31
BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian dapat merumuskan Standar Teknis Penugasan, singkat STP, untuk Audit Tujuan Tertentu. STP Audit Tujuan Tertentu ini merupakan persyaratan teknis penugasan yang dioperasionalkan dari Standar Audit Intern Pemerintah, khususnya untuk Audit Tujuan Tertentu. Untuk kemudahan komunikasi, Kode Identifikasi, STP Audit Tujuan Tertentu ini adalah STP-115. 115.02. Sebagai audit yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja, Audit Tujuan Tertentu merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis bukti secara sistematis yang bertujuan memberikan jawaban atas laporan dugaan penyimpangan dari laporan reguler, laporan masyarakat atau permintaan pimpinan Kementerian atau Lembaga Negara Non Kementerian, atau disingkat K/L. Laporan Reguler mencakup laporan hasil pengawasan intern lainnya berupa laporan hasil audit, laporan hasil reviu, laporan hasil evaluasi, laporan hasil pemantauan, dan laporan hasil pengawalan. Untuk mendukung proses tersebut, auditor perlu dilengkapi dengan pedoman teknis tentang Audit Tujuan Tertentu agar auditor dapat melaksanakan tugas sesuai rencana hari penugasan. Bab I menguraikan peran dan tujuan Audit Tujuan Tertentu, tujuan penyusunan pedoman teknis, pemanfaatan dan pengguna pedoman teknis, metodologi, ruang lingkup dan sistematika pedoman teknis Audit Tujuan Tertentu Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian agar auditor dapat menyusun langkah kerja, mereviu kertas kerja dan mengevaluasi Temuan Hasil Audit. A. Peran dan Tujuan Audit Tujuan Tertentu Peran ATT 115.03. Audit Tujuan Tertentu, atau disingkat ATT berperan untuk memberikan simpulan (assurance) bahwa dugaan penyimpangan atau fraud yang dilaporkan pada laporan reguler, laporan masyarakat dan permintaan pimpinan K/L, benar terbukti atau tidak terbukti dilakukan oleh seorang Aparatur Sipil Negara atau ASN atau pihak lain. Tujuan dan Output ATT: 115.04. Audit Tujuan Tertentu dirancang untuk menghasilkan rekomendasi tentang penyetoran ke kas negara dan/atau pengenaan sanksi administratif dan/atau rekomendasi tentang penugasan audit investigatif jika audit tujuan tertentu mengindikasikan adanya tindak pidana korupsi dan fraud lainnya yang lebih besar dari laporan masyarakat atau dari permintaan pimpinan K/L. Rekomendasi tersebut dicapai melalui pengujian secara sistematis, terorganisir, obyektif dan prudent atas kejadian penyimpangan, motif dan akibat spesifik penyimpangan, dan jenis sanksi yang direkomendasikan untuk diterapkan kepada ASN atau entitas lain yang terkait. 115.05. Secara spesifik, output substantif ATT paling tidak terdiri dari lima unsur yaitu (a) proses kejadian penyimpangan, (b) penyebab atau motif pelaku dalam melakukan penyimpangan; (c) akibat spesifik

BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

BAB I

LATAR BELAKANG

AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115

115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian dapat merumuskan Standar Teknis Penugasan, singkat STP, untuk Audit Tujuan Tertentu. STP Audit Tujuan Tertentu ini merupakan persyaratan teknis penugasan yang dioperasionalkan dari Standar Audit Intern Pemerintah, khususnya untuk Audit Tujuan Tertentu. Untuk kemudahan komunikasi, Kode Identifikasi, STP Audit Tujuan Tertentu ini adalah STP-115.

115.02. Sebagai audit yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja, Audit Tujuan Tertentu merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis bukti secara sistematis yang bertujuan memberikan jawaban atas laporan dugaan penyimpangan dari laporan reguler, laporan masyarakat atau permintaan pimpinan Kementerian atau Lembaga Negara Non Kementerian, atau disingkat K/L. Laporan Reguler mencakup laporan hasil pengawasan intern lainnya berupa laporan hasil audit, laporan hasil reviu, laporan hasil evaluasi, laporan hasil pemantauan, dan laporan hasil pengawalan. Untuk mendukung proses tersebut, auditor perlu dilengkapi dengan pedoman teknis tentang Audit Tujuan Tertentu agar auditor dapat melaksanakan tugas sesuai rencana hari penugasan. Bab I menguraikan peran dan tujuan Audit Tujuan Tertentu, tujuan penyusunan pedoman teknis, pemanfaatan dan pengguna pedoman teknis, metodologi, ruang lingkup dan sistematika pedoman teknis Audit Tujuan Tertentu Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian agar auditor dapat menyusun langkah kerja, mereviu kertas kerja dan mengevaluasi Temuan Hasil Audit.

A. Peran dan Tujuan Audit Tujuan Tertentu

Peran ATT 115.03. Audit Tujuan Tertentu, atau disingkat ATT berperan untuk memberikan simpulan (assurance) bahwa dugaan penyimpangan atau fraud yang dilaporkan pada laporan reguler, laporan masyarakat dan permintaan pimpinan K/L, benar terbukti atau tidak terbukti dilakukan oleh seorang Aparatur Sipil Negara atau ASN atau pihak lain.

Tujuan dan Output

ATT:

115.04. Audit Tujuan Tertentu dirancang untuk menghasilkan rekomendasi tentang penyetoran ke kas negara dan/atau pengenaan sanksi administratif dan/atau rekomendasi tentang penugasan audit investigatif jika audit tujuan tertentu mengindikasikan adanya tindak pidana korupsi dan fraud lainnya yang lebih besar dari laporan masyarakat atau dari permintaan pimpinan K/L. Rekomendasi tersebut dicapai melalui pengujian secara sistematis, terorganisir, obyektif dan prudent atas kejadian penyimpangan, motif dan akibat spesifik penyimpangan, dan jenis sanksi yang direkomendasikan untuk diterapkan kepada ASN atau entitas lain yang terkait.

115.05. Secara spesifik, output substantif ATT paling tidak terdiri dari lima unsur yaitu (a) proses kejadian penyimpangan, (b) penyebab atau motif pelaku dalam melakukan penyimpangan; (c) akibat spesifik

Page 2: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

penyimpangan pada lingkup unit organisasi, K/L, atau negara, (d) peraturan spesifik yang dilanggar, (e) ancaman sanksi administratif dan aturan spesifik yang menjadi dasar pengenaan sanksi administratif, termasuk rekomendasi penyetoran ke kas negara, jika ada. Output substantif ini dituangkan dalam Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu dengan format yang berkesesuaian dengan simpulan terbukti atau tidak terbukti.

115.06. Secara umum, output ATT dibatasi sebagaimana output dalam paragraf 115-1.5. Namun, dalam hal khusus, atas permintaan pimpinan K/L Audit Tujuan Tertentu dapat saja diarahkan untuk memberikan rekomendasi yang konstruktif dan konkrit serta berorientasi pada penyelesaian masalah serta perbaikan atau penyempurnaan program, kegiatan, dan pelayanan.

B. Tujuan Standar Teknis Penugasan

115.07. Standar Teknis Penugasan Audit Tujuan Tertentu bertujuan agar pelaksanaan Audit Tujuan Tertentu lebih efektif dan efisien, sehingga Tim Audit yang melaksanakan tugas Audit Tujuan Tertentu dapat menghasilkan laporan hasil audit yang memenuhi kualitas minimum.

C. Pemanfaatan dan Pengguna Standar Teknis Penugasan

Pemanfaatan STP-

115 ATT

115.08. Standar Teknis Penugasan Audit Tujuan Tertentu (STP-115) ini dirancang sebagai panduan Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan ATT yang dilaksanakan di unit organisasi atau satker di lingkungan Kementerian Pertanian.

Pengguna STP-115

ATT

115.09. Standar Teknis Penugasan ini digunakan oleh Auditor mulai dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim sampai dengan Anggota Tim sebagai acuan dalam melaksanakan teknis audit dan Inspektur sebagai acuan dalam mengendalikan pelaksanaan Audit Tujuan Tertentu.

D. Metodologi Audit Tujuan Tertentu

Kewajibab Memilih

Metode Audit

115.10. Auditor harus memilih metode audit yang akan diterapkan untuk mengembangkan Petunjuk Pelaksanaan Audit dan Program Kerja Audit Tujuan Tertentu serta alasan pemilihan metode audit dalam merencanakan Audit Tujuan Tertentu.

Metode Audit

Tujuan Tertentu

115.11. Metodologi Audit Tujuan Tertentu yang sering digunakan adalah Metode Investigatif. Dalam hal ini tim melakukan kajian spesifik tentang aduan penyimpangan. Kajian penyimpangan dituangkan dalam rumusan penyimpangan dan paling tidak satu pasal aturan yang dilanggar sebagai hipotesa penyimpangan atau fraud yang dalam audit reguler dikenal sebagai Tentative Audit Objective (TAO). Hipotesa penyimpangan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan langkah kerja audit untuk mendapatkan fakta-fakta audit yang mendukung unsur-unsur dari output ATT di paragaraf 115-1.5. Penyusunan langkah kerja audit disupervisi secara berjenjang oleh

Page 3: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

Pengendali Teknis (Dalnis) dan Pengendali Mutu (Daltu) serta Inspektur sebagai penanggung jawab pengawasan.

115.12. Fakta ATT dikonfirmasikan dengan pihak auditi dan dituangkan dalam Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK) sebagai dokumen tidak terpisahkan dari laporan hasil audit.

E. Ruang Lingkup Audit Tujuan Tertentu

115.13. Ruang Standar Teknis Penugasan Audit Tujuan Tertentu meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut hasil audit tujuan tertentu.

F. Beberapa Definisi dan Pengertian

115.14. Dalam Standar Teknis Penugasan ini diuraikan batasan, definisi atau pengertian teknis beberapa istilah yang sering ditemui dalam pelaksanaan Audit Tujuan Tertentu

Keuangan Negara 115.15. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut

Pengelolaan

Keuangan Negara

115.16. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban

Pengelolaan

Keuangan Negara

115.17. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Audit 115.18. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

Audit Tujuan

Tertentu

115.19. Audit Tujuan Tertentu merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis bukti secara sistematis yang bertujuan memberikan jawaban atas laporan dugaan penyimpangan dari laporan reguler, laporan masyarakat atau permintaan pimpinan Kementerian atau Lembaga Negara Non Kementerian, atau disingkat K/L.

APIP 115.20. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya

Page 4: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

Akuntabilitas 115.21. Akuntabilitas adalah wujud pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara mulai dari tingkat kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, efektivitas dari program tersebut.

Korupsi 115.22. Korupsi adalah sesuai dengan UU Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001

Kerugian Negara 115.23. Kerugian Keuangan Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai

Audit Investigatif 115.24. Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadinya tindak pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang dan/atau fraud lainnya sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam Surat Tugas atau kontrak kinerja.

115.25. Output dari audit investigatif dapat berupa simpulan tentang a) Jumlah kerugian negara, b) Identifikasi pelanggaran hukum/peraturan, c) Modus operandi tindakan pelanggaran hukum/peraturan, d) Identifikasi pelaku pelanggar hukum/peraturan, e) Identifikasi sanksi administrasi, dan f) Pelimpahan ke aparat penegak hukum (APH) untuk sanksi pidana.

Auditi 115.26. Auditi adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh APIP.

Instansi

Pemerintah

115.27. Instansi pemerintah adalah unsur penyelenggara pemerintahan pusat atau unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

Satker 115.28. Satker atau satuan kerja adalah unit organisasi di Kementerian yang mengelola suatu anggaran Kementerian Pertanian dalam suatu tahun tertentu

Konfirmasi 115.29. Konfirmasi adalah proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan mengenai data atau informasi yang telah tersedia guna meyakinkan kebenaran atau validitasnya.

Klarifikasi 115.30. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan yang memberikan penjelasan mengenai suatu hal kepada pihak yang kompeten untuk memberi penjelasan (permasalahan yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada sumber pengaduan dan atau pihak lain termasuk instansi terkait)

Pelapor 115.31. Pelapor adalah individu atau kelompok masyarakat yang menyampaikan pengaduan kepada instansi pemerintah tertentu

Page 5: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

Terlapor 115.32. Terlapor adalah aparatur negara atau pihak lain termasuk lembaga tertentu di luar pemerintah, yang diduga melakukan penyimpangan atau pelanggaran.

G. Sistematika Pedoman Teknis Audit Tujuan Tertentu

Enam Bab

Pedoman Teknis

APBJ

115.33. Pedoman Teknis Audit Tujuan Tertentu ini terdiri dari 4 (empat) Bab, yaitu Bab I Latar Belakang Audit Tujuan Tertentu dilanjutkan dengan Bab II Perencanaan Audit Tujuan Tertentu yang berisi pemastian adanya bukti permulaan sebagai dasar ATT. Berdasarkan bukti awal ini kemudian bab ini membuat tahap-tahap perencanaan mulai dari perumusan secara spesifik tujuan dan output ATT, penentuan tim ATT dan perumusan program audit atau langkah-langkah kerja untuk mencapai output ATT.

115.34. Bab III Pengumpulan Bukti Audit Tujuan Tertentu. Bab ini dimulai dari pengarahan kepada penanggung jawab atau atasan langsung ASN untuk memudahkan langkah-langkah pengumpulan bukti dan fakta audit, evaluasi bukti, penyusunan Fakta Hasil Audit, supervisi dan rencana pembicaraan akhir, termasuk pewajiban tim memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan Kertas Kerja Audit (KKA).

115.35. Bab IV berjudul Penyusunan Laporan Audit Tujuan Tertentu. Bab ini menguraikan Jenis Pelaporan Hasil Audit Tujuan yang banyak tergantung pada konten atau isi tentang terbukti tidaknya dugaan penyimpangan atau pada kandungan tindak pidana korupsi (tipikor) dalam hasil ATT. Dalam bab ini juga diatur waktu penyusunan laporan serta distribusi Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu, pemantauan tindak lanjut, pertanggungjawaban anggaran dan sumber daya manusia.

Page 6: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

BAB II

PERENCANAAN AUDIT TUJUAN TERTENTU

115.36. Audit Tujuan Tertentu atau ATT dilakukan dengan perencanaan yang matang. Perencanaan dapat disebut matang dengan dipenuhinya persyaratan awal ATT yaitu (a) jelasnya rumusan dugaan atau hipotesa penyimpangan yang jelas serta (b) spesifiknya tujuan ATT. Lebih spesifik, perencanaan ATT dapat dilakukan secara matang apabila terdapat bukti terpenuhinya 3 W pertama dari 5 unsur W, yaitu What, When, Where, Who, Why dan diyakininya terdapat dampak yang signifikan dari penyimpangan yang diduga terjadi. Untuk informasi, bilamana dampak penyimpangan tidak signifikan, audit reguler dilakukan oleh inspektorat lain atau diarsipkan.

115.37. Jika dampak dugaan penyimpangan cukup signifikan namun bukti/informasi yang tersedia belum cukup kuat menunjukkan telah terjadinya dugaan penyimpangan, maka ATT diarahkan untuk (1) menuntaskan pembuktian jika penyimpangan tidak berindikasi Tindak Pidana Korupsi atau Tipikor dan (2) untuk mengumpulkan bukti pendahuluan yang cukup untuk menjadi dasar pelaksanaan Audit Investigasi untuk dugaan penyimpangan yang berindikasi Tipikor.

H. Bukti Permulaan Sebagai Dasar ATT

Dugaan

Penyimpangan

Sebagai Dasar ATT

115.38. Dalam merencanakan ATT, Inspektorat Investigasi wajib memastikan hipotesa atau dugaan penyimpangan, yaitu (a) terdapat indikasi kuat telah terjadi penyimpangan; dan (b) terdapat bukti adanya dampak signifikan; namun belum terdapat bukti pendahuluan yang cukup.

I. Perencanaan Penugasan ATT

115.39. Perencanaan Penugasan ATT meliputi: (a) perumusan secara dini tentang tujuan spesifik ATT atas Dugaan Penyimpangan; (b) pembentukan tim ATT yang secara tim memiliki kompetensi dan keahlian audit investigatif sesuai Standar Umum AAIPI; dan (c) perumusan secara spesifik dan terarah langkah-langkah kerja ATT untuk penyimpangan dimaksud.

Perumusan

Spesifik Tujuan ATT

115.40. Tim ATT wajib membuat rumusan spesifik tentang tujuan ATT yaitu:

a. Mengumpulkan fakta audit yang memungkinkan pengambilan simpulan bahwa terdapat bukti yang cukup untuk menunjukkan telah terjadi penyimpangan yang memenuhi unsur unsur tindak pidana korupsi dengan mengungkapkan kelemahan pengendalian intern, proses kejadian/modus operandi, dan kerugian keuangan negara, ketentuan yang dilanggar, pihak-pihak yang terlibat, sebab, lingkup akibat, sehingga perlu dilanjutkan dengan audit investigatif.

Page 7: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

b. Membuat simpulan negatif bahwa tidak terdapat bukti yang cukup untuk menunjukkan terjadinya penyimpangan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi.

c. Menyimpulkan bahwa terdapat penyimpangan administrasi dan/atau pelayanan publik dan memberikan rekomendasi perbaikan kepada pejabat yang kompeten meliputi: fakta penyimpangan, proses kejadian atau modus operandi, pihak yang diduga terkait, penyebab, lingkup akibat.

d. Membuat simpulan negatif bahwa tidak terdapat cukup bukti yang mendukung dugaan penyimpangan administrasi dan/atau pelayanan publik dalam surat pengaduan.

Pembentukan Tim

ATT

115.41. Berdasarkan usulan Koordinator Auditor, Inspektur Investigasi membentuk Tim ATT yang terdiri dari pengendali mutu, pengendali teknis, ketua tim dan anggota tim dan menerbitkan Surat Tugas ATT terhadap Dugaan Penyimpangan terkait.

115.42. Inspektur Investigasi, dibantu oleh Koordinator Auditor, memastikan bahwa tim ATT telah memenuhi standar Umum Audit AAIPP sebagai berikut:

a. Secara kelompok telah memenuhi keahlian dan kompetens/ keterampilan teknis audit investigatif.

b. Secara individu memenuhi integritas yang cukup untuk melaksanakan audit; dan

c. Secara individu bebas dari kepentingan terhadap kegiatan atau pihak yang terkait dengan dugaan penyimpangan;

115.43. Tim ATT melengkapi administrasi penugasan yang meliputi (a) Program Kerja ATT, (b) rencana penggunaan dana ATT dalam Formulir Cost Sheet, (c) Menyepakati dan menandatangani Kontrak Kinerja Penugasan Audit bersama Inspektur Investigasi, dan (d) mengajukan Surat Pengantar Audit dari Inspektorat Jenderal yang ditujukan kepada satker atau unit organisasi, tempat terjadinya dugaan penyimpangan.

115.44. Dokumen atau administrasi penugasan disampaikan kepada Sekretaris Irjen untuk memastikan keseuaian dengan Rencana Kerja Tahunan dan kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk memastikan ketersediaan dana penugasan ATT.

Penyusunan

Program ATT

115.45. Tim ATT, dalam hal ini Pengendali Teknis, wajib menyusun Program Kerja ATT yang dapat mengarahkan pengumpulan bukti audit atau fakta audit tentang lima atau enam unsur Temuan Hasil ATT, yaitu: (a) proses kejadian penyimpangan, (b) motif atau penyebab penyimpangan; (c) dampak penyimpangan; (c) peraturan perundang-undangan yang

Page 8: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

dilanggar; (d) personel atau pihak yang melakukan penyimpangan; (e) ancaman sanksi berikut aturan perundang-undangan yang berkesesuaian; dan (f) rekomendasi penyetoran ke kas negara, jika ada.

115.46. Untuk masing-masing unsur Temuan Hasil ATT, Pengendali Teknis menyusun Program Audit (Audit Program) yang berisi langkah-langkah kerja dan mendistribusikan langkah kerja tersebut kepada ketua tim, dan anggota tim, sesuai dengan format Program Audit dalam Lampiran 1.

Page 9: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

BAB III

PENGUMPULAN BUKTI AUDIT TUJUAN TERTENTU

115.47. Tahap pelaksanaan lapangan Audit Tujuan Tertentu berfokus pada pengumpulan bukti di lapangan. Tahapan ini meliputi 6 langkah yaitu (a) pembicaraan pendahuluan atau entry meeting; (b) pengumpulan fakta audit; (c) pengujian bukti fisik; (d) evaluasi bukti audit; (e) penyimpulan kecukupan bukti; termasuk (f) supervisi pelaksanaan lapangan.

J. Pembicaraan Awal atau Entry Meeting

115.48. Inspektur Investigasi atau Pengendali Mutu wajib melakukan pembicaraan Awal Audit Tujuan Tertentu sebagai upaya pengkondisian agar pimpinan satker atau personel terkait mempunyai keyakinan bahwa Audit Tujuan Tertentu tetap berperan untuk memberikan assurance yang berperan untuk memberikan keyakinan terjadi atau tidak terjadi suatu dugaan penyimpangan.

Tujuan

Pembicaraan

Pendahuluan

115.49. Pembicaraan pendahuluan atau entry meeting dilakukan bersama dengan atasan langsung auditi atau penanggungjawab kegiatan atau yang mewakilinya dan dipimpin oleh Inspektur Investigasi dan/atau Pengendali Mutu.

115.50. Pemimpin pembicaraan pendahuluan menyerahkan Surat Tugas Tim ATT bersama Surat Pengantar dari Inspektorat dan menjelaskan peran ATT, output ATT, lingkup ATT, dugaan penyimpangan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk memperlancar kegiatan ATT. Secara spesifik tujuan pembicaraan pendahuluan adalah:

a. Memperoleh komitmen kerjasama untuk pelaksanaan ATT

b. Memastikan keyakinan bahwa program audit yang disiapkan dapat dilaksanakan

c. Mendapat informasi awal mengenai pihak-pihak yang menjadi obyek pengumpulan dokumen, permintaan keterangan dan perolehan bukti audit yang diperlukan oleh auditor.

K. Pengumpulan Fakta Audit

115.51. Tim Audit melakukan pengumpulan bukti ATT yang relevan, kompeten dan cukup untuk membentuk fakta-fakta audit yang memungkinkan tim audit menyimpulkan secara definitif tentang lingkup penugasan dan sifat, jenis, dan kedalaman bukti yang akan dikumpulkan.

Pemastian Lingkup

Penugasan ATT

115.52. Pengumpulan fakta Audit Tujuan Tertentu diarahkan untuk memastikan tiga jenis simpulan dari hipotesa atau dugaan penyimpangan yaitu bahwa:

a. tidak terdapat bukti tentang terjadinya dugaan penyimpangan;

Page 10: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

b. terjadi dugaan penyimpangan yang diancam dengan sanksi administratif; atau

c. terdapat bukti awal yang cukup untuk dilanjutkan dengan audit investigasi.

Jenis Bukti ATT 115.53. Tim audit mengumpulkan paling tidak terdapat dua fakta audit yang dapat menyimpulkan telah terjadinya suatu tindakan penyimpangan. Jenis-jenis fakta audit yang membuktikan terjadinya suatu penyimpangan dapat terdiri dari:

a. Dokumen atau bukti tertulis yang secara nyata menunjukkan tindakan penyimpangan.

b. Hasil pemeriksaan fisik berupa berita acara pemeriksaan fisik, laporan hasil pemeriksaan fisik oleh ahli (spesialis), dan atau dokumentasi hasil pemeriksaan dokumen lainnya (catatan/ risalah peninjauan dan observasi).

c. Keterangan pihak-pihak terkait, menggunakan format dalam Lampiran 2 dan format BAPK dalam Lampiran 3 , dan

d. Pasal-pasal peraturan perundang-undangan

Bukti Penyebab

dan Akibat

Penyimpangan

115.54. Tim Audit wajib mengumpulkan bukti tertulis tentang penyebab dan akibat suatu penyimpangan. Penyebab atau motif penyimpangan dituangkan secara tertulis baik dalam Surat Keterangan, Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK), dan Bukti Analisis.

Format Keterangan 115.55. Bukti berupa keterangan pihak terkait dituangkan dalam Surat Keterangan dan/atau Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK) dengan sebagaimana tertuang masing-masing dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3. Format Surat Keterangan dan Format BAPK tidak mengikat harus memuat pokok-pokok keterangan dan tandatangan dari pemberi keterangan.

Pasal Peraturan

Perundangan

115.56. Tim audit wajib mengutip bunyi dan pasal perundang-undangan untuk dijadikan fakta audit tentang peraturan yang dilanggar dan ancaman sanksi yang dikenakan kepada pihak yang melakukan penyimpangan.

L. Pengumpulan Bukti Audit dari Pemeriksaan Fisik

115.57. Dalam hal Audit Tujuan Tertentu membutuhkan Fakta Audit dari Pemeriksaan Fisik, Tim ATT wajib memastikan tingkat kompetensi auditor pemeriksaan fisik, volume bukti fisik dan mutu bukti fisik.

