Upload
truongtram
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )
Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006
dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik
akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat
yang dinamis.
Menurut Soemantri dalam Sapriya (2009:19) IPS merupakan
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu – ilmu sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan
menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan
harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.
Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013:137) mengemukakan bahwa IPS
merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana
para anggotanya benar – benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan
penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai – nilai. Hakikat
IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai
media pelatihan bagi siswa.
Pendapat yang sejalan dengan pemikiran teori di atas, Banks dalam
Ahmad Susanto (2013:141) berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan
bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan
siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
8
– nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di
dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pembelajaran IPS diterapkan di
sekolah – sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama
di sekolah dasar dan menengah.
Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin
ilmu – ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang
dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk menguasai pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat
digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. (Sapriya, 2009:12)
Jenjang untuk SD/MI, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan
terpadu (integreted), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu
pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata
(factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat pengembangan
berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam dokumen Permendiknas
(2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan isu sosial. Dari ketetentuan ini maka secara konseptual, materi
pelajaran IPS di SD belum mencangkup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu
sosial.”
Definisi yang sudah dipaparkan, maka pembelajaran IPS di sekolah dasar
merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek
kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian, peranan IPS
sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
9
Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 mata pelajaran IPS di SD/MI
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu :
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusian, 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja dama dan berkompetensi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
yang telah tercantum pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
meliputi (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan
perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi dan
kesejahteraan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Secara rinci, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI
kelas V sebagai berikut :
10
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
SD/MI kelas IV Semester 2
Sumber :Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1
tentang Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber dayaalam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungankabupaten/kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
11
sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan
silabus dapat dilaksanakan baik secara mandiri atau kelompok dalam satu atau
beberapa sekolah disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang ber-
tanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran , menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, mengajak siswa untuk aktif dengan cara
memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
uraian kegiatan sesuai yang ada dalam silabus. Pelaksanaan kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif yang sesuai dengan bakat ,minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan
benar di dalam kegiatan inti guru harus tepat dalam memilih dan menggunakan
pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Dalam kegiatan yang terakhir yaitu kegiatan penutup bersama – sama dengan
siswa guru membuat rangkuman, ringkasan , atau simpulan dari materi yang telah
ia sampaikan saat itu dan mecuplik sedikit materi pada pertemuan berikutnya.
Penilaian minat belajar dilakukan oleh guru untuk melihat berapa hasil
skor minat yang diperoleh siswa dengan menggunakan angket minat belajar IPS
siswa yang meliputi 5 aspek minat yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa,
perhatian dalam belajar, kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran siswa,
danketerlibatan siswa dengan kriteria skor tinggi mencapai 14-20, skor sedang 7-
13, dan skor rendah adalah 0-6.
12
Ruang lingkup proses pengawasan pembelajaran meliputi pemantauan ,
supervisi , evaluasi , pelaporan dan tindak lanjut. Seperti halnya yang tertera
dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
2.1.2 Model Pembelajaran ST dan Pendekatan PjBL
Menurut Zainal Aqib (2013 : 27) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran ST merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk
tanggap dan menerima pertanyaan dari siswa lain melalui kertas yang diremas
menjadi bola kertas. Pendapat lain juga diutarakan oleh Triyanto (2010 : 71),
mengungkapkan bahwa model pembelajaran ST merupakan salah satu modifikasi
tehnik bertanya jawab yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan
pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling
melempar bola kertas yang berisi pertanyaan.Miftahul Huda (2013:226)
menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran ST diterapkan dengan
melemparkan segumpalan kertas yang dibetuk menyerupai bola untuk menunjuk
siswa lain yang diharuskan menjawab soal. Strategi ini digunakan untuk
memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam materi tersebut.
Dari beberapa pendapat para ahli seperti diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran ST adalah model pembelajaran yang melatih siswa
untuk membuat pertanyaan yang ditulis dalam kertas dan dibentuk seperti bola,
melalui lemparan bola pertanyaan diberikan kepada temannya untuk dijawab.
Langkah – Langkah Model Pembelajaran ST
Menurut Zainal Aqib (2013 : 28), langkah-langkah pembelajaran model ST
adalah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
13
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi
8. Penutup
Pendapat yang serupa juga di sampaikan oleh Triyanto (2010 :71) langkah-
langkah model pembelajaran ST meliputi :
1. Guru menyajikan materi dengan menginformasikan materi secara umum.
2. Guru membagi kelompok, kemudian setiap ketua kelompok mendatangani guru untuk mendapatkan penjelasan materi.
3. Setiap ketua kelompok menjelaskan dan membahas materi yang diberikan oleh
guru dikelompoknya.
4. Tiap siswa dalam kelompok mendapat satu lembar kertas untuk menuliskan pertanyaan menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa
yang lain. 6. Setelah siswa dapat 1 bola, diberikan kepada siswa untuk pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru bersama dengan siswa memberikan penyimpulan atas materi pembelajaran yang disajikan.
8. Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman siswa akan
materi pembelajaran.
Pendapat lain yang senada juga di utarakan oleh Miftahul Huda (2013 : 227),
tentang sintak langkah – langkah pembelajaran ST sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok – kelompok dan memanggil masing – masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman
sekelompoknya. 4. Masing – masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh
ketua kelompok. 5. Siswa membentuk kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola , ia di beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian.
7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.
14
Pendapat yang dikemukakan oleh ahli dapat di simpulkan bahwa
langkah – langkah model pembelajaran ST adalah :
1. Siswa menyimak materi yang diberikan guru.
2. Siswa membentuk kelompok.
3. Ketua kelompok mendatangi guru untuk mendapatkan materi.
4. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing.
5. Ketua kelompok menjelaskan materi dikelompoknya.
6. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan satu lembar kertas untuk
menuliskan pertanyaan tentang materi yang dibahas.
7. Kertas pertanyaan yang sudah berisi pertanyaan di bentuk menyerupai
bola.
8. Bola yang berisi pertanyaan di lemparkan ke kelompok yang lain.
( Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat giliran membuat
atau menjawab pertanyaan )
9. Siswa dan guru memberikan konfirmasi jawaban.
10. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.
11. Guru menutup pembelajaran.
Model pembelajaran ini jika dibandingkan dengan modelyang lain
mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas karena siswa dituntut untuk
aktif dan mandiri baik selama pembelajaran berlangsung maupun dalam
penerapan model ini.Model pembelajaran ST merupakan salah satu model
pembelajaran efektif, efisien, dan inovatif karena peserta didik dituntut untuk
berpikir kritis dan aktif dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran ini sangat
sesuai untuk dilaksanakan bagi peserta didik yang memiliki pemahaman rendah
serta daya pikir yang kurang. Selain itu, model ini juga mampu diterapkan bagi
peserta didik yang sebenarnya pintar hanya saja mereka tidak mampu untuk
mengungkapkan pendapatnya. Dalam penerapannya bila ada pertanyaan yang
sama maka siswa harus tetap menjawabnya di depan kelas. Peneliti berasumsi
bahwa yang menjawab pertanyaan adalah individu yang berbeda selain itu peneliti
15
juga berasumsi bahwa apabila materi diucapkan secara berulang-ulang maka akan
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan.Pada
pembelajaran ST , siswa di bagi dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok
di wakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian masing
– masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seperti
bola ( kertas pertanyaan) lalu di lemparkan ke siswa lain. Siswa yang mendapat
lemparan kertas harus menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan di
dalam kertas yang diperoleh.
Pendekatan Project Based Learning
PjBL atau pendekatan pembelajaran berbasis proyek merupakan
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pendekatan
pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam aktivitas yang nyata.
Intel Corporation dalam Hosnan (2014:319) mendefinisikan PjBL
sebagai “an instructional model that involves students in investigations of
compelling problems that culminate in authentic products”. Pendekatan
denganmenggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan masalah menarik kemudian akan diakhiri dengan hasil produk yang
otentik.
Pendapat ini senada dengan pemikiran teori para ahli , definisi PjBL
menurut B. Baron dalam Hosnan (2014:320) adalah pendekatan pembelajaran
secara konstruktif untuk pedalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis
riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi
kehidupannya. Dalam pendekatan PjBL, siswa mengembangkan sendiri wawasan
mereka bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga secara
otomatis akan mengembangkan pula kampuan riset mereka. Mereka didorong
16
untuk aktif dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan, dan aktivitas
lainnya.
Thomas J.W. Moursund, et al. dalam Herminarto Sofyan (2006: 298)
menyebutkan bahwa PjBL adalah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang
menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalan suatu proyek. Hal ini
memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun
pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu
hasil yang realistis, seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri.
Definisi yang sudah dipaparkan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa PjBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan proyek
sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk
memecahkan masalah dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis,
membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata. Pendekataan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja
secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkrontruksikan produk yang
bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah – Langkah Pendekatan PjBL
Pengaplikasian pendekatan PjBL dalam proses pembelajaran terdapat 6 langkah menurut Kurinasih dkk (2014:85) yaitu :
1. Penentuan proyek Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik proyek berdasarkan tugas
proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk
memilih/menentukan proyek yang akan dikerjakannya, baik secara kelompok maupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang tugas dari tugas yang diberikan
guru.
2. Perancangan langkah – langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merancang langkah – langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan
main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek,perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas
proyek dan kerja sama antara anggota kelompok.
3. Menyusun jadwal pelaksanaan proyek
17
Melalui dampingan guru peserta didik dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan
yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi
tahap.
4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah
dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek, diantaranya adalah
dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek
, mulai proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat
rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.
5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada
peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk
pembelajaran. 6. Evaluasi proses dan hasil proyek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.
Susunan langkah yang sejalan diungkapkan oleh Ridwan (2014:227) bahwa pendekatakan PjBL memiliki tahapan pembelajaran sebagai berikut :
1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai.
2. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan
topik yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru.
3. Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian masalah yang diidentifikasi.
4. Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang
terkait dengan materi palajaran. 5. Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh
peserta didik.
Pendapat yang sejalan dengan langkah – langkah yang dikemukakan oleh
Daryanto (2014:23) pendekatan PjBL dilaksanakan dalam 6 tahap sebagai berikut:
1. Penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimuai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. 2. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
18
3. Menyusun jadwal
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain : membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing pesrta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat penjelasan tentang
pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Montoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor
bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. 5. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing – masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Langkah – langkah yang sudah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa langkah – langkah pendekatanPjBLadalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema tentang materi hari ini yang akan disajikan.
2. Mengidentifikasi permasalahan sesuai tema.
3. Membuat langkah – langkah penyeselesaian proyek berupa laporan.
4. Mengumpulkan data tentang materi yang akan disajikan dari berbagai
sumber.
5. Mengolah data sesuai tema.
6. Menyusun laporansesuai tema.
7. Mempresentasikan hasil proyek sesuai tema.
8. Merefleksi proses dan hasil proyek sesuai tema.
19
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan PjBL
Kelebihan menggunakan pendekatan PjBL dalam proses pembelajaran menurutKurinasih dkk (2014:84)yaitu :
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang
kompleks. 4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktekkan ketrampilan
komunikasi. 6. Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber – sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimilki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Pendekatan PjBL memiliki hambatan yang dikemukakan oleh Kurinasih dkk
(2014:84) sebagai kekurangan pendekatan,yaitu : 1. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3. Banyak isntruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur
memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing – masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Langkah – langkah dari model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL adalah
sebagai berikut :
1. Siswa menyimak tema.
2. Siswa membentuk kelompok.
3. Siswa mengidentifikasi masalah.
4. Ketua kelompok mendapatkan penjelasan tentang langkah – langkah
penyelesaikan tugas.
20
5. Ketua kelompok menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas.
6. Siswa menerima satu lembar kertas untuk membuat pertanyaan.
7. Siswa menulis pertanyaan di kertas dan membentuk bola.
8. Bola pertanyaan di lempar ke siswa lain untuk menjawab pertanyaan
yang ada di dalam bola.
9. Siswa mengumpulkan data.
10. Siswa menyusun laporan tugas.
11. Siswa mempresentasikan hasil tugas.
12. Refleksi pelaksanaan pembelajaran.
13. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.
Proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan benar dengan
menggunakan gabungan dari langkah – laangkah model pembelajaran ST dan
pendeketan PjBL seperti yang telah disimpulkan pastinya pembelajaran akan
memunculkan minat dari siswa untuk lebih aktif dalam menerima pelajaran dan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
2.1.3 Minat Belajar
Kata minat (interest) yangberarti menarik atau tertarik.“Minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas yang
berasal dari hati tanpa ada pihak yang menyuruh dan memaksa. Slameto
(2003:180) mengungkapkan bahwa definisi minat tidak nampak pada kehidupan
sehari – hari ,namun rasa lebih suka itu akan nampak melalui aktivitas yang
dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pandangan Slameto yang menjelaskan bahwa
minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat.
Minat belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran selama
proses belajar mengajar terlaksana. Seperti saat siswa terlihat aktif dalam kegiatan
21
pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru apabila
kurang jelas dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Shaleh dan Wahab dalam Adriansyah (2011) mendefinisikan minat
sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap
orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek minat tersebut dengan disertai
perasaan senang. Minat erat hubungannya dengan rasa suka atau tidak suka
seseorang terhadap sesuatu tindakan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Bernard dalam Ahmad Susanto (2013:57) menyatakan bahwa minat
timbul tidak secara tiba – tiba, tetapi timbul akibat partisipasi, pengalaman,
kebiasaan pada waktu belajar. Jadi jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan
persoalan kebutuhan dan keinginan.
Pengertian dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa minat
adalah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tanpa adanya
keterpaksaan sehingga menimbulkan perasaan senang, ketertarikan, keterlibatan,
serta adanya perhatian dan keaktifan oleh orang yang bersangkutan dan perhatian
secara efektif karena terdapat manfaat yang didapatkan dari suatu objek.
Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan
konasi (kehendak). Unsur kognisi dari minat didahului oleh pengetahuan dan
informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi
karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu,
seperti rasa senang (emosi), sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari
unsur kognisi. Dari ketiga unsurinilah yang diwujudkan dalam bentukkemauan
dan hasrat untuk melakukansuatu kegiatan, termasuk kegiatan yangada di sekolah
seperti belajar.
Aspek-Aspek Minat menurut Hurlock (dalam Ardiansyah, 2011) terbagi dalam
dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam aspek ini nantinya akan
diketahui indikator peningkatan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial :
22
1. Aspek kognitif, minat berdasarkan atas konsep yang dikembangkan anak
mengenai bidang yang terkait dengan minat, misalnya aspek kognitif dariminat
anak terhadap mata pelajaran tertentu. Bagian-bagian dari aspek kognitif yaitu
kebutuhan akan informasi dan rasa ingin tahu. 2. Aspek afektif, minat dari pengalaman pribadi yang berasal dari lingkungan
keluarga maupun sekolah. Lingkungan belajar akan lebih berpengaruh kepada
suasana belajar dikelas maupun di luar kelas. Kedua aspek minat (aspek kognitif dan aspek afektif) di atas sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa,seperti
yang diungkapkan Muhibbin Syah (dalamArdiansyah, 2011) yang
menyatakanpada dasamya minat seseorang dapatmempengaruhi kualitas
pencapaianhasil belajar siswa dalam bidang – bidang tertentu.
Ciri-ciri Minat Belajar
Siswa yang berminat belajar menurut Slameto (2003:58) mempunyai
ciri - ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang dinikmati.
3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Minat belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:132) dapat
diekspresikan peserta didik melalui :
1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.
2. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati.
3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya
tanpa menghiraukan yang lain .
Sardiman, (2007: 83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat tinggi yaitu berupa :
1. Tekun dalam menghadapi tugas . 2. Ulet jika menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin akan sesuatu.
23
6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
7. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Ciri – ciri minat belajar yang dikemukakan oleh para tokoh, dapat
diketahui indikator minat belajar, yaitu :
1. Perasaan senang
Perasaan senang yang dimaksud adalah dengan melihat aktivitas yang
dilakukan siswa. Aktivitas siswa akan menimbulkan keterlibatan siswa untuk
berpartisispasi pada setiap kegiatan belajar. Aktivitas dan keterlibatan siswa
muncul tanpa adanya keterpaksaan sehingga siswa akan merasa bangga dan
puas dengan apa yang didapat dari kegiatan pembelajaran.
2. Ketertarikan siswa
Siswa akan cenderung merasa tertarik dengan bahan pelajaran dan tertarik
dalam memecahkan/menyelesaikan soal – soal pelajaran. Bahan
pelajaran/materi yang disampaikan guru membuat siswa ingin mengetahui
lebih dalam dan mempelajarinya disetiap kesempatan entah itu di sekolah
atau dirumah. Hal ini dilakukan siswa karena dianggap menguntungkan bagi
dirinya. Siswa juga tidak akan merasa patah semangat dan tidak mudah putus
asa ketika menghadapi tugas yang berisi masalah/soal yang sulit. Siswa akan
selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Perhatian dalam belajar
Perhatian merupakan aktivitas yang memerlukan konsentrasi dengan
mengesampingkan yang lain. Siswa yang memiliki minat maka dengan
sendirinya memperhatikan objek tersebut. Perhatian siswa pada objek akan
terllihat dari keikutsertaan siswa dalam mengikuti pelajaran dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Perhatian belajar siswa juga akan
terlihat dari siswa mengikuti petunjuk guru dalam pembelajaran. Siswa yang
memiliki perhatian belajar yang tinggi cenderung mengacuhkan temannya
yang malah bermain/gojek ketika pelajaran hingga melaporkan teman
tersebut karena dianggap menganggu konsentrasi siswa. Fokus siswa tersebut
mampu membuat siswa lebih teliti dan cermat dalam mengerjakan tugas
ataupun menerima materi.
24
4. Kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran siswa
Minat akan muncul jika memiliki keuntungan/manfaat dalam diri siswa.
Siswa akan merasa pembelajaran yang dilakukan bermanfaat bagi kehidupan
sehari –hari serta siswa dpat menerapkan materi tersebut dengan kehidupan
sehari – hari. Siswa juga akan memaanfaatkan sumber alat dan media yang
ada untuk mendukung pembelajarannya.
5. Keterlibatan siswa
Keterlibatan siswa dapat terlihat dari keikutsertaan siswa di setiap kegiatan
belajar guna memperoleh hasil yang maksimal dan nilai pelajaran yang
memuaskan. Siswa akan mencari materi pelajan selain di sekolah dengan
memanfaatkan sumber belajar di luar sekolah guna mencari informasi untuk
menunjang materi pelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal.
Aspek minat belajar yaitu : perasaan senang,ketertarikan siswa,perhatian
dalam belajar,manfaat bagi siswa,dan keterlibatan siswa, kemudian didasarkan
pada langkah-langkah pendekatan PjBL dan model pembelajaran ST maka
diperoleh indikator minat belajar IPS sebagai berikut :
1. Senang menyimak tema.
2. Senang membentuk kelompok @ 6 siswa
3. Tertarik mengidentifikasi masalah.
4. Terlibat menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas.
5. Tertarik untuk mengumpulkan data.
6. Fokus membuat pertanyaan dengan serius.
7. Fokus menyusun tugas dan menjawab pertanyaan dengan serius.
8. Senang dengan aktivitas presentasi dan suasana belajar mengajar di kelas
9. Muncul kesadaran adanya manfaat tugas bagi siswa.
Macam-macam skala pengukuran dikemukakan oleh Sugiyono
(2012:136-142):
1. Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk keperluan
25
analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1) Setuju/selalu/sangat positif 5
2) Setuju/sering/positif 4
3) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3
4) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2
5) Sangat tidak setuju/tidak pernah 1
Instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.
2. Skala Guttman.
Skala pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
tidak”; “benar-salah” dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Skala Guttman dapat dibuat
dalam bentuk pilihan ganda dan checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi
satu dan terendah nol..
Contoh : Bagaimana pendapat anda bila orang itu menjabat pimpinan di
perusahaan ini?
a. Setuju.
b. Tidak setuju.
Peryataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala
pengukuran interval dikotomi.
Contoh : Apakah tempat kerja anda dekat dengan Jalan Protokol ?
a. Ya
b. Tidak
3. Rating Scale.
Data yang diperoleh pada rating scale merupakan data berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam penelitian kualitatif. Dalam skala model ini
responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif (berupa angka)
yang telah disediakan.
Contoh : Seberapa baik data ruang kerja anda di perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan angka
26
4 bila tata ruang itu sangat baik.
3 bila tata ruang itu cukup baik.
2 bila tata ruang itu kurang baik.
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik.
Macam - macam skala pengukuran tersebut, penelitian ini menggunakan
skala pengukuran Guttman, karena variabel minat belajar siswa membutuhkan
jawaban yang tegas dan konsisten agar dapat diketahui dengan jelas tingkat minat
belajar siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian
Penelitian yang relevan telah oleh Djehan Mulyani dengan judul “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Project Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Proyek) Pada Siswa Kelas 5 Di SD Islam Al-Syukro Universal”. Hasil
dari penelitiannya adalah diketahui adanya kemampuan hasil belajar siswa.
Peningkatan kemampuan hasil belajar dapat dilihat dari teknik analisis data yang
dilakukan secara kuantitatif indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari
ketuntasan belajar siswa sebanyak 75%, dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) 65. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama ketuntasan belajar yang
dicapai sebanyak 70%, dan siklus kedua sebanyak 97%.Berdasarkan penelitian
yang sudah dilakukan Djehan dapat dilihat kelebihannya dalam kemampuan hasil
belajar yang meningkat dengan pendekatan Project Based Learning meliputi
kemampuan menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat mengungkapkan
situasi atau permasalahan dengan menggunakan bahasa matematika dan mampu
menjawab soal IPS aplikasi (situation), Kemampuan memfokuskan pertanyaan
dan menemukan konsep yang digunakan untuk penyelesaian (focus), Kemampuan
untuk memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep
(clarity). Hal ini juga berdampak pada tiap-tiap aspek aktivitas siswa yang
mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi kategori sangat baik, dan
kategori cukup baik menjadi baik. Siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran menggunakan pendekatan Project Based Learning. Sebagian besar
27
siswa merasa senang, lebih semangat, tertarik dengan materi, lebih mudah
menyelesaikan soal karena membuat siswa berpikir lebih sistematis, dan terperinci
dalam menyelesaikan masalah. Namun dalam penelitian ini, terdapat kelemahan
dalam masalah efisien waktu yang digunakan untuk penggalian informasi dan
pemecahan masalah.
Penelitian lain dilaksanakan oleh Veronica Yasinta dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Metematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui Project
Based Learning dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri 01 Gandulan
Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui Project Based Learning
dengan pendekatan kontekstual di kelas 4 SD Negeri 01 Gandulan. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dengan variabel terikat hasil belajar dan
variabel bebas pendekatan kontekstual dan Project Based Learning. Subjek
penelitian sebanyak 21 siswa. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi dan butir soal tes. Analisis data menggunakan SPSS:16,0.
Dalam penelitian ini dapat dilihat keberhasilan penerapan Pendekatan Kontekstual
Melalui Project Based Learning. Hasil yang diperoleh oleh siswa dalam pra siklus
11 siswa (52,38%) belum tuntas KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai
KKM. Dan setelah adanya penelitian pada siklus I dengan menerapkan
Pendekatan Kontekstual Melalui Project Based Learning siswa mengalami
peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum tuntas KKM dan 16 siswa (76,2%) siswa
sudah tuntas KKM. Dan hasil dari siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%)
belum tuntas KKM dan 19 siswa (90,5%) tuntas KKM. Meningkatnya hasil
belajar sangat signifikan dari hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning dalam mata
pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD N 01
Gandulan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.
Penelitian yang senada juga dilakukan juga oleh Suwiji Budi pada tahun
2012 yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS tentang
28
Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing
Siswa Kelas IV SD Negeri Tumrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun
2011/2012” Menunjukkan bahwa ada peningkatan minat belajar IPS tentang
perkembangan teknologi yang diupayakan melalui model pembelajaran Snowball
Throwing. Siswa SD kelas 4 Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun
2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus hanya 10% dari seluruh siswa
saja yang minat untuk mengajukan pertanyaan ketika guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas pembelajaran yang
tercermin dalam 3 aspek minat yakni perasaan senang, keterlibatan siswa dan
ketertarikan siswa ada peningkatan minat belajar siswa yakni pada siklus 1 aspek
rasa ingin tahu tercapai 80% di siklus 2 naik menjadi 90%. Aspek toleransi
terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75% siklus 2 90% dan pada aspek
keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik
menjadi 95 % di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar
80% maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan model Snowball
Throwing dalam pembelajaran IPS kelas 4 dikatakan berhasil. Kelebihan dari
penelitian ini adalah ada peningkatan minat siswa pada siklus 1 dan siklus 2 yang
tercermin dalam 3 aspek yaitu perasaan senang, keterlibatan siswa dan
ketertarikan siswaadanya peningkatan minat yang mencapai 80%.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu
mendukung penelitian ini belum pernah dilakukannya penelitian mengenai upaya
meningkatkan minat belajar mata pelajaran IPS melalui model ST dan
pendekatanPjBL pada siswa kelas 4 SD Negeri 07 Boyolali tahun pejaran
2015/2016.
2.3 Kerangka Berfikir
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi.Karena denganpendidikan manusia dapat memperoleh ketrampilan dan
ilmupengetahuan sebagai bekal hidup dimasa depan. Untuk memperoleh
ketrampilandan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah
29
satunya yaitumelalui pembelajaran, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa.
Pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan
menyampaikan materi pelajaran IPS melalui ceramah dan siswa mendengarkan.
Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan guru, adalah diam mendengarkan, bermain sendiri, mengantuk, tidak
segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau
siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif ketika pembelajaran.
Kondisi ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPS menurun, karena minat sendiri adalah suatu kecenderungan,
ketertarikan, perhatian, dan rasa senang terhadap suatu aktifitas/objek.
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar
kompetensi yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu
pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri
secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat memecahkan
masalah dengan melakukan penyelidikan/investigasi dan dapat menemukan
sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang melibatkan
siswa berpartisipasi aktif dan dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah
dengan menggunakan model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL.
Model pembelajaran ST adalah model pembelajaran yang melatih siswa
untuk membuat pertanyaan yang ditulis dalam kertas dan dibentuk seperti bola,
melalui lemparan bola pertanyaan diberikan kepada temannya untuk dijawab.
Sedangkan pengertian pendekatan PjBL merupakan pendekatan pembelajaran
yang menggunakan proyek sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahauan , dan ketrampilan.
30
Langkah – langkah dari model pembelajaran ST dan pendekatan PjBL
adalah sebagai berikut :
1. Siswa menyimak materi perkembangan teknologi
2. Siswa membentuk 7 kelompok @6 siswa
3. Siswa mengidentifikasi masalah perkembangan teknologi secara
kelompok.
4. Ketua kelompok mendatangi guru untuk mendapatkan penjelasan
materi perkembangan teknologi
5. Ketua kelompok menjelaskan materi perkembangan teknologi
dikelompoknya..
6. Siswa mengumpulkan data kemudian guru membagikan satu lembar
kertas untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan tema.
7. Kertas pertanyaan tersebut di lempar ke siswa yang lain dan siswa
yang mendapatkan kertas pertanyaan harus menjawab pertanyaan.
8. Siswa menyusun laporan tugas
9. Siswa mempresentasikan hasil tugas.
10. Siswa dan guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran.
11. Siswa mengisi angket minat belajar IPS.
12. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran ST dan
pendekatan PjBL akan lebih mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga tidak ada lagi perasaan jenuh / bosan. Siswa tidak akan merasa asing
dengan konsep-konsep yang diberikan guru karena konsep itu sebenarnya sudah
ada dalam diri siswa dan ada dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa akan
merekonstruksi konsep yang sudah ada di otaknya dengan konsep baru yang
mudah diterima. Dalam model pembelajaran ST dan pendekatan PjBLini
menggunakan penilaian skala sikap, karena yang diteliti adalah minat belajar
siswa. Penilaian diambil dengan caraobservasi dengan cara observer mengamati
setiap aktifitas yang dilakukan oleh siswa, dan kemudian diukur menggunakan
31
instrumen non tes berupa angket minat belajar untuk mengukur minat belajar
siswa. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang
signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan yaitu
mengulang kembali dengan model pembelajaran ST dan pendekatanPjBL dengan
kompetensi dasar yang sama sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
lebih meningkat dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dapat
meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam kerangka berfikir tentang minat
belajar terhadap IPS dengan menggunakan model pembelajaran ST dan
pendekatan PjBL .Skema peningkatan minat belajar IPS disajikan secara lengkap
pada gambar2.1 lihat pada halaman 32.
32
Gambar 2.1 Peningkatan Minat Gambar 2.1 Skema Peningkatan Minat Belajar Melalui Model ST dan Pendekatan PjBL
Membuatpertanyaan dengan serius
Mengikuti aktivitas menyimak
tema
Ikut serta menjelaskan langkah – langkah penyelesaian tugas
Mengidentifikasi lebih dari 1 masalah
tentang perkembangan teknologi
Ikut serta mengumpulkan data
Menyusun laporan tugas dan
menjawab pertanyaan dengan serius
Melaksanakan presentasi laporan
berupa tugas
Mengungkapkan manfaat
pembelajaran
Model Snowball Throwing dan
Pendekatan PjBL
2.3 Mengenal perkemabangan teknologi produksi,
komunikasi , dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya.
Minat belajar IPS
rendah
SKOR
MINAT
1. Aspek Perasaan senang
2. Aspek Ketertarikan
3. Aspek Perhatian belajar
4. Aspek Manfaat
5. Aspek Keterlibatan
Pengukuran Minat Belajar IPS
1. Menyimak tema perkembangan
teknologi
3. Mengidentifikasi masalah tentang
perkembangan teknologi
4. Ketua kelompok menjelaskan langkah-langkah
penyelesaian tugas
5. Mengumpulkan data sesuai dengan tema
6. Membuat pertanyaan sesuai dengan tema
7. Menyusun laporan dan menjawab
pertanyaan
8. Mempresentasikan laporan berupa tugas.
9. Merefleksi pelaksaan pembelajaran
2. Membentuk kelompok Membentuk kelompok @ 6orang
Aspek Minat