Upload
randi-putra-falesa-siregar
View
85
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
Pemahaman Bioenergetika
Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, bahwa pada sel-sel mahluk hidup senantiasa
berlangsung rangkaian proses/reaksi-reaksi metabolisme dan terkait dengan energi (perubahan
energi) untuk kelangsungan hidup mahluk tersebut. Sehubungan dengan ini, bagaimana sel-sel
mahluk hidup menggunakan, menyimpan, dan melepaskan energi; serta mentransformasi atau
menkonversi energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dan membutuhkannya secara kontinyu?
Hal ini akan dapat dipahami berdasarkan Hukum-hukum Termodinamika; dan pemahaman hal
inilah yang dimaksudkan dengan pemahaman bioenergetika. Dalam hal ini, energi bebas (energi
bebas ini disimbolkan dengan G karena yang mengemukakannya adalah ahli termodinamika
bernama Gibbs), merupakan bahagian energi total yang keterkaitannya dengan rangkaian
proses/reaksi-reaksi metabolisme tersebut menuruti hukum termodinamika pertama dan ke-dua.
Hukum termodinamika pertama: jumlah energi total dalam suatu sistem dan lingkungannya
adalah tetap. Hukum termodinamika ke-dua: reaksi/proses suatu sistem dapat berlangsung
spontan jika jumlah entropi (tingkat keacakan) dari sistem tersebut dan lingkungannya
bertambah. Namun, pertambahan entropi ini tidak dapat diukur secara langsung sehingga tidak
dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan apakah reaksi/proses tersebut dapat
berlangsung spontan atau tidak.
Perubahan energi bebas tersebut (DG) didefinisikan dengan persamaan : DG = DH - T DS.
Dalam persamaan ini, DG adalah perubahan energi bebas suatu sistem yang mengalami
perubahan pada suatu tekanan (P) dan suhu (T) yang tetap;
DH adalah perubahan entalpi (kandungan panas) sistem; dan DS adalah perubahan entropi.
Dalam persamaan tersebut, DH = DE – PDV. Karena DV (perubahan volume) dalam reaksi
biokimiawi adalah relatif sangat kecil maka DH hampir sama dengan DE (perubahan energi
dalam). Dengan demikian, DG = DE - T DS. Jika persamaan reaksi dari zat pereaksi dan hasil
reaksi disimbolkan dengan: dan perubahan energi bebas standar (perubahan
energi bebas tiap mol pada pH 7 dan 25°C) dalam persamaan reaksi ini disimbolkan dengan
G°, maka DG dapat dinyatakan dalam persamaan: .Pada saat
keadaan setimbang, G = 0 dan [C][D] / [A][B] = K eq. Dengan demikian, atau
. Dari persamaan ini dapat dituliskan: . Dengan
persamaan ini memungkinkan perubahan energi bebas dari setiap proses dalam keadaan standar
dapat ditentukan jika konstanta kesetimbangan diketahui. Berdasarkan energi bebas sebagai
bahagian energi total yang keterkaitannya dengan reaksi-reaksi menuruti hukum termodinamika
pertama dan ke-dua maka dalam persamaan reaksi tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai
berikut: 1) Jika G° negatif (< 0), maka reaksi ke arah kanan disebut reaksi eksergonik. Reaksi
tersebut berlangsung secara spontan; reaksi kebalikanya tidak dapat berlangsung; 2) Jika G°
positif (> 0), maka reaksi ke arah kanan disebut reaksi endergonik. Reaksi tersebut tidak akan
berlangsung secara spontan; dan 3) Jika G° sama dengan 0, maka reaksi ke arah kanan dan ke
arah kiri berada dalam keadaan setimbang. Ketiga hal ini berlaku pada rangkaian reaksi-reaksi
metabolisme tersebut.
Tabel-1.1: Perubahan energi bebas dari beberapa jenis reaksi dalam keadaan standar.
