33
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi dan informasi sangatlah pesat. Banyak sarana dan media yang mendukung terjadinya proses komunikasi dan pertukaran informasi. Akan tetapi, masih ada beberapa kendala yang menghambat proses komunikasi, di antaranya adalah masalah perbedaan bahasa. Perbedaan bahasa di antara pemberi dan penerima pesan merupakan salah satu masalah yang mendasar dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, penerjemahan sangat diperlukan dalam hal ini. Penerjemahan secara umum adalah proses yang mengalihkan ide atau gagasan dari Bsu (Bahasa sumber) ke dalam bahasa Bsa (Bahasa Sasaran), dengan tujuan dapat memudahkan seseorang untuk memahami pesan yang disampaikan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain (Nadar, 2007:5). Adapun di era yang serba menggunakan peralatan dan teknologi yang canggih seperti saat ini, kegiatan penerjemahan dapat berfungsi pada berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang entertaiment atau hiburan. Banyak dari buku, film, komik yang berasal dari suatu negara yang menggunakan bahasa tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan tujuan hasil karya tersebut dapat disuguhkan kepada seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia. Salah satu hasil dari kemajuan zaman dan teknologi tersebut adalah film. Pembuatan film dilakukan di berbagai belahan dunia. Di Indonesia contohnya, 1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012003_bab1.pdf · 2018-11-07 · komunikasi lama (dalam bentuk teks) ... seperti ini

  • Upload
    vulien

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi dan informasi

sangatlah pesat. Banyak sarana dan media yang mendukung terjadinya proses

komunikasi dan pertukaran informasi. Akan tetapi, masih ada beberapa kendala

yang menghambat proses komunikasi, di antaranya adalah masalah perbedaan

bahasa. Perbedaan bahasa di antara pemberi dan penerima pesan merupakan salah

satu masalah yang mendasar dalam proses komunikasi. Oleh karena itu,

penerjemahan sangat diperlukan dalam hal ini. Penerjemahan secara umum

adalah proses yang mengalihkan ide atau gagasan dari Bsu (Bahasa sumber) ke

dalam bahasa Bsa (Bahasa Sasaran), dengan tujuan dapat memudahkan seseorang

untuk memahami pesan yang disampaikan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain

(Nadar, 2007:5).

Adapun di era yang serba menggunakan peralatan dan teknologi yang

canggih seperti saat ini, kegiatan penerjemahan dapat berfungsi pada berbagai

bidang. Salah satunya adalah bidang entertaiment atau hiburan. Banyak dari buku,

film, komik yang berasal dari suatu negara yang menggunakan bahasa tertentu

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan tujuan hasil karya tersebut

dapat disuguhkan kepada seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia.

Salah satu hasil dari kemajuan zaman dan teknologi tersebut adalah film.

Pembuatan film dilakukan di berbagai belahan dunia. Di Indonesia contohnya,

1

2

dunia hiburan khususnya perfilman telah banyak didominasi oleh film-film asing

baik dari barat (Eropa dan Amerika) maupun Asia. Sebagian besar film tersebut

menggunakan bahasa yang digunakan oleh negara yang memproduksinya masing-

masing. Meskipun pada umumnya film yang di produksi di kawasan Eropa dan

Amerika berbahasa Inggris, akan tetapi film-film yang diproduksi di kawasan

Asia seperti Korea, Jepang dan Saudi Arabia, masih menggunakan bahasa negara

masing-masing. Oleh karena itu, agar para penonton dapat memahami amanat

yang terkandung dalam film tersebut dengan baik, Seorang penerjemah dalam hal

ini harus mampu melakukan kegiatan komunikasi baru melalui kegiatan

komunikasi lama (dalam bentuk teks) dengan tetap memperhatikan aspek-aspek

sosial yang terdapat antara dua bahasa yang akan diterjemahkan (Machalli, 2009:

26).

Apabila diamati penerapan penerjemahan yang terdapat dalam film, maka

akan didapati berbagai macam jenis teknik dan metode penerjemahan. Hal ini

dikarenakan di dalam film akan didapati percakapan langsung penutur bahasa

sumber dan di dalam tuturan-tuturan itu akan di temukan unsur unsur yang

mempengaruhi makna implisit (tersirat) yang terkandung dalam tuturan tersebut.

Seperti, intonasi, gaya tubuh (gestur), mimik wajah, dan sebagainya (Prima,

2011). Film berbeda dengan novel, cerpen, ataupun karya yang bersifat literatur

lainnya. Film merupakan sebuah representasi dari percakapan sehari-sehari dan

tidak didapati di dalamnya keterangan kondisi psikis, konteks situasi dan keadaan

penutur dalam bertutur kecuali dengan mengamati unsur-unsur tersebut. Oleh

karena itu, seorang penerjemah film harus jeli dalam mengamati unsur-unsur ini

agar hasil terjemahannya mampu menerjemahkan makna-makna tersirat maupun

3

tersurat yang terdapat dalam sebuah film, sehingga hasil terjemahannya mampu

memuat pesan amanat yang terkandung dan membuat para penonton

memahaminya dengan baik.

Dunia perfilman Indonesia sudah dibanjiri oleh film-film dari luar negeri

melalui banyak media, seperti dari bioskop, VCD/DVD, dan ada film yang dibeli

oleh salah satu stasiun tv untuk kemudian dijadikan program tayangannya. Satu

dari sekian banyak film yang masuk ke dunia perfilman Indonesia adalah

Shalahuddin Al-Ayyubi “Pembebasan Baitul Maqdis”. Film ini berbentuk serial

tv yang berasal dari Yordania (http://www.suara-islam.com). Serial tv ini

menggunakan bahasa Arab fuscha. Bahasa Arab fuscha adalah bahasa arab yang

digunakan pada penulisan buku-buku sastra, ketatabahasaan, ilmiah dan yang

digunakan untuk bahasa sehari-hari oleh orang jazirah arab (Hatim :49) Peneliti

tertarik untuk meneliti penerjemahan pada serial tv ini karena menggunakan

bahasa Arab fuscha, jenis bahasa yang sama dengan bahasa Arab yang banyak

dipelajari oleh masyarakat pembelajar bahasa arab khususnya di Indonesia. Selain

itu, dalam serial tv ini juga banyak ditemukan kalimat tanya yang berbentuk

kalimat pernyataan (deklaratif) namun dimaksudkan untuk bertanya kepada lawan

bicara. Hal ini tentu sangat menarik bagi khazanah keilmuan bahasa arab, selain

dapat mengembangkan ilmu tentang penerjemahan pada khususnya juga dapat

memperdalam ilmu linguistik pada umumnya. Oleh karena itu, penelitian ini

diharapkan menjadi model pengembangan pembelajaran bahasa arab khususnya

pada bidang terjemahan, sehingga dapat mem pperluas wawasan keilmuan bahasa

arab.

4

Pada serial tv ini juga banyak ditemukan variasi teknik dan metode

penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan ungkapan-

ungkapan yang terdapat di dalamnya. Adapun dari variasi-variasi ini peneliti

dapat mengembangkan teori teknik penerjemahan menurut Molina dan Albir dan

metode penerjemahan menurut Peter Newmark, untuk kemudian memunculkan

sebuah kesimpulan dari penggunaan teori-teori tersebut, sehingga penelitian ini

diharapkan dapat menambah pemahaman pembaca terhadap teori-teori yang

sudah ada.

Adapun variasi-variasi penerjemahan yang dimaksud dapat terlihat di

dalam hasil terjemahan yang berwujud subtitle pada serial tv tersebut. Subtitle

menurut kamus Oxford Dictionary (1995) adalah “words that translate what is

said in a film into a different language and appear on the screen at the bottom”

Kata-kata yang menerjemahkan percakapan atau perkataan yang terdapat pada

sebuah film ke dalam bahasa lain, biasanya terletak di bawah layar. Dalam

mengalihkan bahasa pada subtitle, seorang penerjemah dituntut agar bisa

menerjemahkan dengan baik, sehingga para penonton dapat memahami dan

menikmati apa yang disuguhkan pada serial tv tersebut. Oleh karena itu, seorang

penerjemah perlu dan wajib mengetahui teknik dan metode yang tepat dalam

menerjemahkan sebuah teks, yang dalam hal ini adalah teks subtitle sebuah serial

tv.

Teks subtitle mengandung konsep bahasa dan muatan yang berbeda dan

memerlukan pengetahuan serta analisis yang tajam (Rohmita, :2011). Sebagian

besar bentuk subtitle dalam serial tv bermodel dialog yaitu percakapan antara dua

orang atau lebih, yang tentunya akan terdapat banyak jenis-jenis kalimat yang

5

muncul seperti kalimat perintah, kalimat tanya, dan sebagainya. Adapun dalam

percakapan atau dialog tidak dapat lepas dari unsur bertanya dan menjawab.

Kalimat tanya pada umumnya mendapatkan penanda berupa tanda tanya

(?) dan kata tanya, seperti apakah, bagaimana, di mana dan lain lain. Begitu pula

di dalam bahasa arab penggunaan kalimat tanya menggunakan tanda tanya(؟) dan

(kata tanya) ستفهاماال (bagaimana) ,أين (di mana) ,متى (kapan) ,ماذا seperti (apa) أدوات

Tidak hanya itu, kalimat tanya juga ditandai oleh intonasi seseorang dalam .كيف

berbicara tanpa menggunakan kata tanya dan tanda tanya (Henry, 1985: 39). Hal

seperti ini banyak ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Hal ini adalah salah

satu alasan peneliti mengambil model kalimat tanya sebagai objek penelitian

dengan melihat dari berbagai bentuk dan aspek yang melatar belakanginya.

Sebagai contoh bahwa dalam serial tv ini didapati kalimat tanya yang tidak

menggunakan tanda tanya, seperti contoh di bawah ini:

تعين سيفك الذي قتلت هذا الرجل فأثرت خفيفة حبروز علينا.

Ta‘ni> saifaka-a’ladzi qatalta hadza>}- ar-rajulu fa atsarta khafi>>>}fata bachruz

‘alaina>

Subtitle: Maksudmu kita akan melawannya dengan pedang, kemudian

membuat bahruz marah pada kita?

Kalimat di atas apabila dilihat dari segi bentuknya maka bisa

dikategorikan kalimat pernyataan (deklaratif) karena tidak didapati kata tanya.

Akan tetapi hasil terjemahannya berbentuk kalimat pertanyaan (interogatif). Hal

6

ini terjadi karena penerjemah melihat situasi dan intonasi dari si penutur yang

pada adegan itu menggunakan intonasi pertanyaan.

Adapun penelitian ini fokus penelitiannya pada teknik dan metode yang

digunakan dalam penerjemahan kalimat tanya pada subtitle serial tv Shalahuddin

Al-ayyubi yang tayang di MNCTV (Media Nusantara Citra Television). Serial tv

ini berbahasa arab dan bersubtitle bahasa Indonesia dan berjumlah 29 Episode

yang rata-rata durasi tayangnya berkisar kurang lebih 40 menit.

Serial tv ini disutradarai oleh Khatim Aliy salah satu sutradara yang sudah

terkenal dengan kepiawaiannya dalam menyutradarai film-film yang bertemakan

sejarah dan tokoh-tokoh Islam di Timur Tengah. Serial tv ini tayang setiap hari

pada bulan Juni sampai dengan Juli 2015 selama Bulan Ramadhan pada pukul

04.00 Wib.

Adapun beberapa fenomena teknik dan metode penerjemahan yang

digunakan untuk menerjemahkan kalimat tanya yang terdapat pada Subtitle di

serial tv ini, di antaranya adalah :

ولكن .إىل أين؟

Walakin, i’la> aina?

Subtitle : Akan tetapi, kemana?

Pada contoh pertama ditemukan metode penerjemahan kata demi kata

karena penerjemah mempertahankan struktur dan susunan kata sehingga kalimat

7

terjemahan pada Bsa sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu

(Newmark, 1988: 46 ).

؟ و ماذا تقرتح.

wa ma>dza> taqtarich?

Subtitle : Apa usulanmu?

Pada contoh kedua ditemukan salah satu contoh teknik penerjemahan

transposisi yaitu teknik penerjemahan pergeseran kelas kata seperti verba menjadi

nomina. Adapun dari contoh di atas adalah kata تقترح pada Bsu yang

berkedudukan sebagai verba yang bermakna “mengusulkan” mengalami

pergeseran kelas kata pada Bsa menjadi “usulan” yang menduduki kelas nomina

(Al-Farisi: 2011).

Apabila pada contoh kedua diterjemahkan menggunakan metode

penerjemahan kata demi kata maka menjadi seperti ini :

و ماذا تقترح ؟

wa ma>dza> taqtarich?

Dan apa yang kamu mengusulkan ?

Penerjemahan di atas bila dilihat dari segi keakuratannya maka bisa

dikatakan baik. Akan tetapi dari segi keterbacaan dan keberterimaan kurang tepat,

sehingga dapat menimbulkan ketidakpahaman pembaca. Oleh karena itu, dari

beberapa fenomena yang disebutkan di atas dapat menguatkan bahwa penelitian

ini harus dilakukan karena teknik dan metode penerjemahan sangat penting dikaji

karena merupakan wawasan dasar bagi seorang penerjemah untuk menerjemahan

8

sebuah teks, sehingga diharapkan akan menjadi gambaran awal mengenai

penerapan teknik dan metode penerjemahan. Tujuan penelitian ini agar dapat

menambah wawasan dan memperdalam pemahaman tentang teori teknik dan

metode penerjemahan dengan mempraktikan langsung pada objek kajian

penerjemahan. Dalam hal ini peneliti akan menitikberatkan penelitiannya pada

pembahasan teknik dan metode yang dipakai dalam penerjemahan pada tataran

satuan lingual kalimat. Lebih khusus lagi jenis kalimat tanya (Interogatif) pada

subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi.

Beberapa penelitian mengenai teknik dan metode penerjemahan pada

subtitle serial tv telah banyak dilakukan antara lain adalah sebuah tesis yang

berjudul Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle

Serial tv Jane Eyre Versi Serial tv BBC (Prima Purbasari, 2011) dan Analisis

Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Subtitle Serial tv Beckham

Unwrapped dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan (Rohmita Khorunnisa’

2011). Kedua penelitian ini sama- sama mengkaji tentang teknik,metode dan

ideologi penerjemahan dengan objek material subtitle serial tv pada tataran satuan

lingual kata, frasa, klausa dan kalimat, kemudian hasilnya diprosentasekan untuk

ditentukan ideologi penerjemahan yang digunakan. Selanjutnya, hasil terjemahan

tersebut diberikan kepada koresponden untuk diberi penilaian agar memperoleh

hasil tentang kualitas terjemah dari teknik dan metode penerjemahan yang paling

sering digunakan, sehingga dapat memperoleh kesimpulan mengenai teknik dan

metode yang paling tepat untuk digunakan dalam menerjemahkan subtitle film.

Adapun penelitian tentang kalimat juga telah banyak dilakukan. Salah satunya

adalah skripsi yang berjudul Kalimat Tanya dalam Novel The Confession karya

9

John Grisham ( Debora S. Wangkai, 2013). Penelitian ini mengkaji tentang

jumlah kalimat tanya yang terdapat pada novel tersebut, untuk kemudian

diklasifikasikan berdasarkan teori tentang jenis-jenis kalimat tanya dalam bahasa

Inggris menurut aarts and aarts.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan di atas

adalah pada batasan analisis (objek formal) yang dalam hal ini hanya sampai pada

pembahasan metode dan teknik penerjemahan tanpa menghitung akurasi

terjemahan. Kedua, penelitian ini membahas tentang kalimat tanya sebatas pada

ciri-ciri yang terdapat pada kalimat tanya berdasarkan penanda, intonasi dan

jenisnya.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dibagi menjadi dua , yaitu

manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis diharapkan dapat

memunculkan gambaran yang jelas dan terperinci kepada pembaca mengenai

penerjemahan film atau subtitling serta memberikan contoh penggunaan teknik

dan metode penerjemahan, sehingga memudahkan pemahaman terhadap teori

teknik penerjemahan dan metode penerjemahan lebih khusus kepada teori teknik

penerjemahan Molina dan Albir dan teori metode penerjemahan Peter Newmark.

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan

dan bahan pertimbangan para peneliti lain terutama di bidang penerjemahan

mengenai subtitling.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik penerjemahan kalimat tanya yang digunakan oleh

penerjemah pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan

MNCTV ?

10

2. Bagaimanakah metode penerjemahan kalimat tanya yang digunakan oleh

penerjemah pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan

MNCTV?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan teknik-teknik penerjemahan kalimat tanya yang

digunakan oleh penerjemah yang terdapat pada subtitle serial tv

Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan MNCTV.