Kompetensi

Pemeriksa Fisik

115.58. Dalam hal Audit Tujuan Tertentu membutuhkan Fakta Audit dari Pemeriksaan Fisik, Tim ATT wajib memastikan tingkat

Page 11: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

kompetensi pemeriksaan fisik. Kompetensi pemeriksaan fisik dapat diperoleh paling tidak dengan cara sebagai berikut:

a. Dalam hal memasuki tempat tertutup atau tempat telah memeroleh izin dari pihak penanggung jawab harus dilakukan dengan izin yang disyaratkan

b. Dalam hal melakukan pengamatan, peninjauan, inspeksi atau observasi, dilakukan bersama dengan pihak penanggung jawab kegiatan yang diaudit.

c. Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan oleh auditor tanpa pihak lain dengan syarat:

1) aman bagi auditor dan tempat/benda obyek audit;

2) Jika menghasilkan bukti penyimpangan, harus divalidasi bersama pihak penanggungjawab kegiatan, termasuk dengan melakukan pemeriksaan ulang secara bersama jika perlu.

Perhitungan

Volume dan

Pemeriksaan Mutu

Fisik

115.59. Bukti audit berupa perhitungan volume fisik dan mutu fisik dilakukan untuk mendukung akibat dari suatu penyimpangan. Audit fisik untuk tujuan meyakinkan volume dan mutu fisik, harus memenuhi prosedur sebagai berikut:

a. Dilakukan bersama pejabat atau personil yang kompeten dari pihak penanggung jawab kegiatan;

b. Didokumentasikan dengan berita acara pemeriksaan fisik;

c. Dinyatakan dalam berita acara bahwa pemeriksaan dilakukan oleh pihak auditi yang kompeten atau ahli independen disaksikan oleh auditor; dan

d. Diawasi oleh auditor agar pemeriksaan dilakukan secara professional sesuai prosedur teknisnya.

M. Evaluasi Bukti

115.60. Evaluasi bukti audit dilakukan untuk mendapat kepastian bahwa bukti audit telah sesuai dengan substansi penyimpangan dan sifat dari simpulan penyimpangan, dilakukan dalam fase ATT dalam rangka penilaian bahwa bukti audit mencukupi untuk mengambil simpulan ATT. Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan bukti maupun terhadap logisitas bukti, termasuk logisitas tindakan penyimpangan, motif atau penyebab dan akibat penyimpangan.

Bukti harus

relevan, kompeten

115.61. Evaluasi bukti audi Evaluasi bukti dilakukan untuk menilai relevansi, kompetensi, materialitas dan kecukupan bukti secara keseluruhan untuk mengambil keputusan: (a) pengujian hipotesa atau dugaan penyimpangan, (b) pengambilan bukti tambahan; (c) merevisi

Page 12: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

hipotesa atau dugaan penyimpangan; atau (d) mengambil bukti tambahan sesuai dengan hipotesa revisi.

115.62. Dalam pengujian hipotesis tim ATT harus menyimpulkan dan menyatakan bahwa fakta audit: (1) tidak mendukung terjadi penyimpangan (tidak terbukti) atau (2) terdapat bukti (terbukti) telah terjadi penyimpangan; menolak atau menerima hipotesis atau dugaan penyimpangan.

115.63. Tim audit wajib membahas dan membuat simpulan tentang identifikasi bukti tambahan yang masih perlu dikumpulkan untuk mendukung pengujian hipotesis

115.64. Tim audit dapat merevisi hipotesis atau dugaan penyimpangan. Revisi (penyesuaian) hipotesis dilakukan juga berdasarkan bukti yang ada penyimpangan terbukti terjadi namun tidak tepat sebagaimana dalam hipotesis.

115.65. Terhadap hipotesis atau dugaan penyimpangan terevisi, tim ATT harus menyimpulkan dan menyatakan bahwa fakta audit: (1) tidak mendukung terjadi penyimpangan (tidak terbukti) atau (2) terdapat bukti (terbukti) telah terjadi penyimpangan; menolak atau menerima hipotesis atau dugaan penyimpangan.

Evaluasi Bukti pada

Fase Pelaksanaan

Audit

115.66. Evaluasi bukti dilakukan bersamaan dengan pengumpulan bukti. Evaluasi dilakukan dan dibuktikan dengan

a. mendokumentasi sekurang-kurangnya pada pada bagian akhir suatu Kertas Kerja Audit (KKA) yang berisi pernyataan cukup bukti untuk menyatakan fakta audit berupa terbukti atau tidak terbuktinya hipotesis

b. Mengidentifikasi bukti tambahan yang masih perlu dikumpulkan untuk pengujian hipotesis atau dugaan penyimpangan.

Simpulan

Kecukupan Bukti

Audit

115.67. Pengumpulan bukti dapat disebut cukup jika tercapai penilaian bahwa:

a. Bukti-bukti yang diperoleh memenuhi kriteria relevan, kompeten dan material; dan

b. Rangkaian dari seluruh bukti menunjukkan bahwa secara tidak terbantahkan hipotesis:

1) Terbukti

2) Tidak terbukti dalam arti bahwa: (a) semua langkah kerja audit yang diperlukan berdasarkan pertimbangan professional telah dilaksanakan; dan (b) Bukti yang diperoleh tidak cukup untuk menunjukkan bahwa penyimpangan telah terjadi.

Page 13: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

115.68. Seluruh analisis fakta dan simpulan tentang kecukupan audit didokumentasikan dalam Kertas Kerja Audit atau KKA. Format KKA dapat dilihat pada Lampiran 4.

N. Penyusunan Fakta Hasil Audit

115.69. Berdasarkan evaluasi dan simpulan kecukupan bukti Audit Tujuan Tertentu, Tim Audit Tujuan Tertentu wajib menyusun Fakta Hasil Audit (FHA). FHA berisi rumusan tentang output ATT berupa (a) proses dan tindakan kejadian penyimpangan; (b) peraturan perundangan yang dilanggar dalam tindakan penyimpangan; (c) pelaku tindakan penyimpangan; (d) penyebab atau motif penyimpangan; (e) magnitut dan lingkup dampak penyimpangan; dan (f) ancaman sanksi dan peraturan perundangan yang mendasari pengenaan sanksi dan/atau (g) kewajiban penyetoran ke kas negara, jika ada.

Dua Kategori FHA 115.70. Dalam penyusunan FHA dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu yang dibedakan dari ada tidaknya kewajiban menyetor ke kas negara dan tindakan pidana koruksi sebagai berikut:

a. FHA dengan hanya mengandung sanksi administratif, disusun dengan format sebagaimana terlihat pada Lampiran 5. FHA tersebut dibahas dan disampaikan kepada auditan pada saat Exit Meeting;

b. Dalam hal FHA mengandung baik (a) sanksi administratif maupun (b) kewajiban menyetor ke kas negara, FHA dilengkapi dengan Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak (SKTJM). Format SKTJM mengacu pada Permentan Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 7 Maret 2013 (Lampiran 6) dan Surat Pernyataan Kesanggupan (Lampiran 7).

115.71. Dalam hal FHA mengandung tipikor, FHA dibuat dalam bentuk laporan sela sesuai dengan format dalam Lampiran 8. Penyusunan FHA dalam Laporan Sela ini mengandung arti bahwa ATT selesai dan dilanjutkan dengan penugasan baru yaitu Audit Investigatif. Laporan Sela tersebut disampaikan kepada Inspektur investigasi untuk ditindaklanjuti dengan Audit Investigatif dan hal tersebut disampaikan kepada Auditi dengan menyerahkan Surat Tugas Audit Investigatif.

115.72. Dalam penyusunan laporan sela harus disampaikan adanya dugaan pelaku dan modus operandi, Indikasi pelanggaran terhadap Undang Undang Tipikor dan/atau Administrasi Pemerintah, Indikasi kerugian keuangan negara, dan indikasi jenis sanksi terhadap pelanggarannya.

Hal Penting dalam

Penyusunan FHA

115.73. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan FHA adalah sebagai berikut:

a. Fakta audit memuat enam atribut temuan yaitu tindakan penyimpangan, peraturan perundangundangan yang menjadi kriteria audit, sebab atau motif melakukan tindakan

Page 14: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

penyimpangan; dampak yang ditimbulkan oleh tindakan penyimpangan termasuk besaran (magnitut) dan lingkup yang diakibakannya, dan saran berikut peraturan perundang-undangan yang menjadi referensi saran.

b. Fakta audit harus memenuhi standar audit, yang didukung bukti-bukti yang relevan, kompeten, material, dan cukup dan didukung oleh Kertas Kerja Audit;

c. Substansi fakta audit yang telah disepakati pada prinsipnya tidak dapat diubah dan harus konsisten dengan LHA. Perubahan terhadap substansi fakta audit hanya dapat dilakukan apabila terdapat perkembangan bukti-bukti baru sebelum LHA diterbitkan Inspektorat Jenderal dan perubahan tersebut harus atas sepengetahuan seluruh tim audit dan Inspektur terkait.

Pernyataan Tidak

Terbukti

115.74. Fakta hasil audit yang menunjukkan bahwa dugaan penyimpangan tidak terbukti, harus diungkap dengan pernyataan profesional dengan kriteria sebagai berikut:

a. Objektif

b. Bebas dari resiko hukum dalam arti:

1) Tidak melebihi kewenangan profesi audit. Berdasarkan pasal 184 KUHP profesi audit hanya menghasilkan sebagian dari 5 alat bukti yang sah. Sebagai informasi, hakim dapat menjatuhkan putusan berdasarkan sekurang kurangnya 2 alat bukti yang sah ditambah dengan keyakinan hakim. Dengan demikian batasan kewenangan auditor dapat dinyatakan bahwa auditor membuktikan sedangkan hakim menentukan

2) Tidak memberatkan pihak manapun

3) Terbuka terhadap perkembangan bukti kemudian

115.75. Pernyataan professional yang memenuhi kriteria tersebut pada pokoknya terbatas pada pernyataan negatif seperti pernytaan sebagai berikut: “Berdasarkan hasil audit sampai dengan saat berakhirnya audit tidak terdapat cukup bukti yang menunjukkan bahwa penyimpangan tersebut telah terjadi“.

O. Supervisi Audit Tujuan Tertentu

115.76. Pada setiap tahap audit, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya tujuan dan terjaminnya mutu audit, serta meningkatnya kemampuan auditor. Sebagai tindakan yang terus-menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan audit, supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi audit.

Page 15: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

Prinsip Supervisi 115.77. Supervisi dilakukan untuk memastikan hal-hal prinsip berikut:

a. Mutu perencanaan audit;

b. Ketaatan terhadap prosedur audit;

c. Kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit; dan program audit;

d. Kelengkapan/kecukupan bukti-bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk mendukung simpulan dan rekomendasi;

e. Pencapaian tujuan audit.

115.78. Semua pekerjaan audit harus direviu secara berjenjang oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu untuk menjamin bahwa proses audit tetap efisien, efektif, mendalam, objektif, dan sesuai dengan ketentuan.

P. Pembicaraan akhir (Exit Meeting)

115.79. Pada akhir pelaksanaan audit, harus dilakukan pembicaraan akhir audit oleh tim audit dengan auditi (exit meeting) untuk memperoleh tanggapan atas hasil audit.

Tanggapan Auditi 115.80. Pembicaraan akhir dengan auditi harus dituangkan dalam risalah pembicaraan akhir audit, yang berisi antara lain kesanggupan pihak auditi untuk melaksanakan tindak lanjut. Risalah pembicaraan terakhir audit harus mendapat persetujuan dari pimpinan auditi dan penanggungjawab audit. Auditor harus meminta tanggapan/pendapat pihak pimpinan auditi terhadap hasil audit. Tanggapan/pendapat tersebut harus dikemukakan pada saat melakukan pembicaraan akhir dengan auditi.

115.81. Apabila tanggapan dari auditi bertentangan dengan kesimpulan dalam laporan hasil audit, dan menurut pendapat auditor tanggapan tersebut tidak sesuai ketentuan/fakta, maka auditor harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan tersebut beserta alasannya secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya auditor harus memperbaiki/menyesuaikan laporannya apabila tanggapan tersebut sesuai ketentuan/fakta.

Auditii Tidak

Bersedia

Memberikan

Tanggapan

115.82. Jika auditi tidak bersedia memberikan tanggapan dan/atau auditi memberikan tanggapan tertulis tanpa tandatangan dan/atau hanya memberikan tanggapan lisan atas hasil audit maka:

a. Auditor menginformasikan kepada pihak auditi (secara tertulis atau lisan) bahwa:

Page 16: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

1) Tanggapan auditi seharusnya tertulis dan ditandatangani oleh pihak auditi.

2) Ketiadaan atau ketidaksempurnaan tanggapan auditi akan diungkap dalam laporan hasil audit.

b. Auditor wajib mendokumentasikan atau mencatat dalam KKA tentang ketiadaan atau ketidaksempurnaan tanggapan pihak auditi, dan mengungkapkannya dalam laporan hasil audit sesuai fakta.

Q. Kertas Kerja Audit Tujuan Tertentu

115.83. Tim ATT wajib mendokumentasikan seluruh langkah kerja audit yang telah dilaksanakan dalam Kertas Kerja Audit (KKA). Termasuk dalam KKA dokumentasi simpulan hasil analisis terhadap fakta audit yang mendukung terbukti atau tidak terbuktinya suatu dugaan penyimpangan.

Prinsip dan

Pengelolaan KKA

115.84. KKA dibuat dan dikelola dengan prinsip sebagai berikut:

a. Dibuat dengan menggunakan bentuk pada Lampiran 4.

b. Disusun secara sistematis dan rapi sebagai dasar penyusunan laporan hasil Audit Tujuan Tertentu sebagai berikut:

1) Lengkap, memuat pendukung bagi semua bagian laporan hasil audit yang terbit.

2) Mudah ditelusuri sesuai isi laporan hasil audit.

3) Terindeks dan mempunyai daftar isi.

4) Diserahkan kepada Pengendali Teknis menyertai konsep laporan hasil audit untuk proses reviu.

5) Diserahkan, didaftarkan dan disimpan oleh Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat Investigasi sejak terbitnya laporan hasil audit.

Page 17: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STARNDAR TEKNIS PENUGASAN AUDIT INVESTIGATIF

(STP116.1)

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

JAKARTA 2017

Page 18: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

18 STP-115 BAB I

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunia-Nya,

Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif (STP116.1 Audit Investigatif) Inspektorat

Jenderal Kementerian Pertanian telah diselesaikan. Inspektorat Jenderal selaku Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Pertanian mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian sebagaimana

diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian

telah menyusun STP116.1-Audit Investigatif sebagai acuan pengendalian intern pelaksanaan

kegiatan audit investigatif.

STP116-Audit Investigatif merupakan panduan pengembangan dan strategi penerapan SPI

kegiatan audit investigatif dan audit dengan tujuan tertentu. Selain itu, STP116.1-Audit

Investigatif sebagai pedoman/acuan penyelenggaraan dan mengukur efektivitas dan efisiensi

bagi pimpinan dan seluruh pegawai di lingkungan Inspektorat Investigasi dalam Pelaksanaan

Audit Investigatif dan Audit Tujuan Tertentu. Dalam pengembangannya, STP116.1-Audit

Investigatif ini menggunakan pendekatan step by step pada tingkat unsur-unsur pelaksanaan

kegiatan audit investigatif dan audit tujuan tertentu.

Dalam implementasinya, STP116.1-Audit Investigatif mengintegrasikan teknis audit

investigatif dan audit tujuan tertentu dengan mamajemen penugasannya, sebagai pengendalian

pencapaian output kegiatan audit investigatif dan audit tujuan tertentu bagi pimpinan dan

seluruh auditor, target kinerja inspekorat dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

guna mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), meningkatkan Internal

Auditor Capability Model (IACM) dan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Kementerian Pertanian pada Level III.

Legalitas Formal STP.1 –Audit Investigatif ini mengacu pada Surat Keputusan Inspektorat

Jenderal Kementerian Pertanian Nomor: B. /Kpts/PW.130/G/ /2017 Tentang

Pedoman Sistem Pengendalian Intern Audit Investigatif dan Audit Tujuan Tertentu lingkup

Kementerian Pertanian. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan STP116.1-Aunti Investigatif

masih jauh dari sempurna, sehingga koreksi membangun dan masukan dari berbagi pihak

sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaannya.

Jakarta, 2017

Inspektur Jenderal

Justan R. Siahaan, Ak., M.Acc., CA.,

QIA.

