38
Pemetaan Geologi 6 Pemetaan Geologi 6.1. Peta Geologi Peta geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan- lapisan batuan dengan memakai warna atau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat didalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan dibawah permukaan. Nilai dari peta geologi tergantung dari ketelitian pada waktu pengamatan dilapangan. Didasarkan pada derajat ketelitiannya, peta geologi dikelompokkan menjadi tiga jenis : 1. Peta geologi pendahuluan (Reconnaisance geologic map) 2. Peta geologi yang semidetail 3. Peta geologi yang detail Jenis peta geologi yang dihasilkan akan tergantung dari tujuan pemetaan, umpamanya untuk tujuan keilmuan, geologi ekonomi, geologi minyak, geologi teknik dsb. Penuntun Geologi Lapangan 105

Bab 10 Pemetaan Geologi

Embed Size (px)

Citation preview

9

PAGE 132Pemetaan Geologi

6Pemetaan Geologi

6.1. Peta Geologi

Peta geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat didalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan dibawah permukaan. Nilai dari peta geologi tergantung dari ketelitian pada waktu pengamatan dilapangan.

Didasarkan pada derajat ketelitiannya, peta geologi dikelompokkan menjadi tiga jenis :

1. Peta geologi pendahuluan (Reconnaisance geologic map)

2. Peta geologi yang semidetail

3. Peta geologi yang detail

Jenis peta geologi yang dihasilkan akan tergantung dari tujuan pemetaan, umpamanya untuk tujuan keilmuan, geologi ekonomi, geologi minyak, geologi teknik dsb.

Peta-peta tersebut walaupun pada dasarnya sama, tetapi tiap-tiap macam mengandung penekanan tertentu dari sifat yang diperlukan dalam tujuan masing-masing. Umpamanya peta geologi untuk perminyakan akan lebih ditekankan pada sifat-sifat batuan sedimen dan struktur, sedangkan peta geologi untuk geologi ekonomi akan lebih menekankan sifat batuan beku serta gejala-gejala batuan disekitarnya dsb. Seorang pemeta harus mengetahui apa yang harus dilakukannya sesuai dengan yang direncanakan.

Sebagai contoh, suatu pemetaan untuk lokasi bendungan ( geologi teknik), yang nantinya akan digunakan untuk ahli teknik sipil tidak ada gunanya bila yang dikemukakan itu hanya pernyataan-pernyataan tentang napal, geologi sejarah, dsb, tanpa menyinggung tentang sifat-sifat keteknikannya.

6.2. Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Geologi

Prosedur pemetaan geologi dapat dibagi dalam tiga tahap utama yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Pemetaan dilapangan

3. Penyusunan laporan

6.2.1.Tahap perencanaan

Tahap perencanaan ini meliputi kegiatan dikantor atau distudio dan perencanaan kerja setelah berada di pangkalan/base camp. Perencanaan di studio meliputi :

a. Kumpulan data-data mengenai keadaan daerah (medan), laporan-laporan geologi yang pernah ada dan data lainnya yang berhubungan dengan daerah yang akan dipetakan.

b. Mencari peta topografi/potert untuk peta dasar.

c. Membuat peta dasar : tenaga, perlengkapan dan biaya

d. Menyusun program kerja dan jadwal

Berhasil atau tidaknya pekerjaan lapangan nanti akan ditentukan oleh baik tidaknya perencanaan ini. Setelah tiba di pangkalan yang telah direncanakan di studio, sebelum langsung melakukan pemetaan, dilakukan penyelidikan pendahuluan (reconaisence), yang bertujuan :

a. Untuk mengetahui medan, jalan-jalan, nama-nama kampung, sungai, bukit-bukit, dsb termasuk juga membiasakan diri dan mempelajari adat istiadat setempat penduduk setempat. b. Untuk secara sepintas dapat mengetahui jenis-jenis litologi umpamanya mungkin sudah dapat diperkirakan beberapa macam batuan dan bagimana cara mengelompokkannya .

Setelah itu baru membuat perencanaan mengenai lintasan-lintasan atau rute-rute yang akan ditempuh disesuaikan dengan jadwal waktu yang dibuat dalam program kerja (perencanaan di studio). Peta dasar yang akan disiapkan lebih dari satu untuk dilapangan dan yang lain disimpan dipangkalan. Tiap sore atau malam harinya dibiasakan memindahkan hasil-hasil pengamatan hari itu dari peta lapangan ke peta yang di base camp. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar jika peta hilang atau peta lapangan sudah kotor dan tidak dapat dibaca lagi masih ada peta yang disimpan dipangkalan.

6.2.2.Tahap Pemetaan di lapangan

Persiapan Umum

a. Biasakan mulai bekerja dilapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu sore. Pergi pagi-pagi dapat menghindari hujan yang umumnya turun pada waktu siang di daerah tropis.

b. Membawa air yang cukup dan kebutuhan makan siang

c. Persoalan-persoalan geologi yang tidak dapat dibawa ke base camp selalu harus dipecahkan dilapangan.

Keberhasilan pekerjaan seorang geologist lebih banyak tergantung dari kemampuannya memecahkan masalah dilapangan.