2. Mendeskripsikan metode penerjemahan kalimat tanya yang terdapat pada

subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan MNCTV.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan untuk membuat skripsi ini lebih terarah

dan fokus. Peneliti membatasi hanya mengkaji teknik dan metode penerjemahan

pada subtitle serial tv Shalahudin Al Ayyubi yang ditayangkan oleh MNCTV pada

bulan Juni-Juli 2015 selama bulan Ramadhan. Serial tv ini berbentuk mini seri

yang terdiri dari 29 episode yang masing-masing episode memiliki durasi tayang

rata-rata 40 menit. Serial tv ini bukan dalam bentuk film bioskop maupun DVD.

Peneliti memilih Episode pertama dan kedua sebagai objek material. Peneliti

memilih 2 episode awal karena merupakan gambaran awal mengenai tokoh

Shalahuddin Al Ayyubi.

11

Data yang dianalisis merupakan kalimat tanya yang terdapat pada subtitle

serial tv ini. Penelitian ini fokus pada penerjemahan bahasa Arab Fuscha (Resmi)

ke Bahasa Indonesia dan dialog yang berupa kalimat tanya dalam bentuk subtitle.

E. Kajian Teori

1. Pengertian Penerjemahan

Penerjemahan adalah usaha memindahkan teks dari bahasa sumber (Bsu)

dengan padanannya ke dalam bahasa sasaran (Bsa) (Burdah, 2004 : 9). Lebih dari

itu seorang penerjemah juga harus mampu mentransfer maksud dan pesan yang

terdapat dalam suatu teks. Hal ini merupakan suatu definisi yang lebih rinci

mengenai penerjemahan, seperti apa yang disampaikan oleh Nadar dalam

bukunya bahwa menerjemahkan merupakan suatu proses pengalihan ide ide atau

gagasan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran (Nadar, 2007: 5).

Kegiatan menerjemahkan tidak hanya sering dikaitkan dengan keperluan

mendesak untuk menyampaikan ide atau gagasan dari satu bahasa ke bahasa lain

tetapi juga dalam konteks pengajaran dan pembelajaran bahasa terkait dengan

usaha untuk mempelajari sebuah bahasa asing tertentu (2007: 6). Maka dalam

proses menerjemahkan haruslah memperhatikan kaidah tata bahasa yang

diterjemahkan, hal ini sesuai dengan pandangan Mcguire (dalam Nadar, 2007: 7)

secara lebih rinci mendefiniskan penerjemahan (1) The rendering of a source

language (SL) text into the target language (TL) so as to ensure that (1) the

surface meaning of the two will be approximately similar and (2) the structures of

the SL be preserved as closely as possible but not so closely that the TL structures

will be disorted) adalah penyampaian teks bahasa sumber ke dalam bahasa

12

sasaran dengan memperhatikan bahwa makna lahir teks dalam kedua bahasa itu

akan sama atau hampir sama dan struktur bahasa sumber tetap terjaga secara ketat

walaupun tidak berarti harus mengorbankan struktur bahasa sasaran. Menurut

Newmark menerjemahkan adalah “rendering the meaning of a text to another

language in the way that the author intended the text.”secara bebas dapat

diartikan menyampaikan makna teks dari sebuah bahasa ke bahasa yang lain

sesuai dengan maksud penulis teks tersebut (Newmark, 1988:5).

Walaupun kata-kata yang digunakan oleh para ahli bermacam-macam dalam

mendefinisikan penerjemahan, akan tetapi pada hakikatnya ada satu garis besar

yang menjadi definisi pokok penerjemahan yaitu mengutarakan usaha pemindah

an atau pengalihan gagasan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan

memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan di antara bahasa sumber dan bahasa

sasaran.

2. Teknik Penerjemahan

Istilah teknik di dalam Collin English Dictionary (dalam Machalli, 2009) “a

technique is a practical, method, skill, or art applied to a particullar task” (teknik

adalah suatu metode, keahlian, atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas

tertentu). Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) Teknik bersifat praktis

(2) teknik dilakukan dalam tugas tertentu (dalam hal ini adalah penerjemahan).

Dalam dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode.

Metode adalah prosedur yang sifatnya kurang lebih normatif. Sesuai dengan

sifatnya yang praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan

13

praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun

penerjemahan tertentu (Machalli, 2009: 107).

Molina dan Albir membagi teknik penerjemahan 18 teknik yaitu: (1)Teknik

Adaptasi, (2)Teknik Amplifikasi, (3)Teknik Peminjaman, (4)Teknik Kalke, (5)

Teknik Kompensasi, (6) Teknik Deskripsi, (7) Teknik Kreasi Diskursif, (8)Teknik

Kesepadanan Lazim, (9)Teknik Generalisasi, (10)Teknik Amplifikasi Linguistik,

(11) Teknik Kompresi Linguistik, (12) Teknik Penerjemahan Harfiah, (13) Teknik

Modulasi, (14) Teknik Partikulasi, (15) Teknik Reduksi, (16) Teknik Subtitusi,

(17)Teknik Transposisi, (18) Teknik Variasi.

2.1.Teknik Adaptasi (Adaptation).

Teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan

dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang

mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam

BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih

akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya.

Contoh dari teknik ini adalah diterjemahkannya kata Cricket dalam bahasa inggris

british dengan Baseball dalam bahasa Inggris american (Molina dan Albir, 2002:

501).

2.2.Teknik Amplifikasi (Amplification).

Teknik yang digunakan untuk memberikan Informasi dan penjelasan dari

bahasa sumber ke bahasa sasaran, dijelaskan secara eksplisit dan berbentuk

14

parafrase, sebagaimana cara untuk menjelaskan makna syahru ramadhan dalam

bahasa Arab menjadi bulan puasa kaum muslimin.

2.3.Teknik Peminjaman (Borrowing).

