27
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006 dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Soemantri dalam Sapriya (2009:19) IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik. Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013:137) mengemukakan bahwa IPS merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai media pelatihan bagi siswa. Pendapat yang sejalan dengan pemikiran teori di atas, Banks dalam Ahmad Susanto (2013:141) berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13021/2/T1_292012503_BAB II...Jenjang untuk SD/MI, pengorganisasian materi mata

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006

dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik

akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat

yang dinamis.

Menurut Soemantri dalam Sapriya (2009:19) IPS merupakan

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu – ilmu sosial dan humaniora, serta

kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan

menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan

harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.

Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013:137) mengemukakan bahwa IPS

merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana

para anggotanya benar – benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan

penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai – nilai. Hakikat

IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai

media pelatihan bagi siswa.

Pendapat yang sejalan dengan pemikiran teori di atas, Banks dalam

Ahmad Susanto (2013:141) berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan

bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan

siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai

8

– nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di

dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pembelajaran IPS diterapkan di

sekolah – sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama

di sekolah dasar dan menengah.

Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin

ilmu – ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang

dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh

karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk menguasai pengetahuan

(knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat

digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. (Sapriya, 2009:12)

Jenjang untuk SD/MI, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan

terpadu (integreted), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu

pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata

(factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat pengembangan

berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam dokumen Permendiknas

(2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan isu sosial. Dari ketetentuan ini maka secara konseptual, materi

pelajaran IPS di SD belum mencangkup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu

sosial.”

Definisi yang sudah dipaparkan, maka pembelajaran IPS di sekolah dasar

merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek

kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian, peranan IPS

sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak

sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

9

Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 mata pelajaran IPS di SD/MI

menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusian, 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja dama dan berkompetensi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

yang telah tercantum pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

meliputi (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan

perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi dan

kesejahteraan.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang

secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Secara rinci, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI

kelas V sebagai berikut :

10

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

SD/MI kelas IV Semester 2

Sumber :Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan

pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1

tentang Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup

perencanaan proses pembelajaran, pelaksaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,

tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata

pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber dayaalam, kegiatan

ekonomi, dan kemajuan teknologi di

lingkungankabupaten/kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam dan

potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

11

sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan

Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan

penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan

silabus dapat dilaksanakan baik secara mandiri atau kelompok dalam satu atau

beberapa sekolah disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang ber-

tanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik

secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran , menjelaskan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, mengajak siswa untuk aktif dengan cara

memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan

uraian kegiatan sesuai yang ada dalam silabus. Pelaksanaan kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif yang sesuai dengan bakat ,minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan

benar di dalam kegiatan inti guru harus tepat dalam memilih dan menggunakan

pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Dalam kegiatan yang terakhir yaitu kegiatan penutup bersama – sama dengan

siswa guru membuat rangkuman, ringkasan , atau simpulan dari materi yang telah

ia sampaikan saat itu dan mecuplik sedikit materi pada pertemuan berikutnya.

Penilaian minat belajar dilakukan oleh guru untuk melihat berapa hasil

skor minat yang diperoleh siswa dengan menggunakan angket minat belajar IPS

siswa yang meliputi 5 aspek minat yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa,

perhatian dalam belajar, kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran siswa,

danketerlibatan siswa dengan kriteria skor tinggi mencapai 14-20, skor sedang 7-

13, dan skor rendah adalah 0-6.

12

Ruang lingkup proses pengawasan pembelajaran meliputi pemantauan ,

supervisi , evaluasi , pelaporan dan tindak lanjut. Seperti halnya yang tertera

dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

2.1.2 Model Pembelajaran ST dan Pendekatan PjBL

Menurut Zainal Aqib (2013 : 27) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran ST merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk

tanggap dan menerima pertanyaan dari siswa lain melalui kertas yang diremas

menjadi bola kertas. Pendapat lain juga diutarakan oleh Triyanto (2010 : 71),

mengungkapkan bahwa model pembelajaran ST merupakan salah satu modifikasi

tehnik bertanya jawab yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling

melempar bola kertas yang berisi pertanyaan.Miftahul Huda (2013:226)

menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran ST diterapkan dengan

melemparkan segumpalan kertas yang dibetuk menyerupai bola untuk menunjuk

siswa lain yang diharuskan menjawab soal. Strategi ini digunakan untuk

memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga

digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa

dalam materi tersebut.

