsa terakhir, pengeluaran untuk penelitian dan

pengembangan telah meningkat tiga kali lebih cepat dari pembelanjaan modal

usaha. Kebutuhan akan keterampilan dan sumber daya teknologi dalam banyak

industri sering melewati batas kemampuan sebuah organisasi tunggal. Jadi,

pembagian teknologi dan risiko yang saling melengkapi merupakan unsur penting

bagi aliansi strategis. Sebagai tambahan bagi teknologi, hambatan keuangan, jalan

masuk ke pasar, dan kemampuan sistem informasi dapat mendorong

pengembangan hubungan di antara organisasi-organisasi yang berdiri sendiri.

Jalan masuk ke teknologi dan kemampuan lainnya, keuntungan spesialisasi,

dan kesempatan untuk meningkatkan nilai produk merupakan motivasi penting bagi

pengembangan hubungan antar organisasi. Hubungan ini dapat secara vertikal

antara pemasok dan produsen atau secara horizontal antar anggota industri.

Kebutuhan keuangan untuk dapat bersaing dalam pasar dunia seringkali

lebih besar dari kapasitas yang dimiliki sebuah perusahaan tunggal. Sebagai

akibatnya, banyak perusahaan harus mencari mitra untuk mendapatkan sumber

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

45

daya yang penting bagi persaingan dalam banyak industri atau untuk menyebarkan

risiko kerugian keuangan dengan perusahaan lain.

Hubungan organisasional juga penting untuk memperoleh jalan masuk ke

pasar. Strategi McDonnell Douglas mendapatkan jalan masuk ke pembeli pesawat

komersial Asia, dapat memberikan ilustrasi. Produk, secara tradisional

didistribusikan melalui perantara pernasaran seperti pedagang besar dan eceran

dengan maksud untuk memperoleh jalan ke pasar pemakai akhir. Saluran distribusi

secara vertikal ini penting untuk menghubungkan penawaran dan permintaan.

Selama tahun 1980an, beberapa hubungan horisontal dikembangkan di antara

perusahaan yang saling bersaing untuk memasuki pasar dunia dan segmen pasar

lokal yang tidak terlayani olehperusahaan yang bekerja sama. Persetujuan

kerjasama pemasaran ini mengembangkan saluran tradisional lingkup distribusi dan

memperoleh manfaat tentang pengetahuan pasar di pasar intemasional.

Teknologi informasi membuat hubungan organisasi berkembang menjadi

nyata dalam kaitannya dengan waktu, biaya, dan efektivitas. Kemajuan teknologi

informasi menyediakan sumber daya yang penting bagi peningkatan efektivitas,

baik komunikasi internal dan antarorganisasi. Kemajuan teknologi informasi dan

telekomunikasi telah menggeser banyak hambatan komunikasi yang mencegah

perusahaan mendapatkan sumber daya teknis dari luar negeri. Kemampuan

memindahkan dokumen dan gambar desain, dari satu bagian dunia ke bagian dunia

lainnya melalui surat elektronik (e-mail), adalah lebih efisien dengan bekerjasama

secara global dalam pengembangan produk secara langsung.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

46

Sistem informasi memungkinkan organisasi berkomunikasi secara efektif

sekalipun kerjasama perusahaan secara geografis cukup tersebar. Penggunaan

sistem informasi untuk analisis pemasaran, perencanaan, dan pengawasan.

Metode khusus menggeser produk melalui tingkatan proses nilai tambah

yang berbeda merupakan hubungan pemasol pabrikari, distributor, dan pelanggan

serta pemakai akhir dari barang dan jasa ke dalam hubungan vertikal. Spesialisasi

dan efisiensi fungsional menciptakan kebutuhan akan jenis organisasi yang bero-

eda. Sebagai contoh, pedagang besar menyediakan barang dan menyebarkannya

kepada pengecer bila diperlukan. Dengan demikian, ini mengurangi waktu

pemesanah langstrng dari pedagang besar. Kita melihat pada hubungan saluran

distribusi dan pelanggan-pemasok untuk meneliti hubungan vertikal

antarperusahaan.

Pemasok dan pembeli bahan mentah, bahan pengganti dan komponen,

perlengkapan, dan jasa (seperti konsultasi dan perawatan) dihubungkan bersama-

sama dalam saluran distribusi vertikal. Hubungan antara pemasok dan pelanggan

bervariasi mulai dari yang bersifat transaksi sampai pada kerjasama perusahaan.

Hubungan kerja yang bersifat transaksi (dapat diperjualbelikan) merupakan

pertukaran sederhana dari produk dasar pada harga yang bersaing. Sebaliknya

asosiasi kerjasama jauh lebih berinteraktif dan melakukan penyesuaian secara

alami. Persatuan tersebut membentuk hubungan sosial, ekonomi, jasa, dan teknis

yang kuat unfuk jangka waktu yang lama.

Hubungan kerjasama terdiri atas kegiatan yang terbagi seperti desain proses

dan produk, bantuan penerapan, kontrak pemasokan jangka panjang, dan program

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

47

penyediaan barang tepat waktu (just-in-time). Jumlah kerjasama dapat bervariasi di

antara industri. Lebih-lebih, dalam situasi persaingan tertentu, sebuah perusahaan

mungkin mengikuti derajat/tingkatan kerjasama yangberbedaberdasarkan

pelanggannya. Beberapa hubungan pemasok-pelanggan dapat diperjualbelikan,

tetapi pemasok yang sama mungkin mencari hubungan kerjasama dengan

pelanggan lainnya.

Hubungan kerjasama antara pemasok dan pelanggannya dianjurkan secara

luas oleh penguasa bisnis. Kerjasama ini merupakan unsur penting dari program

manajemen mutu total (Total Quality Managernent). Meskipun demikian,

keputusan pemasok untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang kuat harus

mencakup penilaian faktor-faktor berikut:

a. Filosofi melaksanakan bisnis. Pendekatan mitra usaha terhadap bisnis harus

dapat disesuaikan. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan telah menyerap

filosofi TQM dan mitra usaha lain tidak mengutamakan TQM, konflik

kemungkinan besar berkembang dalam hubungan kerjasama.

b. Ketergantungan relatif terhadap mitra usaha. Hubungan kerjasama

kemungkinan besar lebih berhasil jika ketergantungan tersebut penting dan

sebanding di antara kedua organisasi.

c. Kontribusi teknologis. Pembeli dapat mewakili kesempatan bagi pemasok

untuk mengembangkan produk dan prosesnya yang disebabkan oleh tuntutan

pelanggan terhadap produk dan jasa pemasok. Sebagai contoh, desain bersama

perlengkapan industri dapat memberikan tambahan bagi keuntungan

persaingan pemasok.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

48

Kriteria yang sama ini dapat dievaluasi dari perspektif pelanggan untuk

memperkirakan nilai dan keterbatasan pengembangan hubungan kerja sama yang

solid.

Menurut Gordon Walker (2009), motivasi suatu perusahaan melakukan

kerjasama adalah bertujuan untuk (1) Transfer teknologi, (2) Akses pasar, (3)

Pengurangan biaya, (4) Pengurangan resiko, serta (5) Perubahan struktur industri.

Kerjasama ini didasarkan dari rasa saling percaya, keterbukaan berbagai resiko dan

manfaat dalam meningkatkan strategi bersaing untuk menghasilkan kinerja yang

lebih baik dibanding bila tidak berkolaborasi.

Berdasarkan uraian di atas, berikut rekapitulasi konsep kemitraan.

Tabel 2.5 Rekapitulasi Konsep Kemitraan

No Penulis Konsep

1 Cravens

(2013)

Organizational Relationship yaitu Internal Partnership,

Supplier Relationship, Customer Relationship dan

Lateral Partnership. Kemitraan meliputi hubungan

secara vertikal yang terdiri dari hubungan dengan

supplier dan customer (pelanggan) serta horizontal yang

terdiri dari kemitraan lateral dan internal.

2 Gordon

Walker (2009)

Motivasi suatu perusahaan melakukan kerjasama adalah

bertujuan untuk (1) Transfer teknologi, (2) Akses Pasar,

(3) Pengurangan biaya, (4) Pengurangan resiko, (5)

Perubahan struktur Industri. Kerjasama ini didasarkan

dari rasa saling percaya, keterbukaan berbagai resiko dan

manfaat dalam meningkatkan strategi bersaing untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik dibanding bila

tidak berkolaborasi

Sumber : hasil olahan

Robert Half (2013) dalam hasil risetnya menyatakan bahwa manfaat utama

dari kemitraan adalah meningkatkan kinerja korporasi, manajemen resiko yang

lebih baik , dan pengurangan biaya dalam fungsi keuangan, Manfaat utama dari

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

49

kemitraan, seperti yang diidentifikasi dalam survei di Belgia, dimana terdapat

hubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan (38%), manajemen risiko yang

lebih baik (30%) dan mengurangi biaya fungsi keuangan (28%).

Dalam jurnal France dan Lehmann (2005) dikatakan bahwa kemitraan

dapat dijadikan sarana oleh perusahaan untuk memperkuat corporate image dengan

mengkombinasikan hubungan antara keahlian teknis dan sumber daya keuangan,

perusahaan dapat memanfaatkan pengalaman, jaringan pengetahuan, pengetahuan

dan legitimasi yang terkait dengan sektor publik. Kemitraan dapat dibentuk melalui

pengembangan hubungan sosial, komitmen, saling percaya dan melalui

pembentukan saling pengertian (lihat, Grabher, 1993; Kjaer et al, 2003; Schaltegger

et al, 2003 ). Kemitraan juga dapat digunakan oleh perusahaan sebagai kendaraan

untuk memperkuat citra perusahaan yang berdampak terhadap kinerja sosial dan

ekonomi mereka.

Flanagan dan Grant (2013) mendefinisikan mengenai finance business

partnering sebagai suatu peran yang menyanggupi untuk mendukung bisnis dalam

menciptakan nilai dengan cara meningkatkan kualitas keputusan, misalnya seperti

keputusaan strategi harga, optimasi rantai pasokan, penilaian investasi, dan

memastikan bahwa strategi bisnis yang dipilih sesuai dengan yang dibutuhkan

sehingga dapat meningkatkan nilai pemegang saham pada tingkat risiko yang dapat

diterima.

Konsep ini dapat didefinisikan sebagai peran yang menyanggupi

pembiayaan untuk mendukung dan menantang bisnis dalam menciptakan nilai

dengan meningkatkan kualitas keputusan, misalnya strategi harga, optimasi rantai

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

50

pasokan, penilaian investasi, dan memastikan bahwa strategi bisnis yang dipilih

memberikan nilai pemegag saham yang dimita pada tingkat risiko yang dapat

diterima.

Murray (2010) yang meneliti mengenai kemitraan bisnis dengan pihak

sekolah mengemukakna mengenai peran kemitraan bisnis bagi sekolah dimana

mitra bisnis dapat memainkan peran penting dalam menarik dan memotivasi siswa

dengan "menghubungkan sekolah tinggi ke dunia luar" (Nelson, 2007).

Kesempatan bagi siswa untuk melihat penerapan akademisi di tempat kerja

melalui magang dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam pekerjaan sekolah

(Littky, 2004; Vander Ark, 2002), dan akademi karir dapat membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan kerja yang dibutuhkan (Nelson, 2007, Eaton dan

Nelson, 2007). Para pemimpin bisnis juga dapat berfungsi sebagai mentor dan

panutan bagi siswa (Nelson, 2007).

Kemitraan bisnis dengan sekolah dapat memainkan peran penting dalam

mengenalkan dan memotivasi pelajar dengan mengenalkan sekolah atas ke dunia

luar. Studi Murray meneliti kebutuhan mendesak untuk reformasi SMA, terutama

dari perspektif bisnis, dan memeriksa perkembangan kemitraan sekolah / bisnis

yang efektif yang menunjukkan bagaimana sekolah dan bisnis dapat bekerja sama

untuk desain sekolah tinggi yang sangat baik.

Savarese (2002) mengidentifikasi model kemitraan bisnis pendidikan yang

bergerak melampaui tujuan transfer teknologi atau kemitraan transaksional. Model

Goodman dan Cyert dibandingkan dengan program kemitraan Koneksi Kerja

Microsoft . Program kemitraan koneksi kerja Microsoft menyediakan lingkungan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

51

kemitraan aktif yang memungkinkan studi ini untuk mengkonfirmasi praktik dan

keingginan dari model Cyert dan, dan mengkonfirmasi keinginan yang

dipraktekkan dan tujuan Microsoft dan mengidentifikasi manfaat sosial dan budaya

lainnya dari kemitraan . Sumber data meliputi manajemen program dari Microsoft,

The American Association of Community Colleges , dan 38 Community Colleges.

Para peserta termasuk administrator perguruan tinggi, fakultas, mahasiswa, dan

bisnis lokal. Umumnya , anggota populasi yang diteliti, administrasi kampus,

dosen, mahasiswa, dan bisnis menemukan sembilan komponen Cyert dan Goodman

yang dipraktekkan. Selain itu, mereka melaporkan tingkat yang lebih tinggi

daripada keinginan yang dipraktekkan. Juga, responden mengidentifikasi tujuan

Koneksi kerja Microsoft seperti yang dilakukan, meskipun, ada tingkat yang lebih

tinggi dari keinginan daripada benar-benar dilaporkan sebagai dipraktekkan.

Responden menunjukkan bahwa kemitraan Koneksi Kerja memiliki peluang untuk

perbaikan. Ia juga mengidentifikasi adanya sejumlah masalah komunikasi. Anggota

kemitraan menunjukkan bahwa banyak ide yang belum dibagi dan akan berguna

dalam memfasilitasi upaya pembelajaran kemitraan baru.

Savarese (2002) mengidentifikasi model kemitraan bisnis pendidikan yang

bergerak melampaui tujuan transfer teknologi atau kemitraan transaksional. Model

Goodman dan Cyert dibandingkan dengan program kemitraan koneksi kerja yang

aktif. menunjukkan bahwa kemitraan koneksi kerja memiliki peluang untuk

perbaikan. Ia juga mengidentifikasi adanya sejumlah masalah komunikasi. Anggota

kemitraan menunjukkan bahwa banyak ide yang belum dibagi, akan berguna dalam

memfasilitasi upaya pembelajaran kemitraan baru.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

52

Dengan mempertimbangkan berbagai pendapat tersebut di atas dan

menyesuaikan dengan situasi industri TPT di Jawa Barat, maka konstruk kemitraan

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai upaya untuk melakukan kerjasama

dengan stakeholders, yang meliputi hubungan secara vertikal, yang terdiri dari

hubungan dengan supplier dan customer serta hubungan horizontal yang terdiri dari

kemitraan lateral dan internal.

2.1.2.2 Pengukuran Variabel Kemitraan

Dimensi kemitraan perusahaan dalam penelitian ini merujuk kepada

Organizational Relationship (Cravens, 2013) – yaitu Internal Partnership, Supplier

Relationship, Customer Relationship dan Lateral Partnership, maka dimensi

kemitraan perusahaan dalam penelitian ini terdiri dari internal partnership

(kemitraan internal), supplier relationship (kemitraan dengan pemasok), buyer

partnership (kemitraan dengan pelanggan), dan lateral partnership (kemitraan

lateral). Pemilihan variabel ini dikarenakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh

Cravens (2013) telah merinci dengan komprehensif dimana lebih cocok ketika

mengukur variabel kemitraan pada industri manufaktur yang mana industri TPT

termasuk dalam industri manufaktur yang menekankan pada Supply Chain

Management (SCM) yang baik untuk mendapatkan produk yang berkualitas,

dimana variabel yang dikemukanan oleh Cravens (2013) dirasa telah mencakup

pengukuran Kemitraan dengan memperhitungkan SCM dimana terlihat adanya

penilian komprehensif yang tidak hanya menitikberatkan kepada indikator

eksternal tetepi telah mengkolaborasi indikator internal dan eksternal yang terlihat

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

53

dari adanya pengukuran terhadap kinerja internal perusahaan serta supplier,

customer dan lateral dari sisi eksternalnya. Uraian indikator dari dimensi Internal

Partnership, Supplier Partnership, Buyer Partnership, dan Lateral Partnership,

diuraikan sebagai berikut ini.

Menurut web journal Iunctura.com sepertiyang dikutip oleh Judith Mosher

Bassini (2011:8), internal partnership merupakan bentuk kemitraan yang

mensyaratkan adanya kerjasama diantara satu atau dua pihak dimana pelanggan

bisa terlibat atau tidak, dengan tujuan umum untuk mencapai tujuan bisnis dan

melayani kebutuhan pelanggan. Kemitraan ini menguatkan hubungan sumber daya,

mengurangi perpecahan, dan berkontribusi terhadap pengalaman pelanggan yang

tidak secara langsung dilihat oleh pelanggan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi Internal Partnership

meliputi Penciptaan sinergitas antarbagian di dalam perusahaan untuk melayani

kebutuhan pelanggan dan Kolaborasi antarbagian untuk saling melengkapi dalam

memecahkan masalah dalam meningkatkan layanan.

Li et al., (2005,2006) dikutip dalam Qrunfleh dan Tarafdar (2013:573)

mengemukakan bahwa kemitraan supplier strategis merupakan hubungan jangka

panjang antara organisasi dengan suppliernya, yang mempengaruhi kapabilitas

operasional dan kapabilitas strategis dari individu yang terlibat dalam perusahaan

untuk membantunya dalam mencapai manfaat yang signifikan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi Supplier Relationship meliputi

Program kemitraan dengan supplier, Berpartner dengan supplier sesuai dengan

kebutuhan serta Kontrak jangka panjang yang saling menguntungkan dengan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

54

supplier.dimana hal ini penting untuk dapat meningkatkan ketahanan atas bahan

baku dan hasil produksi yang nantinya akan dipakai untuk melakukan proses

produksi.

Dalam jurnal penelitian Ogbadu dan Usman (2012) dikemukakan bahwa

kunci untuk membangun kemitraan pelanggan yang bertahan lama adalah untuk

menciptakan nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan yang superior. Indikator yang

digunakan untuk mengukur dimensi Buyer Relationship meliputi Pelayanan sesuai

harapan pelanggan dan Fasilitas transaksi pembayaran, dimana pada masa sekarang

perananan dan keinginan pelanggan sudah harus ditempatkan dalam prioritas

perusahaan, terutama pelayanan yang baik termasuk produk yang dihasilkan

berkualitas tinggi serta kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian maupun

penjualan.

Menurut Wheelen dan Hunger (2012) Strategic Alliances (Kemitraan

Strategis), merupakan partnership atau bentuk kemitraan strategis antara dua atau

lebih perusahaan atau unit bisnis untuk mencapai tujuan secara strategis yang saling

menguntungkan. Jenis Kemitraan strategis dapat distrukturkan berdasarkan degree

of ownershipand control (tingkat kepemilikan dan pengendalian) dan extent of

investment and risk (tingkat investasi dan resiko yang ditanggung).

Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi Lateral Partnership

adalah bermitra dengan perusahaan atau organisasi terkait dan lembaga

intermediasi pemerintah. Hal ini mendukung bagaimana manajemen perusahaan

dapat menjalankan perusahaan. Dimana bermitra dengan perusahaan atau

organisasi terkait dapat meningkatkan efisiensi dan peningkatan supply chain

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

55

management perusahaan. Selain itu akan mengurangi dampak terhadap gangguan

eksternal dari stakeholder seperti demonstrasi, gangguan keamanan dan

sebagainya. Bermitra dengan pemerintah juga dapat mengurangi tantangan yang

berasal dari perusahaan luar negeri, karena pemerintah dapat menggunakan

kebijakan tertentu untuk dapat menjamin industri dalam negeri, sehingga

perusahaan dapat bersaing di dalam negeri.

2.1.3 Citra Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Citra Perusahaan

Citra Perusahaan diawali dengan adanya persepsi publik mengenai suatu

perusahaan yang terbentuk dalam benak para pelanggan. Jenis citra ini adalah yang

berkaitan dengan sosok perusahaan sehingga tujuan utamanya, bagaimana

menciptakan Citra Perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh

publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas layanan prima, keberhasilan

dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab. Menurut

Zeithaml dan Bitner (2011) mengemukakan bahwa citra perusahaan dapat

mempengaruhi perilaku, kepuasan, loyalitas, kreativitas dan merek perusahaan

secara keseluruhan dan merupakan aset yang sangat berharga.

Untuk membentuk citra yang positif, perusahaan perlu mengirimkan pesan

dirinya kepada lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal, yaitu

pegawai perusahaan, konsumen, suplier, dan yang lainnya. Perusahaan dapat

membentuk citra yang positif melalui berbagai potensi yang dimiliki, misalnya

melalui keramahan para pegawainya dalam melayani pelanggan. Apabila dalam

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

56

benak konsumen sudah terbentuk suatu kesan yang positif terhadap perusahaan,

maka akan tercipta citra perusahaan yang positif dalam benak konsumen.

Dari beberapa pendapat para pakar tentang citra maka dapat disimpulkan

bahwa citra adalah serangkaian kepercayaan atau keyakinan, ide dan kesan yang

dimiliki oleh pelanggan atau pesaing terhadap perusahaan kita atas hasil dari

pengetahuan dan pengalaman. Atau citra merupakan citra yang terbentuk

dimasyarakat tentang baik buruknya perusahaan kita.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkomunikasikan citra

perusahaan agar dapat berhasil menurut Gregory dan Wiechmann (1993) adalah:

1) Perception is what counts

Kenyataan dari suatu kondisi bukanlah merupakan hal yang terpenting, tetapi

kenyataan yang diingat oleh target sasaran perusahaanlah yang membentuk citra

perusahaan.

2) Direction

Arah dari kampanye citra perusahaan haruslah diupayakan oleh pemasaran puncak

perusahaan, karena merekalah yang paling memahami keadaan perusahaan dari

seluruh sisi perusahaan.

3) Know thy self

Perusahaan perlu mengetahui siapa diri mereka sebelum memutuskan arah mana

yang akan ditempuh untuk mengetahui citra perusahaan saat ini, dan bagaimana

memelihara citra baru perusahaan.

4) Focus

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

57

Perusahaan perlu mengetahui siapa yang ingin dicapai. Semakin baik perusahaan

mengenal dan memahami target sasarannya, maka semakin mudah bagi perusahaan

untuk mengubah persepsi target sasarannya terhadap perusahaan.

5) Creativity

Apa yang ingin disampaikan melalui kampanye citra perusahaan, apa yang menjadi

daya tarik perusahaan yang mudah untuk diingat.

6) Consistency

Apabila tidak peduli dengan seberapa fokus dan kreatif, tanpa konsistensi maka

seluruh investasi perusahaan dalam membangun citra yang positif akan sia-sia.

Suatu kegiatan perusahaan tidak akan terlepas dari berbagai risiko maupun

kemungkinan krisis yang terjadi dalam perusahaan yang diakibatkan oleh situasi

persaingan maupun faktor-faktor perubahan lingkungan lainnya. Berbagai

permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan perusahaan pasti akan

menimbulkan perhatian dan penilaian dari berbagai lapisan masyarakat terutama

untuk perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan produk untuk pasar yang bersifat

massal. Penilaian-penilaian yang muncul pada akhirnya akan mempengaruhi nama

baik atau citra perusahaan tersebut. Agar permasalahan yang muncul tidak

menimbulkan penilaian yang merugikan perusahaan, maka harus dilakukan

berbagai cara untuk mengatasinya.

Menurut Rosady Ruslan (1999:76) pada saat krisis melanda perusahaan atau

organisasi, sebagai tindakan korektif ada beberapa tahapan langkah strategi atau

kiat penanggulangan krisis adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi krisis

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

58

Langkah ini merupakan penetapan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya

krisis.

2) Menganalisis krisis

Langkah menganalisis krisis dilakukan dengan pendekatan 5W+1H, yaitu what

why, where, when, who dan how.

3) Mengatasi dan Menanggulangi krisis

Mengatasi dan menaggulangi krisis dilakukan untuk jangka pendek dan jangka

panjang. Penanggulangan jangka pendek dinaksudkan untuk membatasi masalah

dan penanggulangan jangka panjang dimaksudkan agar permasalahan yang terjadi

tidak berkembang dan dapat dicegah agar tidak terulang lagi. Cara yang dapat

ditempuh adalah dengan memberikan informasi yang jelas dan benar kepada

masyarakat, serta dengan melibatkan pihak ketiga seperti pemerintah dan tokoh-

tokoh masyarakat.

a. Mengevaluasi krisis

Mengevaluasi krisis bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan suatu

masalah dalam masyarakat.

Citra perusahaan haruslah disampaikan secara akurat dan

berkesinambungan kepada para pegawai perusahaan dan diperkuat dalam setiap

komunikasi dengan mereka. Hal itu akan membuat mereka merasa nyaman tentang

tempat mereka bekerja dan bergembira dimana teman-teman, tetangga dan keluarga

dan keluarga mereka mengetahui kepentingan, kekuatan dan nilai dari perusahaan.

Hal ini penting karena sebagian pegawai perusahaan merupakan jembatan antara

perusahaan dengan konsumen.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

59

Dalam Kotler dan Keller (2009) diuraikan bahwa citra mempunyai beberapa

elemen yang terdiri atas: lambang, ruang fisik, even dan media.

1. Lambang

Citra dapat dibangun dengan menggunakan simbol, slogan, logo yang kuat.

Perusahaan dapat memilih simbol atau juga memilih warna yang dapat membuat

perusahaan tersebut mempunyai ciri yang khas dibanding perusahaan lainnya.

Sehingga konsumen dapat dengan mudah mengenali perusahaan tersebut. Unsur-

unsur tersebut biasanya dapat dengan mudah dikenali konsumen di mana saja.

Sehingga pengenalan konsumen akan produk perusahaan maupun perusahaan itu

sendiri bisa dibentuk dengan cepat. Oleh karena itulah, nama, simbol, slogan, logo

perusahaan harus mendapat perhatian sehingga dapat mewakili perusahaan dan

produknya dengan cepat serta mudah dikenali oleh pasar sasaran.

2. Ruang Fisik

Ruang fisik perusahaan bisa merupakan pencipta citra yang kuat. Misalnya dengan

memilih rancangan gedung, rancangan interior, tata letak, warna gedung, material

dan perabotan yang tepat. Sehingga konsumen yang datang dapat merasa nyaman

dan mendapatkan pelayanan yang baik.

3. Event (acara) / Pensponsoran

Perusahaan dapat membangun citranya dengan menciptakan atau mensponsori

berbagai event atau peristiwa. Perusahaan-perusahaan mencari cara yang lebih baik

untuk meningkatkan keuntungan dari pensponsoran dan mereka menuntut

akuntabilitas yang lebih besar dari pemilik dan pengorganisasi event.

4. Media

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

60

Perusahaan dalam meningkatkan citranya dan mempromosikan produknya dengan

menggunakan suatu media baik media visual maupun audiovisual. Dengan begitu

perusahaan dapat dengan mudah memperkenalkan produk dan layanannya agar

dapat menarik perhatian konsumen.

Sementara Polat (2010) menyatakan dimensi citra meliputi citra kualitas,

citra program, citra infrastruktur.

Berdasarkan beberapa konsep citra perusahaan, maka dapat disusun

rekapitulasi konsep sebagai berikut.

Tabel 2.6 Rekapitulasi Konsep Citra Perusahaan

No Penulis Konsep

1 Zeithaml &

Bitner (2011)

Organizational image as perception of an

organization reflected in association held in consumer

memory

2 Gregory dan

Wiechmann

(1993)

Keberhasilan mengkomunikasikan citra perusahaan

mencakup aspek : Perception is what counts,

direction, know their self, focus, creativity, consistency

3 Kotler dan

Keller (2009)

Citra mempunyai beberapa elemen yaitu ; lambang,

ruang fisik, even dan media.

4 Polat (2010) Organizational image mencakup aspek seperti:

Quality image, Programme image, Infrastructure

image,

Sumber: hasil olahan

Arendt dan Malte (2010) menguji efek dari CSR terhadap identitas

perusahaan, corporate image dan kinerja perusahaan dalam pengaturan multi-

industri, dalam rangka mendukung bukti bahwa efek dari CSR berbeda untuk setiap

industri. Pengertian corporate image dalam makalah ini adalah “adalah hasil dari

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

61

semua pengalaman, kesan, keyakinan, perasaan, dan pengetahuan dari semua orang

yang telah diperoleh terkait dengan aktivitas perusahaan (Worcester, 2009).

Menurut Boonpattarakan (2012), citra perusahaan merupakan faktor kunci

dalam meningkatkan kinerja perusahaan dikarenakan citra perusahaan adalah

respon konsumen terhadap apa yang dikorbankan dan dapat dianggap sebagai

jumlah dari keyakinan, ide, dan tayangan yang publik memiliki terhadap suatu

organisasi. dimana sering dikaitkan dengan kualitas yang dirasakan dari produk

atau jasa yang dihasilkan (Nguyen dan Leblanc, 2001). Citra perusahaan memiliki

dua komponen utama: fungsional dan emosional. Komponen fungsional berkaitan

dengan atribut yang nyata yang dapat dengan mudah diukur, sedangkan komponen

emosional berkaitan dengan dimensi psikologis yang dimanifestasikan oleh

perasaan dan sikap terhadap organisasi (Weiwei, 2007). Konsep citra perusahaan

telah dipelajari secara ekstensif di masa lalu. dan telah ditetapkan sebagai evaluasi

konsumen terhadap atribut yang menonjol, yang bisa berwujud dan tidak berwujud

atau fungsional dan psikologis (Thompson dan Chen, 1998). oleh karena itu, citra

perusahaan merupaka hasil dari proses agregat, dimana pelanggan membandingkan

berbagai atribut organisasi.

Dalam lingkungan yang kompetitif saat ini, citra perusahaan dianggap

memiliki nilai strategis bagi perusahaan dan menjadi elemen strategis dimana dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dan persepsi masyarakat. Selain itu, citra

perusahaan dianggap memiliki efek potensial terhadap loyalitas pelanggan terhadap

perusahaan (Andreassen dan Lindestad, 1998; Romaniuk dan Sharp, 2008).

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

62

Sebagai salah satu cara agar dapat meningkatkan citra perusahaan adalah

dengan kemitraan, hasil penelitian LaFrance dan Lehmann (2005) menyebutkan

bahwa kemitraan dapat dijadikan sarana oleh perusahaan untuk memperkuat citra

perusahaan dengan cara memberikan berkontribusi terhadap hubungan dengan

keahlian teknis dan sumber daya keuangan, perusahaan memanfaatkan

pengalaman, jaringan, pengetahuan dan legitimasi yang terkait dengan sektor

publik. Namun, kemitraan hanya dapat dibentuk melalui pengembangan hubungan

sosial, melalui komitmen dan saling percaya dan melalui pembentukan saling

pengertian dan pertimbangan (Grabher, 1993; Kjaer et al, 2003; Schaltegger et al,

2003 ). Kemitraan pada gilirannya dapat digunakan oleh perusahaan sebagai salah

satu cara untuk memperkuat citra perusahaan secara positif yang mempengaruhi

kinerja sosial dan ekonomi.

Kaur and Soch (2012 : 51) mengemukakan konsep citra perusahaan sebagai

sebagai faktor penting dalam penilaian pelayanan dan perusahaan (Gronross, 1984;

Andreassen dan Lindestad , 1998). SedangkanNguyen (2006) mendefinisikan citra

perusahaan sebagai respon konsumen terhadap total yang mereka korbankan dan

berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, berbagai produk / jasa, tradisi,

ideologi, dan kesan kualitas yang dikomunikasikan oleh setiap orang yang

berinteraksi dengan suatu organisasi .

Lin dan Lu (2010:16) melakukan penelitian mengenai pengaruh citra

perusahaan dan hubungan pemasaran pada kepercayaan, dampak kepercayaan pada

niat beli konsumen, dan moderator efek word-of-mouth antara pengaruh

kepercayaan terhadap niat beli konsumen. Temuan utama dalam penelitian Lin dan

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

63

Lu (2010:16) adalah citra perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap kepercayaan, dan citra dari suatu produk/jasa memiliki pengaruh paling

signifikan pada kepercayaan ,yang diikuti oleh image fungsional dan citra institusi

; selain itu, struktural dan keuangan, hubungan pemasaran juga berpengaruh positif

secara signifikan pada kepercayaan , dimana hubungan struktural pemasaran

memiliki pengaruh yang lebih besar pada kepercayaan dibandingkan dengan

keuangan; sedangkan kepercayaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

niat beli konsumen; yang diperkuat oleh word of mouth yang positif memiliki efek

moderasi antara pengaruh kepercayaan pada niat beli konsumen.

Bahwa citra perusahaan memiliki pengaruh positif secara signifikan

terhadap kepercayaan, dan citra komoditas memiliki pengaruh yang paling

signifikan terhadap kepercayaan, diikuti oleh citra fungsional dan citra institusi,

pemasaran hubungan struktural dan keuangan berpengaruh positif secara signifikan

terhadap kepercayaan, dan pemasaran hubungan struktural memiliki pengaruh lebih

besar terhadap kepercayaan dibandingkan dengan pemasaran hubungan keuangan,

kepercayaan memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap niat beli

konsumen, dan word-of-mouth yang positif memiliki efek moderator antara

pengaruh kepercayaan terhadap niat beli konsumen.

Berdasarkan uraian di atas dan menyesuaikan dengan situasi industri TPT

di Jawa Barat, maka konstruk citra dalam penelitian adalah persepsi publik terkait

kualitas produk/jasa, program, dan fasilitas berdasarkan hasil pengalaman atas

aktivitas perusahaan.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

64

2.1.3.2 Pengukuran Variabel Citra Perusahaan

Berdasarkan penelusuran literatur ditemukan komparasi dimensi citra

perusahaan berikut ini :

Tabel 2.7 Komparasi Dimensi Citra Perusahaan

Kotler &

Keller (2009)

Alimen & Cerit

(2009)

Polat (2010) Peneliti (2016)

- Lambang - Uniqueness

brand

association

- Quality image

- Quality

image

- Ruang

fisik

- Favourable of

brand

association

- Programme

Image

- Programme

Image

- Even - Strength of

brand

association

- Infrastructure

image

- Infrastructure

image

- Strength of

brand

association

Berdasarkan proses metode deduktif dan induktif, yakni penelusuran konsep

Kinerja perusahaan yang ada dalam beberapa referensi serta didukung oleh proses

induktif melalui diskusi dengan para pelaku usaha industri dan para pakar dibidang

tersebut, maka dimensi variabel citra perusahaan pada penelitian ini terdiri dari:

dimensi quality image (diukur dari kualitas citra perusahaan), dimensi programme

image (diukur dari kualitas program), serta dimensi infrastructure image (diukur

dari kualitas citra infrastruktur perusahaan). Dimana penentuan ketiga dimensi

tersebut didasarkan kepada pertimbangan unit analisis dalam penelitian ini adalah

industri tekstil yang cenderung telah mencakup indikator – indikator dari penelitian

yang sebelumnya dan lebih komprehensif dalam menilai citra perusahaan. Selain

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

65

itu juga kondisi saat ini industri TPT cenderung masih memiliki kelemahan pada

ketiga aspek tersebut.

2.1.4 Daya Saing (Competitiveness)

2.1.4.1 Pengertian Daya Saing (Competitiveness)

Casadesus-Masanell dan Ricart (2010) mengungkapkan bahwa daya saing

suatu perusahaan terkait dengan seberapa baik model bisnis berinteraksi dengan

lingkungannya untuk menghasilkan penawaran yang memberikan nilai tambah.

Terdapat tiga elemen penting dalam ide ini. Pertama, nilai tambah, berarti bahwa

penghapusan perusahaan dan penawarannya akan mengurangi ukuran keseluruhan

"nilai pie." Kedua, model bisnis suatu perusahaan merupakan penentu utama dari

kemampuannya untuk menambah nilai. Menambahkan nilai tergantung pada

perusahaan yang memiliki model bisnis yang dapat menciptakan nilai, dan ini, pada

gilirannya, merupakan prasyarat bagi perusahaan untuk dapat menangkap nilai

(Brandenburger dan Stuart, 1996) untuk mempertahankan eksistensi mereka.

Ketiga, model bisnis tidak bertindak dalam isolasi, melainkan berinteraksi dengan

orang-orang dari peserta industri lainnya pelanggan, pemasok, pesaing, dan

produsen pengganti dan produk komplementer .

Menurut Castro et al (2004), agar suatu perusahaan dianggap memiliki daya

saing dari sudut pandang operatif, maka perusahaan harus mendesain strategi untuk

melengkapi kondisi : harga yang kompetitif, produk dengan kualitas unggul,dan

pelayanan tingkat tinggi kepada pelanggan (speed and variety). Sementara menurut

Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2013) bahwa pencapaian daya saing strategik

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

66

memerlukan kesuksesan suatu perusahaan dalam memformulasikan dan

melaksanakan suatu strategi kreasi nilai.

Nordås and Kim (2013) menggunakan tiga indikator daya saing yaitu

tingkat diferensiasi produk, harga satuan yang diperoleh di pasar ekspor, dan durasi

perdagangan.

Menurut Kumar dan Arbi (2008) dalam Jin Su dan Gargeya (2012) dalam

rantai pasok tekstil dan pakaian AS, salah satu metode untuk meningkatkan daya

saing suatu perusahaan adalah melalui pendekatan strategis dari pemasok di seluruh

dunia. Selanjutnya dikatakan bahwa, penyesuaian tuntutan dari konsumen dan

kebutuhan untuk "merespon cepat" pasar yang berubah dengan cepat membuat

semakin banyak perusahaan mengakui peran strategis sumber daya dalam

mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja

keuangan. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi daya saing

(competitiveness) di antaranya terpenuhi apabila perusahaan memiliki kecepatan

respon dan memiliki sumber daya yang strategis.

Casadesus, Masanell dan Ricart (2010) mengukur daya saing

(competitiveness) dari dimensi produktif, teknologi, manusia, modal komersial,

relasional, dan kewirausahaan.

Berdasarkan uraian konsep di atas, dapat disusun rekapitulasi konsep daya

saing sebagaimana termuat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.8 Rekapitulasi Konsep Daya Saing

No Penulis Konsep

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

67

1 Casadesus-Masanell

dan Ricart (2010)

Daya saing suatu perusahaan terkait dengan seberapa baik

model bisnis berinteraksi dengan lingkungannya untuk

menghasilkan penawaran yang memberikan nilai tambah.

2 Castro et al (2004) Agar suatu perusahaan dianggap memiliki daya saing dari

sudut pandang operatif, maka perusahaan harus mendesain

strategi untuk melengkapi kondisi : harga yang kompetitif,

produk dengan kualitas unggul,dan pelayanan tingkat

tinggi kepada pelanggan (speed & variety)

3 Hitt, Ireland, and

Hoskisson (2013)

Strategic competitiveness is achieved when a firm

succesfully formulates and implements a value-creating

strategy

Sumber: hasil olahan

Penelitian yang dilakukan oleh Depperu dan Cerrato (2015) menyatakan

bahwa tingkat daya saing perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

merancang, memproduksi dan memasarkan produk yang lebih unggul

dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pesaing.

Dari sudut pandang empiris, penelitian tentang pengaruh daya saing

terhadap kinerja perusahaan dan industri menunjukkan bahwa adanya persentase

yang relevan dalam profitabilitas yang dapat dikaitkan dengan variabel tingkat

kinerja perusahaan (Schmalensee, 1985; Wernerfelt, Montgomery, 1988; Rumelt,

1991; McGahan dan Porter, 1997). Secara teoritis, menurut para peneliti

berpendapat bahwa sumber keunggulan kompetitif perusahaan bergantung pada

sejumlah sumber daya yang unik dan berbeda yang dimiliki oleh perusahaan

(Wernerfelt, 1984; Barney, 1991; Peteraf, 1993).

Lebih lanjut Abidin, Adros dan Hassan (2014) dalam penelitian daya saing

pada indutri konstruksi malaysia dimana disimpulkan bahwa Daya Saing dalam

konteks perusahaan konstruksi dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

68

perusahaan konstruksi untuk merancang, membangun, perencanaan keuangan,

mengoperasikan, memelihara dan / atau mengelola salah satu atau semua kegiatan

di atas lebih baik dari pesaingnya (Ambastha dan Momaya, 2004; Banwet, Momaya

dan Shee, 2003). Sehingga adanya persaingan yang sehat antara perusahaan

mendorong perubahan yang efektif dalam strategi dan budaya perusahaan (Yisa,

Ndekugri dan Ambrose, 1996) dengan penekanan pada sikap "survival of the

fittest" (Elmualim et al., 2006). Dimana daya saing perusahaan konstruksi lebih

banyak dipengaruhi oleh situasi ekonomi baik nasional dan internasional (Kazaz

dan Ulubeyli, 2009).

Dalam hubungannya dengan kinerja lingkungan dalam hal ini CSR,

penelitian yang Turyakira Venter dan Smith (2013) terhadap UKM di beberapa

negara Eropa, walaupun penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap CSR di UKM

masih terbatas, terutama di negara-negara berkembang (Liu dan Fong, 2010: 34).

Namun dapat disumpulkan bahwa adanya efek positif yang dirasakan dalam praktik

CSR pada UKM, dalam kaitannya dengan daya saing UKM dikarenakan daya saing

mengacu pada kemampuan bisnis untuk mempertahankan kinerja jangka panjang

yang lebih baik dibandingkan pesaingnya di pasar, seperti yang ditunjukkan oleh

profitabilitas, pangsa pasar, penjualan dan tingkat pertumbuhan,dimana Turyakira

Venter dan Smith (2013) merekomendasikan agar dilakukan suatua kegiatan

terpadu untuk meningkatkan daya saing baik melalui produk ataupun proses guna

membantu UKM untuk secara efektif mengelola kegiatan bisnis mereka yang

ramah lingkungan sehingga dapat mengakibatkan peningkatan daya saing dan

kinerja UKM di masyarakat.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

69

Selain itu kemitraan bisnis dapat meningkatkan daya saing melalui

kemampuan manajemen dalam menghadapi tantangan perusahaan kedepannya,

dimana dengan kemitraan akan terbentuknya suatu gagasan dan ide baru

dikarenakan adanya keterbatasan suatu perusahaan menghadapi berbagai masalah

internal maupun ekternal yang ada (lebih lanjut : Rosu, Dragoi, dan Pavaloiu (2014

dan 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Castro, Castro, Miron dan Martinez (2003)

dalam daya saing industri pakaian di kuba menyimpulkan bahwa adaya daya saing

yang berbeda dan unik dari suatu perusahaan akan dapat meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, mengurangi proses inventori dan dapat mengurangi

biaya ekonomi yang dapat meningkatkan performa perusahaan dikarenakan

menurunnya biaya pembuatan suatu pakaian, sejalan dengan itu penelitian Hao Ma,

(2000) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa keunggulan daya saing yang

kompetitif mengarah kepada kinerja yang unggul dari suatu organisasi atau

perusahaan, serta penelitian Nita dan Dura pada Multinational Company (MNC) di

Romania yang menyimpulkan bahwa daya saing perusahaan akan menentukan

posisi perusahaan di pasar global.

Berdasarkan uraian konsep di atas, daya saing dalam penelitian ini disusun

ke dalam sebuah konstruk yaituposisi perusahaan yang mampu berinteraksi dengan

lingkungannya dengan memberikan harga produk yang kompetitif, memiliki

produk yang unggul dibandingkan pesaingnya, mampu memberikan pelayanan

yang cepat kepada pelangganya serta mampu mengikuti dan mengantisipasi

perubahan dengan cepat sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang tinggi.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

70

Mempertimbangkan berbagai teori di atas serta menyesuaikan dengan

karakteristik industri TPT di Jawa Barat yang menjadi objek penelitian, maka daya

saing dalam penelitian ini disusun ke dalam sebuah konstruk yaitu posisi

perusahaan yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dengan memberikan

harga produk yang kompetitif, memiliki produk yang unggul dibandingkan

pesaingnya, mampu memberikan pelayanan yang cepat kepada pelangganya serta

mampu mengikuti dan mengantisipasi perubahan dengan cepat sehingga

menghasilkan kinerja perusahaan yang tinggi.

2.1.4.2 Pengukuran Variabel Daya Saing

Berdasarkan uraian konsep daya saing dan pengungkapan penelitian

sebelumnya, berikut perbandingan penentuan dimensi daya saing.

Tabel 2.9. Pengukuran Dimensi Variabel Daya Saing

No Casadesus,Ma

sanell &

Ricart (2010)

Nordås and Kim

(2013)

Castro et al (2004) Peneliti (2016)

1 Produktif The degree of

product

differentiation

Harga yang kompetitif

Harga yang kompetitif

2 Teknologi Unit prices obtained

in export markets,

Produk dengan

kualitas unggul

Produk dengan

kualitas unggul

3 Manusia The duration of

trade.

Pelayanan yang cepat Pelayanan yang cepat

4 Modal

komersial

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

71

5 Relasional

Berdasarkan komparasi dimensi daya saing tersebut, maka variabel daya

saing dalam penelitian ini tersusun atas konstruk dimensi: harga yang kompetitif,

produk dengan kualitas unggul,dan pelayanan yang cepat, hal ini merujuk ke[ada

pengungkapan berdasarkan strategi bersaing industri TPT yang dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengembangan dalam strategi bersaing yang mana ketiga

dimensi tersebut terbentuk berdasarkan kepada kondisi fenomena masalah yang

cenderung sama dengan ketiga dimensi tersebut,

Dimensi harga yang kompetitif meliputi :

1. Harga produk yang lebih murah dibanding produk sejenis dari pesaing

2. Biaya operasional yang efisien

Dimensi ini meliputi :

1. Produk dengan bahan yang berkualitas tinggi

2. Produk dengan desain yang unik

3. Produk yang variative.

Dimensi ini meliputi :

1. Respon yang cepat atas pesanan pelanggan

2. Delivery pesanan yang tepat waktu

Pada industri TPT variabel harga sangat menjadi faktor yang diperhatikan

oleh konsumen dimana harga didapatkan dengan melakukan efisiensi pada beban

serta penggunaan metodologi atau teknologi yang baru untuk menghemat biaya

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

72

yang dikeluarkan, hal ini tentunya mendukung kualitas produk yang dihasilkan,

dimana pelayanan terhadap produk yang dihasilkan menjadi bagian penting dalam

penilain konsumen, dengan adanya harga yang murah dengan kualitas produk yang

tinggsi serta pelayanan yang cepat atau responsif dapat menciptakan suatu daya

saing bagi perusahaan TPT di Indonesia.

2.1.5 Kinerja Perusahaan

2.1.5.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Konsep kinerja bisnis menurut Best (2009) merupakan output atau hasil dari

penerapan segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan bisnis. Pengukuran

kinerja korporasi berbeda dengan kinerja bisnis, pengukuran kinerja korporasi

menitikberatkan pada aspek portofolio bisnis, sedangkan kinerja bisnis

indikatornya adalah pertumbuhan penjualan dan profitabilitas. Hubbard dan

Beamish (2011). Sementara menurut Wheelen dan Hunger (2012) bahwa kinerja

bisnis dapat diukur dari penjualan, pangsa pasar dan profitabilitas,.

Pada dasarnya Kinerja Bisnis merupakan output atau hasil dari penerapan

segala aktivitas yang berhubungan dengan pemasaran. Biasanya, kinerja pemasaran

hanya dilihat melalui kinerja keuangan perusahaan. Namun, menurut Best (2009),

untuk melengkapi kinerja keuangan bisnis, perusahaan memerlukan serangkaian

pengukuran yang paralel untuk mengikuti kinerja pemasaran. Walaupun

pengukuran tersebut tidak memiliki elegansi dari akuntansi keuangan, secara

individu dan kolektif menyediakan pandangan kinerja pemasaran yang berbeda dan

lebih strategis. Dalam laporan kinerja pemasaran terdapat informasi mengenai

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

73

pertumbuhan pasar, pangsa pasar, retensi konsumen, pelanggan baru, pelanggan

yang tidak puas, kualitas produk relatif, kualitas layanan relatif dan penjualan

produk baru relatif.

Penilaian kinerja bisnis dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi keuangan dan

sisi non keuangan. Dalam penelitian ini kinerja lebih ditekankan pada kinerja

keuangan. Penilaian kinerja keuangan merupakan sesuatu yang penting karena

merupakan konsekuensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dan suatu

tindakan ekonomi. Kinerja keuangan menunjukkan perencanaan, implementasi

serta evaluasi pelaksanaan strategi yang tercermin dari sasaran yang dapat diukur

seperti ROI, ROE ataupun ROA.

Penelitian ini menggunakan ukuran kemampulabaan, yang bermaksud untuk

mengetahui kemampuan bisnis dalam menghasilkan laba atau seberapa jauh bisnis

dapat dikelola secara efektif dan efisien. ROA digunakan untuk mengukur

kemampuan bisnis menghasilkan laba dengan mengunakan total aset yang dipunyai

bisnis setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA

bisa diinterprestasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan bisnis dan pengaruh

dari faktor-faktor lingkungan. ROA (Return on Assets) diukur dari net income

dibagi dengan total aktiva rata-rata. ROI (Return on Investment) dihitung dari laba

operasi dibagi dengan aktiva operasi rata-rata. Laba operasi merupakan laba

sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan

untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, aktiva, persediaan, tanah,

gedung dan peralatan.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

74

ROE (Return of Equity) diukur dari keuntungan netto sesudah pajak dibagi

dengan jumlah modal sendiri. Biasanya investor yang ingin membeli saham akan

tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, karena pemegang saham mempunyai klaim

residual atas keuntungan yang diperoleh.

Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini,sesuai

dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan

mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Disini pihak manejemen

perusahaan cendrung hanya ingin memuaskan shareholders, dan kurang

memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas yaitu kepentingan stakeholders.

Atkinson, et. Al. (1995) menyatakan pengukuran kinerja merupakan suatu sistem

penilaian kinerja yang efektif yang sebaiknya mengandung indikator kinerja, yaitu:

(1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif

pelanggan, (2) menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang

mengesahkan pelanggan, (3) memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara

komprehensif yang mempengaruhi pelanggan, dan (4) menyediakan informasi

berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi mengenali permasalahan

dan peluang untuk melakukan perbaikan

Pada perspektif penilaian kinerja yang lebih luas, Hansen dan Mowen

(1997) menyatakan sebagai bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat dua jenis

pengukuran yaitu; keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini dirancang untuk

menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Ada juga

penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika terjadi kemandekan

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

75

perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja aktivitas pusat dibagi kedalam

tiga dimensi utama, yaitu: (1) effisiensi, (2) kualitas, (3) waktu.

Menurut Dess dan Lumpkin (2003) ada 2 pendekatan yang digunakan untuk

menilai kinerja perusahaan yaitu; pendekatan yang pertama analisis ratio keuangan

(financial ratio analysis) dan pendekatan yang kedua dilihat dari perspektif pihak-

pihak yang berkepentingan (stakeholder perspective). Dalam financial ratio

analysis dapat dibedakan atas 5 tipe yaitu; (1)Short- term solvency or liquidity, (2)

Long-term solvency measures, (3) Asset management (or turn over), (4)

Profitability, (5) Market value

Tabel 2.10 Rekapitulasi Konsep Kinerja Perusahaan

No Penulis Konsep

1 Best (2009) Output atau hasil dari penerapan segala aktivitas yang

berhubungan dengan kegiatan bisnis.

2 Wheelen dan Hunger

(2012)

Kinerja bisnis dapat diukur dari penjualan, pangsa

pasar dan profitabilitas

3 Hubbard dan Beamish

(2011)

Pengukuran kinerja korporasi berbeda dengan kinerja

bisnis, pengukuran kinerja korporasi menitikberatkan

pada aspek portofolio bisnis, sedangkan kinerja bisnis

indikatornya adalah pertumbuhan penjualan dan

profitabilitas.

4 Kaplan dan Norton

(1995)

Empat perspektif: keuangan, customer, proses

bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan

5 Dess dan Lumpkin

(2003)

financial ratio analysis dan stakeholder perspective

6 Hansen dan Mowen

(1997)

keuangan dan non keuangan (1) effisiensi, (2)

kualitas, (3) waktu.

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

76

Haat, Rahman, dan Mahenthiran (2008) menguji pengaruh praktik tata

kelola perusahaan yang baik mengenai transparansi perusahaan dan kinerja emiten

Malaysia. Penelitian ini menguji hubungan antara mekanisme corporate

governance, transparansi dan kinerja. Faktor tata kelola perusahaan diprediksi

memiliki pengaruh kuat pada kinerja perusahaan, terutama karena pemantauan

hutang dan kepemilikan asing. Namun, ada hubungan negatif yang signifikan antara

kualitas audit dan kinerja. Hasil penelitian menemukan bahwa kinerja tidak terkait

dengan tingkat pengungkapan dan pelaporan yang tepat. Hasil menunjukkan bahwa

pengungkapan dan ketepatan waktu tidak signifikan dalam hubungan antara tata

kelola perusahaan dan kinerja pasar. Data ini berlaku untuk masa satu tahun 2002

saja. Penelitian ini hanya membahas kausalitas satu arah berjalan dari mekanisme

corporate governance terhadap kinerja, meskipun, ada bukti terbalik arah dan

kausalitas dua arah dalam literatur pemerintahan. Makalah ini menunjukkan bahwa

mekanisme tata kelola internal bukanlah penentu penting untuk kinerja perusahaan,

melainkan tata kelola dalam bentuk pemantauan hutang dan kepemilikan asing

yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Transparansi (yaitu

pengungkapan dan ketepatan waktu pelaporan) bukan merupakan variabel mediasi

yang signifikan antara tata kelola perusahaan dan kinerja. Berbeda dari penelitian

empiris sebelumnya sebagai tingkat pengungkapan yang diukur dengan

menggunakan indeks tata kelola perusahaan yang dirancang sendiri. Terlepas dari

studi yang dilakukan dalam pengaturan Asia Malaysia, studi ini juga menguji

transparansi sebagai variabel mediasi antara tata kelola perusahaan dan kinerja.

Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan Tobin Q dikarenakan untuk

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

77

membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain, Tobin Q dapat

memberikan gambaran kinerja yang baik dengan memperhitungkan nilai

perusahaan

Ghazali (2010) mengevaluasi dampak dari penerapan peraturan baru terhadap

kinerja perusahaan. Penelitia ini menggunakan Analisis regresi dilakukan untuk

meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur

kepemilikan diwakili oleh kepemilikan, kepemilikan asing dan kepemilikan

pemerintah, dan tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan ukuran direksi dan

kemandirian. Kinerja perusahaan diukur dengan Tobin Q. Dengan menggunakan

data dari laporan tahunan dari 87 perusahaan yang terdaftar non-keuangan termasuk

dalam indeks komposit tahun 2001, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

variabel tata kelola perusahaan yang secara statistik signifikan dalam menjelaskan

kinerja perusahaan. Meskipun demikian, dua variabel kepemilikan, yakni

pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas dan kepemilikan asing, secara

statistik signifikan berhubungan dengan Tobin Q.

Aras, Aybars, Kutlu (2010) Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan

hal penting dan mendasar bagi kelangsungan operasional perusahaan. Demikian

pula kinerja keuangan tidak diragukan lagi merupakan hal mendasar mendasar bagi

operasi setiap perusahaan. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan

antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan.

Hubungan antara CSR dan kinerja keuangan secara empiris diteliti antara tahun

2005 dan 2007 dengan pendekatan dan metode pengukuran yang berbeda.

Berdasarkan studi empiris sebelumnya, penelitian ini melakukan analisis

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

78

didasarkan pada asumsi bahwa mungkin ada hubungan antara ukuran perusahaan,

profitabilitas, tingkat resiko dan CSR. Dalam melakukan analisis ini penulis

menemukan hubungan antara ukuran perusahaan dan tanggung jawab sosial

perusahaan. Namun penulis tidak dapat menemukan hubungan yang signifikan

antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan / profitabilitas.

Huang (2010) mengeksplorasi secara empiris keterkaitan antara Corporate

Governance, CSR, kinerja keuangan (FP) dan Kinerja Sosial Perusahaan (CSP)

menggunakan sampel dari 297 perusahaan elektronik yang beroperasi di Taiwan,

ekonomi Asia industri baru. Hasil menunjukkan bahwa model CG yang terdiri dari

direktur independen dan yang memiliki karakteristik kepemilikan tertentu memiliki

dampak positif yang signifikan pada FP dan CSP, sedangkan FP sendiri tidak

mempengaruhi CSP. Kehadiran direksi luar yang independen di perusahaan

memiliki dampak terbesar pada kinerja sosial pekerja, pelanggan, pemasok,

komunitas dan dimensi sosial perusahaan. Pemegang saham pemerintah

meningkatkan kinerja sosial perusahaan karena pemegang saham pemerintah akan

lebih mungkin untuk meminta agar perusahaan memenuhi tanggung jawab sosial

mereka. Pemegang saham pemerintah hanya positif dan signifikan berhubungan

dengan kinerja lingkungan perusahaan. Selanjutnya, pemegang saham institusi

asing membantu meningkatkan kerja dan kinerja pemasok dengan lebih

memperhatikan kebijakan karyawan dan hubungan rantai suplai. Akhirnya, direksi

luar yang independen, pemegang saham institusi asing dan pemegang saham

institusional keuangan domestik berpengaruh untuk meningkatkan kinerja

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

79

keuangan. Dalam penelitian ini kinerja korporasi diukur melalui kinerja keuangan,

kinerja sosial, dan kinerja lingkungan.

Al-Hussain (2010) dalam studi tentang struktur tata kelola perusahaan di

sektor perbankan merupakan komponen penting dalam peningkatan efisiensi dan

kinerja bank. Studi ini meneliti hubungan antara arus efisiensi struktur tata kelola

perusahaan dan kinerja perbankan. Sampel ini terdiri dari sembilan bank yang

tercatat di Bursa Efek Saudi. Sampel menunjukkan dukungan keseluruhan dimana

blockholders memainkan peran penting dalam peningkatan efisiensi struktur tata

kelola perusahaan bank. Hasil penelitian mencerminkan bahwa ada hubungan yang

kuat antara efisiensi struktur tata kelola perusahaan dan kinerja perbankan saat

menggunakan Return On Asset sebagai ukuran kinerja dengan satu pengecualian

bahwa kelompok-kelompok kepemilikan pemerintah lokal tidaklah signifikan.

Namun, bila menggunakan return saham sebagai ukuran kinerja, ada hubungan

positif yang lemah antara efisiensi struktur tata kelola perusahaan dan kinerja

perbankan. Dimensi penelitian dalam makalah yakni kepemilikan blockholders dan

belanja modal; dan dimensi kinerja perusahaan: investasi dan pertumbuhan

Laurent Weill (2007) Makalah ini bertujuan untuk memberikan bukti

empiris baru pada masalah utama tata kelola perusahaan: hubungan antara leverage

dan kinerja perusahaan. Weill mengusulkan dua Temuan utama dengan

menerapkan teknik efisiensi frontier untuk mengukur kinerja perusahaan menengah

dari tujuh negara Eropa. Prosedur kemungkinan maksimum digunakan untuk

memperkirakan perbatasan biaya stochastic dan parameter persamaan terkait biaya

inefisiensi untuk dimanfaatkan secara bersamaan. Ditemukan bahwa hubungan

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

80

antara leverage dan kinerja perusahaan bervariasi di setiap negara, yang cenderung

dipengaruhi faktor institusional pada hubungan ini. Pengukuran kinerja korporasi

dalam penelitian ini menggunakan rasio akunting dasar dan indikator

produktivitas.

Berdasarkan komparasi konsep yang disampaikan oleh para penulsi

sebelumnya, serta disesuaikan dengan unit analisis industri tekstil di Jawa Barat,

maka kinerja perusahaan pada penelitian ini disusun ke dalam suatu konstruk yaitu

output atau hasil dari penerapan segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan

bisnis dengan menggunakaan empat persepktif keuangan, customer, proses

bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan yang dikenal juga dengan

balance score card dikarenakan keempat persepketif ini telah menrangkum semua

kinerja perusahaan baik keuangan dan keuangan sehingga dapat menggambarkan

keadaaan perusahaan dimana perusahaan didorong untuk tidak hanya memberikan

perhatian pada proses yang ada, tetapi berusaha mencari metode proses baru yang

memberikan value lebih baik bagi pelanggan dan pemegang saham untuk strategi

yang telah direncanakan.

Berdasarkan komparasi konsep yang disampaikan oleh para peneliti

sebelumnya, serta disesuaikan dengan unit analisis industri tekstil di Jawa Barat,

maka kinerja perusahaan pada penelitian ini disusun ke dalam suatu konstruk yaitu

output atau hasil dari penerapan segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan

bisnis dengan menggunakaan empat persepktif keuangan, customer, proses

bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan yang dikenal juga dengan

balance score card, dikarenakan keempat perspeketif ini telah merangkum semua

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

81

kinerja perusahaan baik keuangan dan keuangan, sehingga dapat menggambarkan

keadaaan perusahaan dimana perusahaan didorong untuk tidak hanya memberikan

perhatian pada proses yang ada, tetapi berusaha mencari metode proses baru yang

memberikan value lebih baik bagi pelanggan dan pemegang saham untuk strategi

yang telah direncanakan.

2.1.5.2 Pengukuran Variabel Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil pengungkapan konsep kinerja bisnis di atas, maka di

bawah ini terungkap tentang perbandingan dimensi dari kinerja bisnis dari berbagai

sumber, dimana dalam hal ini penulis mencoba mengungkapkan konstrak dari

dimensi kinerja perusahaan untuk industri tekstil .

Tabel 2.11 Dimensi Kinerja Perusahaan

N

No

Aeker

(2004)

Walker,

Boyd

dan

Larreche

(2008)

Hitt,

Ireland

dan

Hoskisson,

(2009)

Whelen

dan

Hunger

(2009)

Kaplan

(1995)

Peneliti

(2016)

1

1

Volume

Penjualan

Volume

Penjualan

Profitabilita

s

Perusahaan

Sales

Volume

Keuangan Ratio

Keuangan

2

2

Market

Share

Market

Share

Volume

Penjualan

Market

Share

Konsumen Konsumen

3

3

Profitabilit

y

Profitabilit

y

Proses bisnis

internal

Proses

bisnis

internal

4

4

pembelajaran

dan

pertumbuhan

pembelajara

n dan

pertumbuha

n

Sumber : hasil olahan

Berdasarkan proses metode deduktif dan induktif, yakni penelusuran

konsep Kinerja perusahaan yang ada dalam beberapa referensi serta didukung oleh

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

82

proses induktif melalui diskusi dengan para pelaku usaha industri dan para pakar

dibidang tersebut, dimana pengukuran disesuaikan dengan unit organisasi dan

tujuan yang hendak dicapai yang telah dirumuskan sebagai bagian dari proses

manajemen strategi, maka diperoleh konstrak dari variabel Kinerja perusahaan

seperti di atas, dimana indikator yang digunakan merupakan pendekan balance

scorecard yang dirasa lebih komprehensif dalam menilai kinerja perusahaan

dibandingkan dengan indikator lainnya yang hanya menekankan kepada indikator

keuangan, balance scorecard setidaknya dapat mengukur kinerja perusahaan dari

sisi profitabilitas termasuk pertumbuhan penjualan, pangsa pasar dan pengurangan

biaya, adapun indikator dari masing-masing sub variabel tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Perspektif Keuangan

Ukuran keuangan ini menunjukkan adanya perencanaan, Implementasi. serta

evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini akan

tercermin dari sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang

diperoleh, seperti contohnya ROI, GPM, ROE, NPM dan sebagainya.

2) Perspektif Pelanggan

Kaplan (1996) mejelaskan bahwa dari sisi perusahaan kinerja pelanggan terdiri dari

pangsa pasar, tingkat perolehan konsumen, kemampuan mempertahankan

pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan,

selanjutnya dijelaskan bahwa kinerja pelanggan ini akan saling berintreraksi antara

satu dengan yang lainnya.

3) Perspektif Bisnis Internal

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

83

Tolok ukur yang dipakai dalam menentukan kinerja proses inovasi diantaranya

adalah a) Banyaknya produk yang dihasilkan dan dikembangkan secara relatif;

b) Besarnya jumlah penjualan produk baru dan lama waktu pengembangan produk

secara relatif; c) Lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan

dalam mencapai penjualan produk baru tersebut; d) Besarnya biaya pengembangan

produk baru. Frekuensi modifikasi atas produk- produk yang dikembangkan.

4) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari tiga prinsip yaitu people, system

dan organizational procedure Tolok ukur yang dapat digunakan untuk ini adalah

a) tingkat kepuasan pekerja pegawai b) tingkat perputaran tenaga kerja dan 3)

besarnya pendapatan perusahaan.

2.2 Posisi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian – penelitian terdahulu yang juga telah dipaparkan

diatas sebelumnya berikut disajikan beberapa penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat jelas dilihat bagaimana

perbedaan antar penelitian dan posisi penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.12 Resume Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

1 Som Sekhar,

Bhattacharyya,

Arunditya Sahay,

Ashok Pratap Arora and

Abha Chaturvedi

A toolkit for designing

firm level strategic

Untuk mengembangkan

sebuah kerangka kerja yang

akan membantu manajer

mendesain CSR tingkat

perusahaan dan inisiatif sosial yang dapat menjadi

Membahas

bagaimana teori

dan Kinerja CSR

pada perusahaan

serta penerapan strateginya

-Metode penelitian

yangterbatas pada

mereview konsep

CSR yakni studi

literatur

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

84

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

corporate social

responsibility (CSR)

initiatives

2008

kepentingan strategis bagi

organisasi.

Metode : Reviu konsep

Manajemen strategik dan

CSR.

Variabel : CSR

-Variabel penelitian

hanya terbatas pada

variabel CSR

2 Jie Wang, Sheng Qin,

Yanjuan Cui

Problems and

Prospects of CSR

System Development in

China

2010

Analisis masalah dan

pengembangan CSR di Cina

Objek :

Beberapa Perusahaan Cina

Variabel :

Pelaksanaan CSR

Membahas

keterkaitan antara

variabel CSR

-Metode penelitian

berupa studi literatur

menganai CSR

-Variabel penelitian

hanya terbatas pada

variabel CSR

- Bidang industri yang

diteliti masih secara

umum yang

menerapkan CSR di

Cina

3 Liangrong Zu, Lina

Song

Determinants of

Managerial Values on

Corporate

Social Responsibility:

Evidence from China

2008

Meneliti bagaimana para

eksekutif dan manajer Cina

memandang dan

menafsirkan tanggung

jawab sosial perusahaan

(CSR), sampai sejauh mana

karakteristik produktif

perusahaan mempengaruhi

sikap manajer terhadap

rating CSR mereka, dan

apakah nilai-nilai mereka

dalam mendukung

CSR tersebut berkorelasi

positif dengan kinerja

ekonomi perusahaan

Objek :

Perusahaan Cina

Variabel : CSR

Membahas

kinerja dan

penggunaan CSR

di Perusahaan

-Metode penelitian

berupa studi literatur

menganai CSR

-Variabel penelitian

hanya terbatas pada

variabel CSR

- Bidang industri yang

diteliti masih secara

umum yang

menerapkan CSR di

Cina

4 Ilona Bucˇiuniene˙

Dan Ruta Kazlauskaite

Untuk meneliti mengenai

CSR, manajemen SDM dan

Membahas

kinerja CSR dan

- Pengolahan data dari

survei yang dilakukan

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

85

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

The linkage between

HRM,

CSR and performance

outcomes

2012

perkembangan masyarakat

di Lithuania dan untuk

mempelajari hubungan

antara CSR, HRM dan hasil

kinerja organisasi

Objek :

119 perusahaan menengah

dan besar di Lithuania

Variabel :

CSR

Human Resources

Management (HRM)

Kinerja organisasi

dampaknya

terhadap

perusahaan/organi

sasi

Menggunanakan

metode survei

-Variabel penelitian

lebih ditekankan

kepada kinerja SDM

- Bidang industri yang

diambil tidak spesifik

5 Huang, Chi-Jui

Corporate Governance

Corporate Social

Responsibility

and Corporate

Performance

2010

Untuk mengeksplorasi

secara empiris keterkaitan

antara CG, CSR, kinerja

keuangan (FP) dan Kinerja

Sosial Perusahaan (CSP)

Metode : Analisis

menggunakan least-squares

procedure

Objek :

297 perusahaan elektronik

yang beroperasi di Taiwan

Variabel :

- Tata kelola perusahaan

- CSR

- Kinerja perusahaan :

kinerja sosial

perusahaan, kinerja

lingkungan perusahaan,

kinerja keuangan

perusahaan

Membhasa

kinerja CSR

dalam

hubungannya

dengan

Perusahaan

-Metode penelitian

yang menggunakna

data sekunder dan

menggunakan least-

squares procedure

-Variabel penelitian

menitikberatkan

kepada Tata Kelola

Perusahaan serta

Kinerja secara

Keuangan dan sosial

- Bidang industri yang

diteliti berupa

perusahaan elektronik

6 Robert Half

Business partnering

Optimising corporate

performance

Melaporkan kemajuan yang

dicapai perusahaan di Belgia dan negara-negara

lain di seluruh Eropa yang

Membahas

keterkaitan Kemitraan dengan

kinerja

perusahaan

-Metode penelitian

yang digunakan berupa studi kasus

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

86

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

2013 telah mengembangkan

kemitraan bisnis keuangan

Objek :

Perusahaan di Belgia

Variabel :

Kemitraan

-Variabel penelitian

terbatas hanya

Kemitraan

- Bidang industri yang

diteliti secara umum

2 Julie LaFrance,

Martin Lehmann

Corporate Awakening –

Why (Some)

Corporations Embrace

Public–Private

Partnerships

2005

Meneliti driver yang

mendasari perilaku

organisasi perusahaan dari

perspektif teoritis mengenai

legitimasi dan kebutuhan

stakeholder, dan

mendiskusikan tantangan

untuk mendapatkan

wawasan mengapa

perusahaan menjalankan

kemitraan publik-swasta

Metode :

Studi Kasus

Objek :

Perusahaan di Myanmar

Variabel :

- Public-privat

partnership

- Corporate image

Membahas kinerja

Kemitraan serta

hubungannya

dengan citra

perusahaan

-Metode penelitian

menggunakan model

studi kasus

-Variabel penelitian

terbatas hanya antara

Kemitraan (berupa

PPP) dan Citra

Perusahaan belum

memperlihatkan

hubungan terhadap

kinerja perusahaan

- Bidang industri yang

secara umum yang

melakukan PPP

7 Flanagan, Alan; Grant,

Nicola

Finance Business

Partnering Turning

Heads

2013

Mereview mengenai finance

business partnering yang

diterapkan pada perusahaan

MNC di berbagai dunia

yang diterapkan oleh

Deloitte

Metode :

Reviu literatur

Variabel :

Finance business partnering

Membahas

kinerja variabel

kemitraan Yang

diterapkan pada

perusahaan

-Metode penelitian

yang digunakan

berupa studi literatur

-Variabel penelitian

terbatas pada

kemitraan yang khusus

pada keuangan

- Penelitian dilakukan

diberbagai negara

yang terbatas hanya

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

87

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

pada perusahaan yang

berkerja sama dengan

deloitte

8 Murray, Maureen S.

The nature of the liaison

in developing and

sustaining

successful business

partnerships with high

schools

2010

Meneliti kemitraan bisnis

antara perusahaan dengan

sekolah di Amerika Serikat

Metode :

Studi kasus dengan

wawancara mendalam

Objek :

Sekolah AS

Variabel :

Kemitraafn bisnis

Membahas

keterkaitan antara

variabel

kemitraan pada

perusahaan

-Metode penelitian

menggunakan studi

kasus dan wawancara

-Variabel penelitian

terbatas pada

kemitraan

-Peneilitian Kemitraan

dihubungkan dengan

Sekolah

9 Savarese, John Robert

The business

partnerships between

Microsoft and "Working

Connections"

community colleges

2002

Tinjauan atas Program

Microsoft's partnership

program Working

Connections

Metode :

Studi ini termasuk data

survei, data arsip, dan

wawancara melalui telepon,

yang dimanfaatkan baik

penelitian kuantitatif dan

kualitatif

Objek :

Administrasi kampus,

dosen, mahasiswa, dan

bisnis kampus

Variabel :

Program business

partnership

Membahas kinerja

dan dampak

kemitraan

-Objek penelitian di

Universitas/sekolah

berupa mahasiswa

dan dosen

-Variabel penelitian

hanya terbatas

terhadap kemitraan

- Penilitian terbatas

terhadap impact

program Microsoft

terhadap kalangan

universitas

10 Arendt, Sebastian;

Brettel, Malte

untuk menguji efek dari

CSR terhadap

Membahas

keterkaitan antara

variabel CSR,

- Metode penelitian

Hanya

menitikberatkan

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

88

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

Understanding the

influence

of coprorate social

responsibility on

coprorate identity,

image, and

firm performance

2010

identitas perusahaan,

corporate image dan kinerja

perusahaan dalam

pengaturan multi-industri,

dalam rangka mendukung

bukti bahwa efek dari CSR

berbeda untuk setiap

industry

Metode :

Studi berdasarkan skala CSR

Objek :

389 perusahaan Eropa

Variabel :

- CSR

- Identitas korporasi

- Corporate image

attractiveness

- Kinerja perusahaan

Citra Perusahaan

dan Kinerja

perusahaan

kepada skala CSR

yang terapkan yang

dihubungkan terhadap

variabel lainnya

Objek penelitian

menggunakan

perusahaan di Eropa

dari berbagai Industri

yang dipilih

Kinerja perusahaan

terbatas terhadap

kinerja keuangan

11 Apicha Boonpattarakan

Competitive

Capabilities of Thai

Logistics Industry:

Effects on Corporate

Image and Performance

2012

Mempelajari efek dari

elemen strategis yang terkait

dengan kemampuan

kompetitif

pada citra perusahaan,

profitabilitas, dan

pertumbuhan

Objek :

Populasi : 15244 responden

Sampel : 1200

Perusahaan logistik Thailand

Variabel :

- Kapabilitas

kompetitif

- Corporate image

- Kinerja korporasi

Membahas

keterkaitan antara

variabel Citra

perusahaan dan

Kinerja

perusahaan

- Metode penelitian

menggunakan metode

survei dan diolah

menggunakan

korelasi/hubungan

kepada variabel lainya

- Perusahaan yang

digunakan berupa

perusahaan spesifik

berupa perusahaan

logistik

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

89

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

12 Julie LaFrance,

Martin Lehmann

Corporate Awakening –

Why (Some)

Corporations Embrace

Public–Private

Partnerships

2005

Meneliti driver yang

mendasari perilaku

organisasi perusahaan dari

perspektif teoritis mengenai

legitimasi dan kebutuhan

stakeholder, dan

mendiskusikan tantangan

untuk mendapatkan

wawasan mengapa

perusahaan menjalankan

kemitraan publik-swasta

Metode :

Studi Kasus

Objek :

Perusahaan di Myanmar

Variabel :

- Public-privat

partnership

- Corporate image

Membahas kinerja

Kemitraan serta

hubungannya

dengan citra

perusahaan

-Metode penelitian

menggunakan model

studi kasus

-Variabel penelitian

terbatas hanya antara

Kemitraan (berupa

PPP) dan Citra

Perusahaan belum

memperlihatkan

hubungan terhadap

kinerja perusahaan

- Bidang industri yang

secara umum yang

melakukan PPP

13 Harsandaldeep Kaur

and Harmeen Soch

Validating Antecedents

of Customer

Loyalty for Indian Cell

Phone Users

Menjelaskan anteseden

loyalitas pelanggan terhadap

kinerja citra perusahaan

Dengan menggunakan

metode studi empiris

Membahas

bagaimana

dampak

pelanggan

terhadap citra

perusahaan

- Metode penelitian

menggunakan studi

empiris dan belum

menggunakan

perhitungan kuantitatif

dan kualitatif

- Variabel penelitian

terbatas terhadap

customer loyality dan

citra perusahaan

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

90

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

- Bidang industri yang

dipilih terbatas berupa

perusahaan

telekomunikasi/seluler

14 Long-Yi, Lin; Ching-

Yuh Lu.

The influence

of corporate image,

relationship marketing,

and trust on purchase

intention: the

moderating effects of

word-of-mouth

2010

untuk menyelidiki pengaruh

citra perusahaan dan

hubungan pemasaran pada

kepercayaan, dampak

kepercayaan pada niat beli

konsumen, dan moderator

efek word-of-mouth antara

pengaruh kepercayaan

terhadap niat beli konsumen

Metode :

survei

Objek :

Konsumen travel agency di

Taiwan dengan usia di atas

18 tahun

Variabel :

- Corporate image

- Relationship marketing

- Trust

- Purchase intention

Membahas

keterkaitan antara

variabel citra

perusahaan

- Metode penelitian

yang digunakan

berupa survei

- Variabel penelitian

terbatas terhadap citra

perusahaan daalam

hubungannya dengan

konsumen secara

langusng

- Bidang industri yang

digunakna berupa

perusahaan travel

agency

15 Depperu dan Cerrato

Analyzing international

competitiveness at the

firm

Level:concepts and

measures

2015

Makalah ini membahas

beberapa "pertanyaan

terbuka" yang berkaitan

dengan analisis dan

pengukuran daya saing pada

tingkat perusahaan terutama

bagi daya saing

internasional

Objek :

Perusahaan Multinasional

Variabel :

Daya saing

Membahas

konsep dan teori

daya saing

perusahaan

terutama dalam

menganalisa

pengukuran daya

saing

- Variabel penelitian

hanya terbatas

terhadap daya saing

- Metode Penelitian

yang digunakan

berupa literatur rivew

Objek peneilitian

berupa perusahaan

MNC

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

91

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

16

Abidin, Adros dan

Hassan

Competitive Strategy

and Performance of

Quantity Surveying

Firms in Malaysia

2014

Penelitian ini berfokus pada

penerapan strategi

kompetitif perusahaan

selama periode gejolak

ekonomi di Malaysia

Objek :

Perusahaan Konstruksi

Malaysia

Variabel :

- Characteristics,

- Events

- Situations

Membahas

konsep dan

strategi daya

saing pada

perusahaan

perusahaan

- Variabel penelitian

berupa daya saing

yang terbagi atas

karakteriktik, event

dan situasi yang

dihadai

- Metode Penelitian

berupa kuantitatif

survei

- Penelitian dilakukan

di perusahaan spesifik

berupa perusahaan

konstruksi

17 Turyakira Venter dan

Smith

The Impact Of

Corporate Social

Responsibility

Factors on the

Competitiveness Of

Small And

Medium-sized

enterprises

2013

Melihat hubungan antara

kegiatan CSR UKM dan

daya saing dalam perspektif

jangka panjang

Metode :

Anova Analysis dan SEM

Objek :

Industri yang berbeda di

Uganda

Variabel :

- Workforceoriented

- Society-oriented

- Market-oriented

- Environmentally

Oriented

- Competitivenes

Membahas

keterkaitan antara

variabel CSR dan

Daya saing dan

metode penelitian

yang digunakan

- Variabel penelitian

yang berbeda dalam

pengungkaoan daya

saing dan CSR

- Bidang industri yang

digunakan masih

secara umum dan

tidak spesifik

18 Panagiotis Liargovas

dan Konstantinos

Skandalis

Factors Affecting Firm

Competitiveness: The Case of Greek Industry

2010

Melihat bagaimana variabel

kinerja perusahaan

(keuangan dan non

keuangan ) dapat

meningkatkan

Daya saing perusahaan

Objek :

Perusahaan di Yunani

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dan

Daya saing

- Data penelitian yang

digunakan berupa data

sekunder

- Metode Penelitian

menggunakan regresi

OLS

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

92

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

Variabel :

- Leverage,

- Export activity,

- Location,

- Size

- The index for

management competence

competitivenes

19 M. D. Ungureanu, g.

Dobrotă, g. Bălan

Competitiveness and

economic-financial

performance in the

metallurgical industry

companies in romania

2015

Penelitian ini menyajikan

tingkat dan evolusi indikator

untuk menentukan tingkat

daya saing dalam industri

metalurgi di Rumania

Objek :

Perusahaan metalurgi di

Rumania

Variabel :

- Competitiveness

- Value Added

- Labor Productivity

- Material costs

- Economic-financial

Performance

- Cost of employees

- Cash flow

- Net income

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dan

Daya saing

- Variabel penelitian

yang digunakan lebih

spesik kepada kinerja

yang diukur dengan

data sekunder

- Bidang industri yang

diteliti spesifik berupa

perusahaan metalurgi

- Metode Penelitian

yang digunakna masih

berpa deskriptif

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

93

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

20 Castro, Castro, Miron

dan Martinez

Modular

manufacturing: an

alternative to improve

the competitiveness in

the clothing industry

2003

Bagaimana daya saing dapat

diterapkan didalam proses

produksi sehingga dapat

meningkkatkan

produktivitas

Metode :

Analysis Deskriptif

Objek :

Industri Pakaian di Kuba

Variabel :

- Production per week

- Productivity manpower

- Time of leads

- Inventory

- Quality demand

Membahas

keterkaitan Daya

saing dalam

meningkatkan

kinerja

perusahaan

- Bidang industri

yang diteliti

berupa industri

pakaian

- Variabel penelitian

yang digunakan

spesifik dalam

produktivitas

- Metode Penelitian

yang digunakan masih

berupa analisis

deskriptif

21 Mohd Hassan Che

Haat; Rashidah Abdul

Rahman;

Mahenthiran, Sakthi

Corporate governance,

transparency and

performance of

Malaysian companies

2008

Menguji pengaruh praktik

tata kelola perusahaan yang

baik mengenai transparansi

perusahaan dan kinerja

emiten Malaysia

Metode :

Survei dengan

menggunakan metode

pengambilan sampel

“matched-sampling

method”

Objek :

868 perusahaan yang

terdaftar di BMB

(sebelumnya dikenal

sebagai KLSE) pada

31 Desember 2002.

Variabel :

- Tata kelola perusahaan

- Transparansi

- Kinerja perusahaan

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dalam

meningkatkan

Daya saing

- Variabel penelitian

lebih ditekankan

kepada transprasansi

dan tata kelola

- Bidang industri yang

diteliti masih secara

umum yang diambil

dari bursa saham

- Metode Penelitian

menggunakan metode

survei

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

94

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

22 Nazli Anum Mohd

Ghazali

Ownership

structure, corporate go

vernance and corporate

performance in

Malaysia

2010

mengevaluasi dampak dari

penerapan peraturan baru

terhadap kinerja perusahaan

Metode :

Objek :

dari 87 perusahaan yang

terdaftar non-keuangan

termasuk dalam indeks

komposit tahun 2001 di

Malaysia

Variabel :

- Struktur kepemilikan

- Tata kelola perusahaan

- Kinerja korporasi

Membahas

tentang kinerja

perusahaan

- Variabel penelitian

hanya terbatas

terhadap tata kelola

dan kinerja keuangan

- Bidang industri yang

diteliti berupa

perusahaan non

keuangan dalam

indeks Bursa Saham

- Metode Penelitian

menggunakan

Pengukuran analisis

regresi

23 Güler Aras; Aybars,

Asli; Kutlu, Ozlem.

Managing corporate

performance:

Investigating the

relationship

betweencorporate socia

l responsibility and

financial performance i

n emerging markets

2010

untuk menyelidiki hubungan

antara tanggung jawab sosial

perusahaan dan kinerja

keuangan perusahaan

Objek :

100 perusahaan indeks di

Bursa Efek Istanbul (ISE)

Variabel :

Kinerja korporasi

CSR

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dan

CSR

- Metode penelitian

yangdigunakan hanya

sebatas studi Analisis

literatur

- Bidang industri yang

diteliti terdiri dari

berbagai industri yang

terdagtar di ISE

- Variabel Penelitian

terbatas pada Kinerja

Keuangan Perusahaan

24 Huang, Chi-Jui

Corporate governance,

corporate social

responsibility

and corporate

performance

2010

untuk mengeksplorasi

secara empiris keterkaitan

antara CG, CSR, kinerja

keuangan (FP) dan Kinerja

Sosial Perusahaan (CSP)

Objek :

297 perusahaan elektronik

yang beroperasi di Taiwan

Variabel :

- Tata kelola perusahaan

Membahas

kinerja

perusahaan, dan

CSR

- Variabel penelitian

yang hanya terdiri dari

Kinerja Sosial dan

Kinerja Keuangan

- Bidang industri yang

diteliti spesifik untuk

perusahaan elektronik

- Metode Penelitian

Analisis menggunakan

least-squares

procedure

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

95

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

- Corporate social

responsibility

- Kinerja perusahaan :

kinerja sosial

perusahaan, kinerja

lingkungan perusahaan,

kinerja keuangan

perusahaan

25 Al-Hussain, Adel H;

Johnson, Robert L.

Relationship

between Corporate Gov

ernance Efficiency and

Saudi

Banks'Performance

2009

Meneliti hubungan antara

efisiensi tata kelola

perusahaan dengan kinerja

perbankan

Objek :

sembilan bank yang tercatat

di Bursa Efek Saudi

Variabel :

- Efisiensi tata kelola

perusahaan

- Kinerja bank

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan

terutama efisiensi

- Variabel penelitian

menitikberakan

kepada efisiensi tata

kelola

- Bidang industri yang

diteliti berupa

perusahaan perbankan

- Metode Penelitian

yang digunkan

menggunakan metode

DEA

26 Weill, Laurent.

Leverage

and Corporate

Performance: Does

Institutional

Environment Matter?

2008

Memberikan bukti empiris

baru pada masalah utama

tata kelola perusahaan:

hubungan antara leverage

dan kinerja perusahaan.

Objek :

sampel mencakup sekitar

11836 perusahaan

manufaktur dari 7 negara

Eropa: 1279 dari Belgia,

3029 dari Perancis, 314 dari

Jerman, 4403 dari Italia, 409

dari Norwegia,

90 dari Portugal dan 2312

dari spanyol

Variabel :

- Leverage

Kinerja korporasi

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dan

Daya saing

- Variabel penelitian

menitikberakna

kepada tatakelola

terutama leverage

perusahaan

- Metode Penelitian

menggunakan The

stochastic cost

frontier

Methodology

-Penilitian dilakukan

spesifik untuk

perusahaan

manufaktur

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

96

No Peneliti, Judul, Tahun

penelitian

Tujuan dan Objek

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan Penelitian

27 Sabah M. Al-Najjar dan

Khawla H. Kalaf

Designing a Balanced

Scorecard to M

easure a Bank's

Performance: A Case

Study

2012

Untuk mengetahui dan

melihat bagaimana

balancescorecard diterapkan

pada bank – bank besar di

timur tengah terutama di

Irak

Metode

Menggunakan metode

balancescore card

Dan data performa

perbankan

Objek

Perbankan di timur tengah

terutama di Irak

Variabel

- Financial perspective

- Internal Processes

Perspective

- Customer Perspective

- Learning and Growth

Membahas

keterkaitan antara

variabel kinerja

perusahaan dan

Daya saing

Dengan

menggunakan

metode

balancescore

card

- Variabel penelitian

terbatas terhadap

pengukuran

balancescore card

- Bidang industri yang

diteliti spesif terhadap

perusahaan keuangan

Berdasarkan hasil kajian dan penelusuran hasil-hasil penelitian sebelumnya,

penulis mengungkapkan state of the art: bahwa fakta masalah yang berawal dari

kinerja perusahaan industri tekstil yang dipengaruhi oleh daya saing dan citra

perusahaan sebagai intervening variable serta CSR dan kemitraan sebagai exogent

variable, menunjukkan bahwa topik penelitian ini belum pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Dengan demikian penulis berkeyakinan bahwa penelitian ini

memiliki originalitas yang tinggi.

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

97

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diartikan sebagai jalan berfikir

menurut kerangka logis atau kerangka konseptual yang relevan untuk menjawab

penyebab terjadinya fenomena. Oleh karena itu, untuk membuktikan kecermatan

penelitian, teori dasar diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan

Kerangka pemikiran merupakan serangkaian konsep yang menjelaskan

hubungan antar konstruk yang telah dirumuskan dengan berdasarkan pada tinjauan

literatur dan teori yang telah disusun serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait

dengan fenomena yang sedang diteliti. Selain itu, digunakan sebagai dasar untuk

menjawab pertanyaan penelitian.

Industri tekstil merupakan salah satu industri yang diprioritaskan oleh

pemerintah untuk dapat dikembangkan dikarenakan peran strategis dalam

perekonomian nasional yang besar terhadap nilai PDB dan perolehan devisa, agar

dapat mendatangkan devisa ekspor yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, sektor ini juga berperan dalam mengurangi angka pengangguran dengan

menyerap tenaga kerja , namun demikian masih dengan semakin banyaknya prosuk

tekstil yang berasal dari negara pesaing seperti Cina dan India yang memasuki pasar

Indonesia dengan harga yang bersaing menjadi salah satu faktor pendorong yang

berakibat kepada pada posisi tekstil Indonesia tidak banyak mengalami perubahan,

yadan kalah bersaing yang ditambahlagi dengan kemampuan mesin serta teknologi

yang dipakai telah berusia tua sehingga menimbulkan berbagai masalah

diantaranya adanya pencemaran lingkungan serta produktivitas yang kian menurun.

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

98

Masih belum optimalnya kinerja perusahaan tekstil, diduga karena pihak

perusahaan masih memiliki kelemahan dalam pengembangan daya saing

perusahaan, yang diindikasikan dengan produk yang relatif belum variatif jika

dibandingkan dengan produk dari impor. Selain itu masyarakat lebih percaya akan

kualitas bahan impor yang diperparah dengan citra perusahaan industri tekstil yang

masih relatif terpuruk karena sebagai efek dari kondisi awal tahun tahun 2000 yang

diposisikan sebagai sunset industry.

Konstruk Corporate Social Responsibility pada industri tekstil sebagai upaya

pengembangan aktivitas dan budaya perusahaan yang berkelanjutan dalam tiga

aspek yaitu Economic Aspects, Social Aspects, dan Environmental and Ecological

Aspects. Dimensi yang akan diteliti untuk mengukur CSR pada industri tekstil di

Jawa Barat adalah Economic aspects, Social aspects, dan Environmental aspects.

Dimensi Economic Aspect diukur dari dampak ekonomi dari operasi

perusahaan terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Indikator yang digunakan untuk

mengukur dimensi social aspects adalah Tanggung jawab terhadap Pelanggan,

Tanggung jawab terhadap Karyawan, Tanggung jawab terhadap Masyarakat.

Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi Environmental aspects adalah

Dampak lingkungan.

CSR dapat menjadi suatu sarana untuk mendapatkan mitra bisnis yang tepat.

Dimana kemitraan mencakup Internal Partnership, Supplier Relationship,

Customer Relationship dan Lateral Partnership dimana keempat dimensi ini

cenderung sangat relevan dengan objek penelitian industri tekstil di Jawa

Barat.dimensi Internal Partnership meliputi Penciptaan sinergitas antarbagian di

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

99

dalam perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan, dan Kolaborasi

antarbagian untuk saling melengkapi dalam memecahkan masalah dalam

meningkatkan layanan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi

Supplier Relationship meliputi Program kemitraan dengan supplier, Berpartner

dengan supplier sesuai dengan kebutuhan, Kontrak jangka panjang yang saling

menguntungkan dengan supplier. Indikator yang digunakan untuk mengukur

dimensi buyer Relationship meliputi: Pelayanan sesuai harapan pelanggan, dan

Fasilitas transaksi pembayaran sistem perbankan. Indikator yang digunakan untuk

mengukur dimensi Lateral Partnership ialah bermitra dengan perusahaan terkait,

dan bermitra dengan lembaga intermediasi pemerintah.

Sinergitas antara CSR dengan kemitraan yang tepat diharapkan dapat

meningkatkan citra perusahaan. Konsep citra perusahaan pada industri tekstil

diusulkan ke dalam suatu konstruk yaitu persepsi publik mengenai perusahaan yang

terefleksi melalui quality image, programme image, dan infrastructure image.

Dimensi quality imagediukur dari kualitas citra perusahaan. Dimensi programme

image diukur dari kualitas program. Dimensi infrastructure image diukur dari

kualitas citra infrastruktur perusahaan.

Implementasi CSR dan pengembangan citra perusaaan merupakan suatu

sarana untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Daya saing dalam penelitian

ini disusun ke dalam sebuah konstruk yaitu posisi perusahaan yang mampu

berinteraksi dengan lingkungannya dengan memberikan harga produk yang

kompetitif, memiliki produk yang unggul dibandingkan pesaingnya, mampu

memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggannya serta mampu mengikuti

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

100

dan mengantisipasi perubahan dengan cepat sehingga menghasilkan kinerja

perusahaan yang tinggi. Variabel daya saing dalam penelitian ini tersusun atas

konstruk dimensi : harga yang kompetitif, produk dengan kualitas unggul,dan

pelayanan yang cepat. Dimensi harga yang kompetitif meliputi indikator harga

produk yang lebih murah dibanding produk sejenis dari pesaing dan biaya

operasional yang efisien. Dimensi produk dengan kualitas unggul meliputi Produk

dengan bahan yang berkualitas tinggi, Produk dengan desain yang unik, Produk

yang variatif. Dimensi Pelayanan yang cepat meliputi Respon yang cepat atas

pesanan pelanggan, dan Delivery pesanan yang tepat waktu.

Dalam melihat hubungan antara setiap variabel penelitian maka berikut ini

disajikan telaah jurnal mengenai hubungan antara variabel yang diteliti sehingga

dapat diliaht lebih jelas bagaimana hubungan antar variabel:

2.3.1 Keterkaitan Korelasi antara variabel CSR dan Kemitraan

CSR memiliki pengaruh yang luas dalam membantu untuk upaya

penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

lainnya sehingga perusahaan dapat memanfaatkan potensi ini untuk stabilitas

perusahaaan kedepannya

Huang (2010) meneliti mengenai keterkaitan antara corporate

governance, CSR, kinerja korporasi, dan kinerja sosial perusahaan. CSR

didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap

lingkungan dan stakeholdernya dengan cara yang melampaui tujuan keuangan

(Gossling dan Vocht, 2007).

Page 78: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

101

CSR dapat dihubungkan untuk dapat meningkatakan potensi Kemitraan

perusahaan dengan berbagai pihak seperti konsep kemitraan antara perusahaan

dengan pemerintah merupakan upaya pelayanan terhadap masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dilakukan secara bersama antara

pemerintah dengan perusahaan melalui sinergi program yang beririsan.

Sebagaimana pandangan Hill bahwa Stakeholders dalam pelayanan sosial meliputi

negara, sektor privat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat,

dalam kasus program CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-

sama

Hal ini didukung oleh Waddock (1989) yang mengemukakan tentang

perlunya studi lebih lanjut tentang proses interaksi antar organisasi atau perusahaan

dari berbagai sektor yang ada, selain itu, Clarke (2007) juga menyimpulkan hasil

studi yang sama dengan tetap terus berlanjut

Penelitian yang dilakukan oleh Bendel dan Murphy (2000) juga

menyinggung hal yang sama dimana pada praktek Kemitraan yang dilakukan

perusahaan akan dapat lebih maksimal dengan menggunakan potensi CSR

perusahaan

CSR Kemitran

Gossling & Vocht (2007) Waddock (1989)

Clarke (2007)

Bendel dan Murphy (2000) Bueble (2008)

Bendel dan Murphy (2000)

Page 79: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

102

2.3.2 Keterkaitan antara variabel Citra Perusahaan dan Daya Saing

Citra merek yang dibangun dapat menjadi daya saing dan cerminan dari

visi, keunggulan standar kualitas, pelayanan dan komitmen dari pelaku usaha atau

pemiliknya dan dapat menimbulakan minat beli pada pelanggan

Michel E. Porter (2000) yang mengatakan bahwa persaingan sangat penting

bagi keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengahadapi

persaingan yang semakin ketat, maka setiap perusahaan harus mampu memiliki

daya saing

Kemampuan bersaing perusahaan bisa dilihat dari pangsa pasar yang

dimiliki dalam suatu industri yang dapat memberikan keuntungan yang tinggi bagi

perusahaan yang bersangkutan. Pangsa pasar yang luas menunjukan bahwa

perusahaan tersebut mampu menarik pelanggan dan memasarkan produknya agar

pelanggan mempunyai minat beli pada produk yang ditawarkan hal ini tentunya

juga ditunjang dari citra perusahaan yang tertanam juga dalam citra produk

perusahaan yang digunanakan oleh pelanggan yang mana dapat terlihat dari adanya

faktor kepercayaan oleh pelanggan terhadap suatu perusahaan sehingga

mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian. Minat beli diperoleh dari

suatu proses belajar dan proses pemikiran yang akan membentuk suatu persepsi.

Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang

terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat dan

yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya,

maka konsumen akan mengaktualisasi apa yang ada dalam benaknya tersebut

Page 80: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

103

Menurut Boonpattarakan (2012), citra perusahaan merupakan faktor kunci

dalam meningkatkan kinerja perusahaan dikarenakan citra perusahaan adalah

respon konsumen terhadap apa yang dikorbankan dan dapat dianggap sebagai

jumlah dari keyakinan, ide, dan tayangan yang publik memiliki terhadap suatu

organisasi. dimana sering dikaitkan dengan kualitas yang dirasakan dari produk

atau jasa yang dihasilkan (Nguyen dan Leblanc, 2001).

Pada akhirnya citra perusahaan dapat mendukung daya perusahaan

dengan memberikan loyalitas stakeholder dari pencitraan perusahaan, selain juga

peningkatan profit, terciptanya peluang ekspansi dikarenakan dengan Dengan

memanfaatkan citra perusahaan perusahan dapat memperluas ke pasar baru,serta

konsep dari produk sehingg dapat meningkatkan arus pendapatan Anda, serta selain

itu juga aakn berdampak terhadap kekuatan tawar menawar dikarenakan kekuatan

citra perusahaan dimata pihak ketiga.

Dalam penelitian Craig at.al. (2007) juga membuktikan bahwa Citra

Perusahaan yang baik akan mendorong pelanggan untuk dapat merespon lebih

positif produk – produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga lebih dapat

memningkatkan pendapatan perusahaan, sedangkan Davis, S. M. (2000)

menyatakan bahwa kekuatan suatu citra perusahaan akan berdampak terhadap

penciptaan daya perusahaan, dimana keputusan daya saing perusahaan ini

menyangkut strategi yang dibuat oleh perusahaan berdasarkan posisi perusahaan di

pasar, hal yang serupa juga disampaikan oleh Zeithaml dan Bitner (2011)

mengemukakan bahwa citra perusahaan dapat mempengaruhi perilaku, kepuasan,

Page 81: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

104

loyalitas, kreativitas dan merek perusahaan secara keseluruhan dan merupakan aset

yang sangat berharga sehingga dapat mempengaruhi daya saing perusahaan.

2.3.3 Keterkaitan antara Variabel CSR dan Citra Perusahaan

Bhattacharyyaet al (2008) dalam jurnalnya mengemukakan hubungan antara

CSR dan corporate image”. CSR dapat meningkatan kredibilitas perusahaan,

termasuk pengakuan dan visibilitas baik dari stakeholder internal dan eksternal

kunci (Burke dan Logsdon, 1996). CSR membangun citra perusahaan dan dengan

demikian dapat membantu keputusan kebijakan pemerintah, seperti adanya akses

yang mudah dan menguntungkan untuk pendanaan, menguntungkan perhatian

media, lingkungan sosial yang sehat untuk perusahaan beroperasi. Adanya inisiatif

CSR juga dapat mengurangi citra perusahaan yang negatif yang disebabkan oleh

perilaku buruk masa lalu sehingga membantu dalam melindungi perusahaan dari

reputasi negatif. Lebih lanjut CSR dapat membantu perusahaan untuk melindungi

dari investigasi pemerintah yang lebih ketat.

Yoon (2003) mengemukakan mengenai peranan CSR terhadap citra

perusahaan yaitu untuk mengatasi masalah sosial konsumen, menciptakan citra

perusahaan yang menguntungkan dan mengembangkan hubungan positif dengan

konsumen dan stakeholder lainnya.

Citra Perusahaan Daya Saing

Craig at.al. (2007)

Davis, S. M. (2000)

Boonpattarakan (2012), (Nguyen & Leblanc, 2001) Zeithaml & Bitner (2011)

Page 82: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

105

Penelitian Caterina dan Lorenzo-Molo (2008) mengemukakan bahwa CSR

yang terintegrasi salah satunya akan mempengaruhi citra perusahaan, dengan

harus memberikan jenis legitimasi yakni: (1) dengan menyimpan dana pemasaran,

sebagai satu cara apabila terjadi efek dari CSR yang tidak sesuai dari retorika

pemasaran yang diharapkan ; (2) adanya dana yang diperuntukkan bagi penanganan

manajemen krisis; dan (3) membuat citra perusahaan identik dengan identitas, yang

harus terdiri esensi dan sifat dari suatu perusahaan.

Wang, Qin, dan Cui (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa satu tujuan

penting dari penerbitan laporan CSR perusahaan adalah untuk membangun citra

perusahaan dan mendapatkan pemahaman hal iniakan meningkatkan kredibilitas

laporan, dimana bermanfaat bagi perusahaan sebagai suatu pertanggungjawaban

kepada publik.

2.3.4 Keterkaitan antara Variabel CSR dan Daya Saing Perusahaan

Berbagai penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara CSR dan

daya saing termasuk didalamnya keuggulan kompetitif menyatakan bahwa CSR

dapat meningkatkan keunggulan dan daya saing kompetitif dar sebuah perusahaan.

Zu dan Song (2008) dalam jurnalnya menyatakan keterkaitan antara CSR

dan daya saing dimana Konsep tanggung jawab sosial perusahaan Telah

dikonseptualisasikan sebagai nilai-nilai bisnis tradisional yang dapat

CORPORATE

SOCIAL

RESPONSIBILITY

(CSR)

CITRA

PERUSAHAAN

Bhattacharyya et al (2008)

Wang, Qin , dan Cui (2010) Yoon (2003)

Caterina dan Lorenzo-Molo (2008)

Page 83: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

106

memaksimalkan keuntungan ekonomi perusahaan hal ini dipengaruhi juga oleh

eksekutif dan manajer di Cina memandang dan menafsirkan CSR sehingga CSR di

Cina dapat berkorelasi positif dengan kinerja dan daya saing perusahaan

Penelitian Filho, et al., (2010) menemukan bahwa ada hubungan yang intens

antara tanggung jawab sosial, strategi perusahaan dan daya saing. Demikian pula,

Shuili, et al., (2007) meneliti pengaruh moderasi dari sejauh mana inisiatif sosial

suatu merek diintegrasikan ke posisi daya saing dan kompetitif pada reaksi

konsumen terhadap CSR. Para peneliti menemukan bahwa CSR positif yang

dimiliki oleh konsumen tidak hanya terkait dengan kemungkinan pembelian yang

lebih besar tetapi juga dengan loyalitas dan advokasi perilaku jangka panjang.

