24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya. Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007). Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga ke ruang pribadi. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/23209/2/jiptummpp-gdl-anindyapur-41028-2-babi.pdf · radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479)

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya.

Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan

heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat

komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai

dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah

media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun

yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film,

radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa

dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang

dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika

pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam

mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang

sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi

sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga

ke ruang pribadi. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang

menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual

gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola

2

pikir, dan tindak individu. Televisi adalah media audio visual yaitu sebuah media

yang tidak hanya bisa didengar saja tetapi juga bisa dilihat gambarnya.

Pesatnya perkembangan televisi di Indonesia membuat banyaknya stasiun

televisi yang menyuguhkan acara-acara menghibur di kala santai. Belakangan ini

sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi banyak yang menyajikan tayangan

talkshow, magazine show dan acara reality show yang disajikan dengan beragam

tema dan tampilan. Dari beberapa program acara reality show yang pernah dan

kini tayang di stasiun televisi nasional Indonesia, misalnya saja Indonesia Mencari

Bakat di Trans TV, Indonesia Morning Show, Sarah Sechan, dan The Comment di

NET, d’Terong, Mammamia, Akademi Fantasi Indosiar, dan d’academy di

Indosiar, Super Trap, Indonesia Lawak Klub dan On The Spot di Trans 7, Kick

Andy dan Just Alvin di Metro TV, KDI di MNCTV, dan salah satunya RCTI yang

merupakan salah satu televisi swasta yang banyak menyuguhkan acara-acara yang

berupa tayangan adopsi dari luar negeri, seperti acara pencarian bakat Indonesian

Idol, X-Factor dan Rising Star Indonesia.

Rising Star adalah program acara pencarian bakat bergengsi dan termegah

yang pertama kali di produksi oleh Israel dan ditayangkan perdana di stasiun tv

ABC Amerika Serikat yang kemudian di beli oleh televisi Indonesia lalu di tayang

di salah satu stasiun televisi Indonesia yaitu RCTI. Proses audisi dilakukan sejak

Juni 2014 dan digelar di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya,

Bandung, Yogyakarta, dan Medan.Audisi Rising Star terbuka untuk masyarakat

mulai dari usia 13 tahun baik itu untuk kategori solo, duo, band, maupun vocal

grup. Awal penayangan perdana acara Rising Star ini sekitar tanggal 28 Agustus

2014, penayangan ini selang 3 bulan dari penayangan perdana di Amerika.

3

Sebelum menghadapi babak kompetisi yang sebenarnya para peserta yang

telah lolos pada tahap audisi awal dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan

bersaing tiap minggunya. Rising Star merupakan tayangan termegah yang

dihadirkan RCTI untuk masyarakat. Jam tayang untuk acara Rising Star

Indonesia ini pada babak live audition hingga final duel yakni setiap hari Kamis

dan Jum’at pukul 21.00 WIB. Sedangkan, untuk babak eliminasi Rising Star

Indonesia tayang setiap hari Jum’at saja pukul 21.00 WIB.

Acara pencarian bakat seperti Rising Star Indonesia ini merupakan acara

kesekian yang diadopsi oleh televisi Indonesia RCTI setelah Indonesian Idol dan

X-Factor yang lebih dulu sukses menarik perhatian penonton. Rising Star musim

pertama di tahun 2014 menghadirkanpeserta dengan beragam musikalitas

diantaranya C N D yang menyuguhkan musik band akustik, Talita, Mega-Mauro

dengan konsepnya duo “elektun”, Reyna Qotrunnadapenyanyi solo dengan aliran

blues dan sangat handal bermain keyboard, Bluesmates yang dapat mengubah

semua lagu menjadi aliran blues, Sonny Saragih, Indah Nevertari dengan suara

rendahnya yang bulat, Evony Arty, Ghaitsa Kenang penyanyi yang free bernyanyi

jika memegang gitar dan Hanin Dhiya gadis berusia 13 tahun yang suaranya

mampu meneduhkan hati.

Audiens memiliki beragam kesukaan terhadap sebuah tayangan di media

televisi, karena kebutuhan setiap audiens terhadap sebuah tayangan itupun

beragam. Audiens yang menonton acara Rising Star Indonesia adalah masyarakat

yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Berasal dari

usia, daerah, maupun kesukaan terhadap jenis musik yang berbeda pula. Acara ini

di kemas dengan sama persis seperti penayangan Rising Star di Amerika, dengan

4

panggung super megah dan aplikasi vote yang memudahkan penonton untuk

memilih. Masyarakat sebagai audiens dapat terjun langsung memberikan poin

atau suara untuk peserta karena sistem votenya yang memudahkan masyarakat

untuk menentukan yang layak menjadi rising star dan tetap bertahan di ajang

tersebut. Tetapi untuk dapat melakukan vote, penonton harus memiliki

smartphones android dan mendownload aplikasi Rising Star Indonesia pada

smartphonenya dalam memberikan suara untuk peserta.

Selain dari segi teknologi pemilihan suara yang berbeda dari ajang

pencarian bakat yang lain, peran dewan juri di Rising Star Indonesia juga berbeda

dari acara pencarian bakat sebelum-sebelumnya seperti Indonesian Idol dan X-

factor Indonesia. Jika dalam kompetisi menyanyi lainnya dewan juri hanya

mengomentari penampilan peserta dan bisa mengeliminasi kontestan sejak audisi,

maka expert (sebutan juri untuk Rising Star) tidak memiliki banyak pengaruh

untuk menggugurkan peserta namun mereka tetap dapat memberikan suara kepada

peserta dengan point 7% jika juri menyukai penampilan peserta. Kontestan yang

sudah lolos sejak audisi pertama akan langsung masuk dalam babak "audisi

langsung" yang akan dipilih oleh pemirsa melalui aplikasi seluler. Kontestan akan

lolos ke babak berikutnya jika sudah mendapatkan 70 persen suara dari para

pemirsa sampai layar interaktif raksasa terangkat. Di bawah perolehan suara itu,

kontestan akan langsung tereliminasi dan tidak dapat melanjutkan ke babak

selanjutnya.

Audiens dari berbagai macam program yang disuguhkan oleh televisi

berasal dari beragam usia. Seperti acara Rising Star Indonesia, acara ini memiliki

audiens yang berasal dari beragam kelompok usia maupun pekerjaan. Namun, dari

5

beragamnya audiens tersebut, mereka sama-sama mampu mereaksi pesan yang

diterimanya dari sebuah tayangan di media televisi.Salah satu kelompok audiens

yang menonton acara Rising Star adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan

kelompok audiens (remaja) yang berjumlah banyak dan dapat dengan mudah

dibidik oleh media televisi khususnya acara-acara reality show ajang pencarian

bakat, tujuannya memang untuk mengeksplore kemampuan dan bakat yang

dimiliki peserta namun dapat juga demi menaikkan angka rating acara dan sebagai

kepentingan ekonomi bagi stasiun televisi atau alat pengeruk keuntungan.

Mahasiswa memiliki gaya hidup dengan selera musik yang juga berbeda satu

dengan yang lainnya. Seperti yang peneliti amati dikalangan teman-teman peneliti

sendiri yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012. Mahasiswa Ilmu Komunikasi

memiliki karakteristik demografis dan psikografis yang beragam. Misalnya saja

dari segi hobi, jurusan di universitas, gaya hidup, minat, asal daerah dan lain-lain.

Tanpa audiens sebuah acara tidak akan banyak ditonton bahkan jika acaranya

tidak menarik dan tidak mengikuti selera masyarakat maka acara tersebut tidak

akan mampu sukses karena audiens merupakan salah satu pangsa keberhasilan

dalam sebuah rating acara televisi. Karena semakin banyak penontonnya maka

acara tersebut akan semakin tinggi ratingnya.

