Upload
emiputri
View
21
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
trauma anak
Citation preview
BAB II
ISI
Tumbuh Kembang
A. Definisi pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh yang mengikuti BB, TB, LK,LD,dll, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ tubuh.
B. Definisi perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematanngan fungsi-fungsi system organ tubuh.
1. Factor-faktor yang berperan dalam perkembangan seorang anak:a. Keturunan genetic terutama orang tua, ayah, ibu, nenek, dan kakek.
Lingkungan(fisiko-bio-psiko-sosial) yang terdiri atas beberapa hal berikut. Nutrisi Paparan toksin / zat kimia Infeksi janin pasca natal Kebersihan dan sanitasi Social ekonomi Obat-obatan Lingkungan pengasuhan Pemberian sitmulasi atau rangsangan Kualitas pengasuh Teman serta sekolah
2. Apa yang dibutuhkan anak?a. Kubutuhan fisik dan biomedis.
Nutrisi yang ade kuat dan seimbangh atau gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) yang dibutuhkan bayi adalah asi eklusif,MP-ASI dan makanan anak.pemberian makan pada anak selai untuk mencukupin kenutuhan fisikya juga untk mendidik makan anak.
b. Nutrient yang penting Zat pembangun terdiri atas protein hewani dan nabati.
Protenin mengandung asam amino ensensia,antara lain lisin,leusin,isoleusin,metionin,fenilalanin,treonin,triptofan,falin,danistidin.zat ini berfungsi untuk menganti jaringan yang rusak.
Zat sumber tenaga atau energi.
1
Zat penunjang membrane sel yang bersumber dari lemak(susu,keju,kuning telur,dll).lemak merupakan sumber energy utama bagi bayi
Zat pelindung yang terdiri atas vitamin dan mineral.vitamin yang larut dalam lemak(A,D,E,K).
Air memiliki porsi terbesar dalam tubuh Butrisiyang dibutuhkan otak,seperti
glukosa,vitamin,mineral dan zat gizi esensial.
3. Periode krisisa. Jika bayi lahir dengan lingkar kepala 75% orang dewasab. Perkembngan lingkar kepala didua tahun pertama adalah sebagai berikut
6 bulan pertama:1 cm perbulan. 6 bulan kedua: 0,5 cm perbulan 12 bulan kedua: 2 cm pertahun
c. Usia 18 tahun Lingkar kepala anak perempuan : 52-57,5 cm Lingkar kepala laki-laki: 52-59 cm
4. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal.Tumbuh kembang optimal dipengaruhin hal berikuta. Ada ya kesulitan makan
Nafsu makan dipengaruhi:1. Penyakit seperti sistemik,mulut gigi,gusi,tengorokan,usus dll2. Perhatian pada mainan atau bermain dengan emosi
Makanan yang meliputi bentuk warna,baud an rasa.b. Suplemen yang bergantung pada kebutuhan anak,masukan tiap anak
maslah tiap anak,dan tumbuh kembangc. Sandang atau pakaian
Berikan pakain sesuai dengan anak. Perhatikan jenis bahan pakaian.
d. Perawatan kesehatan dasar yang meliputi imunisasi pengobatan dini setara tepat,serta mencegah kecacatan.
e. Perhatikan kelayakan dan kebersihan tempat anak yang melipuuti ade kuatnya ventasasi dan pecahayaan
f. Keutuhan tempat tinggal minimal 7m perorangg. Kesegaran jasmain yang meliputi olahraga dan rekreasih. Kebersihan
Kebersihan badan dapat dicapai dengan mencuuci tangan,mempotong kuku,mandi,mencuci rambut,dll
Kebersiahn makanan dalam sayur,buah,jajanan,air,peralatan makan,dan peralatan minum
Kebersihan lingkungan dari asap rokok,asap mobil,debu,sampah,dll
2
` I bermain atau aktifitas fisikJ tidur atau istirahat
Brguna dalam rangsang pertumbuhan anak. Kebutuhan istirahat berbeda dengan usia lain
Contoh,anak usia 5 tahun memiliki kebutuhan tidur sekitar 11 jam perhari,
k. memlalui tempat pelayanan kesehatan,orang tua dapat melakukan pencegahan penyakit melalui KIE dan imunisasi memantau tumbuh kembang anak serta mendeteksi dini penyaik,sesegera mungkin diberikan intervensi
5. Kebutuhan emosi dan kasih sayinga. Terjadi sejak kehamilan berusia 6 bulan.b. Kasih saying orang tua dapat meberikan rasa amanc. Abak diberikan contoh,dibantu,didorong,dan dihargai,bukan dipaksad. Ciptakan susasana kegembiraane. Kemandirianf. Dorongan dari seorang sekelilingyag. Mendapatkan kesempatan dan pengalamanh. Menubuhkan rasa memilikii. Kempimpinan dan kerjasama
6. Kebutuhabn atas stimulasia. Sitimulasi merupakan sikal cikalbbakal proses pembelajaraan anak terdiri
atas pendidikan dan penelitianb. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada dilingkungan anak seperti
bermain,berdiskusi,dllc. Bila ada rangsangan,maka akan tebentuk hubungand. Kpan stimulasi dilakukan?
Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenisi stimulasi dilanjutkan sampai anak bberusia 3 tahun ketika sinaptogenisi berhakhir dan usia 14 tahun yang merupakan akhir ptunning
Semakinj dini dan semakin lam stimulasi diberikan,maka akan semakin besar dan lama manfaatnya
1) 0-6bulan:penyusaian dan presepsi ibu2) 0-36bulan:intelektual dan perilaku3) 0-48 bulan: kognitif4) 0-96 bulan: ,membaca dan menghitung
Prinsip-prinsip tumbuh kembang anak 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu
3
2. Tumbuh kembang tergantung maturasi dan myelinisasi susunan saraf 3. Pola perkembangan selalu sama, tetapi kecepatannya berbeda 4. Refleks primitif akan hilang digantikan dengan gerak volunter 5. Arah perkembangan chepalo caudal, proksimodistal 6. Diawali dengan gerak motorik kasar baru diikuti dengan gerakan motorik halus 7. Aktifitas general diganti dengan respon individu yang khas.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak I.Faktor Internal
1. Perbedaaan ras etnik atau suku bangsaTinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras kulit putih mempunyai ukurantungkai yang lebih panjang daripada ras mongol2. Umur Kecepatan pertumbuhan yang cepat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masaremaja.3. Jenis kelaminWanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki, pubertas wanita lebih cepat dari laki-laki.
4. Kelainan kromosomKelainan kromosom disertai kegagalan pertumbuhan sepertiSyndrom Downdan SyndromTurner.
II.Faktor Eksternal1.Faktor Prenatal
a. Gizi Nutrisi ibu hamil dalam trimester akhir mempengaruhi pertumbuhan janin
b. MekanisPosisi fetus abnormal menyebabkan kelainan congenital seperti Club Foot
c. Toksin/Zat kimiaMasa organogenesis sangat peka terhadap zat-zat teratogen ( obat anti kanker ), obatkontrasepsi menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
d. EndokrinDM menyebabkan bayi lahir dengan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.e. RadiasiPaparan Radium dan sinar rontgen menyebabkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,spina bifida, ratardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata dan jantung.f. InfeksiInfeksi pada trimester pertama dan Kedua oleh TORCH dan penyakit virus lainnyamenyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dankelainan jantung congenitalg. Kelainan ImunologiRhesus atau Inkompatibilitas ABO menyebabkan abortus, hidrosefalus, Kern Ikterus ataulahir mati.
4
h. Anoksia EmbrioMenurunnya oksigenasi janin melalui gangguan plasenta menyebabkan BBLRi. Psikologis IbuKehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasa mental pada Ibu Hamil dapatmenyebabkan cacat bawaan pada janin.
2. Faktor PersalinanKomplikasi Persalinan pada bayi seperti Trauma Kepala dan Asfiksia dapat menyebabkanKerusakan jaringan otak.
3. Pasca-Natal:.
a. GiziUntuk tumbuh Kembang Bayi diperlukan asupan nutrisi yang adekuat b. Penyakit Kronis/kelainan congenitalTuberculosis, Anemia, Kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.c. Lingkungan Fisis dan kimiaSanitasi lingkungan kurang baik,kurang sinar matahari mempunyai dampak pada pertumbuhan anak.d. PsikologiAnak yang tidak dikehendaki orangtua atau anak yang tertekan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.e. EndokrinGrowth-Hormone mempengaruhi pertumbuhan tulang, Tiroid mempengaruhi fungsimetabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Gonadotropin berperan dalam Reproduksi danFertilitasf. Sosial EkonomiKemiskinan berkaitan dengan Kekurangan Nutrisi, kesehatan lingkungan yang jelek yangakan menghambat pertumbuhang. Lingkungan PengasuhInteraksi Ibu-Anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak h. StimulasiAnak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembangdibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasii. Obat-obatanObat Kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian dengan pemakaian obat perangsang pada susunan saraf pusat menyebabkan terhambatnya produksihormone pertumbuhan.
Tanda -tanda vital seorang manusia antara lain:1. Tekanan darah2. Nadi / pols3. Suhu Tubuh / temperatur4. PernapasanTEKANAN DARAHJumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
5
- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:* Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg* Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg* Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:- Lengan atas- Pergelangan kaki
NADINadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:- Bayi baru lahir : 140 kali per menit- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
6
- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:* Untuk mengetahui kerja jantung* Untuk menentukan diagnosa* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:- Ateri radalis : Pada pergelangan tangan- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis- Arteri caratis : Pada leher- Arteri femoralis : Pada lipatan paha- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki- Arteri politela : pada lipatan lutut- Arteri bracialis : Pada lipatan siku- Ictus cordis : pada dinding iga, 5 - 7
SUHUTempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 - 15 menit- Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 - 5 menit- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 - 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC - 37,5oCSeseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya < 36oCSeseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
7
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC - 38oC- Febris : Jika bersuhu 38oC - 39oC - Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
PERNAPASANPola pernapasan adalah:- Pernapasan normal (euphea)- Pernapasan cepat (tachypnea)- Pernapasan lambat (bradypnea)- Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:- Bayi : 30 - 40 kali per menit- Anak : 20 - 50 kali per menit- Dewasa : 16 - 24 kali per menit
Hidung dan mulutNormalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.
Faring Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta makanan dari mulut harus melalui faring ini.
Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur pernapasan dan akan bersambungan dengan paru.
EpiglotisTrakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang dinamakan
8
epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak.
Laring dan trakeaLaring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi, trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.
Bronkus dan paru
Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
Penilaian jalan napas pada korbanMembuka jalan napasLidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.
Head tilt / Chin liftTehnik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :
1. Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).
2. Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang.
3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.
9
4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu menengadahkan kepala.
5. Pertahankan posisi ini.
Jaw trust Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :
1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.
2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari
Penilaian jalan napasPatensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya. Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).
Pernapasan (Breathing)DefenisiBernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum;
Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (30-40x/menit)
Dada sampai mengembang
10
Pernapasan dikatakan tidak baik/tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekuensi napas dalam satu menit Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas) Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot
perut) Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan Tidak ada gerakan dada Tidak ada suara napas Tidak dirasakan hembusan napas Pasien tidak sadar dan tidak bernapas
Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:
Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap (posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban masih bernapas atau tidak
Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas) :
Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari/menghubungi gawat darurat)
Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head tilt dan chin lift)
Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam dan ke arah luar
Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
11
Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke langkah CPR
Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit
SirkulasiDefenisiSistem sirkulasi atau pompa darah pada tubuh manusia dilakukan oleh jantung. Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Pada keadaan henti jantung dimana jantung berhenti berdenyut dan berhenti memompakan darah ke seluruh tubuh, maka organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen. Organ yang paling rentan untuk terjadi kerusakan akibat kekurangan oksigen adalah otak. Hal ini disebabkan karena sel-sel otak mengkonsumsi energi yang berasal dari oksigen saja. Tanpa oksigen, proses hidup sel otak akan terganggu. Dalam waktu 4-6 menit tanpa oksigen, sel-sel otak akan mulai mengalami kerusakan. Setelah 8-10 menit sel otak akan rusak permanen.
Tindakan resusitasi jantung paru diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh tubuh walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Untuk membantu sirkulasi dapat dilakukan kompresi jantung atau kompresi dada.
Tanda-tanda henti jantung
Pada korban yang dicurigai terjadi henti jantung harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan kompresi jantung. Korban yang mengalami henti jantung sudah pasti dalam keadaan tidak sadarkan diri. Periksa segera jalan nafas dan apakah ada usaha bernafas (Breathing). Setelah itu kita periksa denyut jantung dengan meraba denyut arteri karotis. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut. Rasakan denyut hingga 10 detik. Bila tidak dirasakan sama sekali denyut jantung lakukan kompresi dada.
Langkah-langkah kompresi jantung :
12
1. Letakkan korban di tempat yang datar dan keras2. Bebaskan dada korban dari baju yang dikenakan korban3. Perlu diingat sebelum melakukan kompresi dada jalan nafas harus dipastikan
tetap bebas4. Letakkan punggung telapak tangan kanan atau tangan yang dominan tepat di
tengah-tengah tulang dada diantara kedua puting susu.5. Letakkan tangan yang satu lagi diatas tangan yang dominan tad
6. Pastikan kedua tangan dapat saling terkait dengan stabil7. Arahkan bahu agar tepat berada diatas kedua telapak tangan tersebut hingga
lengan menjadi lurus8. Dengan menggunakan bantuan berat badan, lakukan penekanan ke dada
korban hingga kedalaman 4-5 cm9. Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali kemudian diselingi dengan nafas
buatan sebanyak 2 kali. Ini merupakan satu siklus. 10. Setelah lima siklus, dapat diperiksa kembali apakah sudah ada denyut
jantung. Bila belum ada, ulangi kembali siklus
KONSEP DASAR MEDIS
TRAUMA KEPALA
A. PENGERTIAN
Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
13
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan.
Comutio cerebri (Trauma Kepala) adalah luka yang terjadi pada kulit
kepala, tulang kepala atau otak (Billing dan Stokes, 1982).
Trauma kepala dapat mempengaruhi perubahan fisik maupun
psikologis bagi klien dan keluarganya (Siahaan, 1994).
B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,
jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan
bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai
70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau
kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme
anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml /
menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup
aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.
Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan
P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
14
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol
akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada
pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
C. MANIFESTASI KLINIS
CEDERA KEPALA PRIMER
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi -
decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gegar kepala ringaN.
2. Memar otak
3. Laserasi
CEDERA KEPALA SEKUNDER
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
1. Hipotensi sistemik
2. Hipoksia
3. Hiperkapnea
4. Udema otak
5. Komplikasi pernapasan
D. TANDA DAN GEJALA
a. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater
akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media
yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam
15
sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan
parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran
Nyeri kepala
Muntah
Hemiparesis
Dilatasi pupil ipsilateral
Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
b. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi
akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan
vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan
sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan
kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah :
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak
karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
· Nyeri kepala
16
· Penurunan kesadaran
· Komplikasi pernapasan
· Hemiplegia kontra lateral
· Dilatasi pupil
· Perubahan tanda-tanda vital
c. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh
darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang
hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Dilatasi pupil ipsilateral
Kaku kuduk
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin: Hb, hematokrit, lekosit, trombosit,
elektrolit, ureum, kreatinin, glukosa, golongan darah, analisa gas darah
bila perlu.
Foto kepala: AP, Lateral, Towne.
Foto sevical bila ada tanda-tanda frakturt servical.
CT- Scan
Arteriografi kalau perlu.
Burr Holes: dilakukan bila keadaan pasien cepat memburuk disertai
dengan penurunan kesadaran
17
F. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan: Dexamethason/Kalmethason sebagai pengobatan anti
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%
atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidazole.
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dektrose 5%, aminofisin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
kemudian diberikan makanan lunak.
Pembedahan.
Pada trauma berat. Karena hari-hari pertyama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium
dan elektrolit, maka hari-hari [ertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
cairan. Dekstrose 5% 8 jam pertama, Ringe dekstrose 8 jam kedua dan
Dekstrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran
rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 cc
TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N.
18
1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan
sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada
bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital
lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
2. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah,
pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
3. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran / GCS ( < 15 ), Confulsi, Muntah ,Dispnea /
takipnea, Sakit kepala, Wajah simetris / tidak, Lemah, Luka di kepala,
Paralise, Akumulasi sekret pada saluran napas, Ada nya liquor dari
hidung dan telinga, Kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan
dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya.
demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai
penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga
sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat
mempengaruhi prognosa klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS
< 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang
positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemipareseS.
19
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai
batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus
I, II, III, V, VII, IX, XII.
Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana
pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Complikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh
keluarga sebagai sumber informasi.
B. DIAGNOSA
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat
napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan
penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran
(soporos - coma )
20
5. Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi,
tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
6. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
I. TRAUMA DADA
1. KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).
B. ETIOLOGI
1. Trauma tembus
a. Luka Tembak
b. Luka Tikam / Tusuk
2. Trauma tumpul
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Jatuh
21
c. Pukulan pada dada
C. KLASIFIKASI
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan.
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).
D. PATOFISIOLOGI
Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang
sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat
jantung, paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan
gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat
membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru
untuk pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan
luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.
Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang
dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa
penetrasi atau non penetrasi ( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin
disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara
atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme
22
ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi
paru, kantung dan struktur thorak lain.
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, pembengkakan
lokal
3. dadanya dan bernafas pendek
4. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
5. Penurunan tekanan darah
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Tamponade jantung :
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
e. Pekak jantung melebar
f. Bunyi jantung melemah.
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
23
i. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks :
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
G. KOMPLIKASI
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur
klep jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi : foto thorax (AP).
24
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Oraksentesis : menyatakan darah/cairan
G. PENATALAKSANAAN
1. Darurat
a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar
yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :
Waktu kejadian
Tempat kejadian
Jenis senjata
Arah masuk keluar perlukaan
Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka,
kalau perlu seluruhnya.
Inspeksi
o Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin
tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.
o Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
o Akhir dari ekspirasi.
Palpasi
o Diraba ada/tidak krepitasi
o Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
25
o Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
Perkusi
o Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
o Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor
seperti garis lurus atau garis miring.
Auskultasi
o Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
o Bising napas melemah atau tidak.
o Bising napas yang hilang atau tidak.
o Batas antara bising napas melemah atau menghilang
dengan yang normal.
o Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.
2. Therapy
Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
WSD (hematotoraks).
Pungsi.
Torakotomi.
Pemberian oksigen.
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
26
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,
tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru
kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;
fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ;
kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,
bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
27
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma
II. TRAUMA ABDOMEN
1. KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
28
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium)
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).
C. PATOFISIOLOGI
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
1. Trauma tumpul abdomen
Kehilangan darah
Memar/jejas pada dinding perut
Kerusakan organ-organ.
Nyeri
Iritasi cairan usus
2. Trauma tembus abdomen
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
1 & 2 menyebabkan :
29
Kerusakan integritas kulit
Syok dan perdarahan
Kerusakan pertukaran gas
Risiko tinggi terhadap infeksi
Nyeri akut (FKUI, 1995).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) :
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Kehilangan darah.
Memar/jejas pada dinding perut.
Kerusakan organ-organ.
Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut.
Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
E. KOMPLIKASI
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
30
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada
usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam
lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi
pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis
urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
trauma saluran kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul
perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau
trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang
berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20
yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah
atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli
terlebih dahulu.
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut
dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang
dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
31
Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin
yang keluar (perdarahan). Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus
dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus
tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung,
buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ;
cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
1. Trauma Tembus abdomen
Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan,
kekuatan tumpul (pukulan).
Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar
sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah
tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi
peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan
kedalam rongga abdomen).
Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan
melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas,
penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen,
observasi cedera yang berkaitan.
Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
32
2. Trauma tumpul abdomen
Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan,
tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-
hal sebagai berikut :
- Metode cedera.
- Waktu awitan gejala.
- Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering
menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
- Waktu makan atau minum terakhir.
- Kecenderungan perdarahan.
- Penyakit danmedikasi terbaru.
- Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
- Alergi.
Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk
mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.
B. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh
darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
a. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta
sistem saraf.
33
b. Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
didapatkan.
c. Gunting baju dari luka.
d. Hitung jumlah luka.
e. Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera
abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
a. Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan
bendungan luka dada.
b. Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan
cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
c. Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap
transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan
internal.
d. Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi
tempat perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini
membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi
terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru
karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
salin basah untuk mencegah nkekeringan visera.
a. Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
b. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya
peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian
adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
34
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital,
haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila
diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat
ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi
peritonium pada kasus luka tusuk.
a. Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b. Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
c. Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x
menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.
11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma
dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier
mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan
manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma,
eviserasi, atau hematuria.
35
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
(Wilkinson, 2006) adalah :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan
integritas kulit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak
nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
Penatalaksanaan Trauma Pada Anak
1. Airway
Tujuan utama dari resusitasi awal adalah pemberian oksigenasi yang
adekuat kejaringan secepat mungkin. Jalan napas yang paten atau
baik harus dipastikan dan dipertahankan dengan saksyen, maneuver
36
manual,dan alat-alat dengan proteksi tulang belakang. Sama seperti
pada orang dewasa penanggulangan awal termasuk stabilisasi tulang
belakang. Posisi kepala anak dalam keadaan lurus, atau dalam
keadaan menghirup. Masukkan oroparingeal juga tidak dimasukkan
secara terbalik dengan catatan anak tersebut tidak mengalami gag
reflex. Bila dilakukan pemasangan intubasi lebih disukai dengan
visualisasi oro tracheal intubasi.
2. Breating
Menit volume dan ventilasi harus di evaluasi dengan hati-hati, karena
perubahan yang cepat dari hipoksia kepernapasan terhenti. Ventilasi
harus dibantu, jika dyspnea dan ventilasi meningkat. BVM dengan
ukuran yang tepat dengan reservoir dan oksigen dengan konsentrasi
tinggi untuk memberikan konsentrasi 85% dan 100% harus digunakan
pulseoksimetri secara terus-menerus sebagai alat monitoring. SpO2
harus selalu 95%.
3. Sirkulasi
Bila perdarahan luar telah teratasi atau terkontrol, perkusi juga harus
dievaluasi. Untuk anak yang mengalami kasus trauma yang
memperlihatkan tanda-tanda syok karena perdarahan factor kuncinya
adalah pergantian darah dan transfer ke fasilitas RS yang tepat.
4. Disability
Pada anak dalam pengukuran gcs, berbeda dengan orang dewasa,
pada poin verbalnya. Dan penghitungan gcs ini sangat berguna
bilamana diaplikasikan pada kelompok umur anak. Walaupun
demikian komponen skor”verbal” harus dimodifikasi untuk anak-anak
kurang dari 4 tahun. Karena sering kali terdapat perkembangan
37
tekanan intrakanial harus dilakukan secara dini pada saat resusitasi
bila ditemukan:
a. Skor GCS<8 atau skor motorik 1-2
b. Cidera multiple yang membutuhkan resusitasi cairan nassib,
tindakan oprasi toraks dan abdomen dengan penyelamatan
jiwa atau bila stabilisasi penilaian penderita berlangsung lama.
Anak-anak lebih sering mengalami cidera saraf spinal tanpa
kelainan radiologis dibandingkan orang dewasa. Gambaran tulang
belakang yang normal ditemukan sampai 2/3 kasus anak-anak
yang mendrita kasus cidera saraf spinal. Karenanya bila dicurigai
cidera spinal berdasarkan pemeriksaan neurologis, gambara
radiologis tulang belakang yang normal tidak menyingkirkan
cidera saraf spinal yang siknifikan. Bila terdapat kegaruguan dari
integritas tulang leher, harus selalu dianggap terdapat cedera yang
tidak stabil, pertahankan imobilisasi kepala dan leher anak dan
mengusahakan konsultasai dengan dokter spesialis yang tepat
untuk obat dan penanganan lanjut.
38
BAB III
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/04/askep-gadar-dengan-kondisi-
trauma-dada.html
http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/askep-cidera-kepala.html#ixzz27ITyHgXf
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8
Vol.3. EGC : Jakarta.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-trauma-
abdomen.html
Dewi,Vivian nanny lia tahun 2010,asuhan neonatus bayi dan anak balita.Salemba
medika: Jakarta
Diklat Ambulance Gawat Darurat. 2007. Basic Trauma and Cardiac Life Support
Program Untuk Perawat. Ambulance Gawat Darurat 118. Jakarta.
40