45
LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KELUARGA BRONKIOLITIS PADA SEORANG BATITA DENGAN LINGKUNGAN KELUARGA YANG KURANG SEHAT Disusun Oleh : Fadli Robby A 20040310084 1

presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

silahkan di copy

Citation preview

Page 1: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

BRONKIOLITIS PADA SEORANG BATITA DENGAN

LINGKUNGAN KELUARGA YANG KURANG SEHAT

Disusun Oleh :

Fadli Robby A

20040310084

KEPANITERAAN KLNIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PUSKESMAS TEGAL REJO

2010

1

Page 2: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

BRONKIOLITIS PADA SEORANG BATITA DENGAN

LINGKUNGAN KELUARGA YANG KURANG SEHAT

Disusun Oleh:

Fadli Robby A (20040310053)

Telah dipresentasikan dan disahkan

Pada Tanggal 24 February 2010

Mengetahui dan mengesahkan

Dosen Pembimbing Dokter Pembimbing Puskesmas

( Dr. Deni A.P ) ( Dr. Eka N )

Kepala Puskesmas Tegal Rejo

(Dr. Pratignyawati)

2

Page 3: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikannya laporan presentasi kasus dengan

judul “ Bronkiolitis pada Batita dengan Lingkungan Keluarga yang Kurang Sehat”. Laporan

kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ko-Assisten bagian Ilmu

Kedokteran Keluarga di Puskesmas Tegal Rejo Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dan kerjasama dari

berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. dr. Deni A.P, selaku dosen pembimbing

2. dr. Pratignyawati, selaku Kepala Puskesmas Tegal Rejo

3. dr. Sony A. dan dr. Eka selaku dokter pembimbing di Puskesmas Tegal Rejo

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,

banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan

penulis.

Akhirnya semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan setiap

pembaca pada umumnya. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

3

Page 4: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,

menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi

dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit

saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada

bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)

. Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang

berusia lebih tua dan dewasa boleh dikata tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena

mereka lebih tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis

suatu bronkiolitis tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru

bagian bawah terkena infeksi. (1,3)

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling

dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit

pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi PUSKESMAS

adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya.

Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan

Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative,

dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan

ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih

mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).

Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam

pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Puskesmas Tegalrejo adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Tegalrejo, yang dimaksud unit pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan

4

Page 5: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

adalah yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja Puskesmas sebagai

unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia.

Di kecamatan Tegalrejo terdapat tiga Puskesmas yaitu Puskesmas Tegalrejo

(Puskesmas Induk), Puskesmas Bener (Puskesmas Pembantu I) dan Puskesmas

Tompeyan (Puskesmas Pembantu II). Puskesmas Tegalrejo terletak di kota Yogyakarta

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman

Sebelah Timur : Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta

Sebelah Selatan : Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta

Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul

Luas Wilayah Kecamatan Tegalrejo 2.904.741 ha dengan pembagian kelurahan

menjadi empat kelurahan terdiri dari :

1. Kelurahan Kricak : 59 RT, 13 RW

2. Kelurahan Karangwaru : 56 RT, 14 RW

3. Kelurahan Tegalrejo : 46 RT, 13 RW

4. Kelurahan Bener : 24 RT, 7 RW

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo (mengacu pada indikator

Indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :

1. Derajat kesehatan

2. Keadaan lingkungan

3. Perilaku hidup bersih dan sehat

4. Pelayanan kesehatan

5. Perbaikan Gizi Masyarakat

Puskesmas Tegal Rejo belum dilengkapi dengan fasilias rawat inap untuk umum,

namun sudah tedapat fasilitas rawat inap untuk ibu melahirkan, ambulans dan UGD.

Kegiatan pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan

gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit puskesmas pembantu, UKS, Konseling gizi,

kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan posyandu lansia.

Dokter keluarga merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan

yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya

memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga

5

Page 6: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

keluarganya (9). Praktek dokter keluarga ialah praktek kedokteran dalam pelayanan primer

dijalankan secara komprehensif yang meliputi pelayanan promosi kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) serta

menyeluruh dan memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit (9).

Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif dapat dilakukan dengan mengkaji masalah

kesehatan keluarga dan individu dalam keluarga dengan mempelajari riwayat penyakit

secara komperhensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan dapat dilakukan.

