18
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar 2.1.1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut Winkel (dalam Anggraeni, 2011) mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Sedangkan menurut Gunarso (dalam Lina, 2009: 5). ”Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik de- ngan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran . Sudjana (dalam Techonoly 13, 2009) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan- kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Setiap keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil Belajar

2.1.1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut misalnya dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Winkel (dalam Anggraeni, 2011) mengemukakan bahwa “Hasil

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”.

Sedangkan menurut Gunarso (dalam Lina, 2009: 5). ”Hasil belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses

belajar yang telah dilakukannya.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik de-

ngan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah

melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk

nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Sudjana (dalam Techonoly 13, 2009) menyatakan bahwa proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Setiap

keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa.

Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

8

Selain hal tersebut beliau juga menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh

siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus

semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan

penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.

Pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan pada

diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu guna memperoleh hasil belajar yang baik

siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat siswa mendapatkan

hasil belajar yang baik

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto

(2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua

yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan,

sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan

dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa yangterbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologisdan faktor kelelahan.(a) Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalamkeadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebasdari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadaphasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatanseseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurangbersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah,kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera sertatubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatuyang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenaitubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patahtangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akanterganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolahkhusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

9

pengaruh kecatatan itu.(b) Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalamfaktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor ituadalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapidan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat danefektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Keduaperhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupunsemata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untukmemperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempatbakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baruterealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baikharus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir danmemusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalahsuatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalahkesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabilabelajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

(c) Faktor kelelahanKelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahanjasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahanjasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untukmembaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karenakekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehinggadarah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuandan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatuhilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehinggasulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untukbekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karenamemikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasidalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuaidengan bakat, minat dan perhatiannya.

Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapatdihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat,mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obatyang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur,olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat limasempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.

2) Faktor-faktor eksternFaktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa.

Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktormasyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:(a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh darikeluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggotakeluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu,keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar.Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

10

membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubunganyang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dandukungan material yang cukup.

(b) Faktor sekolahFaktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengansiswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran danwaktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metodebelajar, dan tugas rumah.Sekolah adalah lingkungan kedua yangberperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa.Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagipembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolahberjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah,gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif,pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadaiseperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

(c) Faktor masyarakatMasyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpe-

ngaruh terhadap hasil belajar siswa.Pengaruh ini karenakeberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhihasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalammayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasimasyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain,belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalammengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua ituada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, temanbergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yangkita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruhyang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh temanbergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, danlain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupanmasyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajarsiswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidakterpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaanyang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yangtinggal di situ.

Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mem-pengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah,psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktorkeluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor intern dan eksternakan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperolehhasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harusmemperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern tersebut.

2.2. Kebiasaan Membaca

2.2.1. Pengertian Membaca

Membaca menurut Liang Gie (2007) adalah serangkaian kegiatan pikiran

seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu

keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

11

dan tanda lainnya. Menurut Slameto (1998) membaca mempunyai pengaruh yang

besar terhadap belajar. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Hutabarat (1995) bahwa

kemampuan membaca sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.

Selain hal tersebut ia juga mengatakan bahwa membaca adalah proses dimana

pikiran siswa menerjemahkan lambang-lambang yang tertulis/tercetak menjadi

gagasan yang ingin disampaikan penulis dan upaya memahami gagasan itu. Lebih

lanjut dikatakan bahwa siswa dapat dikatakan berhasil membaca, jika siswa dapat

menangkap dan memahami pesan yang disampaikan oleh tulisan. Membaca bukan

sekedar mengenal dan mengeja kata-kata, tetapi jauh lebih dalam lagi, yaitu dapat

memahami gagasan yang disampaikan kata-kata yang tampak itu.Selain dapat

memahami dan menangkap makna serta pesan yang terkandung didalamnya juga

sangat penting untuk tujuan yang akan dicapai dalam membaca buku karena

tujuan berfungsi untuk mengarahkan bahan yang harus dibaca, dan membantu

membangun motivasi yang tinggi.

2.2.2. Tujuan Membaca

Menurut Buletin Pusat Kemajuan Studi (dalam Widya Mariana: 2003)

dalam melakukan aktivitas membaca seseorang pasti memiliki tujuan tertentu,

diantaranya:

1. Mencari informasi khusus: Bahan bacaannya: ensiklopedi, kamus buku

petunjuk, dan lain-lain.

2. Memperoleh ide-ide pokok bacaan/memperoleh gambaran singkat tentang isi

bacaan. Bahan bacaannya: buku teks, jurnal dan lain-lain.

3. Memperoleh pemahaman serta mengingat isi bacaan. Bahan bacaannya: buku

teks, jurnal dan lain-lain.

4. Rekreasi atau kesenangan: Bahan bacaannya: novel, komik, cerpen, roman,

dan lain-lain.

Hutabarat (1995) mengatakan bahwa ada 4 tujuan membaca yaitu

memperoleh informasi, memahami, mencamkan dan untuk mencipta. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa dengan memperhatikan maksud membaca dan dengan usaha

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

12

peningkatan kemampuan membaca, siswa akan dapat membaca dengan efektif

dan efisien.

2.2.3. Fungsi Membaca

Menurut Suyatmi dan Mujianto (1988) Membaca mempunyai banyak

fungsi yaitu:

1. Fungsi intelektual, maksudnya adalah dengan membaca buku-buku tertentu

kita bisa meningkatkan sadar intelektual.

2. Fungsi religius, maksudnya adalah kegiatan membaca dapat digunakan secara

ibadah.

3. Fungsi rekreatif, maksudnya kegiatan membaca itu dilakukan dalam rangka

menghibur diri.

4. Fungsi praktis, maksudnya kegiatan membaca dimaksudkan dalam

mendapatkan pengetahuan praktis.

5. Fungsi sosial, maksudnya kegiatan itu langsung dimanfaatkan untuk orang

lain di dalam kehidupan bersosial.

6. Fungsi pemicu kreatifitas, maksudnya adalah dengan membaca buku tertentu

kita langsung tergerak untuk berkarya.

Jadi membaca bukanlah kegiatan mata memandang serangkaian kalimat

dalam bahan bacaan, malainkan terutama adalah kegiatan pikiran memahami

suatu keterangan melalui indera penglihatan.Membaca bukan saja mengenal huruf

abjad melainkan harus mengetahui apa yang dibaca.

2.2.4. Pengertian Kebiasaan Membaca

Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental,

telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa kegiatan atau

sikap itu telah menjadi kebiasaan. Terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat

terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu adalah proses perkembangan

yang memakan waktu relatif lama.

Menurut Tampubolon (1991: 45) kebiasaan membaca adalah kegiatan

membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang (dari segi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

13

kemasyarakatan, kebiasaan adalah kegiatan membaca yang telah membudaya

dalam suatu masyarakat). Sedangkan Sukardi (1987: 105) berpendapat bahwa

“apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali maka akan

terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya akan

menimbulkan kegemaran membaca”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca adalah

kegiatan yang dilakukan untuk memahami makna dari suatu tulisan yang telah

dibaca. Sehingga sehubungan dengan penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa

kebiasaan membaca adalah cara bertindak seseorang yang dilakukan secara

berulang untuk hal yang sama yaitu membaca dengan tujuan memahami makna

dari suatu tulisan yang telah dibaca.

2.2.5. Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Kebiasaan Membaca

Manurut Daryono (2009) banyak faktor yang menyebabkan rendahnya

kebiasaan membaca, yaitu :

1. Kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia belum

mendukung kepada peserta didik, semestinya kurikulum atau sistem

pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih banyak lebih baik

atau mencari informasi lebih dari apa yang di ajarkan.

2. Masih terlalu banyaknya jenis hiburan, permainan game dan tayangan TV

yang tidak mendidik, bahkan kebanyakan acara yang ditayangkan lebih

banyak yang mngalihkan perhatian untuk membaca buku kepada hal-hal yang

bersifat negatif.

3. Kebiasaan masyarakat terdahulu yang turun temurun dan sudah mendarah

daging, masyarakat sudah terbiasa dengan cara mendongeng, bercerita yang

sampai saat sekarang masih berkembang di masyarakat Indonesia.

4. Rendahnya produksi buku yang berkualitas di Indonesia, di mana terjadi

kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan pedesaan yang mengakibatkan

terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratanya bahan bacaan ke

pelosok tanah air.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

14

5. Rendahnya dukungan dari lingkungan keluarga, yang kesehariannya hanya

disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga yang tidak menyentuh aspek-

aspek penumbuhan kebiasaan baca pada keluarga.

6. Minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan,

taman bacaan.

2.2.6. Pentingnya Kebiasaan Membaca

Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan keterampilan

untuk belajar adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu

jam sehari untuk membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk

mulai mengembangkan diri kita.

Menurut Mujiran (dalam Wiranto, 2008: 122) membaca sebenarnya tidak

lebih sebagai kebiasaan yang lama-lama menjadi kebutuhan bagi seseorang. Jika

mengikuti alur teori motivasi membaca diawali dengan adanya kebutuhan akan

dahaga ilmu pengetahuan. Setelah itu ada upaya memenuhi yang bisa diwujudkan

dengan mendatangi perpustakaan untuk mendapatkan buku-buku yang

dikehendaki.

Menumbuhkan kebiasaan membaca harus dimulai dari keluarga, dalam hal

ini adalah orang tua yang berperan penting dalam menumbuhkan kegemaran

membaca buku anak-anaknya. Untuk menjadikan anak memiliki kegemaran dan

kebiasaan membaca, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada

pepatah Inggris yang mengatakan “we first make our habits, then our habits make

us”. Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan terlebih dahulu.

Artinya, bila orang tua ingin anaknya mempunyai kegemaran membaca buku,

maka membaca buku perlu dibiasakan sejak kecil. Kebiasaan membaca sejak dini

ternyata dapat menggali bakat dan potensi anak.Membaca juga dapat mamacu

daya nalar dan melatih konsentrasi. Membaca lebih pada bagaimana membiasakan

yang lama kelamaan akan menjadi kebutuhan. Membaca yang dibiasakan sejak

dini, lama kelamaan akan menjadi kebutuhan, yang orang merasa sayang ketika

waktunya terbuang percuma untuk melamun atau menonton televisi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

15

Nurudin (dalam Wiranto, 2008: 129) mengatakan kebiasaan membaca

disuatu negara merupakan cerminan tingkat kemajuan sebuah bangsa. Sebab

membaca dapat meningkatkan nilai tambah seseorang menjadi berwawasan luas,

ilmu pengetahuan bertambah, dan bijak dalam bertindak. Sebagai fakta, pola

kebiasaan membaca bagi masyarakat memang diakui semakin hari semakin

menunjuk grafik meningkat dalam segi kuantitas. Namun situasi menggembirakan

ini tidak diimbangi dengan kualitas.

Sekolah sebenarnya mempunyai peran yang sangat strategis dalam

membiasakan budaya membaca. Namun sayang, guru-guru dan pendidik lebih

berperan menjadi tukang mengajar yang menjejali siswa dengan aneka informasi

yang diperlukan dan kelak menagihnya dalam proses ujian akhir. Kebiasaan

membaca novel, mengapreasi sastra, meringkas dengan sendirinya tidak akan

tertanam manakala guru dalam proses pendidikan juga tidak mendorong siswanya

mengeksplorasi pengetahuan baru dengan sebanyak mungkin membaca.

Seperti kita ketahui, bahwa membaca merupakan bagian yang penting

dalam belajar. Oleh karena itu guru harus memberikan kesempatan sebanyak-

banyaknya kepada para siswa untuk mencari bahan-bahan yang bermutu guna

mengembangkan penguasaan bahasa yang baik dalam mempelajari literatur dan

untuk menumbuhkan kebiasaan membaca.

Dorongan membaca untuk mengisi waktu senggang amat berguna bagi

para siswa dalam memperluas pengalaman dan pengetahuan. Segala keaktifan

membaca akan membantu anak didik dalam cara belajar yang baik, efektif dan

efisien, baik kelompok maupun individu.

2.3. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegences)

2.3.1. Pengertian Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan majemuk atau yang biasa dikenal dengan Multiple

intelligences menurut Misni (2006) adalah kemampuan untuk memecahkan

masalah atau melakukan sesuatu yang ada nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan potensi sel

otak yang aktif atau nonaktif tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

16

di rumah, sekolah atau di tempat lain. Gardner (2003: 15) menyatakan bahwa:

Kecerdasan memerlukan kemampuan untuk memecahkan masalah atau produk

fashion yang konsekuensi dalam lingkungan budaya tertentu atau masyarakat.

Pemecahan masalah keterampilan memungkinkan seseorang untuk mendekati

situasi di mana tujuan adalah untuk diperoleh dan untuk menemukan rute yang

tepat untuk tujuan tersebut.

Titik tekan dari teori kecerdasan majemuk menurut Gardner terletak pada

kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan untuk menciptakan suatu produk

atau karya. Secara lebih terperinci dapat dinyatakan sebagai berikut:

1) Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau

menyumbangkan pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya.

2) Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang

dalam memecahkan permasalahan dalam hidupnya.

3) Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan

penggunaan pemahaman baru.

Gardner (Amstrong, 2002: 6-10) menetapkan empat syarat khusus yang

harus dipenuhi setiap kecerdasan untuk dapat masuk ke dalam teorinya, yaitu:

setiap kecerdasan harus dapat dilambangkan, mempunyai riwayat perkembangan,

rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu,

mempunyai keadaan akhir berdasarkan nilai budaya. Kenyataan menunjukan

bahwa dalam kehidupan manusia ada beragam kecerdasan dalam setiap orang.

Misalnya ada orang bisa menyanyi, ada orang bisa melukis tetapi tidak dapat

bernyanyi. Ada orang dapat menyelesaikan matematika tetapi tidak dapat

melompat jauh. Dengan demikian ada berbagai kecerdasan yang ada pada

manusia.

Gardner (Amstrong, 2004:2-4) dalam Sekolah Para Juara mengemukakan

di dalam setiap anak ada delapan kecerdasan yang siap berkembang. Delapan

kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis,

Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, Kecerdasan Musikal, Kecer-

dasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis dan

Kecerdasan Eksistensial. Ada kecerdasan kesembilan yang belum mengalami

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

17

penerimaan penuh oleh pendidik di dalam kelas yaitu kecerdasan eksistensial,

yang meliputi kemampuan untuk merenungkan pertanyaan tentang keberadaan

termasuk hidup dan mati. Kecerdasan Ini menjadi dalam domain dari filsuf dan

pemimpin agama.

Tabel di bawah merangkum kekuatan, preferensi belajar, dan kebutuhan

yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan.

Tabel 1. Ringkasan dari Delapan Jenis Intelligences

Intelijen Luas Kekuatan Preferensi Belajar terbaikmelalui Kebutuhan

Verbal /Linguistik

Menulis, membaca,menghafal tanggal,berpikir dalam kata-kata, bercerita

Tulis,membaca,menceritakankisah-kisah,berbicara,menghafal,memecahkanteka-teki

Mendengar danmelihat kata-kata,berbicara,membaca, menulis,membahas danberdebat

Buku, kaset, bukuharian kertas, alat tulis,dialog, diskusi,diperdebatkan, cerita,dll

Matematika /Logika

Matematika, logika,pemecahan masalah,penalaran, pola

Pertanyaan,bekerja denganangka,percobaan,memecahkanmasalah

Bekerja denganhubungan dan pola,mengklasifikasikan,mengkategorikan,bekerja denganabstrak

Hal yang Dapat berpikirtentang danmengeksplorasi, ilmumaterial, manipulatif,perjalanan keplanetarium dan ilmupengetahuan museum,dll

Visual / Spasial Peta, grafikmembaca,menggambar, labirin,teka-teki, hal-halmembayangkan,visualisasi

Menggambar,membangun,desain,membuat,melamun,melihat-lihatfoto

Bekerja dengangambar dan warna,visualisasi, denganmenggunakan matapikiran, menarik

Lego, video, film, slide,seni, permainanimajinasi, labirin, teka-teki, buku bergambar,perjalanan ke museumseni, dll

Tubuh /Kinestetik

Atletik, tarian,kerajinan, alatmenggunakan,bertindak

Bergerak disekitar,sentuhan danberbicara,bahasa tubuh

Menyentuh,bergerak,pengetahuanmelalui sensasitubuh, pengolahan

Peran-play, drama, hal-hal untuk membangun,gerakan, olahraga danfisik game, pengalamantaktil, tangan-onpembelajaran, dll

Musikal Mengambil suara,melodi mengingat,irama, menyanyi

Menyanyi,memainkanalat musik,mendengarkanmusik,bersenandung

Irama, menyanyi,melodi,mendengarkanmusik dan melodi

Sing-along waktu,perjalanan ke konser,musik bermain di rumahdan sekolah, alat musik,dll

Interpersonal Memimpin,pengorganisasian,memahami orang,berkomunikasi,menyelesaikankonflik, menjual

Berbicaradengan orang,memilikiteman,bergabungdengankelompok

Membandingkanyang berkaitan,berbagi,mewawancarai,bekerja sama

Teman, kelompokgame, pertemuan sosial,acara komunitas, klub,mentor / magang, dll

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

18

Intrapersonal Menyadari kekuatandan kelemahan,menetapkan tujuan,memahami diri

Bekerjasendiri,mencerminkanmengejarkepentingan

Bekerja sendiri,memiliki ruang,mencerminkan,melakukan sendirimondar-mandirproyek

Rahasia tempat, waktusendirian, self-serbaproyek-proyek, pilihan,dll

Naturalis Memahami alam,membuat perbedaan-perbedaan,mengidentifikasiflora dan fauna

Terlibatdengan alam,membuatpembedaan

Bekerja di alam,menjelajahimakhluk hidup,belajar tentangtanaman dankejadian alam

Order, sama / berbeda,koneksi ke kehidupannyata dan isu-isu ilmupengetahuan, pola

2.3.2. Kecerdasan Verbal-Linguistic

Kecerdasan linguistik-verbal adalah kompetensi berbahasa yang

mensyaratkan keunggulan keterampilan mendengarkan/menyimak, berbicara,

membaca dan menulis (Sumardjono, 2008). Gardner (English, 2005:17)

mengatakan Kecerdasan Linguistik Verbal adalah kecerdasan yang berkenaan

dengan kata-kata dan, secara luas komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan

kemampuan memakai bahasa secara jelas melalui membaca, menulis, mendengar

dan berbicara.Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan

berbagai pengalaman sebelumnya, juga merupakan satu komponen penting dari

kecerdasan ini.Orang-orang di bidang kecerdasan linguistik ini mampu

membentuk dan mengenali kata-kata dan pola-polanya dengan penglihatan,

pendengaran dan dalam beberapa kasus persentuhan. Orang-orang dalam

kecerdasan ini mampu menghasilkan dan menghaluskan bahasa dan

mempergunakan banyak bentuk dan formatnya.Di ruang kelas, kecerdasan

linguistik dirangsang melalui kegiatan bercerita, berdebat, berpidato dan bersandi-

wara. Membaca dan merespon berbagai variasi teks, juga menulis bermacam tema

esai, cerita, surat, dan lelucon (English, 2005:24).

Amstrong (Meta, 2010: 5) menyebutkan ciri-ciri dari Kecerdasan

Linguistik sebagai berikut: (a) Suka menulis kreatif. (b) Suka mengarang kisah

khayal atau menceritakan lelucon. (c) Sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-

hal kecil. (d) Membaca di waktu senggang. (e) Mengeja kata dengan tepat dan

mudah. (f) Suka mengisi teka-teki silang. (g) Menikmati dengan cara

mendengarkan. (h) Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

19

berkomunikasi). Sedangkan dalam (http://duniaanakcerdas.com/artikel/multiple-

intelligence/kecerdasan-musikal-2) memaparkan bahwa ciri-ciri anak dengan

potensi kecerdasan Verbal-Linguistik adalah sebagai berikut:

a. Mampu mengekspresikan ide-idenya atau berkomunikasi dalam bentuk kata-

kata baik lisan maupun tulisan.

b. Cenderung banyak berbicara atau senang menulis dan banyak bertanya.

c. Pandai menyusun permainan kata-kata, misalnya puisi, pantun, kata-kata

mutiara atau bersilat lidah. Ia juga pandai mengarang.

d. Memiliki daya ingat yang kuat, misalnya nama-nama orang, tempat, peristiwa,

istilah baru maupun hal-hal yang bersifat detail.

e. Mudah belajar dengan cara mendengatkan dan verbalisasi.

f. Memiliki kelebihan mudah belajar bahasa.

Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan verbal-linguistik mulai

berkembang saat janin masih dalam rahim dan bahwa bayi yang telah dibacakan,

dinyanyikan, dan berbicara dengan sebelum lahir memiliki kepala mulai di daerah

ini (Campbell, 1996:2). Kecerdasan ini terus berkembang pada anak-anak,

mereka mendengarkan orang lain dan termasuk dalam diskusi. Mungkin bahkan

lebih penting untuk pembangunan iniadalah interaksi mereka dengan orang lain

saat mereka merumuskan kalimat untuk mengekspresikan pendapat merekadan

perasaan dan membuat pilihan dan keputusan. Dengan demikian mengembangkan

kecerdasan verbal-linguistik bukanlah aktivitas pasif tetapi menuntut terlibat,

partisipasi aktif dan rasa ingin tahu tentang dunia di mana kita hidup.

2.3.3. Karakteristik Kecerdasan Linguistik

Campbell, dan Dickinson (1996:4), dalam buku mereka Belajar Mengajar

Melalui Multiple Intelligences, telah mengidentifikasi dua belas ciri bahwa

seseorang dengan pameran yang berkembang baik kecerdasan verbal-linguistic

biasanya:

a. Mendengarkan dan merespon suara, irama, warna, dan berbagai kata yang

diucapkan.

b. Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis orang lain.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

20

c. Belajar melalui mendengar, membaca, menulis, dan berdiskusi.

d. Mendengarkan secara efektif, memahami, parafrase, menafsirkan, dan

mengingat apa yang telah dikatakan.

e. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau

menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca.

f. Berbicara secara efektif untuk berbagai khalayak untuk berbagai tujuan, dan

tahu bagaimana berbicara sederhana, fasih, persuasif, atau penuh gairah pada

saat yang tepat.

g. Menulis secara efektif; memahami dan menerapkan aturan tata bahasa, tanda

baca ejaan, dan menggunakan kosakata yang efektif.

h. Pameran kemampuan untuk belajar bahasa lain.

i. Menggunakan mendengar, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat,

berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, membujuk, membuat pengetahuan,

membangun makna, dan merenungkan bahasa itu sendiri.

j. Berusaha untuk meningkatkan penggunaan bahasanya sendiri.

k. Menunjukkan minat pada jurnalistik, puisi debat,, bercerita, berbicara,

menulis, atau mengedit.

l. Membuat bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya asli penulisan atau

komunikasi lisan

Setiap kelas perlu berbahasa yang kaya, yaitu siswa telah berbicara,

berdebat, mengekspresikan pendapat, dan mengajukan pertanyaan, bukan pasif

mendengarkan guru.

2.4. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan pengaruh hubungan kebiasaan membaca dengan prestasi

belajar, Nurhayati (2006) meneliti “Hubungan kebiasaan membaca dengan

prestasi belajar mahasiswa tingkat II semester III angkatan 2004/2005 Universitas

Pendidikan Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah ada hubungan yang positif dan

signifikan antara kebiasaan membaca dan prestasi belajar mahasiswa tingkat II

semester III angkatan 2004/2005 Universitas Pendidikan Indonesia. Selain itu,

Theresia Natalia Purwanti (2009) meneliti “Hubungan Antara Kebiasaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

21

Membaca dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 di SD-SD Negeri Gugus

Diponegoro Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran

2009/2010”. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak ada

hubungan positif signifikan antara kebiasaan membaca dengan prestasi belajar

siswa kelas V di SD-SD Negeri Gugus Diponegoro Kecamatan Kunduran

Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini juga

didukung oleh teori dari FA.Wiranto (2008) yang mengatakan bahwa memang

ada korelasi langsung antara anak yang memiliki kebiasaan membaca dengan

prestasi mereka dalam belajar.

2.5. Kerangka Pikir

Tinggi rendahnya prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh seorang

siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang di antaranya dalah faktor kecerdasan,

bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar di mana kebiasaan membaca yang

baik termasuk dalam cara belajar dari seorang siswa, faktor lingkungan keluarga,

faktor lingkungan sekolah. Dari beberapa faktor tersebut ada dua faktor yag saling

berhubungan yaitu kebiasaan membaca den kecerdasan, tentunya kecerdasan yang

berhubungan dengan kemampuan berbahasa yaitu kecerdasan Verbal-Linguistic.

Mengingat pentingnya membaca adalah sebagai keterampilan pertama

dan utama yang perlu sekali dikuasai oleh setiap siswa, maka kita juga harus

memperhatikan hal-hal yang mempengarui kebiasaan membaca seperti halnya

waktu membaca, cara membaca, jenis buku yang dibaca dan hal-hal yang lainya

yang berhubungan dengan kebiasaan membaca yang baik. Selanjutnya apabila

kita sudah mempunyai kebiasaan membaca yang baik, kita juga harus mempunyai

kecardasan linguistik verbal, yang mana kecerdasan tersebut akan berguna

untuk kita dalam memahami kosa kata dan berbahasa lisan maupun tertulis.