Dalam sel hidup, reaksi eksergonik (reaksi yang melepaskan energi bebas) selalu
dirangkaikan dengan reaksi endergonik (reaksi yang menerima energi bebas). Dalam
merangkaikan reaksi eksergonik dan endergonik ini berperan senyawa antara yang berenergi
tinggi. Senyawa yang seperti ini, yang utama, adalah adenosin trifosfat (ATP), karena jika ATP
dihidrolisis menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi) atau menjadi adenosin
monofosfat (AMP) dan Pi, sejumlah energi akan dilepaskan dalam bentuk energi bebas.
Misalnya, reaksi pertama dalam lintas glikolisis, yaitu fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-
fosfat, yang dikatalisis heksokinase, adalah reaksi yang endergonik (DGº = + 13,8 kj/mol); reaksi
ini terangkai dengan reaksi yang relatif sangat eksergonik, yaitu hidrolisis ATP menjadi ADP
dan Pi (DGº = - 30,5 kj/mol), sehingga rangkaian reaksi yang dikatalisis oleh heksokinase
tersebut berlangsung dengan mudah karena rangkaian reaksi tersebut menjadi eksergonik (DGº =
- 16,7 kj/mol ).
Serangkaian dengan hidrolisis ATP seperti dalam hal di atas, enzim adenilat kinase
(miokinase) mengkatalisis reaksi: ATP + AMP ⇌ ADP + ADP. Reaksi ini memungkinkan
fosfat berenergi tinggi dari ADP dapat digunakan untuk pembentukan ATP; memungkinkan
AMP yang terbentuk dari beberapa reaksi aktivasi yang melibatkan ATP difosforilasi ulang
menjadi ADP; dan memungkinkan peningkatan konsentrasi AMP sebagai sinyal metabolik untuk
meningkatkan kecepatan reaksi-reaksi katabolik (yang menghasilkan ATP).
Beberapa reaksi dirangkaikan oleh nukleotida trifosfat yang analog dengan ATP, yaitu
guanosin trifosfat (GTP), uridin trifosfat (UTP), dan sitidin trifosfat (CTP). Bentuk difosfat
nukleotida-nukleotida ini disebut GDP, UDP, dan CDP; bentuk-bentuk monofosfatnya disebut
GMP, UMP dan CMP. Transfer gugus fosforil terminal di antara nukleotida yang berbeda dapat
terjadi dengan bantuan enzim nukleosida difosfat kinase seperti pada reaksi-reaksi ATP + GDP ⇌ ADP + GTP dan ATP + GMP ⇌ ADP + GDP.
Berbagai senyawa dalam rangkaian proses/reaksi-reaksi metabolisme tersebut mempunyai
potensi transfer fosforil tinggi, antara lain: fosfoenolpiruvat, karbamoil fosfat, 1,3-bifosfogliserat,
asetil fosfat, dan kreatin fosfat. Gugus fosforil senyawa-senyawa ini dapat ditransfer ke ADP
untuk membentuk ATP.
Potensi transfer fosforil dari senyawa-senyawa terfosforilasi, seperti glukosa-1-fosfat,
fruktosa-6-fosfat, glukosa-6-fosfat, dan gliserol-3-fosfat lebih rendah daripada ATP. Dengan
demikian, ATP memungkinkan berfungsi secara efisien sebagai pengemban gugus fosforil.
Senyawa lainnya yang tergolong sebagai senyawa berenergi tinggi adalah yang mengandung
ikatan tiol ester. Senyawa-senyawa seperti ini termasuk koenzim A, protein pembawa asil,
senyawa ester asam amino, S-adenosilmetionin, uridin difosfat glukosa, dan 5-fosforibosil-1-
pirofosfat.