Peneliti tertarik untuk meneliti acara Rising Star dibanding acara pencarian

bakat yang lain karena bagi peneliti stasiun televisi RCTI merupakan televisi

swasta yang setiap tahun selalu menghadirkan reality show ajang pencarian bakat

yang di adopsi dari luar Indonesia dengan format acaranya diminati oleh

khalayaknya. Selain itu juga dari pemilihan peserta yang menggunakan vote

cukup berbeda dan menarik yaitu dengan pengunduhan aplikasi Rising Star di

6

telepon pintar (android) sehingga memudahkan khalayaknya memilih peserta

yang disukai agar dapat tetap bertahan di Rising Star Indonesia.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Penerimaan Audiens Tentang Program Tayangan

Rising Star Indonesia di RCTI” (Studi Resepsi dikalangan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi UMM 2012)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan peneliti, maka

rumusan masalah yang dapat di simpulkan adalah :

a. Bagaimana posisi penerimaan mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi

tentang tayangan Rising Star Indonesia di RCTI?

b. Bagaimana karakteristik demografis-psikografis mahasiswa dan mahasiswi

Ilmu Komunikasi sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang

tayangan Rising Star Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan dapat di ketahui tujuan dari

penelitian ini adalah untuk :

a. Mendeskripsikan posisi penerimaan mahasiswa Ilmu Komunikasi tentang

tayangan Rising Star Indonesia.

7

b. Mendeskripsikan karakteristik demografis-psikografis mahasiswa Ilmu

Komunikasi 2012 sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang

tayangan Rising Star Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti juga

mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaatsecara :

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini berguna untuk menambah atau memperluas wawasan dan

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

komunikasi. Serta dapat menjadi referensi pembelajaran ilmu Komunikasi

khususnya tentang tentang program tayangan di media massa televisi.

Dapat juga menjadi referensi atau bahan masukan bagi peneliti

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah serta memperluas wawasan dan

pengalaman mengenai penerimaan mahasiswa tentang sebuah tayangan

program televisi yang di adopsi dari luar Indonesia.

1.5 Fokus Penelitian

Secara fokus penelitian ini menggunakan studi resepsi yaitu penerimaan

mahasiswa tentang tayangan yang di adopsi dari luar seperti Rising Star

8

Indonesia.Karena tiap individu atau tiap mahasiswa memiliki karakteristik

demografis dan psikografis yang berbeda-beda sehingga dalam penelitian ini

diharapkan mampu untuk mengetahui karakteristik mahasiswa dalam penerimaan

tayangan Rising Star Indonesia.

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Masyarakat Informatif

Dalam perjalanannya makhluk hidup pasti mengalami perkembangan dan

perubahan, demikian pula yang terjadi terhadap manusia.Ia selalu mengalami

metamorfosa dalam setiap kesempatan. Misalnya saja dari segi mata pencaharian

pokok, kita mengenal istilah masyarakat bertani (agraris) yang kemudian berubah

menjadi masyarakat industry, dan berkembang lagi menjadi masyarakat

informasi.Sama seperti halnya perubahan dari masa pra-industri menjadi masa

industri kemudian menjadi pasca-industri.Perubahan dan perkembangan ini tentu

tidak terjadi begitu saja.Perubahan besar tersebut terjadi akibat kemajuan dan

perkembangan teknologi & informasi.

Di atas telah disebutkan mengenai masyarakat informasi, masyarakat

tersebut ada pada abad pasca-indusri, banyak istilah yang diberikan untuk masa

ini diantaranya ada yang menyebut dengan istilah abad global, global village, dan

lain-lain.Istilah globalisasi sering kali kita dengar, dan itu sangat berkaitan dengan

teknologi informasi.Masyarakat bukan sekedar komunitas informatif tetapi juga

komunikatif.Masyarakat juga harus dilihat sebagai sistem atau tatanan yang terdiri

dari sistem-sistem.Yang dimaksud dengan sistem adalah segala macam institusi

dan peraturan yang menata kehidupan masyarakat.

9

Habermas berpendapat bahwa kritik hanya akan maju dengan landasan

rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikasi atau tindakan

komunikatif’. Habermas dalam teori perkembangan masyarakat dijelaskan bahwa

masyarakat pada hakikatnya komunikatif dan menentukan perubahan sosial

bukanlah semata-mata perkembangan kekuatan-kekuatan produksi ataupun

teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis. Teknologi dan

faktor-faktor objektif lain baru bisa mengubah masyarakat kalau masyarakat

mengintegrasikannya dalam tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993)

Rasionalisasi akan menghasilkan tiga segi. Pertama, reproduksi kultural

yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi baru yang muncul, tetap ada

kelangsungan tradisi dan kohenrensi pengetahuan yang memadai untuk kebutuhan

konsensus dalam praktek sehari-hari. Kedua, integrasi sosial yang menjamin

bahwa dalam situasi-situasi yang baru, koordinasi tindakan tetap terpelihara

dengan sarana hubungan antarpribadi yang diatur secara legitim dan kekonstanan

identitas-identitas kelompok tetap ada. Ketiga, sosialisasi yang menjamin bahwa

dalam situasi-situasi baru, perolehan kemampuan umum untuk bertindak bagi

generasi mendatang tetap terjamin dan penyelarasan sejarah hidup individu dan

bentuk kehidupan kolektif tetap terpelihara. Ketiga segi ini memastikan bahwa

situasi-situasi baru dapat dihubungkan dengan apa yang ada di dunia ini melalui

tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993:230)

1.6.2 Audiens

Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu

tertentu dan terhimpun bersama untuk tindakan indivisual untuk memiliki secara

10

sukarela sesuai dengan harapan. Audiens yang dimaksud dalam komunikasi massa

sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, koran,

majalah, maupun jurnal ilmiah. Masing-masing audiens berbeda satu sama lain di

antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya,

pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, setiap individu bisa saling

mereaksi pesan yang diterimanya.

Menurut Hiebert dalam Nurudin, (2007: 105). Audiens dalam komunikasi

massa setidaknya memiliki lima karakteristik sebagai berikut.

1. Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social di antara mereka.

Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan

berdasarkan seleksi kesadaran.

2. Audiens cenderung besar. Besar disini berarti tersebarke berbagai wilayah

jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini

relatif. Sebab ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada

yang mencapai jutaan. Tetapi perbedaan ini bukan suatu yang prinsip. Jadi

tak ada ukuran pasti tentang luasnya audiens ini.

3. Audiens cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan

kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audiens cenderung anonym, yakni tidak mengenal satu sama lain.

Bagaimana mungkin audiens bisa mengenal khalayak televisi yang

11

jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus

per kasus, tetapi meliputi semua audiens.

5. Audiens secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga dikatakan

audiens dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Adapun tipe-tipe audiens terhadap sebuah tayangan media massa televisi

yaitu:

a. Audiens aktif menurut Mark Levy dan Steven Windahl, merujuk pada

orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi.

Hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan

dan tujuan yang didefinisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa

parsitipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi,

atau mempengaruhi kepuasan dan pengaruh yang dihubungkan dengan

eksposur. (Richard, Turner, 2008: 107).

b. Audiens pasif yakni orang yang mudah terpengaruh secara langsung oleh

media.

Bagi sebagian besar teori masyarakat massa cenderung untuk menganut

pada konsep audiens pasif karena kemungkinan besar akan banyak meniru apa

yang dilihatnya dan menarik perhatiannya. Paradigma audiens aktif berkembang

sebagai reaksi atas berbagai cara kajian atas penonton dengan asumsi yang telah

melekat bahwa menonton televisi memiliki karakter pasif dengan makna dan

pesan televisi yang diterima begitu saja oleh penonton.

12

Audiens atau khalayak merupakan produk konteks sosial (yang mengarah

pada kepentingan budaya, pemahaman, dan kebutuhan informasi yang sama) serta

respon kepada pola pasokan media pasokan media tertentu. Khalayak kemudian

dapat didefinisikan oleh masyarakat (misalnya jika media dicirikan oleh daya

tariknya bagi kelompok umur,gender, keyakinan politik, atau kategori penghasilan

tertentu) oleh jenis media atau saluran tertentu yang terlibat (teknologi dan

organisasi yang digabungkan, oleh konten dari pesan (genre, topik, gaya) oleh

waktu. (McQuail, 2011:144-145).

1.6.3 Studi Resepsi

Salah satu studi yang mempelajari tentang khalayak adalah reception

analysis. Reception analysis mengacu pada studi tentang makna, produksi dan

pengalaman khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan teks media.Resepsi

menurut arti bahasa diartikan sebagai menerima, yang diterima bisa berupa

informasi, seni, pengalaman atau orang dikutip (dalam Mawit, 2011). Dalam

penelitian ini resepsi berkaitan dan berpusat pada sebuah penerimaan tentang

pemahaman sebuah tayangan yang di adopsi dari luar Indonesia yakni dengan

memahami bagaimana sebuah tayangan dapat di terima dan di olah oleh audiens.

Teori reception mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual

mempengaruhi cara khalayak membaca media. Faktor konsektual termasuk

elemen identitas khalayak, persepsi penonton atas film atau genre program televisi

dan produksi bahkan termasuk latar belakang sosial, sejarah dan isu politik.

Singkatnya teori resepsi menempatkan penonton/ pembaca dalam konteks

13

berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi bagaimana menonton atau

membaca serta menciptakan makna dari teks.

Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian

terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata

pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa

tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan

media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan

bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske, 1987).

Asumsi dasar teori resepsi ini adalah khalayak secara aktif memproduksi

makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai

posisi-posisi sosial dan budaya mereka. Faktor pengalaman, pengetahuan dan

motif yang melekat pada khalayak juga dapat menjadi pengaruh dalam

penerimaan terhadap teks media.

Menurut Stuart Hall ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan

pembaca serta bagaimana pesan itu dibaca antara keduanya (Durham, 2002:174-

175), yaitu :

1. Dominan Hegemonic Position

Yaitu pembacaan pesan yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti

yang ditawarkan oleh media. Pembaca dominan atas teks, secara hipotesis akan

terjadi jika baik pembuat ataupun pembaca teks memiliki ideologi yang sama

sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara pembuat

maupun pembaca. Pada posisi ini tidak ada perlawanan dari pembaca karena

mereka memaknai teks sesuai dengan yang ditawarkan pembuat.

14

2. Negotiated Position

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi

mereka membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka

berada.Pembacaan ini terjadi ketika ideologi pembacalah yang lebih berperan

dalam menafsirkan dan menegosiasikan teks.

3. Oppositional Position

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan oleh produsen,

tetapi mereka menolak serta memaknai dengan cara sebaliknya. Pada posisi ini,

ideologi pembaca berlawanan dengan pembuat teks. Pembaca oposisi umumnya

ditandai dengan rasa ketidaksukaan dan ketidakcocokan terhadap teks yang

dikonsumsi sehingga pembaca akan menggunakan system budaya dan

kepercayaan umum.

Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak

berada dalam posisi dominan ketika ia secara utuh berbagi dan menerima dan

mengolah kembali pesan-pesan yang ia baca, pada posisi dominant, pesan yang

dimaknai khalayak sesuai dengan hegemonic culture, maka khalayak secara utuh

mengonstruksi pesan dari kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai

memiliki penolakan diantara penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari media

maka ia menjadi negotiated, dimana pada satu sisi ia meng’iya’kan hegemonic

culture tapi juga mengembangkan pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak

akan patuh terhadap hegemonic culture, khalayak bisa saja menolak karena

perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki dengan pesan di media

maka ia menjadi oppositional. (Durham, 2002:172).