(Nasieku, Togun dan Olubunmi, 2014).

2.3.5 Keterkaitan antara Variabel CSR dan Kinerja Perusahaan

Zu dan Song (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa orientasi CSR

para manajer secara positif berhubungan dengan kinerja perusahaan dimana hal ini

senada dengan hasil penelitian Bucˇiuniene˙ dan Kazlauskaite (2012) yang

menunjukkan korelasi antara CSR dan kinerja yang positif antara praktek HRM

terkait CSR tertentu dan hasil kinerja. Secara khusus, pengaturan kerja yang

fleksibel, komunikasi tentang strategi dan hasil kinerja kepada karyawan dan

CORPORATE

SOCIAL

RESPONSIBILITY

(CSR)

DAYA SAING

Zu & Song (2008)

Filho, et al., (2010)

Shuili, et al., (2007)

Nasieku, Togun dan

Olubunmi, (2014)

Page 84: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

107

penggunaan metode bagi karyawan untuk berkomunikasi bagaimana pandangan

mereka kepada manajemen yang berhubungan dengan kualitas pelayanan dan

masalah lingkungan.

Huang (2010) Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara empiris

keterkaitan antara Corporate Governance (CG), CSR, kinerja keuangan (FP) dan

Kinerja Sosial Perusahaan (CSP) menggunakan sampel dari 297 perusahaan

elektronik yang beroperasi di Taiwan, ekonomi Asia industri baru. Hasil

menunjukkan bahwa model CG yang terdiri dari direktur independen dan yang

memiliki karakteristik kepemilikan tertentu memiliki dampak positif yang

signifikan pada FP dan CSP, sedangkan FP sendiri tidak mempengaruhi CSP.

2.3.6 Keterkaitan antara variabel Kemitraan dan Citra Perusahaan

Dalam jurnal LaFrance dan Lehmann (2005) dikatakan bahwa kemitraan

dapat dijadikan sarana oleh perusahaan untuk memperkuat corporate image-nya,

Dengan berkontribusi terhadap keahlian teknis serta sumber daya keuangan.

Perusahaan dapat memanfaatkan pengalaman, jaringan, pengetahuan dan legitimasi

yang terkait dengan sektor publik. Namun, kemitraan nyata hanya dapat dibentuk

melalui pengembangan hubungan sosial, melalui komitmen dan saling percaya dan

melalui pembentukan saling pengertian dan pertimbangan (lihat, misalnya,

CORPORATE

SOCIAL

RESPONSIBILITY

(CSR)

KINERJA

PERUSAHAAN

Zu & Song (2008)

Buciuniene dan Kazlauskaite (2011)

Huang (2010)

Arregle et al., 2007; Burt, 2007; Leana and Pil, 2006;

Mauer and Ebers, 2006;

Moran, 2005

Page 85: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

108

KEMITRAAN CITRA

PERUSAHAAN

LaFrance & Lehmann (2005)

Grabher, (1993)

Kjaer et al, (2003)

Schaltegger et al, (2003)

Grabher, 1993; Kjaer et al, 2003; Schaltegger et al, 2003 ). Selain itu Kemitraan

dapat juga digunakan oleh perusahaan sebagai kendaraan untuk memperkuat citra

perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja sosial dan ekonomi perusahaan.

2.3.7 Keterkaitan antara Variabel Kemitraan dan Daya Saing

Penelitian Wu, Lin, Chien, Hung (2011) menemukan bahwa

kemampuan pemasok dan kemampuan kemitraan mempunyai hubungan

yang signifikan positif dengan keunggulan kompetitif. Disimpulkan bahwa

industri semikonduktor harus memberikan perhatian pada evaluasi

kemampuan pemasok dengan memperhitungkan kemampuan keseluruhan

pemasok dan integrasi sumber daya, khususnya inovasi dan kualitas, untuk

meningkatkan kemitraan, dan untuk membangun kompetensi inti rantai

pemasok melalui kerja sama teknis dan aliansi strategis, serta semua upaya

yang dapat membantu organisasi mencapai keunggulan kompetitif yang lebih

tinggi dan pertumbuhan konstan kinerja operasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Mitrea, Rosu, Pavaloiu dan Drăgoi (2015)

bagaimana kemitraan dapat meningkatkan daya saing UMKM di Romania

menyimpulkan bahwa Ada banyak contoh perusahaan yang sukses dengan adanya

kemitraan dimana Kemitraan ini dapat mendukung dicapai visi dan misi, serta

Page 86: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

109

antusiasme perusahaan, dimana hal ini dapat tercapai dengan menggabungkan

sumber daya dan kegiatan dalam rangka untuk memiliki layanan baru atau

meningkatkan layanan yang sudah ada kearah yang lebih baik sehingga dapat

memecahkan masalah kompleks yang dihadapi, seperti melakukan kolaborasi, kerja

sama dan kerja sama tim untuk menghadapi Beberapa hambatan seperti

ketidakstabilan politik, faktor budaya dan infrastruktur yang tidak memadai,

birokrasi yang berlebihan, biaya administrasi dan kurangnya sistem transparansi.

Selain itu kemitraan dapat meningkatkan daya saing melalui kemampuan

manajemen dalam menghadapi tantangan perusahaan kedepannya, dimana dengan

kemitraan akan terbentuknya suatu gagasan dan ide baru dikarenakan adanya

keterbatasan suatu perusahaan menghadapi berbagai masalah internal maupun

ekternal yang ada (lebih lanjut : Rosu, Dragoi, dan Pavaloiu (2014 dan 2011)

Bekerja secara kolaboratif dengan mitra bisnis pada New Product

Development (NPD) telah menjadi mekanisme baru untuk memenuhi kebutuhan

pasar global. Kolaborasi Pembeli-pemasok dalam hal ini merupakan suatu

kemitraan merupakan strategi penting dari NPD dalam menanggapi persaingan

global yang ketat dalam beberapa tahun terakhir (Lau, 2005;. Petersen et al, 2005).

Pembeli mengadopsi strategi outsourcing untuk memungkinkan mereka fokus pada

kompetensi inti mereka sendiri dan untuk melakukan outsourcing produk dan jasa

non-inti untuk pemasok mereka. Pembeli dapat memanfaatkan kompetensi

pemasok mereka dan mendapatkan manfaat yang signifikan dari hubungan antar-

perusahaan ini (Chen, 2005; Petersen et al, 2005;. Takeishi, 2001; Tan et al, 2002;

Van Echtelt et al, 2006). Dengan mendirikan kemitraan, perusahaan dapat

Page 87: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

110

menghasilkan produk yang lebih inovatif dengan lead time yang lebih pendek untuk

menangkap kepentingan pasar terbaik. Adanya kemitraan dan kolaborasi

memungkinkan keterlibatan awal dan luas dari pemasok dalam proses desain dan

pengembangan produk sehingga meningkatkankan daya saing produk perusahaan.

2.3.8 Keterkaitan antara variabel Kemitraan dan Kinerja Perusahaan

Robert Half (2013) dalam hasil risetnya menyatakan bahwa manfaat utama

dari kemitraan adalah meningkatkan kinerja korporasi sebesar 38%, manajemen

resiko sebesar 30% yang lebih baik, dan pengurangan biaya dalam fungsi keuangan

sebesar 28%, sedangkan menurut Richard, Yam and Chan (2014) menyatakan

bahwa Kemitraan dapat meningkatkan kinerja dan proforma perusahaan dan

organisasi melalui jaringan perusahaan, teknologi dan orang sehingga dapat

diintegrasikan dengan baik untuk menciptakan produk bernilai tinggi dengan waktu

yang lebih singkat, mengurangi biaya pengembangan dan meningkatkan kualitas

produk dan manufakturabilitas, hal ini juga disimpulkan dari penelitian Clark dan

Fujimoto (1991) dan Bonaccorsi dan Lipparini (1994).

KEMITRAAN DAYA SAING

Wu,Lin, Chien, Hung (2011)

Mitrea, Rosu, Pavaloiu dan Drăgoi

(2015)

Rosu, Dragoi, dan Pavaloiu (2014)

Chen, 2005; Petersen et al, 2005;.

Takeishi, 2001; Tan et al, 2002;.. Van

Echtelt et al, 2006

Page 88: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

111

2.3.9 Keterkaitan antara variabel Citra Perusahaan dan Kinerja Perusahaan

Dalam Arentd dan Brettel (2010) dikatakan bahwa citra perusahaan

memiliki pengaruh terhadap kinerja suatu organisasi dalam hal meningkatkan

loyalitas pelanggan dan pola konsumsi mereka (Bhattacharya and Sen, 2003).

Peranan citra perusahaan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kinerja

perusahaan dikemukakan dalam Boonpattarakan (2012) dimana citra perusahaan

adalah suatu respon konsumen dari keyakinan, ide, dan tayangan yang dimiliki oleh

publik terhadap suatu organisasi. Dimana Hal ini sering juga dikaitkan dengan

kualitas yang dirasakan dari produk atau jasa yang diproduksi (Nguyen dan

Leblanc, 2001). citra perusahaan dapat dianggap sebagai fungsi dari akumulasi

pengalaman konsumsi yang memiliki dua komponen utama: fungsional dan

emosional. Komponen fungsional berkaitan dengan atribut yang nyata yang dapat

dengan mudah diukur, sedangkan komponen emosional berkaitan dengan dimensi

psikologis yang dimanifestasikan oleh perasaan dan sikap terhadap suatu organisasi

(Weiwei, 2007).

Konsep suatu citra perusahaan telah dipelajari secara ekstensif dan

ditetapkan sebagai evaluasi konsumen terhadap suatu atribut yang menonjol, yang

bisa berwujud dan tidak berwujud atau fungsional dan psikologis (Thompson dan

Chen, 1998). Sehingga citra perusahaan dapat dikatakan sebagai hasil dari proses

agregat dimana pelanggan membandingkan berbagai atribut yang diproduksi dari

KEMITRAAN KINERJA

PERUSAHAAN

Robert Half (2013)

Richard, Yam and Chan (2014)

Clark dan Fujimoto (1991)

Bonaccorsi dan Lipparini (1994)

Page 89: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

112

CITRA

PERUSAHAAN

KINERJA

PERUSAHAAN

Wu,Lin, Chien, Hung (2011)

Bhattacharya & Sen (2003)

Nguyen & Leblanc (2001)

Arentd & Brettel (2010)

Boonpattarakan (2012)

suatu organisasi. Dalam lingkungan yang kompetitif saat ini, citra perusahaan

dianggap memiliki nilai strategis bagi perusahaan dan menjadi elemen strategis

dimana hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan persepsi masyarakat.

Selain itu, citra perusahaan dianggap memiliki efek potensial terhadap loyalitas

pelanggan terhadap perusahaan (Andreassen dan Lindestad, 1998; Romaniuk dan

Sharp, 2008).

2.3.10 Keterkaitan antara variabel Daya Saing dan Kinerja Perusahaan

Agic, Kurtović, Čičić (2010) menyimpulkan bahwa sesuai dengan kriteria

posisi kompetitif, perusahaan dapat dikelompokan menjadi tiga kategori dasar.

Kategori pertama meliputi perusahaan yang menawarkan kualitas tertinggi, dengan

harga yang sama tinggi. Perusahaan-perusahaan ini menargetkan segmen pasar

eksklusif yang sesuai dan sebagian besar menggunakan strategi diferensiasi.

Perusahaan dari kelompok kedua ditandai dengan cakupan pasar yang luas; mereka

fokus pada promosi, dan hampir tidak pernah menggunakan harga sebagai faktor

keunggulan kompetitif. Kelompok terakhir perusahaan diposisikan dengan

menawarkan produk standar kualitas agak rendah dan dengan harga yang jauh lebih

rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang

Page 90: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

113

relevan antara kinerja bisnis perusahaan yang menawarkan strategi posisi

kompetitif yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Castro, Castro, Miron dan Martinez (2003)

dalam daya saing industri pakaian di kuba menyimpulkan bahwa adaya daya saing

yang berbeda dan unik dari suatu perusahaan akan dapat meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, mengurangi proses inventori dan dapat mengurangi

biaya ekonomi yang dapat meningkatkan performa perusahaan dikarenakan

menurunnya biaya pembuatan suatu pakaian, sejalan dengan itu penelitian Hao Ma,

(2000) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa keunggulan daya saing yang

kompetitif mengarah kepada kinerja yang unggul dari suatu organisasi atau

perusahaan, serta penelitian Nita dan Dura pada Multinational Company (MNC) di

Romania yang menyimpulkan bahwa daya saing perusahaan akan menentukan

posisi perusahaan di pasar global.

Daya saing yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Indikator dari kinerja perusaahan adalah Sales Growth dan Profitabilitas Bisnis.

Berdasarkan pemaparan konsep dan telaah jurnal penelitian terdahulu, maka

disusun kerangka pemikirian yang tergambar dalam paradigma penelitian berikut

ini:

DAYA SAING KINERJA

PERUSAHAAN

Agic, Kurtović, Čičić (2010)

Castro, Castro, Miron dan

Martinez (2003)

Hao Ma, (2000)

Nita & Dura (2011)

Page 91: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

114

Gambar 2.3. Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Kinerja CSR, kemitraan, citra perusahaan, daya saing dan kinerja

perusahaan industri tekstil di Jawa Barat dikelola dengan baik.

2. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap citra perusahaan pada industri

tekstil Jawa Barat, baik secara simultan dan parsial.

Page 92: BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_2_5304.pdfkali konsep ini dikenalkan oleh Anshoff (1976), yaitu analisis yang logis

115

3. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap daya saing perusahaan pada

industri tekstil Jawa Barat, baik secara simultan dan parsial.

4. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada industri

tekstil Jawa Barat, baik secara simultan dan parsial.

5. Citra dan daya saing berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada industri

tekstil Jawa Barat, baik secara simultan dan parsial.

6. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui citra

perusahaan pada industri tekstil Jawa Barat .

7. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui daya

saing perusahaan pada industri tekstil Jawa Barat.

8. CSR dan kemitraan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, baik secara

langsung atau tidak langsung, melalui citra perusahaan dan daya saing

perusahaan pada industri tekstil Jawa Barat.