44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang Geologist tak akan mampu dikatakan Geologist jika tak mampu memetakan suatu wilayah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar perpetaan, termasuk mengetahui pengertian peta, jenis- jenis peta, unsur-unsur peta, membaca peta, hingga membuat peta itu sendiri. Dalam pembuatan peta atau memetakan suatu wilayah tentu digunakan berbagai macam alat untuk mengetahui luas wilayah tersebut hingga mengukur arah dan ketinggian dari wilayah yang dipetakan. Dalam praktiukum pemetaan topografi, akan dibuat peta Topografi dimana Peta topografi adalah suatu peta yang menggambarkan kondisi bentuk, penyebaran dan dimensi permukaan bumi, yang pada umumnya memuat, unsur-unsur relief, drainage dan culture, dilengkapi dengan judul peta, nomor lembar peta, petunjuk arah 1

BAB I Laporan Pemetaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1 laporan pemetaan

Citation preview

Page 1: BAB I Laporan Pemetaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang Geologist tak akan mampu dikatakan Geologist jika tak mampu

memetakan suatu wilayah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-

dasar perpetaan, termasuk mengetahui pengertian peta, jenis-jenis peta, unsur-

unsur peta, membaca peta, hingga membuat peta itu sendiri. Dalam pembuatan

peta atau memetakan suatu wilayah tentu digunakan berbagai macam alat untuk

mengetahui luas wilayah tersebut hingga mengukur arah dan ketinggian dari

wilayah yang dipetakan.

Dalam praktiukum pemetaan topografi, akan dibuat peta Topografi dimana

Peta topografi adalah suatu peta yang menggambarkan kondisi bentuk,

penyebaran dan dimensi permukaan bumi, yang pada umumnya memuat, unsur-

unsur relief, drainage dan culture, dilengkapi dengan judul peta, nomor lembar

peta, petunjuk arah utara peta, skala peta, grid koordinat peta, peta tunjuk atau

index to adjoining sheet, tahun pembuatan peta, legenda, pembuatan peta dan

keterangan lain.

Kegunaan daripada peta topografi, terutama untuk alat navigasi, penelitian

dan perencanaan dan pemantauan. Berdasarkan pada tata cara penggambaran

relief, ada empat jenis peta topografi, antara lain : Peta Topografi Kontur, Peta

Topografi Hachures, Peta Topografi Tinting, Peta Topografi Shading. Jenis peta

topografi yang dipergunakan untuk penelitian dan pekerjaan bersifat teknis adalah

1

Page 2: BAB I Laporan Pemetaan

Peta Topografi Kontur yaitu peta yang menggambarkan relief sebagai garis-garis

kontur.

Untuk melakukan pemetaan dalam praktikum ini, di gunakan kompas

Brunton atau kompas Geologi sebagai alat utama khusunya dalam menenutukan

arah dan slope. Dengan kompas Geologi inilah arah dan slope akhirnya mampu

ditentukan sehingga akan menjadi dasar pembuatan peta khususunya menggambar

garis kontur, dimana garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang

menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis

kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian

yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis

tinggi horizontal.

1.2 Metode dan Tujuan

1.2.1 Metode

. Dengan didampingi asisten dosen, praktikan memulai praktikum yakni yang

pertama menentukan titik koordinat lokasi. kemudian menentukan wilayah yang

akan diukur arah dan slopenya menggunakan kompas Brunton dan patok sebagai

penanda titik yang akan diukur. Data dari hasil penelitian akan dimuat dalam tabel

yang kemudian dibuat sketsa peta Topografi berdasarkan data pada tabel yakni

besar arah dan slope mengguakan skala tertentu. Langkah berikutnya yakni

pembuatan peta Topografi yang digambarkan menggunakan kertas grafik dan

kalkir.

2

Page 3: BAB I Laporan Pemetaan

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur arah dan slope

mengunakan kompas Geologi.

2. Agar praktikan mampu memetakan suatu wilayah khususnya dalam

hal ini yakni mampu membuat Peta Topografi berdasarkan data yang

didapatkan dilapangan.

