36

Click here to load reader

BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

  • Upload
    lamtu

  • View
    427

  • Download
    23

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 1

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Penelitian Tentang Drainase

Penelitian-penelitian mengenai drainase ini diperlukan sebagai referensi

penulis untuk membuat data yang valid dan sesuai prosedur dari penyusunan

laporan pada umumnya, untuk penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini, penulis

menggunakan berbagai referensi penelitian, yaitu :

1. Analisa Hidrologi Terapan Untuk Perencanaan Drainase Perkotaan,

penulis NN

2. Desain Saluran Drainase Bandara Udara Juwata Kota Tarakan –

Kalimantan Timur, penulis Rizal Kamaruzzaman

3. Perencanaan Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan, penulis Ir.

FX. Didik Harijanto. CES

4. Prinsip-prinsip Dasar Sistem Drainase Perkotaan, penulis NN

5. Perancangan Ulang Sistem Drainase Pada Jalan Prof. DR. Surya

Sumantri Kota Bandung Sepanjang 1,1 Km, penulis Riszky Fauzi

6. Perencanaan Sistem Drainase Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol

Surabaya-Mojokerto Seksi IA, Penulis Dipo

7. Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan, Penulis

Indriatmoko, Robertus Haryoto dan Drs. Dan Heru Dwi Wahjono

8. Strategi Penerapan Sumur Resapan Sebagai Teknologi Ekodrainase di

Kota Malang, Penulis Ayu Wahyuningtyas, Septiana Hariani, dan

Fauzul Rizal Sutikno

9. Teknik Drainase Pro-Air, Penulis Prof. Dr. Ir. Sunjoto, Dip.HE, DEA

Untuk lebih jelasnya mengenai tinjauan pustaka yang dipakai dalam

penulisan laporan tugas akhir ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 2

Tabel 2. 1 Matriks Persamaan dan Perbedaan Tinjauan Pustaka

Judul Jenis Tinjauan Pustaka Penulis Materi Yang Dijadikan Tinjauan Pustaka

Hidrologi Terapan Buku Bambang Triatmodjo Meliputi Pemilihan Metode Intensitas Hujan dan Cara Perhitungannya

Analisa Hidrologi Terapan Untuk Perencanaan Drainase Perkotaan Artikel NN Mengenai Penerapan Alanisa Hidrologi Dalam

Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan

Desain Saluran Drainase Bandar Udara Juwata Kota Tarakan, Kalimantan Timur Tesis Rizal Kamaruzzaman Membandingkan cara perhitungan debit untuk saluran dan

debit untuk aliran

Perencanaan Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan Tesis Ir. FX. Didik Harjanto, CES.

Untuk mengetahui cara perhitungan menggunakan PedomanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan Pd.T. 02-2006-B

Prinsip-prinsip Dasar Sistem Drainase Perkotaan Artikel NN

Untuk mengetahui cara perhitungan menggunakan PedomanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan , SK SNI T-07-1990-F

Perencanaan Ulang Sistem Drainase Pada Jalan Prof. Dr. Surya Sumantri Kota Bandung Sepanjan 1,1 Km

Tugas Akhir Riszky Fauzy, SST. Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan pekerjaan untuk pekerjaan perencanaan ulang suatu sistem drainase

Perencanaan Sistem Drainase Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya Mojokerto Seksi I.A

Dokumen Perencanaan Dipo Suryapraja

Untuk mengetahui cara perhitungan dalam merancang sistem drainase dengan menguunakan analisis curah hujan periode ulang gumbel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 3

Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan Jurnal Indriatmoko, Robertus Haryoto,

Drs. Dan Heru Dwi Wahjono Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan sumur resapan dengan debit hujan atau debit aliran tertentu

Strategi Penerapan Sumur Resapan Sebagai Teknologi Ekodrainase di Kota Malang Tugas Akhir

Wahyuningtyas, Ayu., Hariani, Septiana. dan Fauzul Rizal

Sutikno

Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan sumur resapan dengan debit hujan atau debit aliran tertentu

Teknik Drainase Pro-Air Buku Prof. Dr. Ir. Sunjoto, Dip.HE, DEA

Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan sumur resapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 4

2.2 Teori Tata Ruang dan Klasifikasi Fungsi Jalan

Menurut UU No.38 Tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan bahwa

pembagian ruang jalan terdiri dari :

a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan)

Adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan

dan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang

pengamannya. Jadi pada intinya Rumaja memberi batasan-batasan atas

pemanfaatan jalan :

Badan jalan hanya diperuntukkan bagi pelayanan lau lintas.

Saluran tepi jalan, untuk menyalurkan air yang melimpah dari

jalan.

Jalur trotoar/bahu jalan untuk para pejalan kaki.

b. Rumija (Ruang Milik Jalan)

Ruang Milik Jalan adalah suatu ruang sepanjang jalan yang berada

di sebelah kiri-kanan yang dibatasi oleh patok batas pemilik tanah (patok

RMJ). Pada Rumija ini ditentukan hal-hal sebagai berikut :

Bidang tanah ruang milik jalan mengenai lebar ruaang milik jalan dan

tanda batas diatur dalam Peraturan Menteri dan apabila terjadi

gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan

(memanfaatkan ruang milik jalan), penyelenggara jalan wajib segera

mengambil tindakan untuk kepentingan pengguna jalan

Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran

jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan dating serta

kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan)

Adalah suatu ruang tertentu di luar Ruang milik jalan yang ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan, diperuntukkan bagi pandangan

bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan

fungsi jalan. dengan lebar ruang pengawasan jalan untuk jalan Suria

Sumantri sesuai fungsi jalannya yaitu kolektor primer maka ditentukan

lebar ruang pengawasan jalan yaitu 10 meter dari tepi badan jalan. Pada

Ruwasja intinya adalah memberi pengawasan terhadap pendirian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 5

bangunan-bangunan yang dapat menghalangi pandangan bebas para

pemakai jalan.

Sumber : UU. No.38 Tahun 2004

Gambar 2. 1 Bagian-bagian Jalan

1. Klasifikasi Fungsi Jalan

Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, bahwa jalan umum

menurut fungsinya dikelompokkan menjadi : Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan

Lokal, dan Jalan Lingkungan. Menurut RTRW Kota Bandung Tahun 2013,

Jalan Suria Sumantri merupakan fungsi Jalan Kolektor Primer, berikut ini

kriteria klasifikasi fungsi jalan dengan mengacu kepada Pd. T-18-2004-B

Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan:

a. Didesain dengan kecepatan rencana minimal 40 km/jam.

b. Lebar badan jalan minimal dari 9 meter.

Sumber : Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Di Kawasan Perkotaan, 2004.

Gambar 2. 2 Penampang Tipikal Jalan Kolektor Primer (Kondisi Minimum)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 6

Sumber : Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Di Kawasan Perkotaan, 2004.

Gambar 2. 3 Penampang Tipikal Jalan Kolektor Ptimer (Kondisi Minimum Ideal)

2.2 Dasar Teori Perhitungan

2.3.1 Analisa Hidrologi

Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun

dinyatakan dalam mm/hari. Data curah hujan ini diperoleh dari Badan

Meteorologi dan Geofisika (BMG) yaitu stasiun curah hujan yang terletak pada

daerah layanan saluran samping jalan.

Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka dapat

digunakan data dari stasiun di luar daerah layanan yang dianggap masih dapat

mewakili. Jumlah data curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir.

a. Periode ulang

Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu

mempunyai periode ulang tertentu. Periode ulang untuk pembangunan saluran

drainase ditentukan 5 tahun, disesuaikan dengan peruntukannya.

b. Intensitas curah hujan

Adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu

dimana air tersebut berkonsentrasi. Intensitas curah hujan mempunyai satuan

mm/jam, berarti tinggi air persatuan waktu, misalnya mm dalam kurun waktu

menit, jam, atau hari.

c. Formulasi perhitungan intensitas curah hujan

Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode

perhitungan Debit Banjir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 7

1. Metode Gumbel

Metode Gumbel adalah salah satu metode untuk menghitung nilai

intensitas curah hujan suatu area. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam

perhitungan Gumbel diantaranya :

X =ϰ + (s * K)

di mana :

X = hujan rencana dengan periode ulang T tahun

ϰ = nilai tengah sample

s = standar Deviasi sample

K = faktor frekuensi

Faktor frekuensi K didapat dengan menggunakan rumus :

dimana :

Yn = harga rata-rata reduced mean

Sn = reduced Standard Deviation

YT = reduced variate ( Tabel 2-3 ) Tabel 2. 2 Reduce Mean

Sumber : Perencanaan Waduk UNDIP Tembalang Semarang

Tabel 2. 3 Reduce Standart Deviation (Sn)

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,522020 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5300 0,5320 0,5382 0,5343 0,535330 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5400 0,5410 0,5418 0,5424 0,543040 0,5463 0,5442 0,5448 0,5453 0,5488 0,5468 0,5468 0,5473 0,5477 0,548150 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,551860 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,554570 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,556780 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,558590 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 10,095 10,206 10,316 10,411 10,493 10,56520 10,628 10,696 10,754 10,811 10,864 10,315 10,961 11,004 11,047 11,08030 11,124 11,159 11,193 11,226 11,255 11,285 11,313 11,339 11,363 11,38840 11,413 11,436 11,458 11,480 11,499 11,519 11,538 11,557 11,574 11,59050 11,607 11,923 11,638 11,658 11,667 11,681 11,696 11,708 11,721 11,73460 11,747 11,759 11,770 11,782 11,793 11,803 11,814 11,824 11,834 11,84470 11,854 11,863 11,873 11,881 11,890 11,898 11,906 11,915 11,923 11,93080 11,938 11,945 11,953 11,959 11,967 11,973 11,980 11,987 11,994 12,00190 12,007 12,013 12,026 12,032 12,038 12,044 12,046 12,049 12,055 12,060

100 12,065 12,069 12,073 12,077 12,081 12,084 12,087 12,090 12,093 12,096

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 8

Sumber : Perencanaan Waduk UNDIP Tembalang Semarang

Tabel 2. 4 Reduce Variate (Yt)

Periode

Ulang

Reduced

Variate

2 0,3665

5 14,999

10 22,502

20 29,606

25 31,985

50 39,019

100 46,001

200 52,96

500 62,14

1000 69,19

5000 85,39

10000 99,21

Sumber : Perencanaan Waduk UNDIP Tembalang Semarang

Untuk metode Gumbel / Log Normal diketahui cara dengan perhitungan

dispersi, yaitu perhitungan untuk mendapatkan nilai standar deviasi, koiefisien

penyimpangan, macam-macam perhitungan dispersi antara lain :

1. Standar Deviasi (Sd)

2. Koefisien Skewness(Cs)

Cs =

3. Pengukuran Kurtosis (Ck)

Ck =

4. Koefisien Variasi (Cv)

Cv =

Dimana :

Sd = Deviasi Standar

X = Nilai Rata-rata varian

X = Nilai Varian ke-

n = Jumlah Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 9

2. Metode Log Pearson Type III

Metode ini didasarkan pada perubahan data yang ada kedalam bentuk

Logaritma. Sesuai dengan anjuran dari The Hydrology Community of the Water

Recurrence Council, maka untuk pemakaian praktis dari data yang ada, pertama

merubah dahulu data tersebut kedalam logaritmanya kemudian baru dihitung

statikal parameternya.

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

a) Menyusun data-data curah hujan (R) mulai dari harga terbesar sampai harga

yang terkecil.

b) Merubah sejumlah n data curah hujan R1, R2, R3,…., Rn ke dalam bentuk

log, sehingga menjadi log R1, log R2, log R3, …, log Rn, selanjutnya

dinyatakan dalam ri = log R1

c) Menghitung besarnya harga deviasi rata-rata dari besarnya log tersebut

menurut persamaan :

dnr

R

1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (8)

d) Menghitung besarnya harga deviasi rata-rata menurut persamaan

1

21

dnRr

Sr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(9)

e) Menghitung harga skew koefesien dari besaran log

3

31

21 SrnnRrn

Csdd

d

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)

Dimana :

ri = log dataCHHM (mm/ 24 jam)

R = rata-rata ri (mm/ 24 jam)

Sr = standart deviasi ri

nd = banyak data

Cs = koefesien skew ri

f) Menghitung besarnya curah hujan harian maksimum yang terjadi dalam

suatu PUH menurut persamaan :

RTR = Log R+KTR x Sr

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 10

Dimana :

RTR = Curah Hujan Harian Maksimum (CHHM) dalam

Periode Ulang Hujan (PUH)

KTR = skew kurve Factor, didapat dari tabel 4.

(Faktor frekuensi K berdasarkan g dan PUH (T)) Tabel 2. 5 Faktor Penyimpangan K, yang digunakan untuk Distribusi Log Pearson Type

III

Log Koef.

Penyimpangan

Periode Ulang (T)

2 5 10 25 50 100 200 1000

Kemungkinan terjadinya Banjir (%)

50 20 10 4 2 1 0.5 0.1

3.0

2.5

2.2

2.0

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0

-0.1

-0.2

-0.3

-0.4

-0.5

-0.6

-0.7

-0.8

-0.9

-0.396

-0.360

-0.330

-0.307

-0.282

-0.254

-0.225

-0.195

-0.164

-0.148

-0.132

-0.116

-0.099

-0.083

-0.066

-0.050

-0.033

-0.017

0

0.017

0.033

0.050

0.066

0.083

0.099

0.116

0.132

0.148

0.420

0.518

0.574

0.609

0.643

0.675

0.705

0.732

0.758

0.769

0.780

0.790

0.800

0.808

0.816

0.824

0.830

0.836

0.842

0.836

0.850

0.853

0.855

0.856

0.857

0.857

0.856

0.854

1.180

1.250

1.384

1.302

1.318

1.329

1.337

1.340

1.340

1.339

1.336

1.333

1.328

1.323

1.317

1.309

1.301

1.292

1.282

1.270

1.258

1.245

1.231

1.216

1.200

1.183

1.166

1.147

2.278

2.262

2.240

2.219

2.193

2.163

2.128

2.087

2.043

2.018

1.998

1.967

1.939

1.910

1.880

1.849

1.818

1.785

1.751

1.716

1.680

1.643

1.606

1.567

1.528

1.488

1.448

1.407

3.152

3.048

2.970

2.912

2.848

2.780

2.706

2.626

2.542

2.498

2.453

2.407

2.359

2.311

2.261

2.211

2.159

2.107

2.054

2.000

1.945

1.890

1.834

1.777

1.720

1.663

1.606

1.549

4.051

3.845

3.705

3.605

3.499

3.388

3.271

3.149

3.022

2.957

2.891

2.824

2.755

2.686

2.615

2.544

2.472

2.400

2.326

2.252

2.178

2.104

2.0291.

955

1.880

1.806

1.733

1.660

4.970

4.652

4.444

4.298

4.147

3.990

3.828

3.661

3.489

3.401

3.312

3.223

3.132

3.041

2.949

2.856

2.763

2.670

2.576

2.482

2.388

2.294

2.201

2.108

2.016

1.926

1.837

1.749

7.250

6.600

6.200

5.910

5.660

5.390

5.110

4.820

4.540

4.395

4.250

4.105

3.960

3.815

3.670

3.525

3.380

3.235

3.090

2.950

2.810

2.675

2.540

2.400

2.275

2.150

2.035

1.910

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 11

-1.0

-1.2

-1.4

-1.6

-1.8

-2.0

-2.2

-2.5

-3.0

0.164

0.195

0.225

0.254

0.282

0.307

0.330

0.360

0.396

0.852

0.844

0.832

0.817

0.799

0.777

0.752

0.711

0.636

1.128

1.086

1.041

0.994

0.945

0.895

0.844

0.771

0.660

1.366

1.282

1.198

1.116

1.035

0.959

0.888

0.793

0.666

1.492

1.379

1.270

1.166

1.069

0.980

0.900

0.798

0.666

1.588

1.449

1.318

1.197

1.087

0.990

0.905

0.799

0.667

1.664

1.501

1.351

1.216

1.097

0.995

0.907

0.800

0.667

1.800

1.625

1.465

1.280

1.130

1.000

0.910

0.802

0.668 Sumber : Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo

Periode Ulang Hujan adalah priode (dalam tahun) dimana suatu hujan

dengan tinggi intensitas yang sama kemungkinan dapat terulang kembali

kejadian dalam priode waktu tertentu, misalnya 2, 5, 10, 25 tahun sekali.

Penetapan Priode Ulang Hujan ini dipakai untuk menentukan besarnya

kapasitas saluran air terhadap limpasan air hujan. Penetapan Periode Ulang

Hujan (PUH) dipakai untuk menentukan besarnya kapasiras (kemampuan) suatu

bangunan air, dengan suatu perhitungan dan pertimbangan :

Skala kemampuan dana/ ekonomi;

Skala kepentingan /perioritas;

Skala resiko/ dampak lingkungan;

Skala tepat guna/ teknis;

Dimana resultantenya adalah feasible (layak).Penentuan pemakaian

PUH yang dianjurkan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2. 6 PUH Untuk Perancangan Drainase Kota dan Bangunan-

bangunan yang dianjurkan

No Distribusi PUH (tahun)

1.

2.

Saluran Mikro pada daerah :

-.Lahan Rumah, taman, kebun, pekuburan lahan

tak terbangun.

-.Komesial dan perkantoran

-.Perindustrian

Ringan

Menengah

Berat

Super Berat/ poteksi negara

Saluran Tersier

-.Resiko Kecil

2

5

5

10

25

50

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 12

3.

4.

5.

6.

-.Resiko Besar

Saluran Sekunder

-.Tanpa Resiko

-.Resiko Kecil

-.Resiko Besar

Saluran Primer (induk)

-.Tanpa Resiko

-.Resiko Kecil

-.Resiko Besar

atau

-.Luas CA (25-50) ha

-.Luas CA (50-100) ha

-.Luas CA (100-1300) ha

-.Luas CA (1300-6500) ha

Pengendali Banjir Makro

Saluran Tepian

-.Jalan Raya biasa

-.Jalan Raya by pass

-.Free Ways

5

2

5

10

5

10

25

5

5 - 10

10 – 25

25 – 50

100

5 – 10

10 - 25

25 – 50 Sumber : Masduki. Hal :5-34

3. Intensitas Hujan

Untuk mengolah data Curah Hujan menjadi Intensitas Curah Hujan

digunakan cara statistik dari data pengamatan durasi hujan yang terjadi. Apabila

data untuk setiap data curah hujan tidak ada, maka diperlukan pendekatan

secara empiris dengan berpedoman pada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah

hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun. Perhitungan intensitas curah

hujan dapat menggunakan metode sebagai berikut :

I. Metode Van Breen

Metode ini menggunakan pendekatan besarnya atau lama durasi hujan

harian adalah terpusat selama 4 (empat) jam dengan hujan efektif sebesar 90%

(sembilan puluh persen) dari hujan selama 4 (empat) jam.

Untuk menentukan intensitas curah hujan digunakan rumus :

4%90 24xRI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 13

Dimana :

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

R24 = Curah Hujan Harian Maksimum (mm/24 jam)

Untuk mendapatkan durasi intensitas digunakan tabel lengkung Jakarta

(lihat tabel 2.7). Tabel 2.7 ini digunakan sebagai asumsi yang umumnya

digunakan di Indonesia. Tabel 2. 7 Durasi Hujan Jakarta

Sumber : BUDP. Drainage Design for Bandung.

II. Pemilihan Rumus Intensitas Hujan

Persamaan Intersitas terhadap variabel untuk perhitungan debit air hujan

menggunakan bentuk persamaan yang sederhana, yang umumnya memakai

bentuk persamaan Talbot, Sherman dan Ishoguro. Dari hasil analisa curah hujan

menurut rumus Van Breen disubstitusikan ke dalam rumus Talbot, Sherman dan

Ishoguro dengan metode kuadrat terkecil (Least Square). Persamaan yang

mempunyai beda terkecil yang akan dipakai. Perhitungan selanjutnya sebagai

berikut (Sosrodarsono dan Takada,1987:32):

Rumus Talbot:

I = bt

a

Rumus Sherman:

I = nta

Rumus Ishiguro:

I = bt

a

2 5 10 25 505 126 148 155 180 19110 114 126 138 156 16820 102 114 123 135 14440 76 87 96 105 14460 61 73 81 91 100120 36 45 51 58 63240 21 27 30 35 40

Intensitas Hujan (mm/jam) untuk PUH (tahun)Durasi

(menit)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 14

Dimana :

I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

t = Waktu Konsentrasi (menit)

a,b,n = Konstanta Intensitas Hujan

4. Penentuan perencanaan rute jalan di peta topografi (L)

a. Penentuan rute jalan rencana pada topografi diperlukan untuk

mengetahui gambaran topografi atau daerah kondisi sepanjang trase

jalan yang akan dilalui dapat dipelajari;

b. Kondisi terrain pada daerah layanan diperlukan untuk menentukan

bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.

5. Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong, jembatan, dan

lain-lain) Eksisting meliputi lokasi, dimensi, arah aliran pembuangan dan

kondisi data ini digunakan agar perencanaan sistem drainase jalan tidak

mengganggu sistem drainase yang telah ada.

6. Segmen panjang segmen saluran (L)

Penentuan panjang segmen saluran (L) didasarkan pada:

a. Kemiringan rute jalan; disarankan kemiringan saluran mendekati

kemiringan rute jalan;

b. Adanya tempat buangan air seperti badan air (misalnya sungai, waduk,

dll)

7. Luas daerah layanan (A)

a. Perhitungan luas daerah layanan didasarkan pada panjang segmen jalan

yang ditinjau;

b. Permukaan air filter pada sisi tanah dan alas parit.

c. Luas daerah layanan (A) untuk saluran samping jalan perlu diketahui,

agar dapat diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan, atau

untuk memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan

ditampung saluran samping jalan.

d. Luas daerah layanan terdiri atas luas setengah badan jalan (A1), luas

bahu jalan (A2) dan luas daerah di sekitar (A3).

e. Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi

dan daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang

diperhitungkan terdiri atas setengah lebar badan jalan (l1), lebar bahu

jalan (l2), dan daerah sekitar (l3) yang terbagi atas daerah perkotaan yaitu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 15

+ 10 m dan untuk daerah luar kota yang didasarkan pada topografi

daerah tersebut.

f. Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran

(Lihat sub bab drainase lereng) untuk menampung limpasan dari daerah

bukit dengan batas daerah layanan adalah puncak bukit tersebut tanpa

merusak stabilitas lereng. Sehingga saluran tersebut hanya menampung

air. (Lihat Gambar 2.4).

Sta. 0+000

Sumber : Pd T 02-2006-B

Gambar 2. 4 Daerah Pengaliran Saluran Samping Jalan

Keterangan:

- Contoh penempatan segmen dibatasi antar Sta. (station) jalan.

(Lihat Gambar 2.5).

Sumber : Ditjen Bina Marga, Manual No : 01- 2/ BM / 2005

Gambar 2. 5 Panjang Daerah Pengaliran yang Diperhitungkan

8. Koefisien pengaliran (C)

Koefisien pengaliran (C) dipengaruhi kondisi permukaan tanah (tata

guna lahan) pada daerah layanan dan kemungkinan perubahan tata guna lahan.

i + 2 %m i + 2 %m

i %mi %m

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 16

Angka ini akan mempengaruhi debit yang mengalir, sehingga dapat

diperkirakan daya tampung saluran. Untuk itu diperlukan peta tata guna lahan

dan melakukan survai lapangan agar corak tata guna lahan daerah proyek dapat

lebih diperjelas. Diperlukan pula jenis sifat erosi dan tanah pada daerah

sepanjang trase jalan rencana, antara lain tanah dengan permeabilitas tinggi

(sifat lulus air) atau tanah dengan tingkat erosi permukaan. Secara visual akan

nampak pada daerah yang menunjukkan alur-alur pada permukaan.

9. Faktor limpasan (fk)

a. Merupakan faktor atau angka yang dikalikan dengan koefisien pengairan

dengan tujuan agar kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat

daerah pengaliran yang terlalu luas. Harga faktor limpasan (fk)

disesuaikan dengan kondisi permukaan tanah (Lihat Tabel 2.8) Tabel 2. 8 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (Fk)

No Kondisi Permukaan Tanah

Koefisien

Pengairan

( C )

Faktor Limpasan (fk)

BAHAN

1 Jalan Beton & Jalan Aspal 0,70-0.95 -

2 Jalan Kerikil & Jalan Tanah 0,40-0,70 -

3 Bahu Jalan

-

Tanah Berbutir Halus 0,40-0,65 -

Tanah Berbutir Kasar 0,10-0,20 -

Batuan Masif Keras 0,70-0,85 -

Batuan Masif Lunak 0,60-0,75 -

TATA GUA LAHAN

1 Daerah Perkotaan 0,70-0,95 2,0

2 Daerah Pinggir Kota 0,60-0,70 1,5

3 Daerah Industri 0,60-0,90 1,2

4 Permukiman Padat 0,40-0,60 2,0

5 Permukiman Tidak Padat 0,40-0,60 1,5

6 Taman dan Kebun 0,20-0,40 0,2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 17

7 Persawahan 0,45-0,60 0,5

8 Perbukitan 0,70-0,80 0,4

9 Pegunungan 0,75-0,90 0,3

Sumber : Pd.T-02-2006

Harga koefisien pengaliran (C ) untuk daerah datar diambil nilai C yang

terkecil danuntuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.

Harga faktor limpasan (Fk) hanya digunakan untuk lahan sekitar saluran

selain bagian jalan.

b. Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe

kondisi permukaan yag mempunyai nilai C yang berbeda. Harga C rata-

rata ditentukan dengan persamaan berikut :

dengan pengertian :

C1, C2, C3 koefisien pengairan yang sesuai dengan tipe

kondisi permukaan

A1, A2, A3 luas daerah pengaliran yang diperhitungkan

sesuai dengan kondisi permukaan

Fk faktor limpasan sesuai guna lahan (lihat

Tabel 2.1)

10. Waktu konsentrasi (Tc)

a. Waktu paling lama yang dibutuhkan untuk seluruh daerah layanan

dalam menyalurkan aliran air secara simultan setelah melewati titik-titik

tertentu.

b. Waktu konsentrasi untuk saluran terbuka dihitung dengan rumus di

bawah ini.

tc = t1 + t2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 18

dengan pengertian:

Tc waktu konsentrasi (menit)

t1 waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh (menit)

t2 waktu aliran dalam saluran sepanjang L menit)

lo jarak titik terjauh ke inlet drainase (m)

L panjang saluran (m)

nd koefisien hambatan (lihat Tabel 2.2)

ls kemiringan saluran memanjang

V kecepatan air rata-rata pada saluran drainase (m/detik)

Tabel 2. 9 Koefisien hambatan (nd) berdasarkan kondisi permukaan

No Kondisi Lapis Permukaan nd

1 Lapis semen dan aspal beton 0,013

2 Permukaan licin dan kedap air 0,020

3 Permukaan licin dan kokoh 0,100

4 Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan

permukaan sedikit kasar 0,200

5 Padang rumputdan rerumputan 0,400

6 Hutan Gundul 0,600

7 Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan

hamparan rumput jarang sampat rapat 0,800

Sumber : Pd T-02-2006

11. Menghitung Debit Aliran dan Saluran (Qa dan Qs)

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab kerusakan

perkerasan jalan adalah akibat dari sistem drainase permukaaan jalan yang tidak

bisa mengalirkan air (limpasan) permukaan akibat hujan. Berdasarkan itu pula

maka dimensi saluran drainase harus ditentukan berdasarkan kapasitas yang

diperlukan (Qs) lebih jelasnya yaitu dimensi saluran harus dapat menampung

besarnya debit aliran (Q) yang timbul akibat hujan pada daerah aliran, dengan

melalui proses perhitunkjgan sehingga diperoleh Qs > Q. Q sendiri adalah debit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 19

limpasan rencana akibat curah hujan pada daerah tangkapan pada waktu

tertentu.

Maka pada bahasan berikut ini akan di evaluasi kapasitas saluran apakah

dari dimensi eksisting pada ruas jalan Dr. Setiabudhi tersebut Qs masih dapat

menampung debit aliran rencana.

Untuk menghitung Q air hujan digunakan metode Rasional dinyatakan

dalam bentuk :

dimana :

Q = debit limpasan (m3/det)

C = koefisien limpasan atau pengaliran (tak berdimensi)

It = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Perhitungan debit menggunakan rumus umum perhitungan debit untuk

dimensi saluran dihitung dengan rumus :

dimana :

F = Luas penampang basah (m2)

V = Kecepatan aliran (m/dt)

Q = Debit (m3/dt)

Kecepatan aliran drainase (V) dihitung dengan menggunakan rumus

Manning :

V 21

321 SR

n

dimana :

V = Kecepatan aliran (m/det)

n = Koefisien kekasaran permukaan saluran menurut Manning

Sedangkan untuk mendapatkan nilai jari-jari hidraulik digunakan rumus

:

dimana :

F = Luas penampang basah (m2)

6,3.. AItCQ

VFQ

PFR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 20

P = Keliling penampang basah (m)

S = Kemiringan memanjang normal perkerasan jalan (%)

12. Merencanakan Kemiringan Saluran

Rumus dikembangkan dari tujuh rumus yang berbeda, berdasarkan data

percobaan Bazin yang selanjutnya dicocokkan dengan 170 percobaan. Akibat

sederhananya rumus ini dan hasilnya yang memuaskan dalam pemakaian

praktis, rumus Manning menjadi sangat banyak dipakai dibandingkan dengan

rumus aliran seragam lainnya.

a. Kecepatan minimum yamg diijinkan (Vmin)

Kecepatan minimum yang diijinkan, adalah keceptan terkecil yang tidak

menimbulkan pengendapan (sedimentasi) dan tidak merangsang tumbuhnya

tanaman aquatic serta lumut. Pada umumnya menurut Van Te Chow antara 0.60

sampai 0.90 m/det atau diambil rata-rata 0.75 m/det yang dapat mencegah

tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang dapat memperkecil daya angkut saluran.

b. Kecepatan maksimum yang dijinkan (Vmaks)

Kecepatan maksimum adalah kecepatan pengaliran tebesar yang tidak

akan menyebabkan erosi di permukaan saluran. Untuk saluran pasangan,

kecepatan maksimum ini antara 2.5 m/det-3.5 m/det, sedangkan untuk saluran

alam (saluran tanah) ± 2.0 m/det Tabel 2. 10 Koefisien kekasaran

Jenis Sarana Drainase

n

Tak Diperkeras

Tanah

0.020-0.025

Pasir dan Kerikil

0.025-0.040

Dasar Saluran Batuan

0.025-0.035

Dibuat Ditempat

Semen Mortar

0.010-0.035

Beton

0.013-0.018

Batu Belah

Pasangan Batu Adukan Basah

0.015-0.030

Pasangan Batu dengan dasar kerikil

0.020-0.026

Pasangan Batu Adukan Kering

0.025-0.035

Dipasang Ditempat

Pipa Beton Sentrifugal

0.011-0.014

Pipa Beton

0.012-0.016

Pipa Bergelombang

0.016-0.025

Sumber : Menurut Manning

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 21

2.3.2 Analisis Hidrolika

A. Jenis dan Perhitungan Dimensi Saluran

Pada Pd.T-02-2006-B tidak ditentukan mengenai dimensi saluran.

Hanya saja, pada dasarnya dimensi saluran yang paling baik adalah saluran

dengan dimensi dasar salurannya adalah setengah lingkaran, dikarenakan

bentuk penampang saluran tersusun dengan penampang setengah lingkaran,

digunakan untuk meningkatkan efektifitas saluran drainase. Karena air hujan

memiliki perbandingan yang besar antara debit saat musim hujan dan debit saat

musim kemarau. Namun ada beberapa macam bentuk dimensi saluran, seperti

dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2. 11 Jenis Penampang Drainase dan Cara Perhitungannya

Penampang Luas Basah Keliling Basah Jari2 Hidraulik Lebar Muka Air

A P R T

Persegi Panjang

by b + 2y

b

Trapesium

(b + (m X y)) X y 2

2 b + 2 my

Segitiga

my2 2

2 2 my

Setengah Lingkaran

πy2

*) Sumber :

SNI 03-3424-1994

Halaman 23

πy2

*) Sumber :

SNI 03-3424-1994

Halaman 23

y

*) Sumber :

SNI 03-3424-

1994

Halaman 23

2y

*) Sumber :

SNI 03-3424-1994

Halaman 23

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 22

Lingkaran

do

2

syarat :

y/ do = 0,80

Dari V.T Chow :

Untuk y/ do = 0,80

Maka

A/ do = 0,6736

do

2

syarat :

y/ do = 0,80

Dari V.T Chow :

Untuk y/ do = 0,80

Maka

P/ do = 2,2143

do

syarat :

y/ do = 0,80

Dari V.T

Chow :

Untuk y/ do =

0,80

Maka

R/ do = 0,3042

do

syarat :

y/ do = 0,80

Dari V.T Chow :

Untuk y/ do = 0,80

Maka

T/ do = 0,8000

do = diameter

y = kedalaman air

Tabel 2. 12 Angka Kekasaran Manning

B. Menentukan Tinggi Jagaan Penampang

Tinggi jagaaan (W) untuk saluran drainase adalah salah satu syarat

penentuan dimensi saluran yang paling efektif dan efisien. Tinggi jagaan

saluran berfungsi untuk menjaga saluran dari kelebihan debit aliran yang

melewati area tersebut, sehingga menjaga keamanan ari saluran drainasenya itu

sendiri. Untuk menentukan tinggi jagaan penampang saluran dipakai rumus :

W=

No Tipe saluran Baik Sekali Baik Sedang JelekSALURAN BUATAN

1 Saluran tanah, lurus teratur 0.017 0.020 0.023 0.0252 Saluran tanah,yang dibuat dengan excavator 0.023 0.028 0.030 0.043 Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0.020 0.030 0.033 0.0354 Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak teratur 0.035 0.040 0.045 0.0455 Saluran batuan yang diledakan, ada tumbuh-tumbuhan 0.025 0.030 0.035 0.046 Dasar saluran dari tanah. sisi saluran berbatu 0.028 0.030 0.033 0.0367 Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0.020 0,025 0.028 0,030

SALURAN ALAM

8 Bersih, lurus, tidak berpasir dan udak berlubang 0.025 0.020 0.030 0.0339 Seperti no. 8 tapi ada timbunan dan kerikil 0.030 0.033 0.035 0,04010 Melengkung, bersih, berlubang dan berdinding pasir 0.03 0.035 0.040 0.04511 Seperti no.10, dangkal, tidak teratur 0.04 0.045 0.050 0.05512 Seperti no. 11, sebagian berbatu 0,035 0.040 0,045 0.0513 Seperti no. 10. sebagian berbatu 0.045 0.050 0.065 0.0814 Aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan dan berlubang 0.050 0 060 0.070 0.0815 Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0.125 0 150

SALURAN BUAIAN, BETON. ATAU BATU KALI

16 Saluran pasangan batu. tanpa penyelesaian 0.025 0.030 0.033 0.03517 Sepeti no 16. tapi dengan penyelesaian 0.017 0 020 0.025 003018 Saluran beton 0.014 0.016 0.019 0.02119 Saluran beton halus dan rata 0.010 0.011 0,012 0.01320 Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0.013 0.014 0,014 0.01521 Salinan beton pracetak dengan acuan kayu 0015 0016 0.016 0,019

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 23

Dengan pengertian :

W = tinggi jagaan (m)

h = kedalaman air yang tergenang dalam saluran

C. Bangunan pelengkap saluran

Saluran penghubung merupakan bangunan pelengkap saluran yang

berfungsi sebagai yang menghubungkan aliran air dari perkerasan jalan menuju

saluran drainase. Perencanaan Bentuk ataupun dimensi saluran inlet tergantung

dari kondisi lapangannya (datar, turunan/ tanjakan). Berikut ditampilkan

beberapa contoh gambar untuk saluran inlet pada jalan menurun/tanjakan (lihat

gambar 2.6).

Gambar 2. 6 Saluran Inlet Untuk Daerah Tanjakan/Turunan

D. Bak kontrol/ Lubang Kontrol/ Manhole

Bak kontrol/ Lubang Kontrol/ Manhole dibuat ntuk keperluan

pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi manhole

pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap jarak 10-

25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal

dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm

dengan tutup dari besi tulang. Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan kondisi

dari lapangan dan juga memiliki perinsip yaitu mudah, aman dalam melakukan

inspeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol mudah dibuka dan ditutup) serta

aman bagi pejalan kaki, untuk saluran tertutup yang berada di bawah trotoar.

Contoh desain dari bak kontrol itu sendiri dapat dilihat pada gambar 2.7.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 24

Gambar 2. 7 Contoh Bak Kontrol

2.4 Air Limbah Rumah Tangga

1. Kriteria Dasar Pemilihan Sistem Penanganan Air Limbah Domestik

Pemilihan Sistem Drainase penanganan air limbah (on-site/off-site

system) dan ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis, keuangan, kondisi

sosial budaya dan kelayakan kelembagaan. Secara umum pemilihan sistem

penanganan air limbah baik sistem on-site maupun off-site system mesing-

masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

a. On-Site System

Keuntungan dari sistem ini adalah :

Biaya pembuatan murah, biasanya dibuat oleh sektor swasta/pribadi.

Teknologi dan pembangunannya sederhana.

Sistem yang tepisah bagi setiap rumah dapat menjaga privacyyang

aman dan bebas.

Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan

tanggung jawab masing-masing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam

kelompok/blok.

Manfaatnya dapat dirasakan segera, seperti jamban yang bersih,

terhindar dari bau, populasi nyamuk berkurang, estetika pekarangan

menjadi terbebas dari saluran denagan aliran air berwarna hitam dan

saluran air hujan tidak lagi dibuangi limbah air cucian.

Kerugian antara lain :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 25

Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi

sehingga lahan yang tersedia sangat sempit, dan muka air tanah tinggi,

kecuali jikan daya resap tanah yang rendah.

b. Off-site System

Keuntungan dari sistem ini adalah :

Memberikan pelayanan yang lebih nyaman

Menampung semua air limbah domestik, sehinggi pencemaran air

(hujan) saluran drainase ( pematusan untuk air hujan), badan-badan air

permukaan dan air tanah dapat dihindarkan.

Cocock untuk daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi sampai

menengah.

Masa terpakainya lama.

Kerugiannya adalah :

Biaya pembangunannya tinggi.

Memerlukan tenagatenaga terampil dan atau terdidik untuk menangani

operasi dan pemeliharaan.

Keuntungan hanya dapat dicapai sepenuhnya setelah selesai seluruhnya

dan digunakan oleh seluruh penduduk didaerah tersebut.

Sistem yang besar memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka

panjang.

Terdapat 4 kategori kriteria pemilihan yang disebut teknis, ekonomis,

sosial budaya, dan manajemen. Tabel 2. 13 Kriteria dan Parameter

Kriteria Parameter

Teknis

Iklim (temperatur, curaj hujan), Kondisi setempat

(topografi, geologi (jenis tanah, batu karang)),

hidrogeologi (groundwaler level, permeabilitas tanah)

rawan banjir, Sanitasi yang sudah ada (tingkat pelayanan,

sumber air yang ada, biaya-biaya untuk peningkatan

persediaan air), Populasi (total; kepadatan), keadaan

kesehatan, keahl ian/keterampilan setempat, material &

peralatan yang tersedia.

Ekonomi Tingkat pendapatan, jenis perumahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 26

Sosial Budaya

Persepsi masyarakat ttg situasi saat ini, alasan untuk

penerimaan atau penolakan dari upaya peningkatan

sebelumnya, tingkat pendidikan kesehatan, faktor budaya

atau religius, penempatan atau penggunaan fasilitas oleh

kedua jenis kelamin dan semua kelompok umur, sikap ke

arah komunal atau membagi bersama fasilitas

Manajemen Tanggung-jawab kelembagaan /institusi/pemerintah kota

di dalam menyediakan pelayanan infrastruktur

Sementara dalam Perencanaan Teknis bIdang Banguanan Air dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Ditjen Cipta Karya Dept. PU memilih

sistem pembuangan limbah domestik disesuaikan dengan kondisi sosial

ekonomi, budaya, dan fisik kota.

1) Kepadatan Penduduk

150-300 jiwa per hektar : Kepadatan sedang

300-500 jiwa per hektar : Kepadatan tinggi

>500 jiwa per hektar : Kepadatan sanat tinggi

2) Tingkat Suplai Air Bersih

< 30 % : rendah

30-60 % : sedang

> 60 % : tinggi

Lingkungan dengan kepadatan sangat tinggi (> 500 jiwa/ha) mutlak

mendapatkan suplai air bersih dari PDAM karena perlindungan air tanah

sebagai suplai air bersih hampir tidak memungkinkan untuk dilakuakan.

Sedangkan untuk lingkungan dengan kepadatan tinggi 300-500 jiwa per hektar,

perlu disediakan fasilitas kran umum karena adanya resiko oencemaran air

tanah yang digunakan sebagai suplai air bersih.

Lingkungan dengan kepadatan 150-300 jiwa per herktar minimal 50 %

mandapat suplai dari PDAM. Untuk lingkungan dengan kepadatan < 150 jiwa

per hektar, penggunaan air tanah dapat berjalan jika muka air tanah musim

hujan < 4 meter, sehingga tidak ada pencemaran air akibat sistem on-site

sanitation.

Pada dasaranya debit air limbah memperhatikan :

a. Sumber atau asal air limbah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 27

b. Besarnya pemakaian air bersih

c. Jenis material saluran dan peralatannnya

2. Kebutuhan Air

Pemahaman dan perhitungan kebutuhan air sangat bermanfaat, sebab

akan memberi pengetahuan dalam merencanakan dan menghitung banyaknya

kebutuhan air sehari-hari untuk rumah tinggal, fasilitas pendidikan, fasilitas

social, atau fasilitas bangunan sipil lainnya.

Sebagai acuan dasar dan pedoman agar dapat diketahui banyaknya

keperluan air bersih adalah sebagai berikut:

Banyaknya kebutuhan air setiap hari untuk setiap orang pada suatu rumah

tangga secara umum adalah sebagai berikut:

· Mandi siram 2 kali = 60 – 90 liter

· Masak = 10 – 30 liter

· Minum = 5 – 10 liter

· Cuci pakaian,piring = 35 – 50 liter

· Air pengglontor kakus = 10 – 25 liter

Jumlah = 120 – 205 liter

Dalam perhitungan laporan tugas akhir ini, kita ambil jatah untuk 1

orang per hari sebanyak 100 liter. Dalam menghitung debit limbah rumah

tangga, parameter yang dipakai adalah :

a. Jumlah Penduduk pada daerah tangkapan air hujan .

b. Luas Daerah tangkapan air hujan.

c. Jatah air bersih setiap orang perhari.

Untuk menghitung lipasan limbah rumah tangga (dengan hitungan per

orang per hari), dapat dihitung dengan rumus.

Q air bersih = Pn * 100 lt/org/hari

Q air kotor = 70% * Q air bersih

Keterangan:

Q air bersih : Jumlah debit air bersih yang dipakai penduduk.

Q air kotor : Jumlah debit air kotor yang dibuang (limbah).

Pn : Jumlah Penduduk

70% : koefisien jumlah buangan air bersih ketika digunakan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 28

2.5 Sumur Resapan

Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi

air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk

sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat

menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan

meresapkannya ke dalam tanah.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara

menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah

peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan,

industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya.

Manfaat sumur resapan adalah:

a. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi

terjadinya banjir dan genangan air.

b. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.

c. Mengurangi erosi dan sedimentasi

d. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan

dengan kawasan pantai

e. Mencegah penurunan tanah (land subsidance)

f. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Rumus untuk menghitung dimensi dan banyaknya sumur resapan didapat

dari Metode Sunjoto, dimana prosedur dan rumus yang dipakai adalah :

H=

*

Keterangan :

H = tinggi muka air dalam sumur (m)

F = faktor geometrik (m)(untuk sumur resapan ini F = 4R)

Q = debit air masuk (m3/dtk)

T = Durasi Hujan (detik)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)(lanau = 4,5 X 10-4

R = jari-jari sumur (m)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 29

2.6 Analisi SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats)

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu

organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi dan program kerja. Keunggulan menggunakan analisis swot ini adalah

kita bias mengetahui keunggulan dan kelemahan dari alternative yang akan

dipakai keunggulan dan kelemahan yang nantinya diketahui ini memiliki

tingkat ketelitian hasil analisis yang cukup tinggi. Terdapat 2 jenis analisis

dalam SWOT ini, yaitu analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor

kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal

mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). Ada dua

macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns

menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal

(Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor

internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-

isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor

internal dan eksternal. Tabel 2. 14 Matriks SWOT Kearns

OPPORTUNITY TREATHS

STRENGTH Comparative

Mobilization

Advantage

WEAKNESS Divesment / Investment

Damage Control

Sumber: Hisyam,1998 Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang

sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa

berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi

untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah

ancaman itu menjadi sebuah peluang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 30

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang

dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur.

Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan

karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan

yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi

lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena

merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar,

dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi

organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan

kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif

melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan

Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang

sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah

total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;

Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling

bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi

atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan

rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang

lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti

skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.

Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara

saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor

adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point

faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang

telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor)

dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 31

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan

faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai

atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya

menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran

SWOT. Tabel 2. 15 Tabel SWOT

No, STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL

1.

2. dst

Total Kekuatan

No. WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

1.

2.

Total Kelemahan

Selisish Total Kekuatan - Total Kelemahan = S - W = x

No, OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1.

2. dst

Total Peluang

No. TREATH SKOR BOBOT TOTAL

1.

2. dst

Total Tantangan

Selisih Total Peluang - Total Tantangan = O - T = y

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 32: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 32

Gambar 2. 8 Kuadran Analisis SWOT

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi

dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus

melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara

maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi

akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada

strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera

memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya

organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi

yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada

sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

- + 6 + +

4

2

6 4 2 2 4 62

4- - + -

6

STRENGTHWEAKNESS

STRATEGI BERTAHAN

DIVERSIVIKASI STRATEGI

THREATS

OPPORTUNITY

KUADRAN IIIUBAH STRATEGI

KUADRAN IV KUADRAN II

KUADRAN IPROGRESIF

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 33

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh

karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,

mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini

dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

2.7 Software SPSS

SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) adalah sebuah

program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta

sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-

menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk

dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan

mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse.

SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan data secara

langsung ke dalam SPSS Data Editor. Bagaimanapun struktur dari file data

mentahnya, maka data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk

baris (cases) dan kolom (variables). Case berisi informasi untuk satu unit

analisis, sedangkan variable adalah informasi yang dikumpulkan dari masing-

masing kasus. Hasil-hasil analisis muncul dalam SPSS Output Navigator.

Kebanyakan prosedur Base System menghasilkan pivot tables, dimana kita bisa

memperbaiki tampilan dari keluaran yang diberikan oleh SPSS. Untuk

memperbaiki output, maka kita dapat mmperbaiki output sesuai dengan

kebutuhan.

2.8 Biaya

Estimasi biaya adalah penghitungan kebutuhan biaya yang diperlukan

untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan

atau kontrak. Dalam melakukan estimasi (perhitungan) biaya diperlukan:

a. Pengetahuan dan keterampilan teknis estimator, seperti membaca

gambar, melakukan estimasi (perhitungan), dll.

b. Personal judgement berdasarkan pengalaman estimator.

Estimasi dibedakan menjadi:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 34: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 34

a. Estimasi biaya konseptual

Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep

bangunan yang akan dibangun.

b. Estimasi biaya detail

Estimasi (perhitungan) biaya konstruksi secara detail didasarkan atas:

i. Gambar rencana yang detail

ii. Spesifikasi kegiatan atau pekerjaan yang detail.

Biaya tiap kegiatan atau pekerjaan disebut biaya satuan kegiatan atau

pekerjaan (harga satuan pekerjaan). Biaya satuan pekerjaan dirinci berdasarkan:

a. Bahan yang digunakan,

b. Alat yang digunakan,

c. Pekerja yang terlibat untuk pekerjaan tersebut.

Biaya-biaya di atas adalah biaya yang langsung (direct) berkaitan

dengan kegiatan/pekerjaan tersebut dan disebut biaya langsung (direct cost).

Komponen biaya langsung (direct cost) antara lain dipengaruhi oleh:

1. Lokasi pekerjaan.

Contoh, harga di Bandung berbeda dengan Jakarta

2. Ketersediaan bahan, peralatan, atau pekerja.

Contoh, ketika semen langka di pasaran, harga yang normalnya Rp.

31.000/zak menjadi Rp. 40.000/zak

3. Waktu.

Contoh, pekerjaan galian yang normalnya dilaksanakan dalam 2 hari

biayanya Rp. 25.000,- per m3, bila harus dipercepat menjadi 1 hari, biayanya

meningkat menjadi Rp. 45.000,-.

Disamping biaya langsung, terdapat pula biaya tambahan (mark up) atau

biaya tidak langsung. Komponen biaya tambahan terdiri dari:

1. Biaya Over head

Biaya Over head adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung

dengan biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja.

Contoh, ketika bagian logistik memesan semen dilakukan dengan

menggunakan telepon genggam (HP). Biaya pulsa telepon tersebut tidak dapat

ditambahkan pada harga semen yang dipesan. Contoh lain biaya operasional

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 35: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 35

kantor proyek di lapangan (site office) seperti listrik, air, telepon, gaji tenaga

administrasi, dst. tidak dapat dimasukkan ke biaya pekerjaan pondasi beton.

2. Biaya tak terduga (contingency cost)

Biaya tak terduga (contingency cost) adalah biaya tambahan yang

dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang mungkin terjadi (meskipun belum

pasti terjadi).

Contoh: untuk pekerjaan pondasi beton diperlukan pemompaan lubang galian

yang sebelumnya tidak diduga akan tergenang air hujan.

3. Pajak (tax),

Berupa antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, Pajak

Penghasilan (PPh), dll.

Biaya (harga) satuan pekerjaan adalah jumlah:

a. Total biaya bahan yang digunakan,

b. Total biaya peralatan yang digunakan,

c. Total upah seluruh pekerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 36: BAB II DASAR TEORI - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-achmadfird...Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan Debit

Laporan Tugas Akhir

D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN II- 36