20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Pengertian PKn Secara historis-kurikuler, kemasan kurikuler pendidikan kewarganegaraan telah mengalami pasang surut. Dalam kurikulum sekolah sudah dikenal mulai Civics tahun 1962, Pendidikan Kewargaan Negara dan Kewargaan Negara tahun 1968, Pendidikan Moral Pancasila tahun 1975, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tahun 1994, dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2004. Sementara itu diperguruaan tinggi sudah dikenal Pancasila Kewiraan tahun 1985, dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2003. Kemudian dalam pasal 37 ayat( 1) dinyatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Hakikat PKn dari berbagai pandangan antara lain adalah: 1) Azra: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara, serta proses demokrasi. 2) Zamroni: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyrakat bepikir kritis dan bertindak demokratis”. 3) PP No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan (SNP) mata pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

  • Upload
    buinhi

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran PKn

2.1.1.1 Pengertian PKn

Secara historis-kurikuler, kemasan kurikuler pendidikan kewarganegaraan

telah mengalami pasang surut. Dalam kurikulum sekolah sudah dikenal mulai

Civics tahun 1962, Pendidikan Kewargaan Negara dan Kewargaan Negara tahun

1968, Pendidikan Moral Pancasila tahun 1975, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan tahun 1994, dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2004.

Sementara itu diperguruaan tinggi sudah dikenal Pancasila Kewiraan tahun 1985,

dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2003. Kemudian dalam pasal 37 ayat( 1)

dinyatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk

peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air”. Hakikat PKn dari berbagai pandangan antara lain adalah:

1) Azra: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi,

rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara, serta proses demokrasi.

2) Zamroni: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mempersiapkan masyrakat bepikir kritis dan bertindak

demokratis”.

3) PP No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan (SNP) mata pelajaran

kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan

peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya

sebagai manusia.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

7

Dari berbagai pandangan mengenai pengertian PKn seperti tersebut diatas,

disimpulkan bahwa terdapat beberapa komponen penting dalam PKn, yaitu 1)

PKn merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional, 2) kajian PKn meliputi

pemerintahan, konsitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan

kewajiban warga negara, 3) PKn merupakan alat pendidikan demokrasi, dan 4)

PKn sebagai wahana pendidikan politik warga negara.

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh UUD 1945 (Permendiknas No 22 tahun

2006).

2.1.1.2 Tujuan PKn

Tujuan kurikuler PKn SD dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isukewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secaracerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta antikurupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkankarakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama denganbangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secaralangsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi.

2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn

Ruang lingkup mata pelajaran PKn dalam Kurikulum KTSP 2006 meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cintalingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda,keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaannegara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturandaerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistemhukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

8

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajibananggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagaiwarga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkanpendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaankedudukan warganegara.

5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yangpertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,Hubungan dasar negara dengan kostitusi.

6) Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistempolitik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokarasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologinegara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologiterbuka.

2.1.2 Metode Bermain Peran

2.1.2.1 Pengertian Metode Bermain Peran

Bermain peran adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan

mendramasikan tingkah laku dalam hubungan sosial dengan suatu problem, agar

peserta didik dapat memecahkan masalah sosial. Metode bermain peran bertujuan

untuk menunjukan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari

peristiwa yang dilihat (Mawardi, 2011).

Metode bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi

peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada

masa mendatang (Wina Sanjaya, 2006:161).

Melalui metode ini, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-

hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya,

sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-

perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran PKn, kemampuan berbicara siswa dapat direkayasa untuk

ditingkatkan melalui metode bermain peran, karena bermain peran efektif dalam

memberikan pemahaman konsep secara luas kepada siswa melalui pengimitasian

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

9

tokoh tertentu yang diseting dalam situasi tertentu. Hal tersebut dapat

meningkatkan rasa sosial siswa terhadap lingkungan dan orang disekitarnya.

Menurut Sudjana (2011:84-85) tujuan bermain yang diharapkan dengan

bermain peran antara lain ialah:

a) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok

secara spontan.d) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Melalui metode bermain peran permainan memperluas interaksi sosial dan

mengembangkan keterampilan sosial yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup

bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum.

Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan

mengembangkan dan memperhalus keterampilan motorik. Permainan juga

membantu anak-anak memahami tubuhnya: fungsinya dan bagaimana

menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui bahwa bermain itu

menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi, karena

anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan,

menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, dan juga memperhatikan

peran orang lain. Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi aturan,

menghargai hak orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

metode bermain peran adalah suatu pola belajar kelompok yang dilakukan oleh

siswa dimana mereka melakukan bermain peran sesuai dengan materi yang

didapat tiap-tiap kelompok secara bergantian serta melibatkan mereka secara aktif

dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercapai proses belajar mengajar di

kelas.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

10

Menurut Sudrajad (2006:6-7) fungsi bermain terhadap kemampuan

intelektual dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini:

1) Merangsang perkembangan kognitifDengan bermain, sensori-motor (indera-pergerakan) anak-anak dapatmengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akanmengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri.

2) Membangun struktur kognitif.Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh informasi yang lebih banyaksehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam.

3) Membangun kemampuan kognitifKemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentiflkasi,mengelompokkan, mengurutkan. mengamati, membedakan, meramalkan,menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan menarikkesimpulan.

4) Belajar memecahkan masalah.Di dalam permainan. anak-anak akan menemui berbagai masalah sehinggabermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui bahwaada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah.

5) Mengembangkan rentang konsentrasi.Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang memadai, seoranganak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain peran (pura-pura menjadidokter, ayah-anak-ibu, guru, dll).

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran

a. Kelebihan Metode Bermain Peran.

Menurut Bahri (2010:87) kelebihan bermain peran antara lain:

1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individu ataupunkelompok.

2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.b.Kekurangan Metode Bermain Peran adalah:

1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah oranglain.

2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan danmenyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnyatidak berpartisipasi dengan baik.

3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individusiswa.

4) Sering memberikan tugas yang menonton (tidak bervariasi) dapatmenimbulkan kebosanan siswa.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

11

2.1.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Model Bermain Peran.

Menurut Sudjana (2011:85) petunjuk menggunakan metode bermain peran adalah

sebagai berikut:

1) Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswauntuk dibahas.

2) Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam kontekcerita tersebut.

3) Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan perannya didepan kelas.

4) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu bermainperan sedang berlangsung.

5) Beri kesempatan kepada pelaku untuk berunding beberapa menit sebelummereka memainkan perannya.

6) Akhiri bermain peran pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.7) Akhiri bermain peran dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan

masalah persoalan yang ada pada bermain peran tersebut.8) Jangan lupa menilai hasil bermain peran tersebut sebagai bahan pertimbangan

lebih lanjut.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Bermain Peran menurut Sanjaya (2006:161)

adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai olehsimulasi.

b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akandisimulasikan.

c. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peran yangharus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnyapada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

2) Pelaksanaan simulasi

a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat

kesulitan.d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan

untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yangsedang disimulasikan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

12

3) Penutup

a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita

yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan

kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

b. Merumuskan kesimpulan.

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran bermain peran menurut para

ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran bermain peran yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu:

1) Guru membagi siswa dalam kelompok yang ter diri dari 4 anak.

2) Memanggil tiap-tiap kelompok untuk melakukan bermain peran sesuai

skenario yang sudah didapat pada tiap-tiap kelompok.

3) Kelompok yang belum mendapat giliran mengamati bermain peran yang

dilakukan oleh kelompok lain.

4) Setelah semua mendapat giliran tiap-tiap siswa diberi lembar kerja untuk

membahas hasil dari bermain peran tiap-tiap kelompok.

5) Guru dan siswa melakukan diskusi untuk membicarakan hasil bermain peran

yang sudah dilakukan tiap-tiap kelompok.

6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7) Guru memberikan kesimpulan secara keseluruhan.

8) Evaluasi.

9) Penutup.

2.1.2.4 Penerapan Metode Bermain Peran sesuai Standar Proses

Permendiknas Nomor 41 (2007:1) pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Sebelum

proses pembelajaran dilakukan langkah pertama ialah membuat perencanaan

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP disusun untuk setiap KD yang

akan dilakukan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru membuat RPP untuk

setiap pertemuan yang sudah disesuaikan dengan jadwal dalam satuan pendidikan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

13

1) Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan merupakan awal pembelajaran yang diarahkan untuk

menumbuhkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas No.41, 2007).

2) Kegiatan Inti

Sesuai dengan Permendiknas No.41 tahun 2007 bahwa kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran

dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara

sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Kegiatan Akhir

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas No.41,

2007).

Sesuai Permendiknas No.41, tahun 2007, pelaksanaan pembelajaran yang

merupakan implementasi dari RPP dengan mengunakan metode bermain peran

dalam pembelajaran PKn yang sesuai standar proses sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

14

Tabel 1

Penerapan Metode Bermain Peran Sesuai Standar ProsesNo Kegiatan Penerapan Metode Bermai Peran1 Kegiatan Pendahuluan 1. Guru meminta kepada ketua kelas untuk memimpin doa.