NIP. 19600220 198203 1 001

Page 19: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

19

BAB I LATAR BELAKANG STP-116 AUDIT

INVESTIGATIF

116-01. Mengacu pada Kerangka Kerja Profesional Tentative Asosiasi Pengawasan Intern

Pemerintah, bahwa setiap kementerian dibolehkan merumuskan Standar Teknis Penugasan

yang selanjutnya disingkat STP, untuk Audit Investigatif. STP Audit Investigatif ini merupakan

persyaratan teknis penugasan yang dioperasionalkan dari Standar Audit Intern Pemerintah

(SAIPI), khususnya untuk audit investigatif. Untuk memudahkan komunikasi, kode

Identifikasi, STP Audit Investigatif ini adalah STP-116.

116-02. Sebagai proses mencari, menemukan, mengumpulkan dan menganalisis bukti secara

sistematis yang bertujuan mengungkapkan suatutindak pidana korupsi dan/atau tindak

pelanggaran administratif serta pelakunya, dalam waktu tertentu. Waktu tertentu adalah sesuai

dengan waktu yang ditentukan dalam Surat Tugas atau kontrak kinerja atau perpanjangannya.

Auditor perlu dilengkapi dengan pedoman teknis tentang audit investigatif agar dapat

melaksanakan tugas sesuai dengan rencana hari penugasan. Bab I menguraikan peran dan

tujuan audit investigatif, tujuan penyusunan pedoman teknis audit investigatif, metodologi,

ruang lingkup dan sistematika pedoman teknis audit investigatif Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian agar auditor mampu menyusun langkah kerja, mereviu kertas kerja dan

mengevaluasi Temuan Hasil Audit.

116-03. Audit Investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan dan

menganalisis bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan suatutindak pidana

korupsi dan/atau tindak pelanggaran administratif serta pelakunya, dalam waktu tertentu.

Waktu tertentu adalah sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam Surat Tugas atau kontrak

kinerjaatau perpanjangannya. Untuk mendukung proses tersebut, auditor perlu dilengkapi

dengan STP-Audit Investigatif yang memfasilitasi auditor Inspektorat Jenderal Kementerian

Pertanian agar mampu memahami proses bisnis dan ketentuan tentang tugas dan fungsi (Tusi),

program/kegiatan dalam mewujudkan kinerja dan memfasilitasi auditor melakukan

pembuktian atas pengaduan masyarakat atas terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

program/kegiatan dan pelayanan pertanian demi kesejahteraan petani.

A. Peran dan Tujuan Audit Investigatif

116-04. Audit Investigatif berperan untuk memberikan simpulan tentang kebenaran

pengaduan masyarakat atas terjadinya penyimpangan pada pelaksanaan program/kegiatan dan

layanan pertanian. Laporan Hasil Audit Investigatif, sebagai konsekuensi atau penggunaan

output tersebut, adalah memberikan rekomendasi penegakan aturan berupa sanksi administrasi

atau penyerahan kepada penegak hukum pidata sesuai ketentuan.

116-05. Audit Investigatif bertujuan untuk mengungkapkan suatu tindak pidana korupsi

dan/atau tindak pelanggaran administratif serta pelakunya. Penegakan aturan hukum

Page 20: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

20

administratif dan pidana tersebut diselenggarakan dalam rangka represif untuk preventif dalam

arti represif untuk pelaku atas salah tindakannya dan preventif bagi pegawai lainnya.

B. Tujuan Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif

116-06. Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif menjadi ukuran mutu teknis dalam

menilai pelaksanaan audit bagi tim audit maupun inspektur dalam memberi angka kredit bagi

pejabat fungsional auditor.

116-07. Standar Teknis Penugasan Audit Investigatf bertujuan agar pelaksanaan audit

investigatif lebih efektif dan efisien, sehingga Tim Audit yang melaksanakan tugas audit

investigatif menghasilkan laporan hasil audit yang lebih berkualitas dalam waktu penugasan.

C. Pemanfaatan dan Pengguna Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif

116-08. STP-Audit Investigatif ini dirancang sebagai panduan Inspektorat Jenderal dalam

melaksanakan audit atas adanya pengaduan masyarakat atas penyimpangan pelaksanaan

program dan layanan pertanian pada organisasi atau Satuan Kerja lingkup Kementerian

Pertanian.

116-09. STP-Audit Investigasi ini digunakan oleh auditor mulai dari Pengendali Mutu,

Pengendali Teknis, Ketua Tim sampai dengan Anggota Tim sebagai acuan dalam

melaksanakan teknis audit dan inspektur sebagai acuan dalam mengendalikan pelaksanaan

audit investigatif.

D. Metodologi Audit Investigatif

116-10. Auditor harus menentukan metode audit yang akan diterapkan untuk mengembangkan

Petunjuk Pelaksanaan Audit dan Program Kerja Audit Investigatif serta alasan pemilihan

metode audit dalam merencanakan audit investigatif.

116-11. Metode Pengumpulan data dapat dilakukan dengan analisis dokumen, kuesioner,

wawancara, observasi lapangan dan permintaan keterangan yang dibarengi dengan petunjuk

pengumpulan data, sumber data dan responden. Dalam hal ternyata data yang diperlukan

berada di masyarakat, maka auditor harus melakukan sensus untuk mendapatkan data dan

informasi yang lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

116-12. Untuk sebuah metodologi, STP-116 Audit Investigatif merupakan media untuk

membantu auditor merencanakan dan melaksanakan audit investigatif sesuai dengan tahapan

audit dan membantu auditor dalam membuat simpulan dan merumuskan rekomendasi.

Auditor diharapkan menggunakan kecermatan profesionalisme dalam mengembangkan STP-

116 ini sesuai dengan kondisi penerapan di lapangan termasuk dalam menyusun langkah-

langkah kerja, mereviu kertas kerja audit dan mengevaluasi temuan hasil audit.

E. Ruang Lingkup Audit Investigatif

Page 21: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

21

116-13. Ruang lingkup Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif, meliputi identifikasi dan

membuktikan 5 (lima) output, yaitu: (1) pelaku (pihak-pihak yang diduga) dan tindakan (modus

operandi); (2) pasal undang-undang tipikor dan/atau administrasi yang dilanggar; (3) niat jahat

(mens rea), sikap tidak jujur atau lalai; (4) dampak terhadap unit kerja/instansi/negara (kerugian

negara); serta (5) isi dan pasal ancaman sanksi dalam perundang-undanganisi dan pasal

ancaman sanksi dalam perundang-undangan.

F. Sistematika Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif

116-14. Standar Teknis Penugasan Audit Investigatif ini terdiri dari Lima Bab. Setelah Bab I

dilanjutkan dengan Bab II yaitu Gambaran Umum berisi tentang uraian kasus yang akan

diaudit. Bab III menguraikan rencana audit investigatif, Bab IV Pelaksanaan Audit Investigatif

yang berisi mengenai perencanaan dan pelaksanaan audit investigatif yang harus dilaksanakan

oleh auditor. Bab V mengenai pelaporan hasil audit investigatif dan Pemantauan Tindak Lanjut

yang berisi tentang petunjuk pengomunikasian dan pendistribusian Hasil Audit Investigatif

termasuk pemantauan tindak lanjut hasil audit serta pertanggungjawaban sumber daya.

Page 22: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

22

BAB II GAMBARAN UMUM

116-15. Audit investigatif berperan secara efektif ketika Inspektorat Jenderal memahami bisnis

proses program/kegiatan, peraturan yang mendasari, mengatur program/kegiatan atau yang

mengatur tatakelola keuangan program/kegiatan dan peraturan lainnya yang relevan dengan

kasus atau pengaduan yang ditangani. Untuk tujuan pemahaman tersebut, maka inspektorat

wajib memutakhirkan peraturan yang terkait dengan tugas dan fungsi auditi.

A. Tugas dan Fungsi Auditi

116-16. Sumber untuk memahami kinerja, tugas dan fungsi, program/kegiatan dan

permasalahan yang ditangani antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;

c. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Tentang Tindak Pidana Korupsi;

d. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2015 Tentang Administrasi Negara

e. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah;

f. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 juncto Perpres Nomor 70 Tahun 2012 juncto

Prepres Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

g. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pertanian;

h. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 dan Nomor 72 Tahun 2004 Tentang

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

i. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

j. Peraturan lainnya yang berlaku terkait kasus pengaduan yang sedang ditangani.

B. Sistem Pengendalian Intern

116-17. Inspektorat harus memahami struktur organisasi auditi untuk efektivitas komunikasi

dalam proses pengumpulan data dan informasi audit dan pelaporan audit.

116-18. Inspektorat perlu mewajibkan tim audit mempelajari dan menguji/menilai sistem

pengendalian intern program/kegiatan pokok pada auditan untuk menentukan kedalaman

pengujian bukti audut dan luasan sampling serta laporan.

116-19. Tim audit harus mengetahui struktur penganggaran program/kegiatan auditini dan

merumuskan secara ringkas rencana kegiatan dalam bentuk uang serta mendapatkan informasi

yang memadai tentang output dan outcome program/kegiatan serta proses mencari, menemukan,

mengumpulkan dan menganalisis bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan

Page 23: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

23

suatutindak pidana korupsi dan/atau tindak pelanggaran administratif serta pelakunya, dalam

waktu tertentu.

Page 24: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

24

BAB III PENETAPAN KINERJA AUDIT INVESTIGATIF

116-20. Terhadap Audit investigatif, inspektorat wajin mengoperasionalkan Penetapan Kinerja

inspektorat ke dalam rencana pencapaian kinerja output inspektorat untuk mendukung

pencapaian kinerja outcome Inspektorat Jenderal. Bersamaan dengan target output dan taret

outcome lainnya, inspektorat wajib merencanakan penggunaan anggaran dari hari kerja auditor

dalam satu tahun sesuai dengan jumlah hari audit yang tersedia sebagaimana tertuang dalam

Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Untuk mendukung pencapaian kinerja output tersebut,

inspektorat wajib menyusun daftar penugasan audit investigatif berdasarkan prediksi jumlah

pengaduan dan penanganannya tahun-tahun sebelumnya.

C. Rencana Kinerja Output

116-21. Mendistribusikan target rekomendasi audit investigatif yang tercantum dalam RKT

setiap bulan dan dikomunikasikan kepada tim audit, agar tim audit dapat menyelesaikan

laporan secara tepat waktu dan merumuskan rekomendasi sesuai dengan hasil audit investigatif

dan tindaklanjutnya.

116-22. Inspektur wajib menyiapkan media pengukuran dan mengukur realisasi pencapaian

rekomendasi, baik rekomendasi untuk Penanggungjawab Program (Eselon I) maupun

rekomendasi untuk Penanggungjawab Kegiatan (Eselon II) dan Pihak-pihak terkait lainnya,

serta menyiapkan prosedur pelaporannya yang dialamatkan kepada Sekretaris Inspektorat

Jenderal tembusan kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian sebagai bahan

penyusunan laporan pencapaian kinerja triwulanan.

D. Rencana Kinerja Outcome

116-23. Inspektur wajib mendapatkan indikator outcome yaitu pemanfaatan atau tindaklanjut

dari rekomendasi hasil audit investigatif, baik rekomendasi untuk Penanggungjawab Program

(Eselon I) maupun rekomendasi untuk Penanggungjawab Kegiatan (Eselon II) dan Pihak-

pihak terkait lainnya.

116-24. Inspektur wajib menyiapkan media pengukuran dan mengukur realisasi pencapaian

pemanfaatan atau tindaklanjut dari rekomendasi hasil audit investigatif, baik rekomendasi

untuk Penanggungjawab Program (Eselon I) maupun rekomendasi untuk Penanggungjawab

Kegiatan (Eselon II) dan Pihak-pihak terkait lainnya serta menyiapkan prosedur pelaporannya

yang dialamatkan kepada Sekretaris Inspektorat Jenderal tembusan kepada Inspektur Jenderal

Kementerian Pertanian sebagai bahan penyusunan laporan pencapaian kinerja triwulanan.

Page 25: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

25

BAB IV PELAKSANAAN PENUGASAN AUDIT

INVESTIGATIF

116-25. Terhadap Audit investigatif, terdiri dari program kerja pengujian terbatas

penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern dan hasil telaah kasus pengaduan atas dugaan

adanya penyimpangan dalam pelaksanaan program dan layanan pertanian.

E. Program Kerja Pengujian Terbatas Penyelenggaraan SPIP

116-26. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan kegiatan.

a. Tujuan

Pengujian SPI bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan SPI

kegiatan/program dan layanan pertanian guna memastikan kedalaman audit yang harus

dilakukan.

b. Ruang lingkup

Ruang lingkup kegiatan SPIP meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan pengendalian intern.

c. Peraturan yang mendasari kegiatan

Peraturan yang mendasari kegiatan penyelenggaraan SPI adalah Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 2008, Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Bab II

Tentang Unsur-Unsur SPIP (pasal 3 s.d 46).

d. Langkah-langkah kerja pengujian SPI

Langkah-langkah pengujian penyelenggaraan SPI, minimal meliputi:

1) Pastikan apakah pimpinan telah melakukan upaya-upaya penegakan dan penguatan

integritas dan nilai etika;

2) Pastikan apakah pimpinan telah melakukan pendelegasian wewenang melalui

penetapan target-target pelaksanaan kegiatan/program dan kegiatan lainnya;

3) Pastikan apaka instansi pemerintah telah membuat register risiko berdasarkan proses

bisnis pencapaian kinerja output kegiatan/program dan layanan pertanian yang

dilengkapi data dukungnya;

4) Pastikan apakah instansi pemerintah telah menyusun/mengembangkan kegiatan

pengendalian (rancang kendali risiko) berupa kebijakan dan standar operasional

prosedur (KSOP) berbasis risiko;

Page 26: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

26

5) Pastikan apakah pimpinan telah mengomunikasikan KSOP kegiatan/program kepada

seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan/program dan layanan pertanian;

6) Pastikan apakah piminan telah membuat rencana atau melakukan/mengembangkan

pemantauan secara berkala terhadap pencapaian target kegiatan dan evaluasi

implementasi KSOP kegiatan/program dan layanan pertanian;

7) Buat simpulan hasil pengujian unsur-unsur SPI dalam manajemen. Identifikasi

kelemahan-kelemahan yang menjadi kendala dalam pencapaian kinerja, selanjutnya

dalami untuk memutuskan arah dan kedalaman audit.

Format Program Kerja Audit Investigatif, Terlampir.

F. Program Kerja Audit Investigatif

116-27. Program Kerja Audit menginformasikan langkah-langkah kerja dari kegiatan

perencanaan, penyediaan anggaran, pelaksanaan, pemanfaatan, pelaporan dan

pertanggungjawaban untuk dapat menuju suatu simpulan audit. Prosedur audit rinci harus

dikembangkan berdasarkan kondisi di lapangan dalam rangka untuk mengidentifikasi dan

membuktikan hal-hal sebagai berikut:

1. pelaku (pihak-pihak yang diduga) dan tindakan (modus operandi);

2. pasal undang-undang tipikor dan/atau administrasi yang dilanggar;

3. niat jahat (mens rea), sikap tidak jujur atau lalai;

4. dampak terhadap unit kerja/instansi/negara (kerugian negara); serta

5. isi dan pasal ancaman sanksi dalam perundang-undanganisi dan pasal ancaman sanksi

dalam perundang-undangan.

116-28. Kebijakan Pengendalian Intern Audit Investigatif

Terdapat tiga hal kegiatan untuk mendukung pelaksanaan audit investigatif yang berupa kebijakan, yaitu: (1) permintaan narasumber apabila dibutuhkan; (2) Pewajiban personil untuk mengisi formulir peminjaman peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas audit investigatif; dan (3) Permintaan pengamatan dari aparat pengamanan apabila terjadi ancaman pada auditor pada saat melaksanakan tugas

116-29. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian.

116-30. Pembentukan Tim dan Penyiapan Administrasi Audit Investigatif

a. Tujuan

Tujuan pembentukan Tim dan Penyiapan Administrasi Audit investigatif untuk memastikan kompetensi tim audit, penyiapan kontrak kinerja dan sumberdaya serta administrasi peminjaman perlengkapan untuk pelaksanaan audit, jika ada.

Page 27: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

27

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada tahapan penyusunan tim audit, bahwa dalam penugasan audit investigatif meliputi, Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim

c. Peraturan yang mendasari kegiatan atau dokumen terkait

Dokumen untuk mendukung penugasan audit investigatif, meliputi: Surat Tugas, Cost Sheet, Nota Dinas Permintaan Biaya Perjalanan Dinas, Kontrak Kinerja, Pengajuan Narasumber (opsional); dan Peminjaman Inventarus Kantor (opsional).

d. Langkah Kerja

Prosedur pengendalian untuk menyusun tim audit yang kompeten sebagai berikut:

1) Reviu Kompetensi Penugasan Audit Investigatif

2) Reviu anggaran dan Orang Hari/OH, Surat Tugas/ST disesuaikan dengan Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) atau otorisasi lain penugasan

3) Briefing oleh penanggungjawab/Pengendali Mutu tentang tujuan, target waktu,

anggaran audit dan misi Inspektorat Jenderal;

4) Reviu permohonan narasumber, jika ada;

5) Reviu Cost Sheet/CS, Kontrak Kinerja/KK, Surat Tugas/ST (Tandatangan KK oleh

Inspektur dan Pejabat Fungsional Auditor/PFA tertinggi)

6) Reviu peminjaman peralatan pendukung untuk pelaksanaan Audit Investigatif/AI, jika

diperlukan.

Format Program Kerja Pengawasan, Terlampir.

116-31. Perumusan Modus Operandi

Modus operandi dirumuskan melalui gelar kasus dan hasilnya dituangkan dalam berita acara

gelar kasus yang disampaikan kepada Inspektur Jenderal.

a. Tujuan

Perumusan modus operandi bertujuan untuk melakukan pemetaan dan analisis atas materi

pengaduan terkait lima hal, yaitu:

1) pelaku (pihak-pihak yang diduga) dan tindakan (modus operandi);

2) pasal undang-undang tipikor dan/atau administrasi yang dilanggar;

3) niat jahat (mens rea), sikap tidak jujur atau lalai;

4) dampak terhadap unit kerja/instansi/negara (kerugian negara); serta

5) isi dan pasal ancaman sanksi dalam perundang-undanganisi dan pasal ancaman sanksi

dalam perundang-undangan.

Page 28: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

28

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup tahap perumusan modus operandi, meliputi: (1) Undangan Gelar Kasus,

(2) Berita Acara Gelar Kasus, (3) Laporan Hasil Gelar Kasus, dan (4)

Pemberitahuan/Undangan Kepada Auditi.

c. Peraturan yang mendasari dan dokumen terkait

Peraturan yang mendasari dan dokumen yang terkait meliputi materi pengaduan, hasil

telaah kasus dan berita acara hasil bedah kasus.

d. Langkah Kerja

Langkah kerja menyusun modus operandi sebagai berikut:

1) Pastikan kehadiran peserta Gelar Kasus; 2) Uji kasus dan tuangkan dalam Berita Acara Gelar Kasus (BAGK); 3) Reviu hasil gelar kasus; 4) Pastikan lampiran hasil Gelar Kasus (GK) bersamaan dengan pengajuan CS dan KK.

116-32. Pembuktian modus operandi dengan audit investigatif

a. Tujuan

Pembuktian modus operandi bertujuan untuk memastikan bahwa langkah kerja

pembuktian modus operandi dapat dilaksanakan, maka dilakukan pemberitahuan rencana

pelaksanaan audit kepada pihak auditi dan reviu langkah kerja pemgumpulan bukti.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup tahap pembuktian modus operandi, meliputi: (1) pemberitahuan rencana

pelaksanaan audit kepada audit, dan (2) reviu langkah-langkah kerja pengumpulan bukti.

c. Peraturan yang mendasari dan dokumen terkait

Peraturan yang mendasari dan dokumen yang terkait meliputi materi pengaduan, hasil

telaah kasus dan berita acara hasil bedah kasus.

d. Langkah Kerja

Langkah kerja pembuktian modus operandi, sebagai berikut:

1) Informasikan (komunikasikan) rencana pelaksanaan audit kepada pihak auditi; 2) Reviu langkah kerja pemgumpulan bukti.

116-33. Pengumpulan dan Analisis Bukti

a. Tujuan

Page 29: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

29

Pengumpulan dan analisis bukti bertujuan untuk menjamin bahwa bukti audit yang diperoleh telah relevan, kompeten, material, dan cukup, maka tim melakukan reviu dan analisis terhadap kelengkapan perumusan modus operandi, pelaku, kerugian negara, pelanggaran peraturan, aturan sanksi, dan mensrea.

b. Ruang Lingkup

Reviu kualitas dan kelengkapan oleh Inspektur terkait rumusan modus operansi, pelaku,

potensi kerugian negara/KN, pelanggaran peraturan, aturan sanksi dan mens rea. Apabila

dalam pelaksanaan audit terdapat hambatan/ancaman terhadap auditor maka dapat

melibatkan pihak keamanan setempat.

c. Peraturan yang mendasari dan dokumen terkait

Dokumen pendukung meliputi, Form PI-08 tentang simpulan hasil audit, Konsep Laporan Audit Investigatif, Form PI-10 tentang permohonan kepada pihak keamanan jika dipandang perlu untuk mendukung pelaksanaan audit dan Form PI-11 terkait pengajuan anggaran pengamanan.

d. Langkah Kerja

1) Reviu kelengkapan rumusan modus operansi, pelaku, potensi kerugian negara/KN,

pelanggaran peraturan, aturan sanksi dan mens rea

2) Reviu kualitas rumusan modus operansi, pelaku, potensi kerugian negara/KN,

pelanggaran peraturan, aturan sanksi dan mens rea

3) Meminta bantuan kepada pihak keamanan jika diperlukan

4) Menyusun Surat Tugas dari pihak keamanan dalam mendukung kegiatan audit.

Page 30: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

30

BAB V PELAPORAN HASIL AUDIT DAN PEMANTAIAN

TINDAKLANJUT

116-34. Pelaporan hasil audit dilaksanakan dengan tahap pengkomunikasikan laporan hasil

audit, pendistribusian laporan hasil audit investigatif dan pemantauan tindak lanjut

rekomendasi. Selain pembuatan laporan hasil audit, tim audit wajib menyampaikan dokumen

pertanggungjawaban keuangan dan sumberdaya lainnya.

A. Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Investigatif

116-35. Setelah selesai melakukan audit investigatif, tim audit dalam jangka waktu 5 (lima) hari

kerja harus segera menyelesaikan Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAIN dan Surat

Pengantar Masalah (SPM).

116-36. Tim audit mengkomunikasikan LAHIN yang telah disetujui oleh inspektur dan SPM

yang telah disetujui oleh Inspektur Jenderal kepada Sekretaris Inspektorat Jenderal c.q Bagian

Data Pemantauan Laporan Hasil Pengawasan (DPLHP), dilengkapi dengan:

a. Kertas Kerja Audit (KKA);

b. Bukti Audit (Fakta Hasil Audit dan dokumen lain yang relevan);

c. Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak/SKTM (jika terdapat temuan Kerugian Negara);

d. Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan dan pihak terkait.

B. Distribusi Laporan Hasil Audit Investigatif

116-37. Bagian DPLHP menggandakan LHAIN dan SPM yang telah disetujui oleh Inspektur

Jenderal dan mendistribusikan kepada penanggungjawab atau satuan kerja yang diaudit.

C. Pemantauan Tindak Lanjut

116-38. Inspektorat harus melakukan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit

guna memastikan bahwa rekomendasi telah ditindaklanjuti oleh auditi;

116-39. Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi atas pelaksanaan tindak lanjut hasil

pengawasan dan menetapkan status tindak lanjut sebagai berikut:

a. “Tuntas” atau “T”, apabila tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi;

b. “Dalam Proses” atau “DP”, apabila tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi atau

belum lengkap;

c. “Belum Ditindaklanjuti” atau “BDT”, apabila rekomendasi belum ditindaklanjuti; dan

Page 31: BAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 fileBAB I LATAR BELAKANG AUDIT TUJUAN TERTENTU: STP-115 115.01. Sesuai Kerangka Acuan Praktek Pengawasan Intern Pemerintah, Kementerian

STP

-11

5 B

AB

I

31

d. “Tidak Dapat Ditindaklanjuti” atau “TDDT”, apabila rekomendasi tidak dapat

ditindaklanjuti.

D. Pertanggungjawaban Anggaran dan Sumber Daya

116-40. Tim audit yang telah melaksanakan tugas audit wajib menyampaikan dokumen

pertanggungjawaban keuangan kepada Sekretaris Inspektorat Jenderal c.q Kepala Bagian

Keuangan dan Perlengkapan terkait kesesuaian data dokumen pertanggungjawaban dan

verifikasi dokumen pertanggungjawaban anggaran audit berdasarkan cost sheet, riil cost dan Surat

Tugas.