44
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi Usia lanjut adalah suatu tahap akhir dari siklus kehidupan manusia dan merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Berdasarkan kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi batasan usia lansia menjadi: kelompok usia 45 59 tahun sebagai usia pertengahan (middle elderly), kelompok usia 60 74 tahun disebut lansia (elderly), kelompok usia 75 90 tahun disebut tua (old), dan usia di atas 90 tahun disebut sangat tua (very old). Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1998 menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Rohana, 2011). Penurunan anatomik dan fungsi organ lebih tepat jika tidak dikaitkan ke dalam umur kronologik akan tetap dengan umur biologiknya. Dengan kata lain, mungkin seseorang dengan usia kronologik baru mencapai usia dewasa akhir, tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap paparan dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Matono, 2009).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

  • Upload
    ngophuc

  • View
    237

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Definisi

Usia lanjut adalah suatu tahap akhir dari siklus kehidupan manusia dan

merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan

dialami oleh setiap individu. Berdasarkan kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO)

membagi batasan usia lansia menjadi: kelompok usia 45 – 59 tahun sebagai usia

pertengahan (middle elderly), kelompok usia 60 – 74 tahun disebut lansia

(elderly), kelompok usia 75 – 90 tahun disebut tua (old), dan usia di atas 90 tahun

disebut sangat tua (very old). Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1998 menyatakan

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

(Rohana, 2011).

Penurunan anatomik dan fungsi organ lebih tepat jika tidak dikaitkan ke

dalam umur kronologik akan tetap dengan umur biologiknya. Dengan kata lain,

mungkin seseorang dengan usia kronologik baru mencapai usia dewasa akhir,

tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang

nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya

faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Menua adalah

proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap paparan dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Darmojo dan Matono, 2009).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

9

2.1.2 Proses Menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang

berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umunya dialami oleh semua

makhluk hidup.

Dampak yang ditimbulkan dari proses menua antara lain adanya

perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional otot

yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas

otot, penurunan fungsi proprioseptif serta kecepatan, gangguan sistem vestibular,

visual dan waktu reaksi (Nitz dan Choy 2004).

2.1.3 Epidemiologi Gangguan Keseimbangan pada Lansia

Gangguankeseimbangan postural merupakan hal yang sering terjadi pada

lansia. Apabila keseimbangan postural lansia tidak terkontrol, maka akan dapat

meningkatkan resiko jatuh. Faktor risiko jatuh pada lansia meliputi faktor intrinsik

(host) dan faktor ekstrinsik (environmental). Faktor intrinsik terdiri dari:

permasalahan keseimbangan dan berjalan, kelemahan otot, riwayat jatuh

sebelumnya, penggunaan alat bantu, permasalahan penglihatan, radang sendi,

depresi, permasalahan kognitif, serta usia lebih dari 80 tahun. Faktor ekstrinsik

meliputi: penggunaan alas kaki yang tidak tepat, permukaan lantai yang licin atau

kasar, pencahayaan yang kurang, serta banyaknya hambatan yang terdapat pada

lingkungan (Rubenstein dan Josephson 2002).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

10

Setiap tahunnya terdapat satu per tiga lansia di dunia yang berumur di atas

65 tahun mengalami jatuh. Angka ini cenderung meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Jatuh dan osteoporosis secara bersamaan mengakibatkan

terjadinya fraktur panggul pada lansia. Sebanyak 38% lansia yang jatuh dan

dirawat di rumah sakit mengalami fraktur panggul dan 90% kejadian fraktur

panggul dialami oleh lansia berumur 70 tahun ke atas (British Columbia, 2004).

Sekitar satu per empat kematian di AS disebabkan oleh jatuh dan terjadi pada

13% populasi lansia yang berusia di atas 65 tahun. Sekitar 30-73% lansia yang

mengalami jatuh cenderung akan terjadi jatuh yang berulang. Jatuh yang berulang

menjadi alasan utama ketergantungan lansia pada lingkungan sekitar.Efek panjang

yang dirasakan lansia yaitu berkurangnya rasa percaya diri, depresi, hingga

terisolasi secara sosial (Josephson dan Rubenstein, 2006).

2.1.4 Proses Penurunan Keseimbangan pada Lansia

Penurunan keseimbangan pada lansia disebabkan oleh berbagai macam

faktor di antaranya adalah adanya gangguan pada sistem sensorik, gangguan pada

sistem saraf pusat (SSP), maupun adanya gangguan pada sistem

muskuloskeletal.Informasi mengenai posisi tubuh terhadap lingkungan atau

gravitasi diberikan oleh sistem sensorik, sedangkan sistem saraf pusat berfungsi

untuk memodifikasi komponen motorik dan sensorik sehingga stabilitas dapat

dipertahankan melalui kondisi yang berubah-rubah.Gangguan pada sistem

sensorik meliputi gangguan pada sistem visual, vestibular, dan somatosensoris

(Suadnyana, 2013).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

11

Sistem visual seperti sistem organ lain mengalami degenerasi karena proses

penuaan. Pada sistem visual lansia, terjadi penebalan jaringan fibrosa dan atrofi

serabut saraf, berkurangnya sel-sel reseptor di retina, serta perubahan elastisitas

lensa dan otot siliaris.Penurunan fungsi visual tersebut, menyebabkan masalah

dalam persepsi bentuk dan kedalaman serta informasi visual mengenai posisi

tubuh yang diperlukan untuk kontrol postural (Barnedhet al., 2006).

Sistem lain yang mengalami penurunan fungsi adalah sistem vestibular.

Perubahan degeneratif tersebut mengenai organ vestibular seperti: otolith,

epithelium sensorik dan sel rambut, nervus vestibularis, dan serebelum. Makula

secara progresif mengalami demineralisasi dan menjadi terpecah-pecah.Hal ini

mengakibatkan penurunan kemampuan dalam menjaga respon postural terhadap

gravitasi dan pergerakan linear. Selain itu terjadi pula atrofi sel rambut disertai

pembentukan jaringan parut dan setelah usia di atas 70 tahun terjadi penurunan

sebanyak 20% jumlah sel rambut di makula dan 40% di krista ampularis kanalis

semisirkularis (Barnedhet al., 2006).

Sistem somatosensori memberikan informasi tentang posisi tubuh dan

kontak dari kulit melalui tekanan, taktil sensor, getaran,serta proprioseptor sendi

dan otot. Sensasi kulit melalui sentuhan, getaran dan tekanan sensor penting

dalam setiap aktivitas sehari-hari, terutama yang melibatkan gerakan. Sensitivitas

kulit berkurang dengan bertambahnya usia. Kurangnya masukan dari taktil,

tekanan dan getaran reseptor membuatnya sulit untuk berdiri atau berjalan dan

mendeteksi perubahan dalam pergeseran, yang penting dalam menjaga

keseimbangan (Suadnyana, 2013).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

12

Lansia juga mengalami penurunan dalam kemampuan motorik.Hal ini

berhubungan dengan penurunan terhadap kontrol neuromuskular, perubahan

sendi, dan struktur lainnya. Menurunnya sistem muskuloskeletal berpengaruh

terhadap keseimbangan tubuh lansia karena terjadinya atropi otot yang

menyebabkan penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas bawah, sehingga

menyebabkan langkah kaki lansia menjadi lebih pendek, jalan menjadi lebih

lambat, tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung mudah goyah, serta ada

kecenderungan untuk tersandung. Hal ini mengakibatkan lansia menjadi kurang

percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis

dan tungkai juga menjadi faktor kontribusi bagi penurunan respon postural

tersebut.Secara bersamaan, hampir seluruh gerakan menjadi tidak elastis dan

halus.Gangguan motorik ini utamanya disebabkan oleh mulai hilangnya neuron-

neuron di medulla spinalis, otak, dan serebelum (Siti, 2009). Oleh karena itu,

penurunan fungsi setiap sistem pada lansia akan menyebabkan penurunan pada

keseimbangan.

2.2 Keseimbangan

2.2.1 Pengertian Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Dellito, 2003).Keseimbangan

juga dapat diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat masa

tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang

tumpu (basse of support) (Indriaf, 2010).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

13

Menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah mampu mempertahankan

posisi tubuh dalam posisi statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot

yang minimal. Keseimbangan tubuh merupakan kemampuan manusia untuk

mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi dan

juga untuk mengatur seluruh keterampilan aktivitas fisik (Potter dan Perry, 2005).

Jadi keseimbangan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi

tubuh agar tetap seimbang baik dalam posisi diam (statis) atau bergerak (dinamis)

dengan mengatur pusat gravitasi terhadap bidang tumpu.Keseimbangan tubuh

dibagi menjadi dua yaitu keseimbangan statis dan dinamis.Keseimbangan statis

adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada

suatu posisi diam dan selama waktu tertentu, misalnya saat diam dan berdiri.

Sedangkan, keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk dapat

menjaga keseimbangan tubuhnya pada saatbergerak, misalnya saat berjalan,

berlari, dan bangkit berdiri dari posisi duduk (Sugiarto, 2005).Tujuan tubuh

mempertahankan keseimbangan adalah menyangga tubuh melawan gravitasi dan

faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan

seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian

tubuh lain bergerak (Irfan, 2010). Sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu akan

mendukung berbagai gerakan di setiap segmen tubuh untuk terciptanya

keseimbangan. Adanya kemampuan menyeimbangkan antara massa tubuh dengan

bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif

dan efisien (Abrahamova dan Hlavacka, 2008).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

14

Keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi, namun mendasari

kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kehidupan

kegiatan normal sehari-hari (Huxham et al., 2001).

Keseimbangan merupakan kemampuan relatif untuk mengontrol pusat gravitasi

(center of gravity) atau pusat massa tubuh (center of mass) terhadap bidang tumpu

(base of support). Pusat gravitasi (center of gravity) adalah suatutitik dimana

massa dari suatu obyek terkonsentrasi berdasarkan tarikan gravitasinya. Agar

dapat menjaga keseimbangan, pusat gravitasi tersebut harus berpindah untuk

mengompensasi gangguan yang dapat menyebabkan orang kehilangan

keseimbangannya (Barnedh, 2006).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap bagian tubuh dan

didukung oleh sistem muskuloskeletal serta bidang tumpu. Tujuan tubuh

mempertahankan keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh melawan gaya

gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh

ketika tubuh lain bergerak (Irfan, 2012). Kemampuan untuk menyeimbangkan

massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk

beraktivitas secara efektif dan efesien (Yuliana, 2014).

2.2.2 Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan Dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi

tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan (Batson, 2009).

Keseimbangan dinamis adalah pemeliharaan keseimbangan tubuh dalam posisi

bergerak (Nala, 2011). Dalam kehidupan sehari-hari keseimbangan statis dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

15

dinamis saling berkaitan dan mutlak tidak dapat dipisahkan karena tubuh manusia

jarang sekali dalam keadaan diam sempurna tanpa melakukan gerakan sama

sekali. Tubuh secara berkesinambungan melakukan pengaturan postur yang tidak

dapat dirasakan secara dasar .

Keseimbangan merupakan interintegrasi yang kompleks dari sistem

sensorik (vestibular, visual, dan somatosensory termasuk proprioceptor) dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak

sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Bagian otak

yang mengatur meliputi basal ganglia, cerebellum, area asosiasi (Batson, 2009).

Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam

menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah

posisi. Dinamis Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan

posisi pada waktu bergerak. Keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi,

namun mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang

bmerupakan kehidupan kegiatan normal sehari-hari (Huxham et al., 2001).

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga

pusat gravitasi dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah

kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain misalnya melangkah.

Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen

penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris),

central processing dan efektor (Army, 2012).

Pada saat berdiri dinamis sistem visual berperan dalam berfungsi sebagai

kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

16

gangguan.Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan

posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan

tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input)

proprioseptor pada sendi, tendon dan otot di kulit telapak kaki juga merupakan

hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamik

(Army, 2012).

Sistem saraf pusatberfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata

respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.Selain itu,

efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon

yang telah terprogram di pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi,

kekuatan otot, sikap, serta stamina (Army, 2012).

Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari

tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh.Jumlah ayunan tubuh ketika

berdiri tegak dipengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu

(Nugroho, 2011). Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya

dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke

depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman,

tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi

untuk mencegah kelelahan (Yuliana, 2014).

Keseimbangan dinamis dalam kehidupan sehari – hari merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan secara mutlak karena manusia jarang sekali dalam

keadaan diam yang sempurna tanpa bergerak sama sekali (Setiati, 2006).

2.2.3 Fisiologi Keseimbangan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

17

Keseimbangan tercipta apabila terdapat integritas antara tiga sistem sensorik

(visual, vestibular, dan proprioseptif), sistem saraf pusat sebagai unit pemroses

(central processing), serta sistem neuromuskuloskeletal sebagai efektor melalui

respon motorik untuk merespon perubahan gravitasi, pergerakan linear atau

angular, dan perubahan lingkungan.

Sistem proprioseptif memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan

postural dan memiliki hubungan dengan traktus spinoserebralis posterior dan

anterior.Traktus ini membawa informasi proprioseptif dan postural dari

ekstremitas bawah.Sinyal-sinyal yang dijalarkan dalam traktus spinoserebralis

posterior terutama berasal dari kumparan otot dan sebagian kecil berasal dari

reseptor somatik di seluruh tubuh, seperti organ tendon Golgi, reseptor taktil yang

besar pada kulit, dan reseptor-reseptor sendi. Semua sinyal ini memberitahu

serebelum tentang bagaimana keadaan (1) kontraksi otot, (2) derajat ketegangan

tendon otot, (3) posisi dan kecepatan gerakan bagian tubuh, dan (4) kekuatan kerja

pada permukaan tubuh (Guyton dan Hall, 2008). Traktus ini kemudian naik di

medulla spinalis ipsilateral masuk ke pedunkulus serebelum inferior dan berakhir

di serebelum.Traktus spinoserebralis anterior menerima masukan somatosensorik

dari batang tubuh dan ekstremitas atas, masuk ke radiks dorsalis, traktus tersebut

menyilang dan naik ke serebelum melalui pedunkulus serebelum superior.Traktus

ini membawa informasi proprioseptif dari batang tubuh dan ekstremitas atas dan

sebagian kecil ekstremitas bawah (Barnerdhet al., 2006).

Batang otak juga memiliki sistem dalam mengatur gerakan seluruh tubuh

dan keseimbangan.Sistem keseimbangan postural melibatkan nuklei retikular

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

18

pontin dan nuklei retikular medular. Kedua rangkaian ini berfungsi secara

antagonistik satu sama lain dimana nuklei retikular pontin akan merangsang otot-

otot antigravitasi dan nuklei retikular medular berfungsi untuk merelaksasi otot

yang sama (Guyton dan Hall, 2008).

Nuklei retikular pontin menjalarkan sinyal eksitasi menuju medula melalui

traktus retikulospinal pontin pada kolumna anterior medula spinalis. Serabut-

serabut dari jaras ini berakhir pada neuron-neuron motorik bagian medial dan

anterior yang merangsang otot-otot aksial tubuh yang berfungsi untuk melawan

gravitasi, meliputi: otot-otot kolumna vertebra dan otot-otot ekstensor dari

anggota tubuh. Sebaliknya nuklei retikular medular menjalarkan sinyal inhibitorik

ke neuron-neuron motorik anterior antigravitasi yang sama melalui traktus yang

berbeda, yaitu traktus retikulospinal medula yang terletak pada kolumna lateralis

medula spinalis.Nuklei retikular medular menerima input kolateral yang kuat dari

traktus kortikospinal, traktus rubrospinal, dan jaras motorik lainnya dan secara

normal semua sistem ini mengaktifkan sistem inhibitorik retikular medular untuk

memberikan umpan balik sinyal eksitasi dari sistem retikular pontin, sehingga

dalam keadaan normal, otot-otot tidak tegang secara abnormal (Guyton dan Hall,

2008).

Seluruh nuklei vestibular, fungsinya berkaitan dengan nuklei retikular

pontin untuk mengatur otot-otot antigravitasi.Nuklei vestibular menjalarkan sinyal

eksitasi yang kuat ke otot-otot antigravitasi melalui traktus vestibulospinalis

medialis dan lateralis dalam kolumna anterior medulla spinalis.Peran spesifik

dari nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

19

eksitatorik dari berbagai otot antigravitasi untuk menjaga keseimbangan sebagai

responnya terhadap sinyal dari apparatus vestibular (Guyton dan

Hall,2008).Traktus vestibulospinalis lateralis mendapatkan informasi lewat

macula (utrikulus dan sakulus) dan berperan dalam percepatan linear.Pada waktu

gerakan percepatan linear tersebut terjadi eksitasi neuron motorik ekstensor dan

inhibisi neuron motorik fleksor.Sedangkan traktus vestibulospinalis medial

menjalar ke medulla spinalis servikal dan torakal atas fasikulus longitudinalis

medial.Traktus vestibulospinalis medial terutama berfungsi mengatur refleks

vestibulospinal untuk stabilisasi kepala dan mata, traktus ini menghubungkan

kanalis semisirkularis ke neuron motorik servikalis yang menginervasi otot-otot

leher (Barnerdhet al., 2006).

Jika seseorang berdiri di atas permukaan yang tidak bergerak dengan lapang

visual yang stabil, maka input visual dan somatosensorik mendominasi kontrol

orientasi dan keseimbangan karena mereka merupakan sistem keseimbangan yang

lebih sensitif dari sistem vestibular terhadap perubahan posisi tubuh yang halus.

Sistem somatosensorik khususnya proprioseptif lebih sensitif terhadap perubahan

cepat dari orientasi tubuh, sedangkan sistem visual lebih sensitif terhadap

perubahan posisi yang lebih lambat.Sedangkan bila seseorang berdiri di atas

permukaan yang bergerak atau miring, otot-otot batang tubuh dan ekstremitas

bawah berkontraksi dengan cepat untuk mengembalikan pusat gravitasi tubuh ke

posisi seimbang.Dalam hal ini yang berperan adalah sistem proprioseptif dan

vestibular.Sistem vestibular terutama berperan dalam perubahan posisi yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

20

lambat. Sedangkan perubahan posisi yang cepat terutama dikompensasi oleh

sistem proprioseptif (Barnerdhet al.s, 2006).

2.2.4 Komponen-komponen Pengontrol Keseimbangan

2.2.4.1 Sistem Informasi Sensoris

a. Sistem Visual

Penglihatan merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan

penglihatan berperan dalam mengidentifikasi dan mengatur jarak sesuai dengan

tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal

dari obyek sesuai jarak pandang (Irfan, 2012).Sistem visual juga memberikan

informasi mengenai posisi kepala, penyesuaian kepala untuk mempertahankan

penglihatan, dan mengatur arah serta kecepatan pergerakan kepala karena ketika

kepala bergerak, objek sekitar berpindah dengan arah berlawanan (Colby dan

Kisner, 2007). Masukan reseptor visual berperan penting terutama pada landasan

penunjang yang tidak stabil, misalnya pada saat bertumpu pada tumit, goyangan

anteroposterior pada tubuh akan berkurang pada saat mata terbuka dibandingkan

dengan mata tertutup (Sugiarto, 2005). Gambar anatomi mata disajikan pada

Gambar 2.1.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

21

Gambar 2.1 Sistem Visual

Sumber: anonim, 2009

Sistem visual memegang peranan penting dalam menjaga

keseimbangan.Sekitar dua puluh persen serabut saraf dari mata berinteraksi

dengan sistem vestibular. Gangguan visual yang dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan, di antaranya:

- aneisokonia adalah perbedaan kemampuan magnifikasi atau pembesaran

dan pembentukan bayangan di retina pada mata kanan dan kiri,

- anisometropia adalah keadaan di mana terdapat perbedaan refraksi yang

signifikan antara ke dua mata (perbedaan 10 Dioptri),

- diplopia(double vision) adalah keadaan melihat bayangan ganda akibat

sumbu ke dua mata tidak parallel,

- gangguan fungsi binocular vision, yaitu gangguan dalam mengordinasikan

ke dua mata sebagai satu kesatuan dalam aspek konvergensi dan divergensi

dengan aspek akomodasi,

- sertastrabismus yaitu gangguan aligment mata kanan dan kiri (Sugiarto,

2005).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

22

b. Sistem Vestibular

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi

keseimbangan.Alat ini terbungkus di dalam labirin tulang.Dalam sistem ini

terdapat tabung membran dan ruangan yang disebut labirin membranosa dan

merupakan bagian fungsional dari apparatus vestibular. Labirin membranosa

terdiri atas: koklea (duktus koklearis), tiga kanalis seminiverus, dan ruangan besar

yaitu, utrikulus dan sakulus.Koklea merupakan organ sensorik utama pendengaran

dan tidak berhubungan dengan keseimbangan.Kanalis seminiverusbertanggung

jawab terhadap keseimbangan dinamis, yaitu keseimbangan saat tubuh sedang

bergerak seperti berjalan atau dalam keadaan tidak seimbang (tersandung atau

tergelincir), sedangkan fungsi dari utrikulus dan sakulus sebagai penjaga

keseimbangan statis tubuh, yaitu berperan dalam kontrol postur dan monitoring

kepala (Guyton dan Hall, 2008).Pada permukaan dalam utrikulus dan sakulus

terdapat daerah sensorik kecil yang disebut sebagai makula.Makula pada utrikulus

berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam posisi

tegak, sebaliknya makula pada sakulus memberikan sinyal orientasi kepala saat

seseorang sedang berbaring.Anatomi sistem vestibular dijabarkan pada Gambar

2.2.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

23

Gambar 2.2 Sistem Vestibular

Sumber: Hidayat, 2008

Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh kristal

kalsium karbonat kecil yang disebut statokonia. Dalam makula, juga terdapat

beribu-ribu sel rambut dan akan menonjolkan silia ke dalam lapisan gelatinosa

tersebut. Setiap sel rambut mempunyai 50 sampai 70 silia kecil yang disebut

stereosilia, ditambah satu silium besar yang disebut kinosilium.Perlekatan

filamentosa yang tipis, menghubungkan ujung setiap stereosilium dengan

strereosilum selanjutnya yang lebih panjang dan pada akhirnya ke kinosilium.

Apabila stereosilia melekuk ke arah kinosilium pelekatan filamentosa akan

menarik stereosilia berikutnya ke arah luar badan sel dan mampu menghantarkan

ion positif mengalir ke dalam sel dari cairan endolimfatik di sekelilingnya

sehingga menimbulkan depolarisasi membran reseptor. Sebaliknya, pelekukan

stereosilia ke arah berlawanan (ke belakang kinosilium) akan menurunkan

tegangan pada pelekatan dan keadaan ini mampu menutup saluran ion dan

terjadilah hiperpolarisasi reseptor.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

24

Pada setiap makula, setiap sel rambut diarahkan ke berbagai jurusan

sehingga beberapa dari sel rambut dapat terangsang ketika kepala menunduk ke

depan, dan yang lainnya terangsang ketika kepala menengadah ke belakang atau

ketika membelok ke salah satu sisi. Pola inilah yang nantinya memberitahukan

kepada otak posisi kepala dalam ruangan, seperti yang dijabarkan pada

Gambar2.3.

Gambar 2.3 Sel rambut dari alat keseimbangan

Sumber: Yuliana, 2014

Setiap apparatus vestibularis terdapat tiga buah kanalis semisirkularis

dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral (horizontal)

yang tersusun tegak lurus satu sama lain, sehingga kanalis ini terdapat dalam tiga

bidang. Sel-sel rambut akan menjalarkan sinyal yang sesuai ke nervus vestibularis

untuk memberitahukan sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran kepala

dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan. Dengan kata lain,

mekanisme kanalis semisirkularis dapat meramalkan akan terjadinya

ketidakseimbangan, sehingga menyebabkan pusat keseimbangan mengadakan

tindakan pencegahan antisipasi yang sesuai. Dengan cara ini, orang tidak akan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

25

jatuh secara tak terduga sama sekali, karena sebelum terjadinya

ketidakseimbangan orang itu mulai mengadakan koreksi keadaan tubuhnya

(Guyton dan Hall, 2008). Mekanisme kerja sistem vestibular terhadap

keseimbangan dijabarkan pada bagan Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Mekanisme kerja sistem vestibular terhadap keseimbangan

Sumber: Sugiarto, 2005

c. Sistem Somatosensorik

Somatosensorik adalah perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang

berasal dari somatopleura yaitu kulit, otot, tulang, dan jaringan

pengikatnya.Somatosensorik tediri dari perasaan dangkal (perasa eksteroseptif),

perasa dalam (perasa proprioseptif), dan perasa luhur.Somatosensorik

Sistem Vestibuler

Reseptor

Utrikulus dan Sakulus

Fungsi Statik

Kontrol Postur

Kanalis Semisirkularis

Fungsi Dinamik

Monitoring

posisi kepala Kontrol

reflek dari

gerakan mata

Mengarahk

an gerakan

kepala

Informasi diteruskan ke:

Serebelum

N. VII

Batang Otak

Otot Ekstra Okuler

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

26

eksteroseptif sederhana meliputi rasa nyeri, rasa suhu, dan rasa

raba.Somatosensorik proprioseptif terdiri dari rasa nyeri dalam, rasa getar, rasa

tekan, rasa gerak, dan rasa sikap. Somatosensorik luhur adalah perasaan yang

mempunyai sifat diskriminatif dan tiga dimensional, misalnya dengan meraba,

menekan, dan merasakan suhu suatu benda dengan mata tertutup, dapat

menentukan benda apa yang dipegang, dari bahan apa benda itu dibuat, dan

sebagainya. Susunan somatosensorik adalah perantara untuk menyadari dan

merasakan rangsang dari dunia luar.Dari susunan saraf perifer, rangsangan

diteruskan melalui neuron-neuron ke susunan saraf pusat yang mengolah impuls,

sehingga dapat menghasilkan suatu perasaan.Impuls tersebut dinamakan impuls

aferen.Ada dua jenis susunan saraf yang digunakan untuk mengalirkan impuls

aferen tersebut, yaitu susunan eksteroseptif dan susunan proprioseptif (Sugiarto,

2005).

Susunan proprioseptif adalah susunan saraf yang menghantarkan impuls

rasa tekan, rasa gerak, rasa sikap, rasa getar, rasa nyeri dalam, dan rasa

diskriminatif. Sel neuron sistem proprioseptif mempunyai neurit dan dendrit yang

hampir sama panjangnya. Informasi proprioseptif disalurkan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif

menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui

lemniskus medialis dan thalamus(Willis, 2007).Macam-macam reseptor dalam

sistem proprioseptif yaitu: korpus vaterpacini untuk rasa tekan, letaknya di bagian

bawah kulit dan jaringan ikat, organ golgi di dalam tendon dan selaput sendi,

muscle spindle ada dalam otot berfungsi sebagai stretch reseptor, piring Golgi-

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

27

Massoni ada dalam kulit untuk menangkap rasa tekan halus (Sugiarto, 2005).

Pengaturan serebral dan sereberal terhadap gerakan voluntar yang melalui sistem

somatosensorik dijabarkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pengaturan Serebral dan Sereberal Terhadap Gerakan Voluntar

Sumber: Guyton dan Hall, 2008

2.2.4.2Central Processing

Central processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan

alligment gravitasi pada tubuh serta mengorganisasikan respon sensorimotor yang

dibutuhkan oleh tubuh. Respon motorik yang dihasilkan oleh sistem saraf

pusatberguna untukmenjaga postur tubuh agar tetap seimbang. Sistem saraf pusat

menerima input sensorik, menginterpretasikan dan mengintegrasikan kemudian

menghubungkan pada sistem neuromuskular untuk memberikan output motorik

yang korektif sehingga mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

28

dalam keadaan diam (statis) ataupun keadaan bergerak (dinamis). Komponen

sistem saraf pusat yang terlibat dalam proses kontrol postural yaitu:corteks,

thalamus,basal ganglia, nuckelus vestibular, dan cerebellum (Suadnyana, 2013).

2.2.4.3 Efektor

a. Respon otot-otot postural yang sinergis

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari

aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun

bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur

keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan (Irfan, 2012).

Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan

jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari

perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.Kerja otot yang

sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu

otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.Gerak

dengan pola normal berasal dari adanya perencanaan gerak yang

diimplementasikan dalam bentuk aktivasi otot dengan kekuatan dan kecepatan

yang sesuai (Irfan, 2012).

b. Kekuatan otot

Kekuatan otot diperlukan saat melakukan aktivitas.Semua gerakan yang

dihasilkan merupakan hasil dari adanya suatu peningkatan tegangan otot sebagai

respon motorik.Kekuatan otot dapat dijabarkan sebagai kemampuan otot menahan

beban baik berupa beban internal (internal force) maupun beban eksternal

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

29

(external force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler

yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk melakukan

kontraksi, sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin

besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Irfan, 2012).

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara berkelanjutan mempengaruhi

posisi tubuh. Kemampuan otot untuk melakukan reaksi tegak dan stabil

merupakan bentuk dari aktivitas otot untuk menjaga keseimbangan baik saat statis

maupun dinamis.Hal tersebut dapat dilakukan apabila otot memiliki kekuatan

dengan besaran tertentu (Irfan, 2012).

c. Range of Motion

Range of motion merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan

oleh sendi.ROM juga merupakan ruang gerak suatu kontraksi otot dalam

melakukan gerakan, apakah otot tersebut memendek atau memanjang secara

penuh atau tidak sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan.ROM menentukan

kemampuan sendi dalam membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan

terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi, serta

keterjangkauan lingkup gerak sendi untuk memenuhi kebutuhan gerak yang

memungkinkan untuk seimbang (Suadnyana, 2013).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

30

Gambar 2.6 Bagan Fisiologi Keseimbangan

Sumber: Barnedh, 2006

2.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

2.2.5.1Pusat gravitasi (Centre of Gravity-COG)

Pusat gravitasi merupakan titik utama pada tubuh yang mendistribusikan

massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh

dalam keadaan seimbang.Gangguan keseimbangan dapat terjadi karena adanya

perubahan postur sebagai akibat dari perubahan titik pusat gravitasi.Pada manusia,

pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi

manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang di antara depan dan

belakang vertebra sakrum ke dua. Kemampuan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan dalam berbagai bentuk posisi tubuh sangat dipengaruhi oleh

kemampuan tubuh menjaga centre of gravity untuk tetap dalam area batas

Talamus

Korteks

Nukleus

Vestibularis

Organ

Vestibuler Visual

Serebelum

Spinoserebralis

Proprioseptif

Nukleus

Rubra

Rubrospinal

Vestibul

ospinal

Retikulo

spinal

Kornu anterior

Neuromuskular

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

31

stabilitas tubuh (stability limit). Stability limitadalah batas dari luas area di mana

tubuh mampu menjaga keseimbangan tanpa adanya perubahan tumpuan (Irfan,

2012). Pusat gravitasi tubuh dijabarkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Centre of Gravity

Sumber : Irfan, 2012

2.2.5.2Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi adalah garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat

gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi

dengan bidang tumpu akan menentukan derajat stabilitas tubuh. Garis gravitasi

pada seseorang yang sedang berdiri berjalan mulai dari prosesus mastoideus pada

tulang temporal, bagian anterior sakral ke-dua, bagian posterior dari hip, dan

anterior knee dan ankle,seperti yang dijabarkan pada Gambar 2.8 (Irfan, 2012).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

32

Gambar 2.8 Line of Gravity

Sumber : Irfan, 2012

2.2.5.3Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu adalah bagian dari tubuh yang berhubungan dengan

permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada pada bidang tumpu, tubuh

dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang

tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri

dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.Base of

Support pada gerak manusia akan memberikan reaksi pada pola gerak individu.

Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin

tinggi (Wen Chang, 2009). Bidang tumpu dijabarkan melalui Gambar 2.9.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

33

Gambar 2.9 Base of Support

Sumber: Irfan, 2012

2.2.6 Penyusun Keseimbangan Postural

Kontrol postural tidaklah dianggap sebagai salah satu sistematauset dalam

meluruskan dan mencapai keseimbangan refleks. Sebaliknya, kontrol postural

dianggap sebagaiketerampilan motorik yang kompleks berasal dariinteraksi antara

berbagai proses sensorimotor. Terdapat dua tujuan utama dalam kontrol postural

yaitu: orientasi postural dan keseimbangan postural. Orientasi postural

dipengaruhi oleh kontrol aktif alignment tubuh terhadap gravitasi, landasan

penyangga, sistem visual, dan informasi internal.Orientasi spasial pada kontrol

postural bergantung pada interpretasi sistem visual, vestibular, dan

somatosensoris.Keseimbangan postural dipengaruhi oleh koordinasi sensorimotor

untuk menstabilkan center of mass dan penjalaran eksternal pada stabilitas

postural.

Horak (2006) menyimpulkan terdapat 6 komponen dasar penyusun sistem

kontrol postural,seperti terlihat pada Gambar 2.10.Penurunan kemampuan pada

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

34

salah satu komponen dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan dan

meningkatkan kejadian jatuh pada lansia.

Gambar 2.10 Penyusun Keseimbangan Postural

Sumber: Horak, 2006

2.2.6.1 Kendala Biomekanik (Biomechanical Constraints)

Komponen kendala biomekanik yang terpenting dalam keseimbangan

adalah ukuran dan kualitas dari bidang tumpu (base of support) yaitu kaki.

Keterbatasan pada ukuran, kekuatan, lingkup gerak, nyeri, atau kontrol dari kaki

akan mempengaruhi keseimbangan (Tinettiet all., 1994). Pada posisi berdiri,

terdapat area seperti kerucut (limit of stability) yang menjelaskan kemampuan

seseorang dalam menggerakkan pusat gravitasi tubuh dan mengontrol

keseimbangan tanpa merubah bidang tumpu, (McCollum dan Leen, 1989) seperti

terlihat pada Gambar 2.11.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

35

Gambar 2.11 Normal dan Abnormal Limits of Stability

Sumber: Horak, 2006

Pada gambar A menunjukkan lansia pria sehat yang berusaha

menggerakkan pusat gravitasi tubuh ke arah depan tanpa melewati batas stabilitas,

sedangkan gambar B menunjukkan lansia wanita dengan gangguan multisensoris

yang berusaha menggerakkan pusat gravitasi tubuh ke arah depan tanpa melewati

batas stabilitas. Gambar C menunjukkan lansia wanita dengan gangguan

multisensoris yang berusaha menggerakkan pusat gravitasi tubuh ke belakang,

tetapi secara tiba-tiba mengambil langkah untuk melebarkan bidang tumpu.

Secara singkat, batas stabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan

pusat gravitasi sejauh mungkin pada arah anteroposterior atau mediolateral tanpa

memindahkan bidang tumpu (Sibley et all.,2015).

Sistem saraf pusat mengatur keadaan internal pada batas stabilitas kerucut

dengan mengatur seberapa besar gerakan yang diperlukan dalam mengontrol

keseimbangan.Pada sebagian besar lansia dengan defisit keseimbangan, stabilitas

kerucut ini sangatlah kecil atau representasi sistem saraf pusat terhadap stabilitas

kerucut mengalami penurunan (Duncan at all., 1990).

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

36

2.2.6.2 Strategi Gerakan (Movement Strategies)

Sistem saraf pusat memiliki 3 sistem untuk menjaga keseimbangan setelah

tubuh mengalami perturbasi/gangguan, di antaranya: refleks regang, respon

postural otomatis, dan respon volunter. Respon postural otomatis berhubungan

dengan long loop reflexes yang biasanya terjadi sekitar 100-120 msec pada orang

dewasa normal. Respon postural otomatis diinformasikan melalui situasi feedback

dan feedforward.Feedforward mendeskripsikan mengenai pengaturan sistem saraf

pusat dalam mengatur respon postural saat mengantisipasi suatu perubahan posisi

tertentu.Sebagai contoh pada gerakan menangkap bola. Gerakan menangkap bola

merupakan gerakan yang disadari atas perubahan pusat gravitasinya, tetapi respon

postural otomatis setidaknya akan memprediksi keadaan ini dengan

mengantisipasi gerakan volunteer dalam rangka menstabilisasi pusat gravitasi

tubuh sehingga perubahan sikap atau gerakan terhadap stimulus yang diberikan

akan menjadi akurat. Sementara, feedback berhubungan dengan situasi dimana

tubuh mendapatkan gaya eksternal, seperti: tergelincir atau terdorong. Maka,

pusat gravitasi tubuh berubah dan sistem saraf pusat berperan dalam mengatur

respon postural untuk menyesuaikan pusat gravitasi tubuh terhadap bidang

tumpu.Respon yang diberikan dapat berupa respon protektif atau respon korektif

(Guccione, 2001).

Penelitian dalam bidang respon postural otomatis berfokus pada respon

neurofisiologi pada perturbasi postural dalam paradigma feedback.Bentuk gerakan

yang biasanya digunakan dalam menyusun perturbasi misalnya ketika pasien

berdiri secara normal. Variabel primer yang dites yaitu latency (waktu dalam

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

37

melakukan respon otot) dan sequence (ketepatan gerakan respon otot). Nashner

menjelaskan mengenai 3 strategi gerakan sebagai respon normal dalam

mengantisipasi perturbasi postural yang tidak diinginkan. (1). Ankle Strategy

digunakan pada perubahan bidang tumpu yang cukup kecil. Pada strategi ini,

aktivasi otot dilakukan dari distal ke proksimal yaitu mengaktivasi otot-otot

bagian ekstremitas bawah. Misalnya, saat tubuh mengalami kehilangan

keseimbangan ke arah belakang, maka otot yang akan diaktivasi pertama kali

yaitu m. tibialis anterior (100 msec) yang diikuti oleh m. quadriceps dan m.

abdominal. Sebaliknya, apabila tubuh kehilangan keseimbangan ke arah depan

maka otot yang akan diaktivasi yaitu: m. gastrocnemius, m. hamstring, dan m.

paraspinal. (2). Hip Strategy terjadi ketika perturbasi besar atau pusat gravitasi

tubuh mendekati limit of stability (batas stabilitas) akibat bidang tumpu yang tidak

stabil. Tujuan dari strategi ini yaitu mempertahankan pusat gravitasi tubuh

terhadap bidang tumpu dengan mengaktivasi tubuh bagian proksimal ke distal.