2. Guru mengabsen siswa.3. Guru menginformasikan materi pokok yang akan

dipelajari.4. Guru memberikan apersepsi.5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang

hendak dicapai oleh simulasi (bermain peran). Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang

akan diperankan.b. Elaborasi

Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiridari 4 anak.

Memanggil tiap-tiap kelompok untuk melakukanbermain peran sesuai dengan skenario yang sudahdidapat pada tiap-tiap kelompok.

Kelompok yang belum mendapat giliranmengamati bermain peran yang dilakukan olehkelompok lain.

Setelah semua kelompok mendapat giliran tiap-tiap siswa diberi lembar kerja untuk membahashasil dari bermain peran tiap-tiap kelompok.

Guru dan siswa melakukan diskusi untukmembicarakan hasil bermain peran yang sudahdilakukan tiap-tiap kelompok.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untukbertanya.

Guru memberikan kesimpulan secara keseluruhan.c. Konfirmasi

Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswayang belum memahami materi pembelajaran.

Guru memberikan penjelasan tentang materi yangbelum dipahami oleh siswa.

3 Kegiatan Penutup 1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasilpembelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Guru membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.3. Guru melakukan refleksi pembelajaran dengan

melibatkan siswa.4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan selanjutnya.5. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

15

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010:22). Individu yang belajar

akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.

Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan

hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk

kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri

seseorang yang belajar.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah

melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk

nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang diperoleh siswa setelah siswa

melakukan proses belajar. Hasil belajar dapat berupa nilai, angka, atau huruf.

Semakin tinggi nilai atau angka atau huruf maka semakin tinggi juga hasil dari

belajar siswa.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual. Ranah kognitif meliputi enam aspek, yakni:

1. Pengetahuan

Pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam

taksonomin Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat, sebab

dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan

hafalan atau untuk diingat. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif

tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat

bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

16

2. Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah

pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu

yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,

kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.

a) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan

abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya

pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.

b) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang

kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

c) Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk

penyeluruhan. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan

analisis dapat dipandang sebagai berfikir konsvergen yang satu tingkat lebih

rendah daripada berpikir devergen. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal

untuk menjadikan orang lebih kreatif.

d) Evaluasi

Evaluasi adalah menentukan nilai dari fakta dan ide.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan

bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah

memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang

mendapat perhatian dari guru. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai

hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat yang

kompleks, yaitu:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

17

1. Reciving/attending (menerima atau memperhatikan).

Merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus)

dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan

lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan

untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau

rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attending juga sering di beri

pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu

objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai

atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan

diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil

belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di

tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

2. Responding (menanggapi)

Mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi

adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya

secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu

cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar

ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk

mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi.

3. Valuing (menilai)

Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan

penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu

tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing

adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan

responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini

tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah

berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila

suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu

adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses

penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan

demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

18

efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta

didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah

kehidupan masyarakat.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru

yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau

mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem

organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,

pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif

jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin

nasional.

5. Characterization by evalue complex (karakteristik dengan suatu nilai atau

komplek nilai)

Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,

yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses

internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai

itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi

emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin

peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life

yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang

telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga

membentuk karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan

dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah

memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Tuhan

menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-

tengan kehidupan masyarakat.

c. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Tipe hasil belajar psikomotorik berkenaan

dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman

belajar tertentu.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

19

2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

luar individu.

a. Faktor-faktor Intern

Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan factor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik

segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan

terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang

darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. Kedua adalah cacat

tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa: buta, tuli, patah kaki, patah

tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu,

hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat

bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis

yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian

yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada

suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat

yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

20

kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan

agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir

dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat

pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk member

renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi

belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat praktis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada

bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini

sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah

otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus

karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi

suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu

karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

penjelasan sebagai berikut:

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh

karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh

sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi

teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang

mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

21

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana

yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah

berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman,

metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana

penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan

siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat,

kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih

lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multimedia misalnya:

TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada

dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, Keempat bentuk kehidupan

masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil

belajar siswa.

2.1.4 Hubungan Metode Bermain Peran dengan Hasil belajar

Bermain peran merupakan suatu cara pembelajaran yang mengibaratkan

tingkah laku suatu peristiwa dalam hubungan sosial dengan suatu masalah agar

peserta didik dapat memaknai masalah yang ada sehingga peserta didik lebih

memahami kejadian dari pengalamannya.

Melalui metode bermain peran permainan memperluas interaksi sosial dan

mengembangkan keterampilan sosial yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup

bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum.

Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan

mengembangkan dan memperhalus keterampilan motorik. Permainan juga

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

22

membantu anak-anak memahami tubuhnya: fungsinya dan bagaimana

menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui bahwa bermain itu

menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan. Dari peranan dalam

metode bermain peran siswa termotivasi sehingga timbul semangat dan akan

berpengaruh terhadap hasil belajar yang semula kurang tertarik menjadi tertarik

sehingga kemungkinan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selain itu, bermain

peran membantu penalaran siswa dalam memahami materi yang dikemas

didalamnya, dan meningkatkan daya ingat. Perasaan senang dalam belajar juga

membuat keaktifan belajar siswa meningkat baik fisik maupun mental. Dengan

begitu, siswa bisa memanfaatkan lebih banyak alat inderanya dalam belajar

sehingga hasil belajarnya lebih maksimal.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

1. Qomariah (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan metode

bermain peran untuk meningkatkan prestasi belajar PKn kelas 4 di SDN

Sepanjang 04 Gondanglegi Kabupaten Malang”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: 1) Pada pembelajaran PKn siklus I dengan penerapan

metode pembelajaran bermain peran, kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan RPP mencapai skor 88 dengan presentase

keberhasilan 88%, dan pada siklus II mencapai skor 97 dengan presentase

keberhasilan 97%, 2) Untuk aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus

I mencapai nilai rata-rata kelas 71,53 dan pada siklus II mencapai nilai rata-

rata kelas 86,92, 3) Untuk partisipasi siswa dalam bermain peran pada siklus I

mencapai nilai rata-rata kelas 78 dan pada siklus II mencapai rata-rata kelas

87, 4) Hasil belajar siswa pada waktu pra tindakan (sebelum penerapan

metode pembelajaran bermain peran) mencapai rata-rata kelas 69,23 dengan

ketuntasan belajar 26,92%, pada siklus I mencapai nilai rata-rata kelas 72,5

dengan ketuntasan belajar 46,15%, sedangkan pada siklus II mencapai nilai

rata-rata 87,30. Meskipun terdapat 3 siswa (11,53%) yang tidak mencapai

kriterian ketuntasan belajar kelas sudah tercapai 88,46%.

2. Prabawa (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Melalui Bermain Peran Pada Pokok Bahasan Operasi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

23

Hitung Campuran Untuk Siswa Kelas II SDN Winong Semester II Tahun

Pelajaran 2009/2010”, pada 37 siswa menghasilkan rata-rata kelas prasiklus

58,4, pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 65,4 dengan ketuntasan klasikal

56,7% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 75,1 dengan

ketuntasan klasikal 100%, sehingga metode bermain peran tersebut berhasil

meningkatkan prestasi siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan pada kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Tirtomoyo ialah hasil belajar

siswa rendah karena siswa kurang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran,

maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan

kewarganegaraan siswa menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas 4

SD Negeri Tirtomoyo, Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen.

Upaya yang di lakukan peneliti dalam menyelesaikan masalah dan

mencapai tujuan tersebut adalah peneliti merancang pembelajaran yang pada

akhirnya dapat membantu siswa dalam proses belajar dan mempermudah guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran karena siswa dapat terlibat langsung

dalam penyampaian materi sehingga pembelajaran akan mudah dipahami oleh

siswa dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran digambarkan dalam skema

dibawah ini.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

24

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

ProsesBelajar

Mengajar

PembelajaranKonvensional Siswa pasif Pembelajaran

terpusat padaguru

Guru masihmenggunakanmetode ceramah

Siswa menjadibosan dan tidakada semangatbelajar

Hasil BelajarRendah

Penerapan metode bermainperan- Siswa menjadi lebih

berani maju kedepan.- Ada interaksi antara

guru dengan siswa.- Adanya kerja

kelompok yangmenyenangkan.

- Ada persaingan antarkelompok agarmenumbuhkansemangat belajar

Hasil belajarmeningkat

Pemantapan metodebermain peran- Unsur antusiasme

ditingkatkan- Pengelolaan waktu

pembelajaran lebihefektif

- Mempersiapkanperencanaan secaramatang

Hasilbelajarlebih

meningkat

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8125/12/T1_292009097_BAB II... · bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah:

1. Diduga melalui penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil

belajar pada pelajaran PKn siswa kelas 4 SDN Tirtomoyo Kecamatan

Poncowarno Kabupaten Kebumen.

2. Diduga melalui penggunaan langkah-langkah metode bermain peran dapat

meningkatkan hasil belajar pada pelajaran PKn siswa kelas 4 SDN Tirtomoyo

kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.