Upload
vanminh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
1.1.1 Latar Belakang
Petualangan kelompok manusia di muka Bumi, umumnya dirangsang oleh
adanya daya tarik yang lebih kuat dari tempatnya bermukim dan bermasyarakat.
Selain berpetualang, banyak pula kelompok manusia yang berkelana di alam bebas
untuk melihat dan menyaksikan sesuatu yang belum pernah dijumpanya.
Petualangan atau perkelenaan, memang banyak dilakukan oleh manusia atau
kelompok manusia hingga sekarang. Hadirnya manusia membuat tata alam
senantiasa berubah. Perubahan ini juga dipacu oleh perkembangan IPTEK, hingga
semakin merangsang manusia untuk keluar dari lingkungan hidupnya untuk
melawat ke belahan bumi yang lain. Melawat keluar dari lingkungan hidupnya
selama beberapa hari atau lebih untuk menyaksikan keindahan tata alam,
masyarakat, dan atau hasil binaan disebut pariwisata. Berwisata memang memiliki
arti luas, tetapi pada hakekatnya ada beberapa tujuan, antara lain disebabkan oleh
kebutuhan untuk menyegarkan kembali rohani dan jasmani sesudah jenuh oleh
kesibukan kerja sehari-hari (Darsoprajitno, 2002).
Pada dasarnya dimana saja unsur wisata selalu sama, tetapi sesuai dengan
kedudukan geografinya di permukaan Bumi, tidak satu pun tata alam atau bentukan
alam yang sama di belahan Bumi lainnya. Demikian pula masyarakat, atau hasil
binaannya. Perbedaan inilah yang selalu merangsang seseorang atau sekelompok
orang untuk mengunjunginya. Rangsangan atau daya tarik yang kemudian
dikembangkan untuk kepentingan kepariwisataan, disebut daya tarik wisata
(Darsoprajitno, 2002).
Menurut Sunaryo (2013), secara sederhana daya tarik wisata seringkali
diklasifikasikan berdasarkan pada jenis dan temanya, yaitu dibagi menjadi tiga jenis
tema daya tarik wisata sebagai berikut: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata
budaya, dan daya tarik wisata minat khusus. Berbagai jenis atraksi dan daya tarik
wisata tadi mempunyai kedudukan yang sangat penting pada sisi produk wisata,
terutama dalam rangka menarik kunjungan wisatawan ke destinasi.
2
Indonesia dengan bentangan wilayah yang sangat luas yang didukung
sumber daya alam yang beraneka ragam serta berpotensi untuk diolah dan
dimanfaatkan. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional.
Indonesia memiliki berbagai macam potensi pariwisata, baik wisata alam maupun
wisata budaya karena Indonesia memiliki bermacam-macam suku, adat-istiadat, dan
kebudayaan yang karena letak geografis negara Indonesia sebagai negara tropis
yang menghasilkan keindahan alam dan satwa (Yoeti, 2008).
Kabupaten Kolaka merupakan salah satu daerah yang secara administratif
berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Pada perkembangan
pembangunannya telah banyak mengalami kemajuan dalam hal infrastruktur.
terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi memanjang dari
utara ke selatan, tepatnya pada 3°37’ - 4°738’ lintang selatan dan 121°05’-121°46’
bujur timur. Wilayah ini terletak ±165 km dari Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara
(Kota Kendari), merupakan pintu gerbang ekonomi sebelah barat Provinsi Sulawesi
Tenggara yang dapat diakses dengan mudah melalui transportasi darat, laut, dan
udara.
Objek wisata didaerah ini sangat beragam mulai dari objek wisata alam,
wisata buatan, dan wisata minat khusus. Keberadaan objek wisata alam Kolaka
tidak bisa dipungkiri oleh tiap wisatawan yang berkunjung karena memiliki
panorama yang indah dan eksotis, namun sampai saat ini pengembangan yang
dilakukan terhadap objek wisata alam di Kolaka mengalami kendala. Beberapa
kendala tersebut dapat dijelaskan pada tabel 1.1 dihalaman berikut.
3
Tabel 1.1. Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan No Urusan Pilihan Permasalahan
1. Urusan Pariwisata 1. Daya tarik obyek wisata belum optimal dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan,
lama tinggal dan belanja wisatawan.
2. Belum optimalnya upaya promosi dan
pemasaran dari produk-produk wisata.
3. Stagnasi pengembangan produk pariwisata
karena terbatasnya investasi di bidang
pariwisata.
4. Penyediaan sarana dan prasarana obyek
wisata belum memadai.
5. Aksesibilitas untuk transportasi menuju tiap
objek wisata masih belum memadai.
Sumber: RPJMD Kabupaten Kolaka tahun 2014 - 2019.
Objek wisata alam yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan
pertimbangan dari data-data sekunder yang diperoleh dan merujuk pada tolak ukur
jumlah kunjungan wisatawan, aksesibilitas, dan keunikan objek wisata, maka akan
terdeskripsikan pada tabel 1.2 dan 1.3 berikut.
Tabel 1.2 Data Statistik Wisatawan Kabupaten Kolaka
No Objek Wisata
Jumlah Kunjungan Wisatawan/Tahun
2012 2013 2014 2015 2016*
Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing
1. Sungai
Tamborasi
16.257 11 21.078 27 21.467 22 23.256 31 26.465 35
2. Tanjung Malaaha 3.021 2 3.217 - 4.977 2 6.321 4 7.745 7
3. Tanjung Kayu
Angin
9.879 7 11.265 12 12.947 7 14.669 11 15.653 10
4. Pantai Poturua
Watubangga
6.702 5 8.076 8 7.760 4 9.837 7 8.871 8
Ket*= Data sementara pada tahun berjalan.
Sumber: DISBUDPAR Kabupaten Kolaka, 2016.
Data statistik kunjungan objek wisata alam di Kabupaten Kolaka
menunjukkan bahwa wisatawan domestik mengalami peningkatan dari tahun 2012-
2016, sedangkan untuk kunjungan wisatawan asing mengalami penurunan yang
signifikan dalam 5 tahun tersebut. Tren pengunjung pada objek wisata alam di
daerah ini tidak jauh beda dari objek wisata alam yang ada di daerah lainnya.
Lonjakan pengunjung terjadi pada setiap hari-hari besar seperti libur hari raya
lebaran, libur hari kerja dan lain-lain.
4
Ak
sesi
bil
ita
s
Dap
at d
ijan
gk
au m
elal
ui
jalu
r d
arat
. B
erja
rak
±8
0
km
kea
rah
uta
ra d
ari
Ibu
ko
ta K
abu
pat
en,
kar
ena
leta
k p
osi
sin
ya
yan
g b
erad
a te
pat
dip
ingg
ir j
alan
mak
a o
bje
k w
isat
a in
i sa
ng
at m
ud
ah d
ijan
gk
au
bag
i w
isat
awan
d
aj
po
sisi
ny
a st
rate
gis
k
aren
a
ber
ada
dij
alur
Tra
ns
Su
law
esi.
Ak
ses
un
tuk
sa
mp
ai
dio
bje
k
wis
ata
ini
dib
utu
hk
an d
ua
jen
is t
ran
spo
rtas
i, t
ahap
per
tam
a
mel
alu
i ja
lur
dar
at
kea
rah
uta
ra
±30
k
m
dar
i
Ibu
ko
ta K
abu
pat
en,
sela
nju
tny
a m
eng
gu
nan
akan
per
ahu
trad
isio
nal
un
tuk
men
cap
ai
tan
jun
g
ters
ebu
t y
ang h
any
a b
erja
rak
±2
0 m
dar
i d
arat
an.
Ak
ses
un
tuk
m
enca
pai
o
bje
k
wis
ata
ini
leb
ih
mu
dah
di
jang
kau
mel
alu
i ja
lur
dar
at ±
20
km
kea
rah
u
tara
d
ari
Ibu
ko
ta
Kab
up
aten
m
enu
ju
ke
Kec
amat
an
Sam
atu
ru
Des
a S
ani-
san
i d
eng
an
ko
nd
isi
ja
lan
b
eras
pal
m
enu
ju
ob
jek
se
bag
ian
kec
il m
asih
ter
go
lon
g k
ura
ng
bai
k.
Ber
jara
k k
ura
ng
leb
ih 3
0 k
m d
ari
ban
dar
a S
ang
ia
Ni
ban
der
a K
ola
ka,
ob
jek
wis
ata
ini
mer
up
akan
yan
g
pal
ing
d
ekat
u
ntu
k
dij
ang
kau
o
leh
wis
ataw
an d
ari
luar
Pro
vin
si y
ang
men
gg
un
akan
jalu
r u
dar
a u
ntu
k k
e o
bje
k t
erse
bu
t.
Da
ya
Ta
rik
Mem
ilik
i 2
O
bje
k
wis
ata
alam
d
alam
sa
tu
lok
asi:
Su
mb
er
mat
a ai
r y
ang
k
elu
ar
dar
i
sela
-sel
a b
atu
d
eng
an
deb
it
yan
g
cuk
up
der
as
men
yer
up
ai
sung
ai
dan
lan
gsu
ng
b
erm
uar
a d
i p
anta
i y
ang
jara
kan
ya
±20
met
er s
ehin
gg
a d
iken
al
seb
agai
su
ng
ai t
erp
end
ek d
idun
ia.
Tak
Ju
ah d
ari
mu
ara
sun
gai
ter
dap
at
pan
tai
yan
g m
emis
ahk
an a
ir s
un
gai
yan
g t
awar
dan
air
lau
t y
ang
asi
n.
Pan
ora
ma
alam
y
ang
in
dah
, ai
r y
ang
je
rnih
,
dan
om
bak
yan
g t
enan
g.
Pan
ora
ma
alam
yan
g i
nd
ah,
den
gan
ham
par
an
pas
ir p
uti
h y
ang
ek
sto
tik
.
Pas
ir y
ang
mem
anja
ng
men
gik
uti
gar
is p
anta
i,
den
gan
p
ano
ram
a al
am
yan
g
ind
ah
sert
a
mer
up
akan
h
abit
at
kel
elaw
ar
yan
g
tin
gg
al
di
po
hon
cem
ara
den
gan
ju
mla
h b
any
ak.
Lo
ka
si
Des
a T
amb
ora
si,
Kec
. Iw
om
end
aa
Des
a M
alaa
ha,
Kec
. S
amat
uru
Des
a S
ani-
san
i,
Kec
. S
amat
uru
Des
a P
otu
rua,
Kec
.
Wat
ub
ang
ga
Ob
jek
Wis
ata
Su
ng
ai
Tam
mb
ora
si
Tan
jun
g
Mal
aah
a
Tan
jun
g K
ayu
An
gin
Pan
tai
Po
turu
a
No
1.
2.
3.
4.
Tab
el 1
.3 O
byek
dan
Day
a T
arik
Wis
ata
(OD
TW
)
Su
mb
er:
RIP
PD
A K
abu
pa
ten
Ko
laka
ta
hun
200
8.
5
1.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. bagaimana tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Kolaka?, dan
2. faktor dominan apa yang menjadi pendukung dan penghambat
pengembangan objek wisata alam?
3. Bagaimana strategi pengembangan objek wisata alam?
1.1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. mengklasifikasi tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Kolaka,
2. mengetahui faktor dominan pendorong dan penghambat pengembangan
objek wisata alam, dan
3. mengetahui stategi pengembangan yang dilakukan untuk pengembangan
objek wisata alam.
1.1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan
pengembangan objek wisata alam di Kabupaten Kolaka, dan
2. sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait
perencanaan pariwisata.
1.2 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.2.1. Telaah Pustaka
A. Konsep Geografi Pariwisata
Secara etimologis geografi terdiri dari kata geo atau gea yang artinya bumi,
dan grafein yang artinya lukisan atau gambaran, jadi geografi diartikan sebagai
ilmu yang melukiskan atau menggambarkan tentang bumi (Arjana, 2015). Menurut
Alfandi (2001), dalam Arjana (2015), berpendapat bahwa geografi adalah ilmu
6
yang menggunakan pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan,
ekologi dan sistem serta historis untuk mendeskripsikan dan menganalisis, struktur,
pola, fungsi dan proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal
balik dari serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian, dari kehidupan manusia
(penduduk), kegiatannya, budidayanya dengan keadaan lingkungannya di
permukaan bumi.
Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta ialah pari yang berarti sempurna
atau lengkap dan wisata yang berarti perjalanan, sehingga pariwisata berarti
perjalananan yang lengkap atau sempurna (Arjana, 2015). Menurut World Tourism
Organization (1995), dalam Arjana (2015), pariwisata adalah kegiatan orang-orang
yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan
biasanya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun secara berturut-turut untuk
memanfaatkan waktu senggang, urusan bisnis dan tujuan lainnya. Menurut Arjana
(2015), geografi pariwisata adalah studi yang menganalisis dan mendeskripsikan
berbagai fenomena fisiogeografis (unsur-unsur lingkungan fisikal) dan fenomena
sosiogeografis (unsur-unsur lingkungan manusia atau sosial budayanya) yang
memiliki keunikan, keindahan dan nilai, menarik untuk dikunjungi sehingga
berkembang menjadi destinasi pariwisata.
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan
wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business) maupun untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest) disebut sebagai
wisatawan. Wisatawan yang memiliki kewarganegaraan yang sama dengan
destinasi yang sedang dikunjunginya, maka kemudian wisatawan tadi disebut
sebagai wisatawan domestik, sedangkan bilamana wisatawan yang melakukan
kunjungan wisata tadi mempunyai status kewarganegaraan yang berbeda dengan
destinasi yang dikunjunginya, maka kategori wisatawan ini disebut sebagai
wisatawan internasional. Cara untuk melakukan kategorisasi atau pembedaan
terhadap wisatawan berdasarkan pada status kewarganegaraannya tadi juga
diberlakukan sama dalam melakukan penggolongan dan penyebutan some day
visitors atau pelancong, dengan demikian akhirnya dikenal juga di Indonesia istilah
7
penyebutan pelancong nusantara (domestic some day visitors) ataupun pelancong
mancanegara (international some day visitors) (Sunaryo, 2013).
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan daya tarik wisata
dikelompokkan menjadi tiga jenis berikut (Sunaryo, 2013).
a. Daya tarik wisata alam; adalah daya tarik wisata yang dikembangkan
dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan
yang telah tersedia di alam, seperti: Pantai dengan keindahan pasir
putihnya, laut dengan kekayaan terumbu karang maupun ikannya, danau
dengan keindahan panoramanya, gunung dengan daya tarik vulcanonya,
maupun hutan dan sabana dengan keaslian flora dan faunanya, sungai
dengan kejernihan air dan kedahsyatan arusnya, air terjun dengan
panorama kecuramannya, dan lain sebagainya.
b. Daya tarik wisata budaya; adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil
cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya (situs/heritage)
maupun nilai budaya yang masih hidup (the living culture).
c. Daya tarik wisata minat khusus; adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk
pemenuhan keinginan secara spesifik, seperti: pengamatan satwa
tertentu, memancing, berbelanja, kesehatan, dan penyegaran badan.
Menurut beberapa pakar seperti Marioti (1985) dan Yoeti (1987) dalam
Sunaryo (2013); mengemukakan bahwa daya tarik dari suatu destinasi merupakan
faktor yang paling penting dalam rangka mengundang wisatawan untuk
mengunjungi suatu destinasi, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama,
berikut.
a. Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan
“something to see”, Destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik
khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan, disamping itu juga harus
mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai
“entertainments” bila orang datang untuk mengunjunginya.
8
b. Destinasi tersebut juga harus mempunyai “something to do”, selain
banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus juga disediakan
beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan tempat atau wahana
yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti olahraga,
kesenian maupun kegiatan yang lain dapat membuat wisatawan betah
tinggal lebih lama.
c. Destinasi juga harus mempunyai “something to buy”, ditempat tersebut
harus tersedia barang-barang cindra mata (souvenir) seperti halnya
kerajinan rakyat setempat yang bisa dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh
untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
B. Konsep Pengembangan Pariwisata
Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata seperti halnya
diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan oleh para
pakarnya, pada intinya mengandung tujuan yang sama bahwa kerangka
pengembangan destinasi pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-
komponen utama sebagai berikut (Sunaryo, 2013).
a. Objek dan daya tarik (atraksi) yang mencakup: daya tarik yang berbasis
utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan.
b. Aksesibilitas, yang mencakup dukungan sistem transportasi yang
meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara,
pelabuhan dan moda transportasi lainnya.
c. Amenitas, yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata
yang meliputi: akomodasi, rumah makan, took cinderamata, fasilitas
penukaran uang, agen perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas
kenyamanan lainnya.
d. Fasilitas pendukung, yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang
digunakan oleh wisatawan. Seperti bank, telekomunikasi, pos, layanan
kesehatan, dan sebagainya.
9
e. Kelembagaan, yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-
masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata
termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.
C. Faktor Penarik dan Penghambat Objek Wisata
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, online). Faktor penarik dan pendorong suatu produk wisata (tourism
supply side) yang biasanya berwujud sistem destinasi pariwisata akan terdiri atau
menawarkan paling tidak beberapa komponen pokok sebagai berikut (Sunaryo,
2013).
a. Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya atau
minat khusus.
b. Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara, darat,
dan laut).
c. Fasilitas umum.
d. Fasilitas pendukung pariwisata.
e. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi.
2. Faktor Penghambat
Pengembangan objek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-
faktor penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya
tarik objek wisata yang ada ialah belum dikelolanya dengan baik oleh pihak
pemerintah yang berwenang dan belum tertatanya dengan baik aspek prasarana dan
sarana yang sebenarnya dapat dijadikan daya dukung untuk pengembangan objek
wisata di daerah ini. Keterbatasan prasarana dan sarana serta pengelolaan terhadapa
potensia wisata masih belum optimal. Hal tersebut merupakan dampak dari
kurangnya alokasi anggaran dana yang diperuntukkan bagi pengembangan sektor
pariwisata.
10
1.2.2 Penelitian Sebelumnya
Untuk perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya, penyusun
telah melakukan beberapa penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang terkait
dengan analisis pengembangan potensi objek wisata, diantaranya dijabarkan dalam
tabel 1.4 berikut.
Tabel 1.4 Perbandingan Penelitian Penulis dengan Penelitian Terdahulu
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode
Analisis Hasil
1. Marjoko, 2010. Analisis
potensi dan pengembangan
obyek wisata air umbul
ingas di Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten tahun
2008.
1. Mengetahui potensi
obyek wisata air
umbul ingas sebagai
obyek tujuan wisata.
2. Mengetahui usaha
pengembangan
potensi obyek wisata
air umbul ingas
sebagai obyek tujuan
wisata.
Analisis
skoring dan
analisis SWOT
Obyek wisata air umbul ingas
mempunyai kelas potensial
sedang. Hal ini dapat
diartikan bahwa tidak semua
karakteristik maupun potensi
yang ada di obyek wisata
umbul ingas merupakan
faktor pendorong dalam usaha
pengembangan obyek wisata,
namun juga ada faktor
penghambatnya.
2. Kartini La Ode Unga, 2011.
Strategi pengembangan
kawasan wisata Kepulauan
Banda.
1. Menentukan faktor-
faktor internal dan
eksternal yang
mendukung dan
menghambat
pengembangan
pariwisata
Kepulauan Banda.
2. Menentukan strategi
pengembangan
kawasan wisata
Kepulauan Banda.
Analisis
SWOT
Faktor-faktor Internal yang
mendukung pengembangan
pariwisata Kepulauan Banda
adalah keragaman atraksi,
image, kawasan yang sudah
terkenal sejak VOC, sifat
keterbukaan, keamanan, dan
kemudahan mencapai lokasi.
Sementara yang menghambat
adalah belum adanya pusat
informasi pariwisata, sifat
terhadap lingkungan masih
rendah, SDM masih rendah,
dan belum memadainya
infrastruktur pendukung.
Faktor-faktor eksternal yang
mendukung pengembangan
pariwisata Kepulauan Banda
adalah aksesibilitas,
perkembangan teknologi
11
informasi, regulasi serta
tingginya minat wisatawan.
Sementara yang menghambat
adalah interusi budaya dan
pengrusakan lingkungan.
Strategi prioritas berdasarkan
SWOT adalah pengembangan
wisata diving dan snorkeling,
membangun jaringan dengan
wisata lain, bekerjasama
dengan agen perjalanan, dan
membuat website.
3. Armin Subhani, 2010.
Potensi Obyek Wisata
Pantai di Kabupaten
Lombok Timur Tahun
2010.
1. Mengkaji berapa
besar potensi obyek
wisata pantai di
Kabupaten Lombok
Timur.
2. Membuat strategi
pengembangan obyek
wisata Pantai di
Kabupaten Lombok
Timur.
Analisis
skoring
(pengharkatan)
dan Analisis
SWOT.
Potensi obyek wisata Pantai
Lombok Timur sebagian
besar memiliki potensi sedang
untuk dikembangkan.
Sumber: Penulis, 2016
1.2.3 Kerangka Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pemikiran penelitian ini mengarah ke
potensi objek wisata alam sebagai tujuan. Untuk mengetahui potensi obyek wisata
alam di Kabupaten Kolaka perlu dilakukan penskoran terhadap variabel-variabel
berdasarkan parameter yang telah ditentukan, setelah dilakukan penskoran maka
dapat diketahui variabel-variabel apa saja yang mendukung maupun menghambat
dalam pengembangan objek wisata alam, lalu dapat diketahui potensi masing-
masing objek wisata alam dan diklasifikasikan berdasarkan nilai potensi obyek
wisata alam. Suatu wilayah yang memiliki obyek wisata sangat mengandalkan
potensi internal dan potensi eksternal. Baik potensi internal maupun potensi
eksternal pasti mempunyai keuntungan dan kelemahan.
12
Penentuan strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan analisis S-W-
O-T (Strength-Weakness-Opportunity-Threats) yang mempertimbangkan faktor
internal dan eksternal. Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) merupakan
sebagai faktor internal, Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats) sebagai
faktor eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang objek yang diteliti dibutuhkan
informasi dari hasil observasi, wawancara, dan pengambilan data sekunder terhadap
instansi terkait dan orang-orang yang dianggap tahu hal itu. Penekanannya adalah
bagaimana potensi yang ada dioptimalkan dengan mengurangi resiko atau hambatan
yang dihadapi.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini, dapat dilihat pada
gambar 1.1 dihalaman berikut. Dari gambar tersebut mempermudah untuk
memahami langkah-langkah dan tahap yang dilakukan oleh peneliti.
13
Sumber: Penulis, 2016.
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
Analisis ODTW
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Skoring
Klasifikasi Daya Tarik
Wisata alam:
Potensi Tinggi
Potensi Sedang
Potensi Rendah
Analisis S-W-O-T
Strategi
Pengembangan Saran
Observasi
Wawancara
Data Sekunder
Objek Wisata
Alam
14
1.3 Metode Penelitian
Metode merupakan kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis,
mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Penelitian adalah
penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistematis untuk mempelajari
sebuah fenomena alam/sosial guna mendapatkan jawaban atau penjelasan atas
berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan (Wardiyanta, 2006).
Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fenomena objek
wisata secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan melakukan survei lapangan atau
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode kuantitatif adalah alat analisis
yang dapat membantu pelaku usaha dalam dunia bisnis, termasuk bisnis pariwisata
dalam pengambilan keputusan, karena keputusan dalam dunia bisnis dapat dalam
bentuk atau berkaitan dengan, antara lain: optimasi, estimasi, identifikasi, maupun
eksplorasi masalah yang dihadapi (Moleong, 2006 dalam Rai Utama, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penggalian data melalui
observasi lokasi yaitu pada tiap-tiap objek wisata alam serta melakukan wawancara
terhadap para informan yang dipilih dari berbagai macam lapisan masyarakat yang
berkaitan langsung dengan objek yang diteliti, responden pada penelitian ini terdiri
dari wisatawan yang berkunjung ke objek wisata alam, serta informasi yang
didapatkan melalui wawancara pemerintah atau pihak pengelola terkait. Dengan
pertimbangan agar data yang didapatkan akan lebih dapat mewakili populasi dalam
penelitian ini. Komponen dalam metode penelitian ini meliputi penentuan daerah
penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, metode pengolahan data, dan metode analisis data.
15
1.3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) atau
berdasarkan tujuan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Kolaka, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Peneliti memilih lokasi tersebut karena obyek wisata alam di
daerah ini memiliki potensi untuk dikembangkan secara professional yang dapat
membantu perekonomian daerah, namun pengembangan obyek wisata alam masih
belum optimal dan sampai saat ini masih belum adanya pengkajian secara ilmiah
dari akademisi dalam hal pengembangan dan tata kelolanya. Peneliti bermaksud
membuat penelitian di daerah tersebut untuk nantinya hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca terutama yang ingin mengetahui masalah-masalah yang
berkaitan dengan potensi pengembangan objek wisata.
1.3.2 Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga (Wardiyanta, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung obyek
wisata alam (wisatawan) yang memanfaatkan obyek wisata di Kabupaten Kolaka
dan masyarakat setempat yang telah berdiam di daerah tersebut minimal 5 tahun.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari
obyek yang merupakan sumber data (Sukadarrumidi, 2006 dalam Rai Utama,
2012). Sampel penelitian untuk wisatawan ditetapkan secara accidental Sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti di objek wisata alam dan dianggap cocok
sebagai sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel. Setiap wisatawan yang
dijumpai langsung diambil sebagai responden dan ditetapkan sebanyak 5 sampai 10
orang. Sementara untuk sampel masyarakat lokal ditetapkan sebanyak 5 sampai 10
orang.
16
1.3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data yang terdiri dari:
a. Data Primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh
langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau
alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi
yang dicari (Wardiyanta, 2006). Data primer pada penelitian ini
diperoleh dari survey lapangan menyangkut objek yang akan diteliti dan
disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan pengamatan
langsung mengenai kondisi tiap-tiap obyek wisata alam di Kabupaten
Kolaka. Data juga diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa
wisatawan dan masyarakat lokal pada lokasi penelitian.
b. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat
pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek
penelitiannya (Wardiyanta, 2006). Data sekunder diperoleh dari
beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut
berupa: data kunjungan wisatawan, data objek wisata alam, data
prasarana dan sarana, data aksesibilitas, data yang diperoleh dari BPS.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kolaka untuk memperoleh data kunjungan
wisatawan, fasilitas, dan kebijakan sektor pariwisata di lokasi penelitian.
1.3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan terbagi dua, yaitu pengumpulan
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti
secara langsung terhadap objek penelitian melalui pengamatan/observasi langsung,
wawancara (interview), sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek
penelitian, serta mencocokkan dengan data yang lain dan terbaru.
1. Pengumupulan data primer.
a. observasi adalah cara mengumpulkan data berlandaskan pada
pengamatan langsung terhadap gejalan fisik obyek penelitian.
17
Observasi langsung digunakan untuk memperoleh data dan informasi
secara langsung mengenai keadaan tiap-tiap obyek wisata alam
melalui kunjungan lapangan.
b. Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan. Wawancara digunakan untuk memperoleh
data tentang kondisi fisik masing-masing obyek wisata alam dan
kondisi tentang keadaan obyek wisata alam yang ditujukan kepada
wisatawan, masyarakat lokal, pengelola/pemerintah terkait.
c. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dengan
mencatat data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang
diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaan. Data
tersebut berupa buku-buku, arsip-arsip, tabel-tabel, dan bahan-bahan
dokumentasi lainnya yang bermanfaat sebagai sumber data. Metode
dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data terkait baik
menggunakan media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau
dokumentasi telah melakukan penelitian.
1.3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri
yang dilengkapi dengan catatan observasi, catatan wawancara, serta kamera sebagai
alat dokumentasi.
1.3.6 Metode Pengolahan Data
Mengolah data merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan penelitian. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa untuk
memperoleh kesimpulan berupa kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai sebagai
jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Dalam
mengolah data, data-data primer dan sekunder yang diperoleh akan diolah melalui
beberapa tahapan, berikut.
1. Data naratif merupakan penyajian data ke dalam bentuk narasi dalam sebuah
paragraf, digunakan untuk menyajikan data kualitatif.
18
2. Tabulasi merupakan penyajian data-data ke dalam tabel.
3. Data diagram merupakan penyajian data dalam bentuk diagram agar mudah
dipahami oleh pembaca.
4. Data peta merupakan penyajian data yang dituangkan dalam perspektif
spasial dengan menggambarkan dalam bentuk peta
Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini diolah ke dalam bentuk
naratif, diagram, dan deskriptif yang didukung oleh hasil dokumentasi di lapangan
yakni foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di lapangan.
1.3.7 Metode Analisis Data
Analisis data pada dasarnya merupakan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, biasanya
menggunakan statistik (Wardiyanta, 2006). Metode analisis yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu dengan menelaah semua data-data yang diperoleh dari
berbagai sumber, baik dari hasil wawancara langsung, pengamatan di lapangan,
dokumentasi pribadi dan dokumen resmi. Untuk mengetahui seberapa besar potensi
masing-masing obyek wisata alam, maka digunakan teknik analisis skoring dan
klasifikasi interval kelas potensi obyek wisata, setelah itu melakukan analisis
terhadap faktor internal dan faktor eksternal lalu menyusun strategi pengembangan
dengan menggunakan analisis SWOT. Berikut pengertian kedua metode tersebut.
a. Analisis Skoring
Analisis skoring merupakan cara menilai potensi tiap-tiap variabel obyek
wisata dengan jalan memberikan nilai pada setiap variabel penelitian
sehingga diperoleh kelas potensi untuk masing-masing obyek wisata alam
berdasarkan penghitungan nilai setiap variabel penilaian. Dalam penelitian
ini, analisis skoring sangat diperlukan guna mengetahui tingkat potensi
objek wisata alam. Analisis penilaian didasarkan pada standar penilaian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata UGM seperti tersaji pada
tabel 1.5 dihalaman berikut.
19
No Analisis
Variabel
Potensi Obyek
Wisata Variabel Parameter Skor
1. Atraksi Kondisi obyek
wisata
Keindahan
panorama
Kebersihan
obyek wisata
Keamanan
obyek wisata
Kurang
Baik
Sangat baik
1
2
3
Keunikan obyek
wisata
Ada unik lokal
Ada unik nasional
Ada unik internasional
1
2
3
Obyek yang
dapat dinikmati
Tidak beragam
Beragam
Sangat beragam
1
2
3
Kondisi Air Ketersediaan air Tidak
Ada
Sangat Memadai
1
2
3
Kemudahan
memperoleh
Sulit diperoleh
Mudah diperoleh
Sangat mudahdiperoleh
1
2
3
Jarak sumber air Cukup jauh
Dekat
Sangat dekat
1
2
3
Lahan Objek
wisata
Kondisi lahan Lahan tidak memadai
Lahan memadai
Lahan sangat memadai
1
2
3
2. aktifitas Kesenian Jenis
pertunjukkan
Tidak ada
Ada, kurang beragam
Ada, sangat beragam
1
2
3
Even
kepariwisataan
Tidak pernah
Pernah
Sering
1
2
3
3. Aksesibilitas Jarak objek
wisata dari pusat
kota
≥ 100 Km
50 – 100 Km
≤ 50 Km
1
2
3
Kualitas jalan Kurang baik
Baik
Sangat baik
1
2
3
Sarana angkutan Tidak tersedia
Tersedia 1-3
Tersedia lebih dari 3
1
2
3
4. Amenitas Ketersediaan
prasarana dan
sarana
Homestay
Restoran/R.
makan
Pusat informasi
Parkiran
Toilet
Kios/warung
Musholla/rumah
ibadah
Souvenir
Jasa pariwisata
Tidak tersedia
Cukup tersedia
Tersedia
1
2
3
Tabel 1.5 Parameter Penilaian Potensi Daya Tarik Wisata
20
Sumber: Puspar UGM dalam Armin Subhani (2010).
Keterangan:
o Penskoran diberikan berdasarkan unsur panduan kriteria penilaian objek wisata
dengan cara observasi ke lokasi objek wisata, selanjutnya di lakukan dokumentasi
sebagai bukti.
o Menjumlahkan hasil skor dari setiap variabel yang dinilai.
o Hasil penjumlahan dimasukkan dalam klasifikasi Potensi.
o Masing-masing kelas dapat diketahui dengan membuat nilai interval pada masing-
masing kelas. Dibagi menjadi tiga kelas potensi yaitu potensi rendah, sedang, dan
tinggi.
o Menentukan tingkat potensi dengan cara menjumlahkan nilsai-nilai dari tiap
variabel dengan mengkalikan pada tiap kriteria skor:
Variabel x Skor (1,2,3) =
27 x 3 = 81
27 x 2 = 54
27 x 1 = 27
o Jika potensinya tinggi berarti sebagian besar variabel objek wisata alam merupakan
faktor penarik dan pendukung, potensi sedang berarti faktor penarik dan
penghambat adalah seimbang dalam karakteristiknya, potensi rendah berarti
sebagian kecil variabel objek wisata alam merupakan faktor pendorong
pengembangan objek wisata.
Gerbang tiket
Gazebo Ada 1 sampai 3
Ada 3 sampai 6
Ada 6 sampai 10
1
2
3
5. Fasilitas
pendukung
lainnya
Fasilitas Umum Layanan
Kesehatan/puske
smas
Tidak ada
Ada
Lebih dari satu
1
2
3
Layanan
biro/agen
perjalanan
Tidak ada
Ada
Lebih dari satu
1
2
3
JUMLAH:
Potensi Tinggi 55 – 81
Potensi Sedang 28 – 54
Potensi Rendah 0 – 27
21
Adapun unsur panduan untuk pemberian nilai terhadap masing-masing
variabel ditunjukkan pada tabel 1.6 berikut ini tentang kriteria penilaian (skoring)
potensi pariwisata.
Tabel 1.6 Kriteria Penilaian Potensi Pariwisata
No Rincian Unsur Penilaian Variabel
Potensi
Penilaian (Skoring)
Skor 1 Skor 2 Skor 3
1. Atraksi Kondisi Objek
Wisata
Belum
dilakukan
pengelolaan
untuk objek
wisata. Tidak
memiliki
keragaman
ataupun
keunikan untuk
menarik minat
wisatawan agar
berkunjung.
Kondisi fisik
sekitar objek
tidak terawat
atau kotor.
Keunikan objek
banyak
ditemukan di
tempat lain.
Objek wisata
telah dikelola
namun
perawatannya
belum optimal.
Memiliki
keunikan yang
dapat menarik
minat wisatawan
untuk
berkunjung.
Kondisi fisik
sekitar objek
wisata bersih
dan dibutuhkan
perawatan serta
penataan yang
lebih serius.
Keunikan objek
jarang
ditemukan di
tempat lain.
Telah dikelola
dan perawatan
lingkungan
objek wisata
sudah baik
sehingga
diperlukan
pengembangan
lebih serius
untuk menarik
minat
wisatawan.
Memiliki
keragaman
keuinikan dan
panorama alam
yang khas
sehingga
Keunikan objek
tidak terdapat di
tempat lain
ditemukan di
tempat lain dan
memiliki.
Kondisi Air Belum
dilakukan
pengadaan untuk
fasilitas air yang
ada di objek
wisata.
Telah dilakukan
pengadaan,
namun tidak
terawat.
Pengadaan dan
penataan
fasilitas air telah
dilakukan serta
terawat.
Kondisi Lahan Lahan sekitar
objek terganggu
dan tidak
memiliki lahan
untuk
pengembangan.
Lahan sekitar
terganggu, tetapi
memiliki lahan
untuk
pengembangan
objek wisata.
Kondisi lahan
sekitar objek
baik dan
memiliki lahan
yang memadai
untuk
pengembangan
objek wisata.
2. Aktifitas Kesenian Sama sekali
belum pernah di
lakukan
acara/even
kesenian guna
menarik minat
wisatawan untuk
berkunjung.
Kesenian yang
dimiliki
beragam namun
untuk even/acara
kesenian jarang
dilakukan.
Kesenian yang
dimiliki
beragam dan
pelaksanaan
untuk
even/acaranya
sering dilakukan
bertahap-tahap.
22
3. Aksesibilitas jangkauan ke
objek wisata
sangat sulit dan
fasilitas
transportasi
belum memadai
ditambah
dengan kondisi
infrastruktur
jalanan kurang
baik.
Jangkauan ke
objek wisata
begitu mudah
dan tidak jauh
dari Ibukota
Kabupaten,
namun beberapa
infrastruktur
aksesibilitas
belum memadai,
seperti kondisi
jalan, rambu-
rambu jalan
ataupun
penunjuk jalan.
Jangkauan ke
objek wisata
begitu mudah
dan fasilitas
untuk
mengakses ke
objek tersebut
sangat memadai.
4. Amenitas Ketersediaan
prasarana dan
sarana
Ketersediaan
fasilitas dari
tiap-tiap variabel
belum memadai
dan bahkan
belum ada sama
sekali.
Ketersediaan
fasilitas dari
tiap-tiap variabel
sudah ada dan
berfungsi, tetapi
masih terbatas
dan tidak
terawat.
Ketersediaan
fasilitas dari
tiap-tiap variabel
cukup memadai
dan semuanya
berfungsi untuk
digunakan serta
terawat.
5. Fasilitas pendukung lainnya Fasilitas Umum Fasilitas yang
diperlukan guna
menunjang
kebutuhan
wisatawan yang
berkunjung ke
objek wisata
tersebut belum
memadai
ataupun sama
sekali belum
ada.
Fasilitas umum
telah ada namun
pelayananannya
belum optimal.
Fasilitas umum
yang diperlukan
telah memadai
dan
pelayanannya
juga sangat baik.
Sumber: Puspar UGM (2005) dalam Arofa A. Rahman (2009).
b. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk
merumuskan strategi atas identifikasi berbagai faktor secara strategis berdasarkan
intuisi (pemahaman dan pengetahuan) expert terhadap suatu obyek. Analisis ini
didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor
lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal
berupa peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan atau dianggap
perusahaan (rangkuti, 2006). Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 1.2 dihalaman berikut.
23
Gambar 1.2 Matrix Grand Strategy
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat mengutungkan. Tiap objek
wisata alam tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented
strategy).
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, tiap objek wisata
alam memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3 : tiap objek wisata alam menghadapi pasar yang sangat besar,
tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi adalah
meminimalkan masalah-masalah internal sektor pariwisata
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
3. Mendukung Strategi
turn around
1. Mendukung strategi
agresif
4. Mendukung strategi
defensif
2. Mendukung strategi
diversfikasi
24
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, tiap
obyek wisata alam menghadapi berbagai macam ancaman
dan kelemahan internal.
Sebelum membuat matrik SWOT, terlebih dahulu membuat matrik strategi
internal dan eksternal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.7 dan 1.8 berikut.
Tabel 1.7 Matrik EFAS
Faktor- faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
(Skor)
Peluang:
Ancaman:
Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal (EFAS) antara lain:
1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh
tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4,
tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1).
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan kolom 4 (Rangkuti, 2006).
25
Tabel. 1.8 Matrik IFAS
Faktor- faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating
(Skor)
Kekuatan :
Kelemahan:
Cara-cara penentuan faktor strategi internal (IFAS) antara lain:
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
3. Hitung rating (dalam kolom) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4 (Rangkuti, 2006).
Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
pengembangan objek wisata alam, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
informasi tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun
faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi tiap objek
wisata alam dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matrik analisis SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman atau tantangan yang dimiliki.
26
Tabel 1.9 Matrik SWOT
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006
a. Strategi S&O
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, apabila dalam kajian terlihat
peluang-peluang yang tersedia dan ternyata juga memiliki posisi internal
yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif.
Dua elemen sektor pariwisata eksternal dan internal yang baik ini tidak
boleh dilepaskan begitu saja, tetapi akan menjadi isu utama pengembangan.
Proses pengkajiannya tidak boleh dilupakan adanya berbagi kendala dan
ancaman perubahan, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya untuk
digunakan sebagai usaha untuk keuanggulan komparatif.
IFAS
EFAS
Strength (S)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan
internal
Weakness (W)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan
internal
Opportunities (O)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor peluang
eksternal
Strategi S&O
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W&O
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan-kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Threaths (T)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor ancaman
eksternal
Strategi S&T
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W&T
Ciptakan strategi yang
menimilkan kelemahan-
kelemahan dan
menghindari ancaman
27
b. Strategi S&T
Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki
dalam mengatasi ancaman. Strategi ini mempertemukan interaksi antara
ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasi untuk memperlunak
ancaman atau tantangan tersebut, dan sebisa mungkin merubahnya menjadi
peluang bagi pengembangan selanjutnya. Pada bagian ini adalah strategi
dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi W&O
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Kotak ini merupakan kajian yang
menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada.
Peluang yang besar disini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor
untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk
memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan
keterbatasan potensi kawasan, strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada.
d. Strategi W&T
Strategi ini merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang akan
dihadapi obyek wisata Sungai Tamborasi dalam pengembangannya. Hal ini
dapat dilihat dari pertermuan antara ancaman dan tantangan dari luar dengan
kelemahan yang terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh
adalah mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan
dialami dengan sedikit membenahi sumber daya internal yang ada. Strategi
ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
28
1.4 Batasan Operasional
Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan
menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan
operasional sebagai berikut.
1. Analisis adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan membuat
rekomendasi sehingga dapat diambil tindakan manajemen yang tepat sesuai
dengan kondisi atau informasi yang diperoleh dalam pemecahan kasus
tersebut (Rangkuti, 2006).
2. Kepariwisataan adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Sunaryo, 2013).
3. Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
4. Obyek dan daya tarik wisata dilihat dari potensi pariwisata yang ada di tiap-
tiap objek wisata alam adalah: wisata alam, wisata view, wisata minat
khusus, wisata budaya.
5. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya didaerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan,
dan lain sebagainya.
6. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kesbutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya.
7. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan
untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business),
maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special
interest).
8. Analisis skoring adalah cara menilai potensi tiap-tiap variabel obyek wisata.
9. Faktor internal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang
berada atau berasal dari dalam obyek wisata.
29
10. Faktor eksternal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang
berada atau berasal dari luar obyek wisata.
11. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan.