Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagai makhluk yang diberi akal paling sempurna olehNya, sudah
sepatutnya manusia untuk mengoptimalkan dengan selalu mengasah dan
memberikan pengetahuan dan ilmu yang akan semakin menjadikan makhluk
yang lebih baik lagi, salah satu caranya dengan menempuh pendidikan terbaik.
Menempuh pendidikan tentu kita melakukan aktivitas yang disebut
dengan pembelajaran. Aktivitas ini memiliki manfaat dan peran penting untuk
mengolah suatu informasi yang diberikan selama proses tersebut berlangsung.
“Pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu perubahan dari seseorang
yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Baik
perubahan tingkah laku, kognitif dan kebiasaan. Sedangkan, menurut
Rombepajung pembelajaran juga diartikan sebagai perolehan ilmu atau mata
pelajaran dan perolehan keterampilan dari sebuah pengajaran”.1
Tujuan utama dari sebuah proses pembelajaran adalah mampu
menjadikan peserta didik untuk mempraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari. Mendapatkan ilmu atau informasi dari kegiatan pembelajaran, akan
menambah wawasan dan mampu memperbaiki pribadi menjadi lebih baik
lagi. Ketika proses pembelajaran berlangsung, pengajar tidak hanya
1Tobroni dan Arif Mustofa, (2011), Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. 1),
hlm. 18.
6
mentransfer ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana menjadikan proses
pembelajaran berjalan dengan baik.
Terdapat beberapa komponen dalam pembelajaran, meliputi
metode, materi, tujuan, dan evaluasi. Sehingga, para dosen atau pengajar
harus memperhatikan dan menentukan strategi, pendekatan, metode dan
media yang tepat dalam proses pembelajaran. Apabila komponen-
komponen di atas seimbang, maka diperoleh pembelajaran yang baik dan
sesuai harapan pengajar.2
Jika pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka hal
tersebut menjadi problematika dalam pembelajaran. Belajar adalah bagian
dari pembelajaran, sehingga aktivitas belajar menjadi bagian terpenting.
Seseorang akan berusaha memahami ilmu yang diberikan dan berusaha
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bukunya, Gita Sekar Prihanti berpendapat bahwa proses
belajar merupakan:
a. Kemampuan seseorang untuk mengubah perilakunya menjadi perilaku
yang lebih baik, dikarenakan proses pembelajaran.
b. Sebuah pengalaman atau praktik secara langsung untuk berubah,
merupakan sebuah hasil yang didapatkan dari proses belajar.
c. Kemampuan seseorang untuk berubah dalam jangka panjang, juga
merupakan hasil dari belajar.3
2Rusman dkk., (2013), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi;
Mengembangkan Profesionalisme Dosen, (Jakarta: Rajagrafindo Persada), hal. 15. 3Gita Sekar Prihanti, (2015), Strategi Belajar, (Malang: UMM press), hal. 300.
7
Apabila kita menghubungkan dengan seseorang yang sedang belajar
bahasa Arab, maka seseorang tersebut memiliki target yaitu memiliki
kemampuan berbahasa Arab yang baik, sehingga mampu
menggunakannya dalam berinteraksi di lingkungan masyarakat. Karena,
belajar bahasa adalah mampu menggunakan bahasa target dalam
kesehariannya.
Pembelajaran bahasa Arab dapat ditempuh dari tingkat sekolah dasar
hingga tingkat perguruan tinggi. Bahasa Arab dengan mata pelajaran lainnya,
memiliki komponen-komponen yang sama, yaitu metode, materi evaluasi dan
tujuan pembelajaran. Sehingga, secara keseluruhan, pendidik atau pengajar
harus terlebih dahulu memahami komponen-komponen pembelajaran
tersebut, untuk tercapainya pembelajaran yang maksimal.
2. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab di Indonesia
Sebagaimana kita ketahui, awal masuknya agama Islam di Indonesia
adalah pada abad ke-11 atau ke-12 Masehi. Sehingga, beberapa sumber
mengatakan bahwa pengajaran bahasa Arab dimulai pada abad ke-13
Masehi. Jadi, pengajaran bahasa Arab di Nusantara setelah masuknya
agama Islam di Indonesia melalui pesisir pantai.
Agama Islam adalah ajaran agama yang bahasa di seluruh ibadahnya,
seperti bacaan shalat, do‟a-do‟a, dan kitabnya yaitu al-qur‟an
menggunakan bahasa Arab. Sehingga, tidak bisa dipungkiri bahwa
berkembangnya penyerapan bahasa Arab pada masyarakat Indonesia,
bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia.
8
Bahasa Arab tidak akan terlepas dari agama Islam, karena seluruh
ritual ibadah dalam agama Islam menggunakan bahasa Arab. Jika
seseorang ingin memahami dengan serius terhadap agama Islam, maka
harus mempelajari bahasa Arab. Karena, tujuan dasar mempelajari
bahasa Arab adalah untuk memahami al-Qur‟an dan al-Hadits.
Dari beberapa sumber sejarah menyebutkan, bahwa pada masa
kolonial, kebijakan pada sistem pendidikan termasuk sistem
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia adalah berbeda. Pendidikan pada
zaman Belanda masih menguasai Indonesia, kendali pendidikan ada
pada Belanda. Pendidikan di Indonesia di tangan Belanda, bukan di
tangan Indonesia.
Pengajaran bahasa Arab dahulu kala, pada institusi non-Pemerintah
terjadi karena ketidaksamaan visi dan misi para pengajar. Dosen atau
Kyai yang mendirikan serta mengajarkan bahasa Arab, memiliki selera
dan pengalaman-pengalaman yang berbeda. Faktor inilah yang
mengakibatkan keragaman sistem pengajaran bahasa Arab di Indonesia.
Dalam sejarah disebutkan, bahwa pada masa pra-kolonial atau
sebelum abad ke-17 pendidikan keislaman diatur oleh masing-masing
kerajaan Islam sehingga pengajaran bahasa Arab pun ikut beragam.
Dalam Kerajaan Islam Minangkabau (1500M / 1650M) misalnya, setiap
desa mendirikan sebuah masjid untuk sholat Jumat. Kemudian setiap
kampung membuat tempat mengaji al-qur‟an. dan diberi nama pengajian
al-qur‟an.
9
Setelah para murid menyelesaikan pengajian al-qur‟an, kemudian
mereka meneruskan ke tingkat pengajian kitab, berguru kepada Tuan
Syeikh yang ada di desa tersebut. Pada tingkat pengajian kitab inilah,
mereka diajarkan bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Mereka
dibimbing secara langsung oleh para guru senior.
Sistem pembelajaran pada tingkat pengajian kitab adalah pertama,
murid diajarkan satu persatu oleh guru. Pada tingkat kedua, murid
diajarkan dengan duduk melingkar di hadapan guru atau Syeikh yang
disebut dengan halaqa>h. Pengajaran sepereti ini berlangsung hingga
tahun 1909. Kemudian madrasah-madrasah muncul dengan sistem
klasikal, yang dibuat oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909
dengan mendirikan Madrasah Adabiyah.4
Dari sumber sejarah yang ada menyebutkan, bahwa masa kerajaan
Islam Mataram pada tahun 1575 Masehi, pendidikan dikembangkan
menjadi dua sistem. Pertama, pengajian kitab tempat pembelajaran al-
qur‟an dan ilmu-ilmu pokok agama Islam. Lokasi pembelajaran dipecah
menjadi beberapa tempat di desa.
Usia murid yang ada di kelompok ini, laki-laki atau perempuan
berusia 7 tahun, yang telah diberikan izin oleh orangtuanya.
Kedua, pengajian kitab adalah tempat pendidikan murid-murid yang
telah tamat belajar mengaji al-qur‟an. Para pengajarnya disebut dengan
Kyai atau Anom, atau seseorang yang memiliki kemampuan dalam
4Mahmud Yunus, (1996), Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya
Agung), hal. 33-63.
10
mengajar dapat ikut serta menjadi pengajar di pengajian kitab.
Kemudian, tempatnya disebut dengan pesantren.
Tempat pengajian kitab atau pesantren dibagi menjadi tiga, pesantren
desa, pesantren besar yang di bawah bimbingan seorang Kyai dan
pesantren keahlian atau takhasus. Pembelajaran bahasa Arab yang
meliputi pelajaran Nahwu dan Sharaf, diajarkan di pesantren besar.
Pengajaran bahasa Arab (Nahwu dan Sharaf) tampak diberikan pada
pesantren besar. Sistem pembelajarannya dibagi menjadi dua bagian,
pertama dengan sorogan, yaitu pengajaran satu persatu bagi murid
pemula. Kedua, dengan sistem halaqa>h atau membuat kelompok belajar
bagi murid senior.5
Pembelajaran bahasa Arab pada zaman dahulu, hanya ada di pondok
pesantren atau pada kalangan masyarakat agamis. Sehingga, tempat
pembelajaran bahasa Arab hanya berada di pesantren, masjid, surau dan
madrasah keagamaan. Sebagian masyarakat memahami, bahwa belajar
bahasa Arab hanya untuk memperdalam agama Islam. Sehingga
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia tidak mampu berkembang
dengan baik seperti bahasa Inggris.6
Berdasarkan sumber yang ada, sekolah-sekolah terdahulu pada abad
ke-19 pengajaran bahasa Arab menggunakan metode klasikal. Sehingga,
hasil dari penerapan metode klasikal, mencetak para santri yang mahir
5 Yasmadi, (2002), Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan
Tradisional, (Jakarta: Ciputat press), hal. 67. 6Ulin Nuha, (2016), Ragam Metodologi dan Media Pembelajaran Bahasa Arab,
(Yogyakarta: Diva Press), hal.15.
11
bahasa secara kaedah atau mahir dalam nawhu dan sharaf. Pada
akhirnya, para santri tidak mampu menggunakan bahasa Arab sebagai
alat komunikasi sehari-hari.
Penerapan metode klasikal dalam pengajaran bahasa Arab di pesantren
atau madrasah, yang diterapkan pada awal abad ke-19 mengalami
pergeseran. Jika awal pengajaran bahasa Arab diajarkan secara pasif, maka
terjadi pengembangan pengajaran. Para santri dituntut untuk mampu mahir
berbahasa Arab, sebagai alat percakapan sehari-hari.
Seiring dengan berkembangnya metode pendidikan modern,
pengajaran bahasa Arab juga mengalami perubahan. Metode pengajaran
bahasa Arab tidak hanya menggunakan metode langsung, tetapi
menggunakan metode audiolingual dan metode elektrik. Hal tersebut
tercantum dalam kurikulum madrasah tsnawiyyah dan madrasah „aliyah
tahun 1994.7
3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Inti dari tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah seseorang mampu
memahami al-qur‟an, hadits dan tarikh Islam. Sehingga mampu
memahami secara mendalam ajaran-ajaran agama Islam. Sedangkan,
pembelajaran bahasa Arab secara umum, bertujuan agar siswa mampu
menguasai empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis.8
7Ahmad Fuad Efendi, (2011), Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat), hal.
50 dan 71. 8Fathur Rohman, (2013), Strategi Pengelolaan Komponen Pembelajaran Bahasa Arab,
(Jurnal Arabiyat: Vol. 1 No. 1), hal. 67.
12
Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah ‘Aliyah atau sekolah
menengah atas Islam, memiliki tujuan agar siswa mampu menggunakan
bahasa Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari, sebagaimana ketika
mereka mampu menggunakan bahasa Asing, seperti bahasa Inggris
dalam percakapan sehari-hari.
Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab di seluruh dunia, khususnya
di Indonesia adalah untuk mampu dalam memahami al-qur‟an, hadits
dan kitab-kitab kuning yang disusun oleh para Ulama Besar di
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan salah satu negara
dengan mayoritas Islam terbesar di dunia.
Dalam pendidikan Muhammadiyah, pembelajaran bahasa Arab
merupakan hal pokok yang harus ada dalam kurikulum. Mata kuliah
Muhammadiyah, bermakna al-Islam, kemuhammadiyahan dan bahasa
Arab.9
Mahasiswa yang sudah memiliki kemampuan dasar dalam bahasa Arab
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Muhammadiyah
memfasilitasi dengan adanya pembelajaran bahasa Arab tersebut.
4. Materi Bahasa Arab
Dewasa ini, pengajaran bahasa Arab menjadi mata pelajaran wajib di
lembaga pendidikan Islam. Dalam pelaksanaannya, materi bahasa Arab
dibagi berdasarkan kemampuan mahasiswa. Untuk mahasiswa awal,
materi bahasa Arab dimaknai dengan:
9Tantiana Isnaningsih, (2015), Pengembangan Multimedia Pembelajaran Bahasa Arab
Berbantuan Komputer, (Jurnal Dewantara: Volume 1 Nomor 2), hal. 224.