Dari beberapa pendapat para ahli seperti diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa model pembelajaran ST adalah model pembelajaran yang melatih siswa

untuk membuat pertanyaan yang ditulis dalam kertas dan dibentuk seperti bola,

melalui lemparan bola pertanyaan diberikan kepada temannya untuk dijawab.

Langkah – Langkah Model Pembelajaran ST

Menurut Zainal Aqib (2013 : 28), langkah-langkah pembelajaran model ST

adalah:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.

2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

13

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi

8. Penutup

Pendapat yang serupa juga di sampaikan oleh Triyanto (2010 :71) langkah-

langkah model pembelajaran ST meliputi :

1. Guru menyajikan materi dengan menginformasikan materi secara umum.

2. Guru membagi kelompok, kemudian setiap ketua kelompok mendatangani guru untuk mendapatkan penjelasan materi.

3. Setiap ketua kelompok menjelaskan dan membahas materi yang diberikan oleh

guru dikelompoknya.

4. Tiap siswa dalam kelompok mendapat satu lembar kertas untuk menuliskan pertanyaan menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa

yang lain. 6. Setelah siswa dapat 1 bola, diberikan kepada siswa untuk pertanyaan yang tertulis

dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Guru bersama dengan siswa memberikan penyimpulan atas materi pembelajaran yang disajikan.

8. Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman siswa akan

materi pembelajaran.

Pendapat lain yang senada juga di utarakan oleh Miftahul Huda (2013 : 227),

tentang sintak langkah – langkah pembelajaran ST sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru membentuk kelompok – kelompok dan memanggil masing – masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman

sekelompoknya. 4. Masing – masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan

satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh

ketua kelompok. 5. Siswa membentuk kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu

siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola , ia di beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian.

7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.

14

Pendapat yang dikemukakan oleh ahli dapat di simpulkan bahwa

langkah – langkah model pembelajaran ST adalah :

1. Siswa menyimak materi yang diberikan guru.

2. Siswa membentuk kelompok.

3. Ketua kelompok mendatangi guru untuk mendapatkan materi.

4. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing.

5. Ketua kelompok menjelaskan materi dikelompoknya.

6. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan satu lembar kertas untuk

menuliskan pertanyaan tentang materi yang dibahas.

7. Kertas pertanyaan yang sudah berisi pertanyaan di bentuk menyerupai

bola.

8. Bola yang berisi pertanyaan di lemparkan ke kelompok yang lain.

( Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat giliran membuat

atau menjawab pertanyaan )

9. Siswa dan guru memberikan konfirmasi jawaban.

10. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.

11. Guru menutup pembelajaran.

Model pembelajaran ini jika dibandingkan dengan modelyang lain

mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas karena siswa dituntut untuk

aktif dan mandiri baik selama pembelajaran berlangsung maupun dalam

penerapan model ini.Model pembelajaran ST merupakan salah satu model

pembelajaran efektif, efisien, dan inovatif karena peserta didik dituntut untuk

berpikir kritis dan aktif dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran ini sangat

sesuai untuk dilaksanakan bagi peserta didik yang memiliki pemahaman rendah

serta daya pikir yang kurang. Selain itu, model ini juga mampu diterapkan bagi

peserta didik yang sebenarnya pintar hanya saja mereka tidak mampu untuk

mengungkapkan pendapatnya. Dalam penerapannya bila ada pertanyaan yang

sama maka siswa harus tetap menjawabnya di depan kelas. Peneliti berasumsi

bahwa yang menjawab pertanyaan adalah individu yang berbeda selain itu peneliti

15

juga berasumsi bahwa apabila materi diucapkan secara berulang-ulang maka akan

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan.Pada

pembelajaran ST , siswa di bagi dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok

di wakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian masing

– masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seperti

bola ( kertas pertanyaan) lalu di lemparkan ke siswa lain. Siswa yang mendapat

lemparan kertas harus menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan di

dalam kertas yang diperoleh.

