13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah istilah yang relatif masih baru sehingga kadang- kadang mengundang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Perbedaan pendapat itu terlihat misalnya, sementara orang mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di lingkungan masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di lingkungan pendidikan sekolah. Sebaliknya, pihak lain menegaskan, justru istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni untuk membelajarkan siswa/mahasiswa. Ada pula yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran (Sadiman, 1988). Sebaliknya, Belkin and Gray (1978) menyatakan bahwa istilah teaching mencakup instruction dan kegiatan-kegiatan lain bersifat psikologis, sosial, dan pribadi. Hal ini berarti bahwa instruction merupakan bagian dari konsep teaching. Tanpa mengurangi penghargaan terhadap perbedaan pendapat tersebut di atas, dalam buku ini istilah pembelajaran akan diartikan secara luas sehingga keberadaannya tidak hanya dalam jalur pendidikan luar sekolah, tetapi juga dalam jalur pendidikan sekolah. Bahkan pembelajaran ini tidak hanya terjadi dalam pendidikan (education), tetapi juga dalam pelatihan (training). Inipun tidak hanya ada dalam konteks pre-service education and training misalnya ketika siswa atau mahasiswa masih belajar di sekolah/perguruan tinggi, tetapi juga dalam konteks in- service education and training (INSET) seperti pada kegiatan penataran atau pelatihan. Lebih jauh lagi, istilah tersebut juga dapat menjangkau upaya pembelajaran diri. Demikian luasnya lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau pembelajar pun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi juga peserta penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi panel, simposium, kolokium, lokakarya, dan bahkan siapa saja yang berupaya 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

  • Upload
    vumien

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah istilah yang relatif masih baru sehingga kadang-

kadang mengundang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan,

terutama di antara guru-guru di sekolah. Perbedaan pendapat itu terlihat misalnya,

sementara orang mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya hanya

berlaku di lingkungan masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di lingkungan

pendidikan sekolah. Sebaliknya, pihak lain menegaskan, justru istilah tersebut sangat

relevan dalam sistem persekolahan, yakni untuk membelajarkan siswa/mahasiswa.

Ada pula yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan kata

dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran (Sadiman, 1988).

Sebaliknya, Belkin and Gray (1978) menyatakan bahwa istilah teaching mencakup

instruction dan kegiatan-kegiatan lain bersifat psikologis, sosial, dan pribadi. Hal ini

berarti bahwa instruction merupakan bagian dari konsep teaching.

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap perbedaan pendapat tersebut di

atas, dalam buku ini istilah pembelajaran akan diartikan secara luas sehingga

keberadaannya tidak hanya dalam jalur pendidikan luar sekolah, tetapi juga dalam

jalur pendidikan sekolah. Bahkan pembelajaran ini tidak hanya terjadi dalam

pendidikan (education), tetapi juga dalam pelatihan (training). Inipun tidak hanya ada

dalam konteks pre-service education and training misalnya ketika siswa atau

mahasiswa masih belajar di sekolah/perguruan tinggi, tetapi juga dalam konteks in-

service education and training (INSET) seperti pada kegiatan penataran atau

pelatihan. Lebih jauh lagi, istilah tersebut juga dapat menjangkau upaya pembelajaran

diri.

Demikian luasnya lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek

belajar atau pembelajar pun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi juga peserta

penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi

panel, simposium, kolokium, lokakarya, dan bahkan siapa saja yang berupaya

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

6

membelajarkan diri sendiri. Akan tetapi, pertanyaan yang segera muncul dalam pikiran

Anda adalah apakah sebenarnya pembelajaran itu?

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek/pembelajar dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika

pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem. Maka berarti pembelajaran terdiri dari

sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran. Materi

pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,

pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran

(misalnya layanan pembelajaran remedial bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan

belajar). Sebaliknya, bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka

pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat

siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran

tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut

penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat

evaluasi (misalnya soal-soal tes formatif). Persiapan pembelajaran ini juga mencakup

kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang berkaitan

dengan materi pelajaran yang akan disajikannya kepada para siswa dan mengecek

jumlah dan keberfungsian alat media cetak lainnya yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa dan mengecek jumlah dan

keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.

Setelah persiapan tersebut dilakukan secara matang, guru melaksanakan

kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang

telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi

pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau

strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang

penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi,

dan sikapnya terhadap siswa. Jadi semua itu akan menentukan misalnya, apakah

struktur pembelajarannya bersifat joyful ataukah menegangkan, atau bahkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

7

menakutkan. Situasi kelasnya apakah bersifat permisif ataukah demokratis, atau

sebaliknya, siswa-siswi merasa tercekam akibat sikap guru yang otoriter.

Setelah kegiatan pembelajaran tersebut di atas selesai dilaksanakan,

termasuk evaluasi formatif, maka apabila guru itu adalah guru yang baik, ia akan

menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran

ini dapat berbentuk enrichment(pengayaan). Dapat pula berupa pemberian layanan

Remedial Teaching bagi anak-anak yang berkesulitan belajar. Kegiatan tindak lanjut

ini sangat penting agar setiap individu. pembelajar dapat mencapai perkembangan

yang harmonis dan optimal. Hal ini berkaitan erat dengan pembinaan kualitas SDM

sejak dini, dan kelasnya pun menjadi lebih “sehat” dan dinamis karena tertanganinya

kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh satu atau beberapa orang siswanya.

Sementara itu sesuai dengan makna pembelajaran ini, hendaknya Anda

berupaya memotivasi dan membimbing siswa-siswanya untuk belajar mengenai

bagaimana belajar (learning how to learn). Apabila siswa telah memahami dan

mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh, kelak mereka diharapkan akan melalui

belajar bagaimana belajar. Pada gilirannya mereka akan berupaya membelajarkan diri

mereka sendiri. Jika ini terjadi, jembatan emas ke masa depan yang gemilang dan

bermakna telah mulai terbentang.

2.1.2 Pembelajaran IPA SD

Carin (1985) mendefinisikan IPA sebagai sistem pengetahuan alam semesta

melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen.

Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan IPA sebagai:

a. Proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris

b. Informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang

dirancang secara logis

c. Kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang

sahih.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk

kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

8

yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga

dipandang sebagai proses yaitu sebagai pola berfikir atau metode berfikirnya.

Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam metode ilmiah berupa sikap ilmiah yang

antara lain berupa hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis,

tekun, terbuka, dan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan kurikulum untuk SD, IPA yang mulai diberikan di kelas I lebih

bersifat memberikan pengetahuan yang dimulai dari pengamatan-pengamatan

mengenai pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan. IPA

untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo & Marten (dalam Iskandar, 1996) sebagai:

(1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3)

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan (4)

menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan

tersebut benar.

Carrin (1985) mengatakan bahwa teori kognitif yang paling kuat memberikan

pengaruh terhadap praktek pendidik di SD adalah teori Piaget, berupa empat tahap

perkembangan kognitif anak yaitu: (1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun), (2) Tahap

Praoperasional (2-7 tahun), (3) Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun), dan (4) Tahap

Operasi Formal (11-diatas 14 tahun). Berdasarkan pengelompokkan tahap

perkembangan anak tersebut, berarti anak kelas II SD termasuk dalam tahap

perkembangan operasi kongkrit. Menurut Carin (1989), anak yang berada pada

operasi kongkrit, berfikir dan belajar pada pengalaman-pengalaman yang nyata.

Mereka belum dapat belajar secara abstrak

Menurut Subekti (1995), konsep program praktek pendidikan sesuai

perkembangan (developmentally appropriate practice) berpijak pada dua macam

kesesuaian: kesesuaian usia dan kesesuaian dengan setiap anak sebagai individu.

Kesesuaian usia ialah rancangan lingkungan belajar yang harus diseduaikan dengan

usia siswa. Kesesuaian dengan setiap anak sebagai individu yaitu setiap anak

dipandang sebagai mahluk individu yang tumbuh berkembang secara utuh. Sebagai

seorang individu setiap anak mempunyai karakteristik yang khas. Dalam cara

belajarnya, dalam cara berinteraksi dengan lingkungan, dan dalam cara

menggunakan waktu untuk belajar masing-masing anak tidak sama. Perbedaan-

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

9

perbedaan individu ini berpengararuh besar pada proses pembelajaran. Agar dalam

proses pembelajaran dapat behasil secara optimal, seyogyanya guru harus mengenal

betul keberadaan masing-masing anak. Dalam menghadapi anak, guru harus

membedakan antara yang daya tangkapnya cepat dengan yang daya tanggapnya

lambat.

Dari semua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran IPA di SD kelas II menuntut guru untuk menanamkan konsep IPA pada

anak dan harus mempertimbangkan karakteristik usia anak kelas II SD.

2.1.3 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran bermacam-macam, yang tentunya memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Akan tetapi, apabila dianalisis secara cermat,

semuanya mempunyai sejumlah komponen atau elemen. Komponen-komponen

tersebut sebenarnya telah terlihat pada pengertian-pengertian strategi pembelajaran

di atas. Namun, demikian, bahwa dalam hal ini ada beberapa orang ahli yang telah

mengidentifikasi komponen-komponen strategi pembelajaran. Dick and Carey (1976)

misalnya, mengemukakan bahwa komponen-komponen strategi pembelajaran adalah

sebagai berikut :

a. Kegiatan pra instruksional (pendahuluan).

b. Penyampaian informasi.

c. Partisipasi siswa.

d. Tes.

e. Kegiatan tindak lanjut.

Kelima komponen strategi pembelajaran tersebut berbeda dari apa yang

dikemukakan oleh ahli lainnya. Sebagai contoh, Alwi Suparman berpendapat bahwa

strategi instruksional meliputi komponen-komponen :

a. Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan guru dan siswa dalam

proses pembelajaran aktual yang terentang dari tahap pendahuluan ke tahap

penyajian/kegiatan inti, terus sampai dengan tahap penutup.

b. Metode instruksional, yaitu cara-cara guru mengorganisir dan menyajikan isi

pelajaran dan cara guru mengorganisir siswa atau kelas, dan penggunaan media

instruksional pada setiap tahap pembelajaran.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

10

c. Media instruksional, yaitu peralatan dan bahan instruksional yang digunakan

guru dan siswa pada setiap tahap kegiatan pembelajaran.

d. Waktu, yakni alokasi waktu yang digunakan bersama oleh guru dan siswa dalam

menyelesaikan kegiatan pada setiap tahap pembelajaran.

Strategi pembelajaran bermacam-macam dan di antara strategi itu tidak

ada satupun yang paling efektif untuk mencapai semua ragam tujuan

pembelajaran. Terlepas dari sifatnya yang demikian ini, beberapa orang ahli

telah membuat klasifikasi strategi pmbelajaran. Akan tetapi, dalam buku ini

strategi-strategi tersebut tidak akan diuraikan secara rinci.

Sehubungan dengan itu Gerlach dan Ely (1980) mengungkapkan adanya

dua jenis strategi pembelajaran, yaitu Expository Approach (pendekatan

ekspositori) dan Inquiri Approach (Pendekatan Inquiri). Strategi ekspositori

biasanya digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran dengan maksud

menyampaikan informasi kepada para siswa melalui penjelasan atau melalui

demonstrasi. Setelah itu guru mengecek penerimaan, ingatan, dan pemahaman

siswa-siswa mengenai informasi yang telah diterimanya. Guru dapat mengulangi

penjelasannya, bahkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

praktik penerapan konsep atau prinsip yang telah dijelaskan nya pada

serangkaian contoh.

Sebaliknya, melalui strategi inquiri siswa-siswa di dorong dan diberi

kesempatan untuk mencari dan menemukan serta merumuskan konsep sendiri.

Oleh sebab itu, metode-metode eksperimen, diskusi kelompok kecil, pemecahan

masalah dan tanya jawab sangat populer penggunaannya dalam strategi ini.

2.1.4 Metode Eksperimen

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

Djamarah (2000) menyatakan bahwa metode percobaan adalah suatu metode

mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di

Laboratorium.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

11

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata

guru atau buku,

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi

(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi,

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-

terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan

mengadakan ekperimen

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti

untuk melanjutkan pelajaran

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara

mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan

teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri

berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan

mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang

ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu

yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat

dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan,

atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan

percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

12

c. dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses

percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka

menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi

petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan,

pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu

diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan,

beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain

karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan

percobaan karena alatnya belum ada.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri

sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode

eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan

sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses

sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik

kesimpulan dari proses yang dialaminya.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode

eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode

eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan

kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk

menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat

diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih

ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang

dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan

mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau

kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

13

yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan

mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan

fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya.

Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang

diperoleh selama pembelajaran.

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik

tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya

berpegang pada prinsip metode ilmiah.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah :

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami

masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

b. memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan

dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat,

urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila

perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya

eksperimen.

d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang

didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini

menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari.

b. pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa

diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

c. hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil

pengamatannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

14

d. verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah

dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan

hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

e. aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya

diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep

yang telah dipelajari.

f. evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Berdasarkan dua pendapat yang telah diuraikan maka pembelajaran IPA dengan

metode eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen agar memahami masalah

yang akan dibuktikan.

2) Menjelaskan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan

dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat,

urutan eksperimen, dan hal-hal yang perlu dicatat.

3) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang

didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini

menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari.

4) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa

diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

5) hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil

pengamatannya.

6) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah

dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan

hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

7) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya

diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep

yang telah dipelajari.

8) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab

9) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

15

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapainya.” ( Winkel 1996 : 162 ). Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)

prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,

merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga

aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang

memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria

tersebut.”

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah hasil belajar

yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan

perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan

dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam

bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya baik

dari aspek kognitif, affektif dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 1 Kajian Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Muhammad

Arief Rohman

(2009)

Optimalisasi Metode Eksperimen

untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA

Kompetensi Gaya dan Gerak pada

Siswa Kelas VI SDN Simbangdesa 02

Kabupaten Batang Tahun Pelajaran

2009/2010

Pembelajaran menggunakan

metode eksperimen:

- meningkatkan hasil IPA

Kompetensi Gaya dan

Gerak dari semula hanya

36,74 % siswa yang

mencapai KKM menjadi

75,43 %.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

16

- Meningkatkan nilai rerata

dari 57,23 menjadi 72,12.

Suharto

(2011)

Penggunaan Metode Eksperimen

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Tentang Perkembangbiakan Vegetatif

Buatan Pada Siswa Kelas VI SDN

Kenconorejo 02 Tahun Pelajaran

2010/2011

Pembelajaran menggunakan

metode eksperimen:

- meningkatkan hasil IPA

tentang perkembangbiakan

vegetatif buatan dari semula

hanya 47,06 % siswa yang

mencapai KKM menjadi

88,23 %.

- Meningkatkan nilai rerata

dari 61,56 menjadi 76,47.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori di atas, maka peneliti menyusun kerangka

berpikir sebagai berikut: Pembelajaran IPA kompetensi kenampakan matahari siswa

kelas II semester 2 pada tahap prasiklus, peneliti masih menggunakan metode

ceramah yang monoton dan membosankan sehingga hasil belajar siswa dan

kualitas pembelajaran relatif rendah. Pada tahap siklus I, peneliti sudah

menggunakan metode eksperimen sehingga hasil belajar dan kualitas pembelajaran

meningkat ( tiga indikator keberhasilan tercapai). Peneliti melanjutkan tindakan pada

tahap siklus II dengan menambah jumlah media yang digunakan untuk eksperimen.

Pada tahap ini diperoleh peningkatan hasil belajar dan kualitas pembelajaran yang

optimal. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga

pembelajaran IPA kompetensi kenampakan matahari siswa kelas II semester 2

menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2119/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat ... tahunan, semester, dan penyusunan

17

k

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir, diduga penggunaan metode eksperimen

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II semester 2 SDN

Simbangdesa 01 tahun pelajaran 2011/2012.

SIKLUS I

SIKLUS II

hasil belajar

siswa rendah

Pembelajaran belum

menggunakan

metode eksperimen

Kondisi

Awal

TINDAKAN

Pembelajaran sudah

menggunakan

metode eksperimen

Diduga pembelajaran IPA

menggunakan metode

eksperimen

dapat meningkatkan hasil

belajar siswa

Kondisi

Akhir