12
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu berawal dari tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan peserta didik dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

A.Pengertian

Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan

prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema

sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam

memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

telah dikuasainya.

Pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu berawal dari tema yang telah

dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran

tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai pemersatu

berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan

keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan peserta didik

dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran yang bertujuan

mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak

tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

9

Proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang

sederajat menggunakan pendekatan pendekatan tematik. Pembelajaran

tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI)

dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan

Pembelajaran Tematik Terpadu diyakini sebagai salah satu model

pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model), karena

mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan

akademik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah dan sudah terbukti

secara empirik berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas

memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory

capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.

Pembelajaran Tematik Terpadu relevan untuk mengakomodasi

perbedaanperbedaan kualitatif lingkungan belajar, dan diharapkan mampu

menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.

Pembelajarn tematik terpadu memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively

different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu

peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkattinggi (higher levels of

thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan

ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi

pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

B. Elemen-elemen Terkait dalam Pembelajaran Tematik Terpadu.

Implementasi pembelajaran tematik terpadu menuntut kemampuan

guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Karena itu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

10

guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana

mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena itu,

pembelajaran ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi

elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi

ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran.

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan

oleh guru :

1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.

2. Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.

4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.

5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).

6. Membuka pilihan-pilihan.

7. Optimasi waktu secara tepat.

8. Kolaborasi.

9. Umpan balik segera.

10. Ketuntasan atau aplikasi

C. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik Terpadu

1. menetukan Tema

Tema dapat ditetapkan oleh pengambil kebijakan, guru, atau ditetapkan

bersama dengan peserta didik. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum. Pada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

11

tahap ini guru harus mampu mendesain tema pembelajaran dengan cara

terintegrasi sejalan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan

dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

2. Mendesain rencana pembelajaran.

Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media

belajar, termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menunjukkan

suatu tema pembelajaran terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya,

pembelajaran di kelas yang didasarkan atau diperkaya hasil karya wisata,

kunjungan ke museum, dan lain-lain.

3. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran.

Tahapan ini memberi peluang peserta didik untuk mampu berpartisipasi dan

memahami berbagi persepektif dari suatu tema. Hal ini memberi peluang bagi

guru dan peserta didik melakukan eksplorasi suatu pokok bahasan.

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah digunakan

untuk memadukan banyak bidang studi, mata pelajaran, atau disiplin ilmu.

2. Tema yang dipilih dapat memberikan bekal bagi peserta didik untuk

belajar lebih lanjut.

3. Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

4. Tema harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

12

5. Tema harus mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi

dalam rentang waktu belajar.

6. Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku

7. Tema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber belajar.

E. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan

bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang

tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi

yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi

peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata

pelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari

pelajaran yang lain.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

13

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan

secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3

pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

F. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Berpusat pada anak.

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak.

3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu

pemahaman dalam kegiatan).

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses

pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan

lainnya).

5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran).

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

14

G. Manfaat Pmbelajaran Tematik Terpadu

1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas

memungkinkan semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau

menanggung resiko bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan-

pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus

menyinggung perasaan peserta didik. Prosedurprosedur kerja keseharian,

memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin peserta didik

merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kelas. Keterampilan

hidup dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan

interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam

komunitas ruang kelas.

2. Menggunakan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar

berkelompok, dan memecahkan konflik sehingga mendodong peserta

didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.

3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas

yang ramah otak (brain-friendly classroom). Aktivitas belajar melibatkan

subjekbelajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan

memberipeluang peserta didik untuk mengesplorasi materi secara lebih

luas.

4. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.

Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas

dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik

siap mengembangkan pengetahuan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

15

5. Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam

format ramah otak.

6. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan

langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari-hari.

7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan

program belajar memungkinkan mengejar ketertinggalanya dengan

dibantu oleh guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan

prinsip belajar tuntas.

8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru

untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara

penilaian.

H. Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran Tematik Terpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model.

Menurut Robin Fogarty (1991) ada sepuluh model PTP, seperti disajikan berikut

ini.

1. Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan

dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata

pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak,

berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi

pembelajaran ketrampilan berbahasa.

2. Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan

berbasis pada anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran berinduk

pada mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

16

struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada

mata pelajaran bahasa dan sastra.

3. Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan

memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui

sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru

memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata,

makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam

mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri

bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis

puisi.

4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan

topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau

dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan

bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu

maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.

5. Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan

pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping

concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir

pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat

bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, Sejarah

Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

17

6. Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari

pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran.

Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam

mata pelajaran tertentu maupun antar mata pelajaran.

7. Model galur (threaded model). Model ini memadukan bentuk-bentuk

ketrampilan. Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam

matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap

cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.

8. Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu

peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan

pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan

pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar pengalaman dan

pemanfaatan pengalaman masingmasing.

9. Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model pemaduan

pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi,

bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru

setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi,

maupun konteks yang berbeda.

10. Model terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan

sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama

dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam

pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

18

muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran

tertentu, misalnya IPA.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

NO Judul Metode

Penelitian

Fokus Penelitian Hasil penelitian

1 Imron Rosadi

“pelaksanaan

pembelajaran

tematik Studi

kasus di SDN

Mergosono I

Kota Malan”

Deskriptif

Kualitatif

a.Fokus penelitian

pada gambaran

yang terkait dengan

pembelajaran

tematik study kasus

kelas II

b.wilayah Penelitian

ditingkat SDN

Hasil penelitian

untuk menemukan

gambaran yang

terkait dengan

jawaban terhadap

permasalahan yang

ada

2 Latifah Nurul

Aeni

“implementasi

pembelajaran

tematik di MI

Miftahus

Sibyan

Tugurejo

Semarang

Tahun

Deskriptif

Kualitatif

a.Fokus Penelitian

bagaimana

implementasi

pembelajaran

Tematik di MI

Miftahus Sibyan

b.wilayah penelitian

ditingkat MI

Hasil penelitian

untuk penerapan

pembelajaran

tematik dari segi

pelaksanaannya

meliputi

perencanaan,

pelaksanaan dan

evaluasi serta factor

pendukung dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori A.Pengertianeprints.umm.ac.id/62395/38/BAB II.pdf · 2020. 6. 6. · topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita

19

Pelajaran

2011/2012”

penghambat

pembelajaran

tematik dikelas

tendah. Pelaksanaan

pembelajaran

tematik dikatan

sudah cikup baik

dan sesuai dengan

standart unsur

pembelajaran

tematik

2.4 Kerangka Pikir

Kondisi saat ini :

1. SDN menggunakn kurikulum

K-13

2. Guru menggunakan metode

kovensional

3. Suasana kelas

membosankan dan tidak

menarik

4. Siswa pasif

5. Siswa hanya memepelajari

satu pembelajaran sehingga

tidak ber tema

Solusi alternatif

Menerapkan manajemen

pembelajaran teamatik

terpadu