40
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland, dan air (PBBI 1971). Dengan penambahan umur beton akan semakin mengeras, dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya. Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah perbandingan berat air dan semen, tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing). Tanah diatomae dikenal dengan berbagai istilah seperti diatomit, kieselguhr, tripolit atau tepung fosil atau tanah serap (Hoeve, 1984). Menurut Khan (1980) kadar senyawa silika dalam tanah diatomae sangat bervariasi, demikian juga strukturnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh asalnya. Komponen tanah diatomae yang berhubungan dengan sifat sebagai adsorben adalah silika, yang tentu saja berkaitan erat dengan struktur senyawa silika tanah diatomae tersebut. Tanah diatomae sekarang digunakan untuk berbagai hal, yaitu sebagai penyaring (filter), material pengisi, bahan isolasi, amplas atau penggosok, bahan penyerap atau adsorben, katalis, sumber silika, bahan bangunan dan campuran semen pozolan. Di samping itu, tanah diatomae dapat pula digunakan sebagai penyaring pada berbagai industri, seperti : gula, minyak mineral, jus buah, bir, anggur, minyak tumbuhan, minyak binatang serta sabun cair. Pemanfaatan tanah diatomae secara luas pada berbagai bidang maupun proses pengolahan, dengan terlebih dahulu mengetahui keadaan dan sifat tanah diatomae tersebut secara utuh. Deposit tanah diatomae atau diatomite di Kabupaten Aceh Besar cukup tinggi dengan estimasi 40.353.700.00 ton (Dinas Pertambangan dan Energi

BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,

agregat kasar, semen portland, dan air (PBBI 1971). Dengan penambahan umur

beton akan semakin mengeras, dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada

usia 28 hari. Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga

sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya. Kekuatan beton

terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau

tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Adapun faktor

yang mempengaruhi kekuatan beton adalah perbandingan berat air dan semen,

tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing).

Tanah diatomae dikenal dengan berbagai istilah seperti diatomit,

kieselguhr, tripolit atau tepung fosil atau tanah serap (Hoeve, 1984). Menurut

Khan (1980) kadar senyawa silika dalam tanah diatomae sangat bervariasi,

demikian juga strukturnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh asalnya. Komponen

tanah diatomae yang berhubungan dengan sifat sebagai adsorben adalah silika,

yang tentu saja berkaitan erat dengan struktur senyawa silika tanah diatomae

tersebut. Tanah diatomae sekarang digunakan untuk berbagai hal, yaitu sebagai

penyaring (filter), material pengisi, bahan isolasi, amplas atau penggosok, bahan

penyerap atau adsorben, katalis, sumber silika, bahan bangunan dan campuran

semen pozolan. Di samping itu, tanah diatomae dapat pula digunakan sebagai

penyaring pada berbagai industri, seperti : gula, minyak mineral, jus buah, bir,

anggur, minyak tumbuhan, minyak binatang serta sabun cair. Pemanfaatan tanah

diatomae secara luas pada berbagai bidang maupun proses pengolahan, dengan

terlebih dahulu mengetahui keadaan dan sifat tanah diatomae tersebut secara utuh.

Deposit tanah diatomae atau diatomite di Kabupaten Aceh Besar cukup

tinggi dengan estimasi 40.353.700.00 ton (Dinas Pertambangan dan Energi

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

2

Provinsi NAD, 2012). Diatomae memiliki daya serap tinggi, mudah diperoleh

dengan harga yang tidak mahal dan bahan dasar yang merupakan sumber daya

alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Uraian di atas

mendasari studi ini dilakukan untuk mencari alternatif pengganti sebagian semen

dalam produksi beton karena tanah diatomae memiliki sifat pozolan yang mirip

dengan bahan pozolan lainnya seperti fly ash dan metakaolin.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tanah

diatomae dengan perlakuan kalsinasi sebagai subtitusi semen terhadap kuat tekan

beton serta mencari proporsi campuran tanah diatomae yang optimum, sehingga

dapat dijadikan acuan untuk penggantian (replacement) sebagian semen pada

produksi beton pada skala laboratorium.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Dapat memberikan informasi kepada akademisi untuk penelitian dan aplikasi

pekerjaan di bidang terkait serta memberi konstribusi untuk perkembangan

ilmu teknologi tentang material beton.

2. Dapat memproduksi beton dengan bahan yang dapat meningkatkan kekuatan,

workability, daya tahan, dan biaya produksi yang lebih murah dari semen.

3. Dapat memanfaatkan bahan pozolan tanah diatomae.

1.4 Batasan Penelitian

Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuannya, maka diberi batasan

antara lain :

1. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran perkembangan kuat

tekan pada beton dengan menggunakan substitusi (replacement) sebagian

semen dengan tanah diatomae sebesar 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%. Beton

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

3

direncanakan dengan faktor air semen (FAS) 0,60. Dan tanah diatomae yang

digunakan dari Aceh Besar.

2. Bahan pembuat beton yaitu semen portland, agregat halus (pasir), agregat

kasar, dan air yang digunakan dari Laboratorium Kontruksi dan Bahan

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.

3. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan

tinggi 20 cm.

4. Pengujian dilakukan pada umur beton 7 hari, 28 hari, dan 56 hari.

5. Tanah diatomae yang digunakan untuk substitusi diperlakukan dengan

calcinasi pada temperatur antara 2000C sampai dengan 4000C.

6. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kontruksi dan Bahan Bangunan Jurusan

Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.

1.5 Hasil Penelitian

Dari hasil pemerikasaan sifat-sifat fisis agregat, semua agregat yang

digunakan untuk campuran beton ini telah memenuhi standarisasi yang ada,

seperti pemeriksaan berat volume (bulk density), berat jenis (specific grafity),

analisa saringan (sieve analysis), penyerapan (absorbsi), kandungan bahan

organik dan ketahanan agregat. Dari hasil pengujian kuat tekan beton silinder

dengan tanah diatomae 0% pada umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari masing-masing

adalah beton menghasilkan kuat tekan 17,90 Mpa; 22,90 Mpa; dan 27,89 MPa.

Pada tanah diatomae 10% umur 7 hari, 28 hari, dan 56 hari masing-masing adalah

menghasilkan kuat tekan 12,91 Mpa; 17,49 Mpa; dan 20,82 MPa. Pada tanah

diatomae 20% umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari masing-masing adalah

menghasilkan 8,95 Mpa; 12,28 Mpa dan 17,49 MPa. Pada tanah diatomae 30%

umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari masing-masing adalah menghasilkan kuat tekan

5,83 Mpa; 11,24 MPa, dan 13,74 MPa. Pada tanah diatomae 40% umur 7 hari, 28

hari dan 56 hari masing-masing adalah menghasilkan kuat tekan 3,33 Mpa; 8,12

MPa, dan 12,07 MPa. Terjadi penurunan kuat tekan pada beton dengan pengujian

tanah diatomae 10%, 20%, 30%, dan 40%.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

4

Jika dilihat dari keseluruhan pengujian benda uji, pada pengujian umur 56

hari rata-rata meningkat dari pengujian umur 7 hari, dan 28 hari. Pada analisa

varian umur pengujian berpengaruh terhadap kuat tekan beton, sedangkan untuk

variasi persentase penggunaan tanah diatomae juga berpengaruh terhadap kuat

tekan. Namun untuk interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton

Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan

mencampurkan agregat kasar, agregat halus, air dan semen sebagai pengikat

hidrolis, pada saat ini beton sangat banyak digunakan dalam pembangunan

infrastruktur karena mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi, mudah dikerjakan

dan ekonomis.

Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan

adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Mulyono,

2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan

terhadap benda uji silinder pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan

sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian

dengan menggunakan alat compression testing machine.

Faktor-faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki keunggula

–keunggulannya antara lain :

1. Kemudahan pengolahannya.

2. Material yang mudah didapat.

3. Kekuatan tekan tinggi.

4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca.

Selain memiliki kunggulan-keunggulan seperti disebutkan di atas, beton juga

memiliki kekurangan seperti berikut

1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

3. Berat (bobotnya besar)

4. Daya pantul suara yang besar.

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

6

2.2 Tanah Diatomae (diatomite)

Tanah Diatomae merupakan salah satu bahan galian yang cukup melimpah

di Indonesia yang merupakan salah satu bahan penyerap yang tersedia di alam.

Tanah diatomae dikenal dengan berbagai istilah seperti diatomite, kieselguhr,

tripolit atau tepung fosil (Johnstone, 1961), atau tanah serap (Hoeve, 1984).

2.3 Sifat dan karakteristik tanah diatomae

Diatomae memiliki sifat dasar yakni strukturnya unik, berat jenisnya

rendah (± 0,45), permukannya luas dan berpori-pori, warnanya putih-coklat

(tergantung kontaminasinya), kemampuan daya hantar listrik atau panas rendah

serta tidak abrasif (Rahmah, 2011).

Tanah diatomae diketahui mengandung zat-zat organik dan oksida-oksida

logam yang diduga mengganggu kemampuan absorpsi ion logam. Proses

pemanasan akan menurunkan kadar zat-zat organik dan oksida-oksida logam

selain SiO2 sehingga kadar SiO2 makin dominan. Kemampuan absorpsi tanah

diatomae dipengaruhi oleh adanya gugus siloksan (Si-O-Si) dan gugus silanol (Si-

OH).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa komponen utama tanah

diatomae adalah silika yang tersusun atas satuan-satuan tetrahedron. Menurut

Clark (1960), Kirk dan Othmer (1979), silika sebagai komponen utama tanah

diatomae adalah amorf (SiO2 nH2O), dimana atom-atom silikon dan oksigen

dalam silika tersusun secara tetrahedron mirip dengan silika kristal tetapi jaringan

tersebut tidak terulang secara periodik dan simetri seperti halnya dalam kristal.

Menurut Khan 1980, tanah diatomae sekarang digunakan untuk berbagai

hal, yaitu sebagai penyaring (filter), material pengisi, bahan isolasi, amplas atau

penggosok, bahan penyerap atau absorben, katalis, sumber silika, bahan bangunan

dan campuran semen pozolan. Di samping itu, tanah diatomae dapat pula

digunakan sebagai penyaring pada berbagai industri, seperti gula, minyak mineral,

jus buah, bir, anggur, minyak tumbuhan, minyak binatang serta sabun cair.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

7

Berbagai fungsi tersebut berhubungan dengan beberapa sifat penting, yaitu

porositas, daya serap, ukuran partikel, serta konduktivitas.

Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silica

alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan

tetapi dalam bentuk yang halus dan dengan adanya air maka senyawa- senyawa

tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu normal membentuk

senyawa kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan

yang cukup rendah. Standar mutu pozolan menurut ASTM dibedakan menjadi

tiga kelas, dimana tiap-tiap kelas ditentukan komposisi kimia dan sifat fisiknya.

Pozolan mempunyai mutu yang baik apabila jumlah kadar SiO2+ Al tinggi dan

reaktifitasnya tinggi dengan kapur. Ketiga kelas pozolan tersebut adalah :

1. Kelas N : Pozolan alam atau hasil pembakaran, pozolan alam yang dapat

digolongkan didalam jenis ini seperti tanah diatomoic, opaline

cherts dan shales, tuff dan abu vulkanik atau pumicite, dimana

bisa diproses melalui pembakaran atau tidak. Selain itu juga

berbagai material hasil pembakaran yang mempunyai sifat

pozolan yang baik.

2. Kelas C : Fly ash yang mngandung CaO di atas 10% yang dihasilakan dari

pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara.

3. Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilkan

dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara. 2O3+ Fe2O3.

Komposisi kimia dari tanah diatomae dapat terlihat dari komposisi SiO2

dan Al2O3. Begitu juga dengan pengotor-pengotornya seperti Na2O, K2O, Fe2O3,

dan MgO. Untuk setiap jenis diatomea, kandungan komposisi kimianya berbeda-

beda, seperti untuk diatomit (aulocoseira), komposisi kimianya terdiri dari SiO2

;72%, Al2O3 ; 11,42%, Na2O; 7,21%, Fe2O3 ; 5,81% dan CaO ; 1,48%. Celite

adalah sebuah sifat bahan penyaring diatomae yang mempunyai tipe analisis

energi kimia dengan alami dengan SiO2 ; 85,5%. Al2O3 ; 3,8%, Fe2O3 ; 1,2%,

Na2O + KO; 1,1% dan CaO; 0,5%. Al dengan Si (silikon) dapat mengurangi

kelarutan dari biogenik silika (Carter, 2007).

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

8

Tabel 2.1 Komposisi Tanah Diatomae

No Komposisi Senyawa Persentase ( % )1 SiO₂ 75,12 A₂lO₃ 12,213 LOI 5,54 Kadar Air 4,735 Fe₂O₃ 3,46 K₂O 2,967 Na₂O 1,588 CaO 1.119 MgO 0,7910 TiO₂ 0,5411 MnO 0.24

Sumber : Carter, 2007.

Bentuk tanah diatomae yang berasal dari Desa Lampanah Leungah

Kecamatan Seulimum Aceh Besar dapat dilihat pada gambar dibawah.

2.4 Kalsinasi (Calcinasi)

Menurut Wendlandt 1986, tanah diatomae alam mempunyai kapasitas

absorpsi lebih besar dibandingkan dengan tanah diatomae yang dipanaskan pada

suhu 500ºC sampai dengan 900ºC. Tanah diatomae alam masih mengandung

senyawa-senyawa organik yang dapat membentuk ikatan organo-logam dan masih

banyak mengandung air. Kandungan air yang cukup tinggi menyebabkan tanah

Gambar 2.1. Bentuk tanah diatomae berasal dari Desa Lampanah Leungah

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

9

diatomae alam mempunyai kapasitas absorpsi lebih rendah dari pada tanah

diatomae yang dipanaskan pada suhu 100ºC. Pemanasan tanah diatomae pada

temperatur 100ºC akan memutuskan ikatan hidrogen antara air dengan

gugus silanol atau antara air dengan gugus siloksan, sehingga kandungan airnya

menjadi lebih sedikit.

Tanah diatomae memiliki sifat pozolan mirip dengan bahan pozolan

lainnya seperti fly ash dan metakaolin. Tanah diatomae dikalsinasi menggunakan

tungku batch pada suhu antara 200ºC sampai dengan 400ºC selama 5 jam

digunakan untuk mengetahui pengaruh kalsinasi pada reaksi pozolan.

2.5 Agregat

Menurut Antoni 2007, Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada

beton, yang mencapai 70%-75% dari volume beton, sehingga agregat sangat

berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat

dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. Sifat yang

paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir, dan lain sebagainya)

ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat

mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik

penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap agresi kimia, serta

ketahanan terhadap penyusutan.

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat

buatan (artificial aggregates). Contoh agregat dari alam adalah pasir alami dan

kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari stone

crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng,

pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, agregat buatan dapat menjadi agregat

alternatif sebagai bahan pengisi dalam beton.

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

agregat kasar dan agregat halus.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

10

2.5.1 Agregat halus

Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm

atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir)

berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang

dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher).

2.5.2 Agregat kasar

Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih

besar dari 5 mm, sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah

kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi

ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang

mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan

agresi kimia serta ketahanan terhadap penyusutan.

2.6 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang

menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang

dihasilkan oleh mesin tekan. Beton yang baik terbuat dari material yang kuat dan

tahan lama secara alami. Maksudnya, jika material pembentuk beton sudah kuat

dan tahan, bisa dijamin beton yang dihasilkan juga lebih kuat. Ciri-cirinya beton

yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi adalah: padat, kedap air (tidak

berpori), tahan terhadap perubahan suhu, dan tahan terhadap keausan dan

pelapukan (SNI 2011).

Mulyono (2006), kekuatan beton sangat ditentukan oleh kekuatan agregat

dan kekuatan matriks pengikatnya. Dengan demikian, faktor yang dapat

dioptimalkan untuk mendapatkan beton yang struktural adalah kekuatan matriks

pengikat. Dari uraian diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

penambahan terhadap kuat tekan beton menggunakan tanah diatomae sebagai

substitusi semen untuk meningkatkan kekuatan tekan beton.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

11

Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah

adanya porositas. Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil,

sebaliknya semakin kecil porositas kuat tekannya semakin besar. Besar dan

kecilnya porositas dipengaruhi besar dan kecilnya faktor air semen yang

digunakan.

2.7 Pengujian Benda Uji

Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari, 28

hari, dan 56 hari sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu benda uji ditimbang

beratnya serta dilakukan pengukuran dimensi.

Menurut Salmon (1990) kuat tekan yang terjadi dapat dihitung dengan

Persamaan 2.1.

A

Pcf Max' ......................................................................................... (2.1)

Dimana :

f’c = Tegangan beton yang timbul (MPa);

P = besar beban maksimum yang bekerja (N);

A = luas tampang benda uji (mm2).

2.8 Pola Kehancuran

Pengamatan visual juga dilakukan untuk mengetahui pola kehancuran

yang terjadi pada benda uji. Menurut (Anonim, 2004) ada beberapa bentuk

kehancuran dari benda uji akibat pengujian kuat tekan, seperti yang terlihat pada

Gambar. 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2. Sketsa Type Pola RetakSumber : Anonim, 2004

(a) (b) (e)(d)(c)

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur dan dilanjutkan

dengan prosedur pelaksanaan penelitian, dimana dalam penelitian ini perlu

dilakukan penyiapan peralatan dan bahan/material, pemeriksaan material,

perhitungan komposisi campuran beton, pembuatan benda uji, perawatan benda

uji dan pengujian benda uji serta analisa data.

3.1 Peralatan

3.1.1 Pemeriksaan material

Pemeriksaan yang perlu dilakukan terhadap tanah diatomae adalah

Pemeriksaan sifat kimia terhadap tanah diatomae yang meliputi kandungan CaO,

Fe2O3, Al2O3, dan SiO2. Untuk pemeriksaan komposisi senyawa kimianya

dilakukan pemeriksaan oleh pegawai yang bekerja di Balai Riset dan Standarisasi

Industri Kementerian Perindusterian Banda Aceh.

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe I

tanah diatomae yang sudah dihancurkan diambil dari Desa Lampanah Leungah

Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar. Peralatan yang digunakan untuk

pemeriksaan material agregat sebagian besar telah tersedia di Laboratorium

Konstruksi dan Bahan Bangunan, Fakultas Teknik Unsyiah.

3.1.2 Pengecoran dan pemeriksaan adukan beton

Peralatan yang digunakan untuk pengecoran dan pemeriksaan adukan

beton adalah :

- Mesin pengaduk beton (concrete mixer) berkapasitas 90 liter;

- Peralatan pengukuran slump (kerucut Abram’s);

- Pengukuran temperature/suhu (termometer).

- Palu karet;

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

13

- Cetakan benda uji silinder beton.

- Tongat besi

Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan penimbangan

agregat, semen, tanah diatomae dan air, dimana sebelumnya telah direncanakan

komposisi campuran beton (concrete mix design). Pengecoran dilakukan dengan

memasukkan bahan tersebut kedalam mesin pengaduk beton (concrete mixer),

setelah teraduk rata terlebih dahulu dilakukan pengujian slump kemudian

dituangkan kedalam cetakan benda uji silinder beton dengan diameter 10cm dan

tinggi 20 cm.

3.1.3 Pengujian kekuatan beton

Pengujian kekuatan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan beton

tersebut. Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu benda uji ditimbang

kemudian barulah dilakukan pengujian dengan menggunakan Mesin pembebanan

merk ton industrie kapasitas 100 ton.

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi :

1. Pengadaan material.

2. Pemeriksaan kandungan kimia tanah diatomae.

3. Pemeriksaan bahan material.

4. Perencanaan mutu beton.

5. Persiapan cetakan.

3.2.2 Pemeriksaan Bahan Material

Pemeriksaan laboratorium terhadap semen ini tidak dilakukan karena telah

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemeriksaan hanya dilakukan

secara visual terhadap kantong yang tidak robek dan keadaan butiran (tidak

terdapat bongkahan-bongkahan yang keras) pada semen tersebut.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

14

Pemeriksaan terhadap agregat kasar dan agregat halus sebagai material

pembentuk beton untuk mendapatkan mutu material pembentuk beton perlu

dilakukan untuk mendapatkan mutu material yang baik sesuai dengan Anonim

(1982). Pemeriksaan ini dilakukan terhadap sifat-sifat agregat yang meliputi berat

jenis (specific gravity), penyerapan (absorbtion), berat volume (bulk density),

analisa saringan (sieve analyisis), sifat-sifat ketahanan agregat dan kadar bahan

organik. Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat kasar dan agregat halus didasarkan

pada standar ASTM.

Pemeriksaan sifat kimia terhadap tanah diatomae yang meliputi kandungan

CaO, Fe2O3 , Al2O3 dan SiO2.

Air yang akan digunakan untuk campuran beton dan perawatannya berasal

dari air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy.

3.2.3 Rancangan benda uji

Perencanaan benda uji didasarkan kepada kebutuhan sifat mekanis yang

mana perlu dilakukan terhadap pengujian kuat tekan beton, sehingga direncakan

pembuatan benda uji sebagai berikut:

a. Untuk pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari, 28 hari, dan 56 hari dibuat

benda uji silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dengan

FAS 0,60.

b. Proporsi campuran sebagai bahan substitusi semen dengan 0%, 10%, 20%,

30%, dan 40% masing-masing sebanyak 3 buah benda uji dengan treatment

calcinasi.

Variasi dan jumlah pembuatan benda uji untuk dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

15

Tabel 3.1 Variasi dan jumlah pembuatan benda uji silinder untuk pengujian kuat

tekan beton dengan FAS 0,60 (ukuran benda uji Diameter 10 cm dan Tinggi

20cm)

NoUmur

Pengujian

Persentase Tanah DiatomaeJumlah

Benda Uji

0% 10% 20% 30% 40%

1 7 hari 3 3 3 3 3 15

2 28 hari 3 3 3 3 3 15

3 56 hari 3 3 3 3 3 15

Jumlah Total Benda Uji 45

3.3 Kalsinasi (Calcinasi)

Kalsinasi (calcinasi) adalah proses pemanasan suatu benda hingga

temperaturnya tinggi, untuk penguraian partikel bahan baku yang bersenyawa

karbonat menjadi senyawa oksida dan karbondioksida. Tanah diatomae sebelum

digunakan untuk pembuatan benda uji pada substitusi semen, terlebih dahulu

diperlakukan dengan kalsinasi pada persentase tanah masing-masing 10%, 20%,

30% dan 40%. Proses kalsinasi menggunakan tungku pembakaran batu bata.

Untuk mengukur suhu menggunakan alat termometer pada suhu antara 2000C

sampai dengan 4000C dengan dibakar selama 4-5 jam untuk mengetahui pengaruh

kalsinasi pada reaksi pozolan.

3.4 Proporsi Campuran

Dalam merencanakan komposisi campuran beton (concrete mix design),

diambil perencanaan campuran beton berdasarkan American Concrete Institute

(ACI) 211.1-91 (2005). Untuk campuran beton benda uji silinder berdiameter 10

cm dan tinggi 20 cm, faktor air semen yang dipakai yaitu 0,60. Presentase tanah

diatomae yang digunakan sebagai substitusi semen sebesar 0%, 10%, 20%, 30%

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

16

dan 40% dari berat semen. Diameter agregat maksimum yang digunakan 25,4

mm.

Perhitungan komposisi campuran beton untuk 1 m3 = 1000 lt adalah :

1. Slump dipilih 75 – 100 mm ;

2. Diameter maksimum agregat 24,4 mm ;

3. Jumlah air berdasarkan Tabel B.4.8.1 Lampiran B.4.8 Halaman 74 dihitung

dengan cara interpolasi. Jumlah air yang dibutuhkan = 194 kg/m3.

4. Mutu beton K 200 ;

Rumus untuk menghitung mutu beton rata – rata (f’c) :

f’cr = f’c + z.S

5. Nilai faktor air semen 0,60 ;

Nilai faktor air semen dari Tabel B.4.8.4 Lampiran B.4.8 Halaman 74 dengan

menggunakan perhitungan interpolasi dapatlah nilai FAS 0,60 ;

6. Semen yang dibutuhkan untuk 1 m3 adalah 323,333 kg/m3 ;

Rumus untuk menghitung semen adalah :

Semen = = = 323,333 kg/m3.

7. Berat agregat kasar dapat dihitung dengan rumus :

Berat agregat kasar = volume kerikil × berat volume kerikil ;

8. Agregat halus diperoleh dari selisih berat beton dengan total berat air, semen,

dan agregat kasar.

3.5 Pembuatan dan Perawatan Benda Uji

Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, masing-masing material

pembentuk beton ditimbang beratnya sesuai dengan perbandingan campuran yang

diperoleh dari rancangan campuran beton (mix design). Pembuatan benda uji

dilakukan dalam beberapa kali pengecoran. Selanjutnya molen terlebih dahulu

dibasahi dengan air demikian juga dengan wadah penampungan mortar. Hal ini

bertujuan agar mortar beton tidak melekat pada wadah sehingga mudah

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

17

dikeluarkan setelah beton teraduk rata. Persiapan selanjutnya adalah mengolesi

cetakan silinder yang telah disediakan sebelumnya dengan oli, pengolesan oli ini

bertujuan untuk memudahkan pembukaan cetakan benda uji setelah beton

mengeras.

Setelah semua persiapan selesai, pengadukan material beton dilakukan

dengan memasukkan material pembentuk beton yaitu agregat kasar dan agregat

halus, kemudian semen, tanah diatomae dan air secara berurutan dengan tujuan

mencegah terjadinya penggumpalan campuran beton. Lamanya waktu

pengadukan sekitar 15 menit. Setelah material teraduk rata, lalu mortar yang

dihasilkan dituangkan ke dalam kereta sorong untuk dibawa ke tempat cetakan

benda uji.

Setelah proses pengadukan selesai, selanjutnya adukan mortar diperiksa

kekentalannya melalui pengujian slump dengan menggunakan kerucut Abram’s

seperti yang disyaratkan oleh ASTM C. 143-78. Kerucut Abram’s adalah kerucut

terpancung (konis) yang terbuat dari plat logam dengan diameter atas 10 cm,

diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Kerucut diletakkan diatas plat baja

berukuran 45 cm x 45 cm dan dilengkapi dengan tongkat besi berdiameter 16 mm

dan panjang 60 cm, dangan salah satu ujungnya yang dibulatkan untuk

pemadatan. Mortar dimasukkan kedalam kerucut sebanyak tiga lapisan dengan

volume tiap lapisannya sama. Tiap lapisan dipadatkan dengan cara ditumbuk

sebanyak 25 kali tinggi jatuh tongkat 15 cm. Pengukuran nilai slump dilakukan

dengan cara mengukur turunnya permukaan beton segar setelah kerucut ditarik

vertikal keatas.

Perawatan benda uji dilakukan di Laboratorium Konstruksi dan Bahan

Bangunan, Fakultas Teknik Unsyiah. Perawatan dilakukan dengan memasukkan

benda uji kedalam kolam selama umur pengujian yaitu pada umur 7 hari, 28 hari

dan 56 hari. Tiga jam sebelum dilakukan pengujian, benda uji diangkat dan

diangin-anginkan sehingga didapat benda uji dalam keadaan kering permukaan.

Perawatan benda uji ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan kekuatan beton.

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

18

Gambar 3.1 : Sketsa Proses Pengujian kuat tekan beton

Sumber : Anonim (1990)

su

3.6 Pengujian Kekuatan Beton

Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan pada umur 7 hari, 28 hari

dan 56 hari. Pengujian dilakukan dengan mesin penguji kuat tekan merek Ton

Industrie kapasitas 100 ton dan 400 ton. Sebelum pengujian, benda uji ditimbang

beratnya dan diukur dimensinya. Pembebanan kuat tekan dilakukan perlahan-

perlahan dengan beban 2 sampai 4 N/mm2/detik sampai benda uji hancur sesuai

dengan SNI 03-1973-1990 (Anonim : 1990). Besar beban yang menyebabkan

benda uji hancur merupakan data yang akan digunakan untuk memperoleh kuat

tekan beton. Posisi beban yang diberikan pada benda uji dapat dilihat pada

Gambar 3.1

3.7 Pengolahan Data

Data kuat tekan serta berat benda uji dihitung dengan nilai rata-ratanya

yang bertujuan untuk melihat penyebaran data. Penyebaran data hasil pemeriksaan

Compressive MachineTest (Ton Industri)

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

19

data hasil pemeriksaan diukur dengan menggunakan koefisien ragam sampel

(coeficien of varian)

Menurut Anonim (1971), mutu pelaksanaan suatu penelitian dapat dilihat

dari penyebaran nilai-nilai hasil pemeriksaan. Baik tidaknya penyebaran tersebut

dapat dilihat dari simpangan baku (standar deviasi = S) yang diperoleh. Besar

kecilnya penyebaran hasil pemeriksaan tergantung pada tingkat ketelitian

pelaksanaan. Makin kecil harga ”S” maka akan semakin baik mutu pelaksanaan

penelitian.

Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

1

2

1

n

XXS

n

ii

................................................................................(3.1)

n

XX

n

ii

1 .............................................................................................(3.2)

dimana : S = standar deviasi

Xi = besarnya data ke-i

X = nilai rata-rata

n = jumlah benda uji

Menurut Walpole dan Myers (1986), metode statistik untuk seleksi data

dengan jumlah benda uji lebih kecil dari 30 buah disebut sampel kecil dan boleh

memiliki penyimpangan yang tidak memenuhi persyaratan sebesar maksimum

5%.

Klasifikasi mutu beton untuk pekerjaan penelitian di laboratorium adalah

sangat baik untuk CV 5%, baik untuk 5% < CV < 7%, sedang untuk 7% < CV <

10%, dan kurang Cv > 10%. CV adalah koefisien ragam sampel, yang dihitung

dengan menggunakan rumus:

100xx

SCv % ............................................................................. (3.4)

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

20

dimana :

CV = koefisien ragam sample (%)

S = standar deviasi

X = data rata-rata

3.7.1 Analisa varian

Metode pengolahan data yang dipilih adalah metode analisis varian untuk

klasifikasi dua arah model efek tetap. Prosedur pengujian analisa varian untuk

klasifikasi dua arah model efek tetap diperlihatkan Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2. Analisa Varian untuk Klasifikasi Dua Arah Model Efek Tetap

Sumber Jumlah DerajatRata-rata Kuadrat F0 Hitung

Varian Kuadrat Kebebasan

A Perlakuan SSA a-1 MSA = SSA F0 = MSA

a-1 MSE

B Perlakuan SSB b-1 MSB = SSB F0 = MSB

b-1 MSE

Interaksi SSAB (a-1) (b-1) MSAB = SSAB F0 = MSAB

(a-1)-(b-1) MSE

Error SSE ab(n-1) MSE = SSE

ab(n-1)

Total SST abn-1

Sumber : Hines dan Montgomery (1990)

Jumlah kuadrat dihitung dengan persamaan-persamaan di bawah ini :

,2...

1 1

2

1 abn

yySS

b

j

n

kijk

a

iT

........................................................................(3.5)

abn

y

bn

ySS

a

i

iA

2...

1

2

.............................................................................(3.6)

abn

y

an

ySS

b

j

jB

2...

1

2

.............................................................................(3.7)

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

21

,

2...

1

2

1BA

b

j

ija

iAB SSSS

abn

y

n

ySS

.......................................................(3.8)

,ABBATE SSSSSSSSSS ..............................................................(3.9)

1

a

SSMS A

A.............................................................................(3.10)

,1

b

SSMS B

B.............................................................................(3.11)

,)1)(1(

ba

SSMS AB

AB.............................................................................(3.12)

)1(

nab

SSMS E

E.............................................................................(3.13)

Dimana :

a = Jumlah perlakuan (umur pengujian)

b = Jumlah perlakuan (persentase fly ash batu bara)

a-1 = Derajat kebebasan SSperlakuan

n = Jumlah pengulangan benda uji

y… = Total keseluruhan semua observasi

Bila dari hasil analisis varian menginformasikan bahwa F0 > F0 (α);(a-

1,N-a), atau dengan istilah lain F0 hitung lebih besar dari F tabel maka kuat tarik

belah, kuat tekan beton dipengaruhi oleh penggantian sebagian semen dengan

tanah diatomae. Bila sebaliknya maka perbedaan tidak berpengaruh nyata.

3.7.2 Analisa regresi

Pada analisis regresi data kuat tekan dipakai untuk menganalisa hubungan

antara dua variabel atau lebih. Variabel yang harus diketahui dalam analisis

regresi adalah variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Variabel yang

mempengaruhi disebut variabel bebas (independent variable) dan variabel yang

dipengaruhi disebut variabel terikat (dependent variable). Untuk mendapatkan

persamaan garis atau kurva yang mewakili kedua variabel tersebut terlebih dahulu

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

22

dilakukan pengumpulan data yaitu, (xi, yi) dimana i = 1, 2, 3....n, kedua kumpulan

data tersebut diplot ke dalam sumbu kartesian untuk mendapatkan diagram pancar

(scatter diagram).

Garis dan kurva penduga yang mewakili titik – titik dalam diagram pencar

dapat berupa garis lurus (linier) atau dapat berupa garis lengkung (non linier).

Regresi linier digunakan untuk diagram pencar yang berupa garis lurus dan

regresi non linier untuk diagram pencar yang berupa garis lengkung. Dikutip

Iskandar (2004 : 34) menyatakan bentuk persamaan kedua regresi tersebut adalah:

a. Regresi linier :

Y = a + bx (linier)......................................................................................(3.14)

c. Regresi non linier

Y = aX2 + Bx+ c (polinomial berderajat 2)...............................................(3.15)

Persamaan regresi yang paling cocok dari model – model regresi di atas

adalah regresi yang koefesien determinasinya paling besar. Koefisien determinasi

(R squared) dipergunakan untuk mempertimbangkan ketetapan sebuah model

regresi.

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

23

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini perhitungan dan pengolahan data yang dibahas yaitu

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan sifat–sifat agregat.

2. Pemeriksaan komposisi kimia tanah diatomae.

3. Pengujian kuat tekan silinder beton.

Pembahasan yang dilakukan berkenaan dengan :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan tanah diatomae dengan perlakuan

kalsinasi terhadap kuat tekan struktur beton normal dengan faktor air

semen 0,60.

2. Bagaimana hubungan sifat-sifat mekanis beton normal dengan

menggunakan tanah diatomae pada kondisi lingkungan terlindung yang

diuji pada umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari.

4.1 Sifat-Sifat Fisis Agregat

Data pendukung penelitian diperoleh dari hasil pemeriksaan sifat-sifat

fisis agregat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa agregat yang digunakan

memenuhi syarat sebagai material pembentuk beton.

4.1.1 Berat volume agregat

Perhitungan berat volume agregat diperlihatkan pada Lampiran B.4.1

Halaman 51. Hasil perhitungan berat volume rata-rata yang diperoleh untuk setiap

jenis agregat diperlihatkan pada Tabel 4.1

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

24

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan perhitungan berat volume.

NoJenis

Berat Volume(kg/l)

Referensi

AgregatOrchard(1979)

Troxell(1968)

1. Coarse Aggregate 1,817

> 1,445

> 1,560

2. Coarse Sand 1,785> 1,400

3. Fine Sand 1,622

Agregat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai

material pembentuk beton sebagaimana yang disarankan oleh Orchard (1979)

yaitu berat volume agregat yang baik lebih besar dari 1,445 kg/l dan Troxell

(1968) yaitu berat volume agregat kasar lebih besar dari 1,560 kg/l dan untuk

pasir kasar serta pasir halus lebih besar dari 1,400 kg/l.

4.1.2 Berat jenis dan absorbsi

Perhitungan berat jenis dan absorbsi agregat diperlihatkan pada Lampiran

B.4.2 Halaman 52 sampai Halaman 53. Hasil perhitungan berat jenis dan absorbsi

yang diperoleh untuk setiap jenis agregat diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan Tabel

4.3. Hasil perhitungan berat jenis dan absorbsi diperlihatkan pada tabel di bawah

ini :

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

25

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan perhitungan berat jenis agregat

No Jenis AgregatBerat Jenis Referensi

SG (SSD) SG (OD) Troxell (1968)

1. Coarse Aggregate 2,806 2,777 2,500 - 2,800

2. Coarse Sand 2,637 2,5692,000 – 2,600

3. Fine Sand 2,628 2,569

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan perhitungan absorbssi agregat

No Jenis Agregat Absorbsi (%)Referensi

Orchard(1979)

3. Coarse Aggregate 1,059

0,400 – 1,9004. Coarse Sand 2,56

5. Fine Sand 2,275

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa berat jenis agregat jenuh air kering

permukaan (SSD) yang digunakan telah memenuhi ketentuan yang disarankan

oleh Troxell (1968) yaitu untuk kerikil berkisar antara 2,5 – 2,8 dan untuk pasir

berkisar antara 2,0 – 2,6. Sedangkan berat jenis agregat kering oven (OD) yang

diperoleh masih masuk dalam kategori yang ditentukan oleh Troxell (1968) yaitu

untuk kerikil berkisar antara 2,5 – 2,8 dan untuk pasir berkisar antara 2,0 – 2,6.

Selanjutnya pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai absorbsi agregat halus, dan

pasir halus yang diperoleh tidak sesuai dengan nilai absorbsi yang ditentukan oleh

Orchard (1979) yaitu 0.4% sampai dengan 1.9%.

Page 26: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

26

4.1.3 Susunan butiran agregat (gradasi)

Data yang diperoleh dari analisa saringan digunakan untuk melihat

susunan butiran agregat yang digunakan dalam campuran beton. Hasil

perhitungan susunan butiran diperlihatkan pada Lampiran B.4.3 halaman 53. Nilai

fineness modulus yang diperoleh dari analisa saringan dapat dilihat pada Tabel

4.4. Fineness modulus tersebut telah memenuhi ketentuan ASTM (Anonim, 2004)

yaitu diantara 5.5–8.0 untuk kerikil, diantara 2.9–3.2 untuk pasir kasar dan

diantara 2.2–2.6 untuk pasir halus.

Tabel 4.4 Nilai Fineness Modulus (FM) Agregat.

No Jenis agregatModuluskehalusan

Referensi

ASTM (2004)Mulyono(2005)

1. Coarse Aggregate 6,6795,500–8,000 5,500–8,000

2. Coarse Sand 4,654

3. Fine Sand 2,315 2,200–2,600 1,500–3,800

4. Agregat campuran 5,518 4,000–7,000 5,000–6,000

Hasil perhitungan fineness modulus agregat campuran adalah 5.518.

Perhitungan nilai fineness modulus agregat campuran diperlihatkan pada

Lampiran B.4.3 Halaman 53 sampai 55. Nilai ini telah sesuai dengan ketentuan

diperlihatkan standar ASTM (Anonim, 2004) yaitu antara 4.0 – 7.0. Dari hasil

perhitungan dapat dilihat bahwa susunan butiran agregat campuran berada pada

daerah “3” (Anonim, 1979) yang berarti susunan butiran agregat yang digunakan

adalah baik sekali. Grafik susunan butiran agregat campuran diperlihatkan pada

Lampiran A.3.1 Halaman 50.

Page 27: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

27

Gambar 4.1 Grafik susunan butiran agregat campuran

4.1.4 Kandungan bahan organik

Hasil pemeriksaan kandungan bahan organik pada agregat halus

menunjukkan bahwa warna larutan yang timbul adalah kuning muda. Hal ini

menandakan bahwa pasir yang digunakan untuk campuran beton termasuk dalam

kategori tidak mengandung bahan organik berlebihan dan dapat digunakan untuk

campuran beton.

4.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Tanah Diatomae.

Pemeriksaan kandungan kimia untuk tanah diatomae dilakukan oleh

BARISTAND Industri Banda Aceh (LABBA). Hasil pemeriksaan diperlihatkan

pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Sumber : Berdasarkan Referensi PBI 1971

Page 28: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

28

Tabel 4.5 Komposisi Kandungan Kimia Tanah Diatomae

Tanah Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil

Diatomae

SiO2 % Gravimetri 62,28

AL2O3 % Gravimetri 9,52

Fe2O3 % AAS 1,79

CaO % Titrimetri 8,28

Berdasarkan hasil penelitian dari Laboratorium Penguji BARISTAND

Industri Banda Aceh yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa

tanah diatomae yang digunakan dalam penelitian ini termasuk tanah diatomae

SCM (Supplementary Cementing Material) kelas N, yaitu jenis pozzolan alam.

4.3 Kalsinasi (Calcinasi)

Tanah diatomae sebelum digunakan untuk pembuatan benda uji pada

substitusi semen, terlebih dahulu diperlakukan dengan kalsinasi pada persentase

tanah masing–masing 10%, 20%, 30% dan 40%. Proses kalsinasi menggunakan

tungku pembakaran batu bata. Untuk mengukur suhu menggunakaan alat

termometer pada suhu antara 2000C sampai dengan 4000C dengan dibakar selama

4 - 5 jam.

4.4 Campuran Beton.

Hasil perhitungan campuran beton maka dapat ditentukan kebutuhan total

volume meterial yang dibutuhkan untuk pembuatan benda uji penelitian.

Komposisi material yang dibutuhkan untuk masing – masing variasi campuran

beton dilihat pada Lampiran B.4.3 Halaman 53 :

Page 29: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

29

Tabel 4.6 Komposisi Material 1 m3 Beton Dengan FAS 0,60

NoTanah

Diatomae(%)

SubstitusiSemen

Airkg

Semenkg

Agregatkasar

kg

Pasirkasar

kg

Pasirhalus

kg

Jumlahkg

1 0% - 192,616 321,027 1120,39 280,098 466,829 2380,96

2 10% 32,103 192,616 288,924 1120,39 280,098 466,829 2380,96

3 20% 64,21 192,616 224,719 1120,39 280,098 466,829 2380,96

4 30% 96,3081 192,616 224,719 1120,39 280,098 466,829 2380,96

5 40% 128,4108 192,616 192,6162 1120,39 280,098 466,829 2380,96

4.5 Sifat Beton Segar

4.6 Slump

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan nilai slump pada setiap

pengecoran. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai slump adukan beton

berkisar antara 7,5 cm sampai dengan 10 cm.

0

2

4

6

8

10

0% 10% 20% 30% 40%

Nila

i Slu

mp

(cm

)

Persentasi Tanah Diatomae

9,8

9,3

8,1

7,2

6

Dari Grafik diatas menunjukan hasil slump pada persentase 0% adalah 9,8

cm, persentase 10% penurunan sebesar 9,3 cm, persentase 20% penurunan sebesar

8,1 cm, persentase 30% penurunan sebesar 7,2 cm, dan pada persentase 40%

penurunan sebesar 6 cm. Bahwa nilai slump untuk campuran beton 0% lebih besar

dibandingkan dengan presentase tanah diatomae 10%, 20%, 30% dan 40%,

Page 30: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

30

semakin banyak persentase tanah diatomae maka semakin susah workabilitas

beton. Maka dalam campuran tanah diatomae mengalami kenaikan jumlah yang

besar dan daya serap air relatif lebih besar, sehingga dapat mengurangi kebutuhan

air.

4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan

4.8 Kuat tekan silinder beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari,

28 hari dan 56 hari. Benda uji yang diuji terlebih dahulu ditimbang beratnya, hasil

penimbangan berat benda uji silinder ini dapat dilihat pada Lampiran B.4.4

halaman 58 sampai halaman 60. Data hasil pengujian kuat tekan beton pada umur

7 hari, 28 hari dan 56 hari diperlihatkan pada Tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.8 Perhitungan Kuat Tekan FAS 0.60 Umur 7 hari

Persentase TanahDiatomae

Kuat Tekan Rata – Rata (MPa)Persentase kuat

tekan umur 7 hariPersentase Penurunan

Kuat Tekan (%)0% 17,9 0

10% 12,91 27,8820% 8,95 5030% 5,83 67,4340% 3,33 81,40

Tabel 4.9 Perhitungan Kuat Tekan FAS 0.60 Umur 28 hari

Persentase TanahDiatomae

Kuat Tekan Rata – Rata (MPa)Persentase kuat

tekan umur 28 hariPersentase Penurunan

Kuat Tekan (%)0% 22,9 0

10% 17,49 23,6220% 12,28 46,3830% 11,24 50,9240% 8,12 64,54

Page 31: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

31

Tabel 4.10 Perhitungan Kuat Tekan FAS 0.60 Umur 56 hari

Persentase TanahDiatomae

Kuat Tekan Rata – Rata (MPa)Persentase kuat

tekan umur 56 hariPersentase Penurunan

Kuat Tekan (%)0% 27,89 0

10% 20,82 25,3420% 17,49 37,2830% 13,74 50,7340% 12,07 56,72

Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal dapat dilihat pada tabel di

atas bahwa penggunaan tanah diatomae 0% lebih tinggi dibandingkan dengan

persentase tanah diatomae 10%, 20%, 30% dan 40%. Nilai dari Tabel 4.8 di atas

dapat digambarkan ke dalam Grafik hubungan kuat tekan beton rata-rata seperti

pada Gambar 4.1 di bawah ini.

4.9 Pola Kehancuran

Dari pengamatan pengujian kuat tekan beton dapat dilihat juga beberapa

jenis pola kehancuran dari benda uji. Pola kehancuran yang terjadi yaitu cone,

shear, columnar, cone and shear dan cone and split. Kehancuran tipe shear

Page 32: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

32

memperoleh kuat tekan pada umur 7 hari sekitar 8-18 MPa, pada umur 28 hari

sekitar 11-22 MPa dan pada umur 56 hari sekitar 13-27 MPa, sedangkan

kehancuran tipe columnar terjadi pada benda uji dengan kuat tekan pada umur 7

hari sekitar 5-9 MPa, pada umur 28 hari sekitar 9-17 MPa, dan pada umur 56 hari

sekitar 15-21 MPa. Selanjutnya kehancuran tipe cone and split memperoleh kuat

tekan pada umur 7 hari sekitar 12-19 MPa, pada umur 28 hari sekitar 12-21 MPa

dan pada umur 56 hari sekitar 17-28 MPa.

Hal ini menunjukkan bahwa beton yang memiliki kuat tekan yang lebih

besar mempunyai kekuatan yang lebih kompak dan agregat secara bersama –

sama memikul beban tekan yang terjadi, sedangkan pada beton yang memiliki

kuat tekan yang lebih rendah, kehancuran lebih dulu terjadi pada bagian mortar.

Pola kehancuran pada umur 28 hari berdasarkan variasi persentase tanah diatomae

dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 4.2. Pola Kehancuran cone, shear dan columnar

Gambar 4.3. Pola Kehancuran cone and split, cone and shear

Page 33: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

33

4.10 Seleksi Data

Data Kuat tekan yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap benda uji

selanjutnya dievaluasi atau diseleksi secara statistik dengan menggunakan

koefisien ragam sampel (coeficien of varian). Dapat dilihat pada Lampiran B.4.5

halaman 63 sampai 66.

4.11 Analisis Varian

Untuk mengetahui pengaruh variasi tanah diatomae dengan perlakuan

kalsinasi terhadap sifat mekanis beton tersebut maka dilakukan analisis varian.

Metode yang dipakai adalah analisis varian rancangan faktorial dua arah model

efek tetap. Hasil analisis varian tersebut diperlihatkan pada Lampiran B.4.6

halaman 67 sampai 69.

Tabel 4.10 Perhitungan Analisis Varian Untuk Mengetahui Pengaruh Tanah

Diatomae Terhadap Kuat Tekan Beton Antara Umur 7 hari, 28 Hari dan 56 Hari

Sumber Varian JumlahKuadrat

DerajatKebebasan

Rata-rata

KuadratFo Fo Tabel

Umur Pengujian 323,120 2 161,560 47,343 3,4Persentase

Tanah Diatome 339,738 3 113,246 33,185 3,01

Interaksi 9,512 6 1,585 0,465 2,51Error 81,901 24 3,413

Total 754,271 35

Tabel analisis varian di atas diperoleh F0 hitung umur pengujian = 47,343

> F0 tabel = 3,4, F0 hitung persentase tanah diatomae = 33,185 > F0 tabel = 3,01

dan F0 hitung interaksi = 0,465 ˂ F0 tabel = 2,51. Hal ini menunjukkan bahwa

variasi umur pengujian beton silinder berpengaruh terhadap kuat tekan, kemudian

variasi persentase penggunaan tanah diatomae juga berpengaruh terhadap kuat

tekan. Namun interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.

Page 34: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

34

4.12 Analisis Regresi

Analisis regresi dihitung terhadap data kuat tekan benda uji. Analisis

regresi bertujuan untuk mendapatkan grafik hubungan antara persentase tanah

diatomae yang digunakan dengan kuat tekan beton yang dihasilkan. Analisis

regresi yang dipilih adalah analisis regresi linier dan regresi nonlinier polinomial

derajat 2. Grafik analisis regresi kuat tekan tersebut diperlihatkan pada grafik di

bawah ini :

Gambar 4.2 Grafik regresi linier 7 hari, 28 hari dan 56 hari

Page 35: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

35

Gamabar 4.3 Grafik regresi polinomial 7 hari, 28 hari dan 56 hari

Dimana :

Y = Kuat Tekan Beton

X = Variasi Persentase Tanah Diatomae

R = Koefisien Determinan

Dari hasil persamaan – persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa

koefisien determinan regresi polinomial berderajat dua lebih besar dari koefisien

determinan regresi linier. Ini menunjukkan bahwa regresi polinomial berderajat

dua lebih sesuai digunakan pada penelitian ini.

4.13 Pembahasan

Hasil pemeriksaan agregat di laboratorium menunjukkan bahwa agregat

yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan sebagai

material pembentuk beton. Walaupun ada beberapa yang tidak memenuhi

persyaratan seperti nilai absorbsi yang melebihi dari yang disyaratkan. Nilai

agregat halus dan pasir halus tidak sesuai dengan teori Orchard (1979), tetapi

grafik susunan butir untuk agregat campuran diameter maksimal 24,5 mm masih

dalam daerah baik sekali. Dengan melakukan pencucian, perendaman dan

pengeringan untuk mendapatkan material yang bersih dari kotoran dan sampah.

Pengeringan material dilakukan di dalam oven selama 24 jam. Setelah melakukan

timbangan material yang akan dipakai untuk pengecoran dengan persentase tanah

diatomae 10%, 20%, 30% dan 40%. Untuk penambahan persentase tanah

diatomae diambil dari pengurangan semen yang dicampur dengan tanah diatomae

10%, 20%, 30% dan 40%.

Setelah pengadukan material dengan menggunakan mixer dilakukan nilai

tes slump dengan nilai slump yang diperoleh masing–masing variasi untuk 0%

Page 36: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

36

adalah 9,8 cm, untuk persentase tanah diatomae 10% penurunan sebesar 9,3 cm,

yang persentase 20% penurunan sebesar 8,1 cm, persentase 30% penurunan

sebesar 7,2 cm, dan pada persentase 40% penurunan sebesar 6 cm. Bahwa nilai

slump untuk campuran beton 0% lebih besar dibandingkan dengan presentase

tanah diatomae 10%, 20%, 30% dan 40%, semakin banyak persentase tanah

diatomae maka semakin meningkat workabilitas beton. Maka dalam campuran

tanah diatomae mengalami kenaikan jumlah yang besar dan daya serap air relatif

lebih besar, sehingga dapat mengurangi kebutuhan air.

Selesai melakukan test slump maka material yang telah diaduk siap untuk

dimasukkan kedalam cetakan silinder dengan melakukan pemadatan sebanyak 25

kali tumbukan menggunakan stik besi. Cetakan didiamkan selama 24 jam dan

dibuka dari cetakan silinder untuk siap dilakukan perendaman benda uji selama 7

hari, 28 hari dan 56 hari. Benda uji yang akan diuji kuat tekan diangkat dari

rendaman dan dijemur (diangin – anginkan) selama 24 jam dan siap untuk diuji.

Benda uji yang akan diuji pada mesin memiliki timbangan yang berbeda.

Untuk hasil timbangan pada perbandingan persentase 0% dan persentase tanah

diatomae 10%, 20%, 30% dan 40% dapat dilihat pada Lampiran Halaman 5–56.

Untuk hasil persentase peningkatan kuat tekan dapat di lihat pada Lampiran B.4.4

Halaman 58 – 60. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton yang 0% lebih

meningkat, dibandingkan penambahan persentase tanah diatomae.

Dari analisis varian di atas diperoleh F0 hitung umur pengujian = 47,343 >

F0 tabel = 3,4, F0 hitung persentase tanah diatomae = 33,185 > F0 tabel = 3,01 dan

F0 hitung interaksi = 0,465 ˂ F0 tabel = 2,51. Hal ini menunjukkan bahwa variasi

umur pengujian beton silinder berpengaruh terhadap kuat tekan, kemudian variasi

persentase penggunaan tanah diatomae juga berpengaruh terhadap kuat tekan.

Namun interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.

Dari hasil penelitian substitusi semen untuk penambahan tanah diatomae

terhadap kuat tekan beton dapat diterangkan bahwa penambahan tanah diatomae

sangat mempengaruhi nilai kuat tekan. Semakin banyak persentase tanah

diatomae di dalam campuran beton akan semakin kecil kuat tekan yang diperoleh.

Page 37: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai hasil akhir dari hasil penelitian ini :

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian “Pemakaian Tanah

Diatomae Dengan Perlakuan Kalsinasi Sebagai Substitusi Semen Untuk Produksi

Beton Normal Dengan FAS 0.60 ” adalah sebagai berikut :

1. Hasil pengujian kuat tekan beton silinder pada umur 7 hari, adalah beton

dengan tanah diatomae 0% menghasilkan kuat tekan 17,80 Mpa, pada umur 28

hari beton menghasilkan kuat tekan 22,90 Mpa, dan pada umur 56 hari beton

menghasilkan kuat tekan 27,89 Mpa. Terjadi penurunan kuat tekan pada beton

dengan pengujian tanah diatomae 10%, 20%, 30%, dan 40%.

2. Adanya pengaruh penggunaan tanah diatomae dengan perlakuan kalsinasi

mempunyai kecenderungan penurunan kuat tekan rata-rata, sehingga

penggunaan tanah diatomae sangat berpengaruh pada kuat tekan beton.

3. Analisis varian diperoleh F0 hitung umur pengujian = 47,343 > F0 tabel = 3,4,

F0 hitung persentase tanah diatomae = 33,185 > F0 tabel = 3,01 dan F0 hitung

interaksi = 0,465 ˂ F0 tabel = 2,51. Hal ini menunjukkan bahwa variasi umur

pengujian beton silinder berpengaruh terhadap kuat tekan, kemudian variasi

persentase penggunaan tanah diatomae juga berpengaruh terhadap kuat tekan.

Namun interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.

Page 38: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

38

5.2 Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara umum dalam ilmu

tentang bahan bangunan dan khusunya teknologi beton serta dapat diterapkan

secara praktis di lapangan. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh

peneliti-peneliti berikutnya. Untuk maksud tersebut disarankan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Pemakaian tanah diatomae dengan perlakuan kalsinasi perlu dilakukan lebih

lanjut dengan mengurangi persentase tanah diatomae dengan FAS lebih kecil.

Sehingga bisa dilihat seberapa besar peningkatan kuat tekan yang akan

dihasilkan dengan menggunakan tanah diatomae tersebut.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi persentase SP

(Superplasticizer), dalam campuran untuk melihat pengaruhnya terhadap

kekuatan beton.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah umur pengujian

sampai umur 90 hari atau lebih, sehingga bisa dilihat seberapa besar

peningkatan kuat tekan yang akan dihasilkan akibat penggunaan tanah

diatomae dengan perlakuan kalsinasi.

Page 39: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2011, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Yayasan LPMB,

Jakarta.

2. Anonim, 2009, Buku Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

3. Anonim, (2005), ”Standard Practice for Selection Proportion for Normal,

Heavyweight, and Mass Concrete ACI211.1-91” ACI Manual of Concrete

Practice, Michigan, 38 pp.

4. Anonim, 2004, Annual Book of American Society for Testing and

Materials Standard (ASTM Standard), New York, USA.

5. Anonim, (1995), Concrete and Agregat. Philadelphia, Annual Book of

ASTM Standard Vo.04.02.1995.

6. Anonim, (1982), Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

(PUBI1982). Bandung, Departemen Pekerjaan Umum.

7. Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat

Penyelidikan Masalah Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.

8. Clark, G.L., (1960), Encyclopedia of Chemistry. Reinhold Publishing

Corporation, New York

9. Fragoulis, D., Stamatakis, M.G., Papageorgio, D., dan Chaniotakis, E.,

(2005). The physical and mechanical properties of composite cements

manufactured with calcareous and clayey Greek diatomite mixtures.

Journal of Cement & Concrete Composites 27, 2005 205–209

10. Johnstone and Johnstone, M.G., (1961), Minerals for the Chemical and

Applied Industries. New York, John Wiley & Sons. Edisi ke 2.

11. Hines, W.W., dan Montgomery, D.C., Probabilitas Statistik dalam Ilmu

Rekayasa dan Manajemen, Edisi Kedua, terjemahan Rudiansyah dan A.H.,

Manurung, UI Press, Jakarta .

12. Hoeve, I.B., (1984), Ensiklopedi Indonesia. Volume 6.

Page 40: BAB I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1424/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 19. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari dengan mencampurkan agregat

40

13. Iskandar, 2000, Perilaku Mekanikb Beton Serat Ijuk, Falkultas Teknik

Universitas Syiak Kuala, Tidak dipublikasikan, Banda Aceh.

14. Kirk dan Othmer, (1979), Encyclopedia of Chemical Technology. fifth

edition, John Wiley and Sons, New York

15. Kastis, D., Kakali, G., Tsivilis, S., dan Stamatakis, M.G., (2006), Properties

and hydration of blended cements with calcareous diatomite. Cement and

Concrete Research 36 (2006) 1821–1826

16. Mulyono, T., (2006), Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.

17. Mulyono, T., (2004), Teknologi Beton. Andi Yogjakarta.

18. Nugraha, P., dan Antoni, (2007), Teknologi Beton dan Material,

Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Yogyakarta, Andi Offset.

19. Nugraha, P., dan Anthoni, (2007), Teknologi Beton. Andi, Yogyakarta.

20. PBBI 1971.“Peraturan Beton Bertulang Indonesia”.Direktorat

Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

21. Rahmah, (2011), The adsorption capacity of Diatomeae (diatomaceous

earth) on Chromium (VI) Ion. Jurnal Chemical Vol. 12 Nomor 1 Juni

2011, 60 - 66.

22. Sanchez de Rojas, M.I.J., Rivera, dan Frias, M., (1999), Influence of the

microsilica state on pozzolanic reaction rate. Cems. Concr. Res. 29, 945–

949.

23. Wang, C.K., dan Salmon, C.G., 1990, Desain Beton Bertulang. Jilid I,

Terjemahan Ir. Binsar Hariandja, M.Eng. Pdh. Penerbit Erlangga, Jakarta.

24. Wendlandt, W.W.M., 1986, “Thermal Analysis”, John Wiley and Sons,

USA