Hal ini dapat dilakukan pada setiap penyakit, termasuk dalam penanganan penyakit

bronkiolitis.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

bagian Kedokteran Kelurga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam

mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien tetapi juga faktor psikososial

dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit serta peran serta keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatan.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat untuk Puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil

evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.

2. Manfaat untuk mahasiwa

Sebagai sarana ketrampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan

dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

6

Page 7: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

BAB II

PEMBAHASAN

 A.  Definisi

            Bronkiolitis akut adalah infeksi akut pada bronkiolus secara menyeluruh yang

ditandai dengan adanya obstruksi inflamasi pada saluran nafas kecil. (6)

 B.  Etiologi

            Penyebab tersering (50 - 90%) adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV).

Disamping itu dalam jumlah kecil disebabkan oleh virus para influenza, virus influenza,

adenovirus, rhinovirus, mycoplasma pneumoniae (Eaton Agent). Infeksi primer bakteri

sebagai penyebab bronkiolitis akut jarang          dilaporkan. (1,2,3,4,5,6,7)

 

C.  Patologi

Gambaran awal abnormalitas saluran pernafasan bagian bawah pada bronkiolitis dijumpai

: (1,2,4)

a) Nekrosis epitel saluran nafas kecil

b) Inflamasi peribronkial

c) Edema saluran nafas

d) Penimbunan/akumulasi mukus dan eksudat liat di saluran nafas

7

Page 8: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

            Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan akumulasi

mukus dan eksudat liat. Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi sel radang.

Radang juga dijumpai peribronkial dan di jaringan interstitial. Obstruksi parsial bronkiolus

menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan atelektasis. (4)

 D.      Patofisiologi

            Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris

seluler dan edema. Karena tahanan terhadap aliran udara didalam suatu tabung berbanding

terbalik dengan pangkat 3 jari-jari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang terjadi pada

dinding bronkiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara.

Tahanan udara pada lintasan-lintasan udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi

maupun fase ekspirasi. Tetapi karena jari-jari suatu saluran nafas akan mengecil selama

ekspirasi, maka obstruksi katup bulat pernafasan akan mengakibatkan terjadinya

pemerangkapan udara serta pergeseran udara yang berlebihan yang disebut mekanisme klep.

Mekanisme klep adalah terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada.

Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi menjadi lengkap dan udara yang terperangkap habis

terserap. (3,5,6)

Pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang pada alveolus-

alveolus sehingga terjadi hipoksemia dan peningkatan frekuensi nafas sebagai kompensasi.

Retensi karbondioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita-penderita

yang terserang hebat. Pada umumnya semakin tinggi kecepatan pernafasan, maka semakin

rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan

pernafasan melebihi      60 x/menit yang kemudian meningkat sesuai dengan takipne yang

terjadi. (3,5)

 

E. Gambaran Klinis

8

Page 9: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai dengan

batuk, pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai demam atau demam hanya

subfebril. Kemudian dalam beberapa hari gejala tersebut makin berkembang dengan

didapatkan batuk makin menghebat, frekuensi nafas meningkat (sesak nafas), pernafasan

dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal,

rewel sampai gelisah, sianosis, sulit makan atau minum, mual-muntah jarang sekali

didapatkan pada penderita. Pada pemeriksaan didapatkan mengi/wheezing, ekspirium

memanjang, jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring,

kadang-kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi. Pada perkusi didapatkan hipersonor,

Ro foto thoraks menunjukkan hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada

fotolateral, dapat terlihat bercak konsolidasi tersebar yang disebabkan atelektasis atau radang.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia

darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring

menunjukkan flora bakteri normal. (3,4,5,7,8,9)

 

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan pertimbangan beberapa faktor yang lebih menitikberatkan

pada manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik, karena faktor lainnya hanya ditemukan bukti-

bukti yang tidak spesifik, seperti pada pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Manifestasi

klinis harus didukung beberapa anamnesis yang memperkuat diagnosis penyakit ini terhadap

penyakit lain yang serupa. (1)

            Beberapa hasil penelitian menyatakan, bahwa diagnosis bronkiolitis virus diperoleh

dari : (1)

1.      Gambaran/gejala klinis

2.      Usia anak

9

Page 10: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

3.      Epidemi RSV di masyarakat terutama di RS melalui petugas perawatan sebagai

sumber penularan pada bayi.

