32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu 1. Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes. RI, 2009). Posyandu adalah suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana (KB) dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) yang mempunyai nilai strategis untuk

BAB II JUA

  • Upload
    achy-bi

  • View
    226

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kunjungan Balita Ke Posyandu

Citation preview

Page 1: BAB II JUA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu

1. Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan guna memberdayakan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes. RI, 2009). Posyandu adalah

suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat

dan Keluarga Berencana (KB) dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas

kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Depkes RI, 2011).

Makna dari nilai strategis yaitu untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang

dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada tiga

intervensi yaitu :

1.1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (child sulvival) yang ditujukan untuk

menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai

usia balita.

Page 2: BAB II JUA

1.2. Pembinaan perkembangan anak (child development) yang ditujukan untuk

membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental

sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.

1.3. Pembinaan kemampuan kerja (employment) yang dimaksud untuk

memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan

bangsa dan Negara.

Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan

sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan

posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu

dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial dan

budaya (Depkes RI, 2011).

2. Tujuan Posyandu

Depkes RI (2011), membagi tujuan posyandu menjadi tiga yaitu sebagai

berikut :

2.1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian

ibu dan bayi.

2.2. Meningkatkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu

terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi.

2.3. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar terutama

yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi.

11

Page 3: BAB II JUA

3. Syarat Pembentukan Posyandu

Syarat pembentukan posyandu antara lain jumlah penduduk RW paling

sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 Kepala Keluarga, disesuaikan

dengan kemampuan petugas (bidan desa), jarak antar kelompok rumah, jumlah

kepala keluarga dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh (Depkes. RI,

2010).

4. Syarat Posyandu

Depkes RI (2010), membagi strata posyandu menjadi empat sebagai

berikut :

4.1. Posyadu pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya

belum bisa rutin tiap bulan dan kadernya terbatas.

4.2. Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari delapan kali dalam setahun dengan rata-rata jumlah kader lima

orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KIA, KB, gizi,

imunisasi dan penanggulangan diare) masih rendah yaitu <50%. Ini

menunjukkan kegiatan posyandu sudah baik tetapi cakupan programnya

masih rendah.

4.3. Posyandu purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari delapan

kali pertahun, rata-rata kader tugas lima orang atau lebih cakupan lima

program utamanya (KB, KIA, gizi, iminisasi dan penanggulangan diare)

lebih dari 50%, sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada

dana sehat masih sederhana.

12

Page 4: BAB II JUA

4.4. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan

secara teratur, cakupan lima program utama sudah bagus, ada program dana

sehat setelah menjangkau lebih dari 50% Kepala Keluarga. Untuk posyandu

tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan dana sehat, yaitu diarahkan agar

dana sehat mengunakan prinsip Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM) (Depkes. RI, 2011).

5. Sistem Lima Meja

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan kader yang jumlahnya lima orang

atau lebih sesuai dengan istilah system lima meja maka kegiatan pada setiap meja

diuraikan sebagai berikut :

5.1. Meja I. kegiatannya meliputi pendaftaran pencatatan bayi, Balita, ibu hamil,

ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).

5.2. Meja II. Kegiatannya meliputi penimbangan bayi dan balita.

5.3. Meja III. Kegiatannya meliputi pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS).

5.4. Meja IV. Kegiatannya adalah penyuluhan perorangan tentang balita

berdasarkan hasil penimbangan berat badanya naik atau tidak naik diikuti

dengan pemberian makanan, oralit dan vitamin A dosis tinggi. Terhadap ibu

hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan pemberian tablet besi (Fe).

Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menjadi peserta KB lestari

dan diikuti pemberian kondom, pil ulangan, tablet busa dan berbagai macam

alat kontrasepsi lainnya.

13

Page 5: BAB II JUA

5.5. Meja V. meja ini memberikan pelayanan oleh tenaga professional meliputi

pelayanan KB, KIA, Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai

dengan kebutuhan.

6. Program Posyandu

Depkes. RI (2011), membagi program Posyandu menja lima yakni sebagai

berikut :

6.1. Keluarga Berencana

Kegiatannya meliputi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang

KB, pelayanan kontrasepsi bagi calon peserta, pelayanan ulang peserta KB,

pembinaa peserta KB termasuk upaya pengalihan ke jenis kontrasepsi yang lebih

mantap, pendataan dan pelaporan.

6.2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kegiatannya meliputi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang

KIA, pemeriksaan ibu hamil dalam rangka penjaringan ibu hamil dengan resiko

tinggi dengan mengunakan kartu monitoring ibu hamil, identifikasi ibu hamil

dengan resiko tinggi,pemeriksaan bayi dan balita, pemeriksaan ibu nifas dan ibu

menyusui, pencatatan dan pelaporan, rujukan kasus-kasus yang sulit ke

puskesmas.

6.3. Perbaikan Gizi

Kegiatan meliputi penyuluhan tentang gizi, monitoring pertumbuhan

Balita dengan KMS dalam rangka penjaringan Balita dengan gizi kurang atau

buruk, pemberian makanan tambahan dan mendidik menu seimbang, pemberian

14

Page 6: BAB II JUA

vitamin A dosis tinggi, pemberian tablet besi (Fe) bagi ibu hamil,

penanggulangan Balita dengan gizi kurang atau buruk dan ibu hamil dengan gizi

kurang atau buruk serta pencatatan dan pelaporan.

6.4. Imunisasi

Kegiatan meliputi penyuluhan tentang imunisasi dan efek samping,

melaksanakan imunisasi BCG, DPT, polio dan campak pada bayi dan Balita,

melakukan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil, serta pencatatan dan

pelaporan.

6.5. Penanggulangan Diare

Kegiatannya meliputi penyuluhan tentang penyakit diare,

memasyarakatkan pemakaian oralit atau larutan gula garam dan cara

pembuatannya, penyuluhan dan pengobatan kasus diare serta rujukan kasus-kasus

dengan dehidrasi ke puskesmas.

B. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu

1. Kunjungan

Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat,

kunjungan ibu Balita ke posyandu adalah datangnya ibu balita ke posyandu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan

gizi dan lain sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang paling baik adalah

teratur setiap bulan atau 12 kali pertahun (Depkes RI, 2011). Partisipasi ibu balita

dalam program Posyandu, adalah dengan membawa anak mereka untuk

15

Page 7: BAB II JUA

ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan mulai umur 1

bulan hingga 5 tahun di posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila

minimal 4 (empat) kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara berturut-turut

selama enam bulan (Kemenkes RI, 2013).

Berbicara mengenai kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu,

pendekatan teori yang releven adalah peran serta masyarakat. Peran serta

masyarakat mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pembangunan,

termasuk pembangunan kesehatan. Peran serta dalam pembangunan kesehatan

didefinisikan sebagai suatu partisipasi seluruh anggota masyarakat, baik individu,

keluarga ataupun kelompok, untuk bersama-sama mengambil tanggung jawab,

mengembangkan kemandirian, menggerakkan dan melaksanakan upaya

kesehatan.

Banyaknya hasil dari program-program kesehatan yang berlandaskan

peran serta masyarakat termasuk program posyandu kurang berkembang bahkan

ada yang sudah tidak berlanjut. Hal ini disebabkan karena parah petugas lapangan

sebagai motivator dari program tersebut di atas kurang atau tidak memberi

dorongan kepada masyarakat khususnya kepada para ibu balita lebih lanjut secara

terus menerus demi kelestariannya.

1.1. Pengertian peran serta masyarakat

Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli

mengatakan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya

16

Page 8: BAB II JUA

bertitik tolak dari sikap dan perilaku, namun batasannya tidak jelas, akan tetapi

mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk dirumuskan. Peran

serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,

keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap

kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya

(Depkes. RI, 2011).

Peran serta masyarakat adalah masyarakat dapat terlibat dalam perubahan

sosial yang memungkinkan mereka mendapat bagian keuntungan dari kelompok

yang berpengaruh, berdasarkan pengertian tersebut, kunjungan ibu Balita dalam

kegiatan posyandu menurut Hemat (penulis) adalah keadaan dimana ibu Balita

ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan Balitanya melalui kegiatan yang

diselenggarakan di posyandu.

1.2. Tujuan peran serta masyarakat

Tujuan peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan

kemandirian serta kerja sama dengan lembaga non pemerintah yang memiliki visi

yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan kelembagaan dan organisasi

non pemerintahan dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam

setiap tahap dan proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan

dengan masyarakat.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat

17

Page 9: BAB II JUA

1.3.1 Manfaat kegiatan yang dilakukan, jika kegiatan yang dilakukan memberikan

manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat, maka kesediaan masyarakat

untuk berperan serta menjadi lebih besar.

1.3.2 Adanya kesempatan, kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan

atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal-

hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.

1.3.3 Memiliki keterampilan, jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan

keterampilan tertentu dan orang yang mempunyai keterampilan sesuai

dengan keterampilan tersebut, maka orang akan tertarik untuk berperan

serta.

1.3.4 Rasa memiliki, rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan

masyarakat sudah ditentukan, jika rasa memiliki ini biasa ditumbuh

kembangkan dengan baik, maka peran serta akan dapat dilestarikan.

1.3.5 Faktor tokoh masyarakat, jika dalam kegiatan diselenggarakan masyarakat

melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani

ikut serta, maka akan tertarik pula berperan serta.

1.4. Bentuk peran serta masyarakat

1.4.1 Peran serta karna terpaksa, masyarakat berperan serta karena adanya

ancaman atau saksi.

18

Page 10: BAB II JUA

1.4.2 Peran serta karena imbalan, adanya peran serta karna adanya imbalan

tertentu yang diberikan, baik dalam bentuk imbalan materi ataupun imbalan

kedudukan.

1.4.3 Peran serta karena kesadaran, peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya

paksaan atau harapan adanya imbalan.

1.5. Wujud peran serta

1.5.1 Tenaga

Seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan

menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan dan

sebagainya.

1.5.2 Materi

Seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan

menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut,

misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya. Penyebab rendahnya kunjungan

ibu Balita pada kegiatan posyandu diantaranya adalah perilaku ibu. Menurut

Lawrence Green dalam Notoatmodjo. S (2010), perilaku dilatarbelakangi atau

dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor-faktor presdisposisi (predisposing

faktor) seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya,

fakto-faktor yang mendukung (anabling faktors) seperti ketersedian sumber-

sumber atau fasilitas, dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong

(reinforcing factors) seperti sikap dan perilaku petugas. Perilaku ibu dalam

19

Page 11: BAB II JUA

menjaga kesehatan keluarganya, dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yaitu

umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap.

2. Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia 1-4 tahun 11 bulan 29 hari

atau popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Evelin, P.N., &

Djamaludin, N., 2010). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita

adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5

tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan

berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih

terbatas.

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita ke Posyandu

Oleh Ibunya

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya (Mubarak, 2010). Pengetahuan adalah hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami

20

Page 12: BAB II JUA

baik sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan atau

pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Notaatmodjo, 2010). Pengetahuan

yang dicakup dalam domain kognitif, menurut Notaatmodjo (2003) dalam

Mubarak (2010), mempunyai enam tingkatan yaitu:

1.1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

1.2. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari. Misalnya harus dapat menjelaskan mengapa

berkunjung ke posyandu.

1.3. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan hasil penelitian.

21

Page 13: BAB II JUA

1.4. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,

misalnya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

1.5. Sintesis (synthesis).Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru atau formulasi-formulasi yang

ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rimusan yang telah ada.

1.6. Evaluasi (evaluation). Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat

membandingkan antara Balita yang gizi kurang dengan ibu yang gizi baik.

2. Pekerjaan

Definisi bekerja secara umum adalah usaha mencapai tujuan. Adapun

secara ekonomi, definisi bekerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk

22

Page 14: BAB II JUA

menghasilkan barang atau jasa baik untuk digunakan sendiri maupun untuk

mendapatkan suatu imbalan. Jadi, ada prinsip pertukaran dalam hal ini. Namun,

bekerja sesunggugnya bukan sekedar pertukaran ekonomi. Bekerja itu dalam arti

yang sangat mendasar adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk

mempertahankan hidup seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

lingkungan tertentu dimana melalui kegiatan tersebut mereka dapat menemukan

jati diri mereka (Sugiono, 2009).

Karl Marx sebagaimana dikutip Sugiono (2009) mengatakann bahwa

bekerja merupakan aktivitas yang sangat hakiki bagi manusia. Bekerja adalah

aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya.

Bekerja pada dasarnya adalah wadah aktivitas yang memungkinkan manusia

mengekspresikan segala gagasannya, kebebasan manusia berkreasi, sarana,

menciptakan produk, dan pembentuk jaringan sosial. Manusia eksis bukan untuk

dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain (Siregar, T, 2011).

Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan pekerja

lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan yaitu waktu siang

tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk enam hari kerja dalam satu

minggu, atau dengan delapan jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk lima

hari kerja dalam satu minggu. Sisa waktu 16-18 jam digunakan untuk kehidupan

dalam keluarga, masyarakat, tidur, dan lain-lain (Sastrohadiwiryo, S, 2009).

23

Page 15: BAB II JUA

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga

yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban

dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus

lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak hal-hal yang menyangkut tetek

bengek rumah tangganya (Anoraga, P, 2009). Dalam kondisi seperti ini, biasanya

seorang ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkunjung ke posyandu.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan

itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika

mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka

akan mengesampingkan aspek kesehatan anaknya (Anoraga. P, 2008). Akan

tetapi bukan berarti akan menjadi lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dari

wanita yang bekerja (Anoraga. P, 2008).

3. Sikap

Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: (a) sikap belum

merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah

laku Allport dalam Notoatmodjo (2010), (b) Sikap adalah keadaan mental dan

saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh

dinamik atau terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang

berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis.

24

Page 16: BAB II JUA

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo (2010)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

3.1 Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

3.2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3.3 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap terbagi 3 komponen yang membentuk struktur sikap dan ketiganya

saling menunjang, yaitu:

1.1. Komponen kognitif (komponen perceptual). Berisi kepercayaan, yang

berhubungan dengan hal-hal tentang bagaimana individu mempersiapkan

terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan),

pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi.

1.2. Komponen afektif (komponen emosional). Kemampuan ini menunjuk pada

dimensi emosional subjektif individu atau evaluasi terhadap objek sikap,

baik sehat maupun yang sakit.

1.3. Komponen konatif (komponen perilaku). Yaitu komponen sikap yang

berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan ibu hamil bertindak

terhadap pemeriksaan sikap yang dihadapinya.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan

25

Page 17: BAB II JUA

emosi sangat memegang peranan penting. Tingkatan sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu :

3.1 Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya ibu hamil yang

bersedia berkunjung untuk pelayanan antenatal dan memberikan rasa

nyaman pada dirinya.

3.2 Merespon (responding). Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Misalnya ibu hamil dapat

memriksakan kehamilannya dan mampu menjelaskannya, ibu hamil juga

bersedia mengikuti arahan dan masukan yang diberikan oleh bidan/dokter

dalam pelayanan antenatal sesuai dengan keperluan.

3.3 Menghargai (valuing). Mengajak orang untuk mengerjakan/mendiskusikan

suatu masalah. Misalnya ibu hamil yang bersedia mengikuti penyuluhan

tentangc Antenatal Care dan proaktif didalamnya.

3.4 Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dipilihnya dengan segala resiko. Misalnya ibu hamil bersedia untuk

hadir kembali sesuai jadwal yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.

Fisbein dan Ajzen (1975) dalam Iskandar (2009) memberi pengertian

bahwa attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam

diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang

konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu

26

Page 18: BAB II JUA

objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang

lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak

selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap

akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti

atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya

pengalaman seseorang.

Menurut Suwarno (2010) ada hubungan antara sikap ibu dengan

kunjungan ibu balita ke posyandu di Kabupaten Mandaling Sumatra Utara.

Penelitian yang dilakukan Pamungkas (2009) di Posyandu Melati III Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan, juga terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Pada penelitian Apen

(2011) di Puskesmas Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang Pontianak, terdapat

pengaruh antara sikap dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita di

posyandu.

27

Page 19: BAB II JUA

Pengetahuan

Status Pekerjaan

Sikap Ibu

Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu

Motivasi Petugas

Sikap Petugas

Jarak Rumah

Pendidikan

D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Kerangka Pemikiran

Sebagaiman telah dijelaskan dalam latar belakang penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan Ibu Balita

ke posyandu. Dalam penelitian ini, diduga faktor-faktor yang berhubungan

dengan kunjungan Ibu Balita ke posyandu adalah pengetahuan ibu balita, status

pekerjaan, dan sikap ibu balita. Selanjutnya gambaran ringkas model yang

dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat di bawah ini.

Variable Independent Variabel Dependent

Keterangan :

: Variabel Terikat

: Variabel Bebas Yang Diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan variabel yang diteliti

: Hubungan variabel yang tidak diteliti

28

Page 20: BAB II JUA

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

2.1 H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kunjungan Ibu Balita ke

Posyandu Melati di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan

Poasia Kota Kendari Tahun 2014.

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan kunjungan Ibu Balita ke

Posyandu Melati di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan

Poasia Kota Kendari Tahun 2014.

2.2 H0 : Tidak ada hubungan status pekerjaan dengan kunjungan Ibu Balita ke

Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia

Kota Kendari Tahun 2014.

Ha : Ada hubungan status pekerjaan dengan kunjungan Ibu Balita ke

Posyandu Melati di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan

Poasia Kota Kendari Tahun 2014.

2.3 H0 : Tidak ada hubungan sikap ibu dengan kunjungan Ibu Balita ke

Posyandu Melati di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan

Poasia Kota Kendari Tahun 2014.

Ha : Ada hubungan sikap ibu dengan kunjungan Ibu Balita ke Posyandu

Melati di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota

Kendari Tahun 2014.

29