Ada beberapa ciri yang menandakan bahwa seseorang tersebut

mempunyai kecardasan verbal-linguistic, diantaranya adalah suka menulis kreatif,

suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, sangat hafal nama,

tempat, tanggal atau hal-hal kecil, membaca di waktu senggang, mengeja kata -

dengan tepat dan mudah, suka mengisi teka-teki silang, menikmati dengan cara

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

22

mendengarkan dan unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan

berkomunikasi). Jadi apabila seorang siswa sudah mempunyai kebiasaaan

membaca yang baik disertai kecardasan verbal-linguistic secara otomatis

memiliki pengetahuan yang lebih dari pada siswa yangtidak mempunyaikebiasaan

membaca dan kecerdasn tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, membaca mempunyai peranan yang

sangat penting. Bahkan membaca merupakan faktor penentu bagi keberhasilan

belajar seseorang. Apabila siswa tersebut sudah mempunyai kebiasaan membaca

dan kecerdasan linguistik, siswa akan memiliki kesadaran untuk belajar serta

mengisi waktu luangnya dengan membaca buku, baik buku pelajaran maupun

buku lainnya yang masih berhubungan dengan pendidikan sehingga mereka akan

memiliki pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa lain yang

tidak memiliki kebiasaan membaca dan kecerdasan linguistik. Siswa yang tidak

memiliki kecerdasan linguistik dan mempunyai kebiasaan membaca yang buruk,

hanya akan mengandalkan apa yang diberikan guru di sekolah, hal tersebut akan

berbeda apabila siswa memiliki kebiasaan membaca dan kecerdasan verbal-

linguistic yang baik siswa tersebut akan lebih dewasa dalam hal bergaul dan

berfikir. Dia akan tumbuh menjadi kepribadian yang utuh karena lebih tahan

mengahadapi berbagai tantangan. Hal itu terjadi karena daya kritis, kepekaan

ilmiah dan kepekaan sosial siswa akan berkembangan sesuai dengan potensinya

sebagai konsekuensi logis dari besarnya wawasan yang diperoleh dari kegiatan

membaca. Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan

memperluas ilmu pengetahuan. Membaca membuat siswa menjadi cerdas, kritis

dan mempunyai daya analisa yang tinggidan juga selalu tersedia waktu untuk

merenung, berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Dengan cara yang

seperti itu maka dapat dipastikan kita memperoleh pengetahuan dan informasi.

Sehingga kita dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan baik akademik

maupun non akademik dan lebih kritis dalam menanggapi setiap persoalan.

Setelah penulis mengupas pengertian kebiasaan membaca, kecerdasan

verbal-linguistic dan hasi belajar seperti dikemukakan oleh para ahli di dalam

2

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

23

kajian pustaka, maka dapat disimpulkan seperti yang ada dalam bagan kerangka

pikir pada Gambar 1. di bawah ini.

2.6. Hipotesis Penelitian

Sudjana (Buchori, 2009:37) mengemukakan Hipotesis adalah asumsi atau

dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering

dituntut untuk melakukan pengecekan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:

a. Diduga jika probabilitas atau signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

diterima artinya ada hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan

membaca dengan hasil belajar. Diduga jika probabilitas atau signifikan >

0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan positif dan

Gambar 1. Kerangka Pikir

Kebiasaan Membaca

Frekuensi membaca Cara membaca. Jenis buku bacaan

Hasil Belajar

Kecerdasan Verbal-Linguistic

Mampu mengekspresikan ide-idenya atau berkomunikasi dalambentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan

Cenderung banyak berbicara atau senang menulis dan banyakbertanya

Pandai menyusun permainan kata-kata, misalnya puisi, pantun,kata-kata mutiara atau bersilat lidah. Ia juga pandai mengarang

Memiliki daya ingat yang kuat, misalnya nama-nama orang, tempat,peristiwa, istilah baru maupun hal-hal yang bersifat detail

Mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi Memiliki kelebihan mudah belajar bahasa(membaca, menulis dan

berkomunikasi).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/927/3/T1_292008200_BAB II.… · tahu menjadi tahu, ... siswa dihadapkan dengan beberapa faktor

24

signifikan antara kebiasaan membaca dengan hasil belajar.

b. Diduga jika probabilitas atau signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

diterima artinya ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan verbal-

linguistic dengan hasil belajar. Diduga jika probabilitas atau signifikan >

0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan positif dan

signifikan antara kecerdasan verbal-linguistic dengan hasil belajar.

Gambar 2. Hipotesis Penelitian

Keterangan:

X1= Kebiasaan Membaca

X2= Kecerdasan Verbal-Linguistic

Y = Hasil Belajar

YX1

X2