23
SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004 Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh: Ainurrofiq Dawam * Abstrak Dalam ajaran Islam, pengorganisasian merupakan satu hal yang sangat penting. Membicarakan tentang pengorganisasian dengan sendirinya juga akan membahas tentang teori-teori organisasi, mekanisme, tipe-tipe, dan penentuan struktur organisasi yang dipilih. Bahkan bukan itu saja, masih terdapat pembahasan tentang interaksi antarpihak secara internal dan interaksi antarpihak secara eksternal. Sebab, semua permasalahan di atas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perjalanan sebuah organisasi baik yang positif maupun negatif. Demikian juga, pengorganisasian pendidikan bagi proses pendidikan Islam merupakan satu hal yang sangat penting dan menjadi pembicaraan akual. Pengorganisasian pendidikan paling tidak harus memperhatikan visi, misi, program, sasaran, dan strategi sebuah lembaga pendidikan. Ketika lembaga pendidikan Islam telah memiliki performance pengorganisasian yang serasi di antara berbagai komponen yang ada, maka dapat diharapkan obsesi dan cita-cita umat Islam dalam kaitannya dengan pendidikan Islam yang berkualitas semakin dekat terwujudnya. Kata kunci: pengorganisasian, pendidikan Islam, proses A. Pendahuluan Dewasa ini, pengorganisasian menjadi sebuah wacana yang klasik akan tetapi selalu aktual. Pengorganisasian merupakan sebuah upaya untuk memperlancar perjalanan sebuah organisasi, baik yang bergerak di bidang sosial, agama, politik, maupun budaya, bahkan sampai dominasi internasional. 1 Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai "urat nadi" bagi sebuah organisasi atau lembaga. Bila memperhatikan ungkapan ini, maka pengorganisasian bukan hanya dipahami sebagai sekelompok manusia yang berkumpul secara pasif, stagnan, dan statis. Namun lebih dari itu, pengorganisasian mengandung pemahaman yang lebih aktif, dinamis, dan berproses. * Penulis adalah dosen Program Studi Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 1 Tentang arti pentingnya pengorganisasian dalam pendidikan Islam dapat dilihat lebih jauh dalam, Nazili Shalih, Haul al-Ta'lim al-Ibtida'i wa Nuzhumihi: Dirasah Muqaranah, (Kairo: Maktabah al-Anglo al-Mishriyyah, 1972). Lihat pula, oleh pengarang yang sama dalam, Haul al-Ta'lim al-'Am wa Nuzhumiha: Dirasah al-Muqaranah, dengan penerbit yang sama, 1975.

Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam

Oleh: Ainurrofiq Dawam∗

Abstrak

Dalam ajaran Islam, pengorganisasian merupakan satu hal yang sangat penting. Membicarakan tentang pengorganisasian dengan sendirinya juga akan membahas tentang teori-teori organisasi, mekanisme, tipe-tipe, dan penentuan struktur organisasi yang dipilih. Bahkan bukan itu saja, masih terdapat pembahasan tentang interaksi antarpihak secara internal dan interaksi antarpihak secara eksternal. Sebab, semua permasalahan di atas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perjalanan sebuah organisasi baik yang positif maupun negatif.

Demikian juga, pengorganisasian pendidikan bagi proses pendidikan Islam merupakan satu hal yang sangat penting dan menjadi pembicaraan akual. Pengorganisasian pendidikan paling tidak harus memperhatikan visi, misi, program, sasaran, dan strategi sebuah lembaga pendidikan. Ketika lembaga pendidikan Islam telah memiliki performance pengorganisasian yang serasi di antara berbagai komponen yang ada, maka dapat diharapkan obsesi dan cita-cita umat Islam dalam kaitannya dengan pendidikan Islam yang berkualitas semakin dekat terwujudnya.

Kata kunci: pengorganisasian, pendidikan Islam, proses

A. Pendahuluan

Dewasa ini, pengorganisasian menjadi sebuah wacana yang klasik akan tetapi selalu aktual. Pengorganisasian merupakan sebuah upaya untuk memperlancar perjalanan sebuah organisasi, baik yang bergerak di bidang sosial, agama, politik, maupun budaya, bahkan sampai dominasi internasional.1 Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai "urat nadi" bagi sebuah organisasi atau lembaga. Bila memperhatikan ungkapan ini, maka pengorganisasian bukan hanya dipahami sebagai sekelompok manusia yang berkumpul secara pasif, stagnan, dan statis. Namun lebih dari itu, pengorganisasian mengandung pemahaman yang lebih aktif, dinamis, dan berproses.

∗ Penulis adalah dosen Program Studi Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

1 Tentang arti pentingnya pengorganisasian dalam pendidikan Islam dapat dilihat lebih jauh dalam, Nazili Shalih, Haul al-Ta'lim al-Ibtida'i wa Nuzhumihi: Dirasah Muqaranah, (Kairo: Maktabah al-Anglo al-Mishriyyah, 1972). Lihat pula, oleh pengarang yang sama dalam, Haul al-Ta'lim al-'Am wa Nuzhumiha: Dirasah al-Muqaranah, dengan penerbit yang sama, 1975.

Page 2: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

544

Dalam ajaran Islam, pengorganisasian merupakan satu hal yang sangat penting. Organisasi merupakan sekumpulan dan kesatuan dari berbagai keahlian manusia yang berbeda. Hal ini disinyalir dalam firman Allah: "Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Q.S. al-An'am: 165.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Dengan adanya perbedaan kelebihan dan kekurangan inilah, manusia saling membutuhkan. Ada seseorang yang karena keahliannya menjadi pemimpin. Ada juga seseorang yang karena kelemahannya menjadi orang yang dipimpin. Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam.

Membicarakan tentang pengorganisasin dengan sendirinya juga akan membahas tentang teori-teori organisasi, mekanisme, tipe-tipe, dan penentuan struktur organisasi yang dipilih. Bahkan bukan itu saja, masih terdapat pembahasan tentang interaksi antar pihak secara internal dan interaksi antar pihak secara eksternal. Sebab, semua permasalahan di atas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perjalanan sebuah organisasi baik yang positif maupun negatif.

B. Ontologi Pengorganisasian Pendidikan

Pengorganisasian dalam konteks manajemen dianggap sebagai sebuah fungsi dalam sistem manajemen. Fungsi ini merupakan kelanjutan atau tahapan pelaksanaan dari tahap sebelumnya yakni perencanaan (planning). Oleh karena itu, antara fungsi pengorganisasian dan fungsi perencanaan merupakan sebuah mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.2

A.M. Kadarman mendefinisikan pengorganisasian dengan pernyatanaan sebagai berikut:

“Pengorganisasian dalam dunia manajemen diartikan sebagai penetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama dan bagian-bagiannya, pengelompokan aktivitas-aktivitas, penugasan kelompok,

2 Lihat, Ross A. Webber, To Be a Manager, (Illinois: Richard D. Irwin, 1981), p.

406.

Page 3: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

545

aktivitas kepada manajer, pendelegasian wewenang dan informasi horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.”3 James H. Donnelly, et.al., mengungkapkan semua hal yang

terkandung dalam pengorganisasiann dengan pernyataannya seperti berikut:

“Fungsi Pengorganisasian meliputi pendesainan atau pendesainan ulang sebuah struktur atau tugas dan keterkaitan wewenang untuk mencapai usaha yang telah dikoordinasikan. Fungsi pengeorganisasian mencakup seluruh aktivitas manajerial yang dilakukan khususnya sebagai usaha utama dalam mewujudkan pekerjaan individu, kelompok dan organisasi.”4

Dari dua definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian mempunyai beberapa karakteristik dan kandungan sebagai berikut: 1. Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan dalam

sebuah sistem manajemen. 2. Pengorganisasian merupakan penetapan struktur organisasi sebagai

upaya klasifikasi tugas dan tanggung jawab semua pihak baik secara individual, kelompok, maupun organisasi.

