18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki luas wilayah 52.087 Ha, dengan luas daratan 33.048 Ha atau 63,45% dan selebihnya sekitar 19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah laut yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya. Jumlah penduduk Kota Surabaya hingga Desember 2015 adalah sejumlah 2.939.421 jiwa. 1 Hal ini kemudian yang memicu kepadatan jumlah pusat perbelanjaan modern. Berdasarkan Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012, lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran berperan sebesar 44,46% dari semua total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Surabaya di tahun 2012, di mana tahun sebelumnya hanya sebesar 43,90% saja. 2 Sektor perdagangan ada 2 yaitu, perdagangan menengah biasanya dipegang oleh kelompok masyarakat keturunan China dan perdagangan kecil dipegang oleh penduduk lokal tradisional. Berdasarkan daerah tempat perdagangan, masyarakat keturunan China menempati daerah pecinan, di sekitar Jl. Kembang Jepun, Surabaya. Daerah tempat perdagangan masyarakat lokal mengelompok menjadi satu, kemudian menghilang pada tahun 1900-an. 1 Profil Kota Surabaya Tahun 2015. http://dinkominfo.surabaya.go.id/dki.php?hal=30. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.17 WIB. 2 Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 Bab 10 Pendapatan Regional. Pdf (online). http://www.surabaya.go.id%2Ffiles. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.32 WIB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33753/2/jiptummpp-gdl-arfinanovi-43381-2-babi.pdf · 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya berada di Propinsi

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Surabaya berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini

merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya

menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki luas wilayah

52.087 Ha, dengan luas daratan 33.048 Ha atau 63,45% dan selebihnya sekitar

19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah laut yang dikelola Pemerintah Kota

Surabaya. Jumlah penduduk Kota Surabaya hingga Desember 2015 adalah

sejumlah 2.939.421 jiwa.1 Hal ini kemudian yang memicu kepadatan jumlah pusat

perbelanjaan modern. Berdasarkan Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun

2012, lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran berperan sebesar 44,46%

dari semua total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) Surabaya di tahun 2012, di mana tahun sebelumnya hanya

sebesar 43,90% saja.2

Sektor perdagangan ada 2 yaitu, perdagangan menengah biasanya

dipegang oleh kelompok masyarakat keturunan China dan perdagangan kecil

dipegang oleh penduduk lokal tradisional. Berdasarkan daerah tempat

perdagangan, masyarakat keturunan China menempati daerah pecinan, di sekitar

Jl. Kembang Jepun, Surabaya. Daerah tempat perdagangan masyarakat lokal

mengelompok menjadi satu, kemudian menghilang pada tahun 1900-an.

1 Profil Kota Surabaya Tahun 2015. http://dinkominfo.surabaya.go.id/dki.php?hal=30. Diakses

pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.17 WIB. 2 Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 Bab 10 Pendapatan Regional. Pdf (online).

http://www.surabaya.go.id%2Ffiles. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.32 WIB.

2

Pemerintah pada saat itu melakukan pembangunan fasilitas perdagangan ritel

dalam bentuk pertokoan dan perpasaran secara formal terlihat ditingkatkan pada

saat pemerintahan Gemeente Soerabaia berjalan hingga tahun 1940 dan Kota

Surabaya mulai diperluas ke arah selatan. Fasilitas perdagangan yang tampak

terbangun pada masa Gemeente Soerabaia antara lain, Tunjungan (shopping

street), Pasar Pabean, Pasar Pegirian, Pasar Genteng, Pasar Tunjungan, Pasar

Blauran.3

Urbanisasi yang terus berlangsung dan diikuti dengan peningkatan

kebutuhan masyarakat akan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala

sektor, salah satunya adalah berbelanja. Masyarakat sudah terbiasa adanya pusat-

pusat perbelanjaan khususnya mall yang sudah banyak memakan tempat atau

lahan terbuka hijau yang ada di Kota Surabaya, oleh karena itu pembangunan

terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tahun

mengalami peningkatan. Berdasarkan perkembangan Kota Surabaya salah satu

bentuknya dengan melakukan pembangunan-pembangunan mall atau pusat

perbelanjaan, akan tetapi kota yang mendapat julukan sebagai kota Pahlawan ini

menjadi salah satu tempat urbanisasi dari berbagai kalangan, maka dari itu

terdapat pusat-pusat perbelanjaan seperti mall. Pengunjung mall juga dari

berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Nge-mall begitu

mudah diterima oleh masyarakat perkotaan, salah satunya di Kota Surabaya.

Mall dikenal dengan bangunan yang tertutup dan besar. Tidak hanya itu, di

dalam mall menyiadakan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3 Profil Kabupaten / Kota Surabaya Jawa Timur.

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/surabaya.pdf. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli

2015. Pukul 21.14 WIB.

3

Mall memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengunjungnya dengan fasilitas

ruang ac dan tempat yang bersih. Mall di Kota Surabaya sudah tersebar ke

beberapa wilayah, seperti Surabaya bagian Barat, Timur, Utara, dan pusat Kota

Surabaya. Tempat makan maupun tempat rekreasi yang dulunya menjadi pilihan

utama untuk dikunjungi, sekarang semuanya sudah dikemas menjadi satu di

dalam mall. Menjamurnya pembangunan mall, maka masyarakat secara perlahan

mulai terjebak dalam dunia hiperrealitas, di mana realita asli tidak tampak.

Masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih mengikuti trend yang semula adalah

budaya Barat yang kini dijadikan kiblat oleh masyarakat di negara berkembang

seperti di Indonesia dalam berperilaku.

Jangkauan pelayanan pada masing-masing pusat perbelanjaan ini

didasarkan pada luasan masing-masing pusat perbelanjaan yang ada. Berdasarkan

luasannya jangkauan pelayanan ini dibedakan menjadi dua yaitu pusat

perbelanjaan skala distrik (17,72 km2 atau radius 2,37 km), dan regional (42,27

km2 atau radius 3,9 km). Hasil identifikasi dari total luas pusat perbelanjaan

diketahui ada 3 pusat perbelanjaan skala distrik dan 19 pusat perbelanjaan skala

regional.4 Skala distrik dimana skalanya mulai dari kelas menengah ke atas,

berbeda halnya dengan skala regional yang skalanya mulai dari menengah ke

bawah. Jumlah pusat perbelanjaan atau mall di Kota Surabaya yang mencapai 22

unit dinilai berlebihan. Banyaknya jumlah mal itu dikhawatirkan mengganggu

perekonomian di pasar tradisional setempat. "Jumlah mal di Kota Surabaya perlu

4 Achmad Miftahur Rozak dan Putu Gde Ariastita. 2013. Pola Spatial Persebaran Pusat

Perbelanjaan Modern di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan. Jurnal Teknik Pomits

Vol 2 No 2. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITS. Surabaya

4

pembatasan, meski tidak ada larangan membangun mall," ujar Anggota Komisi C

DPRD Kota Surabaya, Agus Santoso, Jumat (16/9).5

Tabel 1. Data 22 mall yang ada di Surabaya

Nama Mall Alamat Nama Mall Alamat

BG Junction

Utara Surabaya di

daerah Blauran,

arah ke Tanjung

Perak, sebelum

Tugu Pahlawan

World Trade

Center Surabaya

(WTC Surabaya)

Jl. Pemuda No.

27-31, Surabaya.

Tepatnya terletak

pada Surabaya

bagian pusat

City of Tomorrow

(CITO)

Jl. Jend. Ahmad

Yani No. 288

(Bundaran Waru),

Surabaya, Jawa

Timur 60234,

Indonesia

JS Plaza

Jl. Jemur

Andayani No. 7,

Kota Surabaya

Hi-Tech Mall

Jl. Kusuma Bangsa

No. 116, Surabaya,

Kec. Sidoarjo.

Tepatnya terletak di

Surabaya bagian

utara

Grand City

Surabaya

Jl. Kusuma

Bangsa, Surabaya

Jembatan Merah

Surabaya

daerah Surabaya

utara, dekat dengan

Tanjung Perak.

Sebelum

Polrestabes

Surabaya

Ciputra World

Surabaya

Jl. Mayjen

Sungkono No.87

Dukuh Pakis, Kota

Surabaya

Pakuwon Trade

Centre (PTC)

Satu kompleks

dengan Supermall

Pakuwon.

Kompleks mall

yang terbesar di

Surabaya bagian

barat.

Lenmarc Jl. Bukit Darmo

Golf, Surabaya

Royal Plaza Jl. Ahmad Yani

No. 16-18,

Surabaya

Plaza Surabaya

(Delta Surabaya)

Jl. Pemuda No.

33-37, Surabaya

5 Jumlah Mal di Surabaya Berlebihan.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/16/lrm9gm-jumlah-mal-di-surabaya-

berlebihan. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.05 WIB.

5

Surabaya Town

Square (SUTOS)

Jl. Adityawarman

No. 55, Surabaya

Golden City

Mall

Jl. Abdul Wahib

Siamin No. 2-8,

Surabaya

Pusat Grosir

Surabaya (PGS)

Jl. Dupak No. 1 (Jl.

Stasiun Pasar Turi),

Surabaya.

Darmo Trade

Centre (DTC)

daerah Darmo

sebelum/setelah

flyover

Wonokromo

Tunjungan Plaza

(TP)

Pusat kota

Surabaya,

berbatasan dengan

Surabaya Utara,

sebelum daerah

Blauran

Central Point

Mall

Jl. Raya Ngagel

No. 137-141,

Surabaya

Pakuwon Indah

Supermall (SPI)

Terletak di

Surabaya kota

bagian barat

Plaza Marina

Jl. Margorejo

Indah No. 97-99

Margorejo,

Wonocolo,

Surabaya

Galaxy Mall

Terletak di

Surabaya kota

bagian Timur

Tunjungan

Electronic center

Jl. Tunjungan,

Surabaya

Sumber: http://www.infosby.asia6

Berdasarkan tabel di atas memaparkan mall yang ada di Kota Surabaya

sudah mencapai 22 mall yeng tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Mall

tersebut terbagi dalam wilayah Surabaya bagian Utara, Timur, Barat, Selatan, dan

Surabaya bagian Pusat.

6 33 Mall dan Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. http://www.infosby.asia/2014/06/33-mall-

pusat-perbelanjaan-surabaya.html. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.38 WIB.

6

Gambar 1. Peta Persebaran Mall di Kota Surabaya

Sumber : Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 20127

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat dengan mudah mall yang berada

di kawasan Pusat ke arah Utara lebih mendominasi dibandingkan mall yang

berada di kawasan bagian Barat, Timur, Selatan. Jumlah mall sebanyak 22 mall

tersebut tidak menutup kemungkinan adanya mall-mall baru yang akan berdiri di

Kota Surabaya. Ada 4 (Empat) pusat tempat belanja baru yang beroperasi di Kota

Surabaya, hingga 2016 mendatang. Keempat pusat belanja tersebut adalah

Tunjungan Plaza V, Marvel City (E Square), Lippo Mall Gubeng, dan Supermal

Pakuwon 2. Sementara yang masih dalam tahap perencanaan final sebanyak

sembilan pusat belanja. Masing-masing akan direalisasikan mulai tahun 2015

hingga 2017 mendatang, yakni Hampton Square, Praxis, The Frontage, Maspion

Square 2, Tunjungan Plaza VI, Mal Pasar Atum 2, One Galaxy Mall, Ciputra

World Surabaya 2, dan Puncak Central Business District (CBD) Jajar.8

7 Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 2012.

lh.surabaya.go.id/.../2012/3.%20BAB%20II%20KEHATI%202012.pdf. Diakses pada Rabu,

tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.32 WIB. 8http://properti.kompas.com/read/2014/08/26/172007121/Hingga.2016.Surabaya.Tambah.Empat.P

usat.Belanja.Baru. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.49 WIB.

7

Realitanya kini banyak dijumpai pusat perbelanjaan yang ada di kota

Surabaya salah satunya adalah mall yang terkenal di Indonesia yaitu Tunjungan

Plaza yang terletak di Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya. Nge-mall

merupakan kegiatan yang dilakukan sebagian besar masyarakat belakangan ini.

Tampilan-tampilan yang ditawarkan oleh Mall semakin beragam mulai dari segi

bangunan hingga produk yang ada di dalam mall sendiri, selain itu mall yang ada

di Surabaya juga mempunyai kelas-kelas mulai dari masyarakat kelas menengah

hingga menengah ke atas. Mall memiliki beberapa fasilitas antara lain, yaitu pusat

perbelanjaan, tempat makan, tempat hiburan, tempat bermain, tempat olah raga.

Mall menjadi salah satu bentuk wujud dari adanya hiperrealitas yang

tengah terjadi di masyarakat. Hiperrealitas yang terjadi di mall ditunjukkan

melalui sign, fashion, citra, representasi, simulasi, simulakra. Masyarakat mulai

ditawarkan dengan gedung bagus, bertingkat minimal tiga, kenyamanan dalam

berbelanja, ruang yang disediakan lebih baik, dan kebersihan. Etalase-etalase yang

ditawarkan di dalam sebuah mall menjadikan pola interaksi antar pengunjung dan

pembeli lebih individualis karena di dalam mal tidak terjadi proses tawar menawar

harga. Mall memberikan tampilan luar yang mengundang masyarakat untuk

mengunjunginya. Hal ini diperkuat dengan adanya faktor pendorong berkunjung

ke mall, yaitu menawarkan fasilitas yang lengkap, produk import dan berkualitas,

keamanan, kenyamanan, hiburan dan promosi menarik lainnya.

Tunjungan Plaza (TP) Surabaya sendiri indentik dengan pengunjung kelas

menengah ke atas. Harga barang yang mahal serta pengunjung yang dijumpai

beragam mulai dari pengusaha, remaja, hingga anak-anak yang datang bersama

kedua orantuanya. Tunjungan Plaza (TP) Surabaya merupakan salah satu mall

8

megah di antara beberapa mall yang ada di Kota Surabaya. Gerak operasionalnya

sehari-hari, Tunjungan Plaza (TP) menjadi pusat pembelanjaan yang terdiri dari

beberapa toko, swalayan, dan department store yang menyediakan berbagai aneka

barang dengan berbagai jenis, merk, dan ukuran pada tingkat harga yang

bervariasi. Berada di Tunjungan Plaza (TP) akan menemui pula beberapa merk

internasional yang sudah terkenal seperti Sogo, Zara, Victoria Secret. Masyarakat

dari waktu ke waktu cenderung menggabungkan kegiatan pemasaran dan rumah

tangga dalam berbelanja dengan berbagai kegiatan lainnya seperti rekreasi atau

sekedar jalan-jalan.

Pengunjung sebagian besar orang kelas menengah ke atas dan sebagian

kecil orang kelas menengah ke bawah, karena ingin mendapat suatu pengakuan

atau representasi diri sudah masuk mall. Mereka juga makan-makanan seperti

KFC, Hoka-Hoka Bento, Solaria dan lain-lain dimana itu adalah makanan dengan

tampilan luar negeri. Hiperrealitas yang ditawarkan oleh Tunjungan Plaza (TP)

Surabaya kini semakin mengkhawatirkan. Hal ini membentuk konsep pada diri

individu maupun masyarakat mengenai perkembangan yang ada menjadikan

mereka mengikuti gaya hidup yang semakin modern. Saat ini, masyarakat

perkotaan tidak hanya didorong oleh adanya kebutuhan akan fungsi barang

tersebut, akan tetapi, didasari oleh keinginan yang sifatnya untuk menjaga gengsi.

Membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut dibutuhkan, namun membeli

dilakukan karena alasan lain seperti sekedar mengikuti mode, hanya ingin

mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya.

Kegiatan ini sudah menjadi bersifat „biasa‟, maka semakin lama kegiatan ini akan

9

menjadi sebuah kebutuhan dan membuat realitas antara kegiatan biasa dan „biasa‟

pada kehidupan sehari-hari menjadi tidak jelas lagi.

Gemerlapnya lampu dan besarnya bangunan maupun desain yang ada di

mall, menjadikan masyarakat ingin mengunjunginya. Tampilan luar yang ada

dikemas sedemikian rupa untuk menarik pengunjung dan pada akhirnya

masyarakat yang mengunjungi mall mulai mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Tidak hanya masyarakat yang mengendalikan kebutuhan tetapi masyarakat

dikendalikan akan teknologi yang berkembang dan tawaran-tawaran produk yang

dikemas sedemikian menarik mungkin agar dapat menarik konsumen. Masyarakat

kini menjadi penonton dari kegiatan-kegiatan di dalam mal, karena apa yang ada

di etalase maupun papan reklame yang berada di luar mall hanyalah sebagai

tampilan untuk menarik masyarakat.

Baudrillard (1983) melukiskan kehidupan post-modern sebagai

hiperrealitas. Apa yang nyata disubordinasikan dan akhirnya dilarutkan sama

sekali. Kini menjadi mustahil untuk membedakan yang nyata dari yang sekedar

tontonan, sehingga apa yang ditampilkan oleh pengunjung mal dari mulai gaya

hingga gadget yang digunakan itu sama halnya dengan merealialitaskan diri

sendiri agar mendapatkan citra atau representasi diri. Konsumen hidup karena

kebebasan, aspirasi, pilihan-pilihan perilaku pembeda, konsumen tidak hidup

karena paksaan diferensiasi dan ketundukan pada undang-undang. Kebutuhan

bukanlah sebagai buah dari produksi, tetapi sistem kebutuhan adalah produksi dari

sistem produksi. Pada dasarnya adanya kekurangan kemampuan dan kesadaran

masyarakat dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan, seperti makanan,

pakaian, rekreasi, dan barang elektronik. Kebutuhan yang akan dicapai mengikuti

10

apa yang sudah disediakan dengan hiperealitas yang sudah ditawarkan melalui

etalase-etalase yang menarik konsumen.

Baudrillard melontarkan argumentasi brilian mengenai kebutuhan. Sesuai

dengan analisis struktural, konsumsi merupakan efek saling ketergantungan tanda-

tanda. Ironi terbesar dari definisi komsumsi menurut Baudrillard adalah bahwa

perbedaan-perbedaan produksi industrial dianggap memungkinkan bagi seseorang

untuk menjadi dirinya sendiri, memiliki gaya dan kepribadian, secara simultan

menghapus perbedaan tunggal antar orang yang menggantinya dengan tanda-

tanda perbedaan, secara terus menerus, menyesuaikan dengan model artifisial dan

abstrak. Baudrillard juga mengemukakanselain heperrealitas juga mengenai

simulasi, simulacra, serta citra.9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah bagaimana Hiperrealitas Mall Bagi Pengunjung di Tunjungan

Plaza Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, yakni untuk mendiskripsikan atau menggambarkan Hiperrealitas

Mall Bagi Pengunjung di Tunjungan Plaza Surabaya.

9 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2010. Teori Sosiologi Modern, Jakarta. Kencana

Prenada Media Group

11

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dapat memberikan kontribusi pengembangan teori yang menjadi

landasan teori berkaitan dengan teori Jean Baudrillard yang berbicara salah

satu konsepnya yaitu, hiperrealitas serta metode yang digunakan dalam

penelitian Hiperrealitas Mall.

2. Praktis

Dapat menambah referensi bagi peneliti yang akan meneliti dengan

tema yang sama serta menambah wawasan bagi mahasiswa serta dosen, selain

itu berkenaan juga dengan pengambil kebijakan agar lebih memperhatikan

dampak dari adanya pembangunan Mall sehingga mengakibatkan adanya

Hiperrealitas Mall.

1.5 Definisi Konsep

1. Hiperrealitas

Hiperrealitas atau realitas semu adalah realitas yang dihasilkan dan

reproduksi objek dengan referensi objek yang tidak nyata. Baudrillard merasa

bahwa realitas sudah mati. Hiperrealitas adalah dimana tanda-tanda memiliki

kehidupannya sendiri, lepas dari realitas dan mengambang bebas.10

Apa yang

nyata (real) disubordinasikan dan akhirnya dilarutkan sama sekali. Kini

menjadi mustahil untuk membedakan yang nyata dari sekedar tontonan. Di

10

Kevin O‟Donnell. 2014. Postmodernisme. Yogyakarta. PT Kanisius

12

kehidupan nyata, kejadian-kejadian “nyata” semakin mengambil ciri hiperriil

(hyperreal).11

Hiperrealitas menciptakan satu kondisi yang di dalamnya kepalsuan

berbaur dengan keaslian, masa lalu berbaur masa kini, fakta bersimpang siur

dengan rekayasa, tanda melebur dengan realitas, dusta bersenyawa dengan

kebenaran. Kategori-kategori kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu-isu, realitas

seakan-akan tidak berlaku lagi. Hiperrealitas membuat masyarakat modern

menjadi berlebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu yang tidak jelas

esensinya. Kebanyakan dari masyarakat ini mengkonsumsi bukan karena

kebutuhan ekonominya melainkan karena pengaruh model-model dari

simulasi yang menyebabkan gaya hidup masyarakat menjadi berbeda. Mereka

jadi lebih konsen dengan gaya hidupnya dan nilai yang mereka junjung

tinggi.12

1.6 Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang peneliti lakukan dengan kualitatif

Pendekatan kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data diskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.13

Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

11

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana

Prenada Media Group 12

Muhammad, Azwar. 2014. Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan

Mengidentifikasi Informasi Realitas. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah,

Vol. 2 No. 1 13

Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

13

(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat

menurut perspektif masyarakat itu sendiri.14

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif. Jenis penelitian ini

data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka penelitian ini hanya

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel.

Penelitian diskriptif kualitatif merupakan penelitian yang datanya

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka atau

angket.15

Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat

perhatian, kemudian menggambarkan sebagaimana adanya, seperti Mall

Tunjungan Plaza yang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Kota Surabaya

dan menjadi salah satu bentuk terjadinya hiperrealitas.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan

yang sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu, berada di Tunjungan Plaza

(TP) Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya. Alasan peneliti memilih lokasi

penelitian tersebut karena peneliti melihat bahwa Tunjungan Plaza

merupakan salah satu mall yang sudah terkenal di Indonesia dan menjadi

kontruksi masyarakat sebagai high class mall.

14

Imam Suprayogo dan Tobroni, 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung. Remaja

Rosdakarya. 15

Ibid. Moleong. 2002. Hlm. 6

14

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah pengunjung mall

Tunjungan Plaza (TP) Surabaya Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya.

Pengunjung yang notabene-nya sebagai penikmat mall, manusia yang

konsumtif akan adanya mall, dan selalu ingin menikmati fasilitas atau

tampilan yang ada di mall.

5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan adalah accidental

sampling. Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel secara

tidak sengaja atau secara acak, karena peneliti menentukan sampel secara

acak.16

Pengunjung yang dijadikan informan dalam penelitian adalah

pengunjung yang ditemui peneliti di dalam mall ketika peneliti melakukan

observasi maupun wawancara.

6. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan

yang diteliti.17

Data primer diperoleh dari sumbernya (subjek penelitian).

Peneliti mengamati, melakukan wawancara dan mecatatnya pada saat

melakukan observasi di Tunjungan Plaza (TP) Surabaya.

16

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta 17 Cooper dan Emory, 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta. Erlangga

15

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder

berupa foto-foto yang dihasilkan sendiri dengan kamera. Foto yang terkait

dengan hiperrealitas yang ada di Tunjungan Plaza (TP) Surabaya baik dari

Kode, Fashion, Citra, Simulasi, Simulakra dan Representasi hingga foto

pengunjung Tunjungan Plaza Surabaya.

7. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai

bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode yang

dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini, yakni sebagai berikut:

a. Observasi

Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan melalui

cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa

peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan satu fungsi; yaitu

mengadakan pengamatan. Pengamat atau peneliti berperanserta melakukan

dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai pengamat atau peneliti dan sekaligus

menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.18

Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut, metode

observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan secara terus

terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang diteliti terutama

18

Ibid. Moleong, 2002. Hlm.126

16

pengunjung Tunjungan Plaza mengetahui sejak awal bahwa peneliti

melakukan kegiatan penelitian.

Situasi-situasi yang tidak diinginkan terjadi dalam hal ini tententu

peneliti juga melakukan observasi secara tersamar. Misalnya, meniru perilaku

subjek dengan mengikuti kegiatan menjadi pengunjung mall dan mengamati

tindakan yang dilakukan oleh pengunjung, selain itu peneliti juga ikut duduk

bersebelahan dengan subyek yang akan diteliti, karena berdasarkan studi

pendahuluan oleh peneliti bahwa observasi secara terus terang dan dilakukan

secara berulang-ulang akan membuat subjek menjadi resah, dan ada

kemungkinan subjek akan memberi respon yang tidak baik.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti wawancara secara terstruktur

dan tidak terstruktur karena peneliti mewawancari pengunjung yang ditemui

ketika melakukan observasi dan pertanyaan yang diajukan adalah turunan dari

6 konsep teori yang digunakan untuk dapat menggambarkan hiperrealitas

mall Tunjungan Plaza Surabaya.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dilakukan dengan

memanfaatkan data-data yang telah ada di lokasi penelitian yang digunakan

untuk membantu menganalisa penelitian. Hasil dokumentasi yang dihasilkan

yaitu dengan adanya dokumentasi tempat penelitian, spanduk maupun banner

yang terpasang, sebagian pengunjung, serta denah peta yang tertera di dalam

mall Tunjungan Plaza. Pengambilan dokumentasi yang dilakukan pada saat

melakukan observasi.

17

8. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan secara induktif, yaitu

dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara terjun ke

dalam lapangan.

Gambar 2. Model Analisa Interaktif dari Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman19

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui observasi pada Tunjungan Plaza

Surabaya yang menggambarkan hiperrealitas mall. Data ini berupa data

sekunder yang berupa foto-foto serta pengamatan terhadap seluruh bagian

dari Tunjungan Plaza Surabaya serta pengunjung yang mengunjungi mall.

b. Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

peneliti. Hasil observasi dan dokumentasi di lapangan, data yang peneliti

peroleh masih luas dan banyak akan diolah sehingga peneliti akan

menggolongkan hasil penelitian sesuai sub permasalahan yang sudah

19

Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial:Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif:Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga

Pengumpulan

Data

Penarikan

Kesimpulan Penyajian

data

Reduksi Data

18

dijabarkan pada rumusan masalah. Penjabaran mengenai hiperrealitas mall

yang dikelompokkan menurut fokus penelitian masing-masing.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara hasil dari reduksi

yang sudah dilakukan tentang hiperrealitas mall.

d. Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah penyajian data selesai,

maka dilakukan tahap reduksi untuk memilah-milah data yang benar-benar

dibutuhkan dalam penelitian, kemudian ditampilkan dalam pembahasan

karena dianggap penting dan relevan. Setelah tahap reduksi selesai dilakukan

penyajian data secara rapi dan sistematis, maka setelah itu diambil suatu

kesimpulan. Kesimpulan yang ada adalah menjawab dari rumusan masalah

dan temuan-temuan baru yang ada di lapangan.