Pada forward swayakan mengaktivasi m. abdominal dan m. quadriceps,

sedangkan backward sway akan mengaktivasi m. paraspinal dan m. harmstring.

(3). Stepping strategy terjadi saat perturbasi dalam jumlah yang sangat besar yaitu

pusat gravitasi tubuh melebihi batas stabilitas. Strategi ini digunakan untuk

memperbesar bidang tumpu sehingga dapat mempertahankan keseimbangan

(Nashner et all., 1979).

2.2.6.3 Strategi Sensoris (Sensory Strategies)

Informasi sensoris dari somatosensori, visual, dan vestibular, harus

diintegrasikan untuk menginterpretasi keadaan lingkungan.Dalam lingkungan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

38

yang cukup terang dengan basis yang kuat dari dukungan, orang sehat

mengandalkan informasi somatosensori (70%), visual (10%), dan vestibular

(20%).Namun, ketika seseorang berdiri di atas permukaan yang tidak stabil,

merekameningkatkan bobot sensorik untuk vestibulardan informasi visual mereka

serta mengurangi ketergantungan masukan somatosensori untuk orientasi postural

(Peterka, 2002).

Kemampuan untuk meningkatkan informasi bobot sensorik (re-weight

sensory) bergantung pada seberapa penting konteks sensori dalam menjaga

stabilitas ketika seorang individu bergerak dari satu konteks sensori ke yang

lainnya. Seorang individu dengan gangguan defisit periperal pada sistem

vestibular atau somatosensori (neuropati) akan mengalami keterbatasan dalam

kemampuan untuk meningkatkan informasi bobot sensorik dan memiliki peluang

jatuh lebih tinggi (Horak, 2006).

2.2.6.4 Orientasi dalam Ruang (Orientation in Space)

Kemampuan untuk mengarahkan bagian-bagian tubuh sehubungan dengan

gravitasi, bidang tumpu, sistem visual dan referensi internal adalah komponen

penting dari kontrol postural. Sistem saraf yang sehat secara otomatis mengubah

cara tubuh berorientasi pada ruang, tergantung pada konteks dan tugas. Orang

yang sehat dapat mengidentifikasigravitasi vertikal dalam gelap untuk jarak

0,5°.Penelitian telah menunjukkan bahwa persepsi vertikal atautegak, mungkin

memiliki beberaparepresentasi saraf (Karnath et al, 2000). Persepsi vertikal visual

atau kemampuan untuk menyelaraskan garis ke gravitasi vertikal dalam gelap,

tidak tergantung pada persepsi postural (atau proprioseptif) vertikal; misalnya

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

39

kemampuan untuk menyelaraskan tubuh dalam ruang tanpa visual.

Ketiadakakuratan referensi internal pada vertikalitas akan menghasilkan

keselarasan (alignment) postural otomatis yang tidak selaras dengan gravitasi dan

membuat seseorang tidak stabil (Bisdorff et al., 1996).

2.2.6.5 Kontrol Dinamik (Control of Dynamics)

Mengontrol keseimbangan selama berjalan dan ketika berpindah dari satu

postur ke lainnya memerlukan kontrol yang kompleks dari pusat gravitasi tubuh.

Tidak seperti dalam posisi tegak, pusat gravitasi tubuh tidak dalam basis

dukungan kaki ketika berjalan atau berubah dari satu postur ke yang lain (Winter

et al., 1993). Stabilitas postural ke arah depan selama berjalan datang dari ayunan

ekstremitas di bawah jatuhnya pusat gravitasi. Namun, stabilitas lateral berasal

dari kombinasi kontrol tubuh bagian lateral dan peletakan kaki bagian lateral

(Bauby dan Kuo, 2000). Seorang lansia yang rentan terhadap jatuh cenderung

memiliki penempatan lateral yang lebih besar dari pusat gravitasi tubuh serta

penempatan kaki secara lateral dan tidak teratur (Prince et al., 1997).

2.2.6.6 Proses Kognitif (Cognitive Processing)

Banyak sumber daya kognitif yang diperlukan dalam kontrol postural.

Bahkan berdiri diam-diam membutuhkan proses kognitif, seperti dapatdilihat oleh

peningkatan waktu reaksi pada orang berdiridibandingkan dengan mereka yang

duduk dengan dukungan.Semakin sulit tugas postural, semakin

pengolahankognitif diperlukan. Dengan demikian, waktu reaksi dan kinerja dalam

tugas kognitif menurunkan kesulitan saat tugas postural meningkat (Teasdale dan

Simoneau, 2001). Karena kontrol postur dansumber lain berbagi proses kognitif,

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

40

kinerja tugas postural juga terganggu oleh tugas kognitif sekunder (Camicioli et

al, 1997). Individu yang memiliki pengolahan kognitif yang terbataskarena

gangguan neurologis dapat menggunakan lebih dariproses kognitif yang tersedia

untuk mengendalikan postur. Jatuh merupakan hasil dari proses kognitif yang

tidakcukup untuk mengontrolpostur sementara sibuk dengan tugas kognitif

sekunder lainnya (Horak, 2006).

2.2.7 Resiko Jatuh Pada Lansia

Gangguan keseimbangan akan mengakibatkan resiko jatuh pada lansia

(Siburian, 2006). Jatuh merupakan maslah fisik yang sering dialami oleh lansia

akibat proses penuaan (Pudjastutiet al., 2003). Jatuh dapat mengakibatkan nyeri,

terkilir, patah tulang, kelumpuhan, bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa

takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia membatasi aktivitasnya

sehari-hari yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup (quality of life) pada

lansia yang menglaminya. Penurunan kekuatan otot ektrimitas bawah dapat

mengakibatkan kelambanan gerak, langkah pendek, kaki tidak dapat menapak

dengan kuat dan lebih gampang goyah, sudah atau terlambat mengantisipasi bila

terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat

meningkatkan resiko jatuh pada lansia (Darmojo dan Matono, 2009).

2.3 Latihan Jalan Tandem

2.3.1 Definisi Jalan Tandem

Berdasarkan sejarah jalan Tandemditemukan oleh ahli neurologis Jerman

bernama Morist Heinrich Romberg (1795-1873). Latihan jalan Tandemmerupakan

suatu tes dan juga latihan yang dilakukan dengan cara berjalan menentukan garis

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

41

lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3meter

(Batson, 2009). Latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan postural bagian

lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada lanjut usia. Latihan ini

bertujuan untuk melatih sistem proprioseptifyaitu untuk melatih sikap atau posisi

tubuh. Merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam

mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan dengan bantuan

kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut hingga

ankle. (Batson, 2009)

Menurut Batson (2009) latihan jalan Tandemada dua bentuk latihan yaitu

latihan jalan Tandemmaju dan latihan jalan Tandemmundur. Latihan Jalan

Tandembiasanya digunakan untuk tes koordinasi atau biasanya dilakukan pada tes

neurologis. Hal ini berdasarkan beberapa penelitian bahwa setidaknya

membutuhkan dua atau tiga indra dalam menjaga keseimbangan berdiri dan

berjalan yaitu proprioseptif, vestibular, dan visual. Menjaga keseimbangan dalam

posisi dinamis bergantung pada sensory pathways yang dilakukan noleh

corticospinal (pyramidal) tract dan medial lateral vestibular tract. Sensori motor

integration centre yang dilakukan oleh cerebellum dan dorsal collum medial

lemniskus tract (Nasution, 2015).

Analisa latihan jalan Tandemdilihat dari gerakan kaki dan dimana

letak tekanan pada area telapak kaki dan cara bergerak maju. Dalam gangguan

cerebellar ata kelemahan vestibulardapat menghasilkan gerakan condong ke sisi

yang terkena. Gerakan-gerakan korektif kecil merupakan hal yang normal, itu

menunjukkan bahwa seseorang dapat merasakan input proprioseptifyang diterima.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

42

Gerakan yang bergoyang juga menunjukkan kesaddaran kedudukannya dalam

suatu tempat (Batson, 2009)

Keuntungan latihan jalan Tandemadalah salah satu dari latihan balance exercise

yang dapat melatih sikap tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan

garakan tubuh serta meningkatkan kekuatan otot ektrimitas inferior. Sedangkan

kekurangan latihan jalan Tandemadalah gangguan cerebellar atau kelemahan

vestibular dapat menghasilkan penyimpanan berjalan ke sisi yang lemah. Individu

dengan gangguan vestibular atau atau kronis biasanya gagal tes atau latihan ini

(Nasution, 2015).

Latihan jalan Tandemmaju sangat spesifik dan sering non localizing.

Kebanyakan ahli kesehatan merasa bahwa jatuh ke salah satu sisi tidak selalu

menunjukkan ke sisi lesi. Beberapa individu yang sehat mungkin mengalami

kesulitan dalam melakukan latihan jalan Tandem, sehingga untuk menentukan

adanya gangguan vestibular dibutuhkan tes tambahan yang lebih spesifik

misalnya Time Up Go Test (TUGT) dan lain-lain(Batson, 2009).

2.3.2 Tujuan Latihan Jalan Tandem

Latihan jalan Tandemmerupakan salah satu latihan yang bertujuan melatih

sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan

gerakan tubuh. Latihan jalan Tandemdigunakan pula untuk melatih parameter

yang terkait dengan keseimbangan individu, kontrol mutlak atas mobilitas dan

ketetapan mobilitas (Batson, 2009).

Latihan jalan Tandem juga digunakan sebagai tes untuk menentukan

kemampuan dari individu untuk mengkoordinasikan gerakan motoriknya.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

43

Individu dengan masalah koordinasi gerak motoriknya tidak akan lulus dalam

tes ini. Dosis yang di anjurkan untuk dapat menghasilkan keseimbangan yang

adekuat adalah 4 minggu(Batson, 2009).

2.3.3 Teknik Pelaksanaan Latihan Jalan Tandem

Teknik pelaksanaan Latihan Jalan Tandemmenurut Batson(2009),yaitu:

a. Subyek berdiri tegak dan nyaman dengan kedua kaki

b. Pandangan subyek mengarah ke kaki

c. Latihan dimulai subyek diminta untuk berjalan maju pada jalur (satu

garis lurus) dengan menempatkan kaki kanan menyentuh tumit kaki

kiri dan berjalan sejauh 3 meter.

d. Lakukan sebanyak 10 kali bolak-balik kemuadian istirahat.

2.3.4 Mekanisme Latihan Jalan TandemMeningkatkan

Keseimbangan Dinamis Pada Lansia

Pada Latihan Jalan Tandem propriorseptifakan menginformasikan presisi

gerak dan reflek muscular yang berkontribusi pada pembentukan stabilitas

dinamis pada sendi. Tujuan latihan proprioseptif adalah untuk dapat melatih

kembali jaras afferent untuk mengembangkan sensasi gerakan sendi dan

aktivasi motorik pada sistem saraf pusat. Latihan proprioseptifsangat penting

untuk dilakukan karena umpan balik proprioseptif akan meningkatkan dan

mempertahankan stabilitas fungsional sendi (Batson, 2009).

Latihan proprioseptifharus memakai teknik yang membangkitkan aktivasi

otot pronator dan supinator kaki dalam melatih koordinasi, proprioseptif dan

otot stabilisator pergelangan kaki. Aktivasi ko-kontraksi ini diupayakan terjadi

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

44

secara semi otomatis, karena sejatinya aktivitas stablitasi merupakan sistem

yang berlangsung pada central pattern generator (CPG). Pada perkembangan

manusia fungsi CPG yang benar menjadi bergantung pada integrasi saraf yang

lebih tinggi, yaitu pada sistem saraf pusat, pada cortex cerebral. Aktivasi otot

sekuensi temporal melibatkan CPG spinal dan integrasi sirkuit neural dengan

input pusat otak yang lebih tinggi. Untuk mencapai gerakan semi otomatis

yang dimaksud maka latihan proprioseptifjuga melibatkan gerakan yang

lambat dalam setiap perpindahan gerak dan posisi untuk memberikan

kesempatan pada nuclei subcortal dan basal ganglia untuk menganalisa posisi

yang mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang diharapakan.

Latihan inilah yang kemudian akan diadaptasi pada CPG sebagai stabilitas

fungsional yang baru (Batson, 2009).

Latihan proprioseptifini bermanfaat meningkatkan keseimbangan pada

lansia dikarenakan menunrunnya fungsi motorik pada sistem saraf pusat,

sehingga dengan aktivasi motorik tersebut meningkatkan respon proprioseptif

yang dapat meningkatkan stabilitas sendi dan meningkatkan keseimbangan

pada lansia. Latihan proprioseptif yang hanya menghasilkan neural adaptasi

dapat melatih selama 4 minggu, namun proprioseptif yang adekuat

menghasilkan dengan latihan yang dilakukan selama 4 minggu, karena pada

waktu tersebut telah terjadi adaptasi neural dan adaptasi seraut otot.

Keseimbangan yang adekuat dicapai ketika proprioseptifyang didukung oleh

rekruitmen motor unit yang meningkatkan dan adanya hipertropi (adapatasi

sarabut otot) yang membantu dalam stabilitas sendi dan kekuatan otot dengan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

45

dosis yang dianjurkan untuk dapat menghasilkan keseimbangan yang adekuat

adalah 4 minggu (Batson, 2009).

2.4 Latihan One Legged Stence

2.4.1 Definisi Latihan One Legged Stence

Latihan One Legged stance merupakan suatu tes dan latihan yang dapat

meningkatkan stabilitasi pada ankle, area panggul maupun trunk dan juga untuk

meningkatkan postural kontrol sehingga keseimbangan dinamis akan lebih mudah

tercapai. (Widayanto, 2015).

One Legged Stance dilakukan dengan menggunakan kemampuan berdiri

dan menumpu dengan satu tungkai atau berdiri dengan beban tubuh yang

disangga oleh salah satu tungkai saja. Kemampuan ini memerlukan aktivasi otot

yang optimal pada sisi tubuh yang digunakan sebagai tumpuan dengan

kemampuan berdiri dan menumpu satu tungkai yang optimal akan sangat

mendukung kemampuan keseimbangan dinamisnya. Latihan ini dilakukan dengan

mengangkat salah satu kakinya membentuk sudut 900

(fleksi knee 900) satu kaki

yang menumpu sejajar atau datar dengan lantai atau permukaan yang datar. Mata

pasien terbuka dan pandangan lurus ke depan, dengan 45 detik sebanyak 3kali

pengulangan latihan dengan tangan menyentuh tembok (Younget al., 2012).

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

46

2.4.2 Tujuan Latihan One Legged Stence

Latihan ini merupakan salah satu latihan yang bertujuan melatih sikap atau

posisi pertahanan tubuh sehingga dapat mengontrol keseimbangan, dan gerakan

tubuh pada keseimbangan dinamis individu, serta kontrol mobilitas dan ketetapan

mobilitas pada tubuh (Widayanto, 2015).

Latihan ini juga memerlukan aktivasi otot yang optimal pada sisi tubuh

yang digunakan sebagai tumpuan dengan kemampuan pertahanan saat berdiri

dengan satu tungkai secara bergantian yang bertujuan untuk melatih kemampuan

keseimbangan dinamis pada tubuh menjadi meningkat dan lebih optimal

(Widayanto, 2015).

2.4.3 Teknik Pelaksanaan Latihan One Legged Stence

Teknik pelaksanaan latihan one legged stance :

a. Pasien berdiri tegak dan nyaman dengan kedua kaki.

b. Tangan Pasien mengarah dan menyentuh tembok tepat pada arah

depan tubuhnya.

c. Pandangan lurus ke depan.

d. Tes dimulai dengan menginstrusikan pasien untuk berdiri tegak dengan

satu kaki, dalam artian pasien mengangkat salah satu kakinya

membentuk sudut 900

(fleksi knee 900) satu kaki yang menumpu

sejajar atau datar dengan lantai atau permukaan keras yang datar. Mata

pasien terbuka dan pandangan lurus ke depan.

e. Pasien Hitung waktu kemampuan berdiri pasien dengan menggunakan

stopwatch dan catat.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

47

f.Ulangi latihan sebanyak 3 kali dan 45 detik.

g. Latihan selesai jika tangan bergerak menyentuh suatu benda yang

digunakan untuk menopang, kaki yang menumpu bergerak, dan kaki

yang diangkat menyentuh lantai (Laksono, 2013).

2.4.4 Mekanisme Latihan One Legged Stence terhadap

Keseimbangan Dinamis Pada Lansia

Kemampuan optimal pada weight sifting mutlak diperlukan dalam

menjaga fungsi keseimbangan dinamis kemampuan active weight shifting dapat

dibentuk dengan beberapa latihan yang dimulai pada posisi berdiri yang dapat

ditingkatkan dengan one legged stance exercise (Widayanto, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cromwell et al.,(2006), dengan

judul Tae Kwon Do : An Effective Exercise For Improving Balance and Walking

Ability Older Adults, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa latihan

proprioseptifdengan walking Exercise / Standing Exercise mampu meningkatkan

keseimbangan pada Lansia. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Widayanto, (2015), dengan judul “Penambahan Activeone Leg Standing

Exercisepada Active Strengthening Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan

Dynamic Balance Pasien Pasca Stroke”, penelitian tersebut menyimpulan bahwa

latihan one leg stance/single leg stance merupakan latihan yang dapat

meningkatkan stabilitasi pada ankle, area panggul maupun trunk dan juga untuk

meningkatkan postural kontrol sehingga keseimbangan dinamis akan lebih mudah

tercapai.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

48

One Legged Stance dilakukan dengan menggunakan kemampuan berdiri

dan menumpu dengan satu tungkai atau berdiri dengan beban tubuh yang

disangga oleh salah satu tungkai saja. Kemampuan ini memerlukan aktivasi otot

yang optimal pada sisi tubuh yang digunakan sebagai tumpuan dengan

kemampuan berdiri dan menumpu satu tungkai yang optimal akan sangat

mendukung kemampuan keseimbangan dinamisnya. Latihan ini dilakukan dengan

mengangkat salah satu kakinya membentuk sudut 900

(fleksi knee 900) satu kaki

yang menumpu sejajar atau datar dengan lantai atau permukaan yang datar. Mata

pasien terbuka dan pandangan lurus ke depan, dengan 45 detik sebanyak 3kali

pengulangan latihan dengan tangan menyentuh tembok (Young et al., 2012).

Tujuan latihan ini yaitu melatih sikap atau posisi pertahanan tubuh

sehingga dapat mengontrol keseimbangan, dan gerakan tubuh pada keseimbangan

dinamis individu, serta kontrol mobilitas dan ketetapan mobilitas pada tubuh.

Latihan ini juga memerlukan aktivasi otot yang optimal pada sisi tubuh yang

digunakan sebagai tumpuan dengan kemampuan pertahanan saat berdiri dengan

satu tungkai secara bergantian yang bertujuan untuk melatih kemampuan

keseimbangan dinamis pada tubuh menjadi meningkat dan lebih optimal.

Kemampuan optimal pada weight sifting mutlak diperlukan dalam menjaga fungsi

keseimbangan dinamis kemampuan active weight shifting dapat dibentuk dengan

beberapa latihan yang dimulai pada posisi berdiri yang dapat ditingkatkan dengan

one legged stance exercise (Widayanto, 2015).

Dengan one legged stance exercise maka akan berpengaruh pada beberapa

hal yaitu, meningkatnya kemampuan actipatory exercise adjustments pada trunk

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

49

di sisi tubuh yang digunakan sebagai tumpuan, sebagai aktivasi otot-otot tungkai

yang di gunakan untuk menumpu, meningkatnya kemampuan sistem

somatosensoris dalam menyampaikan informasi ke sistem saraf pusat, dan

meningkatnya kemampuan pada otot-otot pada ankle dan kontrol gerakan saat

digunakan untuk menumpu (Raineet al., 2009).

2.5 Time Up and Go Test(TUGT) Sebagai Tes Pengukuran Keseimbangan

Dinamis

2.5.1 Definisi

Pengukuran keseimbangan menggunakan Times Up Go Test

(TUGT)merupakan suatu tes yang dapat digunakan pada lansia untuk mengukur

kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan gangguan

keseimbangan.

2.5.2 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pengukuran keseimbangan dinamis dengan menggunakan times

up go test (TUGT).

1) Peneliti menyiapkan kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch,

dinding.

2) Waktu tes 10 detik - 3 menit.

Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada

penyangga lengan kursi. Pasien mengenakan alas kaki yang biasa dipakai. Pada

saat fisioterapis memberi aba-aba “mulai” pasien berdiri dari kursi, boleh

menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika pasien menghendaki. Pasien

terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jarak 3 meter menuju ke

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

50

dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali

menuju kursi. Sesampainya di depan kursi pasien berbalik dan duduk kembali

bersandar. Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga pasien duduk bersandar

kembali. (Shumwayet al., 2000).

Pasien tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch

mulai menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti menghitung saat

subyekkembali pada posisi awal atau duduk, apabila kurang dari 10 detik, maka

subjek dikatakan normal dan apabila kurang dari 20 detik, maka dapat dikatakan

baik. Subjek dapat berjalan sendiri tanpa membutuhkan bantuan, namun apabila

lebih dari 30 detik, maka subjek dikatakan memiliki problem dalam berjalan dan

membutuhkan bantuan saat berjalan.Subjek yang memcapai waktu tempuh lebih

dari 40 detik harus mendapatkan pengawasan yang optimal karena sangat beresiko

untuk jatuh (Shumwayet al., 2000). Nilai normal pada lansia sehat umur 75 tahun,

rata-rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo dan

Richanson, 1991).

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi II .pdf · terjadinya fraktur ... percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan.Penurunan kekuatan otot pelvis ... pusat gravitasi

51

Tabel 2.1.

Pengukuran Keseimbangan Dinamis dengan Times Up and Go Test (TUGT)

Sumber: (Shumwayet al., 2000)

No. Waktu Interpretasi

1. < 10 detik Normal

2. < 20 detik Baik

3. > 30 detik Problem dalam berjalan

4. > 40 detik Berisiko jatuh