Upload
trinhnhan
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan
manusia, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kemampuan
membaca yang tinggi menjadi syarat bagi setiap siswa dalam mengejar
ilmu pengetahuan di sekolah. Crawley dan Mountain melalui (Farida
Rahim, 2008: 2) Membaca merupakan proses menerjemahkan simbol
tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir,
membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
intepretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
Hodgson dalam (Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 98) membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-
kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas,
dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau
hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak
akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana
dengan baik.
9
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
10
Pendapat lain dikemukakan oleh Syafi’ie (melalui Farida Rahim,
2008: 2) ada tiga istilah dari proses membaca, yaitu recording, decoding,
dan meaning. Recording yaitu membaca merujuk pada kata-kata dalam
kalimat, kemudian mengasosiasikan dengan bunyi-bunyinya dengan
sistem tulisan yang digunakan. Proses Decoding (penyandian) merujuk
pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses
recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal
yaitu SD kelas I, II, dan III yang dikenal dengan istilah membaca
permulaan. Sementara itu proses memahami makna meaning lebih
ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.
Klein (dalam Rahim, 2008: 3) mengemukakan bahwa definisi
membaca mencangkup (1) membaca merupakan suatu proses, (2)
membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif.
Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang
utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu
strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca
yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna
ketika membaca. Variasi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan
tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca
dengan teks tergantung pada konteks.
Pengertian tersebut sependapat dengan apa yang dikemukakan
oleh Rahim (2008: 3) bahwa membaca sebagai proses visual yang
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
11
menerjemahan simbol tulis ke dalam bunyi. Membaca sebagai proses
linguistik berarti membaca untuk membangun makna, sedangkan
fonologis, semantik, dan fitur sintatik membantunya mengkomunikasikan
dan menginterprestasikan pesan-pesan. Pesan metakognitif melibatkan
perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan
pengevaluasikan. Pembaca pada tahap ini mengidentifikasi tugas
membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor
pemahamannya, dan menilai hasilnya.
Berdasarkan pemaparan membaca menurut para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses berinteraksi antara
pembaca den teks bacaan yang bertujuan untuk memenuhi apa yang ingin
dicapainya.
a. Tujuan Membaca
Rahim (2008: 11) bahwa membaca hendaknya mempunyai
tujuan. Tujuan membaca mencakup sebagai berikut:
1) Kesenangan;
2) Menyempurnakan membaca nyaring;
3) Menggunakan strategi tertentu;
4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahui;
6) Memperoleh innformasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa
cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;
9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik.
Hartati (2006: 254) mengemukakan bahwa tujuan setiap
pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
12
demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam
membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai
suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan.
Santosa (2010: 6.5) menyatakan bahwa pembelajaran membaca
harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi:
1) Menikmati keindahan yang terkadung dalam bacaan;
2) Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan
kepada siswa menikmati bacaan;
3) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
4) Menggali simpanan pengetahuan;
5) Menghubungkan pengetahuan baru dengan siswa;
6) Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan
disamapaikan dengan lisan ataupun tertulis;
7) Melakukan penguatan sebelum melakukan perbuatan
membaca;
8) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan
eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang diapaparkan
dalam sebuah bacaan;
9) Mempelajarai struktur bacaan;
10) Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh
guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.
Beberapa tujuan diatas akan semakin memperkuat
pelaksanaan kegiatan membaca. Jika tujuan membaca telah
ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir keras untuk memperoleh
tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang
ditujukan oleh guru akan menjadi model bagi siswa pada setiap saat
ia akan membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dulu, kemudian
menyesuaikan strategi membaca yang dianggap paling sesuai.
b. Aspek-aspek membaca
Tarigan (2008: 12) mengungkapkan bahwa secara garis besar
terdapat aspek penting didalam membaca, yaitu: keterampilan
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
13
bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih
rendah. Aspek tersebut mencakup:
1) Pengenalan bentuk huruf;
2) Pengenalan unsur-unsur linguistic;
3) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan atau
bunyi;
4) Ketepatan membaca bertaraf lambat.
Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:
1) Memahami pengertian sederhana;
2) Memahami signifikasi atau makna;
3) Evaluasi atau penilaian isi dan bentuk;
4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah
disesuaikan dengan keadaan.
Berdasarkan pernyataan di atas akan terdapat dua aspek di
dalam membaca yaitu aspek gerak dan aspek pemahaman. Seperti
dalam membaca nyaring, anak kembali dikenalkan dengan unsur
Bahasa yang baru. Anak akan kembali dikenalkan dengan huruf
baru, cara membaca, dan mempelajari kembali berbagai unsur dalam
membaca. Membaca yang ditekankan dalam membaca nyaring
berdasarkan aspek dan tujuannya adalah untuk menyempurnakan
membaca nyaring mengenai ketepatan membaca bertaraf lambat.
c. Jenis-jenis Membaca
Tarigan (2008: 23), menyatakan bahawa ditinjau dari segi
terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu membaca, proses
membaca dibagi atas:
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
14
1) Membaca nyaring
Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid,
ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,
pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang
membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna serta
perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Rothlein dan
Meinbach (dalam Rahim, 2008: 124) mengemukakan bahwa
membaca nyaring untuk anak anak merupakan kegiatan
berharga yang bisa meningkatkan keterampilan menyimak,
menulis, dan membantu perkembangan anak-anak mencintai
buku dan membaca cerita sepanjang hidup mereka. Anak-anak
cenderung meniru dan mengikuti jejak orang dewasa.
Dawson (dalam Tarigan, 2008: 24) Dalam mengajar
keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus
memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi
belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan
secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan
oleh pembaca.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan membaca
nyaring adalah cara membaca yang disuarakan, denga
memperhatikan tinggi rendahnya suara pada saat melafalkan
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
15
kalimat, ketepatan dalam pengucapan vokal maupun konsonan,
memperhatikan tanda baca, kelancaran ketika membaca. Barbe
and Abbott, Dawson (dalam Tarigan, 2008: 26) keterampilan-
keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring, yaitu:
a) Kelas I: (a) mempergunakan ucapan yang tepat, (b)
mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi
kata), (c) mempergunakan intonasi suara yang wajar
agar makna mudah terpahami, (d) memiliki
perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku
dengan baik, (e) menguasai tanda-tanda baca
sederhana, seperti: titik (.), koma (,), tanda tanya (?),
tanda seru (!).
b) Kelas II: (a) membaca dengan terang dan jelas, (b)
membaca dengan penuh perasaan, ekspresi, (c)
membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.
c) Kelas III: (a) membaca dengan penuh perasaan,
ekspresi, (b) mengerti serta memahami bahan
bacaan,
d) Kelas IV: (a) memahami bahan bacaan pada tingkat
dasar, (b) kecepatan mata dan suara : 3 patah kata
dalam satu detik.
e) Kelas V: (a) membaca dengan pemahaman dan
perasaan, (b) aneka kecepatan membaca nyaring
bergantung pada bahan bacaan, (c) dapat membaca
tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.
f) Kelas VI: (a) membaca nyaring dengan penuh
perasaan atau ekspresi, (b) membaca dengan penuh
kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan
frase atau susunan kata yang tepat.
Berdasarkan pendapat di atas keterampilan yang dituntut
dalam membaca nyaring pada kelas rendah khususnya kelas 2
SD yaitu membaca dengan terang dan jelas, membaca dengan
penuh perasaan dan ekspresi, serta membaca tanpa tertegun-
tegun, tanpa terbata-bata. Pada kelas 2 SD guru harus mencapai
tujuan tersebut sesuai dengan apa yang ditentukan dalam
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
16
membaca nyaring agar keterampilan membaca nyaring dapat
berhasil.
2) Membaca dalam hati
Rahim (2008: 121) mengemukakan membaca dalam hati
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teks
yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi
dan kebiasaan membaca siswa. Hambatan-hambatan yang
mengganggu kelancaran membaca dalam hati, Antara lain:
a) Membaca dengan vokalisasi, baik dengan suara
terdengar, berisik, atau hanya komat-kamit mulut
saja;
b) Membaca dengan gerakan kepala yang mengikuti
baris demi baris bacaan;
c) Membaca kata demi kata;
d) Bahan bacaan yang banyak mengandung kata-kata
sulit.
Terkait dengan penjelasan tentang jenis-jenis membaca,
dalam penelitian tindakan kelas ini mengambil penelitian
tentang membaca nyaring pada tematik dengan tema Liburanku
kelas II SD Negeri 1 Tamansari dengan menggunakan media
Big Book.
Rina (2013: 215) berdasarkan standar kurikulum yang
ada, kemampuan siswa dalam membaca sudah harus mapan
pada tingkat sekolah dasar. Setiap siswa yang sudah harus
mapan pada tingkat sekolah dasar. Setiap siswa yang sudah
menempuh pendidikan pada tingkat SD diharapkan dapat
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
17
mengenal dan menguasai secara tepat mengenai bentuk, bunyi,
dan pelafalan huruf-huruf yang ada. Apabila hal ini dapat
dimiliki oleh siswa, ketika akan melanjutkan pendidikan ke
tingkat sekolah menengah pertama, siswa tidak kesulitan lagi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa selanjutnya
karena pengetahuan dasar tentang Bahasa mengenai pengenalan
huruf-huruf, vokal, lafal, intonasi, dan tanda baca, dalam
membaca sudah dikuasai siswa pada tingkat SD.
Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada
keterampilan membaca yang mencakup aspek vokalm intonasi,
dan lafal. Indikator pada aspek vokal yang dikembangkan pada
table di bawah ini:
Tabel 2.1 Indikator aspek vokal, intonasi, dan lafal
No. Indikator yang diamati Aspek
1. Dapat membaca dengan suara nyaring, tepat,
huruf bunyinya jelas dan lantang.
Vokal
2.
dapat membaca dengan pengucapan bunyi
Bahasa yang baik, lancar, dan benar.
Lafal
3. Dapat membaca dengan pengucapan kata
benar, jelas, dan tepat.
Intonasi
(Sumber: Rina (2013: 219)
d. Pengertian keterampilan membaca
Tarigan (2008: 11) keterampilan membaca adalah suatu
keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau
melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu (1)
pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
18
aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang
formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.
Broughton (dalam Tarigan, 2008: 12) secara garis besar
terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mecanical skills)
yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah
(lower order). Aspek ini mencakup (1) pengenalan
bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik
(fonem/ grafem, kata, frasa, pola klause, kalimat, dan
lain-lain), (3) pengenalan hubungan korespondensi pola
ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan
tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension
skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang
lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup (1)
memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal), (2) memahami signifikasi atau makna, (3)
evaluasi atau penilaian, (4) kecepatan membaca yang
fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Keterampilan membaca merupakan kemampuan yang
diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan
siswa terampil membaca maka akan melakukan proses produksi
yang dapat menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap-sikap
baru.
2. Hakikat Pembelajaran Tematik
a. Definisi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang
dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik
menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum,
menawarkan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
19
memunculkan dinamika pendidikan. Suryosubroto (2009:133),
pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema
atau topik pembahasan. Rusman (2010: 254) berpendapat
pembelajaran tematik itu sangat berguna karena dapat menyatukan
pembelajaran atau materi dalam beberapa mata pelajaran, sehingga
akan lebih cepat dalam penyampaian materi yang diberikan kepada
peserta didik. Selain itu siswa juga akan lebih tertarik untuk
mengikuti pelajaran karena guru dalam penyampaian materi akan
lebih menarik.
Trianto (2011: 154) menyatakan bahwa pembelajaran tematik
atau terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran. Berdasarkan
pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang menyatukan beberapa mata
pelajaran dengan materi pelajaran yang bertujuan supaya siswa
mudah memahami dan materi lebih cepat tersampaikan kepada
peserta didik dengan pembelajaran yang menarik.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Menurut Suryosubroto (2009: 134) ciri-ciri pembelajaran
tematik ada 6 karakteristik dan dapat diuraikan sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
20
1) Berpusat kepada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan
siswa sebagai pusat aktifitas dan harus mampu
memperkaya pengalaman belajar siswa serta dapat
mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu
belajar secara langsung dan mengalami sendiri, hal ini
sehingga guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif
dan guru mampu memfasilitasi tumbuhnya pengalaman
yang bermakna.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dibagi dari berbagai mata pelajaran dan
saling ketertarikan maka batas mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran.
5) Bersifat fleksibel
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara
ketat antar mata pelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajran tematik di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik bertujuan untuk melatih
peserta didik agar belajar secara mandiri dengan berupaya mencari
strategi belajar sendiri, menemukan ide-ide untuk menyelesaikan
masalah dalam proses belajarnya, sehingga dengan demikian
diharapkan peserta didik menjadi aktif, dan memunculkan kreativitas
yang besar pada dirinya, sedangkan guru adalah sebagai fasilitator
bagi peserta didik untuk menciptakan suasana pengalaman belajar
bagi peserta didik.
c. Komponen Rencana Pembelajaran pada Pembelajaran Tematik
Rusman (2010:266) dalam pembelajaran tematik ada komponen
yang harus ada dalam rencana pembelajaran tematik komponen
Antara lain:
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
21
1) Tema atau judul yang akan dipelajari dalam
pembelajaran
2) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan
di padukan)
3) Komponen dasar dan indicator yang hendak dicapai
4) Materi pokok beserta uraian yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
5) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
kongkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi
dengan materi pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
d. Mata Pelajaran yang Terintegrasikan
Peneliti mengintegrasikan pembelajaran tematik terpadu tema
kegemaranku dengan komponen mata pelajaran Bahasa Indonesia,
IPS dan SBK di kelas II SD N 1 Tamansari pada semester genap
tahun pelajaran 2016/2017. Keterampilan proses yang akan
dikembangkan dibatasi pada keterampilan mengobservasi dan
keterampilan berkomunikasi (melaporkan hasil observasi).
1) Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia SD diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
baik, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu keterampilan
yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar ini
adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena Bahasa
merupakan modal terpenting bagi manusia. Pembelajaran
Bahasa Indonesia sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat
keterampilan berbahasa, yaitu, menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi,
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
22
berkomunikasi dengn manusia lain dengan menggunakan
Bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan
Bahasa lisan, uga berkomunikasi Bahasa tulis.
Penggunaan Bahasa dalam interaksi dapat dibedakan
menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Agar individu dapat
menggunakan Bahasa dalam suatu interaksi, maka ia harus
memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan ini digunakan
untuk mengkomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide
(gagasan), keinginan, kemauan, perasaan, atau interaksi.
Indihadi (dalam Susanto, 2013: 242) ada lima faktor yang harus
dipadukan dalam berkomunikasi, sehingga pesan ini dapat
dinyatakan atau disampaikan, yaitu: struktur pengetahuan
(schemata), kebahasaan, strategi produktif, mekanisme
psikofisik, dan konteks.
Kemapuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara
dan menyimak, sedangkan kemampuan Bahasa tulisan meliputi
kemampuan membaca dan menulis. Pada saat manusia
berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran, gagasan, dan
perasaan dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk
dipahami oleh lawan bicaranya. Demikian pula pada saat anak
memasuki usia TK (taman kanak-kanak) mereka dapat
berkomunikasi dengan sesamanya dalam kalimat berita, kalimat
Tanya, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
23
Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki kosakata yang
cukup untuk mengungkapkan yang dipikirkan, dan
dirasakannya. Mereka lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan
disbanding tulisan. Pola Bahasa yang digunakannya masih
merupakan tiruan Bahasa orang dewasa.
Hartati (2006: 75) ruang lingkup kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek,
yaitu:
a) Mendengarkan
b) Berbicara
c) Membaca
d) Menulis
Hartati (2006: 75) mengemukakan fungsi mata pelajaran
Bahasa Indonesia meliputi:
a) Sarana pembinaan kesatuan dan kesatuan bangsa.
b) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
c) Sarana peningkatan dan keterampilan untuk meraih
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
d) Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia
yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai
masalah.
e) Sarana pengembangan penalaran.
f) Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia
menurut khazanah kesusastraan Indonesia.
Tujuan pelajaran Bahasa Indonesia di SD menurut Susanto
(2013: 245) antara lain agar siswa mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
24
pengajaran Bahasa Indonesia, Antara lain agar siswa memiliki
kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk
meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan,
dan memperluas wawasan kehidupannya. Pengajaran Bahasa
Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-
masing erat hubungannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.
Tabel 2.2 Materi Pelajaran Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami ragam wacana tulis
dengan membaca nyaring dan
membaca dalam hati
Membaca nyaring teks
sebanyak 15-20 kalimat
dengan memperhatikan lafal
dan intonasi yang tepat
2) IPS
Sapriya (2009: 7) Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mate pelajaran
sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial
lainnya. Solihatin (2009: 14-15) berpendapat bahwa Ilmu
Pengetahuan membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
25
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
IPS merupakan salah satu mata pelajaran perpaduan dari ilmu-
ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu
politik, ilmu hukum, antropologi dan psikologi yang diberikan
sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama untuk
mengkaji masalah dan isu sosial.
Dengan demikian IPS merupakan mata pelajaran pokok
yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran IPS
sangatlah penting karena materi-materi IPS dapat dikembangkan
pada masyarkat dan mengingat sejarah Indonesia, siswa akan
menghargai perjuangan para pahlawan. Oleh karena itu,
pembelajaran IPS di SD dilaksanakan secara terpadu dengan
memperhatikan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa.
Tabel 2.3 Materi Pelajaran IPS
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami kedudukan dan
peran anggota dalam keluarga
dan lingkungan tetangga
Mendeskripsikan kedudukan
dan peran anggota keluarga
3) SBK
Pembelajaran SBK merupakan singkatan dari
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Widaningsih
(2013) mengatakan bahwa SBK sebagai salah satu bidang studi
dalam pembelajaran dengan latar belakang peraturan Pemerintah
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
26
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan tidak hanya dalam satu mata pelajaran karena
budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan dan dapat
menumbuhkan kecerdasan moral secara kompetitif. Pendapat lain
disampaikan oleh Susanto (2013: 263) bahwa pendidikan Seni
Budaya dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya yang aspek-aspeknya
meliputi seni rupa, seni music, seni tari, dan keterampilan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran SBK di sekolah dasar merupakan pendidikan seni
yang tersedia dalam beberapa aspek, yaitu seni rupa, seni music,
seni tari, dan keterampilan yang dapat menumbuhkan kreativitas
dan sikap apresiasi peserta didik.
Tabel 2.4 Materi Pelajaran SBK
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengenal, menanggapi dan
mengekspresikan unsur-unsur
musik dan perpaduannya
melalui kepekaan indrawi ke
dalam karya musik.
Mengekspresikan diri dengan
penampilan musik
3. Media Big Book
a. Media Pembelajaran
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
27
pembelajaran menurut Anitah (2008: 1) adalah sesuatu yang
mengantarkan pesan pembelajaran Antara pemberi pean kepada
penerima pesan. Susilana dan Cepi (2011: 7) mengemukakan
pengertian tentang media pembelajaran yang serupa, bahwa wadah
dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran.