1.3 Waktu dan Lokasi Pengukuran

1.3.1 Waktu

Praktikum pemetaan topografi dilakukan pada hari Minggu tangal 19

oktober 2014 pada pukul 08:00-15:00 WITA.

1.3.2 Lokasi Pengukuran

Praktikum pemetaan Topografi dilakukan di depan kampus UIN

Samata sekitar 100 meter dari kampus dengan titik koodinat lokasi LS 5º 12’ 5,4’’

BT 119º 29’ 45.6’’, dimana terdapat jejeran bukit dengan ketinggian yang

berbeda pada lokasi tersebut.

1.4 Alat dan Bahan

1. Kompas Brunton/Geologi, digunakan sebagai alat pengukuran arah dan

slope.

2. Patok, digunakan sebagai penanda titik lokasi yang akan diukur arah dan

kemiringannya.

3

Page 4: BAB I Laporan Pemetaan

3. Pulpen, digunakan untuk menulis dan memasukkan data yang telah

diperoleh.

4. Kertas A4, digunakan sebagai tempat menulis atau tempat memasukan

data yang telah diperoleh serta tempat untuk menggambar sketsa Peta

Topografi.

5. Penggaris, digunakan untuk membuat tabel dan membuat sketsa serta

mengukur jarak garis pada sketsa berdasarkan skala yang digunakan.

6. Busur derajat (360º), digunakan sebagai alat bantu pembuatan sketsa

dengan engukr berapa besar derajat arah dan kemiringan berdasarkan data

yang ada agar gambar sketsa yang diperoleh sesuai daengan isi data.

7. Pensil, digunakan untuk menggambar sketsa.

8. Clip Board, digunakan sebagai tempat penyimpanan kertas agar lebih

mempermudah dalam pengambilan data di lapangan.

4

Page 5: BAB I Laporan Pemetaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.PENGENALAN PETA

A. PETA TOPOGRAFI

Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data

ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan

berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan

dimengerti. Jadi, peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang

dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang

bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.

Sejak dahulu topografi bumi disajikan dengan peta-peta topografi. Dewasa ini

peta-peta topografi ini diturunkan dari berbagai kumpulan data yang dikenal

sebagai data kerangka topografi (topographic frame work data), inti geospasial

(geospatial core) atau data dasar (foundation data) (Groot dan McLaughlin, 2000

dalam Kraak dan Ormelling, 2007). Data ini meliputi kontrol data geodetik

(berdasar pada sistem referensi geospasial), data yang berhubungan dengan daerah

terbangun, hidrografi dan infrastruktur, model elevasi digital, batas administrasi

dan kode pos (penting untuk menghubungkan data sosio-ekonomi dengan data

fisik), dan nama-nama geografi.

5

Page 6: BAB I Laporan Pemetaan

Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan di mana posisi planimetris di

atas permukaan bumi dan bentuk permukaan tanah diukur dan hasilnya

digambarkan di atas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang

hasilnya berupa peta topografi.

Adapun peta topografi adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang

dinyatakan dengan simbol-simbol, tandatanda serta keterangan dalam skala

tertentu. Jadi secara umum peta topografi dimaksudkan sebagai suatu tipe data

yang akan memberikan gambaran keadaan suatu areal tertentu pada permukaan

bumi.

Sedangkan, BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

Nasional) mendefinisikanPeta Topografi/Rupabumi sebagai peta yang menyajikan

informasi spasial dari unsur -unsur pada permukaan dan di bawah bumi yang

meliputi hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk kontur),hidrografi

(tatanan air sungai, danau, dan sebagainya),vegetasi (budidaya dan non

budidaya),toponimi (nama-nama generik unsur -unsur muka bumi),batas-batas

administrasi,unsur -unsur buatan manusia (jalan, bendungan, permukiman,

termasuk peninggalan purbakala, dan sebagainya),rujukan geografis baku.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya,

yaitu:

1. Judul Peta

6

Page 7: BAB I Laporan Pemetaan

Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain

yang menonjol.

2. Keterangan Pembuatan

Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di

bagian kiri bawah dari peta.

3. Nomor Peta (Indeks Peta)

Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.

4. Pembagian Lembar Peta

Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang

digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan

interpretasi suatu daerah yang lebih luas.

5. Sistem Koordinat

Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:

a. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan

dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya

7

Page 8: BAB I Laporan Pemetaan

menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit

dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.

b. Koordinat Grid

Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid.

Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke

utara dan barat ke timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal

Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat

dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta.

Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional.

Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan

koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.

6. Skala Peta

Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan

atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan

JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).

8

Page 9: BAB I Laporan Pemetaan

Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang

sebenarnya.

7. Orientasi Arah Utara

Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum

menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada

satu garis.

Tiga arah utara tersebut adalah:

a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara

yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.

b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar

dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh),

yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu

mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh

pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi

penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:

9

Page 10: BAB I Laporan Pemetaan

a. Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah

Utara Sebenarnya (US).

b. Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara

sebenarnya ((IS).

c. Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah

Utara Pela f71′).

Dengan diagram sudut digambarkan

US UP UM

TRUE NORTH MAGNETIS NORTH

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan

ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang

memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain

garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis

kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang mempunyai

ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas

10

Page 11: BAB I Laporan Pemetaan

peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi

lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope

(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan

tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan

(cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau

bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-

garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar

peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur

ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta

Sifat-sifat garis kontur, yaitu :

a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu

sama lain dan tidak akan bercabang.

b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.

c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama

d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.

e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur

bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.

11

Page 12: BAB I Laporan Pemetaan

f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi

terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar

dinamakan PASS.

g. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih

tinggi.

h. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan

gunung.

i. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu

lembah/jurang

9. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan

pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi

adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan

tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi

a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120

b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340

12

Page 13: BAB I Laporan Pemetaan

c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975

d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875

e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670

f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202

g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212,

tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta

Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur

yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk

dipahami antara lain:

a. Titik ketinggian

b. Jalan setapak

c. Garis batas wilayah

d. Jalan raya

e. Pemukiman

13

Page 14: BAB I Laporan Pemetaan

f. Air

g. Kuburan

h. Dan Lain-Lain

B. MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

1. MEMBACA GARIS KONTUR

a. Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U,

dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek

dari kontur di atasnya.

b. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V

terbalik) dengan Ujung yang tajam.

c. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam

garis konturnya rapat.

2. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

14

Page 15: BAB I Laporan Pemetaan

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk

mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak

berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA

TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter

sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur

belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

a. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.

b. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).

c. Hitung jumlah kontur antara A dan B.

4. Bagilah selisih ketinggian antara A – B dengan jumlah kontur antara A – B,

hasilnya adalah Interval Kontur.

3. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta

tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara,

bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta,

utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

4. MENGENAL TANDA MEDAN

15

Page 16: BAB I Laporan Pemetaan

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi

harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan

dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang

dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak

2. Lembah yang curam

3. Persimpangan jalan atau Ujung desa

4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak

5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.

1. Persimpangan jalan

2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

C. MENGGUNAKAN PETA

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu

titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:

16

Page 17: BAB I Laporan Pemetaan

1. Koordinat titik awal (A)

2. Koordinat titik tujuan (B)

3. Sudut peta antara A – B

4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B

5. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.

+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.

+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai

dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.

+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60

menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.

+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.

17

Page 18: BAB I Laporan Pemetaan

+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan

perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan

landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-

lainnya.

+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan

dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan

dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan

kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur

dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan

sebenarnya.

D. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda

tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim

Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC

memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301

mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan

dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).

18

Page 19: BAB I Laporan Pemetaan

b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian

dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T dari titik A ke arah

garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ -360°) searah

putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.

c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.

Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan

setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis

kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi waktu tempuh :

+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan

+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).

+ Keadaan cuaca rata-rata.

+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).

+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

E. MEMBACA KOORDINAT

19

Page 20: BAB I Laporan Pemetaan

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan.

Penunjukkan koordinat ini menggunakan

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b.

Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau

106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota

Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan

sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk

koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

F. SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem

pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° – 360°). Sistem Azimuth adalah

sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau

diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah

utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk

20

Page 21: BAB I Laporan Pemetaan

melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut

kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir

perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut

kompasnya

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS

BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi

180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

Dalam membuat peta topografi ini, tentu dibutuhkan beberapa alat dan

bahan. Namun, salah satu alat utama yang dipakai dalam percobaan kali ini adalah

kompas geologi atau kompas Brunton.

2. PEMAKAIAN KOMPAS GEOLOGI

Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe kompas

brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai

clinometer.

tipe kompas tersebut dilengkap dengan :

Kompas needle (Jarum Magnet)

Graduate Circle Lingkaran pembagian derajat)

Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows)

dan axial line, Folding sight,

21

Page 22: BAB I Laporan Pemetaan

Sighting arm, Peep sight,

Clinometer dan Bull’s eyes

a. Jarum maget,

Jarum magnet pada kompas adalah sebuah batangan besi yang disatukan

dengan batangan magnit bagian tengahnya terletak diatas jarum tegak,

apabila dalam keadaan setimbang, jarum akan bergerak dengan bebas

diaatas jarum tegak (Pivot Needle), ujung jarum akan diam searah dengan

22

Page 23: BAB I Laporan Pemetaan

kutub utara magnet bumi, ujung jarum utara ditandai dengan noktah

kuning, dilengkapi pula dengan cincin penyeimbang berat yang dapat

digeser-geser untuk mengimbangi penyimpangan arah inklinasi, agar

supaya jarum kompas dapat bergerak bebas tanpa menyentuh kaca penutup

kompas

b. Pembagian skala derajat pada kompas,

adalah bagian kompas berupa lempengan lingkaran diluar ujung jarum

kompas, terdiri dari :

Pembagian skala 00 – 3600,

Kedudukan N (utara) pada kompas adalah kedudukan 00 berhimpit dengan

3600, Kedudukan S (selatan) adalah 1800, dan kedudukan E (timur) adalah 900,

kedudukan W (barat) adalah kedudukan 2700. Posisi pembacaan arah N - E -

S - W pada kompas, ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.

Pembagian skala 00 –

900,

Skala Pembagian

00 – 900, mempunyai

23

Page 24: BAB I Laporan Pemetaan

system pembacaan dengan kwadran. Kwadran 00 – 900; adalah sekala

pembacaan kwadran N – E dan S – E , N – W dan S – W, berarti angka 0 0,

terletak pada pembacaan E (timur) dan W (barat). Tulisan arah N – E – S –

W – N, terbaca terbalik arah perputaran jarum jam.

c.

Clinometers

Sebuah kompas geologi, harus selalu dilengkapi dengan seperangkat alat

clinometer, yang mengukur besarnya sudut kemiringan (sudut vertical), untuk

mengukur kedudukan sudut vertical suatu garis atau bidang, yang dilengkapi

dengan gelembung penyeimbang (‘nivo tabung’) diletakkan sedemikian rupa

sehingga kedudukan garis horizontal clinometer sejajar dengan arah garis

memanjang kompas, titik pembacaan tegak lurus garis tersebut, skala pembacaan

kemiringan dengan satuan derajat (..o), alat penyetel manual klinometer terletak

24

Page 25: BAB I Laporan Pemetaan

pada bagian belakang kompas. Beberapa jenis kompas, memiliki alat klinometer

yang dapat berputar sendiri yang dikontrol oleh gaya berat.

d. pengarah

Pengarah pada kompas, terdiri dari pengarah depan dan pengarah

belakang, Pengarah depan berupa lengan yang dapat ditekuk muka-belakang

secara bebas yang dilengkapi pada ujungnya dengan ‘Peep Sight’.

Pengarah belakang, berupa lempengan cermin yang juga berfungsi sebagai

penutup kompas, yang dilengkapi dengan ‘Sighting windows’, ’axial line’ dan

’folding sight’.

3. MENENTUKAN ARAH DENGAN KOMPAS

Pada dasarnya penentuan arah dengan memakai kompas, dapat dilakukan

dengan memakai semua jenis kompas, dalam hal ini akan dibahas pemakaian

kompas yang mempunyai pembagian derajat 0o – 360o. Tata cara pemakaian

25

Page 26: BAB I Laporan Pemetaan

dengan baik agar supaya diperoleh suatu nilai pengukuran yang bermutu tinggi,

dan anjuran agar supaya mengikuti tata tertib pemakaian kompas sebagai berikut :

1. Keluarkan kompas dari sarungnya, dan periksalah dengan baik

kelincahan gerak jarum kompas dengan posisi gelembung udara

nivo (‘bull’s eye level’) berada tepat ditengah lingkaran merah.

Apakah tidak ada hambatan gerak jarum kompas oleh karena

bersentuhan dengan gelas penutup.

2. Apabila kompas dalam keadaan sulit untuk bergerak bebas, jangan

langsung dibuka sendiri gelas penutup kompas (berkonsultasikan

dengan asisten / teknisi).

3. Apabila sudah seimbang sempurna, peganglah kompas pada posisi

kompas diletakkan diatas telapak tangan dan dilengketkan pada

perut agar supaya tidak mudah goyah sambil meluruskan pengarah

ke objek dengan tetap mempertahankan posisi gelembung

ditengah-tengah nivo.

26

Page 27: BAB I Laporan Pemetaan

4. ‘Sighting arm’ (‘lengan pengarah’) dibuka horizontal dan ‘peep

sight’ ditegakkan dan diarahkan ke objek, dalam keadaan kompas

tetap seimbang.

5. Setel cermin pengarah sehingga titik objek terlihat pada cermin

masuk ke lobang pengarah dan terletak pada garis poros cermin

sambil tetap mempertahankan kompas (perhatikan gelembung

udara pada nivo, harus tetap berada ditengah lingkaran)

6. Pembacaan dilakukan apabila jarum sudah diam.

7. Catat nilai / angka yang ditunjuk pada kertas blanko yang

disiapkan (table berikut)

8. Posisi kompas dapat pula dengan meletakkan kompas sejajar atau

setinggi dengan posisi mata, kedudukan kompas terbalik dimana

‘sighting arm’ pada posisi belakang dekat dengan mata dan

didepan valve dibuka kurang lebih 45o sehingga pembacaan nilai

arah kompas tampak pada bayangan cermin.

27

Page 28: BAB I Laporan Pemetaan

4. MENENTUKAN SUDUT KEMIRINGAN PERMUKAAN TANAH DAN

LERENG DENGAN KLINOMETER.

1. Harap diperhatikan, Posisi pengukur dan objek harus dalam

keadaan tetap, tidak bergeser, letakkan kompas sejajar mata pada

28

Page 29: BAB I Laporan Pemetaan

posisi kompas dimiringkan dengan nivo tabung pada posisi atas

dan peep sight didepan mata.

2. Tekuk cermin kompas kira-kira 45

3. Arahkan kompas ke objek melalui lobang intip ‘peep sight’ dan

‘sighting windows’

4. Setel klinometer dengan cara

memutar alat penyetel klinometer dibelakang kompas, sehingga

bayangan nivo tabung klinometer seimbang yang nampak pada

cermin.

5. Tetapkan pembacaan lepaskan tangan pada alat penyetel

klinometer, pembacaan nilai kemiringan lereng dapat dibaca

dengan terlebih dahulu menurunkan kompas dari sejajar dengan

mata ke posisi terletak depan perut agar supaya pembacaan dapat

seakurat mungkin.

6. Catat hasil pembacaan angka / nilai pada table tersedia (lihat table

dibawah).

29

Page 30: BAB I Laporan Pemetaan

BAB III

PENGOLAHAN DATA

30

Page 31: BAB I Laporan Pemetaan

BAB IV

PENUTUP

31

Page 32: BAB I Laporan Pemetaan

DAFTAR PUSTAKA

32