Upload
phungthuan
View
264
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan bahasa yang termasuk dalam sub-rumpun Semit
(Dalby, 2004: 25). Bahasa ini termasuk bahasa yang paling luas penuturannya
karena merupakan bahasa Alquran yang dibaca jutaan kaum muslim di seluruh
penjuru dunia. Bahasa ini merupakan bahasa resmi 20 negara di Timur Tengah
dan beberapa negara Afrika, seperti: Maroko, Algeria, Mauritania, Tunisia, Libya,
Mesir, Sudan, Djibouti, Somalia, Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat
Arab, Oman, Yaman, Yordania, Syiria, Irak, dan Libanon. Selain itu sejak akhir
abad 19, komunitas penutur bahasa Arab di luar Timur Tengah mulai muncul,
sehingga saat ini penutur bahasa Arab berjumlah sekitar 200 juta orang (Holes,
2004:1).
Penutur bahasa Arab yang berasal dari tempat yang berbeda-beda dapat
menimbulkan variasi regional bahasa Arab. Meskipun pada dasarnya terdapat
keseragaman bahasa di wilayah tertentu, akan tetapi terdapat sub-kelompok
bahasa berbagai bahasa Arab colloquial (Amiyah, sehari-hari). Bahasa Amiyah
daerah satu berbeda dengan bahasa Amiyah daerah lainnya, bahkan suatu dialek
memiliki variasi meskipun terdapat dalam satu negara yang sama.
Warschauer dkk dalam Allehaiby (2013: 53) memaparkan bahwa variasi
bahasa Arab muncul dalam bentuk lisan dan tulisan. Secara umum bahasa Arab
ditulis dengan ortografi Arab. Namun sejak tahun 1990-an, mulai muncul bahasa
Arab yang ditulis dengan tulisan Latin. Hal ini muncul ketika sebagian besar
2
negara Arab mulai menyadari pentingnya meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris yang pada saat itu sedang mendominasi alat-alat teknologi dan hal
ihwalnya, seperti Short Message Service (pesan singkat, selanjutnya disingkat
SMS), chat (percakapan daring), dan telepon genggam. Saat itu peralatan-
peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi hanya didukung oleh bahasa
Inggris, sehingga bahasa yang ditulis dengan ortografi non-Latin tidak dapat
didukung oleh perangkat komunikasi tersebut. Oleh sebab itu, penutur bahasa
Arab mengembangkan komunikasi dan pesan bahasa Arab ke dalam tulisan Latin,
yang dikenal dengan istilah Arabizi (Yaghan, 2008).
Arabizi adalah romanisasi non-standar tulisan Arab yang diadopsi secara
luas untuk berkomunikasi melalui Internet (World Wide Web, electronic mail)
atau untuk mengirimkan pesan ketika ortografi Arab tidak tersedia karena alasan
teknis atau karena ortografi Arab lebih sulit untuk digunakan (Bies, 2014).
Menurut Yaghan (2008) dan Attwa (2012) kata Arabizi tersusun dari kata
Arabic dan Inglizee (bahasa Arab dari kata “bahasa Inggris/English”). Fenomena
ini merupakan respon dari tersebarnya teknologi barat, seperti SMS dan electronic
mail, yang harus menggunakan ortografi Latin. Sebenarnya, sebagian besar
peralatan dan aplikasi tersebut tidak mendukung tulisan Arab, oleh karena itu para
penutur Arabizi mencari cara untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab yakni
menggunakan tulisan Latin (satu-satunya tampilan keyboard yang tersedia di
dunia Arab pada saat itu) (Elmahdy et al, 2011). Oleh karena itu, Arabizi
diciptakan. Meskipun secara teknik, peralatan teknologi dan internet telah
diupdate untuk mendukung tulisan non-Latin, termasuk tulisan Arab, penutur
bahasa Arab tetap menggunakan Arabizi (Attwa, 2012).
3
Ghaffar dkk, (2011) mengatakan alasan penggunaan Arabizi adalah
penutur merasa lebih mudah dan lebih cepat untuk mengetik dalam huruf bahasa
Latin dari pada huruf Arab, karena mereka merasa huruf Arab tidak terdukung
oleh peralatan teknologi. Beberapa penutur juga melihat Arabizi sebagai fashion
yang membuat mereka terlihat "keren" (Essawy, 2010) dan lainnya hanya
menggunakan Arabizi untuk “mengikuti arus" (Ghaffar dkk, 2011). Beberapa
penutur lain melaporkan bahwa mereka menggunakan Arabizi karena mereka
terlalu malas untuk mengganti keyboard karakter Arab saat mengetik dalam
ortografi Latin. Mayoritas penutur menyatakan bahwa Arabizi tidak memengaruhi
identitas mereka sebagai orang Arab, meskipun mungkin melemahkan
kemampuan bahasa Arab mereka (Ghaffar dkk, 2011). Selain itu, Arabizi
dikatakan mampu membantu para penutur untuk mengalihkan kode bahasa Arab
dan Inggris dengan mudah (Palfreyman dan Khalil dalam Ghaffar dkk, 2011).
Arabizi bisa ditemukan di negara-negara Timur Tengah dan Afrika yang
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resminya. Pada umumnya bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa sehari-hari, dengan demikian
perbedaan bahasa sehari-hari tersebut juga memengaruhi penuturan Arabizi di
setiap daerah. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada Arabizi di satu daerah,
yakni colloquial Mesir.
Jazirah Arab yang berada di benua Asia biasanya dikenal dengan nama al-
Mashri>q dan bagian Afrika Utara dikenal dengan sebutan al-Maghri>b (Kaye,
2009: 560), sedangkan Mesir secara geografis merupakan mata rantai yang
menghubungkan antara barat dan timur. Dengan demikian, dialek Mesir dapat
dianggap sebagai jembatan antara dialek al-Mashri>q dan dialek al-Maghri>b. Inilah
4
sebabnya dialek Mesir menjadi dialek yang paling banyak digunakan dan
memiliki tingkat mutual intelligibility (dapat dimengerti) yang tinggi di
keseluruhan dialek-dialek Arab (Aribowo, 2011: 25).
Fenomena Arabizi di Mesir biasanya digunakan pada alat komunikasi
berbasis komputer (atau media sosial) baik daring maupun luring seperti,
handphone, laptop, dan komputer. Penutur Arabizi rata-rata adalah kalangan
remaja sampai dewasa. Mereka biasa menggunakan bahasa Amiyah dengan tulisan
Latin agar lebih mudah mengetik dalam media sosial. Penuturan Arabizi biasanya
dapat ditemukan dengan mudah pada akun facebook, twitter, whatsapp, dan blog.
Berikut contoh penuturan Arabizi.
No. Data BAA Transkripsi Glos Transli-
Terasi Arti
5 2lbi قليب /ʔalbi:/ ‘قليب’ qalbi> hati.pos1s
15 3lek عليك /ʕalek/ ‘عليك’ ‘alaik atas.pos2ms
93 bas بس /bas/ ‘فقط’ faqath hanya
123 dof3a دفعة /dofʕa/ ‘دفعة’ duf‘a angkatan
316;
317 t722y حتققي /tahʔiʔi:/ ‘حتققي’ tachqiqi: perwujudan
Tabel 9. Tuturan Arabizi
Penuturan leksikon Arabizi pada tabel tersebut ditunjukkan dengan
ortografi Arab dalam bentuk ortografi Latin. Seperti kata بس yang ditulis dengan
kata bas /bas/. Selain huruf, penutur Arabizi juga menggunakan angka sebagai
pengganti beberapa huruf Arab yang tidak bisa direpresentasikan dengan huruf
Latin. Seperti pada kata قليب yang ditulis dengan kata 2lbi /ʔalbi:/. Huruf vokal e
5
dan o juga sering digunakan dalam penuturan bahasa Amiyah Mesir. Seperti pada
kata عليك yang ditulis dengan kata 3lek /ʕalek/ dan kata دفعة yang ditulis dengan
kata dof3a /dofʕa/.
Penelitian mengenai Arabizi telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti
terdahulu dengan objek, metode dan kajian yang berbeda. Berikut pemaparan
beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan.
1. Yuen, Keong Chee dkk (2015) “The use of Arabizi in English texting by Arab
postgraduate students at UKM” merupakan penelitian yang membahas
penuturan peralihan kode dalam pesan teks, terutama SMS. Studi ini
menganalisis dan membahas alasan yang melekat di balik preferensi mereka
dan kecenderungan untuk menggunakan Arabizi; atau mengkombinasi bahasa
Arab dan Inggris dalam berkomunikasi. Selain itu, penelitian Yuen juga
menguraikan alasan penuturan bahasa Inggris dalam pesan teks maupun
penuturannya sebagai lingua franca, yaitu penutur merasa lebih mudah dan
lebih cepat untuk mengetik dalam huruf bahasa Inggris dari pada huruf Arab,
beberapa penutur juga melihat Arabizi sebagai fashion yang membuat mereka
terlihat "keren", selain itu mereka mengaku malas menggeser keyboard Latin
ke Arab. Meskipun penelitian Yuen ini membahas tentang Arabizi dalam
konteks kebahasaan, namun sejarah dan kaidah Arabizi dijelaskan secara
terbatas dan lebih memfokuskan penelitian ke arah alasan penuturan Arabizi.
2. Kareem, Darweesh (2014) “Arabizi Detection and Conversation to Arabic”
membahas identifikasi Arabizi dalam teks dan mengubahnya ke dalam
karakter atau huruf bahasa Arab. Penelitian Kareem ini menggunakan kata-
kata dan fitur untuk mengidentifikasi Arabizi yang bercampur dengan bahasa
6
Inggris. Pada bagian pengonversian Arabizi, penelitian tersebut menggunakan
transliterasi arti dengan model bahasa untuk menciptakan persamaannya
dengan teks Arab. Namun, penelitian ini bergerak dalam bidang komputer
tanpa mengabaikan aspek kebahasaan dengan sangat terbatas.
3. Alle Haiby, Wid Bin (2013) “Arabizi: An Analysis of the Romanization of the
Arabic Script from a Sociolinguistic Perspective” membahas tentang
munculnya sejarah Arabizi, penjelasan menyeluruh dari teks, karakter dan
fitur-fiturnya, konteks sosial yang dimanfaatkan penutur, serta perbedaan
sikap pembicara bahasa Arab terhadap penuturannya. Tujuan dari penelitian
ini adalah memberikan sebuah analisis sosiolinguistik dari fenomena teks
Arab yang terkenal dengan sebutan Arabizi. Penelitian ini membahas lengkap
seputar Arabizi, namun dari penelitian ini belum ditemukan pembahasan
tentang kaidah Arabizi.
4. Ismail, Islam Turki Mohammed Bani (2012) “Arabizi as Used by
Undergraduate Students In some Jordanian Universities: A sociolingistic
Study” membahas Arabizi yang digunakan oleh mahasiswa S1 pada beberapa
universitas di Yordania. Tesis ini membahas tentang sikap mahasiswa S1 di
beberapa universitas di Yordania dalam menghadapi Sistem Standardisasi
Penulisan Bahasa Arab dan Arabizi. Selain itu, tesis ini juga memaparkan
tempat dan waktu penuturan Arabizi. Tesis ini merupakan penelitian lapangan
tentang Arabizi sehingga juga ditemukan tentang pembahasan kaidah Arabizi,
namun hanya sebatas konversi huruf Arab dengan Latin.
Dengan melihat beberapa penelitian tersebut secara umum, para peneliti
membahas fenomena Arabizi dan penuturannya. Penelitian ini membahas
7
mengenai penggunaan huruf vokal, konsonan, dan angka pada Arabizi Mesir.
Adapun data penelitian ini adalah leksikon-leksikon Arabizi yang di ambil secara
acak dari akun pengguna facebook di Mesir pada September 2015 sampai Januari
2016.
Alasan tuturan Arabizi facebook di Mesir dijadikan sebagai objek
penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, masyarakat membutuhkan panduan
untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan penutur aktif bahasa Arab dengan
efektif dan efisien melalui alat komunikasi yang banyak digunakan oleh mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan sebuah tata bahasa atau kaidah
tentang pembentukan atau penuturan Arabizi yang dapat dipahami oleh penutur
pasif bahasa Arab bahkan oleh orang yang tidak mengerti bahasa Arab sekalipun.
Kedua, berdasarkan data pada Arab Social Media Report, facebook digunakan
oleh 93% penduduk Mesir (Arab Social Media Influencers Summit, 2015: 27). Hal
ini membuktikan bahwa Arabizi paling banyak digunakan oleh penduduk Mesir di
akun facebook.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara utuh
mengenai fenomena Arabizi Mesir. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai acuan
dalam kaidah penggunaan Arabizi sehingga dapat membantu penutur dalam
berkomunikasi dengan masyarakat Mesir, melalui komunikasi berbasis komputer
(media sosial). Penelitian ini juga merupakan wujud sumbangsih peneliti,
khususnya dalam bidang linguistik murni dan kebahasaan kontemporer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dihasilkan rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
8
1. Bagaimana perwujudan huruf vokal dalam Arabizi?
2. Bagaimana perwujudan huruf konsonan dalam Arabizi?
3. Bagaimana permainan angka dalam Arabizi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi perwujudan huruf vokal dalam
Arabizi.
2. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi perwujudan huruf konsonan dalam
Arabizi.
3. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi permainan angka dalam Arabizi.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu dibuat mengingat
luasnya permasalahan yang dapat dikaji. Pembatasan masalah juga dilakukan agar
suatu penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Tuturan Arabizi yang di ambil secara acak dari akun pengguna facebook di
Mesir pada September 2015 sampai Januari 2016.
2. Tuturan tersebut dibatasi sesuai karakteristik persamaan fonetik fisiologis dan
bentuk.
9
E. Landasan Teori
Landasan teori merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah
penelitian yang menjadi dasar dalam menganalisis data penelitian. Landasan teori
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kaidah Fonologis Bahasa Arab Fushcha
1.1. Kaidah Vokal Bahasa Arab
Bunyi vokal (harakat) dalam bahasa Arab yaitu: Fatchah [ / اَ ],
kasrah [ي / َ ], dan dhammah [و / َ ]. Ibnu Jinni mengatakan dalam
bukunya Sirru Shinʻatil-Arab :
“Ketahuilah, bahwa harakat sebenarnya adalah setengah dari
huruf mad, yaitu alif, wawu, ya’. Karena huruf mad ini ada tiga,
begitu pula harakat ada tiga, yaitu Fatchah, dhammah, kasrah.
Ahli ilmu nahwu zaman dulu mengistilahkan alif pendek untuk
Fatchah, ya’ pendek untuk kasrah, wawu pendek untuk
dhammah” (Anis, 1999:36).
Perbandingan bunyi vokal Arab dengan standar umum yang
dirumuskan pakar fonologi modern adalah sebagai berikut:
1. Bunyi vokal Fatchah sebanding dengan huruf a. Akan tetapi, bunyi
tersebut akan berubah menjadi bunyi [כ] saat bertemu dengan bunyi
huruf tafkhim (tebal).
2. Bunyi vokal kasrah sebanding dengan huruf i. Akan tetapi, jika harakat
kasrah bertemu dengan bunyi-bunyi ithba>q (velarization), seperti ( ,ص
maka bunyi vokal kasrah itu akan sedikit miring dan (ض, ط,ظ
menyerupai dengan bunyi [ə] (imalah). Perubahan tersebut terjadi
karena adanya peralihan lidah dari posisi sempit di bagian depan ke
10
posisi yang membentuk bunyi ithba>q, yaitu naiknya lidah ke langit-
langit atas dengan membentuk seperti lekuk atau cekung.
3. Harakat dhammah sebanding dengan huruf u, tanpa ada perubahan
oleh bunyi huruf tafkhi>m atau ithbaq.
4. Imalah merupakan posisi lidah dalam keadaan miring atau condong
pada posisi lidah tertentu saat mengucapkan huruf (Anis, 1999: 25-
26).
Hassan dalam Ijtiha>da>t Lughawiyyah (2007: 142-143) memaparkan
beberapa karakteristik tulisan bahasa Arab. Tulisan Hassan tersebut
menunjukkan bahwa harakat atau huruf vokal dalam bahasa Arab
merupakan alat bantu baca. Hal ini membuat jarang sekali ditemukan teks
Arab yang disertai harakat. Harakat hanya digunakan pada kata bahasa
Arab yang apabila tidak dibantu dengan harakat menyebabkan
kemungkinan adanya kesalahan iʻrab (deklinasi) dan sharf (morfologi).
Selain itu, pada umumnya harakat atau huruf vokal banyak digunakan
pada teks Arab yang sasaran pembacanya merupakan orang yang tidak
menggunakan dan mengerti bahasa Arab.
1.2. Klasifikasi Konsonan Bahasa Arab
Bunyi-bunyi konsonan pada umumnya dibedakan berdasarkan tiga
kriteria, yaitu (1) posisi pita suara, (2) tempat artikulasi, dan (3) cara
artikulasi. Dengan ketiga kriteria tersebut bunyi-bunyi konsonan
terklasifikasi.
11
1.2.1. Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara, bunyi dibedakan menjadi bunyi
bersuara dan tidak bersuara. Kategori bunyi bersuara atau majhu>r
terjadi saat kedua pita suara bergetar ketika mengucapkan bunyi.
Bunyi-bunyi bahasa Arab yang termasuk kategori ini adalah pada
huruf ز, ض, ظ, ع, غ, ل, م, ن, و, ي, ا, ب, ج, د, ذ, ر.
Kategori bunyi tidak bersuara atau mahmu>s terjadi jika kedua
pita suara tidak bergetar saat mengucapkan bunyi. Bunyi-bunyi
bahasa Arab yang masuk kategori ini adalah pada huruf
, ,خ,س,ش,ص,ط,ف,ق,ك,ه .(Anis, 1999: 21) ت ث, ح , اذلمزة
1.2.2. Tempat Artikulasi
Bahasa Arab menggunakan sembilan titik artikulasi dan
artikulator dalam menghasilkan semua bunyi bahasanya (baku,
sesuai standar). Berikut artikulator dan titik artikulasi dalam
penghasilan bunyi-bunyi bahasa Arab:
1. Bibir atas dan bibir bawah atau bilabial atau syafawiyyun
Pada bunyi ini bibir atas menjadi titik artikulasi dan .(شفوي)
bibir bawah menjadi artikulator. Bunyi-bunyi bilabial atau ash-
shautu asy-syafawiyyah (الصوت الشفية) terdapat pada huruf ,ب, م
.(Anis 1999: 17) و
12
2. Bibir bawah dan gigi atau labiodentals ( ي أسناتىو شف ). Pada bunyi
ini bibir bawah menjadi artikulator dan gigi menjadi titik
artikulasi. Hanya ada satu huruf yang merupakan bunyi
labiodental atau al-ashwa>t asy-syafawiyy al-asna>niy األصوات)
ىنالشفوى األسن ) yaitu pada huruf ف (Anis 1999: 17).
3. Ujung lidah dan gigi atas (أسناين ذلقي), dan bunyi yang terbentuk
dari artikulator ujung lidah dan titik artikulasi gigi atas disebut
apikodental atau al-ashwa>t al-asna>niy adz-dzalqiy األصوات األسناين
(الذلقي ). Bunyi tersebut terjadi pada huruf ذ, ظ, ث (Anis 1999:
18).
4. Ujung lidah dan ceruk gigi atas (أسناين لثوي). Bunyi ini disebut
juga al-ashwa>t al-asna>niyyah al-litsawiyyah ( األصوات األسنانية
لثويةلا ) atau apikoalveolar dengan titik artikulator ceruk gigi atas
dan artikulator adalah ujung lidah. Bunyi tersebut terdapat pada
huruf ,ل, ر, ن د, ض , ت, ط, ز, س, ص (Anis 1999: 18).
5. Ujung lidah dan langit-langit keras (غاري و لثوي) . Bunyi ini
disebut al-ashwa>t al-gha>riyyah al-litsawiyyah ة ريلغا) األصوات ا
13
atau apikopalatal dengan artikulator ujung lidah dan titik (الّلثوية
artikulasi langit-langit keras. Bunyi yang termasuk dalam
kategori ini adalah bunyi pada huruf ش, ج,ي (Anis 1999: 19).
6. Pangkal lidah dan langit-langit lunak ( و اخللف الطبق ) dan bunyi
yang terbentuk darinya disebut bunyi dorsovelar atau al-ashwa>t
ath-thabiqiyyah al-khalfiyyah (اخللفية الطبقية األصوات) . Bunyi
tersebut terjadi pada huruf ك, غ, خ (Anis 1999: 19).
7. Pangkal lidah dan anak tekak (uvula) dan bunyi yang terbentk
darinya adalah bunyi dorsovular atau al-ashwa>t al-lahwiyyah al-
khalfiyyah (اخللفية اللهوىة األصوات) . Bunyi tersebut terjadi pada
huruf ق (Anis 1999: 19-20).
8. Rongga tekak (faring) atau (احللق) dan bunyi yang terbentuk
darinya disebut faringal (حلقى) atau disebut juga al-ashwa>t al-
chalqiyyah (األصوات احللقية) karena proses menghasilkan bunyi
tersebut dengan menyempitkan ruang rongga tekak. Bunyi ini
terjadi pada huruf ع،ح (Anis 1999: 21).
9. Pangkal tenggorok (laring) atau (احلنجرة) dan bunyi yang
terbentuk darinya disebut laringal atau glotal (حنجرى), atau
14
disebut juga al-ashwa>t al-chanjariyyah (األصوات احلنجرية) karena
yang terdapat di tengah pangkal tenggorok. Bunyi itu terjadi
proses penghasilan bunyi tersebut dengan menutup atau
menyempitkan pita suara pada huruf اذلمزة, ه (Anis 1999: 21).
1.2.3. Cara Artikulasi
Cara artikulasi bunyi bahasa Arab dimulai dari udara yang
keluar dari paru-paru kemudian mengalami 7 kasus, yaitu hambat,
geseran, nasal, getar, sampingan, dan semivokal (Anis, 1999: 24).
Berikut beberapa cara artikulasi huruf-huruf Arab:
1. Hambat
Kondisi hambat atau plosif ( / الصوت الشديد احلرف ) atau
alcharf /ash-shautu asy-syadi>d terjadi ketika aliran udara
tertutup rapat, terdapat sebentuk udara yang tertahan di
belakang titik aliran udara yang tertutup dengan tekanan yang
tinggi sehingga ketika titik hambatan total itu terbuka, dan dua
artikulator terpisah satu dari yang lain secara seketika, maka
udara yang tertahan dan yang memiliki tekanan tinggi itu
terdorong lepas keluar dengan menimbulkan bunyi letupan
yang unsur penting dari bunyi ini. Ada tiga unsur yang
berpengaruh dalam pembentukan bunyi ini: (1) Bertemunya
dua artikulator untuk menutup aliran udara, (2) Udara tertahan
di belakang titik pertemuan dua artikulator yang menutup tadi,
15
dan (3) Dua artikulator yang menutup terbuka seketika dan
udara lepas. Huruf-huruf Arab yang masuk kategori sifat ini
adalah ب, ت, د, ض, ط, ق, ك, أ (Anis, 1999: 24).
2. Frikatif
Kondisi frikatif atau geseran (احلرف/الصوت الرخو) atau al-
charf/ash-shautu ar-rakhu> terjadi pada kondisi hambatan
sebagian, yakni ketika udara masih dapat melewati aliran yang
menyempit tadi dengan menggesek dua artikulator tersebut.
Huruf-huruf Arab yang termasuk kategori ini adalah ث, ح, خ,
.(Anis, 1999: 24-25) ه ,ذ,ز, س, ش, ص, ظ, ع, غ,ف
3. Afrikatif
Bunyi yang termasuk dalam kategori afrikatif adalah
huruf ج. Bunyi plosif, mempunyai kecepatan dan unsur
seketika saat melepaskan dua artikulator yang tertutup atau
melepaskan udara yang sebelumnya tertahan. Tetapi
pengucapan huruf ج seperti yang dibaca oleh para qari’ Quran
di Mesir, di dalamnya tidak ada unsur kecepatan dan seketika
saat proses pelepasan tersebut, melainkan yang ada adalah
pelepasan yang bersifat lambat. Dalam pelepasan yang lambat
ini terdapat tahapan antara hambatan total dan tidak ada
hambatan, persis serupa dengan hambatan sebagian yang telah
16
dijelaskan dalam kategori frikatif. Tahapan itu terjadi secara
langsung setelah letupan udara yang sebelumnya tertahan,
sehingga menyebabkan udara tergesek dengan dua artikulator
yang lepas secara lamban. Gesekan ini yang menyerupai
dengan jenis bunyi frikatif. Dengan demikian, bunyi huruf ج
ini menggabungkan dua sifat di atas, yaitu plosif dan frikatif,
yang kemudian disebut dengan afrikatif, dalam bahasa Arab
disebut ( كبا الصوت ادلر ) ash-shautu al-mura>kab (Anis, 1999: 25).
4. Lateral
Bunyi lateral atau sampingan atau ( انيباجل atau (احلرف/الصوت
alcharf/ash-shautu al-ja>nibiy terjadi ketika udara yang
melewati aliran alat ucap tidak menemui hambatan total atau
sebagian sehingga dapat menghindari titik hambatan total atau
sebagian. Huruf yang termasuk bunyi ini adalah huruf ل (Anis,
1999: 25).
5. Getar
Bunyi getar atau ( تكراريال -atau alcharf/ash (احلرف/الصوت
shautu at-takra>riy terjadi ketika udara yang melewati aliran alat
ucap tidak menemui hambatan total atau sebagian karena
mengalami getaran yang berualang-ulang. Huruf yang
termasuk bunyi ini adalah huruf ر (Anis, 1999: 25).
17
6. Nasal
Bunyi nasal ( نفياأل -atau alcharf/ash-shautu al (احلرف/الصوت
anfiy> terjadi ketika udara yang melewati aliran alat ucap tidak
menemui hambatan total atau sebagian. Aliran udara yang ada
di mulut tidak mengalami hambatan sama sekali, karena udara
tidak melewati mulut tetapi melewati rongga hidung. Huruf
yang mengalami proses nasal adalah م, ن (Anis, 1999: 26).
7. Semivokal
Bunyi semivokal atau alcharf/ash-shautu syibhu ash-sha>it
terjadi ketika udara yang melewati (احلرف/الصوت شبو الصائت)
aliran alat ucap tidak menemui hambatan total atau sebagian.
Aliran udara yang ada di mulut tidak mengalami hambatan
sama sekali, karena saat pengucapan posisi udara berada pada
posisi tidak stabil diantara pembentukan bunyi konsonan dan
vokal. Huruf yang mengalami proses semivokal adalah و, ي
(Anis, 1999: 26).
Berikut klasifikasi konsonan berdasarkan Phonemic Chart
of MSA Consonants (Ryding, 2005:13):
18
Cara
Artikulasi
Daerah Artikulasi
Bil
abia
l
Lab
ioden
tal
Apik
oden
tal
Apik
oal
veo
lar
Apik
opal
atal
Dors
ovel
ar
Dors
ouvula
r
Far
ingal
Lar
ingal
Hambat T ء ق ك ط ت B د ض ب
Frikatif T س ز ذ ف ص
ه ح خ ش
B ع غ ث ظ Afrikatif T
B ج Nasal B ن م Getar B ر Lateral B ل Semivokal B ي و
Tabel 10. Klasifikasi Konsonan Bahasa Arab
2. Kaidah Fonologis Bahasa Arab Amiyah Mesir
Secara garis besar, bahasa Arab terbagi atas dua ragam, yakni (a) ragam
bahasa Arab baku (Fushcha) atau sering disebut formal language yang dipakai
sebagai bahasa resmi, yang merupakan perkembangan kembali bahasa Arab
Klasik dan bahasa yang dipakai dalam alquran dan hadis, dan (b) ragam
bahasa Arab Amiyah (bahasa sehari-hari, bahasa pasaran, atau colloquial) atau
sering disebut informal language yang dipakai sebagai bahasa komunikasi
non-formal sehari-hari (Kholisin, tt: 2). Bahasa Arab Amiyah dan Fushcha
memiliki perbedaan dalam kaidah fonologis. Berikut kajian teori tentang
variasi fonologis bahasa Arab Amiyah:
19
1.1. Penggantian Bunyi
Penggantian bunyi yang dimaksud adalah penggantian bunyi satu
dengan bunyi lain, baik penggantian konsonan dengan konsonan, atau
vokal dengan vokal; bersifat fonetis maupun fonemis (Kholisin, tt: 4).
Berikut konsonan bahasa Arab yang mengalami penggantian bunyi:
1) Vokal [a] → [i]
Dalam bahasa Arab Amiyah vokal [a] pada silabel pertama
dalam satu nomina, atau pada churu>f al-mudhara’ah verba, cenderung
diucapkan dengan [i] (Kholisin, tt: 5). Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/ʔanta/ /ʔinta/ ‟أنت„
/yami:n/ /yimi:n/ ’ميني‘
2) Vokal [i] → [e]
Terdapat beberapa nomina dan verba bahasa Amiyah yang
diucapkan dengan menggganti [i] dengan [e] (Kholisin, tt: 5). Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/ʔanta/ /ʔinta/ → /ʔenta/ ‟أنت„
/yami:n/ /yimi:n/ → /yemi:n/ ’ميني‘
3) Diftong [ai] → [e:]
Diftong [ai] dalam bahasa Arab Amiyah diftong tersebut biasa
diucapkan [e:]. Contoh:
20
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/al-lailah/ /il-le:la/ ‟الليلة„
/al-bait/ /il-be:t/ ’البيت‘
Kedua contoh di atas tampak bahwa [ai] dalam bahasa Arab
Amiyah selalu diucapkan [e:]. Penggantian ini tidak bersifat fonemis
tetapi hanya fonetis, karena dalam Bahasa Arab Fushcha tidak
dikenal adanya bunyi vokal [e]. Dengan demikian perubahan
pengucapan tersebut tidak berimplikasi pada perubahan arti
(Kholisin, tt: 6).
4) Diftong [au] → [o:]
Selain [ai], dalam Bahasa Arab Fushcha juga dikenal adanya
diftong [au]. Dalam bahasa Arab Amiyah diftong [au] pada nomina
biasa diucapkan [o:] (Kholisin, tt: 6). Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/al-yaum/ /il-yo:m/ ‟اليوم„
„ لدورا ‟ /al-daur/ /id-do:r/
5) Penggantian huruf ت → ث yaitu [θ] → [t]
Kata ثالثة /θala:θah/ menjadi تالتة /tala:tah/ dan kata كثري /kaθi:r/
menjadi كتري /kati:r/. Contoh tersebut tampak bahwa konsonan ث
yang dalam Bahasa Arab Fushcha dilafalkan dengan [θ] dalam
bahasa Arab Amiyah dilafalkan dengan [t]. Perubahan bunyi ini
bukan hanya bersifat fonetis, tetapi juga fonemis, karena baik [θ]
maupun bunyi [t] adalah anggota fonem dalam bahasa Arab. Namun
21
demikian, perubahan kata /θala:θah/ → /tala:tah/ dan /kaθi:r/ →
/kati:r/ dalam contoh tersebut tidak mengubah arti, karena dalam
bahasa Arab ternyata tidak ditemukan kata yang berakar t-l-t dan k-
t-r (Kholisin, tt: 6).
6) Penggantian huruf د → ذ yaitu [ð] → [d]
Seperti kata ىذه /haðihi/ dibaca /dih/. Contoh tersebut
menunjukkan penggantian konsonan ذ yang dalam Bahasa Arab
Fushcha dilafalkan dengan [ð] dan dalam bahasa Arab Amiyah
dilafalkan dengan [d]. Perubahan bunyi bersifat fonetis dan fonemis,
karena baik [ð] atau [d] adalah anggota fonem dalam bahasa Arab
(Kholisin, tt: 7).
7) Penggantian ج → g yaitu [j] → [g]
Dalam bahasa Arab Amiyah semua konsonan ج selalu
dilafalkan dengan huruf g. Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/jami:l/ /gami:l/ ‟مجيل„
/ya: ɦaj/ /ya: ɦag/ ‟يا حاج„
Contoh di atas tampak bahwa huruf ج selalu dilafalkan dengan
huruf g. Perubahan bunyi tersebut hanya bersifat fonetis, karena
dalam Bahasa Arab Fushcha tidak mengenal fonem /g/. Dengan
demikian perubahan tersebut tidak akan berakibat pada perubahan
makna (Kholisin, tt: 7).
22
8) Penggantian ء → ق yaitu [q] → [ʔ]
Semua huruf konsonan ق dalam bahasa Arab Amiyah
diucapkan dengan [ʔ] pada semua posisi baik di awal, di tengah,
maupun di akhir kata. Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/ɦaqiqiy/ /ɦaʔiʔiy/ ’حقيقي‘
/ʔila: funduq/ /ʔila: funduʔ/ ’اىل فندق‘
Secara fonologis, alasan penggantian [q] dengan [ʔ] pada
bahasa Arab Amiyah lebih bersifat fonetis. Dalam hal ini pengucapan
[ʔ] yang berada di daerah laring dirasa lebih ringan daripada [q] yang
berada di daerah uvula (Kholisin, tt: 8).
1.2. Pelesapan Bunyi
Pelesapan bunyi adalah pelesapan satu atau lebih unsur bunyi pada
suatu kata atau frase, baik berupa pelesapan vokal maupun konsonan.
Pelesapan bunyi dalam bahasa Arab Amiyah ada yang di awal kata, di
tengah dan di akhir.
1) Pelesapan Bunyi di Awal Kata
Pelesapan bunyi di awal kata yang ditemukan dalam bahasa Arab
Amiyah pada umumnya berupa pelesapan [ʔ] dan vokal yang
mengikutinya. Contoh:
Glos Transkripsi Fushcha Transkripsi Amiyah
/fi: ʔaina/ /fi:n/ ’يف أين‘
/min ʔaina/ /mini:n/ ’من أين‘
23
Pada kata ‘يف أين’, proses yang terjadi adalah penggabungan dua
kata /fi:/ dan /ʔaina/ menjadi (seperti) satu kata /fi:n/ dengan cara
melesapkan silabel awal /ʔa/ pada kata /ʔaina/ dan pelesapan vokal a
yang berada di akhir kata tersebut. Demikian pula proses yang terjadi
pada contoh kata ‘من أين’. Pada contoh tersebut kata /min/ dan /ʔaina/
digabung menjadi satu dengan melesapkan silabel /ʔa/ pada kata
/ʔaina/ sehingga /min ʔaina/→ /mini:n/ (Kholisin, tt: 8).
2) Pelesapan Bunyi di Tengah Kata
Pelesapan bunyi di tengah kata tidak banyak dijumpai dalam
bahasa Arab Amiyah. Berikut ini beberapa contoh pelessapan Bahasa
Arab Amiyah.
No. BAF Transkripsi BAA Transkripsi Keterangan
1. „ خد ينأت ‟ /taʔxuðuni/ ختد ين /taxudni/ pelesapan /ʔ/
/ʔana gi:t/ pelesapan /ʔ/ أنا جيت /ʔana jiʔtu/ ‟أنا جئت„ .2
Tabel 11. Pelesapan Bahasa Arab Amiyah (1)
Contoh no. 1 di atas menunjukkan kasus pelesapan /ʔ/ pada silabel
pertama dari kata /taʔxuð/ menjadi /taxud/; contoh no. 2 juga terjadi
pelesapan /ʔ/ pada verba /jiʔtu/ menjadi /gi:t/. Pelesapan-pelesapan
tersebut jika ditinjau dari aspek fonologi merupakan usaha untuk
mempersingkat pengucapan. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
semua orang cenderung untuk mencari cara yang paling ringan dalam
berbahasa (Kholisin, tt: 8).
24
3) Pelesapan Bunyi di Akhir Kata
Pelesapan bunyi di akhir kata dalam bahasa Arab Amiyah berupa
pelesapan vokal, konsonan, dan silabel. Pelesapan konsonan biasanya
terjadi pada ism mu’annats (nomina femina) yaitu dengan cara
pelesapan konsonan h atau t yang merupakan penanda ta’nits.
Pelesapan vokal biasanya terjadi di akhir verba, sedangkan pelesapan
silabel terjadi pada kata-kata tertentu (Kholisin, tt: 9). Berikut beberapa
contoh pelesapan di akhir kata.
Tabel 12. Pelesapan Bunyi Arab Amiyah (2)
Contoh no. 1 dan 2 di atas terlihat bahwa h atau t penanda ta’nits
pada kata /ʔaswira/ dan /ʔayyu xidma/ dilesapkan. Sementara pada
contoh no.3 vokal u yang berada di akhir verba imperfektif ta’rif dan
/tatakallam/ juga dilesapkan. Contoh no. 3 pada tabel di atas
mengandung pelesapan silabel /-ði:/ dari kata al-laði; dan /-tu/ pada
contoh no. 4. Alasan pelesapan-pelesapan tersebut tidak lain adalah
untuk efisiensi pengucapan (Kholisin, tt: 9-10).
No BAF Transkripsi BAA Transkripsi Keterangan
1 ‘ أسورة ’ /ʔaswirah/ أسورة /ʔaswira/ Pelesapan
konsonan h
2 ‘ أي ’خدمة
/ʔayyu
xidmah/ ʔayyu/ أي خدمة
xidma/
Pelesapan
konsonan h
/bitatkallam/ بتتكلم /tatakallamu/ ’تتكلم‘ 3Pelesapan
vokal [u]
4 ‘ الذي ’ /al-laði:/ يلّ ال /el-li/ Pelesapan
silabel /ði:/
25
1.3. Hilangnya Vokal Panjang
Bahasa Arab Amiyah Mesir seringkali melepaskan bunyi vokal
pendek diantara silabel terbuka, biasanya pada kebanyakan pola untuk
aktif partisipal seperti chabi>bati> „kekasihku‟ menjadi chabibti
(Aribowo, 2011: 170).
3. Kaidah Fonologis Huruf Latin
3.1. Klasifikasi Huruf Vokal
Bunyi vokal pada umumnya diklasifikasikan dan diberi nama
berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Berdasarkan posisi lidah bisa
bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya
vokal tinggi, misalnya [i] dan [u]; vokal tengah misalnya, [e] dan vokal
rendah, misalnya [a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan,
misalnya, [i] dan [e]; dan vokal belakang misalnya, [u] dan [o] (Chaer,
2007: 115).
Berdasarkan bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan
vokal tidak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut
membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya [o] dan [u]. Disebut
bunyi tidak bundar karena bentuk mulut tidak membundar, melainkan
melebar pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya [i] dan [e]
(Chaer, 2007: 115).
Dengan demikian berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itu
kita dapat membuat bagan atau peta vokal sebagai berikut:
26
Posisi
Lidah
Depan Tengah Belakang
TB B TB B TB B
Tinggi [i] [u]
Sedang [e] [o]
Rendah [a]
Tabel 13. Vokal Bahasa Latin
Adapun vokal rangkap (diftong) bahasa Indonesia adalah ay, aw,
dan oy. Secara fonemis diftong tersebut ditulis /ai/, /au/ dan /oi/ (Hadi,
2015: 22).
3.2. Klasifikasi Huruf Konsonan
Bunyi-bunyi konsonan pada umumnya dibedakan berdasarkan tiga
kriteria, yaitu (1) posisi pita suara, (2) tempat artikulasi, dan (3) cara
artikulasi. Dengan ketiga kriteria itu juga orang memberi nama akan
konsonan itu.
3.1.1. Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi
bersuara dan bunyi tidak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila
pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada
pita suara itu. Bunyi bersuara antara lain bunyi pada huruf b, c, d, f,
g, j, l, m, n, r, v, w, y, dan z. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila
pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita
suara itu. Bunyi tidak bersuara, antara lain bunyi pada huruf h, k, p,
q, x, s, dan t (Chaer, 2007: 116).
3.1.2. Tempat Artikulasi
Proses artikulasi bunyi terjadi di tempat atau titik artikulasi
dan dubantu oleh artikulator. Berikut tempat artikulasi dan
artikulator huruf konsonan:
27
1. Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir,
bibir bawah sebagai artikulator merapat pada bibir atas sebagai
titik artikulator. Konsonan bilabial antara lain huruf b, p, dan
m.
2. Labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan
bibir atas; gigi bawah sebagai artikulator merapat pada bibir
atas sebagai titik artikulasi. Konsonan labiodental adalah bunyi
pada huruf f , w, dan v.
3. Apikodental, yaitu ujung lidah dan ceruk gigi atas; ujung lidah
sebagai artikulator merapat pada ceruk gigi atas sebagai titik
artikulasi. Huruf yang termasuk pada konsonan apikodental
adalah huruf t.
4. Apikoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada ujung lidah
dan langit-langit keras; ujung lidah sebagai arikulator merapat
pada langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Huruf yang
termasuk pada kategori bunyi ini adalah n, r, dan l.
5. Apikopalatal, yaitu konsonan yang terjadi pada ujung lidah dan
langit-langit keras; ujung lidah sebagai artikulator merapat
pada langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Huruf yang
termasuk pada kategori bunyi ini adalah d.
6. Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah
dan langit-langit lunak; dalam hal ini daun lidah sebagai
artikulator menempel pada langit-langit lunak sebagai titik
28
artikulasi. Konsonan laminoalveolar adalah bunyi pada huruf s
dan z.
7. Mediopalatal, yaitu konsonan yang terjadi pada tengah lidah
dan langit-langit keras; yaitu tengah lidah sebagai artikulator
merapat pada langit-langit keras sebagai titik artikulasi.
Konsonan mediopalatal adalah bunyi pada huruf c, y, dan j.
8. Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah
dan velum atau langit-langit lunak. Pangkal lidah sebgai
arikulator merapat pada langit-langit lunak sebagai titik
artikulasi. Konsonan dorsovelar adalah bunyi q, k, g, dan x.
9. Laringal, yakni konsonan yang terjadi di tengah pangkal
tenggorok yaitu dengan menutup atau menyempitkan pita
suara. Konsonan dorsovelar adalah bunyi h (Chaer, 2007: 117).
3.1.3. Cara Artikulasi
Klasifikasi konsonan berdasarkan cara artikulasinya artinya
mengidentifikasi gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap
arus udara tersebut (Chaer, 2007: 118). Dengan demikian,
klasifikasi konsonan berdasarkan cara artikulasi adalah sebagai
berikut:
1. Hambat (letupan, plosif, stop). Cara artikulasi ini dimulai dari
artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara
mampat di belakang tempat penutupan itu, kemudian
penutupan itu di buka secara tiba-tiba, sehingga
29
menyebabkan terjadinya letupan. Konsonan letupan antara
lain, bunyi pada huruf p , b, t, d, k, q, dan g.
2. Frikatif atau geseran. Cara artikulasi ini dimulai dari
artikulator mendekati titik artikulasi, membentuk celah
sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di
celah itu. Bunyi yang termasuk konsonan geseran adalah
bunyi pada huruf f, s, x, h, v dan z.
3. Afrikatif atau paduan. Cara artikulasi ini dimulai dari
artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu
membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini
merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif. Bunyi
konsonan paduan, antara lain bunyi pada huruf c dan j.
4. Sengau atau nasal, pada hal ini artikulator menghambat
sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi
membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas.
Contoh konsonan nasal adalah bunyi pada huruf m dan n.
5. Getaran atau trill. Cara artikulasi ini dimulai dari artikulator
aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif,
sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya
adalah konsonan r.
6. Sampingan atau lateral, pada hal ini artikulator aktif
menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu
membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya
adalah konsonan l.
30
7. Hampiran atau aproksiman. Cara artikulasi ini dimulai dari
artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati
posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak
cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh
karena itu, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi
vokal. Bunyi pada huruf w dan y merupakan bunyi hampiran
atau aproksiman.
Dengan demikian berdasarkan posisi pita suara, tempat artikulasi, dan
cara artikulasi, berikut ini pembagian konsonan (Hadi, 2015: 28).
Cara Artikulasi
Daerah Artikulasi
Bil
abia
l
Lab
ioden
tal
Apik
oden
tal
Apik
oal
veo
lar
Apik
opal
atal
Lam
ino
alveo
lar
Med
iopal
atal
Dors
ovel
ar
Lar
ingal
Glo
tal
Hambat
T p t k q
B b d g ?
Frikatif T s x h
B f v z
Afrikatif T
B j c
Nasal T
B m n
Getar T
B r
Lateral T
B l
Semivokal T
B w y
Tabel 14. Konsonan Bahasa Latin
31
F. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek data diperoleh (Arikunto,
2006: 129) sedangkan data adalah bahan jadi penelitian.
1. Data
Data adalah sumber informasi yang diseleksi sebagai lahan
analisis. Bentuk data dalam penelitian ini adalah penuturan Arabizi pada
media sosial Facebook di Mesir yang diambil secara acak pada September
2015 sampai Januari 2016.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah kepustakaan yang berupa
buku, e-book, data penelitian dan lain sebagainya yang diuraikan dengan
perincian sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penuturan Arabizi pada laman status dan komentar Facebook di Mesir
yang diambil secara acak pada September 2015 sampai Januari 2016.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data
yang bersumber dari buku-buku, karya tulis, hasil penelitian, dan
website yang berhubungan dan menunjang penelitian ini.
G. Metode dan Teknik Penelitian
Metode dan teknik penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu (1) pengumpulan
data (2) analisis data (3) penyajian hasil analisis data.
32
1. Pengumpulan Data
Menurut Subana dan Sudrajat (2001: 115), pengumpulan data
merupakan proses diperolehnya data dari sumber data. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode simak,
yakni memperoleh data dengan menyimak penuturan bahasa (Mahsun, 2007:
92). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap yakni
menyadap tuturan Arabizi dari informan melalui media facebook pada
September 2015 sampai bulan Januari 2016. Dalam praktik selanjutnya,
teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yakni, teknik simak bebas
libat cakap, dan catat. Teknik simak bebas libat cakap yaitu peneliti hanya
berperan sebagai pengamat tuturan Arabizi dari para informannya. Teknik
catat dilakukan ketika menerapkan metode simak penelitian ini, yakni dengan
mencatat beberapa bentuk atau tuturan yang relevan bagi penelitian kaidah
Arabizi ini (Mahsun, 2007: 93).
Klasifikasi data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Klasifikasi
data ini dilakukan dengan mengklasifikasikan data tuturan Arabizi
berdasarkan angka lalu alfabetis Latin. Dengan demikian bisa dianalisis
huruf-huruf dan angka-angka yang digunakan dalam tuturan Arabizi.
2. Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode padan
intralingual yakni, metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan
unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa
maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2007: 118). Teknik
analisis data pada penelitian ini adalah dengan teknik hubung banding
33
menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding membedakan (HBB) yakni
menganalisis persamaan dan perbedaan fonetik fisiologis huruf juga bentuk
angka Latin dengan huruf Arab. Teknik lanjutan yang digunakan adalah
teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), karena tujuan akhir
dari penelitian ini adalah membandingkan karakter fonetik, bentuk huruf dan
angka Latin dengan huruf Arab. Dengan demikian, hal tersebut bisa
digunakan untuk mendeskripsikan permainan bahasa pada Arabizi (Mahsun,
2007: 118).
3. Penyajian Hasil Analisis Data
Data dalam penelitian ini disajikan dengan metode penyajian
informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Perumusan dengan kata-kata yang dimaksud
adalah penyajian data hasil analisis dengan menggunakan redaksi atau
penyusunan kata yang dapat langsung dibaca dan dipahami ketika dibaca,
kemudian penyajian formal disajikan dengan bentuk gambar, tabel dan
diagram guna mendukung penyajian informal.
H. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah, landasan teori, sumber data, metode dan teknik
penelitian, serta sistematika penulisan.
34
Bab II Perwujudan Huruf Vokal Arabizi.
Bab III Perwujudan Huruf Konsonan Arabizi.
Bab IV Permainan Angka Arabizi.
Bab V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.
Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran
berupa kaidah, tabel-tabel klasifikasi dan sumber data Arabizi.