Pengamatan dilapanganSemua yang dapat dilihat bagi pemeta mempunyai arti tertentu adalah kewajiban bagi para pemeta untuk mencatat segala yang diamati walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya remeh sebab siapa tahu diwaktu yang akan datang hal tersebut merupakan kunci atau keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum terpecahkan.

Ada tiga hal pokok yang harus direkam oleh para pemeta didalam buku lapangannya yaitu :

a. Unsur-unsur struktur berupa jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi, dll) serta arah dan penunjaman untuk struktur garis (misalnya sumbu mikrofold, gores garis, liniasi mineral,dll).

b. Deskripsi litologi di lapangan harus diusahakan pada singkapan yang baik serta diharapkan dapat mewakili suatu satuan (cara deskripsi yang lengkap) lihat bab III.

c. Membuat sketsa atau potret mungkin keduanya perlu dilakukan sebab dengan foto saja ada kemungkinan gagal dan sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.

6.3. Pengeplotan pada peta dasar

Bagian paling penting dan harus dipetakan adalah batas-batas litologi dan struktur geologi. Pemetaan geologi pada dasarnya adalah menarik batas-batas pada peta antara bermacam-macam batuan yang dikelompokkan menjadi satuan peta. Batas tersebut yang disebut batas litologi merupakan garis-garis atau lengkung dalam peta yang akan memisahkan satuan yang satu terhadap yang lainnya bila satuan tersebut ternyata mempunyai sifat-sifat litologi yang berbeda.

Batas-batas litologi pada beberapa singkapan dapat jelas (pasti) diperkirakan letaknya tertutup pelapukan atau dapat juga diduga adanya batas. Tugas seorang ahli geologi sering kali memetakan apa yang tidak ia lihat jadi kebalikan tugas seorang ahli topografi.

Dengan demikian tugas dari seorang pemeta geologi adalah memetakan apa-apa yang tidak dengan jalan mempelajari singkapan-singkapan yang terbatas dan kemudian menghubungkannya satu dengan yang lain.

Sebagai suatu pegangan dalam mempelajari dan mencari batas-batas litologi dapat dikemukakan hal-hal sebagi berikut :

a. Singkapan dan bongkahan

Kadang-kadang beruntung kita mendapatkan suatu singkapan dan dari singkapan tersebut banyak yang dapat diceritakan tetapi kita harus hati-hati apakah singkapan tersebut pada tempatnya / insitu dan bukan merupakan bongkahan yang berpindah tempat.

b. Fungsi dari sungai

Terutama di daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang lebat atau mempunyai lapisan penutup (pelapukan) yang tebal satu-satunya kemungkinan untuk mendapatkan singkapan-singkapan adalah di sungai-sungai yang menyadat dalam walaupun tebingnya tertutup, kadang-kadang arus sungai itu akan memotong lapisan-lapisan batuan yang keras yang menimbulkan terjadinya riam-riam atau rapids.

Pengamatan batu-batu guling di sungai

Mempelajari jenis-jenis dan penyebaran batu-batu guling pada suatu cabang sungai seringkali membantu dalam pendugaan batas litologi. Sebagai contoh, bila kita temukan dua macam batu guling yang terdiri dari batu A dan B. Ini sudah menjelaskan bahwa kedua batuan ini tesingkap di tempat-tempat yang tidak begitu jauh dari sana. Bila ikuti ke hulu, batu guling itu akan menjadi lebih besar dan runcing, dan bila diikuti terus mungkin hanya batu guling A saja yang kita jumpai. Ini menunjukkan bahwa kita telah melampaui singkapan B dan juga batas satuan A dan B. Jadi kita bisa kembali dan menyelidiki lebih teliti lagi.Perubahan bentuk lembah juga dapat menunjukkan perubahan jenis litologi :

Batuan lembah-lembah melebar

Batuan keras-sempit dan curam

c. Jika memperhatikan tempat-tempat yang pernah dicapai atau digali orang, seringkali banyak faedahnya. Banyak infomasi yang akan kita dapat dari penggalian-penggalian sumur, fondasi rumah, tiang dan lain-lain. Juga lubang-lubang yang digali binatang (kelinci).d. Perhatikan jurusnya, apakah kita berjalan searah atau tegak lurus jurus perlapisan.

e. Soil (tanah pelapukan) :

Tiap batuan umumnya akan memberikan hasil pelapukan yang berlainan.

f. Sumber-sumber air

Banyak sekali faedahnya karena kerap sekali menunjukkan batas antara lapisan-lapisan yang porous dan yang kedap air. Selain itu, dapat juga menunjukkan adanya bidang-bidang patahan yang kadang-kadang dapat diikuti beberapa jauh.Batas-batas litologi dan tanda-tanda struktur dapat merupakan gejala geologi yang paling penting yang dipetakan dalam peta dasar. Karena kedua gejala geologi ini kita anggap sebagai bidang-bidang yang teratur maka bentuknya dalam peta akan berupa garis-garis lurus atau lengkung yang ditentukan oleh : bentuk topografi, jurus dan kemiringan dari bidang-bidang tersebut.

Bentuk dari garis atau batas tersebut di dalam peta dengan demikian akan memberikan arti terhadap stratigrafi dan