Upload
dinhkien
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di antara jenis koperasi yang tumbuh di Indonesia1 salah satunya adalah
Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit. Koperasi simpan pinjam merupakan
suatu lembaga perekonomian yang anggota-anggotanya mempunyai kepentingan
langsung dalam lapangan perkreditan. Koperasi Simpan Pinjam memberikan manfaat
yang besar khususnya bagi anggota dan masyarakat umum, yakni dalam mencegah
anggota maupun masyarakat terlibat dalam jeratan kaum lintah darat atau rentenir pada
waktu mereka membutuhkan sejumlah uang atau barang untuk membutuhkan hidupnya.
Koperasi simpan pinjam tidak bermaksud mengajar atau mendidik anggota
agar rajin dan bersemangat meminjam uang sebanyak mungkin, bahkan sebaliknya
koperasi simpan pinjam mendidik dan membimbing para anggota dalam
mempergunakan dan mengatur uang yang dipinjam. Mendidik para anggota supaya giat
menyimpan secara teratur dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya, sehingga
dapat membentuk modal sendiri.2 Koperasi kredit yang baik adalah koperasi yang dapat
membangkitkan dan memupuk semangat menabung dikalangan masyarakat umum dan
anggota.
Pada tahun 2010 terdapat 4.207 koperasi di Bali, walaupun banyak yang berupa
papan nama, selebihnya mati suri dan hanya sedikit yang betul-betul bergerak untuk
kepentingan anggota dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian hampir dua tahun
terakhir ada upaya-upaya lebih serius “menggarap” koperasi dengan kemasan kabupaten
1Arifinal Chaniago, Mengenai jenis koperasi di Indonesia, (Bandung : Angkasa, 1982), p.50
2 Sagimun, et al., Indonesia Berkoperasi , (Jakarta : Balai Pustaka, 1965), pp.103-104.
koperasi dan kemudian provinsi koperasi, sehingga ada perubahan-perubahan dan
perkembangan -perkembangan yang semakin baik untuk meningkatkan peran koperasi
dalam perekonomian nasional khususnya agar lebih berarti dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Ada banyak jenis koperasi, seperti koperasi produksi, koperasi konsumen,
koperasi jasa, koperasi simpan pinjam, dan sebagainya. Dari sekian banyak jenis-jenis
koperasi yang ada, kelihatannya koperasi simpan pinjam adalah jenis koperasi yang lebih
banyak diminati. Bali sendiri menurut data Dinas Koperasi dan UKM provinsi Bali tahun
2010 jumlah koperasi adalah 4.207 unit, sekitar 1800 unit bergerak di bidang simpan
pinjam atau disebut sebagai koperasi kredit. Jumlah keseluruhan menunjukkan bahwa
kegiatan simpan pinjam menjadi salah satu primadona koperasi. Ini mudah dipahami
karena fungsi uang merupakan suatu faktor penggerak bidang ekonomi. Berbagai
kebutuhan bisa dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Banyak kebutuhan baru
yang dapat dipenuhi jika seseorang memiliki uang.3
Dari koperasi simpan pinjam yang ada di Bali, salah satunya adalah Koperasi
Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja (KSP-WGR) bertujuan pada usaha dan kinerja
koperasi simpan pinjam dalam meningkatkan ekonomi anggota pada masa awal
perkembangannya, struktur organisasi serta perananannya bagi masyarakat dan anggota
dalam rentangan temporalnya tahun 1981-2014. Visi yang dimiliki Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja Lembaga keuangan yang sehat dan kuat, dikelola secara
profesional, mengedepankan keberasamaan dan unggul dalam menyejahterakan anggota
sedangkan misi adalah Lembaga keuangan yang sehat dan kuat, dikelola secara
profesional, mengedepankan keberasamaan dan unggul dalam menyejahterakan anggota.
3 Wawancara dengan Drs. Y. Gd. Sutmasa, M.Si dilakukan pada 27 September 2014 di
Kantor Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja.
Logo dan makna Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja lingkaran
besar warna kuning keemasan melambangkan kemakmuran, dan kebahagiaan, lingkaran
melambangkan kebersamaan yang utuh satu padu. Ini menunjukkan suatu masa depan
atau keadaan makmur dan bahagia yang hendak dituju oleh Koperasi Simpan Pinjam
Wisuda Guna Raharja dalam kebersamaan yang utuh satu padu. Lingkaran penuh warna
putih melambangkan kesucian, lingkaran melambangkan kebersamaan yang utuh satu
padu. Ini menunjukkan bahwa segenap aktivitas pelayanan selalu dilandasi oleh
kesucian, hati yang bersih dalam kebersamaan yang utuh satu padu.
Lingkaran dengan lima garis hijau melambangkan kesuburan dan warna
identitas Gerakan Koperasi Indonesia. Lima garis dalam bentuk lingkaran
melambangkan pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini menunjukkan
bahwa aktivitas Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja ada dalam koridor
Gerakan Koperasi Indonesia yang bersendikan pada pancasila dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tangan yang menyangga dengan warna biru
melambangkan pelayanan, warna biru melambangkan keteduhan, kesejukan dan
kedalaman. Ini menunjukkan bahwa kehadiran wisuda sebagai lembaga adalah dalam
rangka melayani para anggota, demiikian juga anggota-anggota saling melayani satu
terhadap yang lain.
Seikat padi dan kapas dengan warna hijau dan biru melambangkan
kesejahteraan dan kemakmuran. Ini menunjukkan bahwa segenap aktivitas berkoperasi
dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama para
anggota dan masyarakat. Gambar hati dengan warna merah melambangkan hati manusia.
Ini berarti bahwa seluruh kegiatan pelayanan dilakukan dengan melibatkan hati dan
semangat kasih di dalamnya didasarkan pada keberanian.
Orang yang bergandengan dengan warna biru melambangkan para anggota
koperasi, ini berarti bahwa basis Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja adalah
orang-orang yang berhimpun dalam satu kesatuan yang saling memberi dan bekerja sama
melalui usaha bersama dalam suasana yang sejuk, teduh dan jauh melampaui batas-batas
perbedaan yang ada. Tulisan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja dengan
warna biru menunjuk pada identitas usaha bersama yang dibentuk oleh para anggota
yaitu Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja yang menyejukkan dan
meneduhkan. Motto yang dimiliki Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja
adalah melayani dengan kasih ( lihat lampiran 1 gambar 4, p.185) .4
Dinamika perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja
menjadi tema penting dalam studi ini karena menunjukkan berbagai peristiwa yang
dilalui akhirnya membawa Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja ke arah yang
lebih baik di dalam kehidupan anggotanya. Dinamika perkembangan Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja menunjukkan progres pada dasarnya membantu kehidupan
ekonomi anggotanya secara lebih baik.
Berbagai dinamika yang telah dilalui Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja telah membentuk karakter yang kuat berbasis anggota. Keadaan seperti ini
menunjukkan bahwa nilai-nilai yang didapat dari setiap peristiwa sejarah telah
membentuk karakter sebagai lembaga keuangan yang berbasis anggota. Salah satu alasan
membentuk koperasi adalah meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta menjadi gerakan ekonomi rakyat yang ikut membangun
tatanan perekonomian nasional.
Pada lingkup yang lebih kecil, khususnya di lingkungan umat katolik, pada
tahun 1969 perkembangan sosial-politik dan kemasyarakatan tampaknya diwarnai oleh
4 Buku Kenangan 30 tahun Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja (Denpasar :
Medio, 2011), p. 8.
berbagai tekanan yang cukup berat bagi umat katolik di Provinsi Bali. Keadaan yang
kurang menguntungkan itu sangat berpengaruh untuk mendorong sekelompok awam
katolik yang adalah eks aktivis Partai Katolik Provinsi Bali untuk menghimpun, saling
meneguhkan dan memperkuat diri.5 Hal ini ditindak lanjuti dengan pembentukan
paguyuban tagura, kesepakatan ini dilakukan di rumah salah satu muda katolik sering
disebut dengan Toko Lima.
Dirintis sejak 1969 oleh sekelompok orang muda Katolik di Bali yang sangat
peduli dengan berbangsa dan bernegara. Dalam suatu pertemuan di rumah F.X. Wayan
Geria (kini sudah almarhum) di Jalan Pulau Kawe Denpasar (sekarang Jl. Pulau Kawe
no. 39 atau lebih dikenal “Toko Lima”), mereka sepakat membentuk paguyuban yang
disebut TAGURA (Tabungan Guna Raharja). Mereka itu adalah Wayan Gabra dari
Tangeb, Nyoman Nyuru dari Tangeb, Wayan Sudri dari Tuka, Nengah Yokanan dari
Padang Tawang, Nyoman Kasun dari Sading, F.X. Wayan Geria dari Denpasar, Wayan
Wardiana dari Denpasar dan Ign. Sugeng Raharjo dari Denpasar.
Tujuan dibentuknya kelompok TAGURA adalah sebagai sarana berkumpul
untuk mendiskusikan berbagai permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara serta
melanjutkan ide-ide perjuangan menegakkan Pancasila dan NKRI. Prinsip perkumpulan
TAGURA adalah persaudaraan dan solidaritas. Persaudaraan dimaksud adalah
persaudaraan berdasarkan Firman Tuhan yang menyatakan: “Saudaraku adalah mereka
yang mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah (Lukas 8:21).” Kegiatan kelompok
Tagura melaksanakan pertemuan rutin satu kali dalam sebulan. Kegiatan yang dilakukan
selain berbagai pengalaman iman, diskusi masalah-masalah sosial politik, para anggota
Tagura sepakat untuk menabung sebesar Rp. 50,00 (lima puluh rupiah) per anggota
5Ibid., p.16.
setiap kali pertemuan. Pengumpulan uang tabungan ini bertujuan untuk membantu
anggota yang memerlukan.
Pada masa itu arah perjalanan Tagura belum jelas tergambar akan tetapi
kegiatan perkumpulan terus berjalan sambil mencari bentuk usaha yang tepat. Seiring
dengan perjalanan waktu jumlah keanggotaan bertambah dari tahun ketahun. Tahun
1979 kelompok Tagura sudah mencatat 25 orang, memang sengaja kelompok ini hanya
membatasi jumlah anggotanya sampai 25 orang. Dalam waktu sepuluh tahun Tagura
berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp 6.000.000 (enam juta rupiah). Jumlah uang ini
dianggap mengalami kelebihan modal karena tidak ada anggota yang meminjam, kondisi
inilah yang mendorong tercetusnya ide untuk mendirikan sebuah kegiatan kegiatan
simpan pinjam.
Ide mendirikan sebuah koperasi dengan kegiatan Simpan Pinjam pada bulan
November tahun 1979 kemudian yang ditindak lanjuti dengan mengurus badan hukum di
Departemen Koperasi. Badan Hukum yang hendak diajukan adalah Badan Hukum untuk
koperasi simpan pinjam dengan nama Koperasi Simpan Pinjam Guna Raharja (KSP-
WGR). Akan tetapi keinginan itu tidak segera dapat direalisasikan karna ada koperasi
lain yang juga mengajukan badan hukum untuk jenis koperasi yang sama, yaitu KSP
WISUDA yang merupakan binaan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pada saat itu
berlaku peraturan bahwa dalam sebuah wilayah tidak boleh ada lebih dari satu koperasi
dengan usaha yang sama.6
Berkat perjuangan yang gigih dan kesepakatan dengan koperasi binaan Fakultas
Ekonomi Unud, maka Departemen Koperasi mengeluarkan satu Badan Hukum dengan
nama Koperasi WISUDA GUNA RAHARJA. Koperasi yang dibentuk kelompok
TAGURA menjadi Unit Usaha I, sedangkan koperasi binaan Fakultas Ekonomi Unud
6 Buku Kenangan 30 tahun Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja (Denpasar :
Medio 2011), p. 15.
menjadi Unit Usaha II. Dalam perkembangannya, Unit Usaha II hanya bertahan selama
enam bulan, Unit Usaha I tetap eksis. Akhirnya badan hukum dimanfaatkan oleh Unit
Usaha I (kelompok TAGURA), tetap dengan nama Koperasi Simpan Pinjam Wisuda
Guna Raharja (KSP-WGR).7
Nama pada Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja hasil gabungan
antara koperasi binaan Fakultas Ekonomi Unud yang bernama “WISUDA” (Wirasuasta
Teladan) dan “GUNA RAHARJA” yang dibentuk kelompok TAGURA. Tahun 1981,
melalui surat Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Koperasi Provinsi Bali Nomor 41/DK-
22/D1-XI/1981 KSP Wisuda Guna Raharja resmi berbadan hukum dengan nomor
931/B.H/VIII tertanggal 30 Nopember 1981.
Modal yang dimiliki waktu itu baru Rp 5,5 juta, modal sebesar itu kurang
memadai untuk memulai oprasional koperasi dalam melayani anggota, karena harus
mengontrak sebuah ruangan dan gaji karyawan. Tambahan modal mutlak diperlukan atas
persetujuan anggota, Bapak Ketut Rames Iswara, S.H., bersedia menambahkan modal
untuk koperasi sebesar Rp 5,5 juta sehingga modal yang dimiliki menjadi Rp 11 juta.8
Pada tahun 1981 setelah memiliki badan hukum Koperasi Simpan Pinjam
Wisuda Guna Raharja memiliki jumlah modal yang mengalami peningkatan jumlah uang
dan jumlah SHU sebesar Rp. 7.185.473,00 anggota Koperasi Simpan Pinjam Wisuda
Guna Raharja tetap 25 orang Dari data diatas membuktikan bahwa masyarakat Kota
Denpasar khususnya dilingkungan gereja katolik semakin sadar akan manfaat dari
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja. Peningkatan jumlah anggota dari
7Ibid 16. 8 Wawancara dengan Margaretha Secunda Djandon, S.Kom dilakukan pada 20 september
2014
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja menunjukkan bahwa koperasi tersebut
memberikan fasilitas dan kemudahan.9
Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan
Pakto (Paket Oktober). Pakto ini sangat mengatur pendirian perbankan yang menentukan
bahwa bank-bank perkreditan rakyat dan lembaga keuangan tidak boleh beroperasi di ibu
kota provinsi dan kabupaten kecuali di kecamatan. Terjadinya suatu perbedaan
pemikiran antara anggota dan ketua Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja
terhadap Paket Oktober yang diterapkan oleh pemerintah untuk menghapus sebuah bank-
bank perkreditan rakyat yang akan digantikan dengan lembaga keuangan lainnya, namun
yang terjadi adalah bahwa Departemen koperasi menjelaskan koperasi tidak berlaku
dalam Pakto. Pada saat itu setelah mendapat penjelasan mengenai pakto para pendiri ini
mulai bangkit untuk mendirikan koperasi yang dapat berguna dalam kehidupan anggota.
Pada tahun 2007 sudah menunjukkan kemajuan, tetapi perkembangan ekonomi
mikro khususnya di sektor Riil masih tersendat-sendat khususnya di Bali perkembangan
dunia pariwisata belum sepenuhnya pulih. Hal ini berdampak pada kurangnya
permintaan kredit usaha yang ditandai dengan tingginya idle money pada tahun 2007
yang menyebabkan menurunnya rentabilitas/capaian SHU. Walaupun, menghadapi
berbagai tantangan kepercayaan masyarakat meningkat terhadap Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja disebabkan oleh peningkatan jumlah anggota menjadi 543
orang dengan dana SHU sebesar Rp. 598.384.099,01 dan 35,70% lebih tinggi daripada
realisasi SHU tahun buku 2006.10
Pada tahun 2009 merupakan tahun lepas landas yang akan berlangsung terus.
Kantor yang sudah sangat representatif bahkan untuk beberapa dasawarsa ke depan
struktur organisasi dan fungsi telah berjalan normal. Sistem, tata kerja serta mekanisme
9 Laporan Rapat Tahunan 2002
10 Laporan Tahunan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja tahun 2007, p.5.
pengelolaan usaha sudah mengikuti ketentuan-ketentuan. Pertumbuhan dan
perkembangan usaha koperasi ditandai dengan adanya peningkatan jumlah anggota
menjadi 1.225 dengan jumlah SHU Rp 695.029.687,71 dan 43,78 % lebih tinggi dari
capaian SHU pada tahun 2008.
Pertumbuhan dan perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja dari waktu ke waktu selalu dalam pantauan dan penilaian Dinas Koperasi dan
UKM Provinsi Bali sebagai pembina. Keputusan Gubernur Bali Nomor 573/03-
D/HK/2010 tentang Penetapan Koperasi Berpretasi Provinsi Bali tertanggal 03 Mei
2010, KSP-WGR sebagai juara I koperasi berpretasi untuk kategori Simpan Pinjam (lihat
lampiran 13 gambar 3, p 207). Pada tahun yang sama berdasarkan keputusan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang penetapan
koperasi berpretasi dan koperasi penerima Award tahun 2010 ditetapkan sebagai
koperasi berpretasi tingkat nasional untuk kategori simpan pinjam.
Sejak tahun 2010 berbagai pembelajaran yang dilalui atas pendampingan dan
rekomendasi Dinas Koperasi, UKM serta menerima banyak kunjungan studi banding
dari sesama gerakan koperasi di luar pulau Bali. Tercatat antara lain Dinas Koperasi,
UKM DKI Jakarta, gerakan koperasi di lingkungan, Dinas Koperasi dan UKM
Situbondo. Pada tahun 2011 menerima kunjungan dari Mataram, Dinas Koperasi
Grobogan Jawa Tengah, Dinas Koperasi Kalimantan Selatan, Dinas Koperasi Bandung,
Dinas Koperasi Makasar dan Acheh Society Development Cooperative Aceh.
Pada tahun 2010 Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja memasuki
tahun kedua dari bentangan periode yang disebut dengan tahap landas. Pada tahap ini
akan berlangsung terus dan terus serta semakin berkualitas berbagai perkembangan dan
kemajuan baik kualitatif maupun kuantitatif baik dalam berbagai bidang kegiatan dapat
diwujudkan. Pertumbuhan dan perkembangan usaha koperasi ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah anggota menjadi 1.511 dengan jumlah SHU Rp 1.089.142.227,11
dan 57 % lebih tinggi dari capaian SHU pada tahun 2009.
Pada tahun 2011 Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja memasuki
bentangan ketiga dari bentangan periode yang disebut dengan tahap landas, berharap
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja terus dan semakin berkualitas.
Perkembangan dan kemajuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam berbagai
bidang mampu diwujudkan. Pada tahun ini Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja banyak menerima kunjungan studi banding dari sesama gerakan koperasi.
Pertumbuhan dan perkembangan usaha koperasi ditandai dengan adanya peningkatan
jumlah anggota dari 25 orang dengan jumlah SHU sebesar Rp 6.000.000 menjadi 233
orang pada tahun 1.992 dengan jumlah SHU sebesar Rp. 1.098.142.227,1111
Cikal bakal Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja adalah komunitas
kecil yang disebut TAGURA atau Tabungan Guna Raharja. Komunitas tagura dibentuk
oleh orang-orang muda katolik yang sangat peduli pada keadaan dan masa depan Gereja
Katolik, masyarakat, negara dan bangsa Indonesia.12
Didalam perkembangan Koperasi
Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja memiliki suatu kesan jatuh bangun yang
memberikan sebuah perubahan yang sangat maju didalam suatu lembaga keuangan yang
sehat dan kuat secara profesional, mengedepankan kebersamaan serta mensejahterakan
anggota. Tujuan terbentuknya Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja untuk
menghimpun masyarakat atau umat katolik lebih banyak, menggalang persatuan dan
kesatuan, meningkatkan ekonomi umat dan mensejahterakan kehidupan anggota.
Sehubungan dengan ini penulis tertarik untuk mengangkat mengenai
perkembangan koperasi sebagai sejarah ekonomi yang bersifat lokal. Keunikan dari
KSP-WGR ini dapat dilihat dari sistem saham dibayar hanya diawal, sisa hasil usaha
11
Laporan Tahun Koperasi Wisuda Guna Raharja tahun 2011, p.13. 12
Ibid., p.15.
(SHU) tidak dibagi dan koperasi ini sebagai rujukan koperasi di Indonesia. Awal
perkembangannya yang didirikan oleh beberapa orang dengan anggota yang sangat
sedikit, adanya pasang-suurt dari koperasi. Tahun 1981 merupakan skup temporal karena
merupakan awal berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja dan tahun
2014 digunakan karena Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja berumur 33
tahun sebagai batas akhir penelitian. Sedangkan, skup spasial dalam penulisan ini adalah
masyarakat kota denpasar khususnya masyarakat yang beragama Katolik. Koperasi ini
memiliki sejenis program asuransi bagi anggotanya. Program tersebut adalah Daperma
yang merupakan program untuk melindungi kopdit primer dari kerugian pinjaman karena
anggota meninggal dunia atau mengalami musibah serta menyantuni ahli waris. Jenis
perlindungan daperma adalah proteksi pinjaman anggota (PPA), santunan duka anggota,
santunan rawat inap dan santunan duka kelompok.
Daperma merupakan sejenis asuransi yang diberikan oleh Kopdit kepada
nasabahnya untuk melindungi tabungan dan pinjaman yang dimiliki anggota terhadap
kecelakaan dan kematian. Sistem perlindungan Daperma yang diberikan kepada anggota
meliputi perlindungan pinjaman anggota dan santunan duka anggota.
Dalam upaya peningkatan pelayaan terhadap anggota Koperasi Simpan Pinjam
Wisuda Guna Raharja telah memiliki sistem online yang berfungsi untuk meningkatkan
kepercayaan anggota terhadap Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja karena
data pembayaran kredit simpanan tabungan dan lain-lain dapat langsung terupload pada
sistem online, sehingga data-data penting dapat segera diarsipkan secara baik dan dapat
diketahui oleh anggota secara transparan.
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja berumur 33 Tahun. Jumlah
anggota terus meningkat setiap tahunnya, sehingga mempermudah pelayanan ditandai
dengan wilayah kerja dari Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja terus diperluas
guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada anggota koperasi tersebut. 13
Sampai
sekarang ada 10 kantor cabang pembantu Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja yang tersebar di TP (Tempat Pelayanan ) yaitu :
1. TP Tuban, Jl. Komplek Burung 46 Tuban-Kuta
2. TP Kampial Nusa Dua, Jl. Kurusetra Nusa Dua
3. TP Gianyar, Jl. Mulawarwan 92A Gianyar
4. TP Katedral Renon, Jl. Tukad Musi IV No. 7X Panjer-Denpasar
5. TP Tabanan, Jl. Singosari No. 5A Tabanan
6. TP Palasari, Jl. Romo Bernardus Blanken No. 9 Palasari-Negara
7. TP Negara, Jl. Gatot Subroto No. 1 Negara
8. TP Singaraja, Jl. Cempaka No. 19 Banyuasri-Singaraja
9. TP Karangasem, Jl. Untung Suropati No. 448 Amlapura
10. TP Ampenan Lombok, Jl. Majapahit No. 10 Ampenan, Lombok-Nusa Tenggara
Barat.
Setiap koperasi simpan pinjam yang ada di Bali khususnya di kota Denpasar
memiliki struktur organisasi yang tetap, salah satunya adalah Koperasi Wisuda Guna
Raharja mempunyai kepengurusan dalam pengelolaan usahanya. Anggota pengurus
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja diambil dan dipilih dari kalangan
profesional yang mengerti dunia perkoperasian, tetapi lebih diutamakan anggota dari
koperasi tersebut sebagai pengurus. Anggota yang dipilih menjadi pengurus harus
memenuhi syarat seperti bersifat jujur, memiliki loyalitas yang tinggi, memiliki etos dan
keterampilan kerja tinggi, dan memiliki kapabilitas yang tinggi mengenai dinamika
perkoperasian. Anggota pengurus Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara, dewan penasehat, dan dewan pengawas koperasi.
13
Hasil wawancara dengan Y.Gd. Sutmasa, pada 27 September 2014 di KSP-WGR.
Koperasi sebagai wadah usaha ekonomi tidak bisa lepas dari masalah
permodalan, karena modal merupakan salah satu faktor yang menentukan maju
mundurnya usaha yang dikelola koperasi. Besar kecilnya usaha koperasi tergantung dari
modal yang dapat dihimpun baik dari anggota maupun non anggota.14
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun kajian yang diteliti oleh peneliti adalah
mengenai “ Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja dalam
meningkatan ekonomi anggota di Bali berkaitan dengan kajian tersebut maka tampak
beberapa serangkaian masalah yang dapat diberi batasan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja ?
2. Bagaimana dinamika perkembangan Koperasi Simpan Pinjam-Wisuda Guna Raharja
?
3. Sejauh mana peran dan dampak Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Rahraja?
Tahun 1981-2014 diambil sebagai cakupan skup temporal penulisan. Pada tahun
1981 itu sebagai awal mula memiliki badan hukum di Koperasi Simpan Pinjam Wisuda
Guna Raharja dan tahun 2014 diambil sebagai batas akhir penulisan skripsi ini karena
Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja berumur 33 tahun.
1.3.Tujuan Penelitian
14
Arifinal Chaniago, Pendidikan perkoperasian Indonesia (Bandung : Angkasa, 1986), p.8.
Setiap aktivitas yang dilakukan dalam suatu penelitian pasti memiliki motivasi serta
tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula halnya dengan penelitian yang penulis lakukan
memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan penelitian dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang peran koperasi
simpan pinjam untuk meningkatan kesejahteraan ekonomi anggota serta dapat menambah
wawasan Ilmu Sejarah dalam bidang koperasi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami proses perkembangan Koperasi simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja dari tahun 1981 sampai sekarang.
2. Untuk memahami dinamika perkembangan koperasi simpan pinjam Wisuda Guna
Raharja terhadap peningkatan perekonomian anggota, baik untuk masyarakat dan
anggota.
3. Untuk memahami peran dan dampak Koperasi simpan pinjam Wisuda Guna Raharja
dari tahun 1981 sampai sekarang.
1.4.Manfaat Penelitian
Suatu Penelitian ilmiah yang dilakukan sudah tentu mengharapkan hasil dan manfaat
yang positif dan kondusif. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui secara jelas
sejarah dan terbentuknya koperasi simpan pinjam Wisuda Guna Raharja di Bali untuk
merubah perekonomian anggota ke arah yang lebih baik khususnya pada kalangan umat
Katolik.
1.4.2. Manfaat praktis
Manfaat penemuan penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut :
pertimbangan bagi anggota, pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam sejarah suatu
objek dan menyikapi pentingnya koperasi; menggugah kesadaran para atasan dan
staffanggota untuk meningkatkan kinerja dalam menjalin komunikasi baik antar anggota
dan yang belum menjadi anggota; landasan dalam melakukan pembinaan dalam suatu
pemahaman yang bersifat pentingnya berkoperasi guna menumbuhkan sikap percaya
diri anggota kepada kemampuannya sendiri.
1.5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka terdahulu yang
dianggap relevan dengan penelitian ini dan dipakai sebagai bahan perbandingan bagi
penelitian. Adapun pustaka yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Murni Irian Ningsih (2002), dalam buku “Koperasi ”menguraikan tentang
sejarah-sejarah koperasi di dunia dari awal sampai akhir dimana sejarah koperasi juga
merupakan suatu usaha bersama dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Kontribusi buku diatas terhadap penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah memberi pengetahuan tentang seluk-beluk sejarah koperasi di dunia dari
awal perkembangan sampai saat ini beserta ajaran koperasi tersebut. Perbedaanya buku
diatas hanya menguraikan tentang ketentuan-ketentuan yang ada dikoperasi, jenis-jenis
koperasi, tata cara pendirian koperasi dan pendirian koperasi yang ada di sekolah,
sedangkan dalam penelitian ini menekankan tentang perkembangan koperasi untuk
mencapai segala tujuan demi mensejahterakan anggotanya.
J.B. Djarot Siwijatm (1982) “Koperasi Indonesia” menjelaskan suatu
perkembangan koperasi di Indonesia sejak zaman Belanda hingga masa pendudukan
jepang. Dalam perjalanannya perkembangan koperasi tersebut tidak berjalan dengan baik
dikarenakan para penjajajah tidak suka dengan sistem - sistem yang berada didalam
koperasi. Dalam konsepsi tersebut para penjajah membawa penggerak koperasi yaitu
masyarakat. Pandangan tersebut mengaruhi pemerintah untuk melahirkan suatu kongres
koperasi I(SOKRI) dan pembentukan Kongres II Dekopin. Hal itu dihubungkan dengan
adanya kepentingan politik yang sangat mempengaruhi perkembangan koperasi.
H. Soeharsono (1992) dalam bukunya “Analisa dan Evaluasi Hukum Tertulis
tentang Kedudukan Perusahaan” Ekonomi Lemah dan Koperasi, Bertujuan untuk
memberikan arahan, masukan bagi perencanaan hukum yang dapat mendorong
terwujudnya pemerataan kesempatan berusaha bagi koperasi, usaha kecil, menengah,
usaha pedesaan dan kota. Kontribusi karya tulis dalam penelitian ini yaitu untuk
membantu penulis tentang suatu arahan untuk anggota ingin membuka suatu usaha yang
dimodalkan oleh koperasi agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik.
Menurut Laporan Rapat Anggota Tahunan (2002-2013) “ Laporan Rapat Anggota
Tahunan ” bertujuan untuk mengetahui perkembangan yang dilakukan koperasi simpan
pinjam dalam satu tahun yang berdasarkan suatu data primer. Rapat Anggota Tahunan
adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang meminta suatu keterangan dan
pertanggungjawaban. Keputusan Rapat anggota Tahunan (RAT) dilakukan dengan
musyawarah untuk mencapai mufakat, jika tidak memiliki keputusan dengan musyawarah
maka pengambilan keputusan berdasarkat suara terbanyak.
1.6.Metodologi Sejarah Yang digunakan
Menurut pendapat Kuntowijoyo, metodologi atau science of methods adalah ilmu
yang membicarakan jalan yang dapat ditempuh oleh penulis sejarah untuk menemukan
kejadian sejarah.15
Helius Sjamsuddin berpendapat metodologi adalah ilmu tentang metode
yang berisikan prosedur-prosedur yang harus ditempuh dalam menjaring informasi
sejarah; pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan dan kemungkinan jawaban yang
akan diperoleh; tuntutan dalam mengenal konsep-konsep termasuk teori-teori dari ilmu
sosial yang relevan dengan tema sejarah yang ditulis.16
Metodologi yang digunakan dalam
penulisan usulan penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah kota.
Pergeseran dari desa ke kota terjadi bersamaan dengan perubahan sosial dalam
masyarakat.17
Di dalam metodologi sejarah kota ditawarkan lima bidang kajian yang dapat
diteliti, pertama bidang garapan ialah perkembangan ekologi kota merupakan interaksi
antara manusia dan alam sekitatrnya, perubahan ekologi terjadi bila salah satu komponen
berubah. Perubahan ekologi manusiawi terjadi sesuai perkembangan penduduk, secara
etnis, status, kultural dan secara kelas sehingga pola pemungkiman mengalami pemisahan.
Kedua bidang garapan sejarah kota ialah transformasi sosial ekonomis. Industrialisasi dan
urbanisasi adalah bagian dari perubahan sosial sebagai lembaga masyarakat, dinamika
sosial kota berbeda dengan kota praindustrial. Ketiga bidang garapan sejarah kota ialah
sistem sosial dimana kota merupakan sebuah sistem sosial yang menunjukkan kekayaan
yang tidak pernah habis seperti kegiatan domestik, agama, rekreasi, ekonomis, politis,
kultural dan hubungan antar warga secara struktural, lembaga-lembaga masyarakat,
hubungan kategorikal, kelompok-kelompok etnis, status, kelas, hubungan personal dan
antara sesama warga kota.
15
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003),
p.xix.
16Ibid., p.xix.
17Ibid., p.59.
Menurut Kenneth dalam bukunya Kuntowijoyo (Metodologi Sejarah)
menyebutkan bahwa perkembangan kota sebagai sebuah lembaga demokrasi seperti
perkembangan birokrasi dan hubungan antara sesama anggota masyarakat. Keempat,
bidang garapan kota ialah problem sosial. Perkembangan ekologi salah satunya adalah
masalah kepadatan penduduk, mobilitas horisontal, dan heterogenitas yang menyebabkan
timbulnya masalah sosial. Kerusuhan di kota diakibatkan dengan adanya ketegangan
antara orang asli dengan pendatang, antara orang pribumi dengan orang asing, dan antara
kampung satu dnegan kampung lainnya. Tindakan – tindakan kekerasan di kota baik
secara individual maupun berkelompok. Kelima, bidang garapan sejarah kota ialah
mobilitas sosial salah satunya kemajuan dari golongan kelas menengah pribumi.18
1.7. Kerangka Teori dan Konsep
1.7.1 Teori
Teori adalah aturan yang menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang
berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah bab terdiri atas hubungan-hubungan yang
dapat diamati diantara kejadian-kejadian, mekanisme, atau struktur yang diduga mendasari
hubungan-hubungan yang dikumpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksud untuk data
yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan emperis apapun secara
langsung.19
Selanjutnya teori juga merupakan alur logika atau penalaran yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.
18
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2003), p. 59. 19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdarkarya, 2000),
p.35.
Secara umum, teori memilki tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (predicyion), kontrol (control) suatu gejala.20
Teori yang dimaksud sebagai
suatu yang mendukung prinsip dasar yang berlaku umum yang memberikan kerangka
orientasi untuk analisis dan klasifikasi. Kerangka orientasi yang dimaksud adalah
kerangka pikiran yang merumuskan dengan jelas sebagai tuntunan untuk memecahkan
suatu masalah. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teori Sejarah
Dalam tulisannya “Lima Masalah Pokok Dalam Teori Sejarah”, Sidemen (1991)
menyatakan bahwa terdapat lima masalah atau pembahasan dalam teori sejarah, yaitu
masalah pemahaman dalam sejarah, penjelasan tentang masa lampau, objektivitas
dalam sejarah, kausalitas dalam sejarah dan kelima adalah determinasi dalam sejarah.21
Penjelasan ini didasarkan pada dua golongan yang populer dalam sejarah yaitu
golongan positivis dan idealis. Permasalahan pertama dijelaskan bahwa golongan
positivis menempatkan sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang baku, dan dapat didekati
dari berbagai arah dengan berbagai jalan.
Golongan ini menyatakan bahwa dalam sejarah terdapat “Hukum-Hukum
Umum” yang mengatur aktivitas sosial. Ini diperlihatkan dengan pernyataan bahwa
dalam sejarah gerak aktivitas manusia selalu dibimbing oleh para pendahulunya,
sedangkan golongan idealis berpendapat bahwa sejarah mempelajari gejala yang unik,
mandiri, dan tidak dapat diulang atau terulang. Golongan ini berusaha memahami
20
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan RD, (Bandung, Alfabeta, 2007),
p. 81.
21
Ida Bagus Sidemen “Lima Masalah Pokok Dalam Teori Sejarah”, dalam Majalah Widya
Pustaka. No 2. Januari 1991. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana. (p. 30)
sejarah melalui pengetahuan-pengetahuan individu atau melihat dan mengetahui pikiran
yang ada didalamnya untuk mendapatkan pemahaman yang universal.
Masalah yang kedua adalah penjelasan sejarah. Golongan positivis melalui
Popper menawarkan konsep deduksi yaitu penjelasan dari umum ke khusus, sedangkan
pendapat lainnya menyatakan bahwa dalam menjelaskan sejarah hanya dibutuhkan tiga
hal, yaitu mengumpulkan sebanyak-banyaknya bukti kejadian sejarah, menempatkan
kejadian-kejadian itu dalam keterkaitannya yang intrinsic, dan menempatkan hubungan
kait-mengkait itu pada konteks sejarahnya. Apa yang dimaksud disini adalah untuk
melakukan eksplanasi (penjelasan) sejarah adalah dengan memberikan sejumlah
penjelasan besar tentang perubahan yang lengkap dan akurat. Masalah ketiga adalah
objektivitas dalam sejarah. Masalah ini membahas tentang bagaimana sejarah menjadi
sepenuhnya objektif.
Ada beberapa pendapat mengenai hal ini, pendapat pertama dari Leopold von
Ranke. Ia berpendapat bahwa sejarah dapat menjadi objektif yaitu dengan cara
mengumpulkan fakta, menyusunnya secara kronologis. Maka dengan ini sejarah
menjadi objektif karena ia membiarkan fakta sejarah yang berbicara, akan tetapi
pendapat ini mendapat bantahan. Hal ini karena dalam merekonstruksi sejarah,
sejarawan tidak dapat membiarkan fakta-fakta yang berbicara sendiri, melainkan fakta-
fakta yang ditemukan harus melalui proses interpretasi.
Hal ini mengakibatkan sejarah bersifat relatif, sejarah bisa menjadi objektif dan
bisa menjadi subjektif. Masalah keempat adalah kausalitas dalam sejarah. Menurut
Sidemen (1991) salah satu cara sejarawan memperbincangkan masa lampau adalah
dengan membicarakan satu kejadian dengan yang disebabkan oleh kejadian lain. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dua kejadian atau lebih, dan menegaskan
bahwa ada hubungan dua kejadian tersebut.
Kausalitas ini disebabkan oleh dua hal, yaitu reason (alasan) dan causes (sebab-
akibat). Apa yang dimaksud dengan reason ini adalah pemahaman tentang aktivitas
manusia dalam konteks dengan lingkungan alamnya, sedangkan causes adalah
pemahaman aktifitas manusia dengan melihat kejadian-kejadian yang bersifat badaniah.
Masalah yang terakhir adalah determinasi dalam sejarah. Dalam sejarah terdapat tokoh-
tokoh atau pihak yang bersifat determinan atau memiliki pengaruh lebih besar dalam
membentuk lingkungannya. Permasalahan ini memiliki tempat dalam penulisan sejarah.
Teori sejarah yang sesuai yang digunakan untuk menganalisis Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja adalah teori yang menjelaskan dalam sejarah. Dalam
ilmu sejarah terdapat lima dasar problematik dalam teori sejarah dan salah satunya
adalah eksplanasi dalam sejarah. Dalam hal ini, William Dray mengemukakan
pendapatanya yang menyatakan bahwa eksplanasi terletak pada explaining what, yaitu
menerangkan mengapa sesuatu terjadi dan apa yang terjadi. Konsep ini dirunut untuk
mengetahui mengapa tumbuh Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja dan
faktor apa yang mendorong terbentuknya koperasi tersebut.22
2. Teori Fungsional Struktural
Teori Fungsional struktural juga digunakan dalam mengkaji Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja dengan pendekatan sosiologi. Menurut pendapat Talcott
Parsons, masyarakat dianggap sebagai suatu sistem yang mempunyai fungsi dan
struktur yang diatur oleh nilai dan norma yang saling berhubungan. Hal ini cenderung
22
Ida Bagus Sidemen , Lima Masalah Pokok dalam Teori Sejarah Widya Pustaka tahun III
Nomor 2, (Denpasar : Fakultas sastra Universitas Udayana, Januari 1991)., pp.39-40
untuk mewujudkan suasana yang stabil dalam suatu masyarakat. Pendekatan struktural
fungsional sangat relevan digunakan dalam kajian ini, untuk menjelaskan struktur
organisasi Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja serta unsur-unsur yang
terdapat dalam tubuh organisasi koperasi apakah berfungsi dengan baik atau tidak.
3. Teori Antropologi
Teori antropologi menggunakan pendekatan diakronis konsep ini sangat
berpengaruh pada gejala perkembangan dengan maksud mencari perkembangan dari
suatu fenomena atau suatu unsur di suatu daerah, pendekatan ini memperhatikan proses
perkembangan yang berawal dari tingkat sederhana atau rendah menuju ke tingkat yang
lebih tinggi atau kompleks. Pendekatan ini sangat relevan digunakan dalam
menjelaskan perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna Raharja yang pada
mulanya berbentuk arisan Tagura selain sharing pengalaman iman, diskusi mengenai
masalah-masalah sosial politik yang dilaksanakan satu kali dalam sebulan yang dulunya
dibentuk oleh orang-orang muda katolik, masyarakat, negara dan bangsa Indonesia
yang bertujuan sebagai sarana berkumpul untuk melanjutkan ide-ide perjuangan semasa
mantan aktivis partai politik serta mengajari budaya menabung. Prinsip perkumpulan
tagura tagura adalah persaudaraan dan solidaritas. 23
1.7.2. Konsep
Konsep merupakan penyatuan persepsi antara pembaca dengan penulis agar tidak
ada kerancauan pola pikir, sehingga hasil yang diperoleh dapat bermanfaat bagi
pembaca. Konsep adalah istilah atau simbol yang menunjuk pada suatu pengertian
tertentu yang merupakan teori-teori baku yang yang digunakan sebagai landasan dasar
23 Ni Komang Trisnawati, Pengaruh Motivasi dan Persepsi tentang Koperasi terhadap
Keputusan menjadi Anggota Ksp WGR, (Denpasar : Fakultas ekonomi Universitas Mahasaraswati,
2012), p.6.
di dalam menjawab semua permasalahan yang diajukan.24
Landasan konsep dalam
penelitian ini memuat uraian sistematis tentang pemikiran yang ada hubungannya
dengan penelitian yang dilakukan.Kerangka konseptual berisikan isi konsep dalam
komunikasi lisan atau tertulis, dalam penulisan sejarah dan Peran Koperasi Simpan
Pinjam Wisuda Guna Raharja dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota di
Bali menggunakan konsep koperasi dan kesejahteraan ekonomi.
1.7.2.1 Koperasi
Koperasi (Co-operatives) merupakan suatu organisasi ekonomi yang
dijalankan oleh para anggota secara individual yang masing-masing memiliki satu suara
dan ukuran kepemilikan yang sama sehingga bagian keuntungan yang akan diterima
sama besarnya. Susunan keanggotaannya terdapat pada perseroan terbatas hanya proses
pengambilan keputusan dalam koperasi lebih demokratis yang menonjol dalam
koperasi adalah satu anggota satu suara. Koperasi simpan pinjam dan koperasi
perumahan yang prinsip kerjanya sama dengan koperasi lainnya, keuntungan dibagi
secara merata berdasarkan konstribusi. Tujuh prinsip koperasi, pertama keanggotaan
bersifat terbuka, kedua satu anggota satu suara, ketiga perputaran modal terbatas,
keempat alokasi surplus produksi disesuaikan atau konstribusi dari masing-masing
anggota, kelima jasa penyedian uang tunai, keenam penekanan pada aspek pendidikan,
dan ketujuh bersifat netral dalam soal agama dan politik.25
Kegiatan ekonomi yang tidak pernah terlepas dari pasar pada dasarnya
mementingkan keuntungan pelaku ekonomi dari pasar tersebut. Sulit untuk menemukan
ekonomi yang menyejahterakan yang dilihat dari mekanisme pasar yang ada.
24
W.Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia,2002), p. 8.
25Arifinal Chaniago, Pengertian Koperasi, (Bandung : Angkasa, 1986), p.12.
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina
terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, kondisi yang seperti ini diperlukan untuk
meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Ekonomi
kesejahteraan konvensional hanya menekankan pada kesejahteraan material.26
Ekonomi memiliki tugas untuk memberi prinsip yang rasional bagi bisnis
sebagai kegiatan ekonomi, sehingga kegiatan ekonomi tersebut tidak hanya
mengarahpada kebutuhan hidup manusia perorang dan jangka pendek saja, tetapi juga
memberi surplus bagi kesejahteraan banyak orang dalam Negara. Ekonomi
kesejahteraan adalah salah satu cabang ekonomi yang normatif. Bidang bahasan dari
dari ekonomi kesejahteraan berkaitan dengan pertanyaan apa yang buruk dan apa yang
baik. Bidang kajian tersebut sangat berbeda dengan bidang kajian cabang ilmu ekonomi
pasitif.Seperti ilmu ekonomi tenaga kerja, sejarah perekonomian, perdagangan
internasional, moneter serta ekonomi makro.Setiap ilmu ekonomi positif mencoba
menjelaskan berbagai fenomena empiric.27
1.7.2.2 Ekonomi Kesejahteraan
Ekonomi kesejahteraan membahas kegiatan ekonomi bisa berjalan secara
optimal. Ekonomi kesejahteraan memikirkan prinsip keadilan bagi seluruh lapisan
masyarakat Kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif terhadap pelaku
ekonomi. Ekonomi kesejahteraan adalah pembahasan yang tidak terlepas dari konteks
ilmu sosial.Keadaan pasar begitu kompetitif untuk mencari keuntungan, merupakan
salah satu hal yang menjadi penghambat untuk menuju kesejahteraan. Kompetitif dalam
26 Dikutip dari makalah Fakriza Ajanuardi 2000 Teori Ekonomi Kesejahteraan. Hal : 3, dalam
websitenya : www. Teori Ekonomi Kesejahteraan _ Firii JB's.htm (diunduh Tanggal 25 Januari 2015). 27
Dominick Salvatone, Teori Mikroekonomi (Yogyakarta: Erlangga, 1999), p.22.
pasar merupakan hal yang sangat wajar, karena persaingan menjadi sesuatu yang wajib
dalam mekanisme pasar.28
Ekonomi kesejahteraan memulihkan hubungan antara pasar yang kompetitif
dan optimalitas. Pasar kompetitif menjadi sempurna, sisi praktis dari ilmu ekonomi
kesejahteraan memulihkan kesenjangan antara pasar privat yang sempurna dengan
realitas adanya eksternalitas dan barang publik, sehingga persaingan pasar yang tidak
sempurna akan menjauhkan terwujudnya ekonomi untuk kesejahteraan. Mekanisme
pasar sangat penting untuk mewujudkan ekonomi kesejahteraan. Kesulitan yang
ditemukan adalah bagaimana cara untuk mewujudkannya, karena ada ekternalitas dan
barang publik yang kemudian harus diperhatikan.29
Eksternalitas akan membawa dua dampak, yakni dampak positif dan dampak
negatif. Ekternalitas merupakan salah satu indikator terjadinya pasar persaingan
sempurna dalam perwujudan ekonomi kesejahteraan. Pembahasan ekonomi
kesejahteraan cara apa yang dilakukan agar semuanya berjalan secara optimal dan pasar
yang begitu kompetitif berjalan secara sempurna. Pada saat pasar tidak berjalan dengan
sempurna maka akan semakin sulit pula mewujudkan ekonomi kesejahteraan.
1.8 Metode Penelitian dan Sumber
Metode penelitian dan sumber ini terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik,
kritik, interpretasi dan historiografi atau penulisan. Tahap pencarian data (heuristik)
terdiri dalam beberapa teknik, yakni sebagai berikut.
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah langkah pencarian data yang relevan melalui buku-buku,
artikel, penelitian sebelumnya atau pustaka-pustaka yang lain yang sesuai dengan
28
Ibid.,p.23. 29
Ibid.,p.25.
masalah penelitian. Studi ini dilakukan di perpustakaan Universitas Diponegoro adalah
membaca skripsi mengenai koperasi, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Budaya
membaca skripsi sebagai pedoman cara penulisan skripsi yang benar, Perpustakaan
Fakultas Ekonomi dan Perpustakaan Koperasi Simpan Pinjam-Wisuda Guna Raharja,
arsip daerah ataupun dari artikel di media masa untuk melengkapi data-data dalam
skripsi.
2. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan terjun langsung dilapangan atau di masyarakat.
Hal ini bertujuan untuk melihat keadaan lapangan dan objek penelitian dan mencari
info di Kantor Pusat KSP-WGR. Hal ini tentu saja bermanfaat untuk langkah
selanjutnya.Teknik digunakan untuk mecari gambaran umum tentang tema yang
digunakan.
3. Wawancara
Wawancara ini berupa percakapan langsung dengan para informan yang telah
ditunjuk guna mencari data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.Hal ini sangat
mendukung dalam pencarian data, mengingat tema yang dipakai oleh peneliti sangat
sedikit, untuk mencari dengan mewawancarai Manager, Karyawan, Anggota, Pengurus
KSP-WGR. Selain itu dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih spesifik atau
terperinci.
4. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan cara melalui pegambilan gambar-gambar
sesuai dengan objek penelitian di Kantor Pusat KSP-WGR, Usaha Anggota, Piagam-
piagam, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan KSP-WGR dan juga keadaan pada saat
penelitian. Langkah ini bermanfaat karena bisa menjadi sumber dari keadaan dari objek
penelitian, baik itu keadaan saat ini maupun gambar-gambar dulu yang diambil kembali
untuk dijadikan sumber. Teknik ini akan menguatkan atau mendukung penjelasan-
penjelasan yang dijelaskan oleh sumber-sumber sebelumnya, setelah melewati tahapan
ini dilanjutkan dengan tahapan kritik.Kritik sumberini digunakan untuk membuktikan
keotentikan atau keasliannya sumber yang didapatkan serta menguji atau
mengklasifikasi apakah sumber yang didapatkan sesuai dengan tema yang diteliti.
Kritik ini akan berguna untuk membuat tulisan sejarah yang kredibel atau bisa
dipertanggungjawabkan. Setelah itu tahapan selanjutnya adalah interpretasi atau
penafsiran. Tahapan ini dilakukan dengan cara menafsirkan kembali data-data yang
ditemukan dilapangan. Interpretasi ini berguna untuk mengetahui isi ataupun makna-
makna yang tersirat dari sumber yang ditemukan, serta berguna untuk menghubungkan
fakta-fakta yang sudah ditemukan dilapangan.Lokasi penelitian yang dalam penelitian
ini adalah di Provinsi Bali. Tidak secara keseluruhan, tetapi di beberapa tempat yang
dirasa sesuai dengan objek, yakni seperti di Siligita-Nusa Dua, Renon, dan di kantor
Koperasi Wisuda Guna Raharja. Alasan pemilihan tempat ini karena di tempat-tempat
terdapat gereja katolik dan koperasi tersebut.
1.9 Sistematika Penulisan
Penulisan dari hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab, yakni sebagai
berikut.
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi sejarah yang digunakan,
kerangka teori dan konsep, metode penelitian dan sumber, lokasi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Menguraikan gambaran umum mengenai Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja Gambaran umum ini dilihat dari segi geografis dan demografis di Denpasar.
Geografis ini berisi tentang latar belakang koperasi simpan pinjam tersebut didirikan,
sedangkan demografi berisi tentang keadaan anggotanya Koperasi Simpan Pinjam
Wisuda Guna Raharja yang dapat terbagi dari jumlah penduduk, etnis, budaya, mata
pencaharian, kondisi sosial ekonomi, serta kepercayaannya.
Bab III menguraikan tentang Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Guna Raharja
dari tahun 1969-1981.
Bab IV menguraikan tentang dinamika perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Wisuda
Guna Raharja.
Bab V menguraikan tentang peran dan dampak Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja dalam mensejahterakan anggota serta faktor yang apa saja yang membuat
koperasi tersebut tetap eksis sampai sekarang.
Bab VI Simpulan, berisi tentang lahirnya Koperasi Simpan Pinjam Wisuda Guna
Raharja sangat memberikan perubahan terhadap anggotanya dan mempererat tali
persaudaraan antar umat Katolik.