3. Pengorganisasian mengandung sistem kerja sama yang terkoordinir, sehingga semua aspek dalam berbagai macam kinerja diarahkan pada tujuan atau sasaran.

4. Pengorganisasian merupakan penentuan terhadap desain struktur organisasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Penentuan desain struktur harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi semua aspek kehidupan yang berkembang pada saat itu, sehingga desain struktur organisasi tersebut bersifat lentur dan fleksibel.

5. Pengorganisasian merupakan penentuan bagi sistem otoritas. Otoritas tersebut bisa ditetapkan secara sentralistik atau secara desentralistik. Dengan sistem otoritas yang transparan diharapkan semua pihak yang telah dipercaya memikul tanggung jawab benar-benar melaksanakan tugasnya semaksimal mungkin.

6. Dalam pengorganisasian juga terdapat pendelegasian wewenang terhadap pihak-pihak yang yang dianggap tepat dan proporsional. Pendelegasian, di samping sebagai upaya meningkatkan kapabilitas seseorang, juga merupakan pengurangan beban bagi aktivitas manajer.

3 A.M. Kadarman dan Jusuf Wijaya, Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan

Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), p. 63. Bandingkan, Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), p. 118.

4 James H. Donnelly, et. al., Fundamental of Management, (Texas: Business Publication, Inc., 1984), p. 178. Bandingkan, Ernest Dale, Management: Theory and Practice, (Pennsylvania: McGraw-Hill Book Company, 1978), p. 5.

Page 4: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

546

7. Pengorganisasian merupakan titik tolak bagi pelaksanaan perencanaan sekaligus sebagai titik tolak penilaian bagi efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja organisasi.5 Melihat sedikit uraian di atas tenang pengorganisasian, maka bila

dikaitkan dengan pendidikan dalam Islam menjadi sebuah terminologi baru yaitu pengorganisaian pendidikan dalam Islam. Dengan kata lain dapat dipahami bahwa pengorganisasian pendidikan dalam Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan dan jelas dalam pendidikan Islam baik yang bersifat individual, kelompok, ataupun kelembagaan.

Proses pengorganisasian antarlembaga pendidikan dalam Islam dapat berbeda-beda. Perbedaan ini pada umumnya menyangkut masalah dimensi apa yang menjadi penekanan lebih dari masing-masing lembaga. Di antara fektor yang menyebabkan perbedaan di atas adalah orientasi, kompleksitas, formalitas, dan sistem sentralistik atau desentralistik.6

Kunci dalam menentukan sistem pengorganisasian adalah kesesuaian pembagian tugas, dasar dan besarnya komponen, serta tingkatan pendelegasian.7 Ketiga kunci tersebut merupakan hal-hal benar-benar harus dikuasai oleh seorang manajemen pendidikan Muslim.

Sebagai upaya untuk melaksanakan sistem pengorganisasian di atas, terlebih dahulu perlu diketahui tentang berbagai alternatif pendekatan. Sebab, terdapat beberapa teori tentang pendekatan yang dapat diterapkan dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan.

C. Pendekatan dalam Pengorganisasian

Pendekatan dalam pengorganisasian berkembang sepanjang perkembangan manusia itu sendiri.8 Organisasi yang pada intinya merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan, sudah muncul sejak manusia ada, walaupun waktu itu masih sangat sederhana.9

Organisasi dalam pengertian kuno (digambarkan sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan berisi tugas-tugas yang sangat terspesialisasi) sudah

5 Bandingkan, Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Haji Masagung,

1989), p. 117-9. 6 James H. Donnelly, Fundamentals of…, p. 196. 7 Ibid., p. 187. 8 Lihat, M. Beer, Organizational Change and Development, (Santa Monica, CA:

Goddyear, 1980), p. 23. 9 Lihat, J. March & Simon H., Organization, (New York: Wiley, 1958), p. 12.

Bandingkan, A. Etzioni, Modern Organization, (Englewoods Cliffs: Prentice-Hall, 1964), p. 10.

Page 5: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

547

muncul di Mesir kuno pada masa Firaun.10 Organisasi semakin mendapatkan kesempurnaan pada masa nabi Muhammad, yakni ketika muncul "Deklarasi Madinah"11 yang dijadikan tonggak bagi organisasi yang lebih maju dan modern.

Perkembangan organisasi semakin baik setelah munculnya masa renaissance (pencerahan) bagi bangsa-bangsa Eropa.12 Lebih-lebih setelah meletusnya revolusi Prancis (1879). Sampai saat ini masih terus bermunculan teori-teori baru tentang organisasi.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pendekatan dalam pengorganisasian ada lima macam, yaitu pendekatan klasik, behaviorisme, sistem, kontingensi, dan eklektik.

1. Pendekatan Klasik

Pendekatan klasik terhadap organisasi dalam konteks manajemen terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu: Pertama, manajemen ilmiah (scientific management), manajemen administratif (administrative management), dan manajemen birokratik (bureaucrative management).13

Manajemen ilmiah dipelopori oleg Frederich W. Taylor. Gebrakan yang terkenal dari tokoh ini adalah efisiensi kerja untuk menghasilkan produktivitas maksimal dengan empat prinsip, yakni: a) Pengembangan manajemen ilmiah yang benar-benar; b) Seleksi aktivitas secara ilmiah dengan mengambil orang yang sesuai dengan aktivitas atau tugas tersebut; c) Pendidikan dan pengembangan ilmiah terhadap pegawai; dan d) Kerjasama yang akrab dan bersahabat antara manajemen dengan pegawai.14

10 Lihat, Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), p. 14. Baca pula, Leonard D. White, Introduction to the Study of Public Adminitration, (New York: MacMillan, 1955).

11 Lihat, Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, alih bahasa H. Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos, 1996), p. 13-4. Lihat pula, Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, I, (Jakarta: UI-Press, 1985), p. 57. Untuk uraian lebih mendalam lihat, Muhammad Farj, Fan Idarah al-Ma'rikah fi al-Hurub al-Islamiyyah, (Kairo: Majma' al-Buhus al-Islamiyyah, 1972).

12 Tentang pencerahan Eropa yang sebenarnya merupakan terbesar umat Islam yang ditransfer melalui Andalusia, Toledo, dan Perang salib dapat dilihat secara mendetail dalam, Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisi Abad Keemasan Islam, alih bahasa Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996).

13 Bandingkan dengan, Dydiet Hardjito, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), p. 16-23.

14 Lihat, Amin Widjaja Tunggal, Manajemen: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), p. 44. Untuk lebih jelas baca, Frederich W. Taylor, Principles of Scientific Management, (New York: Harper & Row, 1911).

Page 6: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

548

Dengan empat prinsip tersebut sebuah organisasi akan menjadi lebih efisien dan efektif. Jika selalu diadakan penelitian secara ilmiah dalam upaya merespons segala permasalahan yang muncul dari sebuah organisasi, maka target produktivitas yang diharapkan akan dapat tercapai dengan baik.15

Pendekatan manajemen administratif terhadap organisasi merupakan sumbangan pikiran dari Henry Fayol. Dia lebih menekankan pada kemampuan top manajer.16 Dengan kemampuan yang maksimal dari seorang top manajer, para pegawai dengan sendirinya akan bekerja secara efektif. Pokok pikiran yang disampaikan adalah tentang perlunya seorang memperhatikan empat belas prinsip dalam manajemen.17

Bagi Fayol, dalam pengelolaan sebuah organisasi manajemen administratif ini dikelompokkan ke dalam enam kegiatan utama, yaitu teknis, komersial, keuangan, keamanan, akuntansi, dan manajerial.18 Dengan demikian, faktor administrasi menjadi penentu dalam keberhasilan sebuah organisasi.

Pendekatan terkahir yang masih termasuk kelompok pendekatan klasik adalah pendekatan manajemen birokratik.19 Tokoh paling terkenal dalam pendekatan biroktratik ini adalah seorang sosiolog yakni Max

15 Ross A. Webber, To Be a Manager, p. 445 16 Ernest Dale, Management: Teory…, p. 89. Selanjutnya dia menyatakan: "Fayol did

not think, however, that a manager sucessfully. At higher and higher levels, he said, a manager depend less and less on technical knowledge of administration, but even at very top he need some technical knowledge and familiarity with the work of the organization he is manager." Artinya, Bagaimanapun Fayol tidak berpikir bahwa seorang manajer yang sukses semakin tinggi levelnya, maka semakin tinggi kemampuan yang harus dimilikinya. Dia berkata seorang manajer tidak banyak tergantung pada pengetahuan teknik yang dia kelola, semakin tinggi lama semakin tinggi pengetahuan tentang administrasi, tetapi meskipun dia berada pada posisi puncak, dia tetap memerlukan pengetahuan teknik dan pengetahuan kekeluargaan (persahabatan) dengan para karyawan dalam organisasi yang dia pimpin.

17 Lihat, Steve Bowie, "Empat Belas Prinsip Manajemen Modern", dalam majalah, Manajemen bagi Manajer dan Ekskutif, No. 108, edisi Nov – Des, 1996, p. 31-3.

18 Lihat, Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), p. 39. Pemikiran Fayol ini muncul setelah melihat perusahaan tambang tempat dimana dia bekerja nyaris mengalami kehancuran karena kurang mampunya para manajer, termasuk manajer puncak dalam melaksanakan tugasnya..

19 Paling tidak terdapat tiga pengertian dari istilah birokrasi dalam konteks manajemen, yaitu: a. Sebagai "government by bureau" pemerintah biro oleh pejabat yang diangkat penguasa, tanpa partisipasi dari orang-orang yang diperintah; b. Pemerintahan atau manajemen yang kaku, macet, dan segala tuduhan negatif terhadap instansi yang sedang berkuasa; dan c. Sebagai tipe ideal organisasi. Birokrasi dalam pengertian yang demikian ini berkiatan erat dengan teori Max Weber tentang konsep sosiologi rasionalisasi aktivitas kolektif. Lebih jauh lihat, Talidhuhu Ndraha, Konsep Administrasi dan Administrasi di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), p. 73-5.

Page 7: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

549

Weber.20 Sebagai seorang sosiolog dia melihat bahwa pendekatan birokratik inilah yang paling efektif dalam menjalankan "roda" organisasi. Terbukti dengan digunakannya pendekatan jenis ini oleh sebagian besar negara yang sedang berkembang.

Pandangan Weber tentang pendekatan birokrasi dalam organisasi dapat dilihat dalam kriteria tentang birokrasi. Dia menyatakan bahwa ciri pokok birokrasi adalah: a. Pembagian kerja yang jelas dan tegas serta spesialisasi yang sangat

tinggi. Kejelasan divisionalisasi kerja merupakan upaya untuk menghindari terjadinya overlapping.

b. Setiap biro yang ada di bawah berada di bawah kontrol yang lebih tinggi (garis komando). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan pengwasan dari atas.

c. Penempatan pegawai berdasarkan pada kualifikasinya. Kualifikasi yang semakin ketat, akan memunculkan performance yang paling maksimal dari para pegawai.

d. Anggapan yang sangat krusial terhadap hal yang berkaitan dengan dokumen,. Catatan, arsip, dan surat-surat.21 Pendekatan model ini biasanya digunakan oleh organisasi

pemerintahan. Karena begitu banyaknya biro yang harus dilalui, sehingga dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat terkesan lambat dan tersendat-sendat. Hal ini dapat dimaklumi, sebab bagi manajer tingkat

20 Lihat buku utamanya, Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization,

(New York: Free Press, 1947), p. 56. Lebih jauh dia menyatakan: "… In the organizational were classified as exhibiting three types of authority structures: charismatic, tradisional, and rasional-legal…" Artinya, dalam sistem organisasi diklasifikasikan menjadi tiga tipe struktur otoritas, yaitu: otoritas karismatik, otoritas tradisional, dan otoritas rasional-legal (profesional).

21 Bandingkan, Richard M. Steers, et. al., Managing Effective Organization: an Introduction, (Boston: Kent Publishing Company, 1985), p. 145. Lebih jauh dia mengatakan: "…the bureaucratic structure has the following components: a) Hierarchy, each job embraces every job below it; b) Rules and regulation, all tasks are performed according to consistent sets of rules; c) Authority levels, jobs are performed according to their scope, jurisdiction, and authority; d) Impersonality, there is a clear saparation between business and personal activities; and e) technical qualification and career orientation, seniority is the main varible in promotion." Artinya, Struktur birokratik mempunyai beberapa komponen, yaitu: a) Hierarki, setiap pekerjaan (wewenang) yang lebih tinggi mencakup pekerjaan yang lebih rendah; b) Undang-undang dan peraturan, semua tugas yang dilaksanakan sesuai dengan ketetapan peraturan; c) Jenjang kekuasaan, pekerjaan-pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan wilayah, hukum, dan wewenangnya; d) Impersonalitas, adanya pembedaan yang jelas antara aktivitas-aktivitas bisnis dan personal; dan e) Kualifikasi teknik dan orientasi karir, senioritas adalah pertimbangan utama dalam proses promosi.

Page 8: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

550

rendah tidak akan pernah berani memutuskan sebuah masalah sebelum mendapatkan restu atau petunjuk dari ataannya.

2. Pendekatan Behaviorisme

Pendekatan behaviorisme dalam pengorganisasian juga sering dikenal dengan sebutan pendekatan human relation. Telah diakui bahwa pelopor utama dari pendekatan ini adalah Elton Mayo.22 Dia adalah seorang psikolog dari Universitas Harvard. Dia bersama rekan-rekannya telah melakukan penelitian pada sebuah perusahaan lampu pijar di Hawthorne, Chicago.23

Penelitian yang dilakukan Mayo dan rekan-rekannya ini dikenal dengan Hawthorne Experiment. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa sikap dan perilaku positif serta produktivitas tidak terlalu dipengaruhi fasilitas dan kondisi kerja, namun karena adanya perhatian yang diberikan para manajer terhadap mereka. Mereka seakan-akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perusahaan tersebut.24

Hasil pembuktian yang lain adalah bahwa kinerja seorang pegawai (pekerja) juga sangat ditentukan oleh ikatan norma-norma kelompok yang mereka ikuti. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan human relation juga mempunyai dampak positif bagi produktivitas perusahaan.25 Dengan menggunakan pendekatan behaviorisme ini dapat diharapkan munculnya produktivitas yang tinggi dengan kesadaran tinggi dari para pegawai.

22 Lihat, Elton Mayo, "Hawthorne and the Western Electric Company", in D.S.

Pugh, (ed.), Organization Theory, Middlesex, England: Penguin, 1971), p. 215-29. Selanjutnya, banyak pakar manajemen yang mencoba mengembangkan konsep ini. Di antaranya adalah Rensis Likert, The Human Relation, (New York, 1967), Douglas McGregor, The Professional Manager, (New York. 1967), dan Crish Agryris, Interpersonal Competence and Organizational Effectiveness, (Homewood, 1962).

23 Ibid. 24 Richard M. Steers, et. al., Managing Effective …, p. 150. 25 Elton Mayo, "Hawthorne and Western…", p. 250. Selanjutnya dia mengatakan:

"…that production increased regardless of whether group scheme plans, rest pauses, or shorter work hours were introduct…" Artinya, peningkatan produksi tidak tergantung pada bagaimana rencana kerangka kelompok, kesempatan istirahat istirahat, atau jam kerja yang lebih pendek.

Page 9: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

551

3. Pendekatan Sistem

Pendekatan pengorganisasian model ini memandang bahwa sebuah organisasi diyakini sebagai sebuah sistem yang menjadi kesatuan dari subsistem-subsistem yang menjadi komponennya.26 Inti dari pendekatan ini adalah adanya input, proses, dan ouput. Semua komponen yang terlibat dalam siklus organisasi bukan merupakan suatu bagian yang terpisah dari yang lainnya, tetapi merupakan satu kesatuan yang interdependent.

Mulai dari pendekatan yang digunakan oleh organisasi, prinsip-prinsip yang harus senantiasa diperhatikan, sampai pada langkah-langkah penyusunan sturktur organisasi merupakan mata rantai proses yang tidak terpisahkan. Artinya antar satu kegiatan atau mata rantai yang satu dengan mata rantai yang lain harus saling memperkuat dan mendukung. Dengan demikian tidak akan terjadi overlapping dan kesalahan kerja.

Pendekatan yang demikian cocok bagi sebuah organisasi kelas meneangah yang mengarah pada pelayanan jasa. Sebab, pelayan jasa merupakan sesuatu yang membutuhkan adanya kesinambungan yang konstan dan konsisten. Sebagai muaranya adalah terwujudnya pelayan jasa yang tidak mengecewakan konsumen.

4. Pendekatan Kontingensi

Pendekatan kontingensi dalam sebuah organisasi berarti menggunakan sebuah pendekatan yang dilakukan berdasarkan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Karena itu, pendekatan ini seakan-akan terlepas dari perencanaan yang telah ditetapkan.27 Sebenarnya tidak demikian, sebab pendekatan ini juga telah ditentukan perencanaan

26 Bandingkan pengertian sistem dengan Victor Lazaro, System and Procedures, (New

York: Prentice-Hall, 1959), p. 34. Baginya sistem adalah serangkaian fungsi, langkah, dan kegiatan yang diarahkan untuk mencapai suatu yang dikehendaki dan kemudian harus diperinci dalam bentuk prosedur.

27 Lihat, Paul Lawrence and Jay Lorsch, Organization and Environment: Managing Differentiation and Integration, (Boston: Harvard University Press, 1967), p. 1. Selanjutnya dia menyatakan: "…Basically, this approach seems to be leading to the development of a 'contingency' theory of organization with the appropriate internal states and processes of the organization contingent upon external requirements and member needs." Artinya, pada dasarnya pendekatan ini tampak mengarah pada perkembangan kontingensi dalam organisasi dengan kondisi internal yang cocok dan proses organisasional yang mampu mengharmonisasikan antara lingkungan eksternal dan kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Dengan nada yang sama Kanz dan Kahn menyatakan: "…It was developed inm organizational theory that considered organizations to be open system continously interacting with the environment.." Artinya, telah berkembang dalam teori organisasi bahwa organisasi diarahkan untuk menjadi sistem interaksi yang terbuka dan kontinyu dengan lingkungan. D. Kanz and Kahn. R.L., The Soscial Psychology of Organization, (New York: Wiley, 1978), p. 35.

Page 10: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

552

sekaligus antisipasinya. Hanya saja keputusan yang diambil disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang muncul pada saat-saat tertentu.

5. Pendekatan Eklektik

Pendekatan eklektik28 merupakan pendekatan yang menggunakan berbagai alternatif pendekatan yang telah duiungkap di atas. Pendekatan ini tidak membedakan secara tegas pada pendekatan klasik, human realtion, sistem, dan kontingensi. Pendakatan ini merupakan sinergi dari berbagai pendekatan yang telah berkembang tersebut.

Pendekatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya dan menghindari madharat walau sekecil apapun. Dengan demikian, semua kekurangan, hambatan, dan gangguan dapat ditekan sedemikian rupa dan semua kelebiah, faktor pendukung dari semua pendekatan sebelumnya diupayakan secara maksimal.

D. Prinsip-prinsip Pengorganisasian

Pendekatan-pendejkatan di atas dapat dilakukan dengan baik, manakala memperhatikan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam sebuah organisasi. Prinsip-prinsip inilah yang diharapkan menjadi dasar perjalanan organisasi. Sebab, tanpa adanya prinsip-prinsip yang kokoh organisasi akan mengalami berbagai kesulitan dan hambatan baik internal maupun eksternal. Di antara prinsip-prinsip pengorganisasian yang dapat dikemukakan di sini adalah: 1. Kebebasan, Allah telah berfirman: "Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan

taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu,melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." Q.S. al-Nur: 54. Ayat ini menjelaskan bahwa kewajiban manusia itu sesuai dengan kedudukanya. Hal ini untuk memberi peluang untuk mengembangkan potensi yang telah dibawa sejak lahir.

Prinsip kebebasan dalam berorganisasi merupakan prinsip yang sangat fundamental. Sebab, dengan kebebasan inilah seseorang dapat merealisasikan segala pikiran, perkataan, dan perbuatanya. Walaupun demikian, kebebasan yang ada dalam pendidikan Islam bukanlah

28 Eklektik berasal dari kata "eclectic" yangberarti bersifat memilih dari berbagai

sumber. Sifat ini akan menentukan satu alternatif atau gabungan dari beberap alternatif yang ada. Lihat, John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1993), p. 206.

Page 11: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

553

kebebasan yang benar-benar liberal sebagaimana faham liberalisme,29 melainkan kebebasan yang dibatasi oleh kepentingan orang lain, alam, dan yang lebih penting adalah batas-batas dari Allah SWT.

2. Keadilan. Kapanpun dan di manapun manusia berada, secara kodrati, akan menuntut keadilan, baik keadilan yang berkaitan dengan materi maupun non-materi.30 Prinsip ini dimaksudkan agar semua pihak yang terkait dan memiliki tanggung jawab dalam organisasi sama-sama merasa lega.

3. Musyawarah. Allah berfirman: "Maka disebabkan oleh rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." Q.S. Ali Imran: 159. Ayat ini mengandung beberapa ajaran. Salah satu ajaran yang dapat diambil adalah perintah untuk bermusyawarah. Musyawarah sangat ditekankan dalam sebuah organisasi apalagi dalam sebuah lembaga pendidikan Islam.31 Sebab, berbagai permasalahan yang muncul akan dapat diselesaikan dengan baik dan semua pihak merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, dalam bermusyawarah bukan hanya bertujuan untuk mencapai kesepakatan saja, sebab ada juga kesepakatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Karena itu, kesepakatan yang ingin dicapai dan dijadikan sebagai sebuah keputusan sama sekali tidak bertentangan atau menyimpang dari ajaran Islam.

