32
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah ini yaitu Pendekatan dalam kajian Fiksi.” Penulis megucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kajian Apresiai Fiksi yaitu, Asis Nojeng s.pd. yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini dan kepada Saudara/i yang telah menuntun penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat kurangnya pengetahuan penulis dan bahan yang kurang memadai. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Makassar, 06 April 2015 Penyusun Kelompok 4 1

Kajian Pendekatan Prosa Fiksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jb

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah ini yaitu Pendekatan dalam kajian Fiksi.

Penulis megucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kajian Apresiai Fiksi yaitu, Asis Nojeng s.pd. yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini dan kepada Saudara/i yang telah menuntun penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat kurangnya pengetahuan penulis dan bahan yang kurang memadai. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Makassar, 06 April 2015

Penyusun

Kelompok 4BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra berfungsi untuk mengembangkan perasaan yang tajam terhadap nilai-nilai pada subjek yang mencapai keintiman terhadap susastra. Karya sastra banyak mengungkapkan kepada para penikmatnya dengan seluruh rentangan kehidupan manusia. Istilah fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah tetapi suatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi yaitu tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam karya fiksi bersifat imajinatif sedangkan pada karya nonfiksi bersifat faktual ( Abrams, 1981 : 61 ).

Pendekatan adakalanya disamakan dengan metode Lebih lanjut, Ratna menguraikan bahwa secara etimologis, pendekatan berasal dari kata appropio, approach, yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran. Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek,sedangkan metode adalah cara-cara mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data. Dengan dasar pertimbangan bahwa sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tersusun secara sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan pendekatan.Pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Dalam sebuah pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan metode. Dalam hubungan inilah, pendekatan disejajarkan dengan bidang ilmu tertentu, seperti pendekatan sosiologi sastra, mitopoik, intrinsik dan ekstrinsik, pendekatan seometika, stasltika, religi, Psikoanalistik ,dan sebagainya. Definisi tersebut bersifat relatif sebab yang jauh lebih penting adalah tujuan yang hendak dicapai sehingga sebuah pendekatan pada tahap tertentu bisa menjadi metode.Pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Pendekatan mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu.Penelitian secara keseluruhan ditentukan oleh tujuan.Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan penelitian.Pada dasarnya, dalam rangka melaksanakan suatu penelitian, pendekatan mendahului teori dan metode.Artinya, pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah, teori, metode, dan tekniknya.B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat diambil dalam latarbelakang diatas yaitu :1. Apa Itu pendekatan seomotika, pendekatan Stalastika, pendekatan religi , dan pendekatan Psikoanalistik?2. Dapat mengetahui apa apa yang terdapat di dalam pendekatan tersebut ?C. Tujuan makalah ini bertujuan untuk :1. Bertujuan untuk mengetahui pengertian dan pembahasan tentang pendekatan Pendekatan dalam sastra kajian Fiksi.2. Bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah atau ciri umum yang terdapat di setiap pendekatan.

BAB IIPEMBAHASAN1. Pendekatakan semiotik

Aart Van Zoest mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda dan segala yang berhubungan dengannya. Karyasastradengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tertulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda menanda yang menyiaratkan makna semiotik. Dari dua tataran (level) antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mistis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati.Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda(Sudjiman dan van Zoest, 1996: vii) atau seme,yang berarti penafsir tanda (Cobley dan Jansz, 1999: 4) (dalam Sobur, .2004: 16). Semiotika kemudian didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi.Namun yang terakhir, jika dibandingkan dengan yang pertama, kian jarang dipakai (van Zoest, 1993:2).Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan, mewakili dan menyajikanA. Macam-macam SemiotikAda 9 macam semiotik yang kita ketahui :1. Semiotik AnalitikSemiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.2. Semiotik DeskriptifSemiotik deskriptif adalah semiotk yang memeperhatikan sistem tanda yang adapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksiskan sekarang.3. Semiotik Faunal (Zoo semiotic)Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan4. Semiotik KulturalSemiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.5. Semiotik NaratifSemiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)6. Semiotik NaturalSemiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.7. Semiotik NormatifSemiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.8. Semiotik SosialSemiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambing.

9. Semiotik Struktural10. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yag dimanifestasikan melalui struktur bahasa.B. Semiotik terbagi atas tiga konsep, yaitu :1. Semiotik pragmatik, berkaitan dengan asal - usul tanda, kegunaan tanda dalam penerapan, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikannya. Semiotik pragmatik ini dalam batas perilaku objek.2. Semiotik sintaktik, adalah kombinasi tanda tanpa memperhatikan maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek.3. Semiotik semantik, adalah tanda dalam " arti " yang disampaikan.

Wawasan semiotik dalam studi sastra ( Amminudin ) :1. Karya sastra merupakan gejala konsumsi yang berkaitan dengan pengarang, wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca.2. Karya sastra merupakan salah satu bentuk penggunaan sistem tanda yang memiliki struktur dalam tata tingkat tertentu.3. Karya sastra merupakan fakta yang harus direkrontruksikan pembaca sejalan dengan dunia pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.

C. Teori semiotik

Charles Sander Pierce ( 1839 - 1913 ), mengemukakan tentang teori segitiga makna :a. Tanda( sign ), adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan meripakan sesuatu yang merujuk ( merepresentasi ) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda terbagi menjadi tiga yaitu simbol, ikon, dan indeks. Simbol adalah tanda yang muncul dari kesepakatan atau konvensi - konvensi bahasa. Ikon adalah tanda - tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Indeks adalah tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat.Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotik, tanda berupa indeks yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukan hubungan sebab - akibat.b. Interpretantatau penggunaan tanda, adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.c. Objek, adalah konteks sosial yang menjdi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Ferdinad De Sausure, mengemukakan pembagian tanda menjadi :1. Penanda( Signifer ) adalah tanda yang dapat dilihat dari bentuk fisik2. Pertanda( Signifed ) adalah makna yang terungkap melalui konsep fungsi atau nilai - nilai yang terkandung.

Rolan Barthes, membagi tanda menjadi dua yaitu :1. Denotasi, yaitu tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan penanda dan pertanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.2. Konotasi, yaitu tingkat pertanda menjelaskan hubungan penanda dan pertanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.

D. Kelebihan semiotik dalam menelaah karya sastra :1. Memperindah karya sastra2. Mengetahui keindahan karya sastra3. Dalam penelitian analisisnya lebih spesifik dan komperhensif4. Memberikan pemahaman makna dari simbolik baru dalam membaca karya sastra.

5. Kita pembaca minimal mengetahui dua makna yaitu makna bahasa secara literlag dan maksna simbolik ( global ).

E. Kelemahan semiotik dalam menelaah karya sastra :1. Kurang memperhatikan struktur, mengabaikan unsur intrinsik2. Memerlukan banyak dukungan ilmu bantu lain seperti linguistik, sosiologi, psikologi, dll3. Perlu kematangan konsep luas tentang sastra wawasan luas, dan teorinya4. Peranan peneliti sangat penting, ia harus jeli, teliti, dan menguasai materi yang akan diteliti secara totalitas, karena kalau tidak itu tidak terpenuhi maka makna yang ada dalam teks cenderung kurang tereksplor untuk diketahui oleh pembaca, justru cenderung menggunakan subjektifitasnya yang menampilkan itu semua dan itu sangat risjan untuk meneliti dengan teori ini

2.Pendekatan StalastikaPendekatan stilistika di dalam kritik sastra bertolak dari pandangan bahwa isi pokok karya sastra itu ada dua, yang pertama adalah bahasa dan kedua adalah isi yang berupa tema, pemikiran, dan falsafah. Pendekatan stilistika menganut paham bahwa unsur pokok sastra adalah bahasa. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra itu mempunyai kaitan pula dengan sastrawan. Sastrawan mengerahkan kemampuan dan kreativitas masing-masing dalam menciptakan karya mereka. Dengan kata lain, pendekatan stilistika berarti asumsi dasar yang digunakan oleh kritikus dalam menilai suatu karya sastra ditinjau dari segi kebahasaannya. Stilistikadalam konteks bahasa dan sastra mengarah pada pengertian studi tentang style (gaya bahasa), kajian terhadap wujud performasi kebahasaan (Nugrgiyantoro, 1998:2179). Menurut Roland Barthes (dalam Aminuddin, 1995: 1-38) style is a historical concept. Seiring pengertian itu, konsep bidang kajian dan metode stilistika tentunya terus mengalami perkembangan yang beragam/ berbeda-beda dalam setiap disiplin ilmu, tetapidapat saling melengkapi.Dengan memahami gaya dalam perspektif kesejarahan, dapat diketahui bahwa studi stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat memanfaatkan berbagai wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun sikap dan sifat kajian. Studi stilistika seakan-akan hanya perpanjangan tangan kajian linguistic. Sedangkan dalam kenyataannya, studi stilistika tersebut ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dihubungkan dengan sejumlah disiplin keilmuan, baik retorika, semiotika, linguistic, maupun teori sastra (Aminuddin,1995:2

Melalui pendekatan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra (Panuti Sudjiman, 1993:vii). Sebab, kajian stilistika dalam sastra melihat bagaimana unsure-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan peasan-pesan dalam karya sastra. Atau dengan kata lain, kajian stilistika berhubungan dengan pengkajian pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam teks sastra secara khas. Analisis bahasa yang dipolakan secara khas tersebut kita tuntut untuk dapat menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan, kekuatan kreatifitas karyaa sastra (Cummings dan Simmons, 1986:vii).

Langkah pertama yang lazim diambil dalam analisis stalistika adalah mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inverse susunan kata, susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai fungsi estetis seperti penekanan, atau membuat kejelasan atau justru kebalikannya: usaha estetis untuk mengaburkan dan membuat makna menjadi tidak jelas (Wellek dan Waren, 1993: 226).

A. Prinsip Pendekatan StilistikaSeorang peneliti yang ingin menggunakan pendekatan stilistika dalam menguraikan sebuah karya sastra, harus menguasai dengan baik konsep-konsep linguistik. Konsepsi dan kriteria pendekatan stilistika dalam kritik sastra adalah sebagai berikut:

Pendekatan stilistika memberikan perhatian utama terhadap tampilan bahasa di dalam karya sastra. Hal-hal yang terkait, yaitu:

a. Bentuk dan variasi kalimat, klausa, frase, kata, bunyi, dan majas.b. Bentuk-bentuk penyimpangan dari struktur bahasa natural.c. Manipulasi bunyi, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana dalam penciptaan gaya.d. Pilihan kata yang tepat.e. Pencampuran berbagai gaya dalam suatu karya sastra.f. Analisis pemakaian kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf dalam wacana.g. Pemakaian dialek daerah atau ragam bahasa nonformal.h. Aspek makna.i. Pendekatan stilistika memberikan perhatian penuh kepada kemampuan dan kreativitas pengarang. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:a. Memperhatikan ciri khas atau gaya personal pengarang.b. Memperhatikan corak dan pancaran bakat kepengarangan.c. Analisis ciri khas kepengarangan tersebut kemudian dikaitkan dengan kelompok pengarang pada periode tertentu.d. Analisis tersebut juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan terjadinya perubahan gaya pada seseorang yang menjalankan profesi dalam jangka waktu yang panjangB. Pendekatan stilistika juga memberikan perhatian terhadap analisis wacana.Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:a. Dalam menganalisisnya, cukup yang hanya terkait dengan aspek pemakaian bahasa.b. Cara pengembangan narasi dalam fiksic. Cara pengembangan pola deskriptif dalam fiksi.d. Cara pengembangan baris dalam larik, larik dalam puisi.

e. Hubungan antarkalimat dalam wacana.Pendekatan stilistika juga dikaitkan dengan analisis perwatakan. Hal ini penting, karena bahasa mempunyai kaitan dengan karakter tokoh. Selain itu, perwatakan atau perilaku pengarang juga senantiasa tercermin dari bahasa yang digunakan.Pendekatan stilistika juga terkait dengan pemahaman pembaca. Hal itu disebabkan adanya pandangan bahwa keberhasilan sebuah komunikasi tidak diukur dari segi pembicara (sastrawan), tetapi diukur dari penerimaan khalayak pembaca. Bila terjadi kesukaran pemahaman pada pembaca, maka harus dicari faktor penyebabnya. Resepsi pembaca yang terganggu mungkin disebabkan kelemahan pembaca itu sendiri atau mungkin terjadi karena kesalahan penulis dengan karyanya.C.Hal-hal yang Dianalisis dengan Pendekatan StilistikaKaitannya dengan kritik sastra, kajian stilistika digunakan sebagai metode untuk menghindari kritik sastra yang bersifat impresionisdan subyektif. Melalui kajian stilistika ini, diharapkan dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria obyektifitas dan keilmiahan. Pada kritik sastra, prosedur analisis yang digunakan dalam kajian stilistika, diantaranya: analisis aspek dalam gaya bahasa, analisis aspek-aspek kebahasaan, serta analisis gagasan makna yang dipaparkan dalam karya sastra.Hal-hal yang dianalisis dengan pendekatan stilistika, antara lain:1Analisi aspek bunyi dan fonem, hal tersebut biasa dilakukan terhadap puisi yang banyak memanfaatkan bunyi-bunyi untuk mencapai keindahannya, serta dalam fiksi yang menggunakan permainan bunyi.2.Analisis pilihan kata. Pilihan kata yang tepat dengan pemakaian yang tepat memberi pengaruh yang besar terhadap penciptaan gaya dan keindahan gaya.3.Analisi aspek kalimat. Dalam kaitan dengan kalimat, yang harus diperhatikan adalah penggunaan berbagai variasi kalimat dengan menyesuaikannya dengan suasana dan kondisi peristiwa. Begitu pula dengan aspek deviasi atau penyimpangan di dalamnya.4.Analisi aspek wacana. Sebelum menganalisis dari aspek wacana, perlu pemisahan antara wacana fiksi, wacana puisi, serta wacana drama. Sebab, ketiganya mempunyai struktur fisik yang berbeda.5.Aspek semantik. Aspek semantik juga perlu dianalisis menggunakan pendekatan stilistika, sebab terkadang penggunaan bahasa di dalam karya sastra sukar dipahami atau ditangkap maknanya.6.Analisis unsur dramatisasi bahasa. Bahasa yang didramatisasi biasa disebut bahasa figuratif, bahasa kias, atau majas.7.Gaya personal pengarang atau penyair. Pengarang atau penyair merupakan pelaku utama terciptanya sebuah karya sastra. Apapun yang tampak dalam sebuah karya sastra, baik bentuk maupun isi, adalah buah tangan sastrawan. Bila sebuah karya sastra dinilai baik atau buruk, maka penilaian itu akan membias pada penulisnya.Dengan kata lain, hal-hal yang dianalisis menggunakan pendekatan stilistika dapat bersifat fonologis (pola bunyi bahasa, mantra, rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu), atau retoris (majas, citraan).3. Pendekatan Religi /relegius Hubungan sastra dengan religiusitas Religi atau religiusitas merupakan segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan dan sesama makhluk. Akan tetapi religiusitas itu sendiri lebih luas dari agama. Sebagai salah satu aspek yang menopang atau yang turut mempengaruhi penciptanya sebuah karya sastra, utamanya masalah Novel, maka religi atau religiusitas dengan segala aspek yang terdapat di dalamnya.sebagai tolak ukur dalam rangka memahami Novel atau karya sastra yang lain dari segi religiusitas.A. Hubungan antara sastra dan religiuitas, utamanya hubungan antara Novel dan religiusitas tercakup dalam tiga bidang garapan (tiga ruang lingkup) antara lain :1. telaah religiusitas yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama yang tercermin dalam Novel2. Telaah religiusitas yang berkaitan dengan masalah-masalah religi yang diungkapkan oleh pengarang dalam karya Novelnya3. Telaah religiusitas yang berkaitan dengan masalah-masalah religi yang dijadikan sebagai latar penciptaan sebuah NovelAkan tetapi, karena unsur pengarang juga miliki pengaruh yang sangat besar terhadap masalah-masalah tertentu yang dituangkan dalam karya, maka dalam hubungan ini peneliti juga dapat meneliti hubungan timbal balik yang terjadi antara latar belakang pengarang, dan pandangan pengarang dengan karya sastra. Oleh sebab itu dalam penelitian ini juga dianalisis mengenai hubungan pengarang dengan masalah religiusitas yang di tampilkan dalam karya novel.

Mangunwijaya (dalam Lathief, 2008: 175) mengemukakan bahwa segala sastra adalah religius. Religius diambil dari bahasa Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali atau prihatin tentang (sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan sebagai manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan penuh dengan pertimbangan spiritual. (Lathief, 2008: 175)Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati, moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain. Dengan demikian sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. (Lathief, 2008: 175)B. Konsep Religiusitas menurut Atmosuwitoa. Religiustas merupakan perasaan yang lebih luas dari agamab. Religiusitas merupakan perasaan keagamaan yang berfungsi mengikat diri (pengikat diri)c. Religiusitas merupakan sikap keagamaan yang lebih dinamis dan lebih menonjolkan eksistensi manusia sebagai manusia yang hakikid. Religiusitas merupakan perasaan keagamaan yang mencakup segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan yang dimaksud adalah:(a) perasaan doa, (b) persaan tukut, (c) persaan rindu pada Tuhan, dan (d) perasaan dan pengakuan akan kebesaran Tuhan.C. Contoh hubungannya dengan telaah atau analisis masalah religiusitas dalam novelDalam novel Cogito Allah Sum karya Lalu Mohammad Zaenudin ini, lebih difokuskan pada masalah sikap religiusitas yang di gambarkan oleh Lalu Mohammad Zauenudin dalam novel Cogito Alah Sum melalui:

a. Masalah hubungan religiusitas manusia dengan Tuhan dalam novel Cogito Allah Sum karya Lalau Mohammad Zaenudin.b. Masalah hubungan religiusitas manusia dengan manusia dalam novel Cogito Allah Sum karya Lalau Mohammad Zaenudinc. Masalah hubungan religiusitas manusia dengan alam dalam novel Cogito Allah Sum karya Lalu Mohammad Zaenudin.Dengan diketahuinya hal-hal diatas, maka upaya untuk melihat masalah religiuitas tertentu dalam novel Cogito Allah Sum akan dapat diketahui dengan baik. Untuk mengetahui tentang adanya nilai-nilai religius dalam sebuah karya sastra memang bukan perkara mudah. Oleh karenanya diperlukan kemampuan mengetahui konsep religi itu sendiri. Menurut Mustopo (2000:31) pada prinsipnya religi adalah penyerahan diri pada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia tergantung pada Tuhan, bahwa manusia itu tidak mampu memperoleh keselamatan dengan kekuatannya sendiri, karena itulah manusia menyerahkan diri pada Tuhan. Sebagai objek dalam penelitian ini, nilai-nilai religius dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika menunjukkan adanya pandangan penulis dalam memetik ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadits yang di gambarkan melalui perjalanan spiritual tokoh di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. Hingga tokoh-tokoh Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan- Nya dari kekurangan dan cacat.4. Pendekatan Psikoanalistik Analisis psikologi dalam uraian ini mengacu dari psikoanalisis dalam strukturalisme (Ferdinand Lacan). Tamhan analisis ini dikutip dari uraian Darma dalam bukunyaPengantar Teori Sastra. psikoanalisis dipergunakan dalam kritik sastra, psikoanalisi juga berkembang mengikuti perkembangan sastra. Perkembangan psikoanalisis dalam sastra yang paling penting adalah psikoanalisis dalam strukturalisme, Ferdinan Lacan, mempelajari psikoanalisis Freud bukan melalui psikologi, namun melalui strukturalisme. Sebagaimana halnya Freud, Lacan adalah dokter, kemudian mengambil spesialisasi psikiatri. Selaku psikiatris, Lacan berhubungan ndengan para penderitaparanoia. Hubungannya dengan salah seorang pasiennya, Aimee, kemudian dikembangkan menjadin disertasi. Dalam perkembangan perjalanan hidupnya Lacan merasa kecewa terhadap pengembangan psikoanalisis Freud yang dilakukan oleh para psikolog. Karena itu dia bertekad untuk kembali ke dasar , yaitu ke psikoanalisis Freud.A. Psikoanalisis dan SastraTeori psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Freud pada tahun 1890. Ia adalah orang pertama yang memetakan alam bawah sadar manusia berdasarkan pengalaman-pengalamnannya dalam merawat pasien-pasien neurotik. Ia mengetahui bahwa banyak sikap dan perasaan yang diungkapkan oleh pasien-pasiennya tidak mungkin berasal dari alam sadar, melainkan dari alam bawah sadar. Pengalaman-pengalaman Freud dalam terapi memberi keyakinan bahwa ketidaksadaran merupakan faktor penentu tingkah laku yang penting dan dinamik (Semium, 2006: 55).

Psikoanalisis dalam pengertian modern yaitu pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia serta pentingnya masa kanak-kanak dalam membentuk masa dewasa.B. Dalam sastra, psikoanalisis ini diterapkan dalam menemukan aspek-aspek kejiwaan pada sebuah karya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra,a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis.

b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, dan

c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Akan tetapi, Ratna (2004: 343) berpendapat bahwa pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya.

C. teori psikoanalisis FreudDalam teori psikoanalisis Freud, ia memperkenalkan model struktural yang menggambarkan pikiran manusia sebagai campuran atau gabungan dari kekuatan-kekuatan di mana bagian-bagian dari kepribadian sadar juga dapat mengandung isi tak sadar. Menurutnya bagian terpenting dari kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga, yakni id, ego, dan super ego. Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil sama dari ketiga aspek itu (Suryabrata, 1982: 125). Maka dari itu, ketiga aspek ini akan dijadikan landasan dasar dalam mengkaji tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra.

Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Bila dapat diambil kesimpulan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya (Ahmadi, 2009: 3-4). Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut. Jatman dalam Endraswara (2003: 97) menyatakan bahwa karya sastra dan psikologi memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Dikatakan pertautan tak langsung karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan Universitas Sumatera Utara ungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan. Psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra akan berusaha diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tidak lain merupakan produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003: 101).

Freud (lahir di Freiberg pada tahun 1856 dan meninggal di Londontahun1939)memulaikarirpsikoanalitisnyapadatahun1896,setelahbeberapa tahun Freud buka praktik dokter. Karena setelah beberapa tahun iamenjadi dokter Freud tidak pernah merasa puas dengan cara ia mengobatipasien,Freudberpikiruntukmerubahcarapengobatanpasien.Jikaselamamenjadidokteriamencobamelakukanterapimedis,Freudberpikir

melakukan semacam upaya psikoterapeutik untuk sebagian besar pasienyayang ternyata lebih banyak mengalami tekanan jiwa. Terapi itu disebutnyasebagai psikoanalisis.Prinsip terapi yang dilakukan Freud adalah dengan cara mengajakpasien bercakap-cakap, melakukan dialog secaraterbuka danprisipasosiasibebas (free association), dan itu mau tidak mau sepenuhnya dilakukan lewatdan dalam bahasa. Dalam hal ini, yang dimaksud denganprinsipasosiasibebasadalahteknikmemberikanbeberapakatarangsangankepadapasiendan pasien diharapkan memberikan reaksi spontas secara bebas terhadapkata-kata rangsangan tersebut. Misalnya, kata "pintu" akan menimbulkankata reaksi "kunci", kata "ayah" akan menimbulkan kata reaksi "jahat" dansebagainya.Denganmemperlajaribeberapakatareaksitersebut,dapatdiketahuimasalahpasienyangbarangkaliolehsipasiensendiritidakdisadari. Akan tetapi, dalam beberapa hal cara ini belum memuaskan Freudkarenabanyakaspekketidaksadaranyangtidakterkoreksehinggapenyembuhannyapunkurangmemuaskan.Daricaraasosiasibebas,Freudmencobacarahipnotisyaitutekniktertentuuntukmenjadikanpasiensetengah sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah untukmelihat alam ketidaksadaran pasien. Untuk cara ini Freud belajar kepadaCharcot di Paris selama satu tahun. Dala kesempatan itu Freud juga bergurukepada Joseph Breuer, yang kebetulan juga guru Charcot. Akan tetapi, carahipnotispunternyatatidakmemuaskanFreudkarenaeksplorasiketidaksadaran pasien tidak maksimal sehingga diagnosis yang diberikanjuga tidak memuaskannya.DalamproseslebihlanjutdaripenelitiannyaitulahFreudmulaimempelajari mimpi, yaitu sesuatu yang secara naluriah terjadi karena adayangditekandalamkehidupansehari-hari.Halyangditekantersebutmembutuhkanpenyaluransecara"alami"sehinggaFreudmerasayakinmimpi pasti mewakili atau menandakan sesuatu. Berdasarkan kajian Freudtentang mimpi ia menulis bukuThe InterpretationofDreams

(1890), yangmana buku tersebut pada akhirnya diterbitkan pada tahun 1900.Dalam buku tersebut, Freudmemperkenalkan beberapa istilah sepertikompleks Oidipus,insting seksual,resistensi,sehinggabanyakpembacayang mempelajari secara serius sering salah paham dengan penjelasan yangditawarkanFreudtersebut.Itulahsebabnya,padamulanyateoripsikoanalisisyangdikembangkanFreudsamasekalitidakmenarikperhatian, bahkan secara relatif tidak banyak yang membicarakannya. Freudtidak pernah berputus asa, iaterus meneliti dan menulis.Pengalaman Freud berhadapan dengan para pasiennya, yang sebagian besaradalah pasien-pasien neorotis, menyebabkan Freud mengembangkan suatupendekatanyangberpusatpadasubjek.Pendekataninimenekankanpadasuatuinterpretasitentangmanusia.Dengandemikian,terjadipergeseranbesar dalam diriFreud yang sebelumnyacenderung positif-objektif menjadihermeneutis-subjektif. Pendekatan interpretatif inilah yang sekarang seringdinamakan dengan hermeneutik. Sayang, waktu itu jika Freud menuliskanpemikirannya lebih dianggap seagai fiksi daripada sebuah tulisan

ilmiah.Berdasarkanrenungan,penelitian,danpemikirannyaberhadapandenganmanusia(pasien)maupunmasyarakat,padaakhirnyaFreudmencoba merumuskan apa yang dimaksud dengan pribadi manusia. SalahsatupenemuanFreudyangterbesaradalahkonsepketidaksadaran.Memang,bukanberartikonsepketaksadaranyangdikembangkanolehFreudsepertijatuhdarilangit.Karenajauhsebelumnyaduniailmupengetahuansesungguhnyasudahmengenalapaitukesadaranyaitusuatukehidupanpsikismanusia.Akantetapi,ditanganFreudpengertianitumenjadi berubah ketika ia mengatakan bahwa ketidaksadaran dalam dirimanusia seperti gunung es yang justru sebagian terbesarnya ada di bawahpermukaanlautyangtidakdapatditangkapdenganindera.Dalamhalini tampaknya namanya mengandung sesuatu yang negatif, tetapi realitasnyasungguhpositif.KonsepFreudtentangketakdaraninilahmerubah

pandangankitatentangmanusia.Namunbegitu,Freudbukanberartiseorang yang steril dari wacana keilmuan yang sedang berkembang padaabadke-19itu.Sebagaiseorangyangdibesarkandalamtradisipositif-objektif dengan sejumlah prasangka ilmiah, psikoanalisis Freud semakin menambahkayakinanbahwatidakadaperbuatan-perbuatanyang tidakmempunyai penyebab,semuaprilakuyangmempengaruhimanusiaadapenyebabnya(theprincipleofpsychicdeterminism)meskipunmungkindilakukan secara tak sadar, segala sesuatunya ada diterminasinya (Strean,1979: 17).

1