Upload
nike
View
53
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
Konsep Penyakit Asma
2.1 Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama
pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas
bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce
M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
2.2 Klasifikasi
2.2.1. Klasifikasi Asma
1. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang
disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan
tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap
pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh
4
5
stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti
klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang
berlebihan.
2.2.2. Berdasarkan Kegawatan
1. Asma Bronkhiale
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus
terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat
pengobatan
2. Status asmatikus
Asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan
keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon
terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa
pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara
bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena
leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea
dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin
besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat
hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan
(Brunner & Suddarth, 2001).
3. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
6
2.2.3. Berdasarkan Serangan asma
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) dibagi
4 (empat) yaitu :
1. Asma Intermiten (asma jarang)
Terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.
Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Gejala yang
timbul pada malam hari < 2 kali dalam sebulan. Mengi dapat
berlangsung kurang dari seminggu yakni 3-4 hari, sedang batuk-
batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi
lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.
Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak
ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari
populasi asma anak. FEV 1 atau PEV > 80%. PEF atau FEV 1
variabilitas 20% – 30%
2. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi
sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih
adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun
pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 –
6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam
hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan
yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan
berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waktu. Biasanya
setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14
tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
7
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita
asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi
pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada
burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan
yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali,
sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya.
Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko
sosial.
3. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
Gejala lebih dari sekali seminggu, serangan mengganggu
aktivitas dan tidur, gejala pada malam hari > 2 kali sebulan,
FEV 1 atau PEV > 80%, PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% –
30%.
4. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat
dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata,
mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa
stetoskop, gejala setiap hari. serangan mengganggu aktivitas dan
tidur, gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu, FEV 1 tau
PEV 60% – 80%, PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%.
5. Asma severe persistent (asma persisten berat)
Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak
kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan
asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat
mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat
mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat
yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan
kematian, gejala setiap hari, serangan terus menerus, gejala pada
8
malam hari setiap hari, terjadi pembatasan aktivitas fisik, FEV 1
atau PEF = 60%, PEF atau FEV variabilitas > 30%.
2.3 Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang
disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
2.3.1. Faktor Predisposisi
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahuibagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.3.2. Faktor Presipitasi
1. Alergen.
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan
obat-obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti
: perhiasan, logam dan jam tangan
2. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
9
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3. Stress.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress
atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja .
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti
5. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
2.3.3. Faktor Ekstrinsik (alergik)
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2.3.4. Faktor Intrinsik(non-alergik)
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.
2.3.5. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik .
10
2.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian
pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan gejala
asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
2.4.1. Asma tingkat I
Penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan
gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar
faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.
2.4.2. Asma tingkat II
Penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari
serangan asma.
2.4.3. Asma tingkat III
Penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
2.4.4. Asma tingkat IV
Penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah
sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-
gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
11
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
2.4.5. Asma tingkat V
Status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat
medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter
sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun
diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal
2.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang
alergi-membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal-reaksi alergi. Pada asma,
antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien),
faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat
sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi
hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
12
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
2.6 Pathway
13
2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus
Adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus.
Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
6. Gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
7. Chronic persisten bronchitis
8. Bronchitis
9. Pneumonia
10. Emphysema
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil,terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang
merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus, terdapatnya Creole
14
yang merupakan fragmen dari epitel bronkus, terdapatnya neutrofil
eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma, gas analisa darah, terdapat hasil aliran darah yang
variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan
pH menunjukkan prognosis yang buruk, kadang –kadang pada darah
terdapat SGOT dan LDH yang meninggi, hiponatremi 15.000/mm3
menandakan terdapat infeksi, pada pemeriksaan faktor alergi terdapat
IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu
penderita bebas dari serangan, pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor
alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
radiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan
yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh
pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.Terjadi penambahan
volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC
selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang
berat.
15
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru,
yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor – faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
A. Pengobatan
Pengobatan pada asma terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengobatan nonfarmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari dari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologi
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
- Simpatomimetik/adrenergik (adrenelin dan efedrin)
16
Nama obat : orsiprenalin (aluoent), fenoterol (berotec),
terbutalin (bricasma)
- Santin (teofilin)
Nama obat : aminofilin (amicam sup), aminofilin (retard),
teofilin (amilex) penderita dengan penyakit lambung
sebaiknya berhati – hati bila minum obat ini.
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetepi merupakan obat
pencegh serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama –
sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian 1 bulan. khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-
2 kapsul empat kali sehari.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Obat ini
dapat diberikan secara oral.
d. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk
aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat
kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka
lama harus diawasi dengan ketat.
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
e. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
17
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama
20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
2.10 Pencegahan
A. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu
diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor
pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu
rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:
1. Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan
sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di
kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
2. Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti,
lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang
mengandung es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
3. Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak
berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya
sedang mendung.
B. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah
raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk
tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
1. Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan
gerak yang mendadak
2. Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah
tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
3. Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu
minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.