13
a. Buku pedoman, berisi materi tentang keterampilan membaca,
menyimak, mendengarkan dan menulis. Empat materi
keterampilan yang ada, bertujuan sebagai pengenalan teks bahasa
Arab bagi para mahasiswa.
b. Penting bagi mahasiswa memiliki buku latihan khusus bahasa
Arab. Sehingga, setiap penilain tugas atau latihan yang diberikan,
mereka mampu menilai sendiri peningkatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
c. Buku pedoman bagi dosen, dengan adanya buku pedoman bagi dosen
bertujuan agar materi atau mata pelajaran yang akan diberikan kepada
mahasiswa, memiliki batasan dan target pencapaian yang jelas. Buku
pedoman juga memuat keterampilan bahasa pada mahasiswa, yang
mampu mereka kembangkan selama pembelajaran berlangsung. Dan
pokok utama dalam buku panduan yaitu panduan pembelajaran di
kelas untuk mencapai tujuan kurikulum yang diinginkan oleh
lembaga.
Pengertian materi untuk para mahasiswa tingkat lanjut adalah :
a. Mahasiswa tingkat lanjut, mempelajari buku sastra dan teks-teks
Arab.
b. Pada beberapa kesempatan, mahasiswa diperintahkan memiliki buku
bahasa Arab dengan judul tertentu. Sehingga, pengetahuan mereka
semakin luas dengan membaca dari berbagai sumber.
14
c. Buku pedoman yang diberikan kepada dosen pada tingkat lanjut
adalah buku pedoman yang sesuai jenjang dan kelas yang diampu
masing-masing dosen. Hal ini bertujuan, untuk memudahkan para
dosen dalam memberikan materi kepada mahasiswa.10
5. Problematika dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Setiap proses pembelajaran dalam jenjang pendidikan, pasti menemui
problematika dalam proses pembelajaran. Secara garis besar, ada
beberapa faktor dari problematika pembelajaran yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Dalam pembelajaran bahasa Arab juga ditemukan
problematika-problematika tersebut. Menurut Acep Hermawan faktor
tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu problem linguistik dan non-
linguistik.11
a. Faktor linguistik
1) Tata Bunyi
Bunyi dalam bahasa Arab dengan bahasa Indonesia, ada
beberapa perbedaan. Konsonan huruf dalam bahasa Arab tidak
bisa diucapkan dalam bahasa Indonesia, contohnya huruf ha’,
jim, ta’, dhad, ghain, tsa’, syin, dan tha’.
Dengan semakin berkembangnya zaman, non-Arab mampu
mengucapkan konsonan-konsonan yang tidak ada dalam bahasa
Indonesia. Seseorang bisa belajar menggunakan handphone,
radio dan televisi.
10
Fathur Rohman, Op Cit hal. 70. 11
Acep Hermawan, (2011), Metodologi Pembelajaran Bahasa Asing, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hal. 29.
15
2) Kosakata
Sebagaimana kita ketahui, kosakata dalam bahasa Indonesia
sedikit banyak diambil atau diserap dari bahasa Arab. Dari satu
sisi, hal tersebut menguntungkan bagi mahasiswa di Indonesia
yang sedang belajar bahasa Arab. Namun, ada kelemahannya
yaitu perubahan makna, lafal berubah dari bunyi asli dan lafal
tetap tetapi makna berbeda.
3) Tata Kalimat
Setiap bahasa di dunia memiliki tatanan dan aturan bahasa
sendiri, bahasa Arab juga memiliki tatanan bahasa. Contohnya:
sifat maushuf (mensifati disifati), yang mana sifatnya harus sesuai
dengan maushufnya, baik dari mudzakkar maupun muannats.
Begitu juga dengan mufrad, mutsanna dan jamaknya.
4) Tulisan
Jika ditinjau dari tulisan, terlihat dengan jelas perbedaan tulisan
bahasa Arab dan bahasa Indonesia/latin. Penulisan bahasa Arab
dimulai dari kanan ke kiri, sedangkan penulisan latin dimulai dari
kiri ke kanan. Dalam bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital,
sedangkan tulisan latin mengenal huruf kapital.
b. Faktor Pembelajaran
1) Buku Ajar
Salah satu bagian terpenting dari sebuah pembelajaran
adalah buku ajar. Peran buku ajar untuk memberikan informasi,
16
baik secara deskriptif maupun secara bergambar. Isi dari sebuah
buku ajar, berdasarkan mata pelajaran yang ada.
Dengan menggunakan buku ajar sebagai salah satu media
pembelajaran, tujuannya adalah sebagai pegangan mahasiswa
dalam memahami materi. Di dalam buku ajar terdapat latihan-
latihan, bertujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam
mengetahui sebatas mana kemampuannya dalam memahami
materi setelah mengerjakan latihan.
Buku ajar merupakan instrumen penting dalam sebuah
pembelajaran, di samping pentingnya dosen dalam mencapai
keberhasilan dalam suatu pembelajaran.12
Mahasiswa dan buku ajar
tidak akan terpisahkan. Sehingga, dosen memiliki peran untuk
menyeleksi buku ajar yang tepat untuk digunakan oleh para
mahasiswa. Jika materi dalam buku ajar sudah tepat, maka hal tersebut
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang ingin dicapai.
Di setiap proses pembelajaran, seorang guru atau dosen
pasti menggunakan berbagai macam metode, teknik dan
pendekatan yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Metode dalam pembelajaran bahasa Arab bermacam-
macam, di antaranya: metode langsung, metode gramatikal-
tarjamah, metode komunikatif, metode audiolingual dan lain
sebagainya.
12
Chaedar Alwasilah, (2011), Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), hal.105.
17
Memilih metode yang tepat sesuai dengan mata pelajaran
yang akan diajarkan, sangat penting. Keberhasilan suatu
pembelajaran dan mampu mencapai target yang diinginkan,
disebabkan metode, teknik dan pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran sudah tepat. Kelebihan lainnya,
pembelajaran tidak membosankan karena metode yang
digunakan bervariatif.
Setiap metode pembelajaran yang ada pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan, tidak ada metode yang sempurna.
Karena sejatinya semua metode saling melengkapi satu sama
lain. Berikut akan dijabarkan hal-hal yang perlu diperhatikan
sebelum memilih metode pembelajaran:
a. Tujuan yang akan dicapai
Hal pertama yang harus diperhatikan sebelum
memilih metode adalah mengetahui terlebih dahulu
tujuan yang akan dicapai. Jika sudah mengetahui tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran, maka akan
mempermudah keberhasilan pembelajaran tersebut.
b. Materi Pelajaran
Pemilihan metode yang tepat oleh dosen dalam
setiap mata pelajaran yang akan diajarkan, memiliki
pengaruh yang besar untuk mencapai keberhasilan
dalam memahami mahasiswa. Setiap materi yang
18
diberikan, harus menggunakan metode yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan.
c. Mahasiswa
Hal terpenting lainnya dalam pembelajaran adalah
peran mahasiswa. Setiap mahasiswa yang ada di kelas,
masing-masing memiliki daya serap yang berbeda,
pemahaman berbeda dan karakter yang berbeda-beda.
Oleh karenanya, dosen harus mampu memilih teknik,
pendekatan dan metode yang sesuai dengan para
mahasiswa. Sehingga tercapainya pembelajaran dengan
maksimal.
d. Dosen
Secara umum, tugas pendidik adalah mentransfer
ilmu yang dimiliki kepada para muridnya. Seorang
dosen juga bertugas untuk memberikan ilmunya kepada
para mahasiswa, sehingga dosen harus memiliki
kompetensi yang akan menunjang dalam memberikan
ilmu kepada mahasiswa.
Seorang dosen harus mampu menguasai metode
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, karena
penguasaan metode akan mempermudah proses
pembelajaran. Hal yang tidak diinginkan, ketika dosen
mampu merancang dengan baik proses pembelajaran,
19
tetapi pada praktiknya sangat jauh berbeda. Peranan dosen
dalam mengatasi permasalahan seperti di atas, sikap
profesional sebagai seorang dosen harus ditunjukkan agar
tercapainya pembelajaran yang diinginkan.
Cara menghadapi mahasiswa dan siswa tentu berbeda.
Mengahadapi para mahasiswa harus ada persiapan yang
matang. Salah satunya dalam memilih metode yang tepat bagi
mereka. Karena, gaya belajar dan karakter mahasiswa sangat
berbeda dengan siswa.
Dengan selalu mengupgrade metode yang bervariasi dalam
setiap pembelajaran, akan menjadikan pembelajaran di kelas
lebih berwarna dan lebih hidup. Karena, semua dosen
menginginkan pembelajaran yang terbaik bagi para
mahasiswanya.
c. Media Pembelajaran
Komponen terpenting dalam pembelajaran selain peran
mahasiswa, dosen dan metode, terdapat pula media pembelajaran.
Peran media pembelajaran adalah untuk mempermudah
pembelajaran dan dengan media para mahasiswa akan menjadi
lebih kreatif dan aktif selama proses pembelajaran.
Menggunakan media pembelajaran tidak selamanya berhasil,
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin
menggunakan media dalam pembelajaran, yaitu:
20
1) Objektivitas
Maksud dari objektivitas ialah pembelajaran yang
menggunakan metode dilakukan bukan untuk kebutuhan
ataupun kesenangan dosen. Penggunaan metode juga
mempengaruhi media. Jika sekedar untuk kesenangan dosen
semata maka tujuan dan hasil yang diinginkan kurang
maksimal. Sehingga dalam penggunaan media terhadap
metode itu berdasarkan keperluan sistem belajar.
2) Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Situasi dan kondisi yang dimaksud
meliputi situasi tempat atau ruangan yang digunakan,
situasi dan kondisi mahasiswa yang akan mengikuti
pembelajaran baik jumlah maupun motivasi.
3) Sasaran Program
Pada penggunaan media pembelajaran perlu melihat
kebutuhan dan objek yang ada di dalamnya seperti tingkat
perkembangan mahasiswa, baik dari segi bahasa, simbol-
simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajian
maupun waktu penggunaannya. Hubungan antara
kebutuhan dan objek ini berkaitan dengan kemampuan
dan hasil yang akan dicapai.
21
4) Kualitas Teknik
Pada penggunaan media yang akan diterapkan dalam
proses pembelajaran perlu diperhatikan. Karena terkadang
media yang digunakan belum sempurna, suara rekaman
tidak jelas, gambar atau video tidak bisa diputar maupun
alat-alat lain tidak sesuai. Hal ini bisa menjadi salah satu
permasalahan pada proses pembelajaran. Maka dalam
pembelajaran perlu dicek terlebih dulu agar pembelajaran
bisa berjalan dengan baik.13
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini tidak terlepas dari data-data
relevan yang sudah ada sebelumnya, seperti teori-teori yang mendukung
dan adanya penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini akan dipaparkan
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti:
1. Penelitian yang dilakukan Fatmawati dengan judul : “Problematika
Belajar Bahasa Arab Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI
STAIN Palangka Raya”. Dalam penelitian tersebut terlihat bahwa:
a. Problematika internal, umumnya terletak pada motivasi, minat,
serta metode belajar siswa.
b. Problematika eksternal yang terkait tentang materi pelajaran,
fasilitas dan metode pembelajaran.
13
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, (2010), Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama), hal.69.
22
c. Langkah-langkah yang ditempuh mahasiswa dalam mengatasi
problematika internal dan eksternal.14
Dari penelitian sebelumnya adanya hubungan dengan penelitian yang
penulis teliti, yaitu terletak pada motivasi atau minat serta problematika
yang sering dihadapi mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.
Namun disini peneliti lebih menekankan pada masalah yang
dihadapi mahasiswa pada penggunaan kosakata bahasa Arab itu
sendiri dan tingkat kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas
menghafal yang diberikan oleh dosen mata kuliah bahasa Arab serta
langkah-langkah atau solusi yang dilakukan mahasiswa untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Karimatussa‟idiyah dengan judul :
“Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di MTs. Ma’rif NU 1
Purwojati Kabupaten Banyumas”. Hasil penelitian problematika
pembelajaran siswa meliputi problem percakapan (muhadatsah), tata
bahasa (qawa’id) dan menulis (kitabah). Kebanyakan siswa belajar
bukan untuk berbahasa Arab, tetapi agar supaya bisa membaca al-
qur‟an dengan lancar. Mereka tidak sepenuh hati mempelajari bahasa
untuk mahir dalam berbahasa Arab. Metode yang digunakan guru
adalah metode campuran, metode ceramah, metode terjemah, metode
pemberian tugas dan metode tanya-jawab.15
14
Fatmawati, (2010), Problematika Belajar Bahasa Arab Mahasiswa Jurusan Tarbiyah
Program Studi PAI STAIN Palangka Raya, Skripsi, (Palangka Raya: STAIN Palangka Raya), t.d. 15
Karimatussa‟idiyah, (2019), Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di MTs. Ma’rif NU
1 Purwojati Kabupaten Banyumas, Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto), t.d.
23
Dari penelitian sebelumnya, adanya hubungan dengan penelitian
yang penulis teliti, yaitu terletak pada motivasi atau minat serta
problematika yang sering dihadapi peserta mahasiswa dalam belajar
bahasa Arab. Namun disini peneliti lebih menekankan pada masalah
yang dihadapi mahasiswa pada penggunaan kosakata bahasa Arab itu
sendiri dan tingkat kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas
menghafal yang diberikan oleh dosen mata kuliah bahasa Arab serta
langkah-langkah atau solusi yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.