43
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang tidak disukai bahkan dibenci. Hasil survei sederhana yang dilakukan peneliti setiap awal tahun, jika ada pertanyaan mata pelajaran apa yang disukai siswa, maka jawabannya hampir 90 % siswa menjawab selain mata pelajaran matematika. Sebaliknya jika ditanya mata pelajaran apa yang tidak disukai, maka hampir 75 % menjawab matematika. Celakanya fakta ini berlanjut sampai ditingkat pendidikan dan proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang sebagian besar kurang antusias ketika pelajaran akan berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pemusatan perhatian terhadap pelajaran yang kurang, sebagian besar siswa pasif, mereka tidak berani berbicara tentang apa yang sudah dan belum diketahui, konsep- konsep mereka benar atau salah sulit diketahui guru, meskipun guru telah berusaha menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin. Secara geografis SMP Negeri 1 Karangmalang terletak kurang lebih 2 km dari pusat kota Sragen. Dengan demikian input siswa lulusan SD yang mempunyai kemampuan menengah ke bawah saja yang memilih bersekolah di SMP Negeri 1 Karangmalang, sedangkan yang berkemampuan menengah ke atas memilih 1 1

BAB I - sukisnomatematika.files.wordpress.com€¦ · Web viewDukungan dari keluarga di rumah kurang

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang

tidak disukai bahkan dibenci. Hasil survei sederhana yang dilakukan peneliti

setiap awal tahun, jika ada pertanyaan mata pelajaran apa yang disukai siswa,

maka jawabannya hampir 90 % siswa menjawab selain mata pelajaran

matematika. Sebaliknya jika ditanya mata pelajaran apa yang tidak disukai,

maka hampir 75 % menjawab matematika.

Celakanya fakta ini berlanjut sampai ditingkat pendidikan dan proses

kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang sebagian

besar kurang antusias ketika pelajaran akan berlangsung, rendahnya respon

umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta

pemusatan perhatian terhadap pelajaran yang kurang, sebagian besar siswa

pasif, mereka tidak berani berbicara tentang apa yang sudah dan belum

diketahui, konsep-konsep mereka benar atau salah sulit diketahui guru,

meskipun guru telah berusaha menjelaskan materi dengan semaksimal

mungkin.

Secara geografis SMP Negeri 1 Karangmalang terletak kurang lebih 2

km dari pusat kota Sragen. Dengan demikian input siswa lulusan SD yang

mempunyai kemampuan menengah ke bawah saja yang memilih bersekolah di

SMP Negeri 1 Karangmalang, sedangkan yang berkemampuan menengah ke

atas memilih sekolah di kota Sragen. Berbagai macam cara digunakan baik

oleh sekolah maupun guru-guru dengan harapan dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan jam tambahan

kelas IX, materi pengayaan kelas VII dan VIII dan bahkan guru-guru

mengadakan kegiatan kelompok mengajar atau sering disebut dengan “team

teaching”. Pada kegiatan tersebut satu kelas diajar oleh dua orang guru dimana

satu guru menjadi guru model (mengajar di depan kelas) dan satu orang guru

menjadi observer (mengamati jalannya pelajaran di belakang siswa)

Namun demikian ternyata hasilnya belum optimal, ini ditunjukan

dengan ketuntasan belajar yang masih rendah. Hasil pengamatan lainnya

adalah kurangnya motivasi belajar terhadap pembelajaran matematika antara

lain:

1. Minat siswa terhadap matematika rendah

2. Kemampuan siswa rendah

1

1

3. Siswa beranggapan matematika sebagai pelajaran hapalan

4. Siswa tidak dilibatkan secara aktif

5. Guru kurang melaksanakan variasi kegiatan pembelajaran

6. Dukungan dari keluarga di rumah kurang

Untuk mengatasi kurangnya motivasi siswa dalam pelajaran

matematika maka perlu usaha peningkatan motivasi dengan memberi variasi

model pembelajaran yang bersifat Cooperative Learning yang menarik atau

menyenangkan, yang melibatkan siswa, yang dapat meningkatkan aktivitas

dan tanggung jawab siswa.

Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses

belajar mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran dengan tipe

“Teams Games Tournament” atau biasa disingkat TGT. Dalam TGT siswa

melakukan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Dengan suasana permainan

dalam pembelajaran maka diharapkan akan menarik dan menimbulkan efek

rekreaktif dalam belajar siswa. Aktivitas belajar dengan permainan yang

dirancang dalam model pembelajaran Cooperative Learning dengan tipe TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Berdasarkan uraian di atas, upaya meningkatkan motivasi belajar dan

prestasi belajar siswa pada kelas VII B SMP N 1 Karangmalang akan

dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi

Belajar Matematika pada Materi Segiempat Kelas VII B SMP N 1

Karangmalang Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya masalah

dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut.

1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran TGT dapat

meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP N 1

Karangmalang?

2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran TGT dapat

meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP N 1

Karangmalang?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model

pembelajaran TGT?

2

C. PEMBATASAN MASALAH

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah Upaya

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Segiempat

Kelas VII B SMP N 1 Karangmalang Melalui Model Pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT).

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,

rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Apakah terdapat peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika

melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP N

1 Karangmalang melalui model pembelajaran kooperatif dengan tipe

Teams Games Tournament (TGT).

2. Meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP N

1 Karangmalang melalui model pembelajaran kooperatif dengan tipe

Teams Games Tournament (TGT).

3. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament

(TGT).

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

a. Dalam proses pembelajaran siswa lebih tertarik dan lebih

menyenangkan.

b. Membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan

aktivitas siswa lebih meningkat.

c. Melatih siswa lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

a. Dapat memberi sumbangan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika.

3

b. Sebagai informasi bagi guru-guru matematika, khususnya guru

matematika sekolah menengah pertama mengenai pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning

dengan tipe Teams Games Tournament (TGT).

3. Bagi sekolah

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan

kualitas sekolah, khususnya mata pelajaran matematika.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

4

5

A. KAJIAN TEORI

1. Motivasi Belajar

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,

baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi muncul karena adanya

keinginan kuat yang berkaitan dengan adanya kebutuhan dalam diri seseorang

yang menuntut pemenuhannya.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya dorong yang

menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan

segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari

keinginan memenuhi kebutuhannya.

Motivasi belajar adalah jantung kegiatan belajar, suatu pendorong

yang membuat seseorang belajar (M. Sobry Sutikno, 2007:137). Menurut

W.S. Winkel (1991:92) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

psikis di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan belajar dan memberikan arah demi tercapainya tujuan belajar.

Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi belajar berfungsi

sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus penggerak siswa melakukan

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Wasty Sumanto (1984:108) menyebutkan bahwa faktor belajar

digolongkan menjadi tiga faktor yaitu:

a. Faktor stimulasi belajar, adalah segala hal di luar individu yang

merangsang individu tersebut untuk mengadakan reaksi atau perbuatan

belajar. Stimulasi dalam hal ini mencakup material, penugasan, suasana

lingkungan, eksternal yang harus dipelajari oleh pelajar.

b. Faktor metode belajar, adalah metode yang digunakan guru dalam

mengajar. Perbedaan metode mengakibatkan perbedaan yang berarti bagi

proses belajar.

c. Faktor individual, menyangkut kematangan, usia, jenis kelamin,

pengalaman, mental, kesehatan jasmani.

3. Jenis-jenis Motivasi Belajar Matematika

Berdasarkan dari sumber timbulnya, motivasi belajar matematika

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

siswa. Motivasi Intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi

5

yang didalamnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari

dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar

matematikanya. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada

motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu motivasi intrinsik sangat penting pada

anak didik kita. Jangan hendaknya anak mau belajar matematika dan

bekerja karena takut dimarahi, dihukum atau tidak lulus ujian

(Ngalim Purwanto, 1996:82)

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa.

Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

didalamnya aktifitas belajar matematika dimulai dan diteruskan

berdasarkan suatu dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktifitas belajar matematikanya. Dalam kegiatan belajar mengajar

matematika, motivasi ekstrinsik juga sangat penting sebab keadaan siswa

itu dinamis dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses

belajar matematika mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Reni Akbar dan Hawadi (2001:44) menyatakan bahwa sebenarnya ada

dua bentuk atau ragam motivasi, yaitu:

a. Motivasi yang berasal dari luar dirinya (Motivasi Ektrinsik) yang artinya

bahwa motivasi ini muncul karena faktor di luar dirinya baik dari

lingkungan rumah maupun sekolah, seperti:

1) Siswa belajar karena takut dihukum guru

2) Siswa belajar karena dijanjikan akan memperoleh hadiah oleh orang

tuanya.

3) Siswa belajar karena untukmenaikkan gengsi dirinya dimata teman

atau saudaranya.

4) Siswa belajar karena akan memperoleh pujian/penghargaan dari

sekolah.

b. Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (Motivasi Intrinsik). Motivasi

ini muncul tanpa dorongan dari pihak luar. Siswa belajar karena kesadaran

atau keinginannya untuk belajar matematika. Belajar bagi dirinya sudah

merupakan kebutuhan. Ia menyadari sepenuhnya manfaat dari kegiatan

belajar.

4. Fungsi Motivasi Belajar Matematika

Motivasi sangat berarti dalam proses belajar matematika. Dalam

belajar matematika, motivasi mempunyai fungsi:

6

a. Mendukung seseorang untuk belajar matematika, sebagai penggerak yang

memberikan energi atau kekuatan seseorang untuk belajar matematika.

b. Menyeleksi perbuatan, yaitu untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan.

c. Mendorong timbulnya tingkah laku untuk belajar matematika.

Karena salah satu fungsi dari motivasi adalah sebagai pendorong

sebagaimana disebutkan di atas, maka motivasi belajar matematika sangat

diperlukan dalam pembelajaran matematika dalam usaha pencapaian prestasi

belajar. Sorang siswa melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar matematika akan menunjukkan hasil yang

baik pula. Adanya usaha yang tekun dan terutama diiringi adanya motivasi,

maka siswa yang belajar matematika tersebut akan menghasilkan prestasi yang

baik. Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian

prestasi belajar matematikanya. Siswa yang memiliki motivasi belajar

matematika tinggi, akan menampakkan minat yang besar dan perhatian yang

penuh terhadap pembelajaran matematika di kelas ataupun tugas-tugas belajar

yang diberikan oleh guru. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik

maupun psikis terhadap kegiatan belajar matematika.

5. Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:102), untuk meningkatkan

motivasi belajar dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: (1) Optimalisasi

penerapan prinsip belajar, (2) Optimalisasi unsur dinamis belajar,

(3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, dan

(4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.

Dalam kaitannya dengan matematika, masing-masing cara tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar matematika.

Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar matematika.

Untuk dapat membelajarkan matematika disyaratkan guru telah

mempelajari bahan pelajaran, telah menguasai cara-cara mempelajari

bahan, dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut serta

menguasai metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajar matematika.

Seorang siswa akan belajar matematika dengan seutuh pribadinya, jika

perasaan, kemauan, dan kemampuannya tertuju pada belajar matematika.

Tetapi ketertujuan juga dipengaruhi kelelahan jasmani atau mentalnya,

ataupun naik turun energi jiwanya.

7

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Sebagai penggerak, guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-

kesukaran siswa. Sebagai fasilitator, guru diharapkan memantau tingkat

kesukaran pengalaman belajar matematika, dan segera membantu

mengatasi kesukaran belajar matematika siswa .

d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar matematika.

Siswa yang telah termotivasi belajar matematikanya, dengan penuh

kesadaran siswa tersebut dapat menggunakan waktu secara efektif dalam

belajar matematika, baik berupa aktifitas dalam mengikuti kegiatan belajar

matematika, aktifitas dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah,

pemanfaatan perpustakaan, aktifitas dalam kerja kelompok, dan kerajinan

masuk sekolah.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

matematika adalah suatu dorongan yang ada pada diri sendiri (intrinsik)

maupun suatu usaha dorongan dari luar (ekstrinsik) kepada seseorang

sehingga orang tersebut mau melakukan kegiatan belajar matematika, yang

ditandai dengan menggunakan waktu belajar matematika secara efektif, aktif

mengikuti kegiatan belajar matematika ,aktif mengerjakan tugas–tugas

sekolah, memanfaatkan perpustakaan untuk mendukung belajar

matematikanya, aktif dalam kerja kelompok, dan rajin masuk sekolah.

6. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok

untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi

hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif. (Trianto, 2007:41).

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang siswa yang sederajat tetapi

heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling

membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses

berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan

saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

8

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu tunjukkan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Trianto, 2007:41).

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyampaikan

informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengavaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

7. Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)

Sesuai dengan namanya, model TGT ini mengandung kegiatan-

kegiatan yang bersifat permainan. Seperti karakteristik pembelajaran

kooperatif lainnya, teknik TGT memunculkan adanya kelompok dan

kerjasama dalam belajar, di samping itu terdapat persaingan antar individu

dalam kelompok maupun antar kelompok. Dalam teknik TGT ini pula siswa

yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan

dalam sebuah tim yang terdiri dari empat orang siswa. Di dalam kegiatan

pembelajaran dengan permainan ini semua siswa memiliki peluang yang sama

untuk memperoleh prestasi, baik sebagai tim maupun anggota kelompok.

9

Adapun tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah

sebagai berikut:

a. Mengajar (teach)

Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas,

atau kegiatan siswa dalam pembelajaran, dan memberikan motivasi.

b. Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 orang dengan

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah

guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok

berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi

untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan

mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

c. Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok

yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah

semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana

pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang

telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

d. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang

diperoleh oleh kelompok dari permainan.

8. Materi Segiempat

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi segiempat

diajarkan di kelas VII pada semester II. Materi segiempat yang diajarkan

terdiri dari beberapa jenis segiempat yaitu:

a. Persegi Panjang

b. Persegi

c. Jajargenjang

d. Belah Ketupat

e. Layang-layang

f. Trapesium

Pada penelitian ini materi yang diterapkan dalam tindakan adalah

materi segiempat yang mencakup persegi panjang, persegi dan jajargenjang.

B. KERANGKA BERPIKIR

10

Banyak siswa yang menganggap bahwa belajar matematika itu sulit,

sehingga siswa cenderung kurang menyukai pelajaran matematika, bahkan

mereka memiliki motivasi yang rendah dalam menekuni pelajaran

matematika. Ketika pelajaran akan berlangsung, rendahnya respon umpan

balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pemusatan

perhatian terhadap pelajaran yang kurang, sebagian besar siswa pasif.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang mengalami kesulitan bisa

terbantu karena bisa belajar kepada teman sekelompoknya. Dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament (TGT) siswa

belajar dari sesama teman, bekerja sama dan saling membantu dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila ada dari anggota

kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota

yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskan.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model

pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih

rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat

dan keterlibatan belajar. Dengan demikian melalui pembelajaran kooperatif

tipe TGT, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada

akhirnya bermuara pada meningkatnya prestasi belajar matematika siswa kelas

VII F SMP N 1 Karangmalang.

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe

Teams Games Tournament (TGT), maka diharapkan dapat meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi belajar Matematika siswa SMP N 1

Karangmalang khususnya pada materi segi empat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada peserta didik

kelas VII B semester genap pada mata pelajaran matematika di SMP N 1

Karangmalang tahun pembelajaran 2010/2011.

11

11

Subyek penelitian pada kelas VII B ini berjumlah 36 siswa, terdiri dari

20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan

tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, serta refleksi untuk setiap siklus.

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus yang ditampilkan pada gambar

berikut.

Untuk melihat motivasi belajar matematika siswa kelas VII B pada

SMP N 1 Karangmalang maka dilakukan observasi kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan guru lain yang setiap hari menjadi

team teaching di kelas tersebut. Setelah dilakukan pengkajian reflektif dan

diskusi, maka ditetapkan tindakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams

Games Tournament (TGT).

C. RENCANA TINDAKAN

12

PERENCANAAN IIPerbaikan & modifikasi

tindakan I

PERENCANAAN IPeneliti melakukan:Membuat RPPMenyiapkan media pembelajaranMembagi kelompokMenyiapkan perangkat untuk penilaian

PERENCANAAN III Perbaikan dan modifikasi

tindakan II

OBSERVASI IIMengamati kegiatan siswa Merekap hasil ulangan sesuai

tindakan II

SIKLUS BERLANJUT SESUAI KEBUTUHAN

TINDAKAN I Pembelajaran model TGT Tahap 3 dengan turnamen Menyebar angket motivasi

TINDAKAN II* pembelajaran model TGT*Tahap 4 dengan penghar

gaan team

REFLEKSI IDiskusi tindakan I

REFLEKSI IIDiskusi tindakan II

OBSERVASI IMengamati kegiatan siswaMerekap hasil ulangan

tindakan I

TINDAKAN IIIpembelajaran model TGTtahap 3 dengan turnamentahap 4 dengan penghargaan team dan

individu

OBSERVASI IIIMengamati kegiatan siswaMerekap hasil penilaian proses

Merekap hasil ulangan sesuai tindakan III

PERENCANAAN IV(Bila diperlukan)

Persiapan

REFLEKSI IIIDiskusi tindakan III

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 3 siklus, yang tiap-

tiap siklusnya mencakup tahapan berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana pembelajaran,

membuat skenario pembelajaran dengan teknik Teams Games

Tournament (TGT), membuat media permainan sesuai dengan tema

dalam rencana pembelajaran dengan Teams Games Tournament (TGT)

yang dilengkapi dengan petunjuk kegiatan dan aturan permainan, serta

penyusunan alat-alat evaluasi tindakan.

2. Tindakan (Acting)

Implementasi tindakan atau pelaksanaan tindakan meliputi :

a. Pembuatan kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari empat orang

siswa dengan kemampuan heterogen.

b. Membagi petunjuk kegiatan atau aturan permainan pada tiap

kelompok

c. Siswa melaksanakan permainan sesuai dengan petunjuk kegiatan.

d. Masing-masing anggota berkompetensi untuk mendapatkan nilai.

3. Pengamatan/Observasi (Observing)

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan

menggunakan instrument monitoring yang telah direncanakan. Data

tentang kondisi pembelajaran matematika diperoleh dari lembar

observasi yang diisi observer. Data tentang tingkat kemajuan motivasi

belajar matematika pada siswa diperoleh dari lembar angket yang

diedarkan setelah kegiatan pembelajaran pada setiap siklus berakhir. Dan

data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang berupa

tugas dan ulangan harian.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, hasil

lembar pengamatan dan hasil diskusi dengan guru . Hasil refleksi

digunakan untuk menentukan langkah-langkah tindakan berikutnya.

13

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi (pengamatan) yaitu untuk mengetahui situasi dan proses

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas.

2. Angket (kueisoner) untuk memperoleh data motivasi belajar matematika

siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

3. Tes yaitu untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

E. ANALISIS DATA

Skor motivasi yang diukur dalam penelitian ini menggunakan angket

model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Perhitungan

skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam Angket

Motivasi Siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1=sangat tidak setuju, 2=tidak

setuju, 3=ragu-ragu, 4=setuju, 5=sangat setuju.

2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1=sangat setuju, 2=setuju,

3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, dan 5=sangat tidak setuju.

3. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap

kondisi, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-

rata:

1,00 – 1,49 = tidak baik

1,50 – 2,49 = kurang baik

2,50 – 3,49 = cukup baik

3,50 – 4,49 = baik

4,50 – 5,00 = sangat baik

Analisis data yang digunakan dalm penelitian ini menggunakan

rumus:

Keterangan :

P = presentase

F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = jumlah frekuensi / responden

(Sudijono, 2005:40)

F. INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN

14

Penelitian ini berhasil apabila motivasi belajar matematika siswa

mengalami peningkatan rata-rata motivasi dengan kategori minimal cukup

baik dan juga prestasi belajar mengalami peningkatan dari siklus satu ke

siklus selanjutnya.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. PAPARAN DATA

15

16

1. Siklus 1

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali

pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran

(2 x 45 menit).

a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan

Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti

meliputi:

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi

persegi panjang.

2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT

3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran

4) Menyiapkan LKS

5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen

6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko

nilai kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini

dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu:

1) Guru menjelaskan materi tentang persegi panjang.

2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi

3) Permainan (game tournament)

4) Penghargaan kepada kelompok.

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan

menjelaskan materi mengenai persegi panjang dengan metode

demonstrasi dan tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang

kurang dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.

Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa

dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok dengan masing-masing

beranggotakan 4 (orang) orang siswa sesuai dengan format

pembentukan kelompok belajar siswa yang telah ditentukan pada Pra

Kegiatan. Kemudian guru membagikan LKS materi persegi panjang

untuk didiskusikan setiap kelompok.

Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah

pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan)

sebagai berikut:

16

1) Setiap anggota kelompok memperoleh penomoran 1, 2, 3, 4, yang

dipasang di dada masing-masing. Penomoran ini kemudian

digunakan untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada

meja turnamen ke berapa. Misal pada kelompok Cinderella, salah

satu anggota yang bernama Vina diberi nomor 1 oleh guru, ini

berarti Vina akan bermain pada meja turnamen 1, Tanti yang diberi

nomor 2, berarti akan bermain pada meja turnamen 2, demikian

seterusnya.

2) Kelompok lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru,

sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan

bermain di meja turnamen 1, yang memperoleh nomor 2 akan

bermain di meja turnamen 2, dan seterusnya.

3) Setiap meja turnamen terdiri dari 10 orang yang merupakan wakil

dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang

sama.

4) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal,

penulis skor dan pemain yang pertama yang akan menjawab soal

dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian

mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan

kepada pembaca soal. Untuk variasi, soal dapat di acak lebih

dahulu oleh pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal

sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

5) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan

membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh

penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan

membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain

yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali

memberikan jawaban benar.

6) Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.

Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua

kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah

jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat

berperan sebagai pembaca soal, penulis nilai, pemain, dan

penantang. (Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan

17

syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang

sama sebagai pemain, penulis nilai, penantang, dan pembaca soal).

7) Setelah semua kartu selesai terjawab atau karena waktu habis,

setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang

diperoleh dan menentukan berapa skor yang diperoleh berdasarkan

tabel yang telah disediakan.

8) Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya.

Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor

kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun

penghargaan kelompok dengan kriteria seperti tabel berikut ini:

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Nilai Kelompok Predikat

30 sampai 49Tim Cukup

50 sampai 60Tim Baik

61 ke atasTim Baik Sekali

c. Pengamatan

Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,

siswa sebagian besar antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat

dari banyaknya siswa yang menanggapi setiap pertanyaan yang

diajukan oleh guru mengenai materi yang diajarkan yaitu materi

persegi panjang. Hal lain yang membuat siswa antusias, dari

pemberitahuan sebelumnya bahwa nanti dalam pembelajaran ini ada

kegiatan permainan. Bahkan sebagian siswa bertanya kepada peneliti

permainan yang bagaimana yang membuatnya mereka penasaran.

Dalam diskusi kelompok terlihat kurangnya kerja sama dari

setiap anggota kelompok, meskipun dalam kegiatan pertandingan

(tournament) siswa kelihatan aktif dan antusias dalam menjawab

pertanyaan. Dalam pertandingan tersebut terlihat kurang tertib, hal ini

karena banyaknya siswa yang kurang memahami langkah-langkah atau

peraturan pertandingan sehingga banyak siswa yang bertanya kepada

guru maksud dari langkah yang mereka jalankan.

18

Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan

model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 65,40 ,

hal ini bisa terlihat dari lampiran.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan mengenai diskusi kelompok terlihat kurangnya

kerja sama dari setiap anggota kelompok, peneliti dan guru observer

menyimpulkan bahwa hal ini dikarenakan ada beberapa anggota yang

kurang bersemangat dalam belajar, hal ini ditunjukkan dengan hasil

angket motivasi belajar sebagai berikut.

Hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus I menunjukkan

adanya motivasi siswa dengan kriteria sangat baik sebesar 9,20 %,

kriteria baik sebesar 30,30 %, kriteria cukup baik sebesar 35,50 % dan

kriteria kurang baik 25 %. Hal ini menunjukkan sebanyak 75 % siswa

di kelas VII F mempunyai motivasi meskipun motivasi yang paling

rendah hanya cukup baik.

Dari hasil pengamatan mengenai kegiatan permainan, terlihat

beberapa siswa masih belum paham peraturan-peraturan (langkah-

langkah) permainan, oleh sebab itulah pada siklus II guru memberi

penjelasan secara terinci mengenai langkah-langkah permainannya,

dan guru lebih berperan sebagai motivator baik dalam diskusi

kelompok maupun dalam kegiatan permainan.

Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas

65,40, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang

ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

2. Siklus II

Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak 1

kali pertemuan dan setiap pertemuan belangsung selama 2 jam pelajaran

(2 x 45 menit).

a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan

Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti

meliputi:

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan revisi

sesuai refleksi siklus I pada materi persegi.

2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT

3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran

4) Menyiapkan LKS

19

5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen

6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko

nilai kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini

dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu:

1) Guru menjelaskan materi tentang persegi.

2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi

3) Permainan (game tournament)

4) Penghargaan kepada kelompok.

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan

menjelaskan materi mengenai persegi dengan demonstrasi dan metode

tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang kurang

dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.

Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa

dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok baru yang dibentuk

berdasarkan tes formatif setelah siklus I dengan masing-masing

beranggotakan 4 (empat) orang. Kemudian guru membagikan LKS

materi persegi untuk didiskusikan setiap kelompok.

Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah

pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan)

sebagai berikut:

1) Setiap anggota kelompok memperoleh penomoran 1, 2, 3, dan 4

yang ditentukan oleh guru. Penomoran ini kemudian digunakan

untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada meja

turnamen ke berapa. Misal pada kelompok A, salah satu anggota

yang bernama Rizal diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti Rizal

akan bermain pada meja turnamen 1, Hita yang diberi nomor 2,

berarti akan bermain pada meja turnamen 2, demikian seterusnya.

2) Kelompok lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru,

sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan

bermain di meja turnamen 1, yang memperoleh nomor 2 akan

bermain di meja turnamen 2, dan seterusnya.

3) Setiap meja turnamen terdiri dari 10 orang yang merupakan wakil

dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan

20

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang

sama.

4) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan

pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang

menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal

dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan

membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh

pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain

dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam

soal.

5) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan

membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh

penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan

membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain

yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali

memberikan jawaban benar.

6) Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.

Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua

kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah

jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat

berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. (Disini

permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap

peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain,

penantang, dan pembaca soal).

7) Setelah semua kartu selesai terjawab atau waktu habis, setiap

pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh

dan menentukan berapa skor yang diperoleh berdasarkan tabel

yang telah disediakan.

8) Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya.

Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor kelompok

untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun penghargaan

kelompok dengan kriteria seperti tabel 2.

c. Pengamatan

Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,

siswa sebagian besar antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat

dari banyaknya siswa yang menanggapi setiap pertanyaan yang

21

diajukan oleh guru mengenai materi yang diajarkan yaitu materi

persegi.

Dalam diskusi kelompok yang terlihat lebih aktif kerja sama

dari setiap anggota kelompok dibandingkan dengan siklus I. Dalam

kegiatan pertandingan (tournament) siswa kelihatan aktif dan antusias

dalam menjawab pertanyaan. Setiap anggota dari masing-masing

kelompok sudah memahami betul peraturan dari permainannya, hal ini

dibuktikan lancarnya jalannya permainan tersebut.

Pada akhir siklus guru membagikan angket kepada siswa untuk

mengungkap motivasi belajar matematika siswa terhadap tindakan

yang diberikan.

Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan

model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 69,00.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan model pembelajaran

TGT, waktu yang tersedia tidak cukup, hanya sampai pada kegiatan

permainan, pada kegiatan pemberian penghargaan tidak sempat

dilaksanakan, hal ini karena waktu pembelajaran pada bulan

Ramadhan dipersingkat, sehingga peneliti dan guru pamong

menyepakati untuk terpenuhinya waktu dalam pelaksanaan model

pembelajaran TGT pada siklus III, maka pelaksanaannya dirancang

dua pertemuan, pertemuan pertama kegiatan menjelaskan materi dan

diskusi kelompok, sedangkan pertemuan kedua kegiatan permainan

(tournament) dan pemberian penghargaan.

Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas

69,00, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang

ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

2. Siklus III

Kegiatan pembelajaran pada siklus III dilaksanakan sebanyak 1

kali pertemuan selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).

a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan

Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti

meliputi :

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan revisi

sesuai refleksi siklus I pada materi jajargenjang

2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT

22

3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran

4) Menyiapkan LKS

5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen

6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko

nilai kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini

dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu :

1) Guru menjelaskan materi tentang jajargenjang

2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi

3) Permainan (game tournament)

4) Penghargaan kepada kelompok.

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan

menjelaskan materi mengenai jajargenjang dengan metode demonstrasi

dan tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang kurang

dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.

Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa

dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok seperti pada siklus II.

Kemudian guru membagikan LKS materi jajargenjang untuk

didiskusikan setiap kelompok.

Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah

pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan) yang

sama seperti pada siklus I maupun II.

Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor

kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun

penghargaan kelompok dengan kriteria seperti tabel 2.

c. Pengamatan

Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,

siswa sebagian mengalami kesulitan memahami materi yang diajarkan

yaitu jajargenjang, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang bertanya

cara mengerjakan soal yang dihadapi dengan gurunya dalam kegiatan

dalam diskusi kelompok.

Pada akhir siklus guru membagikan angket kepada siswa untuk

mengungkap motivasi belajar matematika siswa terhadap tindakan

yang diberikan.

23

Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan

model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 68,00 ,

hal ini bisa terlihat dari lampiran 20.

d. Refleksi

Hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus III

menunjukkan adanya motivasi siswa dengan kriteria sangat baik

sebesar 13,10%, kriteria baik sebesar 35,40%, kriteria cukup baik

sebesar 41,50 % dan kriteria kurang baik 10 %. Hal ini menunjukkan

sebanyak 90 % siswa di kelas VII F mempunyai motivasi meskipun

motivasi yang paling rendah hanya cukup baik.

Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas

68,00, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang

ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

B. TEMUAN PENELITIAN

Selama kegiatan berlangsung peneliti mendapatkan beberapa kejadian

penting yang dianggap dapat mempengaruhi penelitian antara lain:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif melalui TGT dapat meningkatkat

motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil dari penyebaran angket dilihat dari tabel 3 dan

tabel 4 yaitu tabel motivasi belajar siswa secara umum dihitung jumlah

rata-rata setiap aspek yang diukur mengalami kenaikan dari 75 % menjadi

90 % yang terdiri dari kategori motivasi sangat baik, baik dan cukup baik.

2. Permainan dalam TGT ini dapat menimbulkan antusias dan semangat bagi

siswa.

Pada saat permainan para pemain pada setiap meja turnamen yang

merupakan wakil dari kelompok terlihat bersemangat untuk mampu

menjawab pertanyaan yang dibacakan, bahkan sebelum pemain yang

gilirannya menjawab, ada penantang yang segera ingin menjawab.

3. Penerapan pembelajaran kooperatif melalui TGT dapat meningkatkat hasil

belajar matematika siswa.

Nilai rata-rata siswa setiap siklus mengalami kenaikan. Pada siklus

I dengan materi persegi panjang rata-rata hasil nilai siswa 65,40. Pada

siklus II dengan materi persegi rata-rata hasil nilai siswa 69,00. Pada siklus

III dengan materi jajargenjang rata-rata hasil nilai siswa 68,00.

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tindakan

kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:

25

26

1. Motivasi belajar matematika siswa secara umum mengalami kenaikan

rata-rata motivasi minimal cukup baik yang awalnya sebesar 75 % siswa

menjadi sebesar 90 % siswa di kelas VII F. Hal ini menurut analisis

peneliti dikarenakan sebagai berikut: (1) Siswa senang dengan variasi

model pembelajaran yang menurut mereka baru dan belum pernah mereka

dapat sebelumnya (2) Materi pembelajaran yang dibahas relatif dapat

dipahami oleh siswa karena di jenjang sekolah sebelumnya pernah

diajarkan

2. Hasil tes yang dilaksanakan pada setiap siklus mengalami kenaikan,

kecuali pada siklus III. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 65,40, pada

siklus II nilai rata-rata sebesar 69,00 dan pada siklus III nilai rata-rata

sebesar 68,00. Hal ini menurut pengamatan dan pengalaman peneliti

dikarenakan bagi siswa materi pada siklus III mengenai jajargenjang relatif

lebih sulit dari materi pada siklus I dan II.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian tindakan

kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran dengan tipe Team Games Tournament

sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bagi guru yang dapat

memotivasi belajar matematika.

2. Tournamen/permainan dalam model pembelajaran TGT, hendaknya

dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih tertarik lagi dan dapat

meningkatkan motivasi pada diri siswa yang pada akhirnya dapat

meningkatkan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Moh.. (2007). Penggunaan Variasi Metode Belajar untuk

Membangkitkan Motivasi Belajar Matematika. Widyatama, Vol. 4.

Purwanto, Ngalim. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.

26

Sudijono, A. (2005). Pengantar Statistika Pendidikan. PT Raja Grafindo.

Jakarta

Suhadi. (2006). Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa Kelas II

SMPN 4 Danau Panggang melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams Games Tournaments).

http://Suhadinet.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 Agustus

2008.

Suhadi. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments). http://Suhadinet.wordpress.com. Diakses pada

tanggal 15 Agustus 2008.

Sumanto, Wasty. (1984). Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Yogya. Yayasan Paramita.

Sutikno, Sobry. (2007). Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.

Bandung. NTP Press.

Trianto, Drs. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Surabaya. Prestasi Pustaka.

Wardono. (2005). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan TGT

(Teams Games Tournaments) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika pada Siswa SMP. (Laporan PTK). Semarang.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. PT.

Gramedia,

27

28

29