            Gejala klinis bronkiolitis harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga

timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap pengobatan

dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak. Bronkiolitis juga harus

dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruksi dan gagal jantung. (4)

 

G. Diagnosis Banding

Beberapa penyakit dapat merupakan diagnosis banding bronkiolitis. Penyakit lain yang

sering dikacaukan dengan bronkiolitis yaitu asma bronkhial.(1)

Beberapa diagnosis yang perlu dipertimbangkan antara lain : (8)

1.      Asma Bronkial

Jarang ditemukan pada tahun pertama kehidupan, tetapi sering terjadi

setelah periode tersebut.

Riwayat keluarga penderita asma bronkial.

Serangan awal yang mendadak tanpa tanda infeksi sebelumnya.

Serangan berulang.

Ekspirasi diperpanjang secara mencolok.

Eosinofilia pada darah dan usapan hidung.

Respon terhadap obat anti asma.

Pada bronkiolitis akut hanya 5% yang mempunyai klinis yang berulang.

 2.      Bronkopnemonia

Jarang dijumpai pada bayi sampai usia 6 bulan.

10

Page 11: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Riwayat anamnesis, perjalanan penyakit tidak terlalu mendadak, demam,

batuk tidak ngikil, nafsu makan/minum berkurang.

Didapatkan sumber penularan ISPA disekitarnya.

Setelah 5-7 hari timbul sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis

Pemeriksaan fisik ditemukan :

a.       Perkusi : Suatu gambaran normal sampai redup relatif

b.      Auskultasi : Ada krepitasi atau ronki basah halus.

Retraksi dinding dada (interkostal dan suprasternal).

Pemeriksaan laboratorium : lekositosis dan HJL (Hitung Jenis Lekosit)

pergeseran ke kiri.

Pemeriksaan radiologi paru ditemukan sebaran infiltrat diseluruh bagian

paru kanan dan kiri.

H.Terapi dan Penatalaksanaan

Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya

dengan uap dingin (‘mist-tent’), tujuannya untuk mencairkan sekret bronkus yang liat dan

mengatasi hipoksemia.(1)

            Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal, yaitu : (1,4,6)

1.         Suportif

Pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksemia, apnea, dan kegagalan

pernafasan. Diberikan 1 - 2 l/menit.

Pengaturan suhu tubuh.

Pencairan lendir yang lengket.

11

Page 12: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Ketepatan pemberian cairan intravena, sebagai penghindaran terhadap

dehidrasi yang timbul akibat takipnea atau asidosis respiratorik.

Diberikan :

-          Neonatus D 10% : NaCl 0,9% = 4 : 1, + KCl 1-2 mEq/kg BB/hari

-          Bayi > 1 bulan : D 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 + KCl 10 mEq/500 ml

cairan.

Posisi nyaman dengan duduk posisi kemiringan 30-40 atau leher pada

posisi ekstensi.

2.         Pemberian kortikosteroid (masih kontroversial). Penelitian tentang pemakaian

kortikosteroid, awalnya memberikan hasil yang baik terhadap angka kesakitan dan

angka kematian penderita bronkiolitis. Walaupun akhir-akhir ini didapatkan hasil justru

klinis semakin memberat. Sebagai terapi paliatif dan efek anti anflamasinya,

kortikosteroid dapat menimbulkan masking effect.

3.         Antibiotik diberikan apabila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya

dipilih yang mempunyai spektrum luas. Bila dicurigai mycoplasma pneumoniae sebagai

penyebabnya, obat yang terpilih ialah eritromisin.

4.         Sedativa merupakan kontraindikasi pada penyakit bronkiolitis karena dapat

menyebabkan depresi pernafasan.

5.         Tidak dianjurkan pemberian bronkodilator karena dapat memperberat keadaan

anak yaitu dengan peningkatan curah jantung dan kegelisahan anak.

6.         Pemberian anti virus seperti ribavirin memperlihatkan hasil yang memuaskan,

karena ribavirin menghambat sintesis protein virus. Namun sampai sekarang pemakaian

anti virus belum banyak diberikan pada penderita. Indikasi pengobatan ini adalah bayi

resiko tinggi, diplasia bronkopulmonar, infeksi paru kronis, defisiensi iminologi,

penyakit jantung kongenital

12

Page 13: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

 

I. Prognosis

Perjalanan klinis umumnya dapat teratasi setelah 48-72 jam. Angka kematian pada

penderita ini ditemukan < 1%. Kegagalan perawatan disebabkan apnea yang terjadi

berlangsung lama, asidosis respiratorius yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi yang

disebabkan oleh takipnea dan kurang makan minum. (1)

            Prognosis sangat tergantung oleh ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia,

ketepatan tatalaksana, dan kecermatan pemantauan, sehingga sangat mungkin prognosis

semakin jelek pada penyakit ini dan akan meningkat di daerah perifer.

 

13

Page 14: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : An. Z

Umur : 18 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Yogyakarta

Pekerjaan : Jatimulyo RT 15 RW 03, Tegal Rejo, Yogyakarta

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : belum sekolah

No. CM : 01.275

Tanggal Pemeriksaan : 18-2-2010

Tanggal Kunjungan : 20-2-2010 dan 21-2-2010

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Batuk

Keluhan Tambahan : Pilek

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Batuk berdahak

dahak berwarna putih, kambuh-kambuhan, kadang disertai muntah. Batuk ngikil terutama

di malam hari, disertai sesak sedikit, tidak disertai demam. Pasien kemudian periksa ke

puskesmas 2 hari yang lalu, saat ini obat habis dan keluhan belum berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

14

Page 15: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat penyakit diabetes : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat hipertensi : Nenek dari ibu

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat penyakit diabetes : disangkal

Riwayat penyakit paru-paru : disangkal

C. RIWAYAT IMUNISASI

15

A. Dasar :

Hepatitis : (+) Pada umur 0,1,3 bulan

BCG : (+) Pada umur: 4 hari Skar

:

± 2mm

DPT : (+) Pada umur: 2,3,4 bln

Polio : (+) Pada umur: 11

hari,1,4,10 bln

Campak : (+) Pada umur: 10 bln

Page 16: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

D. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : TD : Tidk diukur

RR : 72 x/menit, teratur

Nadi : 120 x/menit, teratur

Suhu : 36,50C ( axila )

Status Gizi :

Berat badan : 10 kg

Tinggi badan : 78 cm

o BB/ U = ≥2SD s/d +2SD (Gizi baik)

o TB/ U = -2SD s/d +2SD (Normal)

o BB/ TB = >2SD s/d +2SD (Normal)

Kesimpulan status gizi : baik

Status Generalis:

1. Pemeriksaan Kepala

- Bentuk kepala : mesocephal, simetris

- Rambut : dominan warna hitam

2. Pemeriksaan Mata

- Palpebra : Edema (-/-)

- Konjungtiva : Anemis (-/-)

- Sklera : ikterik (-/-)

3. Pemeriksaan Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan mastoid (-)

16

Page 17: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

4. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (+), Discharge (-)

5. Pemeriksaan Mulut : Mukosa bibir basah, sariawan (-), lidah kotor (-), faring

hiperemis (-)

6. Pemerksaan Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran thyroid (-),

JVP tidak meningkat

7. Pemeriksaan thorak

a. Pulmo

Inspeksi : simetris kanan kiri, retraksi intercostalis (-)

Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus kanan sama kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+) kanan sama dengan kiri, ronkhi basah kasar (+),

ronkhi basah halus (-), wheezing (+)

b. Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V linea midclavicula, tak kuat angkat

Perkusi : batas jantung Kiri atas : SIC II LPS kiri

Kanan atas : SIC III LPS kanan

Kiri bawah : SIC V LMC kiri

Kanan bawah : SIC IV LPS kanan

Auskultasi : S1> S2, reguler, bising tak ada.

8. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : perut sejajar dada

Auskultasi : peristaltik usus (+)

Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, Hepar dan lien tak teraba

Perkusi : tympani di seluruh lapang abdomen, Undulasi (-), Pekak beralih (-)

9. Pemeriksaan ektremitas

Reflek biceps +/+

Reflex triceps+/+

Reflek achiles +/+

17

Page 18: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Reflek patella +/+

Udem -/-

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Usulan Pemeriksaan

- Darah Lengkap

- Foto Rontgen Thorak

F. DIAGNOSIS

bronkiolitis pada penderita batita dengan lingkungan kesehatan yang kurang.

G. DD

Bronkopneumoni

Asma Bronkhial

H. PENATALAKSANAAN

a. Farmakologi

Pengobatan dari puskesmas :

- ambroxol 2 x 7.5 mg / ¼ tab 30mg

- amoxicillin 3 x 125 mg / ½ tab 250mg

- Dexametasone 3 x 3 mg

b. edukasi

jika sesak bertambah segera bawa ke Rumah Sakit

18

Page 19: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

I. Analisa Kasus

Pasien datang dengan keluhan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Batuk berdahak

dahak berwarna putih, kadang disertai muntah. Batuk ngikil terutama di malam hari,

sedikit disertai sesak, tidak disertai demam. Pasien kemudian periksa ke puskesmas 2 hari

yang lalu, saat ini obat habis dan keluhan belum berkurang.

Pada tanggal 20 February 2010 dilakukan kunjungan ke rumah untuk melakukan

anamnesa dan melihat kondisi lingkungan pasien. Kondisi pasien tampak sehat dengan

keluhan batuk yang sudah berkurang. Tidak ada demam dan keluhan lainnya. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan vital sign yang normal. Dari anamnesa diketahui bahwa

pasien hidup dengan lingkungan yang cukup bersih. Maka pada kunjungan yang kedua

dilakukan edukasi terhadap factor resiko dan kemungkinan penyebab penyakit anak.

J. Analisa Kunjungan Rumah

a. Kondisi Pasien

19

Page 20: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Kondisi pasien tampak sehat. Tidak ada keluhan batuk. Tidak ada demam dan

keluhan lainnya. Pasien terlihat aktif. Nafsu makan baik.

b. Pendidikan

Saat ini pasien belum disekolahkan oleh orangtuanya..

c. Keadaan Rumah

a. Lokasi : Rumah terletak di permukiman padat penduduk di daerah Jatimulyo RT

15/ RW 03 Tegal Rejo, yogyakarta.

b. Kondisi : rumah terlihat kokoh, dinding rumah dari bata, tidak bertingkat, Lantai

rumah terbuat dari keramik dan sebagian semen, atap dari genteng. Kebersihan di

dalam rumah terkesan kurang bersih dan penempatan barang-barang yang kurang

rapi.

c. Luas rumah : ± 8x5 m2 yang dihuni oleh 5 orang dengan rata 8m2 per orang.

d. Pembagian ruangan :

Rumah dibagai menjadi 5 ruangan yang terdiri dari 2 ruang tidur, 1 ruang

keluarga sekaligus ruang tamu, 1 WC, 1 dapur yang menjadi satu dengan ruang

makan.

e. Ventilasi : terdapat hanya 1 jendela berpintu kayu di ruang tamu dengan

perbandingan terhadap luas lantai kurang dari 20%. Terdapat 2 lubang ventilasi.

Kesan rumah terasa lembab.

f. Pencahayaan : Pencahayaan di dalam rumah kurang, tanpa bantuan sinar lampu

sulit untuk membaca tulisan. Tidak terdapat genteng kaca. Daya listrik sebesar

450 watt.

g. Kebersihan : Kebersihan di dalam rumah kurang dan tata letak barang di dalam

rumah kurang rapi. Dapur menggunakan kompor gas, dengan kepemilikan alat

alat milik sendiri.

h. Sanitasi dasar : Sumber air minum dan masak serta untuk mencuci dan mandi

berasal dari air PAM. Terdapat 1 kamar mandi sekaligus WC dengan bentuk

jamban jongkok dengan ukuran standar ± 30 c x 50 cm. Bak mandi dari semen

dengan ukuran 2x1,5x1m3. Seluruh pembuangan limbah dibuang pada saluran air

dan tak ada tampak genangan limbah di rumah pasien.

20

Page 21: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

i. Kepemilikan : Rumah yang ditempati merupakan rumah dari kakek pasien.

Perlengkapan rumah tangga pasien semuanya milik pribadi yang terdiri dari 1

televisi, 2 kasur, 2 lemari baju, 2 rak buku, dan 2 meja.

K. Analisa Kedokteran Keluarga

a. Nilai APGAR Keluarga

KRITERIA PERTANYAAN

Hampir

selalu

(2)

Kadang –

kadang

(1)

Hampir

tidak pernah

(0)

Adaptasi

Saya puas dengan keluarga saya

karena masing-masing anggota

keluarga sudah menjalankan

kewajiban sesuai dengan

seharusnya

0

Kemitraan

Saya puas dengan keluarga saya

Karena dapat membantu

memberikan solusi terhadap

permasalahan yang saya hadapi

0

Pertumbuh

an

Saya puas dengan kebebasan

yang diberikan keluarga saya

untuk mengembangkan

kemampuan yang saya miliki

0

Kasih

sayang

Saya puas dengan kehangatan /

kasih sayang yang diberikan

keluarga saya

0

Kebersama

an

Saya puas dengan waktu yang

disediakan keluarga untuk

menjalin kebersamaan

0

TOTAL 9

Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak

pernah=0

21

Page 22: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Total skor

8-10 = fungsi keluarga sehat

4-7 = fungsi keluarga kurang sehat

0-3 = fungsi keluarga sakit

Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 9, ini

menunjukan fungsi kemitraan keluarga yang sehat.

b. SCREEM

Aspek Sumber Daya Patologi

Sosial Pasien dan keluarganya dikenal

sebagai keluarga yang ramah dan

bisa bersosialisasi dengan

tetangganya. Selalu aktif mengikuti

kegiatan kampong

Kultural Keluarga pasien tidak percaya

dengan mitos yang tidak jelas

kebenarannya

Religius Keluarga pasien jarang melakukan

kegiatan-kegiatan religious yang

sesuai dengan keyakinannya

Ekonomi Kebutuhan ekonomi tercukupi

Pendidika

n

Pendidikan anggota keluarga cukup

baik

Kesehata

n

Tidak punya asuransi kesehatan

22

Page 23: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

c. Genogram

Tanggal Pembuatan :21 February 2010

KELUARGA An. Z

23

H

BC

60 th

32 th27 th 20 th

28 th25 th

55 th

31 th

P

60 th

Page 24: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Keterangan :

: Pria B : Breadwinner : Tinggal 1 rumah

: Wanita C : Caregiver : Hipertensi

Atau : Meninggal : Pasien

L. Daftar Anggota Keluarga

Nama

Keduduka

n dlm

keluarga

L/PUmur

Pendidikan Pekerjaan Ket

Tn. SKepala

KeluargaL 31 th SMA

Wiraswast

aAyah

Ny. S Istri P 28 th SMA Ibu RT Ibu

Ny. K Nenek P 55 thTidak

Sekolah- Nenek

Tn. T Kakek L 60 thTidak

Sekolah- Kakek

An. I Anak P 7 th Sekolah SD - Anak

An. D Anak P 3 thBelum

sekolah- Anak

An. Z Anak L 18 blnBelum

sekolah- Anak

M. Denah dan Peta Petunjuk Rumah

24

18 bln7 th 3 th

P

H

Page 25: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

R. Tidur

R. Tidur

R. Keluarga

Dapur

8 m

Tempat tempat cuci

5 m

Denah Rumah

Denah Rumah

25

U

Jl. magelang

UKM

mandi

Ruang

makan

Page 26: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

N. Identifikasi Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis

Nenek pasien menderita penyakit hipertensi.

b. Fungsi afektif

Hubungan anggota keluarga yang hidup seatap terjalin baik.

c. Fungsi sosial

Keluarga pasien sering menyapa tetangga dan sering bekerjasama dengan mereka.

d. Fungsi ekonomi

Pasien dirumah sebagai anak, hidup dapat tercukupi dari pendapatan ± Rp. 500.000,-.

Namun kebutuhan gizi kurang terpenuhi dengan menu makanan yang tidak seimbang

setiap harinya.

e. Fungsi religius

Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik. Pasien memang belum

mampu sholat lima waktu. Tapi keluarga kurang mengikuti kegiatan keagamaan di

lingkungannya.

f. Fungsi pendidikan

Pasien belum disekolahkan. Sementara dari pendidikan keluarga kurang, sehingga

kurang mengerti atau menyadari tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.

O. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Keluarga Kesehatan

a. Pencegahan penyakit

Pasien dan keluarga pasien kesadaran akan pencegahan penyakit masih kurang. Hal ini

dapat dilihat dari ayah pasien yang masih merokok di dalam rumah serta ventilasi yang

kurang, selain itu keluarga pasien tidak terbiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum

dan sesudah makan dan sesudah buang air besar, tidak mencuci tempat makan dan minum

pasien dengan air hangat, keluarga pasien kurang rajin membersihkan rumah.

b. Gizi keluarga

26

Page 27: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Pemenuhan gizi keluarga kurang tercukupi karena tingkat pendidikan dan ekonomi yang

kurang baik.

c. Higiene dan sanitasi lingkungan

Karena rumah pasien tidak memiliki sumur resapan dan jerambah sumur pasien tidak

kedap air serta tempat sampah di dalam rumah yang tidak ditutup, maka sanitasi dasar

pada keluarga ini belum memenuhi syarat. Walaupun di sekitar rumah pasien tidak

ditemukan genangan air yang dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk.

d. Penggunaan pelayanan kesehatan

Pasien dan keluarganya selalu memeriksakan diri di pelayanan kesehatan jika terjadi

gangguan kesehatan.

P. Identifikasi Masalah Keluarga dan Perencanaan Pembinaan Keluarga

Masalah yang

dihadapi

Rencana

pembinaan

Sasaran

pembinaan

Contoh pembinaan

1 Lingkungan

rumah yang

kurang baik

Edukasi keluarga Edukasi pentingnya

menjaga kebersihan

lingkungan, Identifikasi

masalah penyebab,

mencoba mencari alterntif

solusi yang ada

Q. Pola Hidup Bersih dan Sehat

No Indikator/ pertanyaan Keterangan Jawaban

A. Perilaku Sehat Ya Tidak

1. Tidak Merokok

Ada yang memiliki

kebiasaan merokok

Seluruh anggota keluarga tidak

merokok dalam 3 bulan

terakhir

O

2. Persalinan

Dimana ibu melakukan

Ditolong bidan, dokter,

perawat?

O

27

Page 28: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

persalinan?

3. Imunisasi

Apakah bayi ibu sudah

diimunisasi lengkap?

Imunisasi lengkap (BCG, DPT

1,2,3, polio, hepatitis, campak)

dilakukan semua yang ada

O

4 Balita di timbang

Apakah balita ibu sering di

timbang? Dimana/

Penimbangan di posyandu O

5 Sarapan Pagi

Apakah anda dan anggota

keluarga mempunyai

kebiasaan sarapan pagi?

Makanan yang dikonsumsi

setiap hari

O

6 Dana Sehat / JPKM

/ASKES

Apakah anda ikut menjadi

peserta dana sehat/ASKES?

Apakah memiliki ASKES,

JPKM, Jamsostek. Askeskin

O

7 Cucu Tangan

Apakah anggota keluarga

mempunyai kebiasaan

mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum

dan sesudah buang air besar?

Seluruh anggota keluarga

memiliki kebiasaan mencuci

tangan dengan air bersih dan

sabun

O

8 Gosok Gigi

Apakah anggota keluarga

memiliki kebiasaan gosok

gigi menggunakan odol?

Seluruh anggota keluarga

melakukan kebiasaan

menggosok gigi

O

9 Aktifitas Fisik / Olah Raga

Apakah anggota keluarga

melakukan aktifitas fisik atau

olah raga teratur?

Seluruh anggota keluarga

melakukan aktifitas fisik setiap

hari minimal 30 menit ?OR

minimal 3 x seminggu

O

B. Lingkungan Sehat

1. Jamban Bila rumah tidak ada tapi O

28

Page 29: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Apakah di rumah tersedia

jamban dan seluruh anggota

keluarga menggunakannya?

menggunakan MCK untuk

BAB maka jawaban tetap “Ya”

2. Air Bersih dan Bebas

Jentik

Apakah di rumah tersedia air

bersih dengan tempt/tandon

air tidak ada jentik?

Bila rumah tidak memiliki

sumber air tetapi menggunakan

MCK / kran umum untuk

mendapatkan air berrsih maka

jawaban “Ya”

O

3. Bebas Sampah

Apakah di rumah tersedia

tempat sampah? Dan di

lingkungan di sekitar rumah

tidak ada sampah

berserakan?

Rumah terlihat bersih/bebas

sampah dan tersedia tempat

sampah di dalam/ di luar

rumah

O

4. SPAL

Apakah ada/ tersedia SPAL

di sekitar rumah?