Pendekatan Project Based Learning

PjBL atau pendekatan pembelajaran berbasis proyek merupakan

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pendekatan

pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam

mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam aktivitas yang nyata.

Intel Corporation dalam Hosnan (2014:319) mendefinisikan PjBL

sebagai “an instructional model that involves students in investigations of

compelling problems that culminate in authentic products”. Pendekatan

denganmenggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam

penyelidikan masalah menarik kemudian akan diakhiri dengan hasil produk yang

otentik.

Pendapat ini senada dengan pemikiran teori para ahli , definisi PjBL

menurut B. Baron dalam Hosnan (2014:320) adalah pendekatan pembelajaran

secara konstruktif untuk pedalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis

riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi

kehidupannya. Dalam pendekatan PjBL, siswa mengembangkan sendiri wawasan

mereka bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga secara

otomatis akan mengembangkan pula kampuan riset mereka. Mereka didorong

16

untuk aktif dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan, dan aktivitas

lainnya.

Thomas J.W. Moursund, et al. dalam Herminarto Sofyan (2006: 298)

menyebutkan bahwa PjBL adalah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang

menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalan suatu proyek. Hal ini

memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun

pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu

hasil yang realistis, seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri.

Definisi yang sudah dipaparkan oleh para ahli, dapat disimpulkan

bahwa PjBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan proyek

sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk

memecahkan masalah dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis,

membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan

pengalaman nyata. Pendekataan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja

secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkrontruksikan produk yang

bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah – Langkah Pendekatan PjBL

Pengaplikasian pendekatan PjBL dalam proses pembelajaran terdapat 6 langkah menurut Kurinasih dkk (2014:85) yaitu :

1. Penentuan proyek Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik proyek berdasarkan tugas

proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk

memilih/menentukan proyek yang akan dikerjakannya, baik secara kelompok maupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang tugas dari tugas yang diberikan

guru.

2. Perancangan langkah – langkah penyelesaian proyek

Peserta didik merancang langkah – langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan

main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung

tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek,perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas

proyek dan kerja sama antara anggota kelompok.

3. Menyusun jadwal pelaksanaan proyek

17

Melalui dampingan guru peserta didik dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan

yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi

tahap.

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah

dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek, diantaranya adalah

dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru

bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek

, mulai proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat

rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.

5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada

peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk

pembelajaran. 6. Evaluasi proses dan hasil proyek

Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan

secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.

Susunan langkah yang sejalan diungkapkan oleh Ridwan (2014:227) bahwa pendekatakan PjBL memiliki tahapan pembelajaran sebagai berikut :

1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai.

2. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan

topik yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru.

3. Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian masalah yang diidentifikasi.

4. Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang

terkait dengan materi palajaran. 5. Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh

peserta didik.

Pendapat yang sejalan dengan langkah – langkah yang dikemukakan oleh

Daryanto (2014:23) pendekatan PjBL dilaksanakan dalam 6 tahap sebagai berikut:

1. Penentuan pertanyaan mendasar

Pembelajaran dimuai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil

topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi

mendalam. 2. Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan

demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut.

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek

yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu

penyelesaian proyek.

18

3. Menyusun jadwal

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain : membuat timeline untuk

menyelesaikan proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing pesrta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan

dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat penjelasan tentang

pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta

didik selama menyelesaikan proyek. Montoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor

bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah

rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. 5. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian

standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing – masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,

membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan

baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk

mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Langkah – langkah yang sudah diuraikan, maka dapat disimpulkan

bahwa langkah – langkah pendekatanPjBLadalah sebagai berikut :

1. Menentukan tema tentang materi hari ini yang akan disajikan.

2. Mengidentifikasi permasalahan sesuai tema.

3. Membuat langkah – langkah penyeselesaian proyek berupa laporan.

4. Mengumpulkan data tentang materi yang akan disajikan dari berbagai

sumber.

5. Mengolah data sesuai tema.

6. Menyusun laporansesuai tema.

7. Mempresentasikan hasil proyek sesuai tema.

8. Merefleksi proses dan hasil proyek sesuai tema.

19

Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan PjBL

Kelebihan menggunakan pendekatan PjBL dalam proses pembelajaran menurutKurinasih dkk (2014:84)yaitu :

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong

kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk

dihargai. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang

kompleks. 4. Meningkatkan kolaborasi.

5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktekkan ketrampilan

komunikasi. 6. Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber – sumber lain

seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks

dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimilki, kemudian diimplementasikan dengan

dunia nyata.

10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun

pendidik menikmati proses pembelajaran.

Pendekatan PjBL memiliki hambatan yang dikemukakan oleh Kurinasih dkk

(2014:84) sebagai kekurangan pendekatan,yaitu : 1. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan

untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3. Banyak isntruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur

memegang peran utama di kelas.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6. Ada kemungkinan peserta didik kurang aktif dalam kerja kelompok.

7. Ketika topik yang diberikan kepada masing – masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Langkah – langkah dari model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL adalah

sebagai berikut :

1. Siswa menyimak tema.

2. Siswa membentuk kelompok.

3. Siswa mengidentifikasi masalah.

4. Ketua kelompok mendapatkan penjelasan tentang langkah – langkah

penyelesaikan tugas.

20

5. Ketua kelompok menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas.

6. Siswa menerima satu lembar kertas untuk membuat pertanyaan.

7. Siswa menulis pertanyaan di kertas dan membentuk bola.

8. Bola pertanyaan di lempar ke siswa lain untuk menjawab pertanyaan

yang ada di dalam bola.

9. Siswa mengumpulkan data.

10. Siswa menyusun laporan tugas.

11. Siswa mempresentasikan hasil tugas.

12. Refleksi pelaksanaan pembelajaran.

13. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.

Proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan benar dengan

menggunakan gabungan dari langkah – laangkah model pembelajaran ST dan

pendeketan PjBL seperti yang telah disimpulkan pastinya pembelajaran akan

memunculkan minat dari siswa untuk lebih aktif dalam menerima pelajaran dan

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2.1.3 Minat Belajar

Kata minat (interest) yangberarti menarik atau tertarik.“Minat adalah

suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas yang

berasal dari hati tanpa ada pihak yang menyuruh dan memaksa. Slameto

(2003:180) mengungkapkan bahwa definisi minat tidak nampak pada kehidupan

sehari – hari ,namun rasa lebih suka itu akan nampak melalui aktivitas yang

dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pandangan Slameto yang menjelaskan bahwa

minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin

besar minat.

Minat belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran selama

proses belajar mengajar terlaksana. Seperti saat siswa terlihat aktif dalam kegiatan

21

pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru apabila

kurang jelas dengan materi yang disampaikan oleh guru.

Shaleh dan Wahab dalam Adriansyah (2011) mendefinisikan minat

sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap

orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek minat tersebut dengan disertai

perasaan senang. Minat erat hubungannya dengan rasa suka atau tidak suka

seseorang terhadap sesuatu tindakan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Bernard dalam Ahmad Susanto (2013:57) menyatakan bahwa minat

timbul tidak secara tiba – tiba, tetapi timbul akibat partisipasi, pengalaman,

kebiasaan pada waktu belajar. Jadi jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan

persoalan kebutuhan dan keinginan.

Pengertian dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa minat

adalah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tanpa adanya

keterpaksaan sehingga menimbulkan perasaan senang, ketertarikan, keterlibatan,

serta adanya perhatian dan keaktifan oleh orang yang bersangkutan dan perhatian

secara efektif karena terdapat manfaat yang didapatkan dari suatu objek.

Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan

konasi (kehendak). Unsur kognisi dari minat didahului oleh pengetahuan dan

informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi

karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu,

seperti rasa senang (emosi), sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari

unsur kognisi. Dari ketiga unsurinilah yang diwujudkan dalam bentukkemauan

dan hasrat untuk melakukansuatu kegiatan, termasuk kegiatan yangada di sekolah

seperti belajar.

Aspek-Aspek Minat menurut Hurlock (dalam Ardiansyah, 2011) terbagi dalam

dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam aspek ini nantinya akan

diketahui indikator peningkatan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial :

22

1. Aspek kognitif, minat berdasarkan atas konsep yang dikembangkan anak

mengenai bidang yang terkait dengan minat, misalnya aspek kognitif dariminat

anak terhadap mata pelajaran tertentu. Bagian-bagian dari aspek kognitif yaitu

kebutuhan akan informasi dan rasa ingin tahu. 2. Aspek afektif, minat dari pengalaman pribadi yang berasal dari lingkungan

keluarga maupun sekolah. Lingkungan belajar akan lebih berpengaruh kepada

suasana belajar dikelas maupun di luar kelas. Kedua aspek minat (aspek kognitif dan aspek afektif) di atas sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa,seperti

yang diungkapkan Muhibbin Syah (dalamArdiansyah, 2011) yang

menyatakanpada dasamya minat seseorang dapatmempengaruhi kualitas

pencapaianhasil belajar siswa dalam bidang – bidang tertentu.

Ciri-ciri Minat Belajar

Siswa yang berminat belajar menurut Slameto (2003:58) mempunyai

ciri - ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang dinikmati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.

4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Minat belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:132) dapat

diekspresikan peserta didik melalui :

1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.

2. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati.

3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya

tanpa menghiraukan yang lain .

Sardiman, (2007: 83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat tinggi yaitu berupa :

1. Tekun dalam menghadapi tugas . 2. Ulet jika menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin akan sesuatu.

23

6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

7. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Ciri – ciri minat belajar yang dikemukakan oleh para tokoh, dapat

diketahui indikator minat belajar, yaitu :

1. Perasaan senang

Perasaan senang yang dimaksud adalah dengan melihat aktivitas yang

dilakukan siswa. Aktivitas siswa akan menimbulkan keterlibatan siswa untuk

berpartisispasi pada setiap kegiatan belajar. Aktivitas dan keterlibatan siswa

muncul tanpa adanya keterpaksaan sehingga siswa akan merasa bangga dan

puas dengan apa yang didapat dari kegiatan pembelajaran.

2. Ketertarikan siswa

Siswa akan cenderung merasa tertarik dengan bahan pelajaran dan tertarik

dalam memecahkan/menyelesaikan soal – soal pelajaran. Bahan

pelajaran/materi yang disampaikan guru membuat siswa ingin mengetahui

lebih dalam dan mempelajarinya disetiap kesempatan entah itu di sekolah

atau dirumah. Hal ini dilakukan siswa karena dianggap menguntungkan bagi

dirinya. Siswa juga tidak akan merasa patah semangat dan tidak mudah putus

asa ketika menghadapi tugas yang berisi masalah/soal yang sulit. Siswa akan

selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Perhatian dalam belajar

Perhatian merupakan aktivitas yang memerlukan konsentrasi dengan

mengesampingkan yang lain. Siswa yang memiliki minat maka dengan

sendirinya memperhatikan objek tersebut. Perhatian siswa pada objek akan

terllihat dari keikutsertaan siswa dalam mengikuti pelajaran dari awal

pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Perhatian belajar siswa juga akan

terlihat dari siswa mengikuti petunjuk guru dalam pembelajaran. Siswa yang

memiliki perhatian belajar yang tinggi cenderung mengacuhkan temannya

yang malah bermain/gojek ketika pelajaran hingga melaporkan teman

tersebut karena dianggap menganggu konsentrasi siswa. Fokus siswa tersebut

mampu membuat siswa lebih teliti dan cermat dalam mengerjakan tugas

ataupun menerima materi.

24

4. Kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran siswa

Minat akan muncul jika memiliki keuntungan/manfaat dalam diri siswa.

Siswa akan merasa pembelajaran yang dilakukan bermanfaat bagi kehidupan

sehari –hari serta siswa dpat menerapkan materi tersebut dengan kehidupan

sehari – hari. Siswa juga akan memaanfaatkan sumber alat dan media yang

ada untuk mendukung pembelajarannya.

5. Keterlibatan siswa

Keterlibatan siswa dapat terlihat dari keikutsertaan siswa di setiap kegiatan

belajar guna memperoleh hasil yang maksimal dan nilai pelajaran yang

memuaskan. Siswa akan mencari materi pelajan selain di sekolah dengan

memanfaatkan sumber belajar di luar sekolah guna mencari informasi untuk

menunjang materi pelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal.

Aspek minat belajar yaitu : perasaan senang,ketertarikan siswa,perhatian

dalam belajar,manfaat bagi siswa,dan keterlibatan siswa, kemudian didasarkan

pada langkah-langkah pendekatan PjBL dan model pembelajaran ST maka

diperoleh indikator minat belajar IPS sebagai berikut :

1. Senang menyimak tema.

2. Senang membentuk kelompok @ 6 siswa

3. Tertarik mengidentifikasi masalah.

4. Terlibat menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas.

5. Tertarik untuk mengumpulkan data.

6. Fokus membuat pertanyaan dengan serius.

7. Fokus menyusun tugas dan menjawab pertanyaan dengan serius.

8. Senang dengan aktivitas presentasi dan suasana belajar mengajar di kelas

9. Muncul kesadaran adanya manfaat tugas bagi siswa.

Macam-macam skala pengukuran dikemukakan oleh Sugiyono

(2012:136-142):

1. Skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk keperluan

25

analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

1) Setuju/selalu/sangat positif 5

2) Setuju/sering/positif 4

3) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3

4) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2

5) Sangat tidak setuju/tidak pernah 1

Instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk

checklist ataupun pilihan ganda.

2. Skala Guttman.

Skala pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-

tidak”; “benar-salah” dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data

interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Skala Guttman dapat dibuat

dalam bentuk pilihan ganda dan checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi

satu dan terendah nol..

Contoh : Bagaimana pendapat anda bila orang itu menjabat pimpinan di

perusahaan ini?

a. Setuju.

b. Tidak setuju.

Peryataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala

pengukuran interval dikotomi.

Contoh : Apakah tempat kerja anda dekat dengan Jalan Protokol ?

a. Ya

b. Tidak

3. Rating Scale.

Data yang diperoleh pada rating scale merupakan data berupa angka

kemudian ditafsirkan dalam penelitian kualitatif. Dalam skala model ini

responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah

disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif (berupa angka)

yang telah disediakan.

Contoh : Seberapa baik data ruang kerja anda di perusahaan A ?

Berilah jawaban dengan angka

26

4 bila tata ruang itu sangat baik.

3 bila tata ruang itu cukup baik.

2 bila tata ruang itu kurang baik.

1 bila tata ruang itu sangat tidak baik.

Macam - macam skala pengukuran tersebut, penelitian ini menggunakan

skala pengukuran Guttman, karena variabel minat belajar siswa membutuhkan

jawaban yang tegas dan konsisten agar dapat diketahui dengan jelas tingkat minat

belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian

Penelitian yang relevan telah oleh Djehan Mulyani dengan judul “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Project Based Learning (Pembelajaran

Berbasis Proyek) Pada Siswa Kelas 5 Di SD Islam Al-Syukro Universal”. Hasil

dari penelitiannya adalah diketahui adanya kemampuan hasil belajar siswa.

Peningkatan kemampuan hasil belajar dapat dilihat dari teknik analisis data yang

dilakukan secara kuantitatif indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari

ketuntasan belajar siswa sebanyak 75%, dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) 65. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama ketuntasan belajar yang

dicapai sebanyak 70%, dan siklus kedua sebanyak 97%.Berdasarkan penelitian

yang sudah dilakukan Djehan dapat dilihat kelebihannya dalam kemampuan hasil

belajar yang meningkat dengan pendekatan Project Based Learning meliputi

kemampuan menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat mengungkapkan

situasi atau permasalahan dengan menggunakan bahasa matematika dan mampu

menjawab soal IPS aplikasi (situation), Kemampuan memfokuskan pertanyaan

dan menemukan konsep yang digunakan untuk penyelesaian (focus), Kemampuan

untuk memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep

(clarity). Hal ini juga berdampak pada tiap-tiap aspek aktivitas siswa yang

mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi kategori sangat baik, dan

kategori cukup baik menjadi baik. Siswa memberikan respon positif terhadap

pembelajaran menggunakan pendekatan Project Based Learning. Sebagian besar

27

siswa merasa senang, lebih semangat, tertarik dengan materi, lebih mudah

menyelesaikan soal karena membuat siswa berpikir lebih sistematis, dan terperinci

dalam menyelesaikan masalah. Namun dalam penelitian ini, terdapat kelemahan

dalam masalah efisien waktu yang digunakan untuk penggalian informasi dan

pemecahan masalah.

Penelitian lain dilaksanakan oleh Veronica Yasinta dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Metematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui Project

Based Learning dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri 01 Gandulan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui Project Based Learning

dengan pendekatan kontekstual di kelas 4 SD Negeri 01 Gandulan. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas dengan variabel terikat hasil belajar dan

variabel bebas pendekatan kontekstual dan Project Based Learning. Subjek

penelitian sebanyak 21 siswa. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan

adalah lembar observasi dan butir soal tes. Analisis data menggunakan SPSS:16,0.

Dalam penelitian ini dapat dilihat keberhasilan penerapan Pendekatan Kontekstual

Melalui Project Based Learning. Hasil yang diperoleh oleh siswa dalam pra siklus

11 siswa (52,38%) belum tuntas KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai

KKM. Dan setelah adanya penelitian pada siklus I dengan menerapkan

Pendekatan Kontekstual Melalui Project Based Learning siswa mengalami

peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum tuntas KKM dan 16 siswa (76,2%) siswa

sudah tuntas KKM. Dan hasil dari siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%)

belum tuntas KKM dan 19 siswa (90,5%) tuntas KKM. Meningkatnya hasil

belajar sangat signifikan dari hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

penerapan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning dalam mata

pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD N 01

Gandulan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

Penelitian yang senada juga dilakukan juga oleh Suwiji Budi pada tahun

2012 yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS tentang

28

Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing

Siswa Kelas IV SD Negeri Tumrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun

2011/2012” Menunjukkan bahwa ada peningkatan minat belajar IPS tentang

perkembangan teknologi yang diupayakan melalui model pembelajaran Snowball

Throwing. Siswa SD kelas 4 Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun

2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus hanya 10% dari seluruh siswa

saja yang minat untuk mengajukan pertanyaan ketika guru melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas pembelajaran yang

tercermin dalam 3 aspek minat yakni perasaan senang, keterlibatan siswa dan

ketertarikan siswa ada peningkatan minat belajar siswa yakni pada siklus 1 aspek

rasa ingin tahu tercapai 80% di siklus 2 naik menjadi 90%. Aspek toleransi

terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75% siklus 2 90% dan pada aspek

keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik

menjadi 95 % di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar

80% maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan model Snowball

Throwing dalam pembelajaran IPS kelas 4 dikatakan berhasil. Kelebihan dari

penelitian ini adalah ada peningkatan minat siswa pada siklus 1 dan siklus 2 yang

tercermin dalam 3 aspek yaitu perasaan senang, keterlibatan siswa dan

ketertarikan siswaadanya peningkatan minat yang mencapai 80%.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu

mendukung penelitian ini belum pernah dilakukannya penelitian mengenai upaya

meningkatkan minat belajar mata pelajaran IPS melalui model ST dan

pendekatanPjBL pada siswa kelas 4 SD Negeri 07 Boyolali tahun pejaran

2015/2016.

2.3 Kerangka Berfikir

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus

dipenuhi.Karena denganpendidikan manusia dapat memperoleh ketrampilan dan

ilmupengetahuan sebagai bekal hidup dimasa depan. Untuk memperoleh

ketrampilandan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah

29

satunya yaitumelalui pembelajaran, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan

yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa.

Pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi pelajaran IPS melalui ceramah dan siswa mendengarkan.

Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang

dilakukan guru, adalah diam mendengarkan, bermain sendiri, mengantuk, tidak

segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau

siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif ketika pembelajaran.

Kondisi ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran IPS menurun, karena minat sendiri adalah suatu kecenderungan,

ketertarikan, perhatian, dan rasa senang terhadap suatu aktifitas/objek.

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar

kompetensi yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu

pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri

secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat memecahkan

masalah dengan melakukan penyelidikan/investigasi dan dapat menemukan

sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang melibatkan

siswa berpartisipasi aktif dan dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah

dengan menggunakan model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL.

Model pembelajaran ST adalah model pembelajaran yang melatih siswa

untuk membuat pertanyaan yang ditulis dalam kertas dan dibentuk seperti bola,

melalui lemparan bola pertanyaan diberikan kepada temannya untuk dijawab.

Sedangkan pengertian pendekatan PjBL merupakan pendekatan pembelajaran

yang menggunakan proyek sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai

kompetensi sikap, pengetahauan , dan ketrampilan.

30

Langkah – langkah dari model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL

adalah sebagai berikut :

1. Siswa menyimak materi perkembangan teknologi

2. Siswa membentuk 7 kelompok @6 siswa

3. Siswa mengidentifikasi masalah perkembangan teknologi secara

kelompok.

4. Ketua kelompok mendatangi guru untuk mendapatkan penjelasan

materi perkembangan teknologi

5. Ketua kelompok menjelaskan materi perkembangan teknologi

dikelompoknya..

6. Siswa mengumpulkan data kemudian guru membagikan satu lembar

kertas untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan tema.

7. Kertas pertanyaan tersebut di lempar ke siswa yang lain dan siswa

yang mendapatkan kertas pertanyaan harus menjawab pertanyaan.

8. Siswa menyusun laporan tugas

9. Siswa mempresentasikan hasil tugas.

10. Siswa dan guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran.

11. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.

12. Guru menutup kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran ST dan

pendekatan PjBL akan lebih mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga tidak ada lagi perasaan jenuh / bosan. Siswa tidak akan merasa asing

dengan konsep-konsep yang diberikan guru karena konsep itu sebenarnya sudah

ada dalam diri siswa dan ada dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa akan

merekonstruksi konsep yang sudah ada di otaknya dengan konsep baru yang

mudah diterima. Dalam model pembelajaran ST dan pendekatan PjBLini

menggunakan penilaian skala sikap, karena yang diteliti adalah minat belajar

siswa. Penilaian diambil dengan caraobservasi dengan cara observer mengamati

setiap aktifitas yang dilakukan oleh siswa, dan kemudian diukur menggunakan

31

instrumen non tes berupa angket minat belajar untuk mengukur minat belajar

siswa. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang

signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan yaitu

mengulang kembali dengan model pembelajaran ST dan pendekatanPjBL dengan

kompetensi dasar yang sama sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

lebih meningkat dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dapat

meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam kerangka berfikir tentang minat

belajar terhadap IPS dengan menggunakan model pembelajaran ST dan

pendekatan PjBL .Skema peningkatan minat belajar IPS disajikan secara lengkap

pada gambar2.1 lihat pada halaman 32.

32

Gambar 2.1 Peningkatan Minat Gambar 2.1 Skema Peningkatan Minat Belajar Melalui Model ST dan Pendekatan PjBL

Membuatpertanyaan dengan serius

Mengikuti aktivitas menyimak

tema

Ikut serta menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas

Mengidentifikasi lebih dari 1 masalah

tentang perkembangan teknologi

Ikut serta mengumpulkan data

Menyusun laporan tugas dan

menjawab pertanyaan dengan serius

Melaksanakan presentasi laporan

berupa tugas

Mengungkapkan manfaat

pembelajaran

Model Snowball Throwing dan

Pendekatan PjBL

2.3 Mengenal perkemabangan teknologi produksi,

komunikasi , dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya.

Minat belajar IPS

rendah

SKOR

MINAT

1. Aspek Perasaan senang

2. Aspek Ketertarikan

3. Aspek Perhatian belajar

4. Aspek Manfaat

5. Aspek Keterlibatan

Pengukuran Minat Belajar IPS

1. Menyimak tema perkembangan

teknologi

3. Mengidentifikasi masalah tentang

perkembangan teknologi

4. Ketua kelompok menjelaskan langkah-langkah

penyelesaian tugas

5. Mengumpulkan data sesuai dengan tema

6. Membuat pertanyaan sesuai dengan tema

7. Menyusun laporan dan menjawab

pertanyaan

8. Mempresentasikan laporan berupa tugas.

9. Merefleksi pelaksaan pembelajaran

2. Membentuk kelompok Membentuk kelompok @ 6orang

Aspek Minat

33

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan adalah peningkatan minat belajar IPS

diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL

siswa kelas 4 SDN 07 Boyolali Kota Boyolali semester 2 tahun pelajaran

2015/2016.