4. Keluhuran Manusia.32 Prinsip keluhuran manusia berarti meyakini bahwa dalam pendidikan Islam yang menjadi subjek, menjalani proses, dan menjadi objek adalah manusia. Karena itu, sudah tidak pantas labi bila manusia hanya dianggap sebagai kertas putih yang

29 Lihat, 'Ali Khalil Musthafa Abu al-'Ainain, al-Qiyam al-Islamiyyah wa al-Tarbiyah:

Dirasah fi al-Thabi'ah al-Qiyam wa Mashadituha wa Daur al-Tarbiyah al-Islamiyyah fi Takwiniha wa Tanmiyatiha, (Madinah Munawwarah:Maktabah Ibrahim Halbi, 1989), p. 32.

30 Lihat, Muhammad al-Bahi, al-Islam fi Hayah al-Muslim, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1977), p. 198. Lihat pula, al-Syaikh Muhammad Abu Zahrah, al-Mujtama' al-Insani fi Zhill al-Islam, (Kairo: Majma' al-Buhus al-Islamiyyah, 1966), p. 397.

31 Lihat, Muhammad Syadid, Qiyam al-Hayah fi al-Qur'an al-Karim, (Kairo: Dar al-Syu'ub, 1973), p. 24.

32 Lihat, Muhammad Quthub, al-Insan bain al-Madiyyah wa al-Islam, (Beirut: Dar al-Syuruq, tt.), p. 43.

Page 12: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

554

kosong melompong sebagaimana teori tabularasa-nya John Locke.33 Sebab, dalam ajaran Islam manusia merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya, disamping sebagai makhluk individu, sosial, dan makhluk yang berketuhanan, juga sebagai khalifah Allah di bumi. Firman Allah: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." Q.S. al-Isra': 70.

5. Transparansi. Transparansi dalam segala hal pada sebuah organisasi yang sebagian besar mengacu pada masalah-masalah ruhani merupakan suatu hal yang sangat penting (krusial). Dengan adanya prinsip transparansi ini semua wewenang, tugas, dan tanggung jawab seseorang dapat dipahami secara utuh. Transparansi34 juga mengarah pada terwujudnya suasana kerja organisasi yang sistematis, harmonis, dan koordinatif. Oleh karena itu, prinsip transparansi bagi sebuah organisasi bisa dikatakan sebagai sebuah keniscayaan. Selain itu, transparansi juga dianggap sebagai upaya menciptkana harmonisasi "orkestra" interaksi interrelasi serta coopreation bagi semua pihak. Semua prinsip pengorganisasian manajemen dalam Islam tersebut di

atas jika di dapat atau telah diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam. Dengan demikian, semua pihak yang bertanggung jawab dalam sebuah lembaga pendidikan Islam hendaknya memahami dan melaksanakan prinsip pengorganisasian pendidikan. Di samping itu juga diharapkan mampu menterjemahkan prisnip-prinsip tersebut dalam berbagai olah fisik dan spiritual melalui penyempurnaan akhlak.

33 Lihat, John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, (New York: McGraw-

Hill Book Company, Inc., 1950), p. 50. Teks aslinya: "…some authorities still cling to the view first expounded by John Locke that the child's mind at birth is like a clean slate on which the school, little by little, writes the accumulated heritage of race experience…" Artinya, beberapa pakar masih memegang teori yang pertama kali disampaikan John Locke bahwa anak ketika lahir bagaikan selembar kertas bersih (putih) yang kemudian sekolah (dimana dia belajar) sedikit demi sedikit menuliskan sejumlah warisan budaya dari masyarakat. Bandingkan, C.F. Finney, R., Sociological Philosophy of Education, (New York: Macmillan Company, 1928), p. 64.

34 Tranpransi berasal dari kata "transparent" yang berarti jernih, tembus cahaya, nyata, atau jelas. Lihat John M. Echol dan Hassan Shadiliy, Kamus Inggris…, p. 601. Lihat pula, Ibrahim Ishmat Muthawi', Ushul al-Tarbiyah, (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1980), p. 279.

Page 13: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

555

E. Tipe-tipe Organisasi

Pengorganisasian pendidikan dalam Islam dapat mengambil beberapa tipe yang telah berkembang dewasa ini. Tipe-tipe yang ada dalam organisasi bukan untuk mengklaim bahwa tipe yang ini adalah tipe pengorganisasian yang paling benar. Sebab, tipe-tipe yang ada di samping mempunyai kelebihan-kelebihan pasti mengandung kelemahan-kelemahan. Oleh karena itu, keanekaragaman tipe yang ada harus dapat dimanfaatkan secara maksimal. Setelah mengadakan penelitian terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi lembaga pendidikan dalam Islam, selanjutnya dapat menentukan tipe pengorganisasian yang paling sesuai. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan eksternal, material dan spiritual, serta individu dan komunal.

Dewasa ini, secara garis besar tipe organisasi yang dikenal dalam pengorganisasian modern dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tipe lini (garis vertikal), tipe staf (garis horizontal), dan tipe eklektik (vertikal dan horizontal). 1. Tipe lini. Tipe lini adalah tipe sebuah organisasi yang menekankan

pada kesatuan gerak langkah dan kesatuan komando secara atas bawah.35 Tipe ini sangat cocok bagi organisasi yang masih sederhana. Sebab, tipe lini sangat memungkinkan adanya interaksi dan interrelasi langsung antara top manajer dengan bawahan. Dengan demikian, setiap pucuk pimpinan senantiasa dapat mengontrol dan memantau semua kinerja bawahannya. Tipe lini juga sangat memungkinkan adanya hubungan secara informal antara atasan dan bawahan. Bahkan, relasi yang demikian inilah (informal) yang lebih menonjol. Sebab, relasi informal hanya dapat dilakukan apabila seseorang merasa dekat dan lebih mengenal antara satu dengan lainnya dalam sebuah organisasi. Karen tujuan yang ingin dicapai masih sederhana maka spesialisasi dalam organisasi tipe lini ini juga masih relatif rendah.36

35 Bandingkan, A.M. Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, p. 67 36 Kelebihan dari organisasi tipe lini adalah: a. proses pengambilan keputusan

cepat; b. rasa setia kawan masih sangat kental; dan c. kinerja dapat dipantau secara langsung dan kontinyu. Sedangkan kelemahannya adalah: a. keputusan yang diambil terkesan dikuasai pimpinan; b. musyawarah kurang berkembang; dan c. sulitnya mencari pengganti jika pimpinan yang handal pindah atau meninggal dunia. Bandingkan, Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, p. 122-3. Lihat pula, Ross A. Webber, To Be a Manager, p. 192-3.

Page 14: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

556

2. Tipe Staf. Tipe staf adalah tipe organisasi yang mengadakan klasifikasi tugas dan tanggung jawab secara horizontal.37 Pada tipe ini, jarang terjadi interaksi secara informal. Sebab, interaksi yang terjadi harus melompati berbagai bagian yang terspesialisasi pada bidang masing-masing.

Tipe organisasi yang demikian ini sangat cocok bagi organisasi yang lebih besar dengan permasalahan yang lebih kompleks. Tipe ini tidak memungkinkan manajer puncak selalu berhubungan langsung dengan para bawahan, baik untuk melakukan monitoring maupun dalam memberikan informasi yang dianggap penting. Oleh karena itu, tipe staf ini tidak memberikan peluag sikap diktator pada top manajer.38

3. Tipe Eklektik (Fungsional). Tipe organisasi eklektik merupakan integrasi dari dua tipe di atas. Jadi, bisa dikatakan bahwa dalam tipe ini menekankan adanya garis vertikal dan horizontal. Kedua garis tersebut mempunyai peranan yang seimbang serta memberikan penekanan pada fungsi sebuah jabatan. Karena itu, terkesan adanya dikotomi antara keduanya.39 Masing-masing tipe organisasi di atas mempunyai keunggulan dan

kelemahan masing-masing. Dengan adanya upaya integrasi pada keunggulan dari keduanya diharapkan lembaga pendidikan Islam dapat menciptakan suasana hubungan yang harmonis dan manusiawi demi mencapai tujuan.

37 Anggota staf dalam organisasi tipe ini memegang peranan yang sangat penting.

Berkaitan dengan tugas staf ini Victor Lazaro menyatakan bahwa anggota staf memiliki beberapa tugas yaitu: a. bekerja sebagai pelengkap bagi unit-unit operasional; b. mengkonsultasikan dan memberi nasehat kepada ekskutif lini; c. bersikap tidak memihak; d. mempertahankan nilai-nilai organisasi; dan e. bersikap objektif dan rasional dalam menghadapi suatu masalah. Victor Lazaro, System and Prosedures, p. 12-5.

38 Burhanuddin menyatakan bahwa kelebihan dari tipe organisasi staf adalah: a. Pembagian tugas sangat definitif; b. Tingkat spesialisasi sangat tinggi; c. prinsip "the righ man in the righ place" diterapkan dengan nyata; d. Koordinasi mudah dilakukan. Sementara kelemahannya adalah: a. Pemimpin lini sering memberi "advis" pada staf; b. Pimpinan staf sering mengabaikan nasehat itu; c. Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan lini. Lihat, Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), p. 208.

39 Keuntungan dari tipe ini dijelaskan oleh Louis A. Allan yang menyatakan "…Advantages of the functional structures are: a. Facilitates specialization; b. Facilitates coordination within the function; c. Promotes economy of operation; d. Allows economic flexibility, and e. Projects outstanding skills." Artinya, keuntungan struktur fungsional adalah: a. Adanya spesialisasi; b. Adanya koordinasi dalam fungsi; c. Meningkatkan aktivitas ekonomi; d. Mampu mengikuti perkembangan ekonomi secara luwes. Louis A. Allan, Management and Organization, (New York: MacGraw-Hill Book Company, Inc., 1958), p. 60-8.

Page 15: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

557

Hubungan yang manusiawi dalam sebuah organisasi mendapat tempat yang layak dalam tipe pertama (tipe lini). Hal ini disebabkan tipe ini membuang jauh-jauh sikap individualistis serta klasifikasi yang sangat ketat. Manajer puncak dalam tipe ini dapat secara langsung memberikan masukan kepada bawahan. Sebaliknya, bawahan - dengan otoritas yang diberikan oleh manajer puncak - akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Setiap kesulitan yang ada secara langsung dapat diketahui sekaligus dicari jalan keluarnya oleh manajer puncak. Oleh karena itu, peluang bagi terjadinya kesulitan atau bahkan kesalahan yang lebih fatal dapat diminimalisir.

Pencapaian tujuan pendidikan Islam juga bisa dilakukan secara lebih sistematis jika lembaga pendidikannya menggunakan tipe staf (tipe horizontal). Karena memang masing-masing pihak yang terkait akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal. Meskipun mereka tidak secara langsung dipantau oleh pucuk pimpinan. Pemantauan secara tidak langsung mungkin akan memberikan peluang dan ruang untuk tidak serius, namun bagi pengelola yang berkualitas dan kredibilitasnya tinggi, model monitoring yang demikian menggugah semangat yang luar biasa untuk membuktikan kualitas dirinya. Oleh karena itu, dalam lembaga pendidikan Islam yang menggunakan tipe staf akan menjadi tolok ukur bagi akuntabilitas para manajer, baik manajer tingkat menengah maupun manajer pertama (paling bawah).40

Tipe yang terakhir (eklektik atau fungsional) yang merupakan gabungan dari tipe lini dan staf tampaknya paling compatible bagi lembaga pendidikan Islam. Hal ini dijadikan sebagai langkah untuk mengantisipasi berbagai tantangan yang muncul dan sebagai langkah taktis dalam menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

F. Langkah Penyusunan Struktur Organisasi

Penyusunan strukur organisasi merupakan suatu program yang sangat menentukan dalam sistem pengorganisasian. Karena, penyusunan struktur organisasi ini menentukan penempatan orang atau tugas pada posisi yang tepat. Kesalahan dalam tahapan kegiatan ini akan mengakibatkan kegagalalan atau bahkan kehancuran organisasi. Hal ini diisyaratkan oleh sebuah hadis Rasulullah:

40 Lihat, Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara,

1988), p. 82.

Page 16: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

558

عن ابي هريرة رضي االله عنه قال ان رسول االله صلى االله عليه

كيف ضيعت : فانتظر الساعة ثم قال اذا ضيعت الأمانة: وسلم قال

رواه (اذا وسد الأمر الى غير أهله فانتظر الساعة : الأمانة؟ قال

41 )البخارى“Dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan maka tunggulah saat (kehancurannya)." Kemudian dia (orang kampung) bertanya: "Bagaimana amanat itu disia-siakan? Rasulullah menjawab: "Ketika suatu perkara (urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat (kehancurannya).“ (H.R. Bukhari)

Dari hadis di atas dapat ditarik pelajaran bahwa menempatkan orang pada posisi yang tidak tepat merupakan sebuah tindakan menyia-nyiakan amanat (trust). Padahal kepercayaan atau amanat merupakan salah satu prinsip dari sistem manajemen pendidikan dalam Islam. Ketidaktepatan memposisikan seseorang adalah sebuah kesalahan besar yang mengakibatkan hancurnya organisasi pendidikan Islam yang pada gilirannya akan menghancurkan pendidikan Islam itu sendiri.

Penetapan sebuah desain struktur organisasi42 - dalam proses penyusunannya - perlu menggunakan langkah-langkah yang sistematis, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terkesan terburu-buru atau bahkan kacau balau. Langkah-langkah yang dimaksud adalah: 1. Pengumpulan Infromasi dan Data. Langkah pertama dalam menentukan

struktur organisasi adalah mengadakan pengumpulan informasi dan data kemudian diklasifikasi dan akhirnya dianalisis.43 Langkah ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menentukan orientasi terlebih dahulu sebelum melakukan langkah-langkah berikutnya.

41 Al-Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I, (Semarang: Toha Putra, 1994), p.

21. 42 Sebelum menempuh langkah-langkah di atas, ada tiga hal yang harus

diperhatikan dalam menyusun sebuah struktur organisasi. Pertama, kompleksitas berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Kedua, tingkat formalisasi yang berlaku dalam organisasi. Dan ketiga, penerapan konsep sentralisasi atau desentralisasi dalam pengambilan keputusan. Lihat, Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), p. 234.

43 Lihat, Richard M. Steers, et.al., Managing Effectuive…, p. 38-9. Lebih jauh dia menyatakan "…Many manager receive a great deal of important information from inside and outside the organization because of their position in the hierarchy." Artinya, manajer akan selalu menerima banyak informasi petning baik yang datang dari dalam maupun dari luar organisasi Hal ini disebabkan oleh posisinya yang penting dalam hirarki.

Page 17: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

559

2. Penentuan Tujuan. Langkah kedua adalah menentukan tujuan. Tujuan pendidikan Islam yang telah dirumuskan ketika menentukan perencanaan pendidikan menjadi dasar untuk menentukan tujuan dalam penentuan struktur organisasi. Dengan adanya tujuan tersebut dapat diestimasi dan ditentukan tipe, susunan atau desain, corak, maupun ukuran besar kecilnya struktur organisasi.44

3. Perumusan Tujuan Pokok. Setelah menentukan tujuan, langkah selanjutnya yang ketiga adalah menentukan tugas pokok.45 Tugas pokok ini adalah tugas-tugas tertentu yang tersusun secara sistematis sebagai realisasi dari tujuan yang telah ditentukan. Perumusan tugas pokok ini harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, kemampuan, dan kekuatan yang dimiliki. Dengan perumusan tugas pokok ini, tujuan - yang semual masih bersifat teoritis - menjadi sebuah rumusan tugas yang praktis. Oleh karena itu, langkah yang ketiga inilah yang paling krusial dalam menyusun struktur organisasi pendidikan dalam Islam.

4. Perumusan Fungsi. Perumusan tugas pokok dengan perincian-perinciannya tersebut meskipun secara tertulis sudah praktis, akan tetapi masih bersifat heterogen dan umum.46 Agar perumusan tugas pokok lebih terarah dan sistematis perlu diadakan perumusan fungsi. Fungsi yang dimaksudkan di sini adalah sekumpulan tata kerja dan kegiatan yang homogen, antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya terdapat relasi yang sangat erat dan terkait. Maksud perumusan fungsi ini adalah untuk mengkategorikan dan mendefinisikan tujuan organisasi.

5. Spesifikasi Kelompok Fungsional. Perumusan fungsi yang menjadi kategorisasi terhadap tujuan organisasi pada dasarnya masih begitu luas. Oleh karena itu, perlu diadakan spesifikasi kelompok fungsional dengan membuat satuan-satuan organisasi atau satuan tugas. Seperti biro, seksi, atau bidang tertentu.47 Proses spesifikasi ini dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal. Spesifikasi secara vertikal adalah penyebaran fungsi dengan melihat hirarki struktural secara linier dari atas ke bawah atau sebaliknya. Sedangkan spesifikasi

44 Louis A. Allan, Management and Organization, p. 71. Dia juga menyatakan tugas

pertama dalam organisasi adalah mengidentifikasi pekerjaan utama yang tersusun dalam tujuan.

45 Ibid. Lebih jauh dia juga menyatakan: "…Second by arranging this work in properly grouped and balanced packages…" Artinya, tugas kedua dengan menyusun pekerjaan ini dalam kelompok yang tepat dan susunan yang seimbang.

46 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan…, p. 67. 47 Bandingkan, Wayne K. Hoy and Cecil G. Miskel, Educational Administration

Theory, (New York: Random House, 1978), p. 52.

Page 18: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

560

horizontal adalah penyebaran fungsi secara definitif tanpa membedakan hirarki struktural.

6. Pengadaan Orang. Sumber daya manusia dalam pendidikan Islam merupakan unsur yang paling penting.48 Karena itu perlu diperhatikan benar-benar proses perekrutannya. Proses pengadaan sumber daya manusia mencakup delapan aktivitas. Kedelapan aktivitas itu adalah perencanaan ketenagaan, penentuan tenaga yang dibutuhkan, penyeleksian ketenagaan untuk menentukan tenaga yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi, penempatan tenaga, pelaksanaan kompensasi, pembinaan tenaga melalui pendidikan dan latihan-latihan, mengatur kepensiunan, dan hubungan yang serasi dengan mantan tenaga.

7. Penyusunan Prosedur dan Tata Kerja. Dalam proses pelasanaan setiap satuan organisasi atau satuan tugas perlu disusun prosedur dan tata kerja yang jelas.49 Langkah ini sebagai upaya untuk menghilangkan terjadinya misunderstanding dan pelemparan tanggung jawab terhadap orang lain. Prosedur dan tata kerja ini merupakan sejumlah ketentuan dari sejumlah teknik dan metode kerja untuk melaksanakan aktivitas dan kegiatan yang telah dirumuskan.

8. Penetapan Pola Hubungan Kerja. Hubungan kerja yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan Islam harus ditentukan pola atau model hubungannya.50 Dengan adanya pola hubungan kerja yang pasti dan teratur semua pihak benar-benar dapat memahami etika hubungan kerja antara atasan dan bawahan, sesama atasan, atau sesama bawahan.

9. Penyediaan Sarana. Untuk menunjang kelancaran seluruh kegiatan yang telah ditentukan perlu disediakan sarana sebagai prasyarat manajemen pendidikan dalam Islam. Penyediaan sarana ini perlu memperhitungkan sifat tujuan yang hendak dicapai, jumlah orang yang terlibat, ruang lingkup kegiatan, dan lokasi kegiatan. Semakin besar runag lingkup kegiatan tersebut semakin besar pula sarana yang harus disediakan.

10. Perwujudan Program. Perwujudan program merupakan langkah yang paling menentukan.51 Sebab, langkah inilah yang menjadi wahana dan tolok ukur bagi kepraktisan, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas struktur organisasi yang telah ditetapkan. Langkah ini merupakan

48 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan…, p. 67. 49 Ross A Webber, To Be a Manager, p. 84. 50 Richard M. Steers, et. al., Managing Effective…, p. 134. 51 Ibid., p. 237

Page 19: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

561

langkah akhir sekaligus langkah pertama dalam siklus sistem pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam.

G. Pengorganisasian Sebagai Sebuah Proses

Pengorganisasian dalam sistem manajemen pendidikan Islam bisa dianggap sebagai sebuah proses disebabkan beberapa alasana berikut: Pertama, Pengorganisasian berasal dari kata dasar organ52 yang berarti bagian tubuh makhluk hidup (organisme). Dari kata dasar ini dapat dipahami bahwa organisme sebagai makhluk hidup akan selalu berubah dan berproses. Organisme pada saat tertentu belum lahir. Setelah lahir muncul organisme yang disebut A. Setelah beberapa lama si A akan berubah dan berproses. Bila diibaratkan manusia, maka si A mengalami masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, kemudian akhirnya mengalami kematian. Demikian juga pengorganisasian dalam sistem manajemen pendidikan Islam bisa dikatakan sebagai sebuah proses. Sebab, satu saat organisasi tersebut belum ada, kemudian ada dalam skala kecil, terus berkembang dan selanjutnya mencapai puncak kejayaannya, lalu akhirnya hancur.

Kedua, Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam dianggap sebagai sebuah proses karena pendidikan Islam dalam perjalanan sejarahnya merupakan sebuah siklus yang tidak pernah berhenti.53 Awalnya menerima input dari berbagai sumber, baik input material maupun spiritual. Kemudian di dalamnya terjadinya proses pengolahan terhadap input, dan akhirnya menghasilkan output yang sangat diharapkan oleh umat dan masyarakat. Siklus tersebut tidak hanya berjalan dalam satu generasi saja, tetapi berlangsung sejak agama Islam ini muncul sampai sekarang ini.

Ketiga, Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam bukan hanya berupa landasan-landasan teoritis. Pengorganisasian bukan hanya berupa konsep saja, melainkan juga merupakan aktivitas yang jelas-jelas dilaksanakan dalam dataran praktis, Upaya manifestasi ajaran Islam melalui sistem pengorganisasian manajemen pendidikan dalam Islam jelas merupakan sebuah proses.

Keempat, Pengorganisasian dalam sistem pendidikan Islam tidak dianggap sebagai tujuan pendidikan itu sendiri. Sebab, pengorganisasian ini hanya dijadikan sebagai saran untuk melaksanakan proses traninternalisasi nilai-nilai ajaran Islam yang hakiki terhadap generasi

52 A.S. Hornby and A.P. Cowie, (ed.), Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current

English, (London: Oxford University Press, 1990), p. 872. 53 Lihat, Ramayulis, Model Pendidikan Islam Era Modernisasi: Suatu Kajian Teoritis dan

Historis, (Padang: IAIN Imam Bonjol, t.th), p. 3-10

Page 20: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

562

selanjutnya. Oleh karena itu, bila terdapat pihak yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pengorganisasian pendidikan itu sendiri adalah sebuah kekeliruan besar. Kekeliruan besar ini harus cepat-cepat diluruskan.

Kelima, Pengorganisasian dalam sistem manajemen pendidikan Islam adalah sebuah sistem yang dinamis. Oleh karena itu, sistem pengroganisasiannya senantiasa harus dimodifikasi agar sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada, baik perkembangan di bidang ideologi, politik, sosial, ekonomi, atau budaya. Bahkan, diharapkan mampu mengarahkan dan meluruskan perkembangan yang menyimpang dari nilai-nilai moral dan spiritualitas agama Islam.

H. Penutup

Pengorganisasian pendidikan bagi proses pendidikan Islam merupakan satu hal yang sangat penting dan menjadi pembicaraan aktual. Pengorganisasian pendidikan paling tidak harus memperhatikan visi, misi, program, sasaran, dan strategi sebuah lembaga pendidikan. Ketika lembaga pendidikan Islam telah memiliki performance pengorganisasian yang serasi di antara berbagai komponen yang ada, maka dapat diharapkan obsesi dan cita-cita umat Islam dalam kaitannya dengan pendidikan Islam yang berkualitas semakin dekat terwujudnya. Prinsip, tipe, pendekatan, langkah penyusunan organisasi, dan paradigma bahwa pengorganisasian sebagai proses merupakan langkah awal yang tidak boleh dispelekan oleh para pesibuk lembaga pendidikan Islam.

Wa Allah A'lam bi al-Shawab

Page 21: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

563

Daftar Pustaka

Agryris, Crish, Interpersonal Competence and Organizational Effectiveness, Homewood, 1962.

'Ainain, 'Ali Khalil Musthafa Abu al-, al-Qiyam al-Islamiyyah wa al-Tarbiyah: Dirasah fi al-Thabi'ah al-Qiyam wa Mashadituha wa Daur al-Tarbiyah al-Islamiyyah fi Takwiniha wa Tanmiyatiha, Madinah Munawwarah:Maktabah Ibrahim Halbi, 1989.

Allan, Louis A., Management and Organization, New York: MacGraw-Hill Book Company, Inc., 1958.

Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Bahi, Muhammad al-, al-Islam fi Hayah al-Muslim, Kairo: Maktabah Wahbah, 1977.

Beer, M., Organizational Change and Development, Santa Monica, CA: Goddyear, 1980.

Bowie, Steve, "Empat Belas Prinsip Manajemen Modern", dalam majalah, Manajemen bagi Manajer dan Ekskutif, No. 108, edisi Nove – Des, 1996.

Brubacher, John S., Modern Philosophies of Education, New York: McGraw-Hill Book Company, Inc., 1950.

Bukhari, Imam al-, Shahih al-Bukhari, Juz I, Semarang: Toha Putra, 1994.

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Dale, Ernest, Management: Theory and Practice, Pennsylvania: McGraw-Hill Book Company, 1978.

Donnelly, James H., et. al., Fundamental of Management, Texas: Business Publication, Inc., 1984.

Douglas McGregor, The Professional Manager, New York: 1967.

Echol, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1993.

Etzioni, A., Modern Organization, Englewoods Cliffs: Prentice-Hall, 1964.

Finney, R.C.F., Sociological Philosophy of Education, New York: Macmillan Company, 1928.

Page 22: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

564

Hardjito, Dydiet, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.

Hornby, A.S and A.P. Cowie, (ed.), Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, London: Oxford University Press, 1990.

Hoy, Wayne K. and Cecil G. Miskel, Educational Administration Theory, New York: Random House, 1978.

Kadarman, A.M. dan Jusuf Wijaya, Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Kanz, D. and Kahn. R.L., The Soscial Psychology of Organization, New York: Wiley, 1978.

Lawrence, Paul and Jay Lorsch, Organization and Environment: Managing Differentiation and Integration, Boston: Harvard University Press, 1967.

Lazaro, Victor, System and Procedures, New York: Prentice-Hall, 1959.

Likert, Rensis, The Human Relation, New York: 1967.

March, J. & Simon H., Organization, New York: Wiley, 1958.

Mayo, Elton, "Hawthorne and the Western Electric Company", in D.S. Pugh, (ed.), Organization Theory, Middlesex, England: Penguin, 1971.

Muhammad Farj, Muhammad, Fan Idarah al-Ma'rikah fi al-Hurub al-Islamiyyah, Kairo: Majma' al-Buhus al-Islamiyyah, 1972.

Muthawi', Ibrahim Ishmat, Ushul al-Tarbiyah, Kairo: Dar al-Ma'arif, 1980.

Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisi Abad Keemasan Islam, alih bahasa Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, I, Jakarta: UI-Press, 1985.

Ndraha, Talidhuhu, Konsep Administrasi dan Administrasi di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1989.

Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Quthub, Muhammad, al-Insan bain al-Madiyyah wa al-Islam, Beirut: Dar al-Syuruq, t.t..

Ramayulis, Model Pendidikan Islam Era Modernisasi: Suatu Kajian Teoritis dan Historis, Padang: IAIN Imam Bonjol, t.t..

Page 23: Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam Oleh ... · Pengorganisasian Pendidikan dalam Perspektif Islam ... Di sinilah arti pentingnya sebuah pengorganisasian dalam manajemen

Ainurrofiq Dawam: Pengorganisasian Pendidikan…

SOSIO-RELIGIA, Vol. 3, No. 4, Agustus 2004

565

Shalih, Nazili, Haul al-Ta'lim al-'Am wa Nuzhumiha: Dirasah al-Muqaranah, Kairo: Maktabah al-Anglo al-Mishriyyah, 1975.

Shalih, Nazili, Haul al-Ta'lim al-Ibtida'i wa Nuzhumihi: Dirasah Muqaranah, Kairo: Maktabah al-Anglo al-Mishriyyah, 1972.

Siagian, Sondang P., Filsafat Administrasi, Jakarta: Haji Masagung, 1989.

Siagian, Sondang P., Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta: Bina Aksara, 1989.

Siagian, Sondang P., Manajemen Stratejik, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Siagian, Sondang P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Stanton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam, alih bahasa H. Afandi dan Hasan Asari, Jakarta: Logos, 1996.

Steers, Richard M., et. al., Managing Effective Organization: an Introduction, Boston: Kent Publishing Company, 1985.

Syadid, Muhammad, Qiyam al-Hayah fi al-Qur'an al-Karim, Kairo: Dar al-Syu'ub, 1973.

Taylor, Frederich W., Principles of Scientific Management, New York: Harper & Row, 1911.

Tunggal, Amin Widjaja, Manajemen: Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Webber, Ross A., To Be a Manager, Illinois: Richard D. Irwin, 1981.

Weber, Max, The Theory of Social and Economic Organization, New York: Free Press, 1947.

White, Leonard D., Introduction to the Study of Public Adminitration, New York: MacMillan, 1955.

Zahrah, al-Syaikh Muhammad Abu, al-Mujtama' al-Insani fi Zhill al-Islam, Kairo: Majma' al-Buhus al-Islamiyyah, 1966.