Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
PENGARUH PERTANIAN TERHADAP PENURUNAN
KUALITAS DAN MUTU PERAIRAN DANAU BATUR,
KECAMATAN KINTAMANI BANGLI
I Ketut Sundra
Martin Joni
Dibiayai Oleh DIPA BLU Universitas Udayana Sesuai Dengan Surat Perjanjian
Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 1320/UN.14.1.28.I/PP/2015
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
ii
iii
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan mutu perairan Danau
Batur, secara fisik,kimia dan mikrobia akibat pengaruh aktivitas pertanian yang
dilakukan masyarakat petani terutama yang ada di 6 desa sekitar Danau Batur yaitu :
Desa Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang dan Terunyan. Perairan
Danau Batur saat ini memeiliki multi fungsi terutama untuk pertanian, perikanan dan
kebutuhan masyarakat sehari-hari yaitu untuk masak, mandi cuci dan
sebagainya.Dengan demikian dalam jangka pendek selalu dapat terjaga kualitas
perairan sesuai peruntukkannya dan dalam jangka panjang dapat terpeliharanya
ekosistem danau secara berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan pada 6 desa sekitar danau Batur yang aktif usaha
pertaniannya yaitu Desa Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang dan
Terunyan. Sampel air diambil dari 6 lokasi (6 sampel) yang diambil pada dua musim
yaitu musim hujan dan kemarau, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 12
sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampaling, Untuk
metode Analisis sampel air dilakukan dengan dua cara yaitu secara in-situ (langsung
di lapangan) untuk unsur-unsur yang mudah berubah seperti suhu, DO dan pH , dan
dengan cara Laboratorium untuk Parameter yang bisa diawetkan (kimia dan mikroba)
yanbg dianalisis di di LaboratoriumAnalitik dan Mikrobiologi Universitas Udayana.
Tingkat kelayakan hasil dicocokkan dengan Standar Baku Mutu Air Kelas 3
berdasarkan Pergub Bali Nomor 08 tahun 2007, Sedangkan status mutu perairan
ditetapkan dengan Metode Storet berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Hasil
penelitian tentang perubahan kualitas perairan Danau Batur yang diduga karena
pengaruh aktivitas pertanian konvensional petani sekitar lingkar Danau Batur adalah
keluarannya berupa data ekologi yang autentik yang dapat dijadikan data dasar ntuk
penelitian berikutnya dan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pemerintah dan
masyarakat.
Kata Kunci : Kualitas,air, Status Mutu Air, Danau Batur, pencemaran
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa / Tuhan Hyang
Maha Esa karena atas berkat rahmat dan berkatNya lah Penulis dapat menyelesaikan
laporan kemajuan penelitian Hibah Unggulan Program Studi dengan judul : Pengaruh
Pertanian Terhadap Penurunanan Kualitas dan Mutu Perairan Danau Batur
Kecamatan Kintamani Bangli.
Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kemajuan penelitian ,
terutama kepada :
1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. selaku Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana
2. Drs. Ida Bagus Made Suaskara , MSi selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana
3. Anak Agung Bawa Putra, SSi , M.Si selaku Pejabat Pembuat Komitmen dan sekaligus
sebagai Pembantu Dekan II Fak. MIPA Universitas Udayana yang telah menyetujui
pengeluaran dana penelitian.
4. Rekan rekan Dosen Fakultas MIPA Universitas Udayana yang yang telah banyak
membantu pelaksanaan penelitian ini.
5. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutka satu persatu yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian penelitian ini
Peneliti menyadari bahwa pelaporan kemajuan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan , maka keritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
kepada semua pihak untuk kesempurnaan laporan kemajuan dan laporan final nanti. .
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bukit, Jimbaran, Oktober 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL ………………………………………….. v
I PENDAHULUAN ……………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………. 1
1.2 Tujuan Penelitian …………………………………... 1
1.3 Manfaat Penelitian ………………………………..… 2
II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………. 3
2.1 Danau Batur …………………………………………. 3
2.2 Pencemaran Air ……………………………………… 3
2.2.1 Parameter Fisika ……………………………... 4
2.2.2 Parameter Kimia ………………………………. 5
2.2.3 Parameter Mikrobiologi ………………………. 8
2.3 Dampak Bahan Kimia Pertanian Terhadap Kualitas Air
Danau Batur …………………………………………… 8
III. METODE PENELITIAN …………………………………. 12
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………… 12
3.2 Alat dan Bahan ……………………………………… 12
3.3 Pengumpulan Data …………………………………… 12
3.4 Cara Pemeriksaan Sampel Air ……………………….. 13
3.5 Analisis Data …………………………………………………… 14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 16
4.1 Hasil …………………………………………………………….. 16
4.2 Pembahasan …………………………………………………….. 22
4.2.1 Kualitas Perairan …………………………………………. 22
4.2.2 Setatus Mutu Perairan Danau ……………………………. 24
vi
V KESIMPULA.N DAN SARAN ………………………………….. 26
5.1 Kesimpulan …………………………………………………… 26
5.2 Saran ………………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 27
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Parameter kualitas air yang akan diukur, metode analisis dan
alat-alat pengukuran ………………………………………. 12
Tabel 2. Skor Nilai Storet Parameter isik, Kimia dan Biologi …… 13
Tabel 3. Klasifikasi mutu/tingkat pencemaran air …………………. 14
Tabel 4. Hasil Analisis Kualitas air pada 6 desa sekelililing Danau Batur Bulan Maret (musim Hujan) tahun 2015 … 16 Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas air pada 6 desa sekelililing Danau Batur Bulan Juli ( musim Kemarau) tahun 2015… 17 Tabel 6. : Status mutu rata-rata air Danau Batur pada musim hujan
dan kemarau 2015……. ……………………………………. 20
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Danau Batur merupakan salah satu dari empat danau di Bali yang memiliki
luas terbesar yaitu 16,05 km2 dibandingkan dengan tiga danau lainnya (Beratan,
Buyan dan Tamblingan). Hasil pengamatan Sundra (2012) terhadap enam desa
yang ada di sekitar Danau Batur (Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang
dan Terunyan) adalah semua penduduk memanfaatkan lahan di sekitar Danau Batur
tersebut untuk usaha pertanian khususnya tanaman hortikultur berupa sayuran baik
kubis,bawang merah, cabe, tomat dan jagung. Dalam pelaksanaan usahatani tersebut
bahwa semua petani dalam meningkatkan produksi pertanian tersebut menggunakan
sarana produksi berupa pupuk kimia (pupuk, N, P, K) dan pupuk organik berupa
pupuk kompos dengan perbandingan yang berimbang (60 % pupuk kimia dan 40 %
pupuk kompos) serta menggunakan pestisida dan fungisida secara kontinyu.
Berdasarkan informasi masyarakat petani baik petani pemilik dan petani
penyakap bahwa dalam usaha tani masyarakat belum bisa secara penuh menerapkan
sistem pertanian organik (tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida). Hal ini
dilakukan karena masih menjadi tuntutan petani untuk bisa menghasilkan produksi
pertanian secara maksimum sehingga penggunaan pupuk kimia dan pestisida sampai
saat ini tetap menjadi sarana unggulan dalam meningkatkan produksi pertanian.
Secara geografis lahan pertanian yang lebih tinggi dari posisi danau, dan
aktivitas pertanian yang berbatasan langsung dengan pinggir danau serta tanah
bersifat poros, sehingga kondisi ini memacu residu pupuk dan pestisida lebih mudah
terakumulasi ke badan perairan. Masuknya residu pupuk kimia dan pupuk organik
dan pestisida ke badan perairan danau, akan berpengaruh terhadap penurunan
kualitas dan mutu perairan danau baik secara fisik, kimia maupun mikrobia.
Adapun penurunan kualitas perairan ini akan berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama pada manusia yang masih secara aktif memanfaatkan air danau
selain untuk meyiram tanaman juga untuk berbagai keperluas sehari-hari, yaitu
untuk air minum, mandi cuci dan sebagainya.
Mengingat pentingnya peruntukannya perairan air danau, maka perlu
teridentifikasi secara kualitas dan mutu perairannya, sehingga dapat diupayakan
untuk mempertahankan tingkat kelayakan terhadap fungsi dan manfaat untuk
2
berbagai kepentingan terutama untuk bahan baku air minum, mandi dan keperluan
lainnya. Dengan demikian untuk menjawab persoalan ini perlu dilakukan
penelitian secara berkelanjutan.
1.2 Tujuan penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui kualitas secara fisik, kimia dan mikrobiologi perairan Danau
Batur pada musim hujan dan kemarau dalam peruntukkannya sebagai bahan
baku air pertanian akibat dari aktivitas pertanian sayuran yang dilakukan oleh
petani di desa –desa sekitar danau Batur,
b. Untuk mengetahui status mutu perairan Danau Batur pada musim hujan dan
kemarau dalam peruntukkannya sebagai bahan baku air pertanian.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini adalah bermanfaat untuk dapat dijadikan data dasar (data base)
untuk penelitian penelitian selanjutnya terhadap status mutu perairan khususnya
untuk bahan baku air pertanian , dan dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keutusan bagi masyarakat dan pemerintah dalam upaya pengelolaan
peningkatan kualitas lingkungan danau batur secara berkelanjutan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Danau Batur
Danau Batur adalah danau terluas di Bali, menempati dasar kaldera di
sebelah timur dan tenggara Gunung Batur yang menyerupai bentuk bulan sabit,
panjangnya kurang lebih 7,5 Km, lebar kurang lebih 2,5 km, keliling 22 km, luas 16
km dan tinggi muka air danaunya 1031 m di atas permukaan laut dengan kedalaman
airnya diperkirakan mencapai 70 meter dan mengandung air sebanyak 815,38 juta
meter kubik. Desa-desa yang terletak di pinggir Danau Batur diantaranya Desa
Songan, Toya Bungkah, Terunyan, Abang, Buahan dan Kedisan.Kawasan Danau
Batur merupakan kawasan yang sejak lama telah dimanfaatkan sebagai tempat
pertanian sayuran maupun wisata karena terletak pada ketinggian diatas 1000 m
diatas permukaan laut (dpl). Air dari danau ini mengalir ke hampir seluruh sungai
besar di Bali seperti sungai Unda di Bali Selatan, sungai Suni di Bali Barat, dan
Sungai Bayumala di Bali Utara. Dari aliran sungai itulah air Danau Batur kemudian
dibagi-bagi dengan tata aturan khusus yang disebut subak (iftfishing.com/fishing-
guide/spot/danau-batur).
2.2 Pencemaran Air
Perairan termasuk juga danau secara alami memiliki daya dukung untuk
memurnikan diri dari segala gangguan atau bahan pencemar yang masuk ke badan-
badan perairan. Namun jika beban pencemar yang diterima oleh perairan tersebut
melampaui ambang batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka perairan
tersebut dikatakan telah tercemar.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi dengan
satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara
fisika, kimia dan biologi sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan
nilai lingkungan yang disebut perubahan kualitas lingkungan. Untuk menentukan
kualitas lingkungan air contohnya air Danau Batur dapat dilakukan pengujian untuk
membuktikan kelayakan air tersebut sesuai baku mutu yang ditetapkan serta
komponen-komponen bahan pencemar yang terkandung didalamnya. Dengan
menurunnya daya dukung lingkungan danau maka kualitas air Danau Batur juga
4
akan mengalami penurunan. Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat
bervariasi tergantung pada jenis air dan polutannya (bahan pencemar). Untuk
mendeteksi polutan pencemaran air perlu diketahui parameter-parameter
pencemaran baik fisika, kimia maupun mikrobiologi.
2.2.1 Parameter fisika
Sifat fisik air adalah sifat yang mudah ditentukan secara langsung di lapangan
baik dengan alat maupun dengan ketajaman indera.meliputi ::
a. Suhu, merupakan parameter fisik yang dapat secara langsung berpengaruh
terhadap kondisi biota dalam air dan juga mempengaruhi keberadaan
oksigen terrlarut (DO) di dalam air (Dahuri dan Damar, 1994). Menurut
Effendi (2003), suhu dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan proses penguraian bahan organik dan anorganik di dalam
perairan. Suhu air normal berkisar 24 – 30 0C dimana suhu air yang
melebihi 30 0C akan berpengaruh terhadap perubahan reaksi kimia dalam
air. Kenaikan suhu perairan akan menimbulkan beberapa akibat diantaranya
jumlah DO akan menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan
biota air terganggu, dan dapat menimbulkan kematian biota (Sunu, 2001).
b. Bau dan Warna, Air normal umumnya tidak berwarna sehingga tampak
bersih dan jernih. Bila kondisi air warnanya berubah, maka hal tersebut
merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar.Timbulnya bau juga
menjadi salah satu indikasi air telah tercemar.Bau yang keluar dari dalam
air dapat langsung berasal dari polutan ataupun dari hasil degradasi
mikroba yang hidup di dalam air. Mikroba yang hidup di dalam air akan
mengubah bahan organik terutama gugus protein menjadi bahan yang
mudah menguap dan berbau (Sunu, 2001).
c. Padatan
Air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dikelompokkan
berdasarkan partikelnya dan kelarutannya. Padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid / TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung sedangkan padatan
terlarut total (Total Dissolved Solid / TDS) merupakan padatan yang
5
mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi (Sunu, 2001). Zat
padat terlarut dapat dihasilkan dari penguraian sampah oleh
mikroorganisme, sehingga fluktuasi kegiatan mikroorganisme akan
meningkatkan fluktuasi zat padat terlarut dalam air (Sutrisno, 1999).
2.2.2 Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
organisme dalam air sehingga pH sering dipakai sebagai petunjuk baik
buruknya kualitas suatu perairan. Bakteri mampu hidup dengan baik pada
pH netral dan alkalis sedangkan fungi (jamur) tumbuh hidup pada pH
rendah (asam), sehingga proses dekomposisi bahan organik berlangsung
lebih cepat pada kondisi ph netral atau alkalis (Effendi, 2003). Air dapat
bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH antara 6,5 – 7,5.
b. Dissolved Oxygen (DO/Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai
oksigen terlarut dapat menentukan tingkat pencemaran atau tingkat
pengolahan air limbah. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung pada
jumlah tanaman dan dari udara yang masuk ke dalam air dengan kecepatan
terbatas. Secara normal air mengandung kira-kira 8 mg/L oksigen terlarut
dan kadar minimum yang diperlukan guna mempertahankan kehidupan
biota air adalah 5 mg/L (Sunu, 2001).
c. Biological Oxygen Demand (BOD5)
Biological Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan
untuk menguraikan atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat dalam
perairan (Sunu, 2001). Nilai BOD suatu perairan yang semakin tinggi
6
menunjukkan bahwa semakin tinggi oksigen terlarut yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terkandung
diperairan tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa kualitas perairan
semakin rendah (KLH, 2004 , Metcalf & Eddy, 1991)
Menurut Alaerts dan Santika (1984), secara umum BOD diukur dalam
jangka waktu lima hari sehingga dikenal sebagai BOD5 yang artinya
banyaknya oksigen yang dipergunakan oleh mikroorganisme pengurai
dalam menguraikan bahan organik baik yang terlarut maupun yang
tersuspensi selama lima hari pada suhu 20OC. (Sunu, 2001).
d. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah
oksigen yang diperlukan untuk menguraikan atau mengoksidasi limbah
organik dan anorganik yang ada dalam air melalui reaksi kimia (Sunu,
2001). Seperti halnya BOD, nilai COD yang tinggi menunjukkan bahwa
jumlah oksigen terlarut relatif kecil yang menandakan adanya penurunan
kualitas perairan tersebut. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena
pada uji COD tidak hanya mengukur senyawa organik yang dapat diuraikan
melainkan juga mengukur senyawa anorganik (Gintings, 1995).
e. Amonia (NH3)
Amonia (NH3) merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang tidak
normal dalam air. Gas amonia yang menimbulkan bau menyengat dan
bersifat racun dapat ditemukan pada pH tinggi (basa) sedangkan pada pH
rendah (asam) akan terbentuk ion NH4+ (Kementrian Lingkungan Hidup,
2004). Amonia dalam air berhubungan erat dengan siklus nitrogen dialam.
Senyawa nitrogen seperti amonia, nitrit dan nitrat di perairan memiliki
hubungan yang erat dimana dapat terjadi transformasi amonia menjadi nitrit
dengan bantuan bakteri Nitrosomonas (Saeni, 1989).
Nitrosomonas
2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H
+ + 2H2O + energi
7
f. Nitrit (NO2)
Diperairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang
sangat sedikit bahkan lebih sedikit daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak
stabil sehingga mudah teroksidasi menjadi nitrat. Proses transformasi nitrit
menjadi nitrat ini terjadi dengan bantuan bakteri Nitrobacter (Saeni, 1989).
Nitrobacter
2NO2- + O2 2NO3
–
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amoniak dan nitrat (nitrifikasi)
dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi
berlangsung dalam suasana anaerob, gas nitrogen yang dilepaskan dari
dalam air ke udara. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut sangat rendah.
g. Nitrat (NO3)Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman air dan alga.
Nitrat dapat terjadi dari N2 di atmosfer, pupuk yang digunakan serta
oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok nitrobacter. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Kadar nitrat alami pada perairan hampir
tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L
menggambarkan terjadinya pencemaran yang berasal dari aktivitas manusia
dan tinja hewan (Effendi, 2003).
h.Fosfat (PO4)
Badan-badan perairan yang mengandung fosfat dapat berasal dari limbah
rumah tangga, industri dan pertanian yang dapat memicu pertumbuhan
tumbuhan air di perairan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987). Di dalam air fosfat
dapat berbentuk padatan maupun larutan. Bentuk padatan terjadi dari
suspensi garam-garam yang tidak larut, bahan biologis, atau teradsorbsi
dalam bentuk padat sedangkan bentuk larutan fosfat ditemukan dalam bentuk
ortho-fosfat ( Peavy.1986 )
8
2.2.3 Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologi yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran
diantaranya bakteri Escherichia coli dan Coliform. Bakteri indikator
pencemaran ini digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran
manusia ataupun hewan di dalam perairan. E. coli ini adalah salah satu bakteri
coliform dan hidup secara normal di dalam saluran pencernaan manusia dan
hewan sehingga disebut coliform fecal. Untuk bakteri coli yang terdapat dalam
air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok bakteri fecal yaitu bakteri yang bersifat patogen yang terdapat
dalam kotoran manusia dan hewan berdarah panas.
2. Bakteri non fecal yaitu bakteri non patogen yang terdapat di dalam tanah,
sampah, limbah pertanian dan limbah rumah tangga seperti Enterobacter
aerogenes (Suriawiria, 1990).
E. coli mempunyai sifat dapat memfermentasi laktosa, memproduksi asam dan
gas pada suhu 37 0C maupun suhu 44,5
0C dalam waktu 48 jam. Bakteri ini
termasuk bakteri gram negatif. Alasan pemilihan bakteri ini sebagai bakteri
indikator pencemar yaitu:
a. Bakteri ini umumnya tidak tumbuh pada saluran pencernaan organisme lain
kecuali manusia dan hewan berdarah panas.
b. Bakteri ini dapat hidup lebih lama dibandingkan bakteri lainnya.
c. Prosedur untuk uji bakteri indikator ini bersifat spesifik, aman dan mudah
dikerjakan (Fardiaz, 1992).
2.3 Dampak Bahan Kimia Pertanian Terhadap Kualitas Air Danau Batur
Masalah pencemaran air mempunyai dimensi yang lebih kompleks, baik dari
sisi jenis bahan pencemar maupun dari sumbernya.Pencemaran bahan organik saat
ini telah menjadi fenomena umum dijumpai di hampir semua perairan danau.Tingkat
kerawanan perairan danau yang tinggi terhadap beban dari bagian tangkapan airnya
sebenarnya terkait dengan karakteristik unik ekosistem danau.Yang pertama adalah
adanya interaksi antar komponen yang sangat kuat di lingkungan danau (integrating
nature), sehingga pelaku perubahan ekosistem danau dapat secara langsung menjadi
korban dari perubahan tersebut.Sebagai contoh pemberian pakan yang berlebihan
9
pada kegiatan budidaya ikan di perairan danau dapat menyebabkan pencemaran air
yang bersifat fatal terhadap kehidupan ikan dan merugikan masyarakat pelaku
budidaya perikanan tersebut.Karakter unik kedua adalah waktu tinggal air yang
relatif lama di dalam danau (long retention time), yang menyebabkan respon yang
relatif lambat dari lingkungan perairan danau terhadap suatu kejadian, baik yang
bersifat negatif, seperti pencemaran, maupun yang bersifat positif seperti terhadap
langkah-langkah pemulihan dari akibat pencemaran tersebut. Karakter ketiga adalah
dinamika proses ekologis yang kompleks (complex response dynamics), dimana
keterkaitan satu komponen dengan yang lainnya terjadi secara tidak langsung
sehingga sulit untuk dikenali dan diantisipasi. Sebagai contoh adalah pola stratifikasi
suhu pada kolom air danau yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu diantaranya
radiasi cahaya matahari, kedalaman danau, pola arus, dan angin. Pola stratifikasi ini
sangat dinamis dan tidak dapat diamati secara kasat mata, padahal fenomena ini
sangat penting karena sangat terkait dengan pola sirkulasi nutrien dan bahan kimia
lain dalam air danau. Keterlambatan mengantisipasi dinamika stratifikasi air ini telah
menimbulkan masalah kematian massal ikan budidaya di beberapa danau setiap
tahun (Pua, 2012).
Tingkat pencemaran air danau akibat aktivitas domestik terutama kegiatan
pertanian memberikan kontribusi pencemaran lingkungan terhadap pemakaian bahan
kimia pertanian.Bahan kimia pertanian yaitu sumber pencemaran yang aneh dan
sulit untuk diamati.Golongan bahan kimia pertanian diantaranya pupuk kimia,
insektisida, disinfektan dan herbisida. Karakteristik bahan kimia pertanian sebagai
suatu zat yang dapat mencemari perairan yaitu:
a. Hampir semuanya merupakan senyawa khusus yang tidak dapat terjadi
secara alamiah, dan sifat serta perubahan zat kimia tersebut sulit
diidentifikasi pada waktu dilepaskan ke lingkungan.
b. Banyak pengaruhnya pada badan manusia yang tidak diketahui, tetapi dalam
beberapa contoh zat kimia tersebut meskipun dalam jumlah kecil sekalipun
mempunyai dampak yang kuat dan khas pada tubuh manusia.
c. Beberapa zat kimia tersebut sangat stabil dan tertinggal dalam jangka waktu
yang lama di alam dan tubuh organisme.
10
d. Semua zat kimia tersebut pada umumnya mengandung aditif disamping
unsur utamanya dimana unsur aditif dapat mempengaruhi lingkungan
walaupun toksisitasnya lebih rendah.
Komposisi utama pupuk kimia antara lain senyawa yang relatif sederhana
seperti nitrogen, fosfor, dan potassium yang merupakan elemen nutrisi bagi
tumbuhan. Penggunaan pupuk yang tidak tepat dapat berakibat pada pencemaran air,
karena yang diberikan ke lahan pertanian tidak selalu dikonsumsi seluruhnya oleh
tanaman. Sebagian pupuk yang tidak dipakai oleh tanaman akan diserap oleh koloid
tanah dan jika terlarut dapat mempengaruhi kualitas perairan. Unsur nitrogen
mempunyai koefisien penyerapan yang tinggi dimana cenderung dapat
menyebabkan proses eutrofikasi yaitu proses perkembangbiakan tumbuhan air
dengan cepat karena memperoleh zat makanan yang berlimpah akibat pemberian
pupuk yang berlebihan (Sunu, 2001).
Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi
Hijau, sebuah proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong
produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan
sejak tahun 1990-an. Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada
decade 1980-an. Waktu itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan
pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya saat itu sempat
mengalami swasembada beras.Namun hal itu tidak berlangsung lama.Pada dekade
1990-an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot dan
ketergantungan pemakaian pupuk kimia (anorganik) yang makin
meningkat.Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produktivitas pertanian
Indonesia. Untuk penggunaan pupuk anorganik, hal ini berdampak:
1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik.
2. Kesuburan tanah yang merosot / tandus.
3. Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak.
4. Terjadi peledakan dan serangan jumlah hama (Sakina, 2011).
Usahatani sayuran masyarakat di sekitar Danau Batur semakin lama semakin
pesat dan sistem pertanian masih bersifatkonvensional sehinga dengan kondisi
tanah yang porous, bertekstur pasir gembur dan struktur remah seperti di Buahan,
Kedisan, Songan dan Toyo Bungkah menyebabkan polutan dari residu pupuk mudah
11
masuk ke air sungai. Sedang di Desa Abang dan Trunyan memiliki tanah bertekstur
pasir keras, agak massif dan kering sehingga residu pupuk lebih tertahan di tanah.
Mengingat Danau Batur memilki fungsi yang komplek terutama pengaruh
pertanian terhadap perubahan kualitas perairannya maka perlu dilakukan penelitian
secara kontinyu dan berkesinambungan
12
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada enam Desa di wilayah sekitar Danau Batur,
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli (Desa Kedisan, Toyo Bungkah, Abang,
Songan, Terunyan dan Buahan) yang dimafaatkan sebagai lahan pertanian sayur
mayur. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan untuk dua periode musim yaitu
dari Bulan Maret-April (musim hujan) dan bulan Agustus-September (musim
kemarau).
3.2Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sample air adalah:
a. Water sampler
b. Jerigen plasik ukuran 2 liter
c. Botol gelap (botol Winkler) ukuran 300 ml
d. Botol steril ukuran 250 ml
e. pH meter, termometer, dan salinometer
3.3.Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer penelitian ini didapat dari pengambilan sampel air danau pada
musim hujan dan kemarau. Adapun teknik pengambilan sampel air sebagai berikut:
Sampel air danau diambil pada 6 titik lokasi pada 6 desa di wilayah lingkar Danau
Batur yaitu Desa Kedisan (SA1), Toyo Bungkah (SA2) , Abang (SA3), Songan
(SA4), Terunyan (SA4) dan Desa Buahan (SA6). Pengambilan sampel air
dilakukan dalam 2 periode musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, sehingga
13
jumlah sampel yang diambil sebanyak 12 sampel. Adapun teknik pengambilan
sampel dilakukan pada lokasi dan tempat yang sama.
Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data-data di lokasi, baik melalui
quisener maupun wawancara dengan masyarakat setempat, serta data-data yang
diambil dari monografi desa menyangkut kondisi wilayah, curah hujan, data iklim
dan sebagainya
3.4. Cara Pemeriksaan Sampel Air
Untuk analisis kualitas air danau dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
dilokasi (in situ) untuk parameter-parameter kualitas air yang cepat berubah seperti
pH, suhu, bau, rasa, warna. Untuk unsur-unsur fisik, kimia dan mikrobiologi lainnya
yang bisa diawetkan dengan natriumthio-sulfat atau dengan pendingin (es) langsung
masukkan dalam box sampel untuk dibawa ke Laboratorium Analitik Universitas
Udayana. Parameter yang akan di analisis segera atau selambat lambatnya 24 jam
setelah sampel diambil ((Rand, et. all, 1975, Dahuri dan Damar, 1994, Hadi, 2005).
Parameter yang akan di analisis, beserta metode dan peralatannya disajikan Tabel 1.
Tabel 1.Parameter kualitas air yang akan diukur, metode analisis dan alat-alat
pengukuran
No Parameter Satuan Metode Peralatan
A Fisik
1 Warna - Kualitatif Organoleptik
2 Bau - Kualitatif Organoleptik
3 Rasa - Kualitatif Organoleptik
4 Suhu OC Pemuaian air raksa Thermometer
5 TSS mg/l Gravimetrik Neraca analitik
B Kimia
6 pH - Potensiometrik pH meter
7 DO mg/l Potensiometrik DO meter
8 BOD5 mg/l Titrimetrik Buret
9 Nitrat (NO3) mg/l Titrimetrik Buret
10 Posfat (PO4) mg/l Spektrofotometrik Spektrofotommeter
11 Kalium (K) mg/l Spektrofotometrik Spektrofotommeter
12 Timbal (Pb) mg/l Spektrofotometrik Spektrofotommeter
C Bakteriologi
13 Coliform MPN/100 ml Penumbuhan Tabung Durham
14 Fecal Coliform MPN/100 ml Penumbuhan Tabung Durham
14
3.5 Analisis Data
1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibuat dalam suatu tabel kemudian
dianalisis secara deskriptif komparatif, mengacu pada Peraturan Gubernur Bali
No 8 Tahun 2007 (Air Kelas 3 yaitu air yang diperuntukkan sebagai Bahan
Baku air pertaniandan Perikanan ).
2. Status mutu perairan Danau Batur ditentukan berdasarkan Indeks mutu perairan
(IP) yang dinyatakan dengan Metode Storret, (KepMen LH No. 115 Tahun
2003). Yang dinyatakan dengan rumus :
𝐈𝐏𝐣 = ( 𝐂𝐢/𝐋𝐲 )𝟐𝐌 + (( 𝐂𝐢/𝐋𝐲 )𝟐 𝐑
2
Keterangan
IPj = Indeks pencemaran
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air danau yang diperoleh dari hasil
analisis secara in-situ dan laboratorium
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang tercantum pada Baku Mutu
air Kelas 3sesuai dengan PERGUB Bali No. 8 Tahun 2007
M = Faktor penyeimbang
R = Rata-rata
Pada dasarnya Metode Storet (Kepmen LH No 115 tahun 2003) adalah metode yang
membandingkan antara data kualitas air denga baku mutu air yang sesuai dengan
peruntukkannnya (air kelas 3). . Penentuan system nilai untuk status mutu air adalah
seperti Tabel 2
Tabel 2. Skor Nilai Storet Parameter isik, Kimia dan Biologi
Jumlah
Parameter
Nilai Parameter
Fisika Kimia Biologi
10 Maksimum
Minimum
Rata-Rata
-1
-1
-3
-2
-2
-6
-3
-3
-9
10 Maksimum
Minimum
Rata-Rata
-2
-2
-4
-4
-4
-12
-6
-6
-18
15
Nilai ini dapat langsung menghubungkan kriteria tingkat pencemaran air danau yang
ditetapkan dengan 4 kriteria, seperti pada Tabel 3:
Tabel 3. Klasifikasi mutu/tingkat pencemaran air
No Skor Kelas/Mutu Air Staus/Tingkat pencemaran
1 0 Kelas A : Baik sekali Tidak tercemar/memenuhi
standar baku mutu
2 -1 ≤ IPj ≤ -10 Kelas B : Baik Tercemar ringan
3 -11< IPj ≤ - 30 Kelas C: Sedang Tercemar sedang
4 : > 30 Kelas D: Buruk Tercemar berat
16
IV HASIL DA PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis kualitas air air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau baik
secara fisik, kimia maupun mikrobiologi tersaji pada Tabel 4 dan 5
a. Sifat Fisik
Sifat fisik yang dianalisis untuk air Danau Batur meliputi 6 parameter yaitu :
: warna, bau, rasa, suhu dan padatan total tersuspensi (TSS). Lokasi pengambilan
sampel dilakukan pada 6 titik lokasi pada 6 desa di wilayah lingkar Danau Batur
yaitu Desa Kedisan (SA1), Toyo Bungkah (SA2) , Abang (SA3), Songan (SA4),
Terunyan (SA5) dan Desa Buahan (SA6). Masing-masing lokasi diambil pada 2
kali musim yaitu musim hujan dan kemarau, sehingga jumlah sampel yang dianalisis
sebanyak 12 sampel. Dari 5 parameter yang dianalisis pada musim hujan dan
kemarau semuanya masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sesuai air kelas 3 (air
untuk pertanian).
b. Sifat Kimia
Sifat kimia yang dianalisis untuk kualitas air air danau ada 7 parameter
yaitu pH, DO, BOD5, Nitrat (NO3), Posfat PO4, Kalium (K) dan timbal (Pb). Dari 7
parameter yang dianalisis pada 6 titik lokasi pada 6 desa di wilayah lingkar Danau
Batur ( Kedisan, Toyo Bungkah, Abang, Songan, Terunyan dan Desa Buahan
yang dilakukan pada 2 periode musim (musim hujan dan kemarau) ternyata pada
musim hujan ada 2 parameter yang melampaui baku mutu air kelas 3 yaitu BOD5
dan timbal (Pb). Kandungan BOD yang melampaui baku mutu terjadi pada
perairan di Toyo Bungkah (8,412 mg/l) dan Buahan (8, 2,74 mg/l) (Tabel 4) .
sedangkan 4 lokasi lainnya kandungan BOD5 masih dibawah baku mutu yang
ditetapkan. Sedangkan kandungan timbal (Pb) pada 6 lokasi pengambilan sampel
air pada musim hijan ternyata ada 4 lokasi yang melampaui baku mutu air kelas 3
yaitu air danau di Desa Kedisan ( 0,484 mg/l), Toyo Bungkah (0,474 mg/l), Abang
(0,473 mg/l) dan Buahan (0,466 mg/l). Sedangkan 2 lokasi yaitu Songan dan
Terunyan kandungan timbal (Pb) masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sesuai
air kelas 3.(Tabel 4).
17
HASIL
Tabel 4. Hasil Analisis Kualitas air pada 6 desa sekelililing Danau Batur Bulan Maret (musim Hujan) tahun 2015
No
Parameter
Satuan
Lokasi Baku Mutu Air
Kelas 3 (Pergub
Bali No 8th 2007 Kedisan Toyo
Bungkah
Abang Songan Terunyan Buahan
A FISIK 1 Warna Organoleptik Agak keruh Tak
berwarna
Tak
berwarna
Tak
berwarna
Tak berwarna Agak keruh Tidak berwarna
2 Bau Organoleptik Bau minyak Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Bau minyak Tidak berbau 3 Rasa Organoleptik Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tidak berasa 4 Suhu
oC 26,7 25,2 25,3 25,2 24,9 26,4 Deviasi 3
5 TSS mg/L 1, 9 1,0 1,0 2,1 1,2 2,5 400 B. KIMIA
6 pH - 8,69 8,52 8,76 8,02 8,11 8,68 6 – 9 7 DO mg/L 6,869 5,671 6,045 8,645 7,621 5,220 3 8 BOD5 mg/L 4,550 8,412 5,412 4,83 5,778 8,274* 6 9 NO3 mg/L 1,703 1,511 1,511 2,078 1,145 1,530 20
10 P (Fofor) mg/L ttd ttd ttd ttd ttd ttd 1 11 K(Kalium) mg/L 32,8 31,9 32,0 29,1 27,6 31,16 - 12 Pb (Timbal) mg/L 0,484 0,474 0,473 0,025 0,021 0,466* 0,03
C.BAKTERI 13 E. coli MPN/ 100ml 21 7 11 4 10 21 2.000 14 Colform MPN/ 100ml 1100 460 1100 1100 1500 1100 10.000
Posisi
S= 8o16`57”
E= 115o23`13”
S= 8o15`1”
E= 115o24`3
S= 8o16`9”
E=
115o24`57”
S= 8o13`27”
E= 115o25`2”
S= 8o15`35”
E= 115o25`19”
S= 8o15`53”
E= 115o24`18”
Keterangan :
= Melampaui baku mutu air kelas 3 sesuai Pergub Bali No 8 tahun 2007
18
Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas air pada 6 desa sekelililing Danau Batur Bulan Juli ( musim Kemarau) tahun 2015
No
Parameter
Satuan
Lokasi Baku Mutu
Air Kelas 3
(Pergub Bali
No 8th 2007
Kedisan Toyo
Bungkah
Abang Songan Terunyan Buahan
FISIK
1 Warna Organoleptik Agak keruh Tak
berwarna
Tak
berwarna
Tak berwarna Tak
berwarna
Agak keruh Tidak
berwarna 2 Bau Organoleptik Bau minyak Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Bau minyak Tidak berbau 3 Rasa Organoleptik Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tidak berasa 4 Suhu
oC 26,7 27,0 25,3 25,2 24,9 26,9 Deviasi 3
5 TSS mg/L 18,421 7,268 7,894 8,421 9,474 15,263 400 KIMIA
6 pH - 8,31 7,77 8,23 8,14 8,23 8,03 6 - 9 7 DO mg/L 8,07 8,305 8,859 9,829 9,051 10,036 3 8 BOD5 mg/L 3,08 2,74 3,81 4,83 3,66 4,68 6 9 NO3 mg/L 2,947 1,594 2,695 3,004 3,108 2,317 20 10 P (Fofor) mg/L ttd ttd ttd ttd ttd ttd 1 11 K(Kalium) mg/L 26,9 25,7 27,4 26,1 28,9 27,4 - 12 Pb (timbal) mg/L 0,049 0,031 0,036 0,015 0,001 0,041 0,03 BAKTERI
13 E. coli MPN/ 100ml 93 14 11 0 4 7 2.000 14 Colform MPN/ 100ml 4600 2900 2400 1100 2100 2100 10.000
Posisi
S= 8o16`57”
E= 115o23`13”
S= 8o15`1”
E= 115o24`3
S= 8o16`9”
E=
115o24`57”
S= 8o13`27”
E= 115o25`2”
S= 8o15`35”
E=
115o25`19”
S= 8o15`53”
E= 115o24`18”
Keterangan :
= Melampaui baku mutu air kelas 3 sesuai Pergub Bali No 8 tahun 2007
19
sedangkan kandungan BOD5 untuk ke 6 tititk lokasi pengamatan pada musim
kemarau semuanya dibawah baku mutu kualitas yang ditetapkan untuk air kelas 3
(Tabel 5). Untuk kandungan timbal (Pb) pada musm kemarau ada 2 lokasi yang
melampaui baku mutu yaitu lokasi di desa Kedisan (0,049 mg/l) dan di desa Buahan
( 0,041 mg/l) (Tabel 5).
a. Biological Oxygen Dimand (BOD)
Biological Oxygen Dimand (BOD) merupakan oksigen yang dibutuhkan oleh
mikrobia untuk menguraikan bahan-bahan organik di perairan.
Hasil analisis terhadap 12 titik pengamatan pada musim hujan dan kemarau
ternyata ada 2 tititk yang melampaui baku mutu air kelas 3 yaitu di perairan Toyo
Bungkah dan Buahan yang semuanya terjadi pada musim hujan.
Tingginya kandungan BOD5 yang terjadi di perairan Toyo Bungkah dan Buahan
pada musim hujan tersebut karena banyaknya bahan organik yang terakumulasi
yang berasal dari hasil degradasi sampah dan limbah yang masuk ke badan perairan.
Sumber sampah dan limbah yang masuk ke perairan Toyo Bungkah karena lokasi ini
sudah menjadi daerah tujuan wisata sehingga berkembang tempat-tempat sarana
wisata seperti pemondokan dan restoran yang dapat memproduksi sampah dan
limbah yang berpotensi masuk ke wilayah perairan. Disamping itu pula di lokasi ini
banyak dlakukan kegiatan upacara agama sehingga banyak sampah organik yang
dihasilkan sehingga secara tidak langsung juga akan masuk ke perairan dan hasil
degradasi sampahakan menghasilkan bahan organik sebagai sumber dari bahan
organic yang dapat meningkatkan bahan organic dan hasil degradasi mikrobia dapat
meningkatkan BOD dalam perairan. Sedangkan tingginya BOD di perairan Buahan
pada musim hujan disebabkan karena lokasi ini selain sebagai daerah pertanian juga
semakin kumuh dengan adanya terminal /dermaga yang cukup ramai, sehingga
berpotensi untuk meningkatkan sampah dan limbah, yang berpengaruh terhadap
peningkatan kadar BOD
Meningkatnya kandungan BOD di perairan akan berdampak terhadap
menurunnya kadar oksigen terlarut (DO), meningkatkan kekeruhan, meningkatkan
suhu dan bau peraian dan terjadi kematian beberapa biota perairan tersebut.
20
Sehingga semakin tiggi BOD akan diperlukan banyak oksigen terlarut untuk
mendegradasi bahan organik..
b. Timbal (Pb)
Kandunan Pb yang melampaui baku mutu air kelas 3 untuk 12 titik kualitas air
danau batur yang diamati pada musim hujan dan kemarau yaitu ada 4 lokasi yang
melampaui baku mutu air kelas 3 pada musim hujan yaitu kualitas air di Desa
Kedisan (0,484 mg/l), desa Toyo Bungkah (0,474 mg/l), desa Abang (0,473 mg/l)
dan Desa Buahan (0,466 mg/l). sedangkan kandungan Pb yang melampaui baku
mutu air kelas 3 airdanau batur ada 2 titik yaitu : desa Kedisan (0,049 mg/l) dan desa
Buahan (0,041 mg/l) ( Tabel 5).
C. MIkrobiologi
Bakteri Coliform dan Esceria coli Kandungan Coliform yang dianalisis pada 12 tititk di
perairan Danau Batur yaitu 6 tiitk pada musim hujan dan 6 titik pada musim kemarau
ternyata kesemua tidak melampaui Baku Mtu Kualitas Kualitas air Kelas 3 Tabel 4
dan 5)
D. Status Mutu Air Danau dengan Metode Storet
Secara perinsip metode STORET adalah membandingkan antara data
kualitas air danau (hasil analisis yang di analisis di laboratorium ) dengan baku
mutu air sesuai dengan peruntukkan (air kelas 3) . Adapun penentuan status mutu
air danau dengan metode STORET ditentukan dari jumlah skor dari setiap
parameter yang diamati/diuji (Kep. Men LH No 115 taun 2003). Untuk penentuan
system nilai untuk menentukan status mutu air danau pada musim hujan dan
kemarau secara fisik, kimia dan biologi seperti tercantum pada Tabel 6
21
Tabel 6. : Status mutu rata-rata air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau 2015
No
Parameter
Satuan
Baku
Mutu
Air
Kelas 3
Skor
Kedi
san
Toyo
Bung
kah
Abang
Songan
Teru
nyan
Buahan
A FISIKA
1 Warna Organo
leptik
Tak ber-
warna
0 0 0 0 0 0
2 Bau Organ
o
leptik
Tak
berbau
0 0 0 0 0 0
3 Rasa Organo
leptik
Tak
berasa
0 0 0 0 0 0
4 Suhu
00C
Deviasi
3
0 0 0 0 0 0
5 TSS mg/l 400 0 0 0 0 0 0
B KIMIA
6 pH - 6 - 9 0 0 0 0 0 0
7 DO mg/l 3 0 0 0 0 0 0
8 BOD5 mg/l 6 0 -2 0 0 0 -6
9 NO3 mg/l 20 0 0 0 0 0 0
10 P (Fofor) mg/l 1 0 0 0 0 0 0
11 K(Kalium) mg/l - 0 0 0 0 0 0
12 Pb (timbal) mg/l 0,03 -8 -6 -6 0 0 -8
C. BIOLOGI
14 E.coli MPN/
100ml
2.000 0 0 0 0 0 0
15 Coliform MPN/
100ml
10.000 0 0 0 0 0 0
Jumlah -8 -8 -6 0 0 -14
Kelas B B B A A C
Keterangan CR CR CR SBM SBM CS
Keterangan: CB = Cemar Berat CS : = Cemar Sedang CR := Cemar Ringan
SBM = Sesuai dengan Baku Mutu
Adapun status mutu rata-rata air danau batur pada musim hujan dan kemarau
dapat dinyatakan bahwa dari 6 titik lokasi pengamatan ternyata ada 1 lokasi
tergolong tercemar sedang yaitu perairan di desa Buahan, 3 lokasi tercemar ringan
(CR) yaitu : perairan di Desa Kedisan, Abang dan Toyo Bungkah serta ada 2 lokasi
perairan yang memenuhi standar baku mutu (SBM) yaitu: perairan Songan dan
Trunyan (Tabel 6 .
22
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kualitas Perairan
Hasil analisis terhadap 12 titik kualitas air danau batur pada musim hujan dan
kemarau ternyata dari 16 parameter yang dianalisis ternyata ada 2 parameter yang
melampaui baku mutu air kelas 3 pada musim hujan yaitu BOD5 yang terjadi pada 2
lokasi yaitu di perairan Toyo Bungkah dan Buahan. Sedangkan kandungan BOD5
pada musim kemarau semuanya dibawah baku mutu atau memenuhi standar baku
mutu air kelas 3 yang ditetapkan. Tingginya kandungan BOD5 yang terjadi pada
musim hujan disebabakan karena banyaknya bahan organik yang terakumulasi
yang berasal dari hasil degradasi sampah dan limbah yang masuk ke badan perairan.
Hal ini berdampak terhadap rendahnya kadar DO, kekeruhan, meningkanya suhu
dan bau peraian dan terjadi kematian beberapa biota perairan tersebut Sehingga
semakin tiggi BOD akan diperlukan banyak oksigen terlarut untuk mendegradasi
bahan organik (Dahuri, 1994). Menigkatnya kandungan BOD di musim hujan
Untuk di wilayah perairan Buahan disebabakan karena di lokasi ini sebagai tempat
pelabuhan (Dermaga) sampan (perahu kecil) sebagai sarana pariwisata angkutan air
dari dank ke obyek wisata Trunyan dan desa-desa lain di sekitar danau Batur yang
padat pengunjung terutama pada hari minggu dan hari libur lainnya. Dengan
banyaknya wisatawan lokal dan manca Negara akan berdampak terhadap
peningkatan sampah da limbah organic yang akan masuk ke badan perairan,
sehingga emacu pengkatan bahan organic yang terakumulasi ke badan perairan ,
sehingga dapat memacu peningkatan kadar BOD. Sedangkan di perairan Toyo
Bungkah, peningkatan kadar BOD lebih dipacu karena daerah ini juga sudah dibuka
sebagai daerah destinasi pariwisata dan pula dibuka obyek pariwisata spiritual, yang
banyak dikunjungi pariwisata untuk berlibur dan kepentingan pengobatan alternative
dengan cara pijat refleksi dan pengobatan spiritual lainnya. Disamping itupula
setiap upacara piodalan banyak masyarakat hindhu bersembahyang. Akibat aktivitas
ini berdampak terhadap peningkatan volume sampah organic. Sehingga sampah dan
limbah dapat masuk ke badan perairan, sehingga hasil degradasi ini akan memacu
peningkatan kadar organic yang berdampak terhadap peningkatan kadar BOD
23
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
KedisanToya Bungkah Abang Songan Terunyan Buahan Baku Mutu
4.550
8.412
5.412 4.8305.778
8.274
6
Nila
i BO
D5
(m
g/L)
Kedisan
Toya BungkahAbang
Songan
Terunyan
Buahan
Sedangkan peningkatan kandungan Plumbum /timbal (Pb) pada 4 lokasi
perairan danau Batur yaitu Desa Kedisan, Toyo Bungkah, Abang, dan Buahan,
berasal dari aktivitas pariwisata yang memanfaatkan jasa kapal motor yang berbahan
bakar solar dan bensin yang sarat aktivitas terutama pada hari minggu dan hari lbur
lainnya. Hasil pembakaran (asap) dari kapal motortersebut dapat menghasilkan Pb
yang terakumulasi ke badan perairan. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis
logam berat yang bersifat akumulatif dan berbahaya bagi kehidupan biota perairan,
termasuk manusia. Untuk meminimalisir kandungan Pb di perairan dapat dilakukan
dengan melakukan uji emisi gas buang mesin kapal motor atau melakukan
pengaturan jadwal keberangkatan kapal m otor tersebut.
Secara detail kandungan BOD5 dan Pb yang melampaui Baku Mutu Air Kelas 3 air
Danau Batur untuk 6 Desa yang diamati (Kedisan, Toyo Bungkah, Abang,
Songan, Terunyan dan Desa Buahan) pada musim hujan dan kemarau seperti
tercantum pada Gambar 1, 2 dan 3.
Gambar 1 Kandungan BOD5 yang melampaui Baku Mutu Air Kelas 3 pada Air
Danau Batur Untuk 6 Desa pada Musim Hujan
24
Gambar 2 Kandungan Pb yang melampaui Baku Mutu Air Kelas 3 pada Air
Danau Batur Untuk 6 Desa pada Musim Hujan
Gambar 3 Kandungan Pb yang melampaui Baku Mutu Air Kelas 3 pada Air
Danau Batur Untuk 6 Desa pada Musim Kemarau.
4.2.2 Status Mutu perairan Danau
Berdasarkan analisis iir terhadap penentuan status mutu air dengan metode
Storet terhadap 6 ttik Air danau batur (Kedisan, Toyo Bungkah,
Abang,Songan,Terunyan dan Buahan) pada musim hujan dan kemarau ternyata
terbagi dalam 3 kelas yaitu perairan di desa Kedisan, Toyo Bungkah dan Abang
ketiganya masuk dalam Kelas B yaitu tergolong tercemar ringan (CR), Hal ini telah
00.05
0.10.15
0.20.25
0.30.35
0.40.45
0.50.55
0.60.484 0.474 0.473
0.025 0.021
0.466
0.03
Nila
i Pb
(m
g/L)
Kedisan
Toya Bungkah
Abang
Songan
Terunyan
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.050.049
0.031
0.036
0.015
0.001
0.041
0.03
Nila
i Pb
(m
g/L)
Kedisan
Toya BungkahAbang
Songan
Terunyan
Buahan
25
terjadi indikasi terjadi penurunan kualitas perairan karena di ketiga desa ini telah
terjadi peningkatan activitas pariwisata (jasa angkutan perahu motor yang dapat
mengeluarkan asap yang menyebabakan terakumulasi dan peningkatan kadar
plumbum (Pb) di badan perairan) dan peningkatan aktivitas pertanian dan
permukiman yang dapat memacu peningkatan sumber sampah dan limbah masuk ke
badan perairan sebagai sumber bahan organik, sehingga memacu aktivitas mikrobia
untuk mendegradasi sampah dan limbah, menyebabkan terjadipeningkatan kadar
BOD.
Perairan di desa Buahan tergolong Kelac C (tercemar sedang(CS). Kondisi
ini memiliki scor tertinggi (-14) dibandingkan dengan status mutu 5 perairan danau
batur lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perairan danau batur di desa Buahan
telah banyak terakumulasi polutan yang menyebabkan kualitas air menurun sesuai
dengan peruntukkannya sehingga status mutu menjadi rendah. Seperti yang terjadi
di Desa Buahan yang sarat dengan aktivitas penduduk terutama terjadi di dermaga
dan sekitarnya serta aktivitas pertanian yang tidak terkontrol yang menimbulkan
banyak sampah-sampah dan limbah yang masuk ke badan perairan yang merupakan
substrat utama untuk perkembangbiakan bakteri Coliform. Sehingga perairan
menjadi keruh dan berbau menyebabkan kualitas dan mutu perairan jauh menurun
sesuai peruntukkannya.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kualitas dan status mutu perairan 6
Desa wilayah Danau Batur , Kintamani, Bangli pada musim hujan dan kemarau
tahun 2015 dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Secara umum kualitas dan status mutu perairan pada 6 desa sekitar Danau
Batur Kabupaten Bangli (Kedisan, Toyo Bungkah, Abang,Songan,Terunyan
dan Buahan) ada 4 lokasi yaitu (Kedisan, Toyo Bungkah, Abang dan
Buahan) kurang baik sesuai peruntukkan untuk pertanian dan budidaya
perikanan (Air Kelas 3) sesuai Peraturan Gubernur Bali No 8 tahun 2007).
Untuk perairan Songan dan Terunyan masih tergolong layak.
2. Dari 15 parameter kualitas air yang dianalisis pada musim hujan dan
kemarau hanya 2 parameter yang melampaui baku mutu air kelas 3 yaitu
BOD5 dan timbal (Pb) Kandungan BOD5 yang melampaui Baku mutu
hanya terjadi pada musim hujan saja pada 2 titik pengamatan yaitudi Toyo
Bungkah dan Buahan, sedang pada musim hujan masi dibawah baku mutu.
Untuk Kandungan Pb yang melampaui baku mtu air kela 3 pada musim
hujan ada 4 tititklokasi yaitu: Kedisan, Toyo Bungkah, Abang dan Buahan,
sedangkan pada musim kemarau hanya 2 ttitk saja yaitu : Kedisan dan
Buahan
3. Status mutu perairan Danau Batur pada 6 lokasi dinyatakan dalam 3 kelas
yaitu Perairan desa Kedisan, Toyo Bungkah dan Abang tergolong baik/
kelas B (tercemar ringan), perairan Desa Buahan tergolong sedang/ kelas C
(tercemar sedang ) dan perairan desa Songan dan Terunyan tergolong baik
sekali/kelas A ( Tidak tercemar atau memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan.
5.2. Saran
1 Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
perairan terutama tidak memanfaatkan badan perairan sebagai tempat yang
mudah dan murah untuk membuang sampah
2 Perlunya Pemerintah menertibkan perijinan tentang jasa angkutan perahu
bermotor untuk melakukan uji emisi untuk menekan sekecil mungkin
polutan yang terakumulasi ke badan perairan, serta penataan permukiman
supaya tidak melanggar sempadan danau yang memungkinkan terjadi
penigkatan limbah dan sampah yang masuk ke badan perairan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. dan A. Damar. 1994. Metode Dan Teknik Analisis Kualitas Air.Bogor : Fakultas Perikanan IPB.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT Kanisius.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Gintings, P. 1995. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2002. PPRI N0 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran air
Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Rajawali Press.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Tentang Pedoman Status Mutu air
Metcalf & Eddy. 1991.Wastewater Engineering, Treatment Disposal Reuse. Third Edition. Singapore. Mc. Grow- Hill international Editions,Civil Engineering
Peavy, H.S; D.R. Rowe; G. Tchobanoglous. 1986. Environmental Engineering. International Edition. New York. Mc. Grow- Hill Book Company.
Pua, A. Gadir. 2012. Aplikasi Pengelolaan Lingkungan Danau.Lingkungan Kesehatan.
Sakina, N. Nailatus. 2011.Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. [cited 2012 April, 22] Available from: WordPress.com.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor: Depdikbud, Ditjen Pendidikan Tinggi, PAU, Ilmu Hayat, IPB.
Sunu,Pramudya. 2001.Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suriawiria, U. 1990. Mikrobiologi Air Dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologi. Bandung: Penerbit Alumni.
Sutrisno, C.D. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Bandung: PT. Bina Aksara.
Sutrisno, C. T dan E. Suciastuti. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Bandung: PT Bina Aksara.
U.S Environmental Protection Agency. 1993. The Economic and Environment Impact of Phosphorus Removal from Wastewater in the European Community. Washington, DC: Nonpoint Source Control Branch (4503T) 1200 Pennsylvania Avenue.
Wijana, N. 2009.Penentuan Kualitas Air Danau Batur Melalui Indeks Pencemaran Biologik. [cited 2012 April, 8] Available from: Word Press.com.