15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau merupakan sumberdaya alam yang dimiliki bersama oleh masyarakat (common property), sehingga dalam pemanfaatannya sering dilakukan secara bebas sesuai kebutuhannya. Sejalan dengan waktu, semakin intensif dan semakin beragam kebutuhan masyarakat, sehingga dalam perkembangannya dan dalam kewenangan pengelolaannya muncul kebijakan dan kepentingan bersifat multisektor (Lukman, 2011a.). Apalagi dengan berkembangnya otonomi daerah kepentingan wilayah adminstrasi akan lebih mewarnai variasi pemanfaatan perairan danau. Fungsi lingkungan perairan Danau Toba secara umum diperuntukkan dan dimanfaatkan sebagai sumber air untuk penyediaan air bersih, air industri, air pengairan pertanian, sebagai sumber daya pariwisata, sumber daya perikanan, sumber daya energi dan prasarana transportasi, tapi sekaligus sebagai penerima berbagai macam limbah. Kualitas perairan Danau Toba pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia, terutama pemukiman penduduk, peternakan, pertanian, kegiatan industri pariwisata, kegiatan perindustrian dan perdagangan termasuk pasar, hotel dan restoran, serta kegiatan transportasi air. Pengaruh terpenting dari seluruh kegiatan tersebut adalah produksi sampah dan limbah yang secara langsung maupun tidak langsung masuk ke dalam perairan Danau Toba. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan danau merupakan sumberdaya alam yang dimiliki bersama oleh

masyarakat (common property), sehingga dalam pemanfaatannya sering dilakukan

secara bebas sesuai kebutuhannya. Sejalan dengan waktu, semakin intensif dan

semakin beragam kebutuhan masyarakat, sehingga dalam perkembangannya dan

dalam kewenangan pengelolaannya muncul kebijakan dan kepentingan bersifat

multisektor (Lukman, 2011a.). Apalagi dengan berkembangnya otonomi daerah

kepentingan wilayah adminstrasi akan lebih mewarnai variasi pemanfaatan

perairan danau.

Fungsi lingkungan perairan Danau Toba secara umum diperuntukkan dan

dimanfaatkan sebagai sumber air untuk penyediaan air bersih, air industri, air

pengairan pertanian, sebagai sumber daya pariwisata, sumber daya perikanan,

sumber daya energi dan prasarana transportasi, tapi sekaligus sebagai penerima

berbagai macam limbah.

Kualitas perairan Danau Toba pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh

kegiatan-kegiatan manusia, terutama pemukiman penduduk, peternakan,

pertanian, kegiatan industri pariwisata, kegiatan perindustrian dan perdagangan

termasuk pasar, hotel dan restoran, serta kegiatan transportasi air. Pengaruh

terpenting dari seluruh kegiatan tersebut adalah produksi sampah dan limbah yang

secara langsung maupun tidak langsung masuk ke dalam perairan Danau Toba.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam Kawasan Ekosistem Danau Toba

baik di Daerah Tangkapan Air di Danau Toba, maupun kegiatan di perairan

Danau Toba, telah menghasilkan berbagai limbah cair, limbah padat termasuk

sampah, serta meningkatnya logam berat dan zat kimia, serta peningkatan zat

organik. Kesemuanya ini dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan

lingkungan

Kegiatan lain yang telah berkembang di perairan Danau Toba adalah usaha

perikanan budidaya sistem keramba jaring apung (KJA), yang pertama kali dicoba

pada tahun 1980-an. Aktivitas budidaya ikan sistem KJA di perairan danau,

merupakan salah satu usaha peningkatan produksi perikanan dengan

memanfaatkan potensi perairan yang ada. Usaha KJA ini banyak menuai perhatian

masyarakat, terkait kontroversi antara kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan

kelestarian lingkungan, serta antara pencapaian produksi dan daya dukung

perairan.

Krismono (1998) mengemukakan bahwa perairan danau dan waduk di

Indonesia yang mencapai 2,1 juta ha berpotensi untuk budidaya ikan dengan

sistem KJA yang dapat mencapai produksi 800 ton ikan/hari. Batas toleransi

diperbolehkan mengoperasikan KJA di perairan Danau Toba yakni 443 ha.

Danau Toba dengan luas 110.000 ha saat ini sudah beroperasi 1.780 unit

KJA milik perusahaan dan 6.800 unit milik masyarakat. Bila satu unit KJA

memiliki luas 16 meter, maka luas Danau Toba yang dipergunakan untuk KJA

137,28 ha.

Jumlah KJA yang telah beroperasi di Danau Toba semakin meningkat dan

direncanakan akan dikembangkan lagi (Arifin, 2004). Diperlukan pertimbangan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

dan kebijakan berbeda dari setiap perairan untuk pengembangan KJA, mengingat

perbedaan karakter setiap perairan darat.

Usaha budidaya dengan KJA di perairan danau diperkirakan akan terus

berkembang sejalan dengan kebutuhan akan protein hewani dan kebijakan

pemerintahan setempat yang membutuhkan peningkatan pendapatan asli daerah

nya dari sumberdaya alam yang dimilikinya.

Semakin banyak jumlah KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba

maka semakin banyak pula jumlah pakan yang ditabur ke perairan danau yang

merupakan salah satu sumber pencemaran di perairan Danau Toba. Pemeriksaan

laboratorium juga menyimpulkan, keruhnya air danau dan tumbuhnya enceng

gondok menjadi sebuah ancaman kebersihan dan keindahan danau. Dari berbagai

penelitian yang dilakukan memberikan indikasi telah terjadi penurunan kualitas

air di lokasi yang terkena dampak kegiatan masyarakat (Barus, 2007). Air Danau

Toba telah mengalami penurunan kualitas air, dan diperparah lagi dengan

pertumbuhan enceng gondok yang begitu subur menjadi indikator bahwa air kaya

akan zat-zat organik (pencemaran organik). Jenis pencemaran tersebut akan

menimbulkan gangguan pada kesehatan masyarakat setempat.

Panjaitan (2009) menulis bahwa salah satu perusahaan besar milik PMA

yang mengelola keramba jaring apung di Danau Toba adalah PT. Aquafarm

Nusantara dengan memasukkan pakan sebesar 200 ton setiap hari. Dari hasil

penelitiannya, diperoleh bahwa prosentasi nitrogen dari pakan yang menjadi

limbah di perairan Danau Toba adalah sebesar 69,00%, sehingga total limbah

nitrogen yang dihasilkan di perairan Danau Toba setiap hari sebanyak 13,80 ton

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

setiap hari dengan asumsi 5% pakan tidak terkonsumsi oleh ikan. Hasil penelitian

ini juga mencatat bahwa prosentasi nitrogen pakan yang menjadi limbah di

perairan Danau Toba didukung oleh hasil penelitian sebelumnya (Beveridge, 1996

dalam Panjaitan, 2009) yang menunjukkan bahwa 70,00% nitrogen yang

dikonsumsi oleh ikan akan terbuang di perairan. Lebih lanjut total limbah fosfor

yang dihasilkan di periran Danau Toba setiap hari adalah sebanyak 2,27 ton,

dengan asumsi 5% pakan tidak terkonsumsi oleh ikan.

Berdasarkan survei awal penulis yang dilakukan di Kabupaten Toba

Samosir menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk menggunakan air danau

sebagai sumber air minum dan keperluan rumah tangga. Dengan begitu maraknya

pertumbuhan aktivitas KJA akan berpotensi mencemari lingkungan perairan

Danau Toba jika tidak dikendalikan dengan baik.

Menurut Payne (1986), konsentrasi zat-zat yang terdapat di danau

merupakan hasil dari zat-zat yang berasal dari aliran air yang masuk, ini terjadi

karena pada umumnya perairan danau menerima masukan air dari daerah

tangkapan air di sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima

bahan-bahan terlarut yang terangkut bersamaan dengan air masuk. Jadi kualitas

perairan danau sangat tergantung pada pengelolaan atau pengendalian daerah

aliran sungai (DAS) yang berada diatasnya.

Pencemaran yang terjadi di perairan danau merupakan masalah penting

yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan

beragamnya sumber bahan pencemar yang masuk dan terakumulasi di danau.

Sumber-sumber bahan pencemar tersebut antara lain berasal dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

produktif dan non produktif di up land (lahan atas), dari pemukiman dan dari

kegiatan yang berlangsung di badan perairan danau itu sendiri, dan sebagainya.

Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan danau terdiri dari beberapa

macam, antara lain limbah organik dan anorganik, residu pestisida, sedimen dan

bahan-bahan lainnya.

Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas perairan danau, sehingga tidak sesuai lagi dengan jenis

peruntukkannya sebagai sumber air baku air minum, perikanan, pariwisata dan

sebagainya. Selain itu pencemaran juga dapat menyebabkan hilangnya keaneka

ragaman hayati, khususnya spesies endemik (asli) danau tersebut (Khosla et al.,

1995., Kumurur, 2002). Dampak negatif lain dari pencemaran perairan danau

tidak hanya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis dan ekologis berupa

penurunan produktivitas hayati perairan, tetapi juga dapat membahayakan

kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian manusia yang memanfaatkan

perairan danau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Fakhrudin et al., 2002).

Nilai penting lainnya dari keberadaan Danau Toba adalah adanya jenis ikan

endemik, yakni ikan Batak yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Keberadaan ikan tersebut sudah semakin terancam akibat semakin meningkatnya

beban pencemaran yang masuk ke badan air danau, sehingga menyebabkan

kualitas perairan danau semakin menurun.

Meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke perairan danau juga

disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang berdomisili di sekitar danau seperti

membuang limbah domestik, baik limbah cair maupun padatnya yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

memberikan tekanan terhadap ekosistem perairan danau (Haryani, 2004).

Berbagai aktivitas penduduk yang ada di sempadan danau, seperti

permukiman, perhotelan, pertanian dan peternakan merupakan sumber bahan

pencemar yang masuk ke perairan danau. Kegiatan di badan perairan danau,

berupa pembudidayaan ikan dengan teknik keramba jaring apung (KJA) juga

merupakan sumber limbah yang potensial mencemari perairan danau.

Menurut hasil pusat penelitian limnologi LIPI, Lukman (2011b) bahwa

produksi ikan perairan Danau Toba pada saat ini telah melebihi daya dukung

danau dan sebagai penyebab utama penurunan kualitas air Danau Toba adalah

akibat dari kegiatan KJA yang sudah melampaui daya dukung perairan Danau

Toba. Kualitas perairan Danau Toba cenderung terus menurun dari waktu ke

waktu, yang diakibatkan oleh semakin tingginya tingkat pencemaran dari buangan

limbah domestik dan pertanian.

Saat ini kepedulian terhadap ekosistem Danau Toba semakin kurang

diperhatikan oleh hampir seluruh pengguna ekosistem perairan danau tersebut.

Prinsip-prinsip ekologis bahwa perairan danau memiliki daya dukung dan daya

asimilasi terhadap limbah yang terbatas tidak dipahami oleh sebagian besar

masyarakat pengguna danau. Sebagai contoh : pemanfaatan danau untuk kegiatan

KJA yang meningkat setiap tahunnya (10%) yang akan memberikan tekanan

terhadap perairan danau semakin meningkat. Keberadaan keramba jaring apung

diperairan Danau Toba menambah beban pencemaran akibat adanya limbah

berupa sisa pakan ikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

Di satu sisi pengembangan usaha budidaya ikan dalam KJA akan

memberikan dampak positip berupa penciptaan lapangan pekerjaan baru dan

peningkatan pendapatan masyarakat setempat, namun disisi lain usaha ini juga

akan membawa dampak negatif tehadap ekosistem perairan danau. Dalam hal ini,

kegiatan dengan budidaya ikan dengan KJA secara langsung akan mempengaruhi

(menurunkan) kualitas perairan danau (Barus, 2007). Pengaruh tersebut

disebabkan oleh limbah pakan dan zat pemberantas hama perikanan. Bila

konsentrasinya melebihi ambang batas, dapat mencemari dan meracuni biota di

perairan danau tersebut. Kematian masal ikan dalam KJA sebanyak kurang lebih

700 ton yang terjadi pada tahun 2005 yang menelan miliyaran rupiah,

mengindikasikan telah terjadi penurunan kualitas perairan di Danau Toba.

Masuknya limbah pakan ke perairan danau dalam jumlah yang berlebih

dapat menyebabkan perairan menjadi kelewat subur, sehingga akan menstimulir

ledakan populasi fitoplankton dan mikroba air yang bersifat patogen. Limbah zat

hara dan organik baik dalam bentuk terlarut maupun partikel, berasal dari pakan

yang tidak dimakan dan ekresi ikan, yang umumnya dikarakterisasi oleh

peningkatan total padatan tersuspensi (TSS), Biochemical Oxygen Demand

(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan kandungan C, N dan P. Secara

potensial penyebaran dampak buangan limbah yang kaya zat hara dan bahan

organik tersebut dapat meningkatkan sedimentasi, siltasi, hipoksia,

hipernutrifikasi dan perubahan produktivitas serta struktur komunitas bentik

(Barg, 1992).

Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pencemaran yang

terjadi di perairan Danau Toba semakin mengkhawatirkan karena dapat mengan-

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

cam kelestarian fungsi danau. Hal ini merupakan masalah yang perlu segera

ditangani secara serius agar tidak meluas dan semakin parah di kemudian hari.

Oleh sebab itu penting sekali dilakukan pengkajian nilai-nilai sosial dan

ekonomi dari perairan danau, tidak semata-mata dari pendekatan presepektif

biofisik. Klessig (2001) mengemukakan bahwa danau hanya dapat memberikan

keuntungan sosial yang optimal jika kebijakan pengelolaannya mengakui

settingsepenuhnya dari kontribusi potensial danau yang dapat dibuat untuk

masyarakat serta kebijakan pengelolaan tersebut terintegrasi untuk memberikan

perhatian yang seimbang pada seluruh nilai-nilai yang dapat danau berikan

Ekosistem danau merupakan suatu sistem, terdiri dari komponen biotik

dan abiotik yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Fenomena tentang

penurunan kualitas perairan (pencemaran) yang terjadi di perairan Danau Toba,

menunjukkan permasalahan yang kompleks dan sulit dipahami jika hanya meng-

gunakan satu disiplin keilmuan. Konsep sistem yang berlandaskan pada unit

keanekaragaman dan selalu mencari suatu keterpaduan antar komponen melalui

pemahaman secara menyeluruh dan utuh, merupakan suatu alternatif pendekatan

yang baru dalam memahami dunia nyata. Pendekatan sistem merupa-kan cara

penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap

sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menhasilkan sejumlah operasi sistem yang

efektif (Eriyatno, 2002). Oleh karena itu, kajian tentang pengelolaan KJA

berkelanjutan di perairan Danau Toba dapat dilakukan dengan pendekatan sistem

dalam membangun model pengelolaan KJA berkelanjutan di perairan Danau Toba

dalam upaya mewujudkan perairan danau yang bersih dan lestari, sehingga

pemanfaatan fungsi danau dapat berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

Dalam literatur terdapat beberapa publikasi yang mengetengahkan model

kualitas air danau. Dahl et al. (2006) mengajukan model persamaan differensial

untuk memodelkan kualitas air danau yang tercemar oleh adanya partikel padat

dan posfor. Penelitian mereka ini terutama terpakai untuk danau-danau yang

kurang dalam (kedalaman maksimum 27 m). Model kualitas air yang dinamis

dipergunakan oleh McKellar et al. (2008) dalam penelitian mereka tentang

kualitas danau Greenwood di South Carolina, Amerika Serikat. Namun mereka ini

hanya mempergunakan perangkat lunak CE-QUAL-W2. Kemudian Rippey dan

McSorley (2009) menyajikan model kualitas air danau yang terkontaminasi oleh

logam berat sehingga kadar oksigen air danau menurun. Penelitian mereka ini

terutama untuk sendimentasi pada danau. Penelitian yang juga terkait dengan

sendimen danau dikemukakan oleh Rippey (2010). Namun dia hanya meneliti

tentang konsentrasi Pb dan biphenyl terklorinasi. Terlihat bahwa model-model

yang telah diajukan oleh beberapa peneliti tadi belum ada yang menyinggung

tentang pemodelan kualitas air danau yang di sekitar danau terdapat kerambah

apung. Dalam literatur terdapat beberapa publikasi yang mengetengahkan model

kualitas air danau. Dahl et al. (2006) mengajukan model persamaan differensial

untuk memodelkan kualitas air danau yang tercemar oleh adanya partikel padat

dan posfor. Penelitian mereka ini terutama terpakai untuk danau-danau yang

kurang dalam (kedalaman maksimum 27 m). Model kualitas air yang dinamis

dipergunakan oleh McKellar et al. (2008) dalam penelitian mereka tentang

kualitas danau Greenwood di South Carolina, Amerika Serikat. Namun mereka ini

hanya mempergunakan perangkat lunak CE-QUAL-W2. Kemudian Rippey dan

McSorley (2009) menyajikan model kualitas air danau yang terkontaminasi oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

logam berat sehingga kadar oksigen air danau menurun. Penelitian mereka ini

terutama untuk sedimentasi pada danau. Penelitian yang juga terkait dengan

sedimentasi danau dikemukakan oleh Rippey (2010). Namun dia hanya meneliti

tentang konsentrasi Pb dan biphenyl terklorinasi. Terlihat bahwa model-model

yang telah diajukan oleh beberapa peneliti tadi belum ada yang menyinggung

tentang pemodelan kualitas air danau yang disekitar danau terdapat kerambah

jaring apung.

1.2 Perumusan Masalah

Pada saat ini telah berlangsung berbagai kegiatan usaha di perairan dan

berkembang dengan pesat, di antaranya adalah kegiatan KJA. Di perairan Danau

Toba ini tempo dulu masih dijumpai ikan asli yaitu ikan batak dan pora-pora.

Tetapi saat ini sudah jarang bahkan mungkin sudah hilang dan tidak jelas apa

penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha perikanan di perairan Danau Toba mulai

berkembang dalam bentuk KJA dan hingga saat ini mencapai luas lebih kurang

443 ha. Menurut laporan LP USU tahun 1999, luas perairan yang digarap baru

mencapai 0,4% dari ambang luas yang diizinkan sebesar 1% dari luas perairan

Danau Toba. Yang menjadi masalah adalah penyebaran lokasi KJA tersebut

berada dalam kawasan daerah wisata. Contoh: turis yang datang ke Tomok rata-

rata enggan berenang di danau karena airnya kotor. Demikian juga di Haranggaol,

sepanjang pantainya penuh dengan KJA sehingga mengganggu sekaligus sebagai

kota tujuan wisata potensial di Kabupaten Simalungun dan banyak lagi kota lain

di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir. Dengan demikian sudah terjadi konflik

penggunaan/pemanfaatan perairan Danau Toba antara para petani KJA dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

pariwisata. Demikian juga dengan transportasi perairan danau (perhubungan)

dapat terganggu apabila penempatan KJA yang sembarangan (Tumiar, 2004).

Menurut Southwick (1976), terjadinya pencemaran di perairan danau

dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu (1) adanya pengkayaan unsur hara yang

tinggi, sehingga komunitas biota dengan produksi yang berlebihan, (2) air

diracuni oleh zat kimia toksik yang menyebabkan lenyapnya organisme hidup,

bahkan mencegah semua kehidupan di perairan. Sama dengan Saeni (1989)

menyatakan bahwa pencemaran yang terjadi di perairan dapat ditentukan oleh tiga

jenis, yaitu (1) pencemaran kimiawi berupa zat-zat beracun, bahan-bahan organik,

mineral, dan radioaktif, (2) pencemaran fisik berupa lumpur dan uap panas, dan

(3) pencemaran biologis berupa berkembangbiaknya ganggang, tumbuh-

tumbuhan pengganggu air, kontaminasi organismo mikro yang berbahaya atau

dapat berupa kombinasi dari ketiga pencemaran tersebut.

Pencemaran yang terjadi di Danau Toba diduga berasal dari aliran

(masukan) beban limbah dari kegiatan masyarakat yang berlangsung di

indogenous (badan air danau) dan di exogenous (luar danau). Limbah yang berasal

dari kegiatan yang berlangsung di badan air bersumber dari kegiatan KJA

masyarakat maupun industri. Porpraset (1989) mengatakan, limbah organik

merupakan sisa atau buangan dari aktivitas manusia, yang biasanya tersusun dari

karbon, hidrogen, oksigen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya. Sutamihardja

(1992) menyatakan bahwa bahan pencemaran yang menurunkan kualitas air dapat

menyebabkan gangguan pada kesehatan (health hazard), sanitari (sanitary

hazard) dan kerugian-kerugian secara ekonomi dan sosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

Beban limbah organik yang bersumber dari KJA berupa sisa pakan dan

feses ikan dapat menurunkan kualitas perairan danau. Selain itu penurunan

kualitas perairan danau juga disebabkan oleh limbah yang berasal dari luar danau

berupa limbah domestik, limbah dari kegiatan pertanian, dan peternakan yang

berada di sekitar perairan Danau Toba.

Penumpukan unsur hara hasil dekomposisi bahan organik yang berlebihan

di perairan danau, akan menimbulkan permasalahan karena, unsur hara yang

berlebihan akan menyebabkan perairan mengalami pengkayaan unsur hara

(eutrofikasi). Gejala eutrofikasi yang disebabkan oleh penumpukan zat hara ini

dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi biomassa di bgian epilimnion danau

dan tingginya laju pengendapan alga ke bagian kolom air, sehingga menyebabkan

kondisi anaerobik pada daerah hipolimnion (Gather dan Imboden, 1985). Hal

yang sama juga dikemukakan oleh Agustiyani (2004), meningkatnya unsur hara

pada perairan danau akan mengakibatkan meningkatnya biomassa organismo

primer tetapi akan menurunkan jenis konsumer yang selanjutnya mengakibatkan

melimpahnya salah satu jenis saja dan mengurangi varietas dan kualitas. Setianna

(1996) menyatakan bahwa proses masuknya unsur hara ke badan perairan dapat

melalui dua cara, yaitu: 1) penapisan air drainase lewat pelepasan hara tanaman

terlarut dari tanah; dan 2) lewat erosi permukaan tanah atau gerakan dari partikel

tanah halus masuk ke sistem drainase. Proses tersebut membutuhkan waktu yang

cukup lama, namun dapat dipercepat oleh berbagai aktivitas penduduk disekitar

perairan danau.

Dekomposisi bahan organik yang berlebihan juga akan menyebabkan

perairan mengalami kekurangan oksigen (anoxia). Proses dekomposisi tanpa

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

adanya oksigen akan menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa toksik

(beracun) sehingga berdampak buruk terhadap organisme akuatik dan manusia

yang memanfaatkan perairan danau tersebut.

Pendangkalan yang terjadi di danau diduga berasal dari erosi yang berasal

dari tangkapan air danau (DTA) dan sempadan danau. Erosi yang tinggi pada

daerah tersebut akan terbawa oleh aliran sungai yang pada akhirnya akan

mengendap sebagai sedimen di dasar danau. Akumulasi dari erosi yang terjadi

terus-menerus akan mengarah pada terjadinya pendangkalan danau, penurunan

kuantitas dan kualitas air serta dapat merusak habitat di badan perairan danau.

Oleh sebab itu diperlukan upaya-upaya pengendalian sumber pencemaran yang

masuk ke perairan danau melalui pendekatan kesisteman dan kebijakan yang

dapat diterima oleh berbagai pihak.

Menurut Manetsch dan Park (1997), suatu pendekatan sistem akan dapat

berjalan dengan baik apabila kondisi-kondisi berikut terpenuhi: 1) Tujuan sistem

didefenisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan, 2)

prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riiladalah tersentralisasi atauj cukup

jelas batasannya, dan 3) dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan untuk

dilakukan. Sedangkan menurut Ford (1999), mendefinisikan sistem sebagai suatu

kombinasi dari dua atau lebih elemen yang saling terkait dan memiliki

ketergantungan antar komponen.

Menurut Jorgensen (1989) dalam Marganof (2007) penggunaan model

sangat cocok untuk memecahkan permasalahan lingkungan yang kompleks.

Penggunaan model dalam masalah ekologi adalah keharusan jika ingin memahami

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

tentang fungsi sistem yang kompleks seperti dalam ekosistem. Berdasarkan latar

belakang dan rumusan masalah tersebut terlihat bahwa ada keterkaitan fungsi

danau dengan dampak dari pencemaran yang terjadi di perairan danau. Oleh sebab

itu, maka dalam konteks pengelolaan KJA di Danau Toba diajukan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas perairan dan tingkat pencemaran perairan di Danau Toba?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kehadiran keramba jaring apung

yang dikelola oleh masyarakat?

3. Bagaimana Model Pengelolaan keramba jaring apung (KJA) masyarakat yang

berkelanjutan di perairan Danau Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model pengelolaan KJA

masyarakat berkelanjutan di perairan Danau Toba. Untuk mencapai tujuan

tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan :

1. Menganalisis kualitas perairan dan tingkat pencemaran perairan Danau Toba.

2. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan perikanan keramba jaring

apung (KJA) di sekitar Danau Toba.

3. Membangun model yang pengelolaan keramba jaring apung (KJA) masyarakat

berkelanjutan di perairan Danau Toba.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, terutama:

1. Bagi pemerintah daerah, informasi ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan atau acuan dalam memformulasi kebijakan dalam pengelolaan

keramba jaring apung (KJA) masyarakat di perairan Danau Toba.

2. Bagi masyarakat sebagai informasi dalam pemanfaatan dan pelestarian

sumberdaya di perairan Danau Toba.

3. Sebagai sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam

menyelesaikan masalah pengelolaan keramba jaring apung (KJA) masyarakat,

khususnya di Danau Toba.

1.5 Novelty

Model hasil penelitian ini sebagai acuan pengelolaan keramba jaring

apung (KJA) masyarakat yang berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara