22
BAB 2 Konsep Penyakit Asma 2.1 Pengertian Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012) Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011) adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). 4

BAB II ASMA PADA ANAK

  • Upload
    nike

  • View
    53

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II ASMA PADA ANAK

BAB 2

Konsep Penyakit Asma

2.1 Pengertian

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas

yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila

terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan

aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan

meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat

terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma

lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa

pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang

dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama

pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas

bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce

M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi

tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

2.2 Klasifikasi

2.2.1. Klasifikasi Asma

1. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang

disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan

tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.

2. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap

pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh

4

Page 2: BAB II ASMA PADA ANAK

5

stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti

klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang

berlebihan.

2.2.2. Berdasarkan Kegawatan

1. Asma Bronkhiale

Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus

terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan

penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan

derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat

pengobatan

2. Status asmatikus

Asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang

konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan

keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon

terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa

pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara

bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi

pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena

leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea

dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin

besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat

hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan

(Brunner & Suddarth, 2001).

3. Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

Page 3: BAB II ASMA PADA ANAK

6

2.2.3. Berdasarkan Serangan asma

Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) dibagi

4 (empat) yaitu :

1. Asma Intermiten (asma jarang)

Terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya

dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.

Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Gejala yang

timbul pada malam hari < 2 kali dalam sebulan. Mengi dapat

berlangsung kurang dari seminggu yakni 3-4 hari, sedang batuk-

batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi

lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.

Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak

ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai

berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari

populasi asma anak. FEV 1 atau PEV > 80%. PEF atau FEV 1

variabilitas 20% – 30%

2. Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi

sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih

adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun

pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 –

6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang

persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam

hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering

menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan

yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan

berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waktu. Biasanya

setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru

menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.

Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14

tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.

Page 4: BAB II ASMA PADA ANAK

7

Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini  tetap menderita

asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi

pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang

normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada

burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus

Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan

yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali,

sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya.

Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar

terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko

sosial.

3. Asma mild persistent (asma persisten ringan)

Gejala lebih dari sekali seminggu, serangan mengganggu

aktivitas dan tidur, gejala pada malam hari > 2 kali sebulan,

FEV 1 atau PEV > 80%, PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% –

30%.

4. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat

dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata,

mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa

stetoskop, gejala setiap hari. serangan mengganggu aktivitas dan

tidur, gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu, FEV 1 tau

PEV 60% – 80%, PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%.

5. Asma severe persistent (asma persisten berat)

Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak

kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.

Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan

asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat

mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat

mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat

yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan

kematian, gejala setiap hari, serangan terus menerus, gejala pada

Page 5: BAB II ASMA PADA ANAK

8

malam hari setiap hari, terjadi pembatasan aktivitas fisik, FEV 1

atau PEF = 60%, PEF atau FEV variabilitas > 30%.

2.3 Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang

disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan

nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

2.3.1. Faktor Predisposisi

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahuibagaimana  cara penurunannya yang jelas.

Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi

ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika

terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

2.3.2. Faktor Presipitasi

1. Alergen.

Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti

debu, bulu binatang,   serbuk bunga, spora jamur, bakteri

dan polusi.

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan

obat-obatan.

c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti

: perhiasan, logam dan jam tangan

2. Perubahan cuaca.

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin

merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-

kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim

Page 6: BAB II ASMA PADA ANAK

9

hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan

dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

3. Stress.

Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus

serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan

asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress

atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan

masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka

gejala asmanya belum bisa diobati.

4. Lingkungan kerja .

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.

Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti

5. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan

jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat.

Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah

selesai aktifitas tersebut.

2.3.3. Faktor Ekstrinsik (alergik)

Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang

dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

2.3.4. Faktor Intrinsik(non-alergik)

Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,

infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan

dapat mencetuskan serangan.

2.3.5. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik .

Page 7: BAB II ASMA PADA ANAK

10

2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan

mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.

Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian

pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan gejala

asma sendiri dapat digolongkan menjadi :

2.4.1. Asma tingkat I

Penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan

gejala asma  atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik

maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar

faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di

laboratorium.

2.4.2. Asma tingkat II

Penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik

tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya

obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari

serangan asma.

2.4.3. Asma tingkat III

Penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada

pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda

obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila

pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

2.4.4. Asma tingkat IV

Penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah

sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-

gejala yang makin banyak antara lain :

a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo

mastoideus

b. Sianosis

c. Silent Chest

d. Gangguan kesadaran

Page 8: BAB II ASMA PADA ANAK

11

e. Tampak lelah

f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

2.4.5. Asma tingkat V

Status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat

medis beberapa serangan asma yang  berat bersifat refrakter

sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada

dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun

diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

2.5 Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus

yang menyebabkan  sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah

hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi

yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang

alergi-membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal-reaksi alergi. Pada asma,

antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial

paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila

seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat,

alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien),

faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua

faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil

maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme

otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas

menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada

selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi

paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat

sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal

yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita

asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi

hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.

Page 9: BAB II ASMA PADA ANAK

12

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat

meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara

ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

2.6 Pathway

Page 10: BAB II ASMA PADA ANAK

13

2.7 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Status asmatikus

Adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi

berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau

aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus.

Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.

2. Atelektasis

Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

3. Hipoksemia

Adalah tubuh kekurangan oksigen

4. Pneumotoraks

Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan

kolapsnya paru.

5. Emfisema

Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan

(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru

menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang

luas.

6. Gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal nafas

7. Chronic persisten bronchitis

8. Bronchitis

9. Pneumonia

10. Emphysema

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinofil,terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang

merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus, terdapatnya Creole

Page 11: BAB II ASMA PADA ANAK

14

yang merupakan fragmen dari epitel bronkus, terdapatnya neutrofil

eosinofil.

2. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat

komplikasi asma, gas analisa darah, terdapat hasil aliran darah yang

variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan

pH menunjukkan prognosis yang buruk, kadang –kadang pada darah

terdapat SGOT dan LDH yang meninggi, hiponatremi 15.000/mm3

menandakan terdapat infeksi, pada pemeriksaan faktor alergi terdapat

IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu

penderita bebas dari serangan, pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor

alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang

positif pada tipe asma atopik.

3. Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada 

serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa

radiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta

diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan

yang terjadi adalah:

a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran

yang bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran

infiltrat pada paru.

4. Pemeriksaan faal paru

Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan

penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh

pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.Terjadi penambahan

volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC

selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang

berat.

Page 12: BAB II ASMA PADA ANAK

15

5. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat

dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru,

yakni :

a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke

kanan dan rotasi searah jarum jam

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan

VES atau terjadinya relatif ST depresi.

2.9 Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2. Mengenal dan menghindari faktor – faktor yang dapat mencetuskan

serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai

penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya

sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan

bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

A. Pengobatan

Pengobatan pada asma terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengobatan nonfarmakologik

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari dari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

d. Fisioterapi

e. Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologi

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi

dalam 2 golongan :

- Simpatomimetik/adrenergik (adrenelin dan efedrin)

Page 13: BAB II ASMA PADA ANAK

16

Nama obat : orsiprenalin (aluoent), fenoterol (berotec),

terbutalin (bricasma)

- Santin (teofilin)

Nama obat : aminofilin (amicam sup), aminofilin (retard),

teofilin (amilex) penderita dengan penyakit lambung

sebaiknya berhati – hati bila minum obat ini.

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetepi merupakan obat

pencegh serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama –

sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah

pemakaian 1 bulan. khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-

2 kapsul empat kali sehari.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti

kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Obat ini

dapat diberikan secara oral.

d. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon

yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk

aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat

kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama

mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka

lama harus diawasi dengan ketat.

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg

perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

e.  Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk

aerosol dan bersifat bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus    

a. Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam

b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

Page 14: BAB II ASMA PADA ANAK

17

c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama

20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)

dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f. Antibiotik spektrum luas.

2.10 Pencegahan

A. Menghindari pencetus

Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu

diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor

pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu

rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:

1. Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan

sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di

kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.

2. Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti,

lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang

mengandung es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.

3. Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak

berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya

sedang mendung.

B.  Kegiatan fisik

Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah

raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk

tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:

1. Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan

gerak yang mendadak

2. Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah

tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.

3. Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu

minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.