30
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Saintifik 2.1.1.1.Konsep Pendekatan Saintifik Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dimana guru harus mempunyai strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Agar tercipta pembelajaran tersebut maka guru juga harus menggunakan pendekatan yang bisa menciptakan interaksi yang kondusif dan membuat tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pada prosesnya pendidikan di indonesia yang saat ini berjalan, sebagian menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mensyaratkan menggunakan pendekatan saintifik dalam setiap proses pembelajarannya. Ciri ciri dalam kurikulum 2013 lebih menekankan proses belajar dibandingkan kurikulum sebelumnya yang hanya menekankan pada hasil belajar saja. Menurut Hosnan (2014:34) menyatakan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang‟ditemukan‟. Pendapat dari Hosnan tersebut menjelaskan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dialami siswa itu sendiri mulai dari siswa mengenal sesuatu yang akan dia pelajari hingga siswa dapat menyimpulkan sendiri apa yang dia pelajari. Pendapat ahli yang lain juga menjelaskan, Menurut Nurul (dalam Johari dkk,2014:4) Pembelajaran berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran”. Pendapat nurul tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan ...€¦ · Berdasarkan apa yang telah diuraiakan para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik merupakan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendekatan Saintifik

2.1.1.1.Konsep Pendekatan Saintifik

Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Guru

berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dimana guru harus

mempunyai strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Agar tercipta

pembelajaran tersebut maka guru juga harus menggunakan pendekatan yang

bisa menciptakan interaksi yang kondusif dan membuat tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan baik. Pada prosesnya pendidikan di indonesia yang

saat ini berjalan, sebagian menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013

ini mensyaratkan menggunakan pendekatan saintifik dalam setiap proses

pembelajarannya. Ciri ciri dalam kurikulum 2013 lebih menekankan proses

belajar dibandingkan kurikulum sebelumnya yang hanya menekankan pada

hasil belajar saja. Menurut Hosnan (2014:34) menyatakan

pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan

tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah), mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang‟ditemukan‟.

Pendapat dari Hosnan tersebut menjelaskan bahwa pendekatan

saintifik merupakan proses pembelajaran yang dialami siswa itu sendiri

mulai dari siswa mengenal sesuatu yang akan dia pelajari hingga siswa

dapat menyimpulkan sendiri apa yang dia pelajari. Pendapat ahli yang lain

juga menjelaskan, Menurut Nurul (dalam Johari dkk,2014:4) “Pembelajaran

berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung

baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan

prinsip selama kegiatan pembelajaran”. Pendapat nurul tersebut

8

menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik

merupakan proses pembelajaran secara ilmiah yang dialami sendiri oleh

siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Kurniasih, Sani

(2014:29) menyatakan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau

prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati ( untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah) merumuskan

masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip hang „ditemukan‟.

Pendapat dari kurniasih juga menjelaskan bahwa pendekatan

saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran

dimana siswa memperoleh sendiri pengetahuan melalui proses ilmiah.

Berdasarkan apa yang telah diuraiakan para ahli, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan

ilmiah yang digunakan dalam sebuah pembelajaran dengan beberapa tahap,

meliputi pengamatan, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data,

penarikan kesimpulan dan konsep yang dikomunikasikan. Hasil

pembelajaran yang di dapat siswa dapat dipertanggungjawabkan karena

telah melalui berbagai tahapan-tahapan ilmiah seperti diatas.

2.1.1.2. Prinsip- prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Sebuah kehidupan tentunya memiliki sebuah dasar untuk bertindak

dalam melakukan setiap hal. Dasar-dasar itulah yang menjadi acuan

bagaimana kita akan bertindak. Sama halnya dengan pembelajaran yang

menggunakan pendekatan saintifik, dalam pembelajaran yang mengacu

dengan pendekatan saintifik pasti memiliki prinsip-prinsip yang harus ada

dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip-prinsip yang terdapat di

dalam pembelajaran yang menggunakam pendekatan saintifik. Hosnan

(2014:36) menyatakan bahwa Prinsip-prinsip tersebut diantaranya sebagai

berikut:

9

1) Pembelajaran berpusat pada siswa,

2) Pembelajaran membentuk students self concept,

3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme,

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan

prinsip,

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berfikir siswa,

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan

motivasi mengajar guru,

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi,

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip

yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Pendapat Hosnan mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip

pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Ketujuh prinsip tersebut

menitik beratkan pada siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran.

Sedangkan Menurut Kurniasih, Sani (2014:33) mengemukakan prinsip-

prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi:

1) berpusat pada siswa,

2) melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengonstruksi

konsep, hukum atau prinsip,

3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya

keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa,

4) dapat mengembangkan karakter siswa.

Pendapat kurniasih juga tidak jauh berbeda dengan pendapat Hosnan.

Dimana prinsip-prinsip dalam pembelajaran siswa menitik beratkan pada

siswa sebagai pelaku dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik

Berdasarkan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik mengutamakan peran

siswa. Sehingga siswa sendirilah yang mengalami pembelajaran secara

keseluruhan. Guru disini merupakan pembimbing siswa, bukan lagi sebagai

sumber belajar siswa.

10

2.1.1.3. Langkah Pembelajaran Saintifik

Sebuah tindakan yang akan kita jalankan dapat berjalan lancar

apabila kita mengerti apa yang harus kita lakukan dalam tindakan tersebut.

Sama halnya dengan proses yang terdapat dalam suatu proses pembelajaran

yang akan kita jalankan. Kita sebagai pengajar harus mengetahui bagaimana

proses yang akan kita jalankan dalam pembelajaran agar tidak keluar dari

jalurnya. Sesuai kurikulum 2013 yang menggunakan pendekat saintifik

sebagai pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum tersebut, maka perlu

dimengerti langkah-langkah apa saja yang harus ada dalam proses

pembelajaran. Pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah yang harus

dilewati. Langkah-langkah tersebut harus dilaksanakan oleh guru dan tidak

boleh ada yag terlewati. Hosnan (2014:39) menyatakan bahwa pendekatan

saintifik memiliki beberapa langkah-langkah diantaranya sebagai berikut :

1) Mengamati: melihat, mengamati, membaca, mendengar,

menyimak (tanpa dan dengan alat),

2) Menanya : mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke

yang bersifat hipotesis. Diawali dengan bimbingan guru

sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan),

3) Pengumpulan Data : menentukan data yang diperlukan dari

pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data( benda,

dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data,

4) Mengasosiasi : Menganalisis data dalam bentuk membuat

kategori, menentukan hubungan data / kategori, menyimpulkan

dari hasil analisis data, dimulai dari unstructured-uni structure-

multistructure-complicated structure,

5) Mengomunikasikan: menyampaikan hasil konseptualisasi

dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau

media lainnya.

Menurut hosnan langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik

terdapat 5 proses yang harus dilewati siswa, yaitu mengamati, menanya,

pengumpulan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Sedangkan

pendapat lain juga mengunggakapkan langkah-langkah pendekatan saintifik

menurut Kurniasih, Sani (2014:38) menyatakan bahwa

langkah-langkah pendekatan saintifik (scientific

approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali

informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian

11

mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,

dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian

menyimpulkan, dan mencipta.

Pendapat dari Kurniasih juga sama dengan Hosnan dimana langkah-

langkah pembelajaran saintifik diawali dengan menggali informasi hingga

mengkomunikasikan dengan mencipta apa yang siswa dapat dalam proses

pembelajaran itu terjadi. Menurut Resti dkk (2013:6) menjelaskan juga

bahwa “langkah-langkah dalam proses pembelajaran saintifik meliputi

kegiatan mengamati, menanya, menalar, mengolah informasi,

mengkomunikasikan”.

Berdasarkan uraian yang dijelaskan para ahli dapat diambil

kesimpulan bahwa langkah langkah dalam pembelajaran menganut sifat-

sifat ilmiah. Langkah-langkah tersebut dilakukan guna

mempertanggungjawabkan apa yang di dapat dari proses pembelajaran

siswa tersebut karena didalam langkah-langkah tersebut siswa mengalami

sendiri proses/ tahapan dalam mencari kebenaran tentang suatu hal yang

menjadi topik.

2.1.2. Model Discovey Learning

2.1.2.1.Definisi Model Pembelajaran

Pembelajaran memerlukan sebuah strategi yang dirancang guna

menciptakan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Setiap tujuan pembelajaran memerlukan strategi yang berbeda, ini

disebabkan setiap materi / topik yang akan disampaikan memiliki ciri khas

masing-masing. Sehingga dalam sebuah proses belajar mengajar

penggunaan model pembelajaran diperlukan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Hosnan (2014:181) menyatakan

Model Pembelajaran dapat di definisikan sebagai sebuah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan dan melaksanakan strategi dan aktivitas

prinsip pembelajran/ paradigma belajar dari pola lama bergeser

menuju ke pola baru.

12

Berdasarkan penjelasan Hosnan tersebut bahwa model pembelajaran

merupakan pedoman / landasan yang menjadi acuan saat pembelajaran di

dalam kelas berlangsung.

Pendapat lain tentang model pembelajaran juga di definisikan Agus

Suprijono (2009:45) “ model pembelajaran merupakan landasan praktik

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar

yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Definisi model

pembelajaran yang dijelaskan agus tersebut memberikan penjelasan bahwa

model pembelajaran merupakan sebuah landasan dalam melaksanakan

pembelajaran.

Selanjutnya, pengertian model pembelajaran menurut Joyce (dalam

Hamruni 2012:5) menyatakan bahwa

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan

untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum

dan lain lain.

Berdasarkan yang dikemukakan, joyce menyebutkan bahwa model

pembelajaran merupakan pola yang digunakan dalam pembelajaran dan

untuk menentukan perangkat apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan apa yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain- lain.

2.1.2.2 Ciri – Ciri Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Model pembelajaran yang sesuai dengam kurikulum 2013 dimana

dalam langkah-langkah pembelajaran model tersebut harus sesuai dengan

ciri-ciri pendekatan kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik. Adapun ciri-

ciri pendekatan yang sesuai pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Sani

13

(2014:64) “Dalam kurikulum 2013 ada lima langkah proses yaitu :

mengamati, bertanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan”

Berdasarkan penjelasan ahli tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa

ciri model pembelajaran kurikulum 2013 merupakan model yang didalam

menerapkan 5 langkah meliputi mengamati, bertanya, menalar, mencoba,

mengkomunikasikan. sehingga kelima langkah tersebut mutlak ada dalam

pembelajaran kurikulum 2013.

2.1.2.3 Konsep Pembelajaran Model Discovery Learning

Pemilihan model pembelajaran sangat penting dilakukan dalam

proses pembelajaran. Model dipilih mana yang bisa menjadikan proses

pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran. Tidak semua model

pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013

pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang menerapkan

langkah langkah pendekatan saintifik, salah satunya Model Discovery

Learning atau sering disebut pembelajaran melalui penemuan. Menurut Bell

(1978) dalam Hosnan (2014:281) “belajar penemuan merupakan belajar

yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan

mentransformasi informasi sedemikian sehingga dia menemukan informasi

baru”. Menurut Bell model pembelajaran penemuan merupakan kegiatan

belajar siswa dimana siswa menemukan sendiri sebuah informasi yang baru

baginya.

Pendapat lain seperti Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281)

“discovery learning adalah model belajar yang mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip praktis

contoh pengalaman”. Menurut Bruner discovery merupakan pembelajaran

dimana siswa bertanya sesuai pengalaman yang siswa alami kemudian siswa

dapat menarik kesimpulan sendiri dari jawaban pertanyaannya itu.

Kurniasih,Sani (2014:64) “model Discovery learning adalah teori

belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila

pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi

diharapkan mengorganisasi sendiri”. Kurniasih berpendapat bahwa

14

discovery learning merupakan pembelajaran yang disengaja tidak

menyampaikan materi dari pelajaran itu, melainkan siswa diharapkan

mencari sendiri materi pelajaran tersebut.

Suryosubroto (dalam Made, 2014:3) berpendapat bahwa “Discovery

learning merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi

metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada

proses, mengarahkan sendiri dan reflektif”. Pendapat Suryobroto

menyebutkan bahwa Discovery learning merupakan pembelajaran yang

berorientasi pada proses dan mengarahkan sendiri apa yang akan siswa

pelajari.

Yupita (2013:1) mengemukakan pendapat “discovery learning

merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

pandangan konstruktivisme”. Dari pengertian Yupita tersebut discovery

learning merupakan pembelajaran yang berasal dari pandangan

konstruktivisme, sehingga siswa membangun sendiri kegiatan-kegiatan

untuk memperoleh pengetahuan baru

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan model discovery

merupakan pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan disengaja

dirancang/ direkayasa sedemikian hingga siswa terdorong sendiri untuk

menemukan informasi-informasi terhadap suatu hal yang telah disajikan

guru. Di dalam pembelajarannya diharapkan siswa mengorganisasi sendiri

suatu hal yang menjadi gejala, dengan tujuan akhir siswa dapat membuat

kesimpulan sendiri.

2.1.2.4 Karakteristik Model Discovery Learning

Sebuah model pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki

perbedaan tersendiri. Perbedaan ini untuk menunjukkan bahwa model

pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Discovery Learning

memiliki karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran

yang lainnya. Dalam Hosnan (2014:284) menyatakan bahwa “ karakteristik

tersebut meliputi: 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk

menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, 2)

15

berpusat pada siswa, 3) keinginan untuk menggabungkan pengetahuan baru

dan pengetahuan yang sudah ada”. Menurut apa yang di kemukakan oleh

Hosnan, model discovery memiliki 3 karakteristik yang mencakup bahwa

dalam pembelajaran, siswa mampu memecahkan masalah sendiri dari

pengetahuan baru yang siswa dapatkan.

Pendapat lain yang memperkuat dari model Discovery dari

Kurniasih,Sani (2014:65) mengemukakan “ model Discovery learning, guru

berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat

membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan

tujuan”. Pendapat Kurniasih memperkuat dengan pemberian bimbingan

sangat diperlukan saat siswa mulai aktif menemukan dan memecahkan

masalah yang siswa hadapi saat pembelajaran.

Pendapat lain dari Suryosubroto (dalam Made, 2014:3)

mengemukakan bahwa model discovery merupakan praktek pendidikan

yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,

berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan reflektif

Berdasarkan apa yang telah diuraiakan para ahli, dapat disimpulkan

bahwa karakteristik model Discovery Learning yaitu semua kegiatan yang

terdapat didalam pembelajaran dilakukan oleh siswa. Dimana siswa

diberikan kesempatan untuk mencari sendiri segala hal informasi. Guru

disini bertindak sebagai pembimbing dan mengarahkan kegiatan belajar agar

sesuai dengan yang diharapkan

2.1.2.5 Langkah Pembelajaran Model Discovery Learning

Sebelum memulai sebuah pembelajaran kita harus memahami dahulu

apa yang akan kita lakukan saat pembelajaran tersebut. Sehingga kita harus

mengerti langkah-langkah apa saja yang terdapat dalam model itu. Model

discovery memiliki langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang sesuai

dengan pendekatan saintifik. Langkah-langkah tersebut meliputi:

a) Langkah persiapan Strategi Discovery Learning

16

langkah pesiapan merupakan langkah awal dari pembelajaran ini. Dalam

Hosnan (2014:289) langkah persiapan terdapat beberapa hal:

1) Menentukan tujuan pembelajaran,

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,

minat, gaya belajar, dan sebagainya),

3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari,

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara

induktif (dari contoh-contoh generalisasi),

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta

didik,

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik,

7) Melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

Langkah persiapan bertujuan untuk memperlancar proses

pembelajaran yang akan berjalan. Dalam proses ini semua hal yang akan

dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sudah dipersiapkan dengan

matang sehingga akan mempermudah guru dalam hal pembelajaran

nantinya.

b) Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning. Syah (2004:244) dalam

Hosnan ( 2014:289) menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan meliputi:

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada

tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan

kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Discovery Learning

dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan

kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu

siswa dalam mengeksplorasi bahan,

2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah). Setelah

dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

17

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah),

3) Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung

guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi

untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk

mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,

membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya,

4) Data Processing (Pengolahan Data). Pengolahan data merupakan

kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para

siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu

ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,

dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu,

5)Verification (Pembuktian). Pada tahap ini peserta didik melakukan

pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasakan hasil

pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau

hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu itu kemudian di cek,

apakah terjawab atau tidak, apakah trbukti atau tidak. Pembuktian

menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan

baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman

melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya,

18

6) Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi). Tahap

generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan

hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah

menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses

generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas

makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari

pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan

generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery Learning

adalah sebagai berikut :

1) Pemberian rangsangan oleh guru

2) Melakukan identifikasi masalah

3) Melakukan pengumpulan data

4) Melakukan pengolahan data

5) Melakukan pembuktian terhadap data yang telah dikumpulkan

6) Menarik kesimpulan

2.1.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning

a. Kelebihan Model Discovery Learning

Pembelajaran dengan menggunakan model-model yang dipilih

dalam sebuah kegiatan pembelajaran, pasti memiliki sebuah kelebihan

tersendiri. Model pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa

kelebihan. Menurut Ilahi (dalam Widiadnyana 2014: 3) “kelebihan model

discovery learning adalah membantu siswa untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan dan proses kognitif”. Sedangkan kelebihan

yang lain menurut Melani (dalam Widiadnyana 2014:3) “Pengetahuan yang

diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan

19

dan transfer”. Pendapat berikutnya menurut Depdiknas (dalam

Widiadnyana 2014:3) kelebihan model discovery learning :

“Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena membangkitkan

keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja terus

sampai menemukan jawaban. Penerapan model discovery learning

dalam IPA diduga dapat memberikan konstribusi terhadap

masalah-masalah pembelajaran IPA yang dialami siswa, khususnya

dalam peningkatan pemahaman konsep-konsep maupun

pengembangan sikap ilmiah

Penjelasan yang diberikan oleh beberapa ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa kelebihan menggunakan model discovery learning yaitu

lebih membangkitkan keinginan siswa dalam melakukan pembelajaran.

Sehingga siswa juga memiliki daya ingat yang tinggi karena mereka

menemukan sendiri apa yang mereka ingin ketahui.

b. Kekurangan Model Discovery Learning

Sebaik apapun sebuah model pembelajaran, pasti terdapat sebuah

kekurangan. Salah satunya dalam model pembelajaran Discovery learning.

Menurut Hosnan (2014:288) kekurangan model Discovery Learning “1)

Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara

guru dengan siswa, 2) menyita banyak waktu, 3) Menyita pekerjaan guru, 4)

tidak semua siswa mampu melakukan penemuan, 5) tidak berlaku untuk

semua topik.”

2.1.3. Model Pembelajaran Group Investigation

2.1.3.1 Definisi Model Pembelajaran Group Investigation

Sebuah pembelajaran memerlukan model pembelajaran untuk

membantu siswa mempermudah dalam menyerap pembelajaran. Model

yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan akan mempermudah siswa

dalam menyerap materi pelajaran. Namun tidak semua model sesuai dengan

kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik. Terdapat beberapa

model pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan

saintifik, salah satunya yaitu model Group Investigation. Selanjutnya Group

Investigation lebih dikenal dengan sebutan GI. Menurut Hosnan ( 2014 :

20

258) GI “merupakan kegiatan belajar yang memfasilitasi siswa untuk belajar

dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk mendiskusikan dan

menyelesaikan suatu masalah yang ditugaskan guru kepada mereka”. Dalam

pengertian Hosnan tersebut dijabarkan bahwa model group investigation

merupakan model pembelajaran dimana siswa difasilitasi dalam sebuah

kelompok yang heterogen.

Menurut Winata Putra (dalam Ratih Endarini Sudarmono 2009:21)

GI merupakan “model yang dirancang untuk membimbing para siswa

mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai

masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan

mengetes hipotesis”. Menurut Winata group investigation merupakan

model dimana dalam kegiatan pembelajaranya untuk membantu siswa

mendifinisikan masalah hingga siswa mampu mengetes hipotesis.

Menurut Rusman (dalam Bagus 2014:3) model pembelajaran GI

merupakan “model yang memadukan antara prinsip belajar kooperatif

dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivistik dan prinsip

pembelajaran demokrasi”. Dari pengertian Rusman dapat diambil

pengertian jika model GI merupakan model memadukan prinsip belajar

kooperatif dan berbasis konstruktivisme dan demokrasi.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa

Model Pembelajaran GI merupakan model belajar yang membantu dalam

proses belajar mengajar dengan memfasilitasi siswa kedalam kelompok

dengan memberikan topik yang akan di investigasi sehingga melalui

kelompok mereka dapat mengidentifikasi, mengeksplorasi, mengumpulkan

data, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

2.1.3.2 Langkah-langkah model pembelajaran GI

Model pembelajaran dalam sebuah pendekatan saintifik, didalamnya

harus melaksanakan proses ilmiah. Model pembelajaran GI merupakan

salah satu model pembelajaran yang dianjurkan diterapkan dalam

pembelajaran saintifik, dikarenakan dalam langkah-langkah pembelajaran

21

model GI sesuai dengan proses ilmih dalam pendekatan saintifik. Menurut

Hosnan (2014:258) langkah-langkah model pembelajaran GI yaitu :

1) identifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok, proses

indentifikasi topik dilakukan oleh guru dengan memilih topik-

topik yang bisa didiskusikan siswa tapi membutuhkan pemikiran

dan mengandung unsur yang bisa jadi penemuan. Pengaturan

kelompok juga dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan

kemampuan akademik masing-masing siswa.

2) Merencanakan tugas belajar, tugas yang diberikan dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat mendorong siswa untuk

menemukan sesuatu.

3) Melaksanakan tugas investigasi. Investigasi dilakukan dengan

mendiskusikan dalam kelompok.

4) Mempersiapkan laporan akhir. Setelah menemukan hal yang

harus dipecahkan, siswa harus membuat laporan akhir secara

tertulis dan dipaparkan di depan kelas

5) Menyajikan laporan akhir.

6) Evaluasi.

Langkah-langkah model GI juga tak jauh berbeda dikemukakan Made

(2013:196):

1. Identifikasi Topik. Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam

melaksanakan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran

yang akan dibahas

2. Perencanaan tugas belajar. Tugas-tugas pembelajaran dibagi

untuk setiap anggota sesuai topik.

3. Melaksanakan kegiatan penelitian. Melaksanakan tugas sesuai

tugasnya selanjutnya diadakan diskusi kelompok.

4. Persiapan laporan akhir. Melaksanakan penulisan laporan akhir.

5. Presentasi penelitian.

6. Evaluasi.

Langkah-langkah model GI juga dikemukakan oleh Slavin(dalam

Hamruni 2012:225):

1. Grouping.menetapkan anggota, memilih topik

2. Planning. Menetapkan apa yang akan dipelajari

3. Investigation. Berdiskusi, mengumpulkan informasi,

menganalisis data, membuat inferensi.

4. Organizing.penulisan dan pelaporan anggota kelompok.

5. Presenting. Menyajikan laporan dalam bentuk presentasi.

6. Evaluating.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan model

group Investigation adalah sebagai berikut :

22

Tahap 1. Identifikasi topik dan membagi siswa dalam kelompok

Tahap 2. Tiap kelompok menyusun rencana investigasi

Tahap 3. Pelaksanaan investigasi

Tahap 4. Penyiapan laporan hasil investigasi

Tahap 5. Penyajian laporan hasil investigasi dan evaluasi

2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran GI

a. Kelebihan model pembelajaran GI

Sebuah model pembelajaran bisa dikatakan baik digunnakan dalam

sebuah pembelajaran jika terdapat kelebihan pada penerapannya. Kelebihan

tersebut menjadi nilai positif dalam model pembelajaran tersebut. Model

pembelajaran GI juga memiliki kelebihan tersebut. Menurut Hosnan

(2014:258) kelebihan model pembelajaran GI yaitu “siswa mampu berfikir

sistematis, kritis, analitik, berpartisipasi aktif dalam belajar dan berbudaya

kreatif melalui kegiatan pemecahan masalah”. Menurut Hosnan keunggulan

GI mampu membuat siswa mampu berfikir secara ilmiah.

Menurut Rusman (dalam Bagus 2014:4) keunggulan pembelajaran

menggunakan model GI yaitu:

1) Dapat dipakai untuk mengembangkan tanggung jawab dan

kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok

(2) Menghilangkan sifat egois, dapat meningkatkan kegemaran

berteman tanpa memandang perbedan kemampuan, jenis

kelamin, etnis, kelas sosial dan agama (3) Memberikan

kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi dengan teman

sebaya dalam dalam bentuk diskusi kelompok untuk

memecahkan suatu masalah (4) Serta mengaktifkan siswa

dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sehingga dapat

membangun pengetahuan siswa.

Menurut pendapat Rusman dapat disimpulkan beberapa keunggulan model

GI yaitu dapat mengembangkan kreatifitas siswa, menghilangkan sifat

egois, berkolaborasi dan membuat siswa aktif dalam pembelajarannya.

Pendapat lain juga dikemukakan Winata Putra (dalam Bagus 2014:3)

bahwa “ Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan

kemampuan berfikir mandiri, keterlibatan siswa secara aktif dapat terlatih

mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran”. Pendapat

23

Winata putra lebih menekankan bahwa melalui GI siswa mampu berfikir

mandiri dari setiap proses yang dijalani dalam model trersebut.

Sesuai pendapat yang dikemukakan beberapa ahli dapat ditarik

kesimpulan bahwa model GI memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan

tersebut mencakup siswa mampu aktif dalam pembelajaran, siswa mampu

bekerjasama dalam kelompok dan siswa mampu berkolaborasi dengan

sesama teman dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran.

b. Kekurangan model pembelajaran GI

Model Group Investigation juga memiliki kekurangan seperti halnya

model-model pembelajaran yang lainnya. Menurut setiawan(dalam ahmad

2012) menjelaskan kekurangan model Group Investigation:

a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali

pertemuan, b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal, c)

Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, d)Diskusi

kelompok biasanya berjalan kurang efektif, e) Siswa yang tidak

tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat

menggunakan model ini.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Definisi Hasil Belajar

Seseorang dikatakan berhasil akan sebuah pembelajaran, dapat dilihat

pada hasil belajar yang diperoleh. Menurut Hamalik (dalam Fibriyanti Ika

2011:15) “ hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan murid dalam

mempelajari materi pelajaran disekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Menurut Purwantoro (Dalam Arda Sinem Indriana 2011:17) “Hasil belajar

adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan

oleh usaha pendidik”. Sesuai yang dikemukakan purwantoro bahwa hasil

belajar kemampuan yang dimiliki siswa akibat perilaku yang diberikan

pendidik kepada siswa

Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan juga oleh Kunandar

(2014:62) “Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik

kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta

24

didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Penjelasan yang

dikemukakan kunandar juga menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan yang dicapai setelah mengikuti proses belajar.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan para ahli, hasil belajar

merupakan tingkat kemampuan siswa yang diperoleh dari tes materi

pelajaran tertentu. Hasil belajar juga merupakan pengaruh yang diberikan

guru dalam proses belajar yang terjadi terhadap siswa .

2.1.4.2. Hasil Belajar IPA

Seperti kita ketahui, IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam

sekitar secara sistematis untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan proses

dan sikap ilmiah. Pendidikan IPA bermanfaat untuk siswa guna mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, Carin ( dalam putu 2014:4) mengungkapkan

”science is the activity of questioning and exploring the universe and

finding and expressing it’s hidden order” yaitu suatu kegiatan berupa

pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan

pengungkapan serangkaian rahasia alam. Sehingga dalam pembelajaran IPA

dibagi penilaian kedalam beberapa aspek yaitu kognitif / pengetahuan siswa,

psikomotor /ketrampilan proses saat pembelajaran, afektif/ sikap yang

dimiliki siswa dalam penyelidikan secara ilmiah.

2.1.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Dalyono (dalam Khristiyanto

Deni 2011:20) menyatakan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a) Faktor Internal, meliputi : 1) Kesehatan, 2) intelegensi dan Bakat, 3)

minat dan motivasi, 4) cara belajar.

b) Faktor eksternal, meliputi :1) Keluarga, 2) Sekolah, 3) Masyarakat,

4) Lingkungan Sekitar

Dalyono mengemukakan bahwa yang mempengaruhi hasil belajar ada 2

faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mengacu pada

25

faktor-fakor yang terdapat pada siswa itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternal berasal dari lingkungan dimana siswa tersebut berada.

Pendapat lain Suwardi (2012:1) “faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu: 1) faktor psikologi siswa, 2) faktor lingkungan

masyarakat, 3) faktor lingkungan keluarga, 4) faktor pendukung belajar, 5)

faktor waktu sekolah”. Pendapat Suwardi tersebut hampir sama dengan

dalyono, hanya saja suwardi tidak menggolongkan faktor tersebut masuk

kedalam internal atau eksternal.

2.1.5 Sintak Penerapan Pendekatan Saintifik melalui Model

Pembelajaran Discovery Learning

Berdasarkan landasan teori tentang langkah pendekatan saintifik dan

model Discovery Learning dapat disusun sintak atau langkah pembelajaran

sebagai berikut :

Tabel 1

Sintak pendekatan saintifik dan model Discovery Learning

Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning

1. Mengamati Tahap 1.

Pemberian rangsangan/stimulus

oleh guru.

2. Menanya Tahap 2.

Melakukan identifikasi masalah

3. Mengumpulkan informasi Tahap 3.

Melakukan pengumpulan data .

4. Mengasosiasi/menalar Tahap 4.

Melakukan pengolahan data.

Tahap 5.

Melakukan pembuktian terhadap

data yang telah dikumpulkan.

5. Membuat jejaring/ kesimpulan Tahap 6

Melakukan penarikan kesimpulan.

6. Mengkomunikasikan Menyajikan hasil karya

26

Tabel 2

Sintak pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning

Pendekatan Saintifik

Melalui Model

Discovery Learning

Aktivitas Guru

Fase Mengamati

Tahap 1.

Pemberian rangsangan /

stimulus

Guru memberikan stimulus atau rangsangan

kepada siswa dengan kegiatan mengajukan

pertanyaan, arahan untuk membaca buku, dan

aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah.

Fase Menanya

Tahap 2.

Identifikasi masalah

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan

pelajaran sesuai dengan stimulus yang telah

diberikan oleh guru.

Fase Mengumpulkan

Informasi

Tahap 3.

Pengumpulan data

Guru memberi kesempatan kepada para siswa

untuk mengumpulkan informasi untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek,

wawancara dengan nara sumber, melakukan uji

coba sendiri dan sebagainya,

Fase Mengasosiasikan

Tahap 4

Pengolahan data

Guru memfasilitasi siswa untuk mengolah

semua informasi hasil bacaan, wawancara,

observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila

perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan untuk menjawab permasalahan

yang diajukan guru.

Fase Membuat Jejaring

Tahap 5

Pembuktian kebenaran

jawaban

Guru memfasilitasi siswa untuk membuktikan

kebenaran jawaban yang telah dibuat baik

melalui kegiatan diskusi, investigasi dll. guru

membimbing siswa dalam menemukan

jawaban yang paling tepat terhadap

permasalahan.

Fase

Mengkomunikasikan

Tahap 6.

Melakukan penarikan

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam melakukan

presentasi hasil investigasi atau diskusi

kelompok. Berdasarkan hasil investigasi yang

telah dipresentasikan , guru membimbing

siswa menyusun kesimpulan akhir.

27

Tabel 3

Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning

Dalam Standar Proses

Pendekatan Saintifik

Melalui Model

Discovery Learning

Standar

Proses

Kegiatan guru dalam

pembelajaran

Kegiatan

Awal

1. Guru memastikan kesiapan ruang

kelas, media dan alat peraga.

2. Guru menyiapkan siswa dalam

kondisi siap belajar.

3. Guru melakukan komunikasi

tentang kehadiran peserta didik.

4. Guru melakukan apersepsi untuk

mengarahkan siswa pada materi.

5. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Fase Mengamati

Tahap 1.

Pemberian rangsangan

/ stimulus

Kegiatan

Inti

1. Guru mengarahkan siswa untuk

mengamati objek berupa gambar/

video atau media lain sesuai

materi.

2. Guru memberikan rangsangan

kepada siswa terkait materi

dengan mengajukan pertanyaan

penggiring.

Fase Menanya

Tahap 2.

Identifikasi masalah

3. Guru Menyampaikan sebuah

permasalahan yang akan

diidentifikasi siswa

7. Guru memandu siswa untuk

Bertanya jawab untuk menggali

informasi

Fase Mengumpulkan

Informasi

Tahap 3.

Pengumpulan data

4. Guru mengkondisikan siswa

dalam pengumpulan data

(membaca, wawancara,

pengamatan dll.)

5. Guru mengarahkan siswa untuk

mencari sumber-sumber materi

baik dari buku maupun sumber

lain.

Fase Mengasosiasikan

Tahap 4

Pengolahan data

6. Guru membimbing siswa dalam

mengolah data yang didapat

28

Fase Membuat

Jejaring

Tahap 5

Pembuktian kebenaran

jawaban

7. Guru membimbing siswa

melakukan pengamatan dalam

pembuktian kebenaran.

Fase

Mengkomunikasikan

Tahap 6.

Melakukan penarikan

kesimpulan

8. Guru memfasilitasi siswa dalam

melakukan presentasi di dalam

kelas

9. Guru memandu diskusi kelas

untuk menyusun kesimpulan

akhir.

Kegiatan

Akhir

10. Guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran.

11. Guru bertanya jawab hal-hal yang

belum dipahami siswa.

12. Guru menutup pelajaran.

2.1.6 Sintak Penerapan Pendekatan Saintifik melalui Model

Pembelajaran Group Investigation

Berdasarkan landasan antara pendekatan saintifik dengan langkah-

langkah model pembelajaran GI, dapat dirumuskan sintak penerapan

pendekatan saintifik melalui model pembelajarn GI sebagai berikut:

Tabel 4

Sintak pendekatan saintifik dan model Group Investigation

Pendekatan Saintifik Model Group Investigation

1. Mengamati Pengenalan sekilas materi

2. Menanya Tahap 1.

identifikasi topik dan mengatur

siswa dalam kelompok

3. Mengumpulkan informasi Tahap 2.

Merencanakan tugas belajar

4. Mengasosiasi/menalar Tahap 3.

Melaksanakan tugas investigasi

5. Membuat jejaring/ kesimpulan Tahap 4

Mempersiapkan laporan akhir.

6. Mengkomunikasikan Tahap 5

Menyajikan laporan akhir dan

evaluasi.

29

Tabel 5

Sintak pendekatan saintifik melalui model Group Investigation

Pendekatan Saintifik Melalui

Model Discovery Learning Aktivitas Guru

Fase Mengamati

Pengenalan sekilas materi

Guru menyampaikan sekilas materi dan

mengarahkan siswa untuk melihat materi

pada sumber materi yang ada.

Fase Menanya

Tahap 1.

Identifikasi topik dan membagi

siswa dalam kelompok

Guru memilih topik yang akan

didiskusikan oleh tiap kelompok sesuai

materi. Guru mengkondisikan siswa

dalam kelompok.

Fase Mengumpulkan

Informasi

Tahap 2.

Merencanakan tugas belajar

Guru membimbing tiap kelompok dalam

merencanakan teknik penyelesaian topik

yang diberikan guru.

Fase Mengasosiasikan

Tahap 3

Melaksanakan tugas investigasi

Guru memfasilitasi siswa melakukan

investigasi bersama kelompok untuk

menyelesaikan topik yang diberikan guru

menggunakan berbagai cara dan sumber

yang telah ada dan dirancang

sebelumnya.

Fase Membuat Jejaring

Tahap 4

Mempersiapkan laporan akhir

Guru memfasilitasi siswa untuk

menyusun jawaban yang telah ditemukan

dalam kegiatan investigasi kelompok

dalam sebuah laporan tertulis.

Fase

Mengkomunikasikan

Tahap 5

Menyajikan laporan akhir dan

evaluasi

Guru membimbing siswa dalam

melakukan presentasi laporan yang telah

dibuat. Guru melakukan penilaian

terhadap laporan yang telah dibuat siswa.

30

Tabel 6

Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Group Investigation

Dalam Standar Proses

Pendekatan Saintifik

Melalui Model

Discovery Learning

Standar

Proses

Kegiatan guru dalam

pembelajaran

Kegiatan

Awal

1. Guru memastikan kesiapan ruang

kelas, media dan alat peraga.

2. Guru menyiapkan siswa dalam

kondisi siap belajar.

3. Guru melakukan komunikasi

tentang kehadiran peserta didik.

4. Guru melakukan apersepsi untuk

mengarahkan siswa pada materi.

5. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Fase Mengamati

Pengenalan sekilas

materi

Kegiatan

Inti

6. Guru menyampaikan garis besar

materi yang akan dibahas

Fase Menanya

Tahap 1.

Identifikasi topik dan

membagi siswa dalam

kelompok

7. Guru melakukan tanya jawab

seputar materi untuk menggali

pemahaman awal siswa.

8. Guru membagi siswa ke dalam

kelompok.

8. Guru memberikan topik yang

akan dilakukan investigasi oleh

setiap kelompok.

Fase Mengumpulkan

Informasi

Tahap 2.

Merencanakan tugas

belajar

9. Memfasilitasi siswa dalam

menyusun rencana belajar setiap

kelompok

10. Guru mengarahkan siswa untuk

mencari sumber-sumber materi

baik dari buku maupun sumber

lain.

Fase Mengasosiasikan

Tahap 3

Melaksanakan tugas

investigasi

11. Guru memfasilitasi kegiatan

diskusi dalam kelompok.

12. Guru membimbing tiap kelompok

dalam kegiatan pengumpulan data

31

Fase Membuat

Jejaring

Tahap 4

Mempersiapkan

laporan akhir

13. Guru memfasilitasi siswa dalam

mengolah data.

14. Guru membimbing tiap kelompok

dalam menyusun laporan hasil

investigasi kelompok.

Fase

Mengkomunikasikan

Tahap 5

Menyajikan laporan

akhir dan evaluasi

15. Guru memfasilitasi siswa dalam

melakukan presentasi laporan

hasil investigasi kelompok di

dalam kelas

16. Guru memandu diskusi kelas

untuk menyusun kesimpulan

akhir.

Kegiatan

Akhir

17. Guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran.

18. Guru bertanya jawab hal-hal yang

belum dipahami siswa.

19. Guru menutup pelajaran.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat selalu memperhatikan hasil

penelitian sebelumnya untuk mendapatkan dasar pijakan serta dapat

digunakan sebagai bahan referensi dalam mengadakan penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi

peneliti diantaranya adalah

Pertama, penelitian dari Rita Yuni Nurkhayati dari Universitas

Muhamadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul Pengaruh metode

discovery inquiry dengankonvensional terhadap prestasi belajar ipa pada

siswa kelas IV SD Negeri Kemiri 04 kebak kramat. Penelitian tersebut

berhasil menemukan bahwa dilihat dari uji t yang telah dilakukan dengan

tingkat signifikansi 5% diperoleh thitung dan ttabel= 2,014 Maka t hitung >t

tabel, yaitu= 4,802> 2,014. Nilai rata-rata hasil belajar IPA dengan

menggunakan metode Discovery Inquiry adalah 76,12 dan metode

Konvensional adalah 68,17, sehingga dapat diambil kesimpulan metode

discovery inquiry lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvesional.

Kedua, penelitian dari Dewi Kurnia Sari dari Universitas Kristen

Satya Wacana Tahun 2011 dengan judul Studi Eksperimental Tentang

32

Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode Discovery

pada pembelajaran IPA berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV

SDN Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Metode ini

disarankan untuk menunjang pembelajaran IPA yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Ketiga, penelitian dari Renita Putri Prastiwi dari Universitas Negeri

Yogyakarta tahun 2014 dengan judul pengaruh implementasi guided

discovery terhadap prestasi belajar ipa siswa kelas V SD se-gugus budi

wiyata II kecamatan magelang utara. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh

positif dan signifikan implementasi guided discovery terhadap prestasi

belajar IPA siswa kelas V SD se-Gugus Budiwiyata II. Hal ini

dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikasi 5% diperoleh t hitung

(4,049) > t tabel (1,998). Prestasi belajar IPA yang diperoleh kelompok

eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, ditunjukkan dari

mean yang diperoleh kelompok eksperimen sebesar 72,37 dan mean

kelompok kontrol sebesar 53,94.

Keempat, Penelitian dari Zainal Arifin tahun 2014 dari Universitas

Sebelas Maret yang berjudul pengaruh penggunaan metode discovery

berbasis media realita Terhadap hasil belajar ipa. Berdasarkan hasil analisis

terhadap uji t menunjukkan thitung > ttabel (3,599 > 2,001), sehingga H0

ditolak. Dengan demikian terdapat pengaruh positif terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas V yang diajar menggunakan metode discovery

berbasis media realita. Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar IPA

pada siswa yang diajar dengan metode discovery berbasis media realita

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran

langsung berbasis media gambar.

Kelima, Penelitian dari I Made Putrayasa, 2014 dari Universitas

Pendidikan Ganesha dengan judul pengaruh model pembelajaran discovery

learning dan Minat belajar terhadap hasil belajar ipa siswa. Berdasarkan

33

hasil analisis datadiperoleh: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA

antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan pembelajaran konvensional. 2) Terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. 3) Pada

kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil

belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model discovery learning dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 4) Pada kelompok

siswa yang memiliki minat rendah, tidak terdapat perbedaan hasil

belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sehingga disimpulkan

bahwa model pembelajaran discovery learning dan minat belajar

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

Dari beberapa penelitian tersebut, kemudian dilakukan analisis yang

hasilnya dapat diamati pada tabel berikut.

Tabel 7

Analisis Kajian Penelitian Yang Relevan

Nama Peneliti Tahun

penelitian

Variabel Hasil

Penelitian X y

Rita Yuni

Nurkhayati

2013 Metode

Discovery

dengan

konvensional

Prestasi belajar

IPA

Ada

pengaruh

Dewi Kurnia

Sari

2011 Metode

Discovery

Hasil Belajar IPA Ada

Pengaruh

Renita Putri

Prastiwi

2014 Guided

Discovery

Prestasi belajar

IPA

Ada

Pengaruh

Zainal Arifin 2013 Model

Discovery

berbasis

realita

Hasil Belajar IPA Ada

Pengaruh

I Made

Putrayasa

2014 Model

pembelajaran

Discovery

Learning dan

Minat belajar

Hasil belajar IPA Ada

Pengaruh

34

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

penerapan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery

Learning dianggap efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khusunya

dalam mata pelajaran IPA. Untuk itu, perlu diadakan pengujian terhadap

perbedaan pengaruh penerapan pendekatan saintifik melalui model

pembelajaran Discovery Learning dengan dibandingkan terhadap model GI.

2.3 Kerangka Pikir

Tuntutan zaman era modern menekankan pentingnya pribadi yang

mampu bertindak dan bersikap. Untuk itu dibutuhkan pendekatan dan model

pembelajaran yang menekankan pada pentingnya keterampilan proses.

Pendekatan saintifik dan model pembelajaran Discovery Learning menjadi

ide baru yang patut dipertimbangkan dalam pelaksanaan pendidikan di

Indonesia. Pendekatan saintifik menawarkan 5 langkah keterampilan proses

meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Sedangkan model

pembelajaran Discovery Learning memiliki langkah-langkah yang sejalan

dengan pendekatan saintifik. Adapun langkah-langkahnya meliputi

Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement

(pernyataan/identifikasi masalah), Data collection (Pengumpulan Data),

Data Processing (Pengolahan Data, Verification (Pembuktian),

Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Dilihat dari langkah-

langkahnya, pendekatan saintifik dan model discovery mengharuskan siswa

untuk menemukan sendiri pengetahuan baru. Siswa dihadapkan pada

permasalahan yang ada di sekitarnya. Lalu, siswa diminta membuat sebuah

penemuan baru sebagai solusi atas permasalahan yang diajukan.

Penerapan pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning

akan berpengaruh positif dalam pembelajaran. Anak akan menjadi aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan keaktifan yang tinggi tentunya akan

berpengaruh positif terhadap hasil belajar anak. Selain model Discovery,

terdapat model kooperatif Group Investigation yang memiliki karakteristik

hampir sama dengan model Discovery learning. Dengan karakteristik yang

35

hampir sama, model ini dianggap mampu diterapkan dalam pembelajaran

saintifik. Model ini menekankan aktivitas belajar dalam kelompok. Dalam

belajar kelompok, siswa melakukan aktivitas investigasi untuk menemukan

pengetahuan mereka sendiri sesuai topik-topik yang diberikan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

2.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho : Tidak terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan

pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning

dengan model Group Investigation terhadap hasil belajar muatan IPA

tema 8 subtema 2 pada siswa kelas 5 SD negeri 01 Bonyokan tahun

pelajaran 2014/2015

Post Test

Kondisi

Awal

Kelas

Eksperimen

Pre Test Menunjukkan

Kesetaraan

Perlakuan

Pendekatan

Saintifik melalui

Model Discovery

Learning

Kelas

Kontrol

Pre Test

Perlakuan

Pendekatan

Saintifik melalui

Model GI

Post Test

36

Ha : Terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan

saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan

model Group Investigation terhadap hasil belajar muatan IPA tema 8

subtema 2 pada siswa kelas 5 SD negeri 01 Bonyokan tahun

pelajaran 2014/2015.