60
i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Nyata serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Laporan Kerja Praktek Lapangan ini disusun berdasarkan apa yang telah penulis lakukan pada saat dilapangan yakni pada “Museum Radyapustaka Surakarta” yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi no. 275 Kel. Sriwedari Kec. Laweyan, Kota Surakarta dimulai dari tanggal Februari 2014 s/d Februari 2014. Kerja praktek nyata ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program Studi Ilmu Politik. Selain untuk menuntas program studi yang penulis tempuh kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada penulis baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis temukan saat berada di bangku perkualiahan. Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktek lapangan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada : Kedua orangtua dan keluarga penulis, yang telah memberi dukungan dan doa-doanya yang tiada henti serta bimbingan dan nasihat kepada penulis. Bapak Dr. Hilmi Mochtar, M.S, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

BAB I Magang Agung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ini adalah laporan magang di Museum Radya Pustaka Surakarta

Citation preview

Page 1: BAB I Magang Agung

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek

Kerja Nyata serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya

halangan yang berarti.

Laporan Kerja Praktek Lapangan ini disusun berdasarkan apa yang telah penulis

lakukan pada saat dilapangan yakni pada “Museum Radyapustaka Surakarta”

yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi no. 275 Kel. Sriwedari Kec. Laweyan,

Kota Surakarta dimulai dari tanggal Februari 2014 s/d Februari 2014.

Kerja praktek nyata ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam

Program Studi Ilmu Politik. Selain untuk menuntas program studi yang penulis

tempuh kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada penulis

baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis

temukan saat berada di bangku perkualiahan.

Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktek lapangan ini penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin

mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

Kedua orangtua dan keluarga penulis, yang telah memberi dukungan dan

doa-doanya yang tiada henti serta bimbingan dan nasihat kepada penulis.

Bapak Dr. Hilmi Mochtar, M.S, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

Page 2: BAB I Magang Agung

ii

Bapak Tri Hendra, S.IP, M.IP selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan kerja

praktek dan juga penyelesaian laporan kerja praktek lapangan ini.

Bapak Purnomo selaku Ketua Komite Museum Radyapustaka.

Bapak Sanjata, selaku pengurus Komite Museum Radyapustaka

Mbak Windi, selaku Sekretaris Komite Museum Radyapustaka

Mbak Yanti, terimakasih banyak karena telah membimbing kami selama

30 hari dan segala pengalaman yang tak terlupakan yang terjadi selama

proses praktek kerja nyata

Mbak Kurnia Herawati selaku bagian Arsip dan Naskah Kuno

Pak Totok Yasmiran, banyak ilmu yang saya dapat dari Anda

Mas Fajar

Mas Bangkit Supriyadi

Mas Tri

Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

pihak-pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu baik itu untuk

Pelaksanaan Kerja Praktek maupun dalam Penyelesaian Laporan Kerja

Praktek ini.

Penulis akui penulis tidaklah sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang

tak retak begitu pula dalam penulisan ini, apabila nantinya terdapat kekeliruan

Page 3: BAB I Magang Agung

iii

dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis sangat mengharapkan kritik dan

sarannya.

Akhir kata semoga laporan kerja praktek lapangan ini dapat memberikan banyak

manfaat bagi kita semua.

Malang, 29 Oktober 2014

Penyusun

Page 4: BAB I Magang Agung

iv

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Nyata ................................................................. 5

1.2.1 Tujuan Bagi Mahasiswa ............................................................... 5

1.2.2 Tujuan Bagi Universitas Brawijaya .............................................. 6

1.3 Manfaat Praktek Kerja Nyata ............................................................... 7

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ............................................................ 8

1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Ilmu Politik ..................................... 8

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN ...................................... 10

2.1 Defini Keamanan ............................................................................... 10

2.2 Fokus Praktek Kerja Nyata ................................................................ 22

2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................................................. 24

BAB III HASIL KEGIATAN ................................................................. 26

3.1 Gambaran Umum .............................................................................. 26

3.1.1 Profil Museum Radyapusataka .................................................. 26

3.1.2 Sejarah Museum Radyapusataka. ............................................. .29

3.1.3 Visi dan Misi Museum Radyapusataka ...................................... 31

3.1.4 Susunan Keanggotaan Museum Radyapusataka ......................... 34

3.1.5 Lokasi Museum Radyapusataka ................................................. 38

3.2 Deskripsi Kegiatan .............................................................................. 41

3.2.1 Administrasi ............................................................................. 41

3.2.2 Pengenalan Lingkungan ............................................................ 43

Page 5: BAB I Magang Agung

v

3.2.3 Mempelajari Peran dan Fungsi ................................................. 43

3.2.4 Agenda Kegiatan Praktek Kerja Nyata ..................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ................................................ 51

4.1 fungsi Pendidikan Sejarah dan Kebudayaan Museum Radyapustaka .. 51

4.1.1 Analisa dan Pembahasan .......................................................... 54

4.1.2 Fungsi Edukasi ......................................................................... 56

4.1.3 Fungsi Pengarsipan ................................................................... 58

4.1.4 Fungsi Kebudayaan ................................................................... 60

4.1.5 Manfaat dari Analisis ................................................................ 61

4.2 Peran Museum Radyapustaka sebagai salah satu Landmark budaya Kota

Solo ......................................................................................................... 61

4.3 Keterikatan ......................................................................................... 62

BAB V PENUTUP ................................................................................. 68

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 68

5.2 Saran .................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71

Page 6: BAB I Magang Agung

vi

Daftar Tabel

Tabel 2. Jadwal Kegiatan ................................................................. 19

Tabel 3. Daftar Pegawai Museum Radyapustaka ............................. 40

Tabel 3. Agenda Kegiatan PKN ....................................................... 44

Daftar Gambar

Page 7: BAB I Magang Agung

vii

Gambar 3.1.1.1 ............................................................................... 27

Gambar 3.1.4.1 ............................................................................... 36

Gambar 4.4.1 .................................................................................. 65

Page 8: BAB I Magang Agung

1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Budaya sebagai salah satu unsur masyarakar tidak bisa dipisahkan dari

setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Historisitas Indonesia dengan

berbagai kekayaan aspek kebudayaan membuat negara ini berpotensi untuk

mengembangkannya sebagai salah satu unsur pembentuk jati diri bangsa. Dalam

sebuah ungkapan yang terkenal jika ingin membuat hancur suatu bangsa maka ada

tiga cara sederhana, pertama dengan cara mengaburkan sejarahnya, kedua dengan

cara menghancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu hingga tidak bisa mengenali

fakta-fakta tentang genealogisnya dan ketiga, putuskan hubungan dengan

leluhurnya dengan mengatakan leluhurnya bodoh dan primitif.

Museum pada dasarnya merupakan sebuah ruang bersama untuk

mengenali diri sendiri maupun mengenali orang lain. Mengenali diri sendiri bagi

masyarakat yang berasal dari lingkungan dimana museum itu berada dan akan

menjadi ruang mengenali orang lain bagi masyarakat dari luar untuk mengetahui

jejak peradaban bangsa/masyarakat yang terekam dalam museum itu.

Pendapat itu didasarkan bahwa penciptaan karya budaya selalu merupakan

penciptaan kembali dari yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan kembali

dari yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan kembali dalam tradisi

kebudayaannya. Manusia adalah makhluk menyejarah; masa lampaunya adalah

Page 9: BAB I Magang Agung

2

warisan, masa depannya adalah kemungkinan, sedangkan masa kininya adalah

inisiatif untuk membaharui masa lampau dan merealisasikan masa depan.

Dalam hal ini museum Radyapustaka sebagai salah satu museum tertua di

Indonesia. Berdiri sejak 28 oktober 1890, Radyapustaka merupakan lembaga

ilmu pengetahuan dan museum tertua di Indonesia yang didirikan oleh putra

bangsa dan berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan peninggalan-

peninggalan sejarah nusantara terutama peninggalan Keraton Kasunanan

Surakarta Hadiningrat yang berkaitan dengan sastra, kesenian, keagamaan dan

politik. Tidak bisa dipungkiri masa lalu memberikan pelajaran yang berharga

sehingga ada sebuah ungkapan, historia docet yang berarti sejarah mengajarinya

dalam artian sejarah mengajari manusia untuk menjadi bijak karena mempelajari

masa lalunya sebagai referensi menapaki masa depan.

Museum Radyapustaka pada awalnya merupakan bagian dari Keraton

Kasunanan Surakarta yang menyimpan koleksi-koleksi Keraton, hal ini ditandai

dengan nama Radyapustaka. Radya berarti Raja dan Pustaka berarti buku atau

kumpulan literatur yang berarti museum ini merupakan museum yang diinisiasi

sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan oleh Keraton.

Pengelolaan museum Radyapustaka dari masa ke masa selalu mempunyai

sejarah dan cerita tersendiri. Selma didirikan terhitung satu abad, setidaknya

terdapat tujuh orang yang memimpin Museum Radyapustaka. Dimulai dari RTH.

Djojodiningrat. Sebagai pemimpin pertama RTH Djojodiningrat merintis museum

sebagai salah satu pusat pengetahuan di zamannya.

Page 10: BAB I Magang Agung

3

Harapan berdirinya Museum Radyapustaka pada saat itu memang

bertepatan dengan semangat penyebaran pengetahuan dan sastra dari lingkungan

Keraton Surakarta. Dengan dibangunnya Kota Surakarta pada saat itu menjadi

salah satu kota yang flamboyant menjadikan Kota Surakarta memiliki posisi yang

strategis.

Dengan adanya perhatian yang besar kepada museum maka terdapat suatu

kontribusi yang besar bagi perkembangan pemebntukan kebudayaan suatu

masyarakat. Mengingat salah satu fungsi museum sebagai fungsi edukasi histori,

seudah selayaknya museum-museum besar di Indonesia memiliki tugas dan

tanggung jawab untuk mengamban amanah dalam misi pembentukan karakter dan

jatidiri suatu bangsa.

1.2 Tujuan PKN

Tujuan pelaksanakan kegiatan PKN yang kemudian diakhiri dengan

penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui hubungan politik dengan

kebudayaan khususnya budaya Jawa yang tergambar dalam beberapa peninggalan

dari masa Keraton Kasunanan Surakarta yang tersimpan di Museum

Radyapustaka. Sebagaimana salah satu fungsi museum sebagai fungsi edukasi

yang juga terkait dengan edukasi politik yang terkait dengan beberapa peristiwa

politik di masa itu. Sehingga penulis berusaha untuk menggambarkan hubungan

itu selama melakukan Praktek Kerja Nyata di Museum Radyapustakal. Selain itu

Page 11: BAB I Magang Agung

4

kegiatan PKN yang dilakukan penulis di Museum Radyapustaka Surakarta

mempunyai tujuan bagi mahasiswa sendiri, institusi pendidikan yaitu Universitas

Brawijaya dan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan PKN yaitu:

1.2.1 Tujuan Bagi Mahasiswa

1. Melaksanakan kurikulum yang berlaku di Universitas Brawijaya mengenai

program PKN dan melaksanakan kurikulum di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik untuk mata kuliah PKN.

2. Menambah pengetahuan, pengalaman dan kepekaan bagi mahasiswa

khususnya mahasiswa program studi ilmu politik dalam kajian kebudayaan

dan politik.

3. Melihat langsung hubungan budaya dan politik yang telah dipelajari

sehingga dapat membandingkan pengetahuan yang telah diperoleh di

Universitas Brawijaya dengan kenyataan di lapangan.

4. Meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan mahasiswa terhadap

pemahaman akan budaya kerja profesional yang menuntut kerjasama,

kualitas kerja, ketepatan waktu dan bertanggung jawab dalam

menyelesaikan tugas.

5. Mendapatkan data-data yang dibutuhkan dari instansi terkait melalui

proses penelitian untuk dapat menyusun laporan PKN.

Page 12: BAB I Magang Agung

5

6. Memperoleh kesempatan untuk membandingkan kemampuan dan hasil

kerjanya dengan kemampuan hasil kerja para pekerja yang telah

berpengalaman. Dengan adanya perbandingan ini, diharapkan mahasiswa

dapat memperluas pengetahuan dan pengalamannya dalam hal apapun

berdasarkan kenyataan praktik di lapangan kerja.

1.2.2 Tujuan Bagi Universitas Brawijaya

1. Mendapatkan umpan balik dari lapangan mengenai isi materi yang telah

diberikan di bangku kuliah.

2. Memperoleh masukan tentang masalah-masalah di tempat praktik kerja

lapangan.

3. Dapat mengembangkan badan penelitian yang ada di Universitas

Brawijaya.

4. Mendapatkan sebuah media pembelajaran yang efektif bagi

mahasiswanya.

5. Mendapatkan bahan masukan dalam penyusunan kurikulum yang

berkompeten dan sesuai dengan dunia kerja dari waktu ke waktu.

Page 13: BAB I Magang Agung

6

1.3 Manfaat PKN

Sesuai dengan aturan matakuliah Praktik Kerja Nyata yang telah

ditetapkan oleh pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, bahwa jangka waktu

pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Nyata adalah minimal 1 bulan dan maksimal 3

bulan. Lalu penulis memutuskan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja

Nyata ini dalam jangka waktu 1 bulan. Dalam kurun waktu 1 bulan tersebut

penulis akan mendapatkan banyak sekali manfaat yang bisa dijadikan sebagai

bahan pembelajaran bagi penulis. Selain itu manfaat penting untuk mahasiswa

adalah pengalaman kerja dan sebagai sarana untuk mengapliksikan teori yang di

dapat selama mengikuti perkuliahaan.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kegiatan Praktik Kerja Nyata

ini bukan hanya bermanfaat bagi mahasiswa saja, akan tetapi pihak Program Studi

Ilmu Politik beserta instansi terkait yakni Museum Radyapustaka juga bisa

mendapatkan manfaatnya. Manfaat yang akan didapat oleh ketiga pihak tersebut

adalah sebagai berikut :

1.2.2 Bagi Program Studi Ilmu Politik

1. Memberikan bahan masukan sebagai stimulus peningkatan sumber daya

manusia, melalui peningkatan bahan perkuliahan sebagai inspirasi untuk

rancangan pengabdian masyarakat dan penelitian.

2. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga terkait sebagai usaha

meningkatkan serapan pekerjaan bagi lulusan mahasiswa.

Page 14: BAB I Magang Agung

7

3. Memperoleh mahasiswa yang sudah siap dan mempunyai pengalaman

untuk bekerja langsung di ranah politik, sehingga eksistensi Program Studi

Ilmu Politik Universitas Brawijaya menjadi diminati oleh banyak orang.

4. Meningkatkan Akreditasi Program Studi Ilmu Politik Universitas

Brawijaya, dengan menyiapkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan siiap

untuk berkiprah didunia perpolitikan Indonesia.

5. Sebagai bahan masukan dan evaluasi pendidikan di Program Studi Ilmu

Politik Universitas Brawijaya, agar dikemudian hari bisa disempurnakan

lagi kegiatan Praktik Kerja Nyata ini.

1.3.3 Bagi Instansi Terkait

1. Program PKN ini dapat dijadikan sebagai forum observasi dari Instansi

atas kompetensi mahasiswa.

2. Memperoleh masukan yang mungkin dapat membantu penyelesaian studi

kasus di lapangan sesuai dengan konsentrasinya.

3. Menjalin hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan dengan institusi

sebagai suatu badan penelitian.

Page 15: BAB I Magang Agung

8

BAB II

KERANGKA KONSEP KEGIATAN

2.1 Tinjauan Teoritis

Suatu capaian peradaban suatu masyarakat dapat diukur berdasarkan

beberapa indikator-indikator yang kasat mata diantaranya : adanya bukti fisik

berupa peninggalan dan artefak yang merupakan hasil penciptaan oleh suatu kaum

pada periode waktu tertentu.

Yang kedua adalah dengan adanya bukti yang halus, yaitu tentang

karakteristik, perkembangan pemikiran, falsafah dan pola kehidupan yang telah

tertata sebagai tanda kemajuan. Bukti yang pertama dapat dirasakan, disimpan dan

dilihat untuk periode waktu yang temporal, begitupun dengan bukti yang kedua.

Namun bukti non-fisik akan berkembang bersentuhan dengan perkembangan dari

luar.

Adanya museum sebagai salah lembaga yang melestarikan benda-benda

sejarah dan kebudayaan suatu masyarakat merupakan sebuah ukuran untuk dapat

mengetahui sejauh apa pencapaian yang telah dilakukan di masa lalu juga sebagai

media refleksi untuk melakukan hal di waktu yang akan mendatang.

Karl Marx, dalam teorinya tentang perkembangan masyarakat mengatakan

bahwa adanya patung-patung sebagai salah bentuk kepercayaan kuno terhadap

leluhur, terhadap adanya sesuatu yang ghaib di masyarakat timur dan Eropa Utara

Page 16: BAB I Magang Agung

9

dan Eropa Timur kala itu merupakan salah satu ciri masyarakat yang terbelakang,

karena dalam pandangannya tentang sejarah yang dialektis-ilmiah menolak segala

hal yang tidak bisa dijelaskan oleh indra dan rasio. Karl Marx berpendapat bahwa

masyarakat yang paling terdidik dan berbudaya adalah masyarakat Komunis,

masyarakta tanpa kelas yang ditandai oleh tidak adanya kepemilikan pribadi dan

kekuasaan mutlak negara dalam politik dan perekonomian.

Adanya tranformasi paradigma yang terjadi dalam suatu masyarakat

membawa dampat psikologis, politik, kultural dan multidimensional lainnya.

Penandaan perkembangan masyarakat ini dalam masyarakat Jawa tradisional

masih begitu lambat karena pola politik yang masih sangat sentralistik.

Di Surakarta pada zaman Paku Buwono IX dan Paku Buwono X menjadi

Sunan perkembangan ini menjadi lebih reformis. Ditandai dengan semaraknya

pembangunan besar-besaran dalam aspek fisik dan perhatian yang besar terhadap

kesustraan sebagai bentuk apresiasi terhadap kebudayaan. Adanya jalan-jalan

besar yang sampai hari ini masih relevan menjadikan

2.2 Sejarah Sebagai Pendidikan Politik

Dalam pendidikan mensyaratkan pencerdasan sebagi upaya untuk

menemukan kebenaran. Dalam dialektika sejarah, tiga bentuk waktu yaitu past

(masa lalu), present (masa kini) dan future (masa depan) memiliki dimensi yang

tidak bisa dipisahkan dan terpisahkan.

Page 17: BAB I Magang Agung

10

Prof. Ernest Barker yang merupakan ilmuwan politik yang pernah menulis

buku berjudul “Reflection on Government” pada tahun 1942 menjelaskan bahwa

“any book about politics needs grey hairs”. Maksud pada kutipan tersebut bahwa,

setiap buku tentang politik membutuhkan pemikiran dan pengalaman luas. Secara

etimologis, grey hairs diartikan rambut abu-abu atau sudah tua. Namun secara

implisit, rambut abu-abu yang dimaknai adalah, seseorang yang pemikiran dan

pengalamannya sangat luas sebagai negarawan.

Lain halnya dengan Thomas Jefferson, perancang Declaration of

Independence United State. Ketika ditanyakan mengapa ia tidak menulis sejarah

politik dari zamannya, ia menjawab “while in public life I had not the time, and

now that I am retired I am past the time”. Maksud dari kutipan Thomas Jefferson

adalah ketika semasa mengurus masyarakat dirinya tidak ada waktu, hingga

setelah pension dirinya menyadari. Thomas Jefferson mengakui bahwa waktu

akan selalu maju dan menjadi sebuah kisah. Hal inilah yang disesalkan dirinya ,

mengapa ia tidak menuliskan sesuatu yang berguna dan kelak akan menjadi

sejarah.

Dari dua kutipan tersebut, terdapat titik temu bahwa menjelaskan sesuatu

tentang politik perlu pemikiran yang dalam berdasarkan pengalaman-pengalaman

yang diperoleh. Maksud pengalaman pada konteks ini ialah sejarah. Menurut F.

Ijswara dalam karanganannya di “Pengantar Ilmu Politik” menjelaskan walau

bagaimanapun pengalaman adalah perguruan tinggi yang tidak dapat digantikan

dengan pengetahuan teoritis apapun. Pengalaman luas dan pengetahuan teoritis

Page 18: BAB I Magang Agung

11

yang mendalam adalah suatu kombinasi ideal yang amat penting bagi setiap

pembahasan ilmiah teristimewa pembahasan masalah-masalah kenegaraan.

Hubungan antara sejarah dan politik memang memiliki keterkaitan yang

dalam. Seperti apa yang dilukiskan dengan tepat dan jelas dalam ucapan sarjana

politik Inggris Sir Robert Seeley yang berkata : “History without political science

has no fruit; political science without history has no root. Dengan ucapannya ini,

Seeley telah dapat memperlihatkan adanya hubungan yang erat dan intrinsic

antara kedua pengetahuan itu. Namun hubungan yang begitu erat sekalipun,

belum dapat membenarkan pendapat Seeley bahwa sejarah sebenarnya adalah

politik zaman lampau sedangkan ilmu politik dewasa ini adalah sejarah hari

kemudian. Pernyataan Seeley ini dapat mengakibatkan identifikasi sejarah dengan

ilmu politik. Hal ini kurang tepat sekalipun dimaksudkan dengan sejarah dalam

hubungan ini ialah sejarah politik. Sejarah adalah deskripsi kronologis dari

peristiwa-peristiwa dari zaman silam.

2.2.1 Teori Ruang Publik

Jürgen Habermas menjelaskan konsep ‘ruang publik’ sebagai ruang yang

mandiri dan terpisah dari negara (state) dan pasar (market). Ruang publik

memastikan bahwa setiap warga negara memilik akses untuk menjadi pengusung

opini publik. Opini publik ini berperan untuk memengaruhi, termasuk secara

informal, perilaku-perilaku yang ada dalam ‘ruang’ negara dan pasar. Konsep

Page 19: BAB I Magang Agung

12

ruang publik diambil dari sejarah ruang publik kaum borjuis di Jerman pada abad

delapan belas[ii]. Walaupun dalam bukunya kemudian Habermas meratapi

matinya ruang publik ini karena transisi dari kapitalisme liberal ke kapitalisme

monopoli[iii], dia tetap berargumen bahwa ruang publik tetap bisa dijadikan

sebuah ‘tipe (konsep) ideal’[iv] untuk prospek demokrasi pada masa kini. Tidak

seperti pendahulunya di Frankfurt School (lihat Dialectic of Enlightenment yang

ditulis pembimbing Habermas yaitu Horkheimer bersama Adorno[v]) yang

cenderung pesimis terhadap prospek demokrasi, Habermas punya harapan besar

bahwa proyek pencerahan bisa dilanjutkan dengan cara membangkitkan

rasionalitas publik melalui medium dialog. Studi ini kemudian menjadi latar

belakang penelitiannya tentang teori aksi komunikatif (theory of communicative

action).

Dalam The Theory of Communicative Action[vi], Habermas berargumen

bahwa masyarakat modern terdiri dari ‘dunia-kehidupan’ (lifeworld) dan ‘sistem’

(system). Konsep teoretis ini mendemonstrasikan akar-akar dari ‘aksi instrumental

atau strategis’ (instrumental or strategic action) dan aksi komunikatif

(communicative action). Sistem, menurutnya, terdiri dari subsistem ‘uang’ dan

‘kuasa’, dan di dalam subsistem ini perilaku manusia diinstrumentalisasikan untuk

mencapai tujuan subsistem-subsistem tersebut. ‘dunia-kehidupan’, di sisi lain,

biasanya ‘kondusif untuk otonomi, artinya pencapaian tujuan yang dipilih sendiri,

yang tidak mungkin terjadi dalam sistem’[vii]. Dengan menjadi rumah bagi aksi

komunikatif, ‘dunia-kehidupan’ memungkinkan para peserta untuk mencapai

Page 20: BAB I Magang Agung

13

tujuannya secara kooperatif dengan pemahaman akan situasi yang didefinisikan

bersama-sama[viii]. Sebagai mekanisme untuk mencapai pemahaman, terkandung

di dalam aksi komunikatif adalah potensi rasional. Potensi rasional dari aksi

komunikatif ini terdiri dari keterbukaan pada logika (reason) dan pendapat

(argument). Di dalamnya, konsensus dicapai melalui pertukaran persetujuan dan

ketidaksetujuan yang menggunakan logika. Dengan argumen teoretis ini,

Habermas juga berpendapat bahwa tujuan dari perubahan sosial adalah untuk

memastikan bahwa ‘dunia-kehidupan’, atau ‘ruang publik’, ada secara mandiri

terlepas dari tendensi ‘sistem’ dan subsistemnya yang menjajah.

2.3 Fokus Praktek Kerja Nyata

Dalam menjalankan kegiatan Praktik Kerja Nyata ini penulis

memfokuskan pembahasan kepada Fungsi Pendidikan Budaya dan Sejarah

Museum Radyapustaka mengingat Museum Radyapustaka adalah museum tertua

di Republik Indonesia. Hal ini penting karena dengan faktor usia yang sudah tidak

muda lagi tentu banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil dari sejarah-

sejarah museum terdahulu.

Museum Radyapustaka menyimpan beberapa naskah dan koleksi buku tua

baik itu berbahasa Indonesia, Belanda, Jawa, Inggris dan bertuliskan latin

maupun Jawa. Ada sebuah adagium yang menyatakan bahwa buku adalah jendela

dunia. Maka sebuah syarat mutlak untuk mempelajari kebudayaan Jawa

khususnya harus membaca naskah-naskah Jawa Kuno.

Page 21: BAB I Magang Agung

14

Museum Radyapustaka dalam hal itu pernah bekerjasama dengan Nancy

K. Florida untuk pembuatan microfilm buku-bukunya yang berisi tentang katalog

naskah Jawa Kuno yang salah satunya berada di Museum Radyapustaka.

Pembuatan microfilm ini atas inisiatif nancy, seorang warga negara Amerika yang

mempunyai perhatian terhadap naskah-naskah Jawa Kuno di Museum

Radyapustaka dan tempat-tempat lain.

Berhubungan dengan dilaksanakanya praktek kerja nyata ini, penulis

mencoba menggali informasi dan mengamati secara langsung bagaimana

tindakan-tindakan tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Artinya,

mahasiswa belajar untuk melihat lebih dekat bagaimana penerapan penanganan

konflik guna meningkatkan kualitas dalam bermasyarakat.

2.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Penulis mengikuti beberapa proses-proses

secara umum di Museum Radyapustaka, yaitu sebagai berikut :

1. Mempelajari lingkup kerja dan agenda kerja

2. Mempelajari peran dan fungsi yang dilakukan oleh

3. Ikut berpartisipasi dalam mengelola data dan bahan untuk kegiatan sehari-

hari

4. Mengikuti hearing dan rapat tentang sosialisasi baik internal maupun

Page 22: BAB I Magang Agung

15

Page 23: BAB I Magang Agung

16

BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Profil Museum Radyapustaka

Museum sendiri pada dasarnya sebuah ruang bersama untuk mengenali diri

sendiri maupun mengenali orang lain. Mengenali diri sendiri bagi masyarakat

yang berasal dari lingkungan dimana museum itu berada, dan akan menjadi ruang

mengenali orang lain bagi masyarakat dari luar untuk mengetahui jejak peradaban

bangsa/masyarakat yang terekam dalam museum itu.

Pendapat itu didasarkan bahwa penciptaan karya budaya selalu merupakan

penciptaan kembali dari apa yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan

kembali dalam tradisi kebudayaannya. Manusia adalah makhluk menyejarah;

masa lampaunya adalah salah satu dari museum besar dan penting yang harus

mendapat catatan khusus. Berdiri sejak 28 Oktober 1890, Radyapustaka

merupakan lembaga ilmu pengetahuan dan museum tertua di Indonesia yang

didirikan oleh putra bangsa.

3.1.2 Sejarah Museum Radyapustaka

Semula museum ini bernama Paheman Radyaustaka. Secara terminologis,

paheman berrti tempat berkumpul, radya berarti raja dan pustaka berarti artinya

Page 24: BAB I Magang Agung

17

buku atau kitab1. Ratusan buku klasik milik Keraton Kasunanan Surakarta yang

merupakan karya para raja dan pujangga istana tersimpan di dalamnya. Tak heran

jika di halaman gedung Radyapustaka terdapat patung dada Raden Ngabehi

Ronggowarsito, salah satu pujangga besar Jawa yang sangat termasyhur. Patung

tersebut diresmikan pada tahun 1953 oleh Presiden Soekarno.

Paheman Radyapustaka didirikan pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh

KRA Sosrodiningrat IV, pepatih di Keraton Kasunanan Surakarta pada masa

pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono IX dan Sri Susuhunan Paku Buwono

X. Untuk menghargai jasanya kemudian dibuatkan patung dada KRA

Sosrodiningrat IV yang sekarang ditempatkan di tengah ruang pamer museum.2

1 Seputar Museum,Mengenal Museum Radyapustaka Hlm. 4 2 Seputar Museum, Mengenal Museum Radyapustaka Hlm 14

Page 25: BAB I Magang Agung

18

Gbr. 1 Sunan Pakubuwono IX

Page 26: BAB I Magang Agung

19

Gbr.2 Sunan Pakubuwono X

Page 27: BAB I Magang Agung

20

Gbr. 3 KRA Sosrodiningrat IV

Seiring waktu, Paheman Radyapustaka tidak hanya menyimpan koleksi

kepustakaan namun juga menyimpan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan

dari berbagai lokasi dan sumbangan sejumlah tokoh. Karena itulah selanjutnya

lebih dikenal sebagai Museum Radyapustaka, untuk memberikan gambaran

bahwa di tempat itu tidak hanya menyimpan pustaka-pustaka lama, namun juga

menyimpan benda-benda bersejarah lainnya yang merupakan warisan budaya

masa lalu.

Semula Museum Radyapustaka menempati Panti Wibawa di kompleks

Kepatihan Surakarta ( sekarang menjdi kantor Kejaksaan Negeri Surakarta). Dari

Page 28: BAB I Magang Agung

21

tempat itulah cikal bakal perpustakaan Radyapustaka juga aktif dalam bidang

penerbitan, misalnya dengan menerbitkan candrawarti (majalah bulanan)

Sasadara.3

Selanjutnya para pengurus paheman memohon kepada Sru Susuhunan

Paku Buwono X untuk memanfaatkan Loji Kadipolo di Sriwedari yang saat itu

msih kosong untuj kepentingan Radyapustaka. Atas perkenan raha, Museum

Radyapustaka pindah ke Loji Kadipolo pada 1 Januari 1913.

Adapun Loji Kadipolo adalah bagian dari areal lahan yang dibeli oleh Sri

Susuhunan Paku Buwono X dari seorang warga Belanda bernama Johanes

Busselar, dengan akta notaris13/VII Tahun 1877 nomor 10 tanah eigendom.

Lahan yang dibeli dengan harga 65 ribu Gulden Belanda itu kemudian dijadikan

taman wisata atau yang kemudian terkenal dengan nama Kebon Rojo.

3.1.3 Pengelolaan Museum Radyapustaka

Selama lebih dari seabad berdiri, Museum Radyapustaka telah mengalami

pasang surut dan pahit getir sebagai sebua lembaga pengembangan kebudayaan

dan sekaligus panyimpan pustaka dan benda peninggalan sejarah. Selama itu pula

museum ini telah memberikan kontribusi besar dan mengalami pergantian

pengelolaan. Sejak didirikan hingga sekarang setidaknya Museum Radyapustaka

telah dipimpin oleh tujuh masa kepengurusan.

3Buletin Sasadara, Hlm 2

Page 29: BAB I Magang Agung

22

Pimpinan pertama Radyapustaka selaku ketua Paheman adalah RTH

Djojodiningrat. Sebagai pimpinan pertama, RTH Djojodiningrat banyak berjasa

sebagai perintis. Untuk menghormati jasa-jasanya, namanya diabadikan sebagai

nama salah satu bangunan (dulu menjadi ruang baca) di Museum Radyapustaka

yaitu gedung Walidyasana yang diambil dari nama kecil RTH Djojodiningrat

yakni Walidi. RTH Djojodiningrat memimpin Radyapustaka hingga tahun 1905.

Kepemimpinan Radyapustaka berikutnya dipegang oleh RT Djojonagoro

sejak tahun 1905 hingga 1914. Pada masa inilah Radyapustaka pindah dari

Kepatihan ke lokasi baru di Loji Kadipolo Sriwedari pada 1 Januari 1913.

Berikutnya RT Wurjoningrat memegang kendali Radyapustaka (1914 –

1926). Pada masa kepemimpinannya, sebagai lembaga ilmu pengetahuan

Radyapustaka menggelar musyawarah mengenai ejaan aksara Jawa. Ejaan ini

dipergunakan hingga kini untuk pedoman penulisan Huruf Jawa yang dikenal

sebagai Ejaan Sriwedari yang diresmikan penggunaannya pada 9 Desember 1922.

Pada masa kepemimpinannya juga Radyapustaka membuka brbagai kursus seni

budaya.

Setelah itu, kepemimpinan Radyapustaka dipegang oleh GPH

Hadiwidjojo. Putra Sri Susuhunan Paku Buwono X ini tercatat sebagai pimpinan

Radyapustaka paling lama yaitu dari tahun 1930 hingga 1975. Pada masa inilah

Museum Radyapustaka mampu mengambil peran penting dengan semakin

mengembangkan kursus-kursus seni budaya, ceramah kebudayaan dan menggelar

Page 30: BAB I Magang Agung

23

berbagai kegiatan untuk semakin mengakrabkan dan mengasah kemampuan

masyarakat di bidang seni dan budaya.

Selain menjadi pengelola museum, GPH Hadiwidjojojuga berperan

sebagai kurator. Banyak koleksi museum Radyapustaka terutama benda-benda

kuno merupakan hasil kurasinya.

Pimpinan selanjutnya adalah KRT Hardjonagoro (1975-1990). Masa

kepemimpinannya ditandai dengan brbagai capaian penting, diantaranya renovasi

bangunan museum dan penambahan ruang belakang museum, mengikutsertakan

Radyapustaka dalam pameran museum tingkat internasional, pembuatan

mikrofilm untuk sejumlah naskah-naskah kuno (bekerjasama dengan Nancy K

Florida) dan berbagai kegiatan lainnya untuk peringatan seabad Museum

Radyapustaka.

Selanjutnya KRT Darmodipuro menjadi ketua pelaksana harian Museum

Radyapustaka sejak tahun 1990 menggantikan KRT Hadjonagoro yang

mengundurkan diri. Di masa kepemimpinannya, Museum Radyapustaka

membuka jasa konsultasi pawukon (astrologi Jawa) dan pemilihan hari yang tepat

untuk menggelar acara atau perhelatan.

Sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta membentuk komite untuk

memimpin dan mengelola Museum Radyapustaka. Komite tersebut diberi nama

Komite Museum Radyapustaka.

Page 31: BAB I Magang Agung

24

3.1.4 Visi dan Misi Museum Radyapustaka

Dalam ICOM (International Council of Museum) dijelaskan bahwa

museum merupakan lembaga permanen yang tidak untuk mencari keuntungan

(not-for-profit), diabdikan untuk kepentingan dan pembangunan masyarakat, serta

terbuka untuk umum. Museum mengumpulkan, melestarikan, meneliti,

mengkomunikasikan, memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan

lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan

Berkaitan dengan visi dan misi diatas sudah jelaslah bahwa tujuan utama

didirikannya museum memang untuk fungsi pendidikan sehingga sebagai sebuah

lembaga swasta yang dibantu oleh pemerintah.

Page 32: BAB I Magang Agung

25

Gbr. 4. Struktur Pegawai Museum Radyapustaka Surakarta

Page 33: BAB I Magang Agung

26

3.1.5 Lokasi Museum Radyapustaka

Lokasi Museum Radyapustaka berada di Jalan Slamet Riyadi no 275 Kota

Surakarta. Berada di Kompleks Sriwedari yang berjajar dengan Dinas Pariwisata

sebelah belakang dan Taman Sriwedari di sebelah kiri. Melihat kondisi seperti ini

wajar apabila jumlah kunjungan ke museum Radyapustaka dapat ditingkatkan

dengan promosi bersama yang massif. Namun memang keterbatasan finansial

membuat pengelolaan terkesan “sukarela”.

Page 34: BAB I Magang Agung

27

3.2 Deskripsi Kegiatan

Kegiatan Praktek Kerja Nyata ini merupakan salah satu program yang

didesain untuk mahasiswa Ilmu Politik agar mengerti praktek teori-teori keilmuan

akademis yang selama ini diajarkan di bangku kuliah. Program kegiatan ini

didukung oleh prodi Ilmu Politik UB dengan pihak Museum Radya Pustaka dengan

harapan terjalin adanya kerjasama yang bersifat mutualisme.

Kegiatan yang dilakukan ketika Praktek kerja Magang ada dua kegiatan pokok

yaitu kegiatan Pengarsipan, Pengarah wisata (guide). Dalam pelaksanaannya

penulis dipandu oleh Mbak Yanti / Soemarni Wijayanti yang menjadi pembimbing

lapangan selama melakukan kegiatan.

PKN ini dilaksanakan di Museum Radya Pustaka yang beralamat di Jl. Slamer

Riyadi no 275 Solo. Betempat di lingkungan Taman Sriwedari membuat Museum

Radya Pustaka mempunyai tempat yang strategis dalam pengembangan promosi

wisatanya.

Ketertarikan penulis untuk mengambil tempat magang ini karena Museum

Radya Pustaka merupakan rujukan dari penulis Amerika, Nancy K. Florida yang

menulis suatu buku tentang kompilasi-kompilasi naskah Jawa Kuno, trutama

koleksi dari Surakarta dan Mangkunegaran. Di Radyapustaka sekalipun semua

naskahnya belum tertata secara tertib, Nancy mengakui bahwa koleksi yang berada

di Radyapustaka adalah koleksi yang tidak bisa dibilang main-main.

Page 35: BAB I Magang Agung

28

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis selama melakukan praktek kerja

nyata ialah melakukan pengidentifikasian naskah dan wawancara dengan petugas

museum terkait fungsi dan peran naskah koleksi Museum Radyapustaka di

tingkatan Kota Surakarta dan sekitarnya. Beberapa naskah seperti Babad Tanah

Jawi versi Kartosuro sedang dalam proses pemindaian. Proses pemindaian

dilakukan dengan hati-hati dan cermat mengingat naskah kuno rentan untuk sobek

dan rusak. Kondisi penyimpanan naskah kuno juga ditempatkan di ruang khusus

yang terpisah dari ruangan buku-buku baru. Ruangan untuk naskah terletak di

lorong antara ruang etnografi dan ruang depan.

Gbr. 6 Ruang Naskah Museum Radyapustaka

Page 36: BAB I Magang Agung

29

3.2.4 Tabulasi Agenda Hasil Kegiatan

Tabel 3.2.4.1

Agenda Kegiatan PKN

No Hari, tanggal

Waktu

Datang

(Pk)

Waktu

Pulang Kegiatan

1 Jum’at, 23 Januari 09.00 11.30 Perkenalan dan Pembekalan materi mengenai Museum

Radyapustaka

2 Sabtu, 24 Januari 09.00 14.00 Tour Setiap Ruangan Museum Radyapustaka Oleh

Pembimbing

3 Minggu, 25

Januari 09.00 14.00 Pembekalan materi dan pelatihan tour guide

4 Selasa, 27 Januari 09.00 14.30 Pembekalan materi kepustakaan perpustakaan Museum

Radyapustaka

5 Rabu, 28 Januari 09.00 13.30 Kerja bakti di ruangan ethnografi

6 Kamis, 29 Januari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku – buku

7 Jum’at, 30 Januari 09.00 15.00 Mengikuti kelas karawitan dan pengarsipan buku

8 Sabtu, 31 Januari 09.00 14.00 Mengikuti tour guiding terhadap anak-anak SDN II Boyolali

9 Minggu, 1 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku

Page 37: BAB I Magang Agung

30

Februari

*Disambung pada halaman berikutnya

No Hari, tanggal

Waktu

Datang

(Pk)

Waktu

Pulang Kegiatan

10 Selasa, 3 Februari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku

11 Rabu, 4 Februari 09.00 14.00 Pembekalan materi dan pelatihan katalog

12 Kamis, 5 Fabruari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

13 Jum’at, 6 Februari 09.00 15.00 Komputerisasi data-data buku dan mengikuti kelas karawitan

14 Sabtu, 7 Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

15 Minggu, 8

Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

16 Selasa, 10

Februari 09.00 14.00 Pelatihan dan bimbingan proses digitalisasi naskah kuno

17 Rabu, 11 Februari 09.00 14.00 Digitalisasi naskah kuno

18 Kamis, 12

Februari 09.00 14.00 Digitalisasi naskah kuno dan pendataan ulang buku-buku

19 Jum’at, 13 09.00 11.30 Digitalisasi naskah kuno dan pendataan ulang buku-buku

Page 38: BAB I Magang Agung

31

Februari

20 Sabtu, 14 Februari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku

21 Minggu, 15

Februari 09.00 14.00

Mengikuti acara festival jenang Solo (peringatan hari jadi

Kota Solo)

No Hari, tanggal

Waktu

Datang

(Pk)

Waktu

Pulang Kegiatan

22 Selasa, 17

Februari 09.00 14.00

Membantu proses pengatalogan buku koleksi Museum

Radyapustaka

23 Rabu, 18 Februari 09.00 14.00 Membantu proses pengatalogan buku koleksi Museum

Radyapustaka

24 Kamis, 19

Fabruari 09.00 14.00 Pelatihan dan bimbingan proses recoding buku-buku

25 Jum’at, 20

Februari 09.00 11.30

Menyaksikan pentas sastra dan monolog di halaman Museum

Radyapustaka

26 Sabtu, 21 Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

27 Minggu, 22

Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

16 Selasa, 23 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris

Page 39: BAB I Magang Agung

32

Februari sekaligus mohon pamit kepada seluruh pengelola museum,

terutama kepada pembimbing lapangan yakni, Soemarni

Wijayanti.

Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerha Nyata

Gbr. 7 Tampak Depan Museum Radyapustaka

Page 40: BAB I Magang Agung

33

Gbr. 8 alat digitalisasi naskah Kuno

Gbr. 9 Proses Digitalisasi Naskah Kuno

Page 41: BAB I Magang Agung

34

Gbr. 10 kegiatan Latihan gamelan bulanan di Museum Radyapustaka

Gbr. 11 Proses Pembersihan lemari Wayang

Page 42: BAB I Magang Agung

35

Gbr. 12 Latihan Teater dan Tari di Museum Radyapustaka

Page 43: BAB I Magang Agung

36

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Museum Radyapustaka sebagai Sarana Edukasi Kultural-Politik

Politik dalam pengertian lebih luas adalah suatu cara untuk mengatur hajat

hidup orang banyak. Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering

disamakan dengan istilah political sucialization. Istilah political sosialization jika

diartikan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi

politik.Oleh karena itu, dengan menggunakan istilah political sosialization banyak

yang mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik,

karena keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi

politik adalah pendidikan politik dalam arti sempit.

Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang

pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik.

Surbakti (1999:117) berpendapat bahwa:

Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi

politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan

penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan

mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari

berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai

politik.

Page 44: BAB I Magang Agung

37

Pendapat di atas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik

merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan

masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan

bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik

para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota

masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang

berlangsung dalam masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan

politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem

pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang -

dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang

terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat

pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya.

4.2 Fungsi Pendidikan Politik

Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik

yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara

maksimal dalam suatu sistem politik.

Page 45: BAB I Magang Agung

38

Merujuk pada beberapa pengertian pendidikan politik yang telah

disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama.

Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata

perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan setiap

individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi

pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan

masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan.

Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut

dan disosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk

menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat untuk

mengerti mengenai peranannya dalam sistem politik serta agar dapat memiliki

orientasi kepada sistem politik.

Merujuk dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa Museum juga

merupakan salah satu corong sosialisasi Politik. Namun politik yang diartikan

disini bisa juga diartikan sebagai “politik” kebudayaan dan politik adiluhung yang

selama ini telah kehilangan gaungnya karena banyaknya peminjaman

epistemologis-epistemologis barat yang tidak dibarengi dengan kedewasaan dan

kesiapan budaya untuk meneriman hasil dan produk dari Eropa pada zaman

Belanda dan segala produk budaya modernitas pada saat ini.

Page 46: BAB I Magang Agung

39

4.2 Peran Perpustakaan Museum Radyapustaka sebagai Rujukan Utama

Naskah Kuno

Nancy K. Florida adalah seorang Indonesianis asal Amerika Serikat.

Ketertarikannya terhadap budaya Jawa membuat ia pada tahun 1980 terbang ke

Jawa dan mempelajari Bahasa dan Sastra Jawa untuk dibuat sebagai buku. Salah

satu rujukan utama Nancy adalah Perpustakaan dan Ruang Manuskrip

Radyapustaka. Proyek ini memakan waktu yang lama. Atas saran dari Pengageng

Perpustakaan Reksa Pustaka Keraton Surakarta dan Ngarso Pustaka

mangkunegaran, Nancy mulai membuat microfilm dengan pengelola ketiga

perpustakaan tersebut.

Bila melihat kegigihan Nancy, nama Museum Radyapustaka memang

terkenal sebagai salah satu tempat rujukan utama untuk naskah kuno. Koleksi

salah satu versi Babad Tanah Jawa yang berasal dari Zaman Mataram Kartosuro

tersimpan dengan baik di Museum Radyapustaka.

Ruang Manuskrip yang terletak di sebelah kiri sebelum ruang etnografi

menyimpan sekitar 3000 lebih Naskah dan Manuskrip Kuno. Dalam proses

katalogisasi dan digitalisasi memang sangat membutuhkan tenaga yang

berkompeten dan paham tentang seluk beluk perawatan naskah kuno.

Page 47: BAB I Magang Agung

40

4.3. Peran Museum Radyapustaka dalam Pendidikan Budaya di Kota Solo

Membahas peran museum Radyapustaka di regional Kota Solo tentunya

Tidak lepas dari peran lembaga kebudayaan dan Lembaga pendidikan di Kota

Solo. Dalam event tahunan pameran naskah kuno di Solo pada kegiatan Eksibisi

nasksh kuno Nasional pada tahun 2007. Hal ini dilakukan dengan kerjasama

antara Pemkot Solo, Museum Nasional Indonesia, Jaringan Museum Nasional

Indonesia, Lembaga kesenian dan kebudayaan se-Solo Raya dan Museum

Radyapustaka sendiri.

Pada event ini, Museum Radyapustaka menjadi tuan rumah pameran

naskah klasik yang tidak kurang dari 5400 naskah klasik Jawa dan lainnya untuk

dipamerkan secara umum kepada masyarakat luas. Secara langsug acara ini juga

bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas agar

masyarakat sadara bahwa peninggalan naskah kuno adalah peninggalan yang akan

dapat dipelajari kelak sebagai identitas lokal dan identitas nasional.

4.4 Peremajaan dan Katalogisasi Koleksi Museum Radyapustaka

Peremajaan adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada

suatu tindakan preventif atau pencegahan terhadap suatu benda yang terancam

rusak karena faktor usia. Istilah ini sama dengan istilah rekondisi baik dalam

ukuran bentuk maupun sistemnnya. Melihat kepada koleksi Perpustakaan

Museum Radyapustaka ada beberapa buku yang sudah berusia lanjut dan dimakan

Page 48: BAB I Magang Agung

41

rayap pada tepian-tepian bukunya. Hal ini merupakan ancaman natural bagi

keberlangsungan buku tersebut.

Martoadmodjo (1993:5) menjelaskan bahwa perawatan adalah usaha untuk

mencegah kerusakan yang lebih parah untuk bisa digunakan lebih tahan lama dan

tingkat keawetannya meningkat. Buku tua yang sudah dimakan rayap tentunya

tidak akan layak untuk dibaca sehingga fungsi peremajaan dan perawatan menjadi

sangat urgen.

Disini timbul sebuah permasalahan, bagaimanakan cara peremajaan dan

perawatan koleksi museum yang baik dan benar karena teknik penanganan benda

yang sudah tua tentunya tidak sama dengan sekedar menjadi pustakawan yang

koleksinya masih berusia muda sehingga cukup mudah. Apalagi koleksi pustaka

yang kompleks seperti surat kabar, bulletin, poster, peta, fotografi dan bentuk-

bentuk koleksi multimedia seperti CD, Piringan Hitam.

Tujuan dari adanya kegiatan peremajaan dan perawatan adalah untuk

menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam suatu koleksi,

menyelamatkan nilai fisik dan mempercepat perolehan informasi yang tersimpan

dalam bentuk disk (flasdisk, harddisk, CD, DVD) agar mudah digandakan dan di-

backup untuk sewaktu-waktu data primer hilang maka masih dimungkinkan

mempunyai data Salinan sehingga data akan aman dan dapat diakses sesuai

kebutuhan.

Page 49: BAB I Magang Agung

42

4.5 Re-Katalogisasi Koleksi Museum Radyapustaka

Setelah pemugaran dan perbaikan ulang bangunan Museum Radyapustaka

pada Januari 2014, semua koleksi museum baik yang berupa senjata, alat music,

wayang, pustaka dan manuskrip dipindahkan total ke ruang belakang untuk

diamankan sementara. Proses ini memakan waktu sekitar 3 bulan lamanya

sehingga arsip dan katalog lama disusun ulang untuk memudahkan pencarian

pengunjung yang berkepentingan.

Koleksi buku misalnya, ada perubahan-perubahan kode yang semula

menggunakan kode lama kemudian berganti menjadi kode baru. Penyusunan kode

baru ini berdasarkan tahun terbit dan jenis buku. Dibawah ini kategori buku-buku

yang disusun ulang katalognya ketika penulis masih menjalankan PKN di

Museum Radyapustaka.

4.6. Sistematika Alur Prosedur peremajaan

Sebelum menghasilkan kode setiap buku, tentu terdapat alur teknis

peremajaan yang harus dilakukan secara berurutan untuk menghindari

tercampurnya antar koleksi. Hal ini dilakukan agar pengunjung mendapatkan

kemudahan untuk melihat-lihat perpustakaan dengan fasilitas katalog. Klasifikasi

buku berdasarkan tahun terbit, jenis kertas, Bahasa, konten dan bentuk jenis buku

Page 50: BAB I Magang Agung

43

tersebut. Berbeda dengan peremajaan, digitalisasi digunakan untuk naskah dan

manuskrip yang sudah lanjut usia sehingga proses digitalisasi dan peremajan

menjadi berbeda.

Operasional dalam menjalankan peremajaan diperlukan sebagai standar

operasional. Standar tersebut ditetapkan untuk acuan kualitas. Dibawah ini adalah

alur bagan peremajaan koleksi :

Page 51: BAB I Magang Agung

44

1. Penyampulan

Dalam proses ini, buku-buku disampul agar mempercantik tampilannya.

Selain hal itu, penyampulan juga berfungsi sebagai pelindung buku agar terhindar

dan tercegah dari kerusakan. Berikut hasil dokumentasi penulis terkait kegiatan

penyampulan ini. Di gambar tersebut tertumpuk kumpulan buku yang usai

disampul

2. Recoding

Recoding merupakan pengkodean ulang terhadap kode-kode koleksi yang

sudah lama. Setiap buku akan dilabeli kode-kode tertentu sesuai susunan yang

baru. Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah pencarian dan penataan

koleksi berdasarkan kode. Selain berguna untuk pengunjung museum, recoding

juga berguna untuk pengurus Museum.

Pada tahapan ini, sebenarnya sebagian buku yang terinvetaris sebelum

tahun 2011 telah terkode setiap bukunya. Namun yang menjadi kendala ialah

kode-kode tersebut tidak terspesifik secara detail, sehingga ini menyulitkan

pengunjung berserta pengurus museum pula. Berikut contoh perbedaan kode buku

terdahulu dengan yang sekarang:

Dengan iustrasi diatas, patut dipahamibahwa usaha recoding diperlukan

untuk penyusunan ulang karena indikator-indikator yang lama sudah usang.

Page 52: BAB I Magang Agung

45

Namun untuk recoding sekarang telah memiliki cukup indikator yang dapat

membedakan antar koleksi buku dengan buku lainnya.

3. Inventaris data buku

Inventaris data buku adalah pembuatan atau pencatatan data-data koleksi

buku yang dimiiki museum Radyapustaka (data entry). Inventarisasi ini berguna

sebagai dasar pembuatan katalog beserta sistem pencarian buku berbasis

teknologi. Proses inventarisasi ini dilakukan baik secara manual yaitu melalui

pancatatan data di buku invent dan melalui proses komputerisasi. Perlu diketahui

bahwa buku invent merupakan kumpulan data-data koleksi milik Museum

Radyapustaka.

Pendataan buku merupakan sesuatu yang sangat wajar dalam ranah

kepustakaan. Tahapan ini akan menjadi dasar dari segala kegiatan kepustakaan

karena data merupakan sesuatu yang perlu disimpan sebagai bukti otentik suatu

kepemilikan. Berikut beberapa contoh buku yang telah terinventarisasi di Museum

Radyapustaka :

Kategori Fotocopy : Dalam kategori ini, kebanyakan dan hampir semua

buku adalah hasil fotocopy. Bentuk rupa buku pada kategori ini pun cenderung kusut

dan lapuk karena faktor usia, maka dari itu salah satu caranya ialah dengan

merekondisi kembali melalui cara fotocopy . Hampir keseluruhan koleksi pada

kategoi ini memuat bahasan budaya, sejarah dan adat istiadat suatu daerah.

Page 53: BAB I Magang Agung

46

Diantaranya seperti Serat Kalatidha tulisan Ronggowarsito, serat Centhini jilid 1 – 14

dan sejenisnya. Selain itu, aksara beserta bahasa asing yakni Belanda, Inggris serta

Jawa. Penggunaan aksara ada juga yang menggunakan aksara Jawa dan Kawi. (Kode

: [nomer buku]/FTCopy/RP/2010)

Kategori Baru : Jika terdapat sesuatu yang lama, maka terdapat sesuatu

yang baru pula . pada kategori ini memang buku-buku baru hasil hibah yang baru

saja didata. Jenis buku dalam kategori rata-rata terbitan tahun 2000-an dan

seterusnya. Kondisi buku-bukunya pun masih tergolong bagus. (Kode : [nomer

buku]/BR/RP/2010)

Kategori Lama : Pada umumnya, buku koleksi di Museum Radyapustaka

merupakan buku-buku lama. Tetapi dalam kategori ini, koleksi buku lebih cenderung

menyentuh soal buku-buku sejarah nasional Indonesia. Rata-rata buku pada kategori

lama merupakan terbitan sekitaran awal abad 20-an hingga tahun 1970. (Kode :

[nomer buku]/LM/RP/2010)

Kategori Majalah : Majalah-majalah dari tahun ketahun terkumpul pada

kategori ini. Umumnya majalah yang terkumpul merupakan kumpulan jurnal seputar

sejarah dan museum. (Kode : [nomer buku]/MJLH/RP/2010)

Kategori buletin : Sama seperti pada majalah, kategori buletin merupakan

kumpulan koleksi buletin. Namun bedanya buletin dengan majalah ialah konten

beserta bahasanya. Di kategori ini, biasanya tersimpan dan terkumpul buletin kiriman

dari instansi-instansi pemerintahan, asosiasi museum dan semacamnya. Hal tersebut

juga termasuk perbedaan antara kategori majalah dengan buletin. . (Kode : [nomer

buku]/BLTN/RP/2010)

Page 54: BAB I Magang Agung

47

Kategori Sastra Daerah : Di kategori ini terkumpul macam sastra

beberapa daerah seperti Jawa, Sunda, Melayu, Bali dan lain-lain. Selain itu juga,

kumpulan cerita rakyat pun ada beserta bermacam-macam babad dari berbagai

daerah. (Kode : [nomer buku]/SASDA/RP/2010)

Kategori Budaya : Pada kategori ini, selain menyimpan berbagaii macam

hasil karya sastra, ada pula kumpulan buku studi antropologi dan kajian terkait

budaya, cultural studies, dan sosiologi. (Kode : [nomer buku]/BUD/RP/2010)

Kategori Indonesia : Pada kategori Indonesia tidak ada yang khusus

karena kategori ini dibedakan berdasarkan bahasanya dengan buku-buku dan koleksi

yang berbahasa Jawa. Pemberian label kategori beserta kode buku-bukunya pun

merupakan recoding pertama dari setiap kategori terhitung sejak tahun 2010. Pada

kategori Jawa pun demikian, karena hal tersebut merupakan penanda antara bahasa

Jawa dengan bahasa Indonesia. Namun buku-buku yang telah dilabeli kategori-

kategori saat ini adalah bentuk revisi dan klasifikasi sebelumnya. (Kode : [nomer

buku]/INDO/RP/2010)

Kategori Kamus : Seperti namanya, jadi dalam kategori ini berbagai

macam kamus tersedia. Beberapa koleksi diantaranya seperti kamus Jawa –

Indonesia – Inggris dan bahkan kamus Kawi- Belanda Kawi-Jawa pun ada. (Kode :

[nomer buku]/KMS/RP/2010)

Kategori Naskah Belanda*

Kategori Naskah Inggris*

Kategori Naskah Kuno Jawa**

*Buku yang belum diperbaharui kodenya

Page 55: BAB I Magang Agung

48

**Kategori Naskah Jawa Kuno di ruangan khusus yakni ruangan Manuskrip

dan Naskah

4.2 Digitalisasi Naskah Kuno

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sudah sangat cepat. Kondisi

ini mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk didalamnya adalah

perpustakaan. Produk teknologi informasi berupa perangkat keras sudah

dimanfaatkan sebagai perpustakan mulai dari alat bantu administrasi sampai

sarana membangun perpustakaan digital. Fungsi dari digitalisasi adalah

pembuatan arsip dan salinan dari data primer yang berbentuk naskah, patung, dan

peninggalah-peninggalan lainnya. Tujuanny adalah untuk mengakses naskah

tersebut tanpa membuka naskah aslinya sehingga naskah aslinya tetap terjaga.

Digitalisasi adalah suatu bentuk peremajaan arsip secara digital (e-paper).

Dalam kegiatan ini, upaya digitalisasi hanya diperkenankan untuk arsip dan

naskah-naskah kuno. Digitalisasi dapat berbentuk visual, audio dalam formt

digital. Proses ini memerlukan alat pemindaian seperti komputer, scanner, kamera

dan software pendukung.

Digitalisasi berarti proses untuk menjadikan sesuatu benda atau barang

menjadi mampu terbaca secara audio visual. Apapun barang itu entah gambar,

suara dan video. Urgensi digitalisasi bagi Museum Radyapustaka adalah untuk

Page 56: BAB I Magang Agung

49

mencegah kerusakan yang lebih parah khususnya bagi koleksi naskah-naskah

Kuno yang sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Selain untuk keperluan akademis

dan penelitian, digitalisasi sangat penting untuk menyimpan data dalam ukuran

yang sangat portable.

Page 57: BAB I Magang Agung

50

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil kegiatan Praktek Kerja Nyata di museum

Radyapustaka Kota Surakarta, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Museum Radyapustaka tidak hanya memamerkan sejarah kepada

pengunjung museum namun juga menyajikan rentetan proses historis

untuk menyampaikan keterkaitan koleksi demi koleksi

2. Museum Radyapustaka disamping berfungsi sebagai tempat rekreasi juga

berfungsi sebagai tempat edukasi. Adanya perpustakaan Museum juga

turut mendukung perkembangan pengetahuan kebudayaan Jawa.

3. Pendidikan kebudayaan erat kaitannya dengan kepribadian masyarakat.

Masyarakat Solo terkenal dengan slogan “The Spirit of Java”. Slogan ini

kemudian diterapkan dalam perilaku politik yang berakar kepada budaya

Jawa yang santun.

4. Pendidikan Kebudayaan berhubungan dengan mentalitas politik

birokratnya. Pendidikan politik tidak selallu berhubungan dengan

lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi.

5. Sebagai museum tertua di Indonesia, Museum Radyapustaka memiliki

koleksi naskah, pusaka, benda-benda peninggalan purbakala yang tidak

ternilai harganya.

Page 58: BAB I Magang Agung

51

5.2 Saran

Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Nyata di Museum

Radyapustaka penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat menjadi

bahan pertimbangan dan evaluasi Pengelola untuk meningkatkan kinerjanya.

Saran tersebut antara lain sebagai berikut :

Menambah Sumber Daya Manusia yang berkualitas agar tercapai kinerja

maksimal sehingga semua kegiatan bisa dilaksanakan secara maksimal.

Dibutuhkan pengkajian intensif tentang prospek Museum Radyapustaka ke

depan agar pengelolaan lebih professional

Perlunya peningkatan pelayanan terhadap pengunjung

Pembaharuan dan Pemeliharaan data dan informasi pada Website

Museum Radyapustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: BAB I Magang Agung

52

Buku

Sunarti, Sri & Suhardi , Sosiologi 2 (untuk SMA/MA kelas XI), Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009

William W. Lambert dan Wallace E. Lambert: Sociale Psychologie, Prisma:

Boeken Utrecht-Antwerpen, 1965.

Dahrendorf, Ralf.”The modern social conflict: an essay on the politics of liberty”.

University of California Press, 1990.

Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, PT Gramedia, Jakarta, 1983.

Soerjono Soekanto, SOSIOLOGI: Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 1982

Robin Williams Jr., American Society, New York: A. Fred A. Knopf 1960

Internet

Anonim, http://id.wikipedia.org/wiki/Keamananan (diakses tanggal 28 September

2014)

http://www.aktual.co/sosial/165745dprd-malang-tanggapi- kebijakan- jalan- buka-

tutup one-way diakses tanggal 28 September 2014)

http://regional.kompas.com/read/2014/10/16/1144434571/Ribuan.Warga.Berdemo.

Lagi.Wali.Kota Malang.Dapat.Hadiah.Bom. (diakses tanggal 28

September 2014)

Dheephoer. 2012. Pemerintahan Malang Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik.

Web: http://blog.ub.ac.id/dheephoer/pemerintahan-malang/badan-dan-

kantor/bakesbangpol/ (diakses tanggal 1 juni 2014)

Page 60: BAB I Magang Agung

53

Enitas. 2012. Kasus Pegawai Bakesbang. Web: http://www.entitashukum.com/staf

dinas-bakesbangpol-kota-malang-memalsukan-sk-walikota-untuk-garong-

pinjaman-bank/ (diakses tanggal 1 juni 2014)

Dokumen Perundang-undangan

Peraturan Daerah Kota Malang No. 7 Tahun 2012 Organisasi dan Tata Kerja

Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu, Badan Kepegawaian Daerah dan Lembaga Teknis

Daer