Ada tiga sumber ATP dalam sel eukariotik, yaitu: glikolisis (menghasilkan dua ATP
melalui rangkaian reaksi pemecahan glukosa menjadi asam piruvat); siklus asam sitrat
(menghasilkan satu ATP melalui konversi suksinil koenzim A menjadi suksinat); dan proses
fosforilasi oksidatif (dalam proses ini, masing-masing molekul NADH atau FADH2 yang
terbentuk pada reaksi oksidasi-reduksi dalam katabolisme karbohidrat atau dalam katabolisme
asam lemak serta dalam siklus asam sitrat mengandung dua elektron yang berpotensi untuk
mengalir ke molekul oksigen melalui reaksi reduksi-oksidasi pada rantai transpor elektron; ATP
terbentuk berdasarkan energi bebas dari reaksi reduksi-oksidasi ini).
Terdapat kompleks-kompleks protein membran mitokondrial yang berbeda-beda potensial
reduksi (E0’) atau potensial transfer
Tabel- 2.1: Potensial reduksi standar dari sejumlah reaksi reduksi
Reaksi reduksi (Setengah-reaksi) E o '(V)
O 2 + 2H + + 2 e - H 2 O 0.816
Fe 3+ + e - Fe 2+ 0.771
Fotosistem P700 0.430
NO 3 - +2 H + +2 e - NO 2 - +H 2 O 0.421
Cytochrome f ( Fe 3+ )+ e - cytochrome f (Fe 2+ ) 0.365
Cytochrome a 3 ( Fe 3+ )+ e - cytochrome a 3 (Fe 2+ ) 0.350
Cytochrome a (Fe 3+ )+ e - cytochrome a (Fe 2+ ) 0.290
Rieske Fe-S(Fe 3+ )+ e - Rieske Fe-S(Fe 2+ ) 0.280
Cytochrome c ( Fe 3+ )+ e - cytochrome c (Fe 2+ ) 0.254
Cytochrome c 1 ( Fe 3+ )+ e - cytochrome c 1 (Fe 2+ ) 0.220
UQH + H + + e - UQH 2 (UQ=coenzyme Q) 0.190
UQ + 2 H + + 2 e - UQH 2 0.060
Cytochrome b H (Fe 3+ ) + e - cytochrome b H (Fe 2+ ) 0.050
Fumarate + 2 H + + 2 e - succinate 0.031
UQ + H + + e - UQH 0.030
Cytochrome b 5 ( Fe 3+ )+ e - cytochrome b 5 (Fe 2+ ) 0.020
[FAD]+2 H + +2 e - [FADH 2 ] -0,091*
Cytochrome b L ( Fe 3+ )+ e - cytochrome b L (Fe 2+ ) -0.100
Oxaloacetate + 2 H + + 2 e - malate -0.166
Pyruvate + 2 H + + 2 e - lactate -0.185
Acetaldehyde + 2 H + + 2 e - ethanol -0.197
FMN + 2 H + + 2 e - FMNH 2 -0.219
FAD + 2 H + + 2 e - FADH 2 -0.219
Glutathione (oxidized) + 2 H + + 2 e - 2 glutathione (reduced) -0.230
Lipoic acid + 2 H + + 2 e - dihydrolipoic acid -0.290
1,3-Bisphosphoglycerate + 2 H + + 2 e - glyceraldehyde-3-phosphate + Pi -0.290
NAD + + 2 H + + 2 e - NADH + H + -0.320
NADP + + 2 H + + 2 e - NADPH + H + -0.320
Lipoyl dehydrogenase [FAD ] +2 H + +2 e - lipoyl dehydrogenase [FADH 2 ] -0.340
-Ketoglutarate + CO 2 + 2 H + + 2 e - isocitrate -0.3802
2H + + 2 e - H 2 -0.421
Ferredoxin (spinach) ( Fe 3+ ) + e - ferredoxin (spinach) (Fe 2+ ) -0.430
Succinate + CO 2 + 2 H + + 2 e - -ketoglutarate + H 2 O -0.670
* Nilai khas untuk FAD terikat di flavoprotein seperti dehidrogenase suksinat (lihat Bonomi,
F., Pagani, S., Cerletti, P., dan Giori, C., 1983 Eropa Journal of Biochemistry 134:. 439-445).
elektronnya. Perbedaan potensial transfer electron (afinitas elektron) di antara kompleks-
kompleks protein tersebut memungkinkan dua elektron dari masing-masing molekul NADH dan
FADH2 tersebut mengalami transfer (mengalir) melalui kompleks-kompleks protein tersebut
(mengalir dari kompleks yang afinitas elektronnya relatif lebih rendah ke kompleks yang
afinitas elektronnya relatif lebih tinggi) sampai akhirnya ke molekul oksigen (O2) dan terbentuk
molekul air (H2O). Aliran elektron ini akan menyebabkan proton terpompa keluar dari matriks
mitokondria; dengan demikian, terbentuk gradien pH dan potensial listrik transmembran yang
dapat mendorong proton masuk kembali ke dalam matriks tersebut melalui peran suatu
kompleks enzim (yaitu enzim ATP sintase), lalu berlangsung proses pembentukan ATP
(fosforilasi oksidatif) (Gambar-1.2 a dan b).
Gambar-1.2a: Kompleks-kompleks protein rantai transpor elektron dan
elektron dan fosforilasi oksidatif.
Gambar-1.2b: Aliran elektron dari NADH dan FADH2 melalui
rantai transpor elektron dan pembentukan ATP
melalui fosforilasi oksidatif.
Rantai transpor elektron (kompleks-kompleks protein) tersebut adalah NADH koenzim Q
oksidoreduktase (kompleks I), suksinat-koenzim Q oksidoreduktase (kompleks II), koenzim Q
sitokrom c oksidoreduktase (kompleks III), dan sitokrom c oksidase (kompleks IV). Aliran
elektron tersebut merupakan suatu rangkaian reaksi reduksi-oksidasi dalam kompleks-kompleks
protein tersebut dan telah lazim disebut rantai transpor elektron. Dengan proses pembentukan
masing-masing molekul sumber elektron yang dialirkan (NADH atau FADH2) pada reaksi
oksidasi-reduksi dalam katabolisme karbohidrat atau dalam katabolisme asam lemak serta dalam
siklus asam sitrat, juga terbentuk gas karbondioksida (CO2) sebagai limbah katabolisme (limbah
metabolisme). Dengan proses reaksi oksidasi-reduksi pada rantai transpor elektron sampai
akhirnya ke molekul oksigen tersebut terbentuk molekul air sebagai limbah proses (limbah
metabolisme). Dengan demikian, rantai tranpor elektron tersebut lazim juga disebut rantai
pernafasan (karena pada dasarnya, penyebab mahluk hidup bernafas, yaitu menggunakan O2
dan mengeluarkan CO2, adalah peran rantai transpor elektron tersebut dalam sel-selnya).
Lintasan elektron dari NADH yang dihasilkan rangkaian proses/reaksi-reaksi dalam
mitokondrial berbeda dengan lintasan elektron dari NADH yang dihasilkan rangkaian
proses/reaksi-reaksi glikolisis (dalam sitosol) dalam memasuki rantai transpor elektron tersebut.
Elektron dari NADH yang dihasilkan rangkaian proses/reaksi-reaksi dalam mitokondrial
memasuki rantai transpor elektron tersebut dengan melalui kompleks I (Gambar-1.3). Dalam hal
ini, dua elaktron dari NADH yang terikat pada enzim NADH dehidrogenase (NADH reduktase)
ditransfer ke gugus flavin mononukleotida (FMN), sehingga FMN ini tereduksi menjadi
FMNH2. Selanjutnya, kedua elektron tersebut mengalir dari FMNH2 melalui rangkaian besi-
belerang (Fe-S) dan gugus jenis lainnya (yaitu koenzim Q, yang disebut juga ubiquinon, UQ).