Pengertian media pembelajaran diperkuat oleh Sanjaya (2012: 58),
bahwa alat apapun itu asal berisi tentang pesan-pesan pendidikan
termasuk ke dalam media pendidikan atau media pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas tentang pengertian media
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan fasilitas pembelajaran yang digunakan untuk menunjang
proses pembelajaran guna untuk menyampaikan pesan atau
informasi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan
media untuk mengajarkan keterampilan membaca nyaring, media
sebagai alat penunjang untuk menyampaikan pesan atau informasi
sehingga dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa.
Cara memilih media yang digunakan untuk proses
pembelajaran tentu media yang paling baik. Baik buruknya media
diukur sampai sejauh mana media media itu dapat menyalurkan
informasi sehingga informasi tersebut dapat diserap semaksimal
mungkin oleh penerima informasi. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media dapat
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
28
menunjang tercapainya tujuan intruksional. Penelitian ini
menggunakan media Big Book karena pemilihan media harus
disesuaikan dengan keadaan siswa, sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan, serta media ini sesuai dengan materi yang diajarkan.
b. Pengertian Big Book
Big Book adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan,
dan gambar yang besar. Ukuran Big Book bisa beragam misalnya
A3, A4, A5, atau seukuran koran. Ukuran Big Book harus
mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh siswa di kelas. Karges
(Harimurti, 2010: 4) mengatakan bahwa Big Book adalah buku
bergambar yang dipilih untuk dibesarkan karena memiliki “kualitas
khusus”. Kualitas khusus menurut Deni (Harimurti, 2010: 4) adalah:
1) Melibatkan ketertarikan anak dengan cepat karena
gambar yang memilikinya,
2) Mengandung irama yang menarik,
3) Memiliki gambar yang besar,
4) Ada tulisan yang diulang-ulang,
5) Alur ceritanya sederhana dan jelas, dan
6) Sering memasukkan unsur humor.
Suyanto (2009: 104)) menjelaskan bahwa Big Book adalah
salah satu media yang disenangi anak-anak dan dapat dibuat sendiri
oleh guru. Buku berukuran besar ini biasanya digunakan untuk anak-
anak di kelas awal. Didalam Big Book berisi cerita singkat dengan
kalimat yang sederhana dengan tulisan besar diberi gambar warna-
warni.
Terdapat beberapa karakteristik dari Big Book menurut
Karges-Bone (Nabilah, 2015) yaitu Big Book merupakan cerita
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
29
singkat yang terdiri dari 10-15 halaman dan mengandung materi
yang menarik bagi siswa. Halaman pada Big Book dapat disesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Kalimat pada Big Book mengandung pola
irama yang dapat dipelajari oleh siswa. Misalnya kalimat yang
mengandung rima tertentu. Terdapat gambar yang mempunyai
makna untuk membantu siswa dalam memahami bacaan. Gambar
yang terdapat pada setiap halaman harus sesuai dengan teks yang ada
pada halaman tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Big Book media
berupa buku besar dengan divariasi oleh gambar-gambar yang
menarik dan warna-warni untuk mengajarkan siswa belajar
pengucapan kata, bentuk maupun jenis kata yang berisi gambar serta
cerita singkat yang terdiri dari 10-15 halaman serta mengandung
materi yang menarik. Penggunaan Big Book dalam pembelajaran
membaca permulaan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1) Memberi pengalaman membaca.
2) Membantu siswa memahami buku.
3) Mengenalkan berbagai jenis baan bacaan kepada siswa.
4) Memberi peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang
baik.
5) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
6) Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa.
7) Menggali informasi.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
30
Dalam membaca bersama dengan menggunakan media Big
Book, siswa ikut terlibat dalam proses membacanya, belajar tentang
konsep kerja dari buku, mendapatkan rasa untuk belajar dan mulai
untuk menyebut dirinya sebagai seorang pembaca. Big Book
memiliki beberapa keuntungan menurut Wardhani (2015) seperti:
1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat dalam kegiatan membaca yang menyenangkan.
2) Memungkinkan siswa melihat tulisan yang sama ketika guru membaca tulisan yang ada dalam Big Book.
3) Memungkinkan siswa secara bersama-sama memberi makna pada setiap tulisan yang ada dalam Big Book.
4) Membantu siswa untuk memahami hubungan antara Bahasa lisan dan tulisan.
5) Memberikan kesempatan pada siswa yang lambat dalam membaca untuk mengenali tulisan dngan bantuan guru dan teman-temannya.
6) Dengan membaca Big Book bersama-sama, akan timbul keyakinan dalam diri siswa bahwa mereka mampu untuk membaca, terutama bagi siswa yang lambat membaca.
7) Mengembangkan semua aspek membaca. 8) Dapat diselingi percakapan yang relevan mengenai isi
cerita dalam Big Book bersama siswa sehingga terjadi proses belajar yang interaktif. Topik bacaan akan berkembang sesuai dengan pengalaman dan imajinasi siswa.
Big Book dapat dibuat sendiri oleh guru, berikut adalah
langkah-langkah membuat Big Book menurut Wardhani (2015)
adalah:
1) Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15 halaman, spidol warna, lem, dan kertas HVS.
2) Tentukan topik cerita. 3) Kembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam
kalimat-kalimat singkat. 4) Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman. 5) Buatlah desain cerita dan gambar/ilustrasi. 6) Tuliskan kalimat singkat diatas kertas HVS. 7) Tempelkan setiap kalimat tersebut di halaman yang
sesuai dengan gambar/ ilustrasi.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
31
8) Ide cerita Big Book dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari dikehidupan siswa. Ide yang lain juga bisa diambil dari informasi penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau jenis teks lainnya yang sesuai dengan tema di setiap kelas yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.
Penggunaannya Big Book di dalam kelas perlu diatur
sehingga pembelajaran membaca bisa menjadi efektif. Berikut
adalah bagaimana penggunaan Big Book di dalam kelas menurut
Wardhani (2015: 481):
1) Penggunaan Big Book bisa dilakukan setiap hari,
misalnya di pertemuan awal setiap hari selama 15-20
menit.
2) Big Book dibacakan di depan kelas atau di dalam
kelompok kecil.
3) Big Book dapat digunakan oleh siswa untuk dibacakan di
depan teman-temannya.
4) Pemodelan bukan hanya ditujukan pada cara membaca,
namunjuga perlu diperhatikan cara guru memegang buku
yang baik, membuka halaman, menunjuk huruf atau kata,
dan memperlakukan buku dengan layak.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Nyaring Menggunakan
Media Big Book
Suryanto (2009: 128) menjelaskan bahwa guru dapat
menggunakan Big Book dengan cara dipegang atau diletakkan di atas
meja, kursi, atau sebuah alat peraga khusus. Saat mengajarkan membaca,
guru dapat menggunakan tongkat penunjuk atau alat untuk menunjuk
kata atau kalimat yang sedang dibacanya.
Langkah-langkah pembelajaran membaca nyaring menggunakan
Big Book adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
32
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai membaca
nyaring.
b. Guru menyajikan materi secukupnya mengenai materi membaca
nyaring.
c. Guru membentuk kelompok dengan anggota 4 sampai 5 siswa secara
heterogen.
d. Guru mengatur tempat duduk siswa supaya lebih nyaman.
e. Guru memperlihatkan sampul Big Book dan membacakan judulnya.
f. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang yang mereka pikirkan
terkait judul Big Book.
g. Guru menulis jawaban-jawaban siswa di papan tulis.
h. Guru membacakan Big Book dengan lafal dan intonasi yang jelas.
i. Guru menjodohkan prediksi siswa dengan cerita yang telah dibaca.
j. Guru bertanya apakah siswa suka dengan cerita yang telah dibaca.
k. Guru membacakan Big Book lagi dengan menunjuk kata per kata
l. Guru memberikan kesempatan siswa untuk berkomentar atau
bertanya terkait cerita dalam Big Book.
m. Guru membacakan cerita dalam Big Book dan diikuti oleh seluruh
siswa.
n. Guru meminta siswa secara berkelompok membaca cerita dalam Big
Book.
o. Guru meminta siswa membaca satu per satu.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
33
p. Guru melakukan kegiatan tindak lanjut yaitu dapat berupa permainan
menyusun kata, cerita berpasangan, menceritakan kembali cerita,
dan menggambar.
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian Aqila Darmata Synta tahun 2015 dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book Pada Siswa
Kelas 1 SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman”. Hasil penelitian
tindakan kelas ini adalah: terjadi peningkatan keterampilan membaca
permulaan pada saat pra tindakan dengan setelah dilaksanakannya
tindakan pada siklus I. Hasil nilai keterampilan membaca pada siklus I
yaitu 15 siswa sudah mencapai nilai rata-rata atau sebesar 54% dari
keseluruhan jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai memenuhi nilai
rata-rata. Sebesar 46% dari jumlah keseluruhan siswa atau sebanyak 13
anak yang belum memenuhi nilai rata-rata. Hal tersebut menunjukan
adanya peningkatan yang cukup baik. Pada siklus ke II presentase
perbandingan mengalami kenaikan. Pada pratindakan menunjukan
presentase sebesar 36%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 54%
dan pada siklus II meningkat menjadi 87%. Presentase tersebut
menunjukan bahwa adanya peningkatan dalam pembelajaran
keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book.
2. Penelitian Krisna Anggraeni tahun 2016 dengan judul “Efektifitas
metode Steinberg dengan media Big Book terhadap keterampilan
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
34
membaca nyaring”. Hasil penelitian menunjukkan pada kelas kontrol
yang menggunakan metode konvensional cenderung tidak mengalami
peningkatan yang signifikan, sedangkan pada pascaperlakuan kelas
eksperimen terjadi peningkatan keterampilan membaca nyaring.
Berdasarkan hasil analisis data pada kelas eksperimen, nilai rata-rata
keterampilan membaca nyaring saat prates 65 pascaperlakuan menjadi
92, terjadi peningkatan 27 (41, 54%) hasil analisi data tersebut
mengindikasikan bahwa metode Steinberg dengan big book efektif
digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring.
3. Penelitian Dr. Normaliza pada tahun 2010 dengan judul “Students’
Perception towards the Usage of the Big Book”. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan buku besar memberi keuntungan
karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran membaca yang
menyenangkan dan bermakna.
4. Penelitian oleh Putri K. R. pada tahun 2017 dengan judul “The Effect Of
The Big Book Media Usage to Simple Sentences’ Reading Ability for
Third Grader with Intelectual Disability on Elementary School for
Special Needs”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh penggunaan media buku besar terhadap kemampuan membaca
kalimat sederhana bagi siswa dengan cacat intelektual ringan. Hasil
penelitian menemukan bahwa ada pengaruh penggunaan media buku
besar terhadap kemampuan membaca kalimat sederhana untuk siswa
dengan intelektual cacat ringan.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
35
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari berbagai sumber dan
kajian pustaka yang relevan maka dapat disimpulkan kerangka berpikir dalam
penelitian tindakan kelas ini, adapun skema berpikir adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Kondisi Awal
Hampir 50% siswa yang tidak mencapai
KKM.
Keterampilan membaca siswa kelas II SD
Negeri 1 Tamansari masih rendah
Guru kelas II SD Negeri1 Tamansari
belum menggunakan media pembelajaran
yang mengaktifkan siswa
Siklus I
Guru menggunakan media Big Box untuk meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa.
Tindakan
Melakukan pembelajaran
menggunakan media Big Book
Observasi
Refleksi
Siklus II
Guru menggunakan media Big Box untuk meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa.
Observasi
Refleksi
Hasil
Penggunaan media pembelajaran Big Box dapat secara
maksimal sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca
nyaring siswa.
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017
36
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka
dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: “penggunaan media
Big Book dapat meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas II
SD Negeri 1 Tamansari.”
Upaya Meningkatkan Keterampilan…, Yuni Rezekiatin, FKIP, UMP, 2017