Upload
wahyu-agung-wibowo
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB I LP
Citation preview
BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong.
2003: 595)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616)
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998:
1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor
ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru
ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra,
mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari
50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker
berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang
lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar
ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker
yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal
osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke
paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau
mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering
terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2
sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin
terjadi, tetapi langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak
yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini
tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat
memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa
osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osteokondroma, tidak
akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan
nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya,
dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren
atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsy untuk menentukan
apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan
nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari
pengangkatan melalui pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan,
tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada
usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor
ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya
adalah pengangkatan melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan
nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin
dosis rendah. Kadang otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini
akan membaik setelah tumor diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak
radioaktif bias membantu menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut.
Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan
tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang khusus.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk
mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan,
untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya.
Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor
dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan
cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.
Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu
segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali setelah
pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.
C. Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki
yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam
terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang
lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik
dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif
didalam tulang, Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang
mengandung radioaktif thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya
osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa
kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah
menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan
osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit
Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses
dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi
konstitusional mutasi genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi
dikaitkan dengan risiko tinggi terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni
Sindrom (mutasi germline), dan Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang
terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit,
hypogonadism, dan katarak).
D. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.
Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :
1. Ujung distal tulang femur.
2. Ujung proximal tibial.
3. Ujung proximal humerus.
4. Ujung proximal femur.
5. Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.
E. Manifestasi Klinis
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi
tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu.
Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak
dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit
yang berlebihan dapat membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi
perhatian khusus. Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak
lengan atau kaki, karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan
untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja
anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada rata-
rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah
mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk
osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang
berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2 tahun) dan
Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi
lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi
untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat
aktifitas adan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma,
meskipun peran trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat
jarang terjadi, terkecuali pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi
fraktur patologis. Nyeri pada ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat
pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala
sistemik, seperti demam atau keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada
paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya menandakan
keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1. Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan
hangat pada palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.
Pada inspeksi dapat terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.
2. Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada
pemeriksaan fisik.
3. Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang
terjadi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum
pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase
(LDH) dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP
pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai
metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan
nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a. LDH
b. ALP (kepentingan prognostik)
c. Hitung darah lengkap
d. Hitung trombosit
e. Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), bilirubin, dan albumin.
f. Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,
phosphorus.
g. Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
h. Urinalisis
2. Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi. Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk
menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak
sekitarnya. CT kurang sensitf bila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal
dari tumor namun dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru.
Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada
tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan
bone scan.
3. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih
jauh yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan
menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya
berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten
dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang
kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan
batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat sebagai
massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit
dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi
osteoid yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal
seringkali terdapat ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum
perubahan dapat muncul, termasuk Codman triangles dan multilaminated,
spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya mengindikasikan proses yang
agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara umum menunjukkan gambaran litik,
dengan reaksi periosteal dan massa jaringan lunak. Ketika batas tumor berbatas
tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone cyst. Osteosarkoma Small-
cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma konvensional, yang mempunyai
gambaran campuran antara litik dan sklerotik. Osteosarkoma intraosseous low-
grade dapat berupa litik, sklerotik atau campuran; seringkali mempunyai
gambaran jinak dengan batas tegas dan tidak adanya perubahan periosteal dan
massa jaringan lunak. Gnathic tumor dapat berupa litik, sklerotik atau campuran
dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan ekstensi pada jaringan
lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran radiolusen dan
geographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.
Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang
luas dengan berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang.
Osteosarkoma parosteal secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang
muncul dari area tulang yang luas. Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma
parosteal tidak melibatkan kavitas medulla tulang.
4. CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan,
terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di
mandibula dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang
berhubungan dengan osteosarkoma sekunder). Gambaran cross-sectional
memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan matriks
mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT
terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit
untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang
panjang, namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk menentukan
metastasis pada paru. CT sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma
varian. Pada osteosarkoma telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan
jika digunakan bersama kontras dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal
bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka akan terlihat peningkatan
gambaran nodular disekitar ruang kistik.
5. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor
karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan
lunak. MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan
stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen
pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan
antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan hal yang penting.
Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian dari
kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur
yang penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal tulang yang
mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan adanya skip metastase. Keterlibatan
epifisis oleh tumor telah diketahui sering terjadi daripada yang diperkirakan, dan
sulit terlihat dengan gambaran foto polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa
ketika terlihat intensitas sinyal yang sama dengan tumor yang terlihat di metafisis
yang berhubungan dengan destruksi fokal dari lempeng pertumbuhan. Skip
metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang secara anatomis terpisah
dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit sekunder
pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan
skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan
interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor
ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan
tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk
menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang
terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat
menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.
6. Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi.
Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara
lokal, karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan
metal. Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada
jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen
intermedula dari lesi.
7. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop
pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate
(MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal.
skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling
konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun
tidak spesifik.
8. STADIUM
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk
bermetastase ke kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan
sistem stadium berdasarkan derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada
tidaknya metastase. Sistem ini dapat digunakan pada semua tumor
muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem
stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi
dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara
periosteum. Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika
osteosarkoma telah menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi
IIB. Untuk kepentingan secara praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu
pasien tanpa metastase (localized osteosarkoma) dan pasien dengan metastse
(metastatic osteosarkoma).
G. Penatalaksanaan
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar
manajemen. Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi
tidak mempunyai peranan dalam manajemen rutin.
1. Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani
secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat
mengontrol tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita
rekurensi tumor yang biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi
mengindikasikan bahwa pada saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase.
Oleh karena hal tersebut maka penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting
pada penanganan pasien dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa
adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor
primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat
tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah
mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa. Obat yang
efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi
dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah
dilakukan pembedahan tumor.
2. Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan
jika memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang
diperlukan tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien
secara individual. Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh
kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil
dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan
dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival
rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal
amputasi. Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat
mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat
dilakukan pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb
salvage dapat dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan
pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas
dapat ditangani dengan pembedahan limb salvage dan tidak membutuhkan
amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan rekonstruksi limb-salvage
yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual, sebagai berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi.
Penolakan tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada
pasien yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai
pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan,
terutama selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien
remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang
besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
e. Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat
disembuhkan secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau
pneumonectomy biasanya diperlukan untuk mendapatkan batas bebas tumor.
Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan pembedahan tumor
primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median
sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakan lateral
thoracotomy. Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan bilateral
thoracotomies untuk metastase yang bilateral (masing-masing dilakukan
terpisah selama beberapa minggu).