15

1.6.3.1 Audiens dalam Reception Studies

Dalam kajian reception studies, audiens di asumsikan sebagai

individu-individu yang berada di dalam dan menjadi bagian dari budaya

massa. Mahasiswa merupakan audiens dari berbagai macam program

tayangan yang ada di televisi.Dalam hal ini tayangan yang diteliti adalah

program acara yang di adopsi dari luar Indonesia yaitu Rising Star

Indonesia.

Harold D. Laswell mengemukakan bahwa proses komunikasi terdiri dari

who, says that, in which channel, to whom, with what effect (siapa, mengatakan

apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa). Teori ini menjelaskan

bagaimana televisi sebagai media menyampaikan sebuah pesan (kaitannya dalam

hal ini, sebuah program acara) dari sumber atau komunikator (tim-tim kreatif

dalam perusahaan televisi) kepada komunikan (khalayak), dan memunculkan efek

bagi penerimanya.

1.6.4 Perkembangan Reality Show di Indonesia

Tak bisa dipungkiri, dunia media televisi saat ini sedang mengalami

perkembangan pesat. Mulai dari kreativitas isi tayangan, hingga ke perkembangan

televisi sebagai industri media. Perkembangan pesat tersebut tidak bisa terlepas

dari besarnya pengaruh televisi dalam kehidupan manusia modern.

Hal yang tidak bisa dibantah jika sebagian besar motif menonton televisi

adalah untuk hiburan. Memang pada faktanya, hampir semua media massa

16

menjalankan fungsi hiburan. Terlebih televisi adalah media massa yang

mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap

hari merupakan tayangan hiburan. Walaupun memang ada beberapa televisi yang

lebih mengutamakan fungsi pemberitaan/informasi.

Salah satu bentuk hiburan di media televisi adalah reality show. Mari kita

lihat tayangan televisi di Indonesia akhir-akhir ini. Setiap televisi berlomba-lomba

menyajikan paket acara reality show. Walaupun terkadang kesan mengekor atau

ikut-ikut terlihat jelas antar stasiun televisi.

Sesuai makna katanya, reality berartikenyataan, show berarti tontonan atau

pertunjukan. Dengan demikian, reality show dapat dimaknai sebagai pertunjukan

yang bersumber dari kenyataan. Tidak seperti berita yang menyajikan peristiwa

berdasarkan nilai beritanya, reality show memilih adegan tertentu yang dianggap

dapat memancing tanggapan tertentu dari pemirsa, berupa tawa, geram, dan takut.

Acara ini membidik tingkah laku orang-orang di lapangan yang asli ataupun yang

sengaja didesain oleh pengatur acara (sumber :

http://diazbonny.blogspot.com/2011/12/reality-show-sebuah-kajian-budaya.html).

a. Program Acara Televisi

Televisi memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran

yang berkualitas dan layak untuk di konsumsi khalayak.Beragam bentuk program

acara ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayaknya. Bentuk program acara yang

umumnya disiarkan di televisi antara lain: hiburan, berita, pendidikan,

kebudayaan, agama, olahraga, pelayanan masyarakat, dan informasi. Dengan

17

bentuk tayangan Film Televisi (FTV), reality show, talkshow, variety show,

games show, pencarian bakat dan lain-lain.

Pada program produksi siaran televisi di Indonesia pada umumnya

diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.Salah satunya Negara Amerika

Serikat.Stasiun televisi di Amerika tidak memproduksi sendiri programnya

melainkan mereka hanya membeli atau memesan dari production company yang

biasanya di Indonesia sendiri dikenal dengan production house.Stasiun televisi

dapat memilih dengan sesuka hati program yang memiliki nilai jual tinggi kepada

pemasang iklan yang tentunya program yang menarik.Dengan itu, perusahaan

produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya.

Pada dasarnya setiap hari stasiun televisi menyajikan berbagai macam

jenis program acara yang jumlahnya sangat banyak. Program yang ditayangkan

pada dasarnya bebas untuk ditayangkan selama program acara itu memiliki nilai

tersendiri di mata audiens dan yang terpenting tidak bertentangan dengan

kesusilaan, hukum, dan perilaku yang berlaku.

b. Reality Show

Acara reality show biasanya acara realita yang menggunakan tema seperti

persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian

bakat, pencarian pasangan hidup. Reality show adalah program televisi termuda

yang banyak digemari dan sangat populer saat ini, tidak hanya di negara asalnya

Amerika, namun juga di Indonesia. Bukti kepopuleran program reality show di

Indonesia adalah meroketnya rating dan polling sms yang datang dari segala

lapisan usia dalam membela idola mereka. Belum lagi program acara ini menjadi

18

produk wajib bagi semua stasiun televisi di Indonesia, semua berlomba-lomba

untuk menayangkan program reality show sebagai produk stasiun tersebut.

Sedangkan menurut (widyaningrum dan christiastut, Agustus 2004) reality

show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang, buka

selebritis (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan tv, sehingga dapat dilihat

masyarakat. Dimana tidak hanya sekedar mengekspose kehidupan orang, namun

juga sebagai ajang kompetisi bahkan menjahili orang.

c. Talent Show

Acara talent (talenta) atau acara pertunjukan bakat (dalam Mutiara Rizki,

2011) yang menampilkan atau mempertunjukkan keterampilan-keterampilan atau

keahlian seseorang dalam bidang apapun.bakatmenyanyi, menari, akrobat,

bertindak, drum, seni bela diri, memainkan alat musik, atau kegiatan lainuntuk

menampilkanketerampilan.Contohnya Indonesian Idol yang salah satu kompetisi

menyanyi dan Master Chef Indonesia kompetisi memasak. Contoh lainnya yaitu

Rising Star Indonesia yang menjadi objek penelitian yaitu merupakan salah satu

kompetisi menyanyi yang di adaptasi dari Amerika.

d. Ajang Pencarian Bakat

Ajang pencarian bakat adalah salah satu program yang disajikan untuk

mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan, karena

dari hal itu akan membuat seseorang merasa bangga dan memiliki kepercayaan

terhadap diri yang baik.

19

Dewasa ini banyak sekali program tayangan pencarian bakat yang

disajikan televisi diantaranya : Indonesia Mencari Bakat di Trans TV, Nez

Academy di NET TV, d’Terong, Mammamia, Akademi Fantasi Indosiar, The

Voice Indonesia dan d’academy di Indosiar, Indonesian Idol Junior dan KDI di

MNCTV dan lain-lain. Program yang dibuat dengan objek pesertanya adalah

seluruh masyarakat yang tersebar di Indonesia ini memang disajikan untuk

mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan melalui

media televisi.Bagi stasiun televisi sendiri ajang pencarian bakat juga bertujuan

menarik perhatian penonton agar selalu menyaksikan program acara tersebut,

dimana acara bergenre reality show marak ditonton oleh pemirsa televisi.

e. Rising Star Indonesia

Rising Star Indonesia adalah acara realitas kompetisi menyanyi dan ajang

pencarian bakat Indonesia yang mulai mengudara di stasiun TV RCTI pada

tanggal 28 Agustus 2014.Acara ini diadaptasi dari kompetisi menyanyi Amerika

Serikat berjudul Rising Star, yang ditayangkan oleh ABC. Format program ini

adalah dengan cara mengajak pemirsa untuk memilih kontestan melalui aplikasi

telepon pintar.

Rising Star Indonesia mulai ditayangkan pada tanggal 28 Agustus 2014,

setelah sebelumnya menggelar audisi di 5 kota besar di Indonesia. Siaran ulang

Rising Star Indonesia juga ditayangkan di kanal MNC Music sehari setelah

penayangan di RCTI.

20

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini

menggunakan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000: 3).

Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah

dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau

sekelompok orang.Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi studies yang

bertujuan agar peneliti dapat mengetahui penerimaan mahasiswa tentang tayangan

yang akan diteliti.

1.7.2 Tipe peneltian

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan laporan yang berisi kutipan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan.Data yang dikumpulkan adalah

berupa kata-kata dan gambaran. Hal ini disebabkan dengan adanya penerapan

metode kualitatif (Moleong, 2003: 11)

Metode deskriptif ini digunakan peneliti untuk memberikan informasi dan

penjelasan tentang bagaimana sebuah tayangan program seperti Rising Star

mendapat tempat di hati pemirsanya dan dapat diterima di masyarakat.Sementara

itu jika di lihat tayangan televisi di Indonesia sangat beragam namun tayangan

adopsi dari luar negeri lebih banyak di tonton oleh masyarakat khususnya sebagai

subjek penelitiannya yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas

21

Muhammadiyah Malang.Sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan

analisis resepsi.

1.7.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian untuk melakukan penelitian ini yakni terhitung mulai 10

April- 10 Mei 2015. Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang.

1.7.4 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah mahasiswa. Mahasiswa

sebagai penonton yang menonton tayangan Rising Star Indonesia adalah

mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang menonton acara

Rising Star Indonesia di tahun 2014 lebih dari 5x menonton dalam waktu tayang

sejak 28 Agustus - 19 Desember 2014 dan mengetahui tentang sistem vote melalui

aplikasi.

Dalam pencarian subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar

kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuan riset.

(Kriyantono, 2009:156).

Dari data mahasiswa terdapat 321 mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan

2012 peneliti memilih 10 orang subjek dengan pengambilan kriteria masing-

masing menonton 1x sampai dengan lebih dari 5x menonton acara Rising Star

Indonesia dan mengetahui sistem vote menggunakan aplikasi. Subjek bersedia

diwawancarai sebagai informan.

22

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka

dilakukan dengan pengumpulan data-data diperoleh dari hasil lapangan.Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Metode dengan cara wawancara ini adalah alat pembuktian terhadap

keterangan atau informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Wawancara

dilakukan bertujuan untuk menggali informasi secara luas terhadap penelitian,

dengan cara melakukan tanya jawab non formal dan secara langsung kepada

subjek sebagai sumber (Haris, 2010).

1.7.6 Teknik Analisis Data

Setelah data di dapat selanjutnya dilakukan proses analisis data dari

penelitian ini dengan tujuan agar data mentah yang didapat di lapangan

mempunyai arti dan makna guna menjawab permasalahan yang ada dengan

menggunakan teknik kualitatif. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara.

Kemudian ditranskip berurutan agar tidak ada data yang terlewatkan.

Menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil metode yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan model analisis dari Miles and Huberman,

yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga

datanya jenuh. Adapun tiga komponen analisis data yaitu :

23

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dengan

demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan data sedemikian rupa sehingga ditarik kesimpulan

sementara.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis.

Penelitian membatasi suatu “penyajian” sebagai kumpulan informasi tersusun

yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus

menerus selama proses penelitian. Dalam hal ini penelitian berusaha untuk

menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan.Kemuadian barulah

ditarik kesimpulan yang bersifat gounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan

yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

1.8 Uji Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

membandingkan data itu (Moleong, 2003: 178)

24

Peneliti menguji setiap sumber informasi dari bukti-bukti temuan untuk

mendukung sebuah tema. Dalam triangulasi sumber, peneliti akan menanyakan

pertanyaan yang sama terhadap subjek penelitian yang berbeda, yaitu mahasiswa

baik laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan karekteristik purposive

sampling.