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau

ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa

penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized

borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Adapun contoh

dari penggunaan teknik ini adalah diterjemahkan kata Bulldozer dalam bahasa

Perancis menjadi Bulldozer dalam bahasa Inggris (pure borrowing) (Molina dan

Albir, 2002 : 501), sedangkan contoh Naturalized borrowing adalah

diterjemahkannnya kata dalam bahasa arab صاحبة menjadi sahabat dalam bahasa

indonesia.

2.4. Teknik Kalke (Calque).

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau kata

Bsu secara literal, teknik dapat digunakan untuk menerjemahkan makna leksikal

maupun struktural. Contoh : secretariat general diterjemahkan menjadi sekretaris

jendral, begitu juga dengan frasa formal education diterjemahkan menjadi

pendidikan formal.

2.5.Teknik Kompensasi (compensation).

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada

bagian lain dari teks terjemahan. Teknik ini dipakai karena pengaruh stilistik

15

(gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Contoh : Diterjemahkannya

kalimat dalam bahasa arab معك ؟ ماذا menjadi ada apa ? dalam bahasa Indonesia.

2.6.Teknik Deskripsi (Description).

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengubah suatu kata

atau ungkapan dengan yang sesuai dengan bentuk dan fungsinya pada bahasa

sasaran.

2.7. Teknik Kreasi diskursif (discursive creation).

Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks. Hal

ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Contoh : Judul buku Si

Malinkundang diterjemahkan sebagai A betrayed son si Malinkundang

2.8.Teknik Kesepadanan Lazim (Established equivalent).

Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim

(berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan

penerjemahan harfiah. Contoh : Kata dalam bahasa arab رسول diterjemahkan

menjadi utusan dalam bahasa indonesia.

2.9.Teknik Generalisasi (Generalization).

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu

yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan

yang spesifik. Contoh : kata becak dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi

vehicle dalam bahasa inggris.

16

2.10. Teknik Amplifikasi linguistik (linguistic amplification).

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur

linguistik dalam BSa. Teknik ini lazim diterapkan pada pengalihbahasaan

konsekutif dan sulih suara. Contoh : Ungkapan I get it diterjemahkan menjadi

biar saya saja yang mengangkat teleponnya (Prima, 2011).

2.11. Teknik Kompresi Linguistik (Linguistic Compression).

Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada

BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik

ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks serial

tv. Contoh : You must find out diterjemahkan menjadi carilah! ( Prima, 2011).

2.12. Teknik Harfiah (Literal Transltation).

Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan

dengan tidak memperhatikan konteks. Contoh : Kalimat أرئيتم؟ diterjemahkan

menjadi apakah kalian melihat ?.

2.13. Teknik Modulasi (Modulation)

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang,

fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut

pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Contoh : Encre de Chien

dalam bahasa prancis bermakna tinta anjing diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris menjadi Indian Ink ( Molina dan Albir, 2002: 501).

17

2.14. Teknik Partikularisasi (Particularizaton).

Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih

konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat atau bisa disebut dari

umum ke khusus. Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter

(superordinat ke subordinat)

2.15. Teknik Reduksi (Reduction).

Teknik yang digunakan dengan penghilangan secara parsial (bagian),

karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna.

Teknik ini digunakan untuk mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Contoh:

the month of fasting diterjemahkan menjadi Ramadan. Penghilangan frasa the

month of fasting untuk penerjemahan kata benda Ramadhan ke dalam bahsa

Inggris karena kata tersebut ada dalam bahasa Arab dan sudah mengandung

makna the month of fasting atau bulan puasa, sehingga tidak perlu disebutkan

lagi.

2.16. Teknik Subsitusi (Subsitution).

Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan

paralinguistik (intonasi atau isyarat).Contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,

yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima Kasih.

18

2.17. Teknik Transposisi (Transposition).

Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori

gramatikal. Seperti kata menjadi frasa. Contoh : kalimat تقرتح diterjemahkan

menjadi kata usulanmu.

2.18. Teknik Variasi (Variaton).

Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi,

isyarat, gaya bicara), yang berdampak pada variasi linguistik.Hal ini biasanya

terjadi pada penerjemahan suatu bahasa yang memiliki dialek berbeda, atau

penerjemahan untuk sebuah teater, buku cerita anak-anak dan masih banyak lagi.

3. Metode Penerjemahan

Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa inggris berarti cara

mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena

(Kridalaksana, 2008:153), yang dalam Macquire Dictionary (1982) “a method is a

way of doing something, especially in accordance with a definite plan (metode

adalah cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu)

Macquire Dictionary (dalam Machalli, 2011).

Adapun dari definisi di atas dapat ditarik dua hal penting bahwasanya metode

adalah pertama cara melakukan sesuatu yaitu cara melakukan penerjemahan dan

kedua metode berkenaan dengan rencana tertentu yaitu rencana dalam

pelaksanaan terjemahan (Machalli, 2011: 76). Secara umum metode

penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih oleh seorang

19

penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan. Seorang penerjemah sangat

mungkin menggunakan lebih dari satu metode penerjemahan. Meskipun ada

metode yang paling dominan digunakan oleh seorang penerjemah dalam kegiatan

penerjemahannya. Newmark (1988) membagi metode penerjemahan menjadi dua

kelompok, yaitu (1) metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sumber,

(2) metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sasaran (Newmark, 1988:

45 ).

Dua penekanan yang berbeda ini kemudian dikelompokan menjadi delapan

metode penerjemahan sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :

Penekanan Pada Bahasa Sumber Penekanan Pada Bahasa Sasaran

Penerjemahan kata demi kata Adaptasi

Penerjemahan Literal Penerjemahan Bebas

Penerjemahan Setia Penerjemahan Idiomatis

Penerjemahan Semantis Penerjemahan Komunikatif

Tabel 5. Metode Penerjemahan Peter Newmark.

3.1.Metode yang Memberi Penekanan Pada Bahasa Sumber.

3.1.1. Metode penerjemahan Kata demi Kata.

Metode penerjemahan kata-demi-kata (word-for-word translation), biasanya

kata-kata Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu atau disebut dengan

20

interlinear translation. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata,

sehingga susunan kata sangat dipertahankan. Dalam melakukan tugasnya,

penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa. Susunan kata dalam

kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap

kata diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks,

sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan secara harfiah.

Umumnya metode ini digunakan pada tahapan prapenerjemahan pada saat

penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme

Bsu. Jadi metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan.

Biasanya metode ini digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, namun tidak

lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum. Kecuali jika struktur kalimat

bahasa Inggris sama dengan struktur kalimat bahasa Indonesia (Newmark, 1988:

46 ).

3.1.2. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan

lurus (linear translation) berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan

penerjemahan bebas (free translation). Dalam proses penerjemahannya,

penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat dengan

Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula

dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian

menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa (Newmark,

1988: 46 ).

21

3.1.3. Penerjemahan Setia

Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya

mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-

batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya

diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada

atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu,

sehingga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing

(Newmark, 1988: 46 ).

3.1.4. Penerjemahan Semantis

Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada

penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan

kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan penerjemahan semantis lebih

fleksibel dengan Bsa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan

semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran (Newmark,

1988: 46 ).

3.2.Penerjemahan yang Memberi Penekanan pada Bahasa Sasaran

3.2.1. Penerjemahan Adaptasi (Saduran)

Adaptasi (adaptation) disebut dengan metode penerjemahan yang paling

bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan Bsa. Istilah

”saduran” dapat diterima di sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan

tema, karakter atau alur dalam Bsu. Memang penerjemahan adaptasi ini banyak

22

digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini terjadi peralihan

budaya Bsa ke Bsu dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa.

Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama untuk

dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua karakter dalam naskah

asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun dialog Tsu sudah disadur dan

disesuaikan dengan budaya (Newmark, 1988: 46 ).

3.2.2. Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas berupaya memproduksi materi tertentu tanpa

menggunakan cara tertentu. Dalam Hal ini penerjemah memproduksi isi semata

tanpa mengindahkan bentuk, Akibatnya metode ini menghasilkan teks target yang

tidak lagi memiliki gaya atau bentuk teks sumber. Dalam pratiknya penerjemah

bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada kata atau kalimat,Pencarian

padanan cenderung terfokus pada tataran sebagai satu kesatuan. Biasanya, metode

ini merupakan parafrase yang lebih panjang daripada bahasa aslinya (Newmark,

1988: 46 ).

Terdapat perbedaan antara metode adaptasi dan metode penerjemahan bebas,

yaitu penerjemahan bebas tetap mempertahankan pesan yang termaktub dalam

bahasa sumber (Al Farisi, 2009: 56).

3.2.3. Penerjemahan Idiomatis

Metode penerjemahan idiomatis berusaha memproduksi pesan bahasa

sumber, teteapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan

23

penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang

tidak terdapat dalam bahasa sumber (Newmark, 1988: 47 ).

3.2.4. Penerjemahan Komunikatif

Penerjemahan komunikatif (communicative translation) berupaya untuk

menerjemahkan makna kontekstual dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaan

maupun aspek isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca.

(Newmark, 1988: 47 ). Machali (2009: 83) menambahkan bahwa metode ini

memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan

pene rjemahan,

Hasil terjemahaan diupayakan mempunyai bentuk, makna dan fungsi yang

selaras dalam bahasa target. Sebab boleh jadi suatu kalimat sudah benar secara

sintaksis tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan maknanya boleh jadi sudah

sesuai tetapi secara pragmatik penggunaannya tidak pas dan tidak alamiah (Al-

Farisi, 2011: 57).

4. Hubungan antara Teknik Penerjemahan dan Metode Penerjemahan

Istilah prosedur atau teknik, menurut Newmark (1988) merujuk pada proses

penerjemahan kalimat dan unit terjemah yang lebih kecil, sedangkan metode

mengacu pada proses penerjemahan secara keseluruhan (Newmark, 1988).

Dengan kata lain prosedur penerjemahan terkait dengan penanganan teks pada

tataran mikro. Objek metode penerjemahan adalah wacana sementara objek

prosedur penerjemahan berupa kalimat yang notabene merupakan unit paling kecil

dalam ranah sintaksis (Al-Farisi, 2011: 60).

24

Adapun batasan anatara teknik dan metode penerjemahan menurut Newmark

adalah : “[w]hile translation methods relate to whole texts, translation

procedures are used for sentences and the smaller units of language”. Metode

penerjemahan berhubungan dengan keseluruhan teks yang diterjemahkan secara

garis besarnya, sedangkan teknik penerjemahan digunakan ke dalam unit satuan

bahasa yang lebih kecil, seperti, morfem,kata dan kalimat (Newmark, 1988: 40).

5. Kalimat Tanya

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai

pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, klausa

yang dimaksud merupakan klausa bebas yang menjadi bagian kognitif. Kalimat

merupakan kontruksi gramatikal yang berdiri atas satu atau lebih klausa yang

ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan

(Kridalaksana, 2008: 103). Cook dan Elson (dalam Henry, 1985) menyatakan

bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang

mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa.

Mulyana dalam bukunya Kajian wacana lebih luas lagi mengatakan tentang

bahwa kalimat selalu diandaikan sebagai susunan yang terdiri dari beberapa kata

yang bergabung menjadi satu pengertian dengan intonasi sempurna (final). Pada

kenyataannya kalimat mungkin saja terdiri atas satu kata.

Contoh :

1. O1 : Kuliah?

02: Enggak?

25

01: Ke mana?

02: Main

Contoh di atas merupakan sebuah dialog percakapan (tanya-jawab) yang

menunjukan aktifitas tanya jawab dengan menggunakan satu kata. Namun, kata-

kata yang diujarkan sudah dapat disebut sebagai kalimat, karena bentuk ungkapan

atau tuturannya memiliki esensi sebagai kalimat (Mulyana, 2008: 8).

Kalimat bila ditinjau dari konteks dan jawaban yang diberikan dibagi

menjadi 6 (Henry, 1985: 36). Salah satunya adalah kalimat pertanyaan, kalimat

tanya (interogatif) adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada

umumnya mengandung makna pertanyaan, dalam ragam tulis biasanya ditandai

oleh (?). Dalam bahasa Indonesia ditandai oleh –kah;apa;bagaimana, dan

sebagainya (Kridalaksana, 2008: 104). Kalimat pertanyaan atau question-sentence

adalah kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik selain dari pada

jawaban jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, panggilan dan

seruan. Pertanyaan ditandai oleh prosodik serta pola susunan kata tertentu dan

oleh kata tugas yang disebut kata tanya atau interogatory (Henry, 1985: 39).

Contoh :

Siapa nama anak itu ? Ali

Di mana ia tinggal? Di Bandung

Ke mana dia pergi ? Ke sekolah

26

5.1.Kalimat tanya apabila dilihat dari reaksi jawaban yang diberikan

dibedakan (Chaer, 2008:191) adanya:

1. Kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban “ya” atau “tidak”.

Atau “ya” atau “bukan”.

Contoh : Apakah pejabat itu ditahan KPK? Ya.

2. Kalimat interogatif yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur

(fungsi) kalimat.

Contoh : Apa isi peti itu? Buku

3. Kalimat interogatif yang meminta alasan.

Contoh : Mengapa kamu sering telat? Karena rumah saya jauh.

4. Kalimat interogatif yang meminta pedapat atau buah pikiran orang lain.

Contoh : Bagaimana cara mengangkut batu besar ini ? Dengan bantuan

mesin katrol

5. Kalimat interogatif yang menyungguhkan. Biasanya diiringi dengan kata

“bukan”.

Contoh : Anda berasal dari Papua, bukan?

6. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung

Secara formal, berdasarkan modusnya kalimat dibedakan menjadi kalimat

berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah

(imperatif).Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan

27

sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat

perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan,

apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk memberitakan,

kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,

memohon, dsb.,tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct

speech act) (Wijana, 1996:30).

Adapun untuk berbicara secara sopan perintah dapat diutarakan dengan

kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya

diperintah bila hal ini terjadi maka tuturan yang terbentuk adalah tindak tutur

tidak langsung (indirect speech act) (Wijana, 1996:30).

Contoh:

a. Ada makanan di lemari

b. Di mana sapunya?

Kalimat (a) bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan

makanan, dimaksudkan untuk memerintahkan lawan tuturnya untuk mengambil

makanan yang ada di almari, bukan sekedar menginformasikan bahwa di almari

ada makanan, sedangkan kalimat (b) bila diucapkan oleh seorang ibu kepada

anaknya, tidak hanya berfungsi untuk menanyakan di mana sapu, akan tetapi juga

secara tidak langsung memerintahkan untuk mengambil sapu itu.

7. Subtitle

Subtitle yaitu memberikan terjemahan pada dialog bahasa sumber ke

bahasa sasaran dalam bentuk disinkronkan keterengannya, biasanya dibagian

28

bawah layar. Subtitling sebagai bentuk foreignisasi merupakan pendekatan untuk

penerjemahan yang dapat digambarkan sebagai “mengirim pembaca ke luar

negeri” . Subtitle dapat membuat penonton terbawa ke dalam budaya, nuansa dan

citarasa kebudayaan negara lain tanpa harus pergi ke negara tersebut. Selain itu,

dalam dunia industri serial tv, pengalihan bahasa dalam bentuk subtitle lebih

menjadi pilihan karena secara finansial lebih ekonomis dan praktis (Amalia,

2010).

Prinsip subtitling adalah membantu penonton untuk memahami isi serial

tv, bukan sibuk membaca. Oleh karena itu bahasa subtitle haruslah singkat, padat

dan tepat sasaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan

benar. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penerjemah

metode subtitle serial tv, yaitu :

a) Nama sutradara, produser , crew dan aktor film yang muncul pada opening

dan ending serial tv tidak perlu diterjemahkan.

b) Lirik lagu hanya diterjemahkan ketika menjadi bagian dari isi film.

Apabila hanya bagian dari ilustrasi, maka tidak perlu diterjemahkan

c) Kalau ada repetisi kata, cukup satu kata yang diterjemahkan.

d) Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas.

e) Tulisan di papan nama, surat, email, dan lain-lain. yang berkaitan dengan

isi film harus diterjemahkan.

29

f) Ungkapan peribahasa jangan diterjemahkan secara harfiah namun

sebaiknya diterjemahkan sesuai dengan padanannya pada bahasa

Indonesia.

g) Boleh menyederhanakan penerjemahan dan tidak perlu mendetail, akan

tetapi tetap harus memperhatikan pola Subjek-Predikat-Objek.

Sumber : (http://www.accurapid.com/journal/32serial tv/html ). diakses

pada tanggal 25 Oktober 2015.

F. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti

untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat

objek penelitian dilakukan. Data sekunder merupakan data yang telah

dikumpulkan untuk maksud menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data

ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan

dengan penelitian yang dilakukan.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan kalimat tanya

(interogatif) yang terdapat pada subtitle berbahasa Arab. Sumber data primer

penelitian ini diambil dari serial tv Shalahuddin Al-Ayyubi, sebuah serial tv dari

negara Yordania yang distrudarai oleh Khatim Aliy kemudian dibeli oleh salah

satu stasiun tv swasta Indonesia yaitu MNCTV. Adapun sumber data sekunder

30

pada penelitian ini mengambil dari subtitle serial tv yang diterjemahkan oleh

pihak MNCTV. Serial tv ini berbentuk mini seri berjumlah 29 episode. Namun,

peneliti hanya mengambil episode 1 dan 2 untuk diteliti.

G. Metode dan Teknik Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menuturkan dan

menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena

yang terkadi saat penelitian berlangsung, sehingga hasil dari penelitian deskriptif

disajikan dengan realita atau hasil yang ada (Subana dan Sudrajat, 2005:89).

Adapun penelitian ini akan mengkaji mengenai teknik dan metode penerjemahan

kalimat tanya yang terdapat pada subtitle serial tv ini.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan sampling,

teknik sampling terbagi menjadi dua cara, yaitu cara acak dan cara bukan acak

(Subana dan Sudrajat, 2005:117). Penelitian ini menggunakan teknik sampling

random dengan ketentuan : (1) Data yang dipilih merupakan kalimat tanya yang

memiliki penanda kalimat tanya, seperti kata tanya, tanda tanya dan intonasi

pertanyaan. (2) Kalimat tanya (interogratif) dalam Bsa yang disampaikan dalam

bentuk kalimat pernyataan (imperatif) Bsu. (3) Data berupa kalimat tanya yang

dapat dipahami oleh peneliti dengan baik dan jelas.

Data yang diperoleh dari teknik ini akan diklasifikasikan sesuai dengan

bentuk struktur yang ada dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran. Setelah

data sudah diklasifikasikan maka data tersebut akan dianalisis sesuai dengan

teknik dan metode penerjemahan yang terdapat pada kajian teori. Data akan

diklasifikasikan sesuai dengan bentuk struktur yang ada dalam bahasa sasaran

31

maupun bahasa sumber. Setelah data diklasifikasikan sesuai dengan struktur

bentuk, maka data tersebut akan diuraikan dan didiskripsikan dengan teknik yang

tepat dalam penerjemahan data tersebut.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori analisis data dari teori

yang dikemukan oleh Sutopo (2002: 91). Proses analisis dalam penelitian

kualitatif terdapat tiga komponen yang harus dikuasi oleh peneliti. Komponen

tersebut adalah (1) Reduksi Data, (2) Sajian Data, (3) Penarikan kesimpulan dan

verifikasinya.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam analisis sebuah data yang

merupakan proses seleksi data, pengfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari

fieldnote (Sutopo, 2002: 91). Reduksi data ini berlangsung sejak peneliti

mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, memilih kasus dan

menyusun pertanyaan. Pada pengumpulan data berlangsung, reduksi data

dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh dari data

tersebut. Data yang diperoleh dari sumber data akan diklasifikasikan sesuai

bentuknya, kemudian disederhanakan dan dibuat data inti penelitian.

2. Sajian data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam

bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian

data ini merupakan penyusunan kalimat secara logis dan sistematis, sehingga bila

dibaca, akan mudah dipahami tentang berbagai hal yang terjadi dan

32

memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis (Sutopo, 2002: 92).

Sajian data ini harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di

dalam penelitian ini. Sajian data ini berbentuk narasi yang disusun dengan

pertimbangan permasalahannya dengan menggunakan logika penelitiannya.

Sajian data dalam penelitian tidak hanya berbentuk narasi kalimat, sajian

data bisa berupa jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja kaitan kegiatan,

dan berupa tabel guna untuk memperkuat narasinya.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Pada awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti

dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-

peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan

sebab akibat dan berbagai proposisi.

Simpulan yang diperoleh perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-

benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan aktivitas

pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat.

(Sutopo, 2002: 93).

H. Sistematika Penyajian

Penelitian ini disusun dalam tiga bab. Bab pertama merupakan pendahuluan

yang memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

dan pembatasan masalah, kajian teori, metode dan teknik, dan sistematika

penyajian. Latar belakang membahas tentang suatu hal yang melatarbelakangi

peneliti memilih tema ini sebagai objek penelitian. Kajian pustaka adalah

33

merupakan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya tentang teknik dan metode penerjemahan subtitle serial tv.

Sedangkan kajian teori memuat tentang landasan teori yang dipakai dalam

penelitian ini, teori yang dipakai dalam penelitian ini berupa pengertian

penerjemahan, teknik-teknik penerjemahan, metode penerjemahan, teori kalimat

tanya dan subtitle.

Bab kedua merupakan pembahasan atau analisis rumusan masalah pertama

yang mengungkap tentang teknik penerjemahan kalimat tanya pada subtitle serial

tv Shalahuddin Al Ayyubi versi MNCTV, sedangkan rumusan masalah kedua

membahas tentang metode penerjemahan yang dipakai dalam menerjemahkan

kalimat tanya yang terdapat pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi

MNCTV.

Bab ketiga ditutup dengan kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan

penutupan dari penelitian yang di dalamnya akan dihadirkan kesimpulan yang

dapat diperoleh dari pembahasan pada bab kedua dan ketiga. Adapun kesimpulan

harus mampu menjawab rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti. Lalu,

pada bab ini juga terdapat saran yang berlandaskan pada pembatasan masalah

untuk para peneliti yang lain, sehingga peneliti lain bisa melanjutkan penelitian ini

dan mengembangkannya terkhusus pada penelitian subtitle serial tv.