Lingkungan yang bersih tidak

ada air limbah yang

menggenang

O

5. Ventilasi?

Apakah ada pertukaran udara

dalam rumah?

Ukuran ventilasi lebih kurang

1/10 luas lantai untuk setiap

ruangan

O

6. Kepadatan

Apakah ada kesesuaian luas

rumah dengan jumlah

anggota keluarga?

Pengukuran kepadatan dimana

1 orang penghuni

membutuhkan luas

2mx2mx2m

O

7. Lantai

Apakah lantai rumah bukan

tanah?

Seluruh lntai ruma disemen

atau ubin atau kayu

O

C. Indikator Tambahan

1. ASI Ekslusif

Apakah ada bayi usia 0-6

Hanya untuk bagi keluarga

yang mempunyai bayi usia 0-6

O

29

Page 30: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

bulan hanya mendapatkan

ASI saja sejak lahir sampai 6

bulan?

bulan, bila rumah tangga tidak

ada bayinya jawaban tetap

“ya” tetapi dicatat dalam

lembar catatan

2 Konsumsi Buah dan Sayur

Apakah anggota keluarga

mengkonsumsi buah dan

sayur setiap hari?

Semua anggota keluarga

mengkonsunsi buah dan sayur

O

Jumlah 11 7

Klasifikasi

SEHAT I : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 1-5 Pertanyaan (merah)

SEHAT II : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 6-10 Pertanyaan (kuning)

SEHAT III : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 10-15 Pertanyaan (hijau)

SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 16-18Pertanyaan (biru)

Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab “Ya” ada 11 prtanyaan yang berarti

identifikasi keliuarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam

klasifikasi SEHAT III.

R. Diagnosis Kedokteran Keluarga

a. Diagnosis

bronkiolitis pada penderita batita dengan lingkungan kesehatan yang kurang

b. Bentuk Keluarga

Extended familiy

c. Siklus kehidupan keluarga

Families with young children

d. Fungsi keluarga yang terganggu

Fungsi kesehatan dan religi

e. Faktor yang mempengaruhi

Fungsi kesehatan dan religi

f. Faktor yang dipengaruhi

30

Page 31: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

Fungsi kesehatan, gizi dan kebersihan lingkungan

S. Pelaksanaan Program

No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil

1 Sabtu, 20

February 2010

Pukul 16.00

Anamnesis dan

pemeriksaan fisik

Pengumpulan data-

data

Pasien,

orang tua

Didapatkan data dan faktor

resiko timbulnya bronkiolitis

2 Minggu, 21

February 2010

Pukul 13.00

Konseling tentang

kebersihan

lingkungan

keluarga Orang tua Pasien dan nenek

dalam tahap ada keinginan

untuk berubah

keluarga faham perlunya

menjaga kesehatan dan

didapatkan faktor penyebab

adalah faktor ekonomi

31

Page 32: presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang sehat

DAFTAR PUSTAKA

1. Ismangoen, H, Naning. R, 1994, Bronkiolitis, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, FK UGM, Yogyakarta, hal. 1-9.

2. Behrman, R.E, 1990, Bronchiolitis, in the book, Nelson : Essentials of Pediatrics, W.B Sounders Company, Philadelphia, pg. 431-3.

3. Behrman, R.E, 1992, Bronkiolitis, dalam Ilmu Kesehatan Anak, ed. 12 bag. 2, alih bahasa Radja M.M, EGC, Jakarta, hal. 614-7.

4. Anonim, 1985, Bronkiolitis akut, dalam Buku Kuliah Jilid 3 Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, 1233-4.

5. Mansjoer, A., dkk, 1999. Bronkiolitis Akut, dalam buku Kapita Selekta Kedokteran. ed. Ketiga jilid pertama Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, hal. 468-9.

6. Anonim, 2000. Bonkiolitis Akut, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP         Dr. Sardjito, Medika, FK UGM, Yogyakarta, hal. 138-9.

7. Schwartz, M.W., 1976, Respiratory Distress in the book Clinical Handbook of Pediatrics, Williams & Wilkins, A Waverly Company, Philadelphia, pg. 576.

8. Anonim, 1989, Respiratory in the book, Paediatric Handbook, Royal Children’s Hospital, Melbourne, Australia, pg. 117.

9. Wiyono A. et al. Panduan kepaniteraan program pendidikan Profesi Kedokteran keluarga, 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

32