Upload
hajinguk
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan sumber bahan
kimia yang berguna sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
obat-obat baru serta untuk kepentingan berbagai industri, terutama industri
flavoring agent untuk aneka makanan dan minuman, fragrance untuk sabun,
parfum dan kosmetik serta untuk obat-obatan/farmasi. Senyawa kimia yang
dihasilkan oleh suatu tumbuhan yang satu dan lainnya sangat berbeda, tergantung
pada lokasi tumbuh dan jenis tanamannya.
Menurut Irna et al (2007), di planet ini terdapat kurang lebih 250.000 jenis
tumbuhan tingkat tinggi yang mengandung aneka senyawa kimia alami. Dari
jumlah tersebut, baru sekitar 750 jenis (0,3%) yang telah diteliti dan 135.000 jenis
(54%) terdapat di hutan-hutan tropika, dimana hutan tropika di Indonesia
mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi ini dan sangat
potensial untuk diteliti. Dengan demikian, berarti bahwa Indonesia sebenarnya
merupakan gudang bagi bahan kimia alami yang belum ditemukan dan tidak
ternilai harganya baik untuk masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu,
sangat diharapkan bahwa penelitian bahan kimia alami dapat menjadi ujung
tombak bagi para peneliti Indonesia untuk mengekspl orasi potensi sumber daya
alam ini, khususnya potensi keberadaan bahan kimia alami yang melimpah di
Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, di Indonesia, tumbuh subur tanaman
sereh sebagai tanaman “multi guna” karena batang dan daunnya selain dapat
dimanfaatkan sebagai penyedap/bumbu-bumbu aneka makanan dan minuman juga
dapat dipergunakan sebagai pengusir nyamuk Aedes Aegypty yang menyebabkan
penyakit “Demam Berdarah Dengue (DBD)”, pengusir serangga, pengusir lalat
buah, penurun panas, sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan bagi
manusia, pengobatan pasca persalinan, dan pereda kejang, sedangkan akar
tanaman sereh wangi dapat digunakan sebagai obat peluruh air seni, peluruh
keringat, peluruh dahak atau obat batuk, dan penghangat badan. Tanaman Sereh
Wangi (Cymbopogon winterianus jowitt) tersebut mengandung minyak atsiri yang
2
disebut Citronella Oil yang selain memiliki multi khasiat sebagai bahan obat
tradisional maupun modern, juga merupakan aset nasional yang perlu terus digali,
diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Akhir-akhir ini Minyak
Sereh Wangi menarik perhatian dunia, karena mempunyai sifat aktif biologis
sebagai anti jamur alami dan anti bakteri sehingga dapat dipergunakan sebagai
bahan pengawet pada makanan dan sebagai anti-biotik. Menurut hasil penelitian
Khoirotunnisa (2008), Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus jowitt) adalah
salah satu tanaman obat tradisional dimana minyak atsiri yang terkandung
didalamnya mempunyai aktivitas anti-jamur utamanya terhadap jamur Malassezia
furfur (jamur penyebab penyakit kulit yang disebut dengan “panu”) secara invitro.
Oleh karena itu penelitian dan pengembangan tentang isolasi senyawa kimia yang
terkandung didalam Minyak Sereh Wangi tersebut merupakan bagian dari upaya
peningkatan nilai tambah dan hilirisasi industri berbahan baku Minyak Sereh
Wangi beserta produk-produk turunannya.
Pada umumnya, industri Minyak Sereh Wangi di Indonesia masih
merupakan industri hulu yang baru mampu menghasilkan minyak kasar yang
langsung diekspor dengan harga yang murah, sedangkan industri hilirnya yang
berupa industri kosmetika, flavoring agent, fragrans dan obat-obatan sudah
berkembang, bahkan sudah mampu menghasilkan komoditi ekspor dengan
menggunakan bahan baku impor yang harganya jauh lebih mahal dari pada harga
Minyak Sereh kasar yang diekspor. Sampai saat ini yang belum berkembang di
Indonesia justru pada industri antara (intermediate), yaitu industri yang
menghasilkan barang setengah jadi yang diperlukan industri hilir.
Pada saat ini penggunaan minyak atsiri sebagai obat dari bahan alam
semakin diminati masyarakat, terlebih lagi seiring dengan adanya gerakan
kembali ke alam (back to nature) yang dilakukan oleh masyarakat dunia, tanaman
obat makin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman
dan obat-obatan. Dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanfaatan
sumber daya alam tersebut, maka pemanfaatan produk herbal semakin
berkembang tidak hanya di negara-negara Timur saja, melainkan sudah merambah
ke negara-negara Barat. Hal ini tampak dari data WHO yang menunjukkan bahwa
3
permintaan produk herbal di negara-negara Eropa dalam kurun waktu 1999-2009
diperkirakan mencapai 66 % dari permintaan dunia.
Dalam rangka pengembangan industri Minyak Sereh Wangi dan
turunannya ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah pengadaan bahan baku, proses produksi, tata niaga dan bentuk
pengusahaannya. Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan yang
sangat ketat ini permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam rangka
pengembangan industri minyak atsiri beserta produk-produk turunannya,
khususnya dalam rangka mewu-judkan berdirinya industri - industri antara
(intermediate) tersebut diatas adalah adanya tantangan bagi para produsen
maupun eksportir minyak atsiri beserta produk turunannya untuk mampu
memproduksi serta memasok bahan Aroma Chemical atau Kimia Adi dari minyak
atsiri dengan kualitas yang baik atau sesuai dengan standar mutu yang berlaku
baik secara nasional maupun internasional. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk
mempertinggi kualitas serta nilai ekonomi Minyak Sereh Wangi ini, perlu
dilakukan beberapa usaha, antara lain :
1. Isolasi komponen utama minyak atsiri Sereh Wangi
2. Pemurnian lanjut untuk menghasilkan produk yang lebih murni.
3. Sintesa turunan Minyak Sereh Wangi
4. Formulasi untuk produk akhir sebagai flavouring agent atau fragrance
Sampai saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara produsen Minyak Sereh
Wangi terbesar nomor dua di dunia setelah Cina (Boelens, 1994). Selain itu,
Minyak Sereh Wangi ini juga memiliki pasaran yang luas dan bagus serta berdaya
saing kuat di pasaran luar negeri sehingga bisa dijadikan komoditi ekspor utama
diantara berbagai jenis minyak atsiri lainnya. Perkiraan kebutuhan dunia akan
Minyak Sereh Wangi (Citronela Oil) rata-rata sebesar 1600-1750 ton/tahun
dengan harga ekspor rata-rata 42,5 US$ / kg. Menurut data ekspor dari BPS,
selama 5 tahun terakhir ini, tercatat ekspor Citronela oil dari Indonesia rata-rata
per tahun baru mencapai 55.924 kg (sekitar 3,20 - 3,50 % dari kebutuhan dunia).
Walaupun potensi keberadaan Minyak Sereh Wangi di Indonesia sangat besar dan
peluang pasarnyapun masih cukup terbuka lebar, namun ironisnya, untuk
memenuhi kebutuhan industri hilirnya, Indonesia masih harus mengimpor Minyak
4
Sereh Wangi dalam bentuk pure oil maupun produk turunannya atau fraksi aktif
yang terkandung didalam Minyak Sereh Wangi, terutama yang berupa Sitronelal,
Sitronelol dan Geraniol dengan harga yang jauh lebih mahal dari pada harga
minyak kasar yang diekspor (harga impornya 153,34 US$/ kg, sedangkan harga
eksponya hanya 65,9 US$/ kg), karena selama ini Minyak Sereh Wangi tersebut
diekspor dalam bentuk minyak kasar sehingga kurang optimal dalam
mendatangkan devisa bagi negara (Guenther, 1990). Oleh karena itu, perlu usaha
untuk meningkatkan nilai guna dan nilai tambah dari Minyak Sereh Wangi dengan
mengolahnya lebih lanjut menjadi pure oil maupun produk turunannya sebagai
bahan Aroma Chemical maupun Produk Kimia Adi seperti Sitronelal, Sitronelol,
dan Geraniol yang antara lain dapat dipergunakan sebagai bahan baku penyusun
komponen dalam rose oil yang harganya sangat mahal dan dibutuhkan untuk
bahan flavouring agent dan fragrance yang mempunyai nilai tambah tinggi dan
yang selama ini masih diimpor serta sangat dibutuhkan oleh berbagai industri
pangan, parfum, sabun dan industri kosmetik lainnya di dalam negeri.
Selain hal tersebut diatas, masalah lain yang sering muncul dalam proses
fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal adalah masalah bahaya
bahan kimia yang digunakan dalam proses tersebut terhadap kesehatan dan
lingkungan. Pada umumnya, pemakaian bahan kimia dalam proses fraksinasi
Minyak Sereh Wangi maupun isolasi Sitronelal ini berfungsi untuk mempercepat
proses atau untuk meningkatkan kadar dari fraksi yang dikehendaki. Bahaya
penggunaan bahan kimia dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal terhadap kesehatan dan lingkungan.ini dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu :
1. Aspek penggunaan berbagai jenis bahan kimia dalam proses fraksinasi maupun
isolasi sitronelal, sitronelol, dan geraniol dari Minyak Sereh Wangi Efek dari
beberapa bahan kimia yang dipakai dalam proses fraksinasi maupun isolasi
Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol dari Sereh Wangi terhadap kesehatan
maupun lingkungan, antara lain sebagai berikut :
a. Penggunaan NaCl pada proses isolasi total Geraniol, relatif tidak
berbahaya, tetapi bersifat korosif dan apabila dielektrolisis akan berubah
menjadi gas Clorida yang sangat beracun.
5
b. Pelarut organik seperti eter, alkohol, aseton, heksan, dan lain-lain merupa-
kan zat cair yang mudah terbakar.
c. Penggunaan bahan alkali seperti Na, K, dan Ca dapat dengan mudah
mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar, karena bahan kimia ini
reaktif terhadap air.
d. Penggunaan asam sulfat (H2SO4), asam klorida, (HCI) dan natrium
hidroksida (NaOH) yang digunakan dalam proses isolasi sitronelal dan
sitronelol dapat menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
gas-gas yang beracun dan korosif karena bahan kimia tersebut reaktif
terhadap asam. Selain itu asam sulfat dapat menimbulkan kerusakan atau
peradangan bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab seperti
kulit, mata, dan saluran pernapasan, karena bahan kimia ini termasuk
bahan kimia iritan.
e. Menurut Taufiqurrakhman dan Reuters (2011), penggunaan n-hexane
(solvent yang digunakan untuk ekstraksi/isolasi Sitronelal) dapat
mengakibatkan bahaya keracunan terhadap kesehatan dan jiwa bagi para
pekerja yang bersangkutan (sakit demam tinggi, bahkan sampai meninggal
dunia).
2. Aspek substitusi penggunaan bahan kimia pada industri yang berbahan baku
Sitronelal, Sitronelol dan Geraniol sintetis, antara lain sebagai berikut :
a. Bahan Kimia Aroma (Flavor and Fragrance)
Menurut Laszlo Somogyi dan Akihiro Kishi (2001), bahan kimia aroma
digunakan untuk flavoring agent atau senyawa penyusun komposisi rasa
(untuk menyampaikan rasa dan aroma yang menarik untuk makanan
olahan dan minuman) dan juga untuk fragrance agent atau senyawa
penyusun formulasi keharuman (yang memberikan aroma yang
menyenangkan bagi barang-barang konsumen seperti parfum,
perlengkapan mandi, kosmetik, deterjen dan pembersih rumah tangga).
Bahan campuran rasa dan aroma merupakan campuran kompleks,
termasuk pelarut dan pengencernya. Apabila salah dalam penerapan
formulasinya, senyawa-senyawa tersebut dapat berubah sifatnya menjadi
beracun dan bisa membahayakan kesehatan penggunanya.
6
b. Flavor Sintetis / Imitasi dari Senyawa Turunan Minyak Sereh
Pada saat ini terdapat lebih dari 200 bahan kimia aroma penyebab flavor
sintetis rasa buah (fruitiness), seperti: asam, alkohol, ester, aldehid, keton,
dan sebagainya. Bahan-bahan kimia aroma ini jika dicampur menjadi satu
dengan komposisi tertentu akan menimbulkan rasa buah. Diantara bahan-
bahan kimia tersebut diatas, ada beberapa yang dapat disubstitusi dengan
bahan kimia alami, yang antara lain adalah senyawa turunan sitronelal dan
geraniol dari minyak sereh wangi. Dampak dari upaya substitusi ini lebih
aman terhadap kesehatan maupun lingkungan dibanding dengan
penggunaan bahan-bahan kimia lainnya terutama yang bukan berasal dari
alami. Flavor sintetis banyak dipakai dalam industri minuman dan aneka
roti atau confectionary. sebagai contoh antara lain sebagai berikut :
- Flavor Sintetis Strawberry dapat disubstitusi dengan senyawa turunan
Geraniol
- Flavor Sintetis Nenas dapat disubstitusi dengan senyawa turunan
sitronelal
- Vanillin (pure chemical, bukan vanilla), dapat disubstitusi dengan
senyawa turunan sitronelal
c. Parfum.
Parfum berasal dari bagian-bagian tertentu dari aneka tumbuhan minyak
atsiri (contoh : akar wangi, kayu cendana, kulit kayu cinamon, daun sereh
wangi, bunga rose, bunga lavender, buah pala, buah lemon, myrrh, dan
sebagainya). Parfum dapat juga berasal dari bahan kimia (isolate). Produk
isolat diturunkan langsung dari masing-masing minyak atsiri melalui
reaksi kimia, dimana senyawa ini tidak ada dalam alam, bahan ini
merupakan produk esterifikasi seperti : formiat, asetat, propionat, dan
ester-ester dari citronellol, linalool, geraniol, terpinol, dan lain sebagainya.
Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri dimana salah
satunya adalah minyak sereh wangi atau dibuat sintetis. Dampak dari
upaya substitusi ini lebih aman terhadap kesehatan maupun lingkungan
7
dibanding dengan penggunaan bahan-bahan kimia lainnya terutama yang
bukan berasal dari alami.
Karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, perlu adanya
perancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal yang
tidak menggunakan bahan kimia apapun baik untuk pelarut maupun stimulant
dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan produk
dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah lingkungan, serta hasil
perhitungan kelayakan finansial untuk penerapannya di industri.
1.2. Perumusan Masalah
1. Indonesia dikenal sebagai negara produsen Minyak Sereh Wangi terbesar
nomor 2 (dua) di dunia setelah Cina, namun industri Minyak Sereh Wangi di
Indonesia sebagian besar masih merupakan Industri hulu yang baru mampu
menyediakan minyak sereh kasar yang langsung diekspor, sedangkan Industri
hilirnya yang berupa industri kosmetika, flavoring agent, fragrance, dan
farmasi sudah berkembang bahkan sudah menghasilkan komoditi ekspor
dengan menggunakan bahan baku impor.
2. Terdapat kesenjangan harga yang sangat besar antara harga ekspor Minyak
Sereh kasar dan impor Minyak Sereh murni maupun produk turunan Minyak
Sereh Wangi, utamanya Sitronelal.
3. Sampai saat ini yang belum berkembang di Indonesia justru industri antara
(intermediate), yaitu industri yang menghasilkan barang setengah jadi yang
diperlukan industri hilir berbahan baku Minyak Sereh Wangi dan produk
turunannya.
4. Pemakaian bahan kimia dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi
ataupun isolasi Sitronelal dapat membahayakan kesehatan bagi pekerja yang
bersang-kutan atau pengguna dari produk dimaksud dan juga akan
memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan.
5. Dalam rangka menghadapi persaingan yang sangat ketat pada era globalisasi
saat ini, para produsen maupun eksportir minyak atsiri ditantang untuk
mampu memproduksi serta memasok bahan kimia aroma (aroma chemical)
ataupun kimia adi dari minyak atsiri, dalam hal ini adalah Sitronelal dengan
8
kualitas yang baik atau sesuai dengan standar mutu yang berlaku baik secara
nasional maupun internasional.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan
produk dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah lingkungan.
2. Memperoleh hasil perhitungan kelayakan finansial untuk menerapkan hasil
rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal pada
industri dalam rangka mewujudkan berdirinya industri antara (intermediate)
berbahan baku Minyak Sereh Wangi dan produk turunannya di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam :
1. Pengembangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal
dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi serta ramah lingkungan.
2. Penghitungan kelayakan finansial untuk menerapkan hasil rancangan proses
fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal tersebut di atas di
industri dalam rangka mewujudkan berdirinya pabrik yang memproduksi
barang setengah jadi atau produk “antara (intermediate)” yang berbahan baku
Minyak Sereh Wangi di Indonesia.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi:
1. Karakterisasi bahan baku (minyak sereh wangi).
2. Perancangan proses isolasi sitronelal dari minyak sereh wangi yang ramah
lingkungan.
3. Kajian kelayakan finansial dari perancangan proses fraksinasi Minyak Sereh
Wangi dan isolasi Sitronelal, untuk penerapannya di industri
9
1.6. Kebaruan (Novelty) Dari Hasil Penelitian
Kebaruan (novelty) dari hasil penelitian yang diharapkan adalah :
1. Ditemukannya rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan
produk dengan kuantitas, kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah
lingkungan. (tidak menggunakan zat kimia apapun dalam proses ini, baik
sebagai solvent maupun stimulant).
2. Dapat mewujudkan keberadaan industri antara (intermediate) di Indonesia,
yang menghasilkan barang setengah jadi yang diperlukan sebagai bahan baku
industri kosmetika, flavoring agent, fragrance dan farmasi yang selama ini
masih diimpor.
3. Dapat memeperkecil kesenjangan harga ekspor Minyak kasar Sereh Wangi
dan Minyak Sereh Wangi murni maupun produk turunannya, utamanya
Sitronelal.
4. Dapat menjawab tuntutan dinamika zaman, dimana para produsen minyak
atsiri dan produk turunannya ditantang untuk mampu memproduksi serta.
memasok bahan kimia aroma (aroma chemical) atau kimia adi dari minyak
atsiri, dalam hal ini utamanya adalah Sitronelal dengan kualitas yang baik,
sesuai dengan standar mutu yang berlaku baik secara nasional maupun
internasional.
10