Dengan demikian, UQ mengalami reduksi menjadi ubiquinol (UQH2) yang terikat pada
enzimnya (dalam kompleks I). Selanjutnya, dua elektron dari UQH2 ini mengalir ke rangkaian
besi-belerang lainnya (Fe-S) sehingga terbentuk UQ yang bersifat mobil dalam bagian
hidrofobik membran dalam mitokondrial dan empat proton (ion H+) terpompa dari matriks
mitokondrial ke sitosol. Dengan demikian, kedua elektron tersebut mengalir ke kompleks III
(bukan melalui kompleks II) dan selanjutnya ke kompleks IV.
Gambar-1.3: Elektron dari NADH memasuki kompleks I
Elektron dari NADH yang dihasilkan rangkaian proses/reaksi-reaksi glikolisis (dalam
sitosol) memasuki rantai transpor elektron tersebut dengan melalui kompleks II. Dalam hal ini,
elektron dari NADH tersebut ditransfer ke dihidroksiaseton fosfat dengan dikatalisis oleh enzim
gliserol 3-fosfat dehidrogenase sehingga terbentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya, gliserol 3-fosfat
berdifusi ke membran dalam mitokondrial, lalu dua elektron dari gliserol 3-fosfat ini ditransfer
ke akseptor elektron (koenzim dari enzim gliserol dehidrogenase, merupakan enzim
mitokondrial) sehingga terbentuk kembali dihidroksiaseton fosfat pada permukaan luar membran
dalam mitokondrial, yang selanjutnya berdifusi kembali ke dalam sitosol. Enzim mitokondrial ini
merupakan protein transmembran yang menggunakan FAD sebagai akseptor elektron sehingga
terbentuk FADH2.
Khusus dalam sel-sel tertentu, seperti dalam sel-sel hati, elektron dari NADH sitosol
diangkut ke dalam mitokondria melalui sitem pengangkutan malat-aspartat. Dalam hal ini,
elektron dari NADH sitosol ditransfer ke oksaloasetat sehingga terbentuk malat dan NAD+; yang
kemudian, malat ini dalam melintasi membran dalam mitokondrial akan teroksidasi menjadi
oksaloasetat kembali dan NAD+ dalam matriks mitokondrial menjadi bentuk NADH kembali.
Selanjutnya, elektron dari NADH ini memasuki rantai transpor elektron tersebut dengan melalui
kompleks I.
Aliran elektron dari FADH2 dalam memasuki rantai transpor elektron tersebut bukan
melalui kompleks I. Jika FADH2 tersebut adalah yang terikat pada enzim suksinat
dehidrogenase, maka aliran elektron tersebut akan melalui rangkaian besi-belerang (2Fe-2S)
dan koenzim UQ dalam kompleks II (Gambar-1.4). Dengan demikian, FADH2 melepaskan dua
ion H+dan dengan kedua ion H+ ini maka UQ tersebut berubah menjadi UQH2 dan tetap terikat
pada enzimnya dalam kompleks II; yang dalam keadaan seperti ini, elektron dari
UQH2(kompleks II) ini dan dari kompleks I (dari NADH) akan mengalami proses yang sama
dalam melalui kompleks selanjutnya (kompleks III dan IV), yang mana elektron dari kompleks I
ini tidak melalui kompleks II. Jika FADH2 tersebut adalah yang terikat pada enzim asil-koA
dehidrogenase, maka aliran elektron tersebut akan melalui flavoprotein pentransfer elektron
(electron transferring flavoprotein, ETF). Dengan demikian, ETF mentransfer elektron tersebut
melalui rangkaian besi-belerang (Fe-S) dan koenzim UQ dalam kompleks II untuk selanjutnya
masuk melalui proses yang sama dengan yang dilalui elektron dari FADH2 yang terikat pada
enzim suksinat dehidrogenase tersebut.
Gambar-1.4: Elektron dari FADH2 memasuki kompleks II
Kompleks II dalam mentransfer elektron tidak memompa proton seperti masing-masing
kompleks I, III, dan IV dalam mentransfer elektron. Oleh karena itu, perubahan energi bebas
dari reaksi oksidasi-reduksi yang dikatalisis oleh enzim dalam kompleks II tersebut lebih kecil
daripada perubahan energi bebas dari reaksi oksidasi-reduksi yang dikatalisis oleh enzim dalam
masing-masing kompleks I, III, dan IV. Dengan demikian, ATP yang terbentuk dari perubahan
energi bebas dalam mentransfer elektron dari FADH2 melalui kompleks II, III, dan IV lebih
sedikit daripada yang terbentuk dari perubahan energi bebas dalam mentransfer elektron dari
NADH melalui kompleks I, III, dan IV dalam proses fosforilasi oksidatif. Gambar-1.5
merupakan diagram yang secara umum menunjukkan bahwa aliran elektron dari satu molekul
NADH melalui proses reaksi reduksi-oksidasi pada rantai transpor elektron dalam kompleks I
(NADH-koenzim Q oksidoreduktase atau NADH-ubiquinon dehidrogenase), kompleks III
(koenzim Q sitokrom c oksidoreduktase atau biquinon, sitokrom b, sitokrom c1, sitokrom c), dan
kompleks IV (sitokrom c oksidase atau sitokrom c sitokrom oksidase) dapat menghasilkan tiga
molekul ATP dari proses fosforilasi oksidatif; sedangkan aliran elektron dari satu molekul
FADH2 melalui proses reaksi reduksi-oksidasi dalam kompleks II (suksinat-koenzim Q
oksidoreduktase atau ubiquinon oksidoreduktase) dan rantai transpor elektron kompleks III
(koenzim Q sitokrom c oksidoreduktase atau biquinon, sitokrom b, sitokrom c1, sitokrom c) serta
kompleks IV (sitokrom c oksidase atau sitokrom c sitokrom oksidase) hanya dapat menghasilkan
dua molekul ATP dari proses fosforilasi tersebut.
Gambar-1.5: Proses fosforilasi oksidatif
Peran ATP dalam keberadaan bentuk-bentuk energi metabol isme dalam
sel /akt iv i tas se l merupakan ”mata uang dol lar yang dapat sa l ing
diper tukarkan dengan mata uang la innya” (Gambar-1.6) . ATP t e r b e n t u k
d e n g a n m e n y i m p a n e n e r g i y a n g j u m l a h n y a
t e r g a n t u n g p a d a y a n g d i h a s i l k a n p r o s e s o k s i d a s i /
k a t a b o l i s m e m o l e k u l p e n g h a s i l e n e r g i d a n e n e r g i y a n g t e r s i m p a n
d a l a m A T P t e r s e b u t d a p a t d i b e b a s k a n d a l a m b e n t u k e n e r g i
t e r t e n t u s e b a g a i m a n a y a n g d i b u t u h k a n u n t u k p r o s e s / r e a k s i
d a l a m s e l / a k t i v i t a s s e l , a n t a r a l a i n d a l a m b e n t u k : e n e r g i k i m i a
u n t u k b i o s i n t e s i s , e n e r g i o s m o s a ( p e n g a n g k u t a n ) , e n e r g i m e k a n i k
u n t u k k o n t r a k s i o t o t , e n e r g i l i s t r i k u n t u k s i s t e m
s y a r a f , d a n e n e r g i c a h a y a / s i n a r b i o l u m i n e s e n s i
y a n g t e r j a d i p a d a o r g a n i s m e t e r t e n t u ( s e p e r t i kunang-kunang). Pada
dasarnya, A T P t e r b e n t u k d a r i A D P d a n P i m e l a l u i p r o s e s
f o s f o r i l a s i o k s i d a t i f y a n g t e r a n g k a i d e n g a n p r o s e s
o k s i d a s i / k a t a b o l i s m e s e b a g a i m a n a y a n g t e l a h d i u r a i k a n d i a t a s .
Gambar-1.6: Peran ATP dalam keberadaan bentuk-bentuk
energi metabol ime dalam sel /akt ivi tas se l