Upload
dina-widya-shaquila
View
251
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perbaikan tanah
Citation preview
PERBAIKAN TANAH
BAB II
CERUCUK BAMBU
2.1 Pengertian
Pondasi Cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya
diaplikasikan didaerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya
dengan jenis tanah lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang
cukup tingggi. Cerucuk dalam defenisinya adalah susunan tiang kayu dengan
diameter antara 8 sampai 15 meter yang dimasukkan atau ditancapkan secara
vertikal kedalam tanah yang ditujukan untuk memperkuat daya dukung terhadap
beban diatasnya. Dalam konstruksinya ujung atas dari susunan cerucuk disatukan
untuk menyatukan kelompok susunan kayu yang disebut dengan kepala cerucuk.
Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang -tiang kayu , matras, kawat
pengikat , papan penutup atau balok poer.
Berdasarkan panduan Geotek 4 (2001), tiang pendek dengan menggunakan kayu atau
bambu telah digunakan di Indonesia, lebih populer dengan sebutan ‘cerucuk’ (tiag ramping).
Biasanya tiang yang digunakan berukuran panjang 4 hingga 6 m dengan diameter 10 cm. Tiang
juga membantu memikul beban selama pelaksanaan konstruksi. Tiang kayu dengan
sambungan dapat digunakan hingga kedalaman 12 m.
Penggunaan tiang kayu dengan panjang 4 m di bawah timbunan pada lapisa lempung
lunak yang dalam akan mengurangi beda penurunan yang terjadi meskipun besarnya sangat
sulit dihitung. Pada gambut berserat, daya dukung yang diberikan oleh tiang pendek yang tidak
menembus lapisan yang lebih keras dibawahnya sangat terbatas sampai tidak ada gunanya.
Perlunya pemberian pondasi cerucuk didasarkan atas :
Daya dukung tanah yang cukup rendah.
Kesulitan saat konstruksi, dimana untuk mengerjakan pondasi dalam saat
konstruksi akan mengalami kesulitan oleh ketinggian elevasi muka air
tanah yang cukup tinggi.
Dina Widianingsih (1104940) 1
PERBAIKAN TANAH
Untuk perencanaan kedalaman dan jarak anatara tiang pancang harus
dilakukan berdasarkan pemeriksaan tanah.
Gambar 2.1 Pondasi Cerucuk
Secara konstruksi, pelaksanaan pekerjaan pondasi cerucuk dapat dibagi
atas :
Perkuatan tanah dasar, dilakukan penggantian tanah dasar dengan
menimbun tanah baru yang lebih stabil, dilakukan dengan menguruk tanah pada
lokasi yang sudah direncanakan.
Penancapan kayu cerucuk, dilakukan dengan menancapkan kayu terhadap
lokasi pondasi yang akan dikerjakan, Pelaksanakan diseuaikan dengan jarak antar
titik kayu dan kedalaman yang direncanakan.
Pemasangan kepala cerucuk. Dialakukan dengan menyatukan ujung kepala
kayu yang sudah ditanamkan dengan membuat ikatan antar kepala kayu dan
dibuat bidang datar sebagai penempatan pondasi konstruksi yang direncanakan.
Kadang dalam hal tertentu, pondasi cerucuk ditanamkan pada kedalam
tertentu dimana sebelumnya kita terlebih dahulu melakukan penggalian tanah asli
Dina Widianingsih (1104940) 2
PERBAIKAN TANAH
sesuai dengan kedalaman yang direncanakan, dan setelah itu baru dilakukan
penancapan kayu cerucuk.
Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk dapat dilakukan secara
manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik atau alat
mesin yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya kedua cara
tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu pancang sehingga
kayu akan tergeser secara vertikal kedalam tanah yang ditumbukkan.
2.2 Metode Pelaksanaan Cerucuk Bambu
Ada beberapa cara pemasangan cerucuk bambu antara lain konvensional,
alat pancang cerucuk, dan dengan back hoe. Jika lantai kerja, dengan muka air
tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan
material setempat. Bila menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan
dari balok atau papan kayu. Pada cerucuk bambu diatasnya diberi kepala tiang
yang selanjutnya dibentuk timbunan. Pemasangan dan pelaksanaan cerucuk
bambu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemancangan Cerucuk Bambu Secara Konvensional
Runcingkan bagian ujung bawah cerucuk bambu agar mudah menembus ke
dalam tanah.
Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan
mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu
Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.
Tegakkan tiang cerucuk dan masukkan sedikit ke dalam tanah agar dapat
dipukul dengan stabil dan tetap tegak lurus.
Pukul tiang dengan palu pemukul pada ujung atas cerucuk yang sudah diberi
topi sampai kedalaman rencana
Dina Widianingsih (1104940) 3
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.2 Pemancangan Tiang Cerucuk Bambu Secara konvensional
2. Pemancangan Cerucuk Bambu dengan Alat Pancang
Siapkan alat pancang tiang cerucuk bambu dengan kedudukan yang dapat
menjangkau pekerjaan pemancangan seefektif mungkin.
Siapkan tiang cerucuk bambu pada kedudukan rencana.
Pasang tiang cerucuk bambu berikut topi pemukulnya pada alat pancang,
dan pastikan tiang berdiri tegak lurus.
Catat penurunan pemancangan sampai kedalaman rencana minimum 1
tiang untuk setiap 5 m kearah memanjang jalan.
Dina Widianingsih (1104940) 4
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.3 Pemancangan Tiang Cerucuk Bambu dengan Alat Pancang
3. Pemancangan Cerucuk Bambu dengan Back Hoe
Siapkan lantai keja yang terdiri atas balok-balok kayu atau papan untuk
operasional back hoe.
Siapkan sejumlah tiang yang akan dipancang pada tempat kedudukannya.
Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga
manusia.
Operasikan back hoe dan pastikan bagian mangkok (bucket) akan
menekan tiang secara tegak lurus.
Tekan tiang dengan bucket sampai masuk tanah sesuai dengan kedalaman
Rencana
2.3 Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk
1) Kepala Tiang dari Balok Kayu atau Papan
a. Sistim Paku
Dina Widianingsih (1104940) 5
PERBAIKAN TANAH
Hubungkan kepala tiang dcngan cenicuk mcn<s i inakan paku, yang
dipakukan dart atas kepala tiang sampai masuk ke dalam tiang cenicuk pada
barisan arah melintang jalan. Agar tiang cenicuk menjadi satu kesatuan maka pada
arah memanjang jalan dapat dipasang balok kayu atau papan dengan jarak dari
sumbu ke sumbu 1,00 meter yang menumpu pada kepala tilling ar h mchntang
jalan dan diperkuat dengan paku .
Gambar 2.4 Hubungan Kepala Tiang dengan Ujung atau Cerucuk menggunakan
Paku
b. Sistim Gapit
Hubungan kepala tiang dengan cerucuk dibuat Sistim gapit.Diperlukan 2
(dua) balok kayu arah melintang jalan untuk menggapit 1 (satu baris) cerucuk arah
melintang jalan dengan cara dipaku. Arah sejajar memanjang jalan juga diberi
kepala tiang dengan jarak sumbu ke sumbu 1,00 meter
Gambar 2.5 Hubungan antara Kepala Tiang dengan Cerucuk dengan Sistim Gapit
diperkuat Paku
Dina Widianingsih (1104940) 6
PERBAIKAN TANAH
Kepala Tiang dari Matras
a. Buat lantai kerja untuk hamparan matras, dari bahan timbunan lokal yang
berfungsi untuk meratakan tempat dudukan matras.
b. Hampar matras, yang dapat. terdiri atas stabilisasi tanah dengan semen atau
beton kurus. Usahakan agar bagian ujung atas cerucuk menyatu dengan matras
pada ketebalan rencana
Gambar 2.6 Matras sebagai Kepala Tiang Cerucuk
Kepala Tiang dari Ikatan Kawat
a. Tipe ikatan kepala
Ikatkan bagian ujung atas tiang cerucuk dengan kawat,yang dihubungkan
satu sama lain.
Pasang batang-batang kawat sebag l pcrkuatan yang inenyikung dan
mengelilingi bagian atas tiang.
b. Tipe Silang
pasang topi baja pada ujung atas tiang cerucuk.
Ikatkan pcrkuatan kawat dengan Las titik pada tiap ujung cerucuk.
a. Tipe Ikatan Kepala b. Tipe Silang
Gambar 2.7 Ikatan Kawat sebagai Kepala Tiang
Dina Widianingsih (1104940) 7
PERBAIKAN TANAH
Timbunan
a. Pemasangan Lapis Pemisah
Lapis pemisah dipasang untuk mencegah lolosnya bahan timbunan yang melewati
celah-celah kepala tiang. Bahan pemisah menggunakan geotekstil lokal atau dari
bilik bambu. pasang bahan lapis pemisah selebar permukaan kepala tiang yang
telah dipasang, dengan diberi tambahan lebar satu meter pada bagian kiri dan
kanannya.
Gambar 2.8 Pemasangan Lapis Pemisah di Atas Kepala Cerucuk
b. Penimbunan Material
'I'ebal tinbunan jalan minimum satu meter.
Bila lapis pemisah merupakan bahan hasil pabrikasi, timbunan lapisan
pertama setebal ½ m padat harus berupa tanah berbutir.
Bila digunakan lapis pemisah anyaman bambu (bilik) maka timbunan lapis
pertama 1/2 m padat tidak perlu digunakan tanah berbutir, tetapi tidak
disarankan menggunakan bahan dari tanah organik atau tanah gambut.
Lapis timbunan berikutnya menggunakan bahan timbunan scsuai dengan
persyaratan atau spesifikasi yang terdapat pada Seksi 3.1, Buku Volume 3:
Spesifikasi Umum, Bina Marga
2.4 Stabilitas Tanah Menggunakan Cerucuk dan Bambu
Perbaikan (stabilisasi) tanah diperlukan untuk pembangunan pada lahan
yang tanahdasarnya memiliki daya dukung yang rendah. Perbaikan tanah tersebut
pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan tahanan geser tanahnya. Salah satu
Dina Widianingsih (1104940) 8
PERBAIKAN TANAH
cara untuk meningkatkantahanan geser tanah tersebut adalah dengan
menambahkan cerucuk pada tanah sampaimelewati bidang gesernya, sesuai
dengan teori cerucuk yang telah dikembangkan olehMochtar (2000).Stabilisasi
dangkal merupakan teknik stabilisasi yang sering diterapkan di bidang jalan
terutama untuk mengubah sifat-sifat tanah dasar (sub grade) atau lapis fondasi
bawah (sub base) agar dapat memenuhi standar persyaratan teknik. Dengan
kemajuan teknologidibidang geoteknik, saat ini penggunaan stabilisasi dangkal
telah berkembang dan digunakanuntuk memperbaiki lapisan tanah lunak yang
berada di bawah permukaan. Stabilisasi dangkalyang digunakan pada lapisan
bawah permukaan ini bertujuan untuk meningkatkan dayadukung tanah yang
rendah dan mengurangi sifat kompresibel /mampet sertamengurangi besarnya
penurunan timbunan badan jalan.
Mekanisme keruntuhan timbunan di atas tanah lunak dengan berbagai
jenis perlakuan terhadap tanah dasar ditunjukkan dalam
Gambar 2.9. Apabila tanah dasar tidak diberikan perkuatan, maka keruntuhan
yang terjadi adalah keruntuhan dalam dengan bidangkeruntuhan memotong
timbunan dan melewati tanah dasar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.9 (a).
Penggunaan perkuatan geotextile dapat meningkatkan angka keamananstabilitas
timbunan dibandingkan tanah dasar tanpa perkuatan karena kuat tarik
geotextiletersebut dapat memberi tahanan momen tambahan pada bidang
keruntuhannya (Gambar 2.9 (b)). Perkuatan matras bambu dapat meningkatkan
stabilitas timbunan lebih tinggidibandingkan penggunaan geotextile. Dengan
adanya matras bambu, maka bidangkelongsoran yang terjadi tidak dapat
memotong matras bambu tersebut.
Lintasan kelongsoran lebih panjang dibandingkan dengan perkuatan
geotextilesehingga angka keamanan meningkat (Gambar 2.9 (c)).
Penambahan cerucuk pada matras bambu menambah daya dukung tanah dasar
karena cerucuk matras bambu mentransfer bebantimbunan ke lapisan tanah yang
lebih dalam (Gambar 2.9 (d))
Dina Widianingsih (1104940) 9
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.9 . Pola keruntuhan timbunan dengan berbagai jenis perlakuan terhadap
tanah dasar.
Pada Gambar 2.10 .Lokasi tersebut matras bambu digunakan sebagai
perkuatan tanahdasar di bawah embankment dike pada out fall channel
sepanjang1 km. Tanah dasar padalokasi tersebut berupalempung berlanau sangat
lunak hingga lunak sedalaman 27 m,sedangkan timbunan out fallchannel yang
dibangun adalah setinggi 3 m. Matras bambu yangdigunakan sebanyak 3 lapis.
Penggunaan cerucuk matras bambu untuk bangunan pengendali banjir di Boezem
Morokrembangan Surabaya ditunjukkan dalam Gambar 2.10 Pada pekerjaan
tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di
bawahtimbunan struktur palisade. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa lumpur
dan lempungsangat lunak sedalam 12 – 20 m, sedangkan timbunan struktur
palisade yang dibangun adalahsetinggi 2,5 – 5 m diatas seabed
Dina Widianingsih (1104940) 10
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.10 Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan dalam pembangunan embankmentdike pada tambak Lorok Out Fall Channel sepanjang 1 km di PLTGU tambak Lorok, Semarang (Irysam, 1996).
Dina Widianingsih (1104940) 11
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.11 Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan untuk timbunan
struktur Palisade pada bangunan pengendali banjir di Boezem Morokrembangan,
Surabaya (Irysam, 2000).
Cerucuk matras bambu juga telah digunakan pada Pelabuhan Ikan Muara
AngkeJakarta. Pada lokasi tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk
perkuatan tanah dasar di bawah struktur causeway dan struktur breakwater. Tanah
dasar pada lokasi tersebut berupatanah lempung sangat lunak hingga lunak dengan
kedalaman 9 – 14 m, sedangkan timbunan break water yang dibangunadalah
setinggi 6,6 m diukur dari seabed dengan ketinggian di atasmuka air laut terendah
sebesar 3,6 m. Cerucuk bambu yang digunakan dalam pekerjaantersebut sedalam
6 m, sedangkan matras bambu yang digunakan sebanyak 5 lapis.Penggunaan
cerucuk matras bambu pada Pelabuhan Ikan Muara Angke Jakarta ditunjukkan
dalam Gambar 2.12
Dina Widianingsih (1104940) 12
PERBAIKAN TANAH
Gambar 2.12 . Perkuatan cerucuk matras bambu digunakan dalam struktur Break Water dan
Cause-waydi pelabuhan ikan Muara Angke, Jakarta Utara (Irsyam, 2000) .
Sebelum dilakukan pengujian trial embankment skala penuh di lapangan,
terlebihdahulu dilakukan analisis pendahuluan terhadap trial embankment dengan
sistem perkuatantanah dasar menggunakan cerucuk matras bambu yang akan
dikonstruksi tersebut. Analisis pendahuluan dilakukan untuk:
a. Menjamin bahwa tanah dasar kuat memikul beban akibat trial
embankment skala penuh
b. Menjamin bahwa trial embankment skala penuh yang akan dikonstruksi
memilikistabilitas lereng yang cukup
c. Memprediksi penurunan yang akan terjadi pada saat dan setelah
dilakukankonstruksi trial embankmentAnalisis penurunan tanah dasar
mencakup perhitungan penurunan seketika dan penurunan konsolidasi.
Analisis penurunan tanah dasar dilakukan dengan metode analitis
danmetode elemen hingga. Pada analisis penurunan tanah dasar dengan
metode analitis, perhitungan penurunan seketika dilakukan dengan
memodelkan tanah sebagai material elastik dan perhitungan penurunan
konsolidasi dilakukan menggunakan teori konsolidasi 1 dimensidari
Terzaghi (Terzaghi, 1967)
Dina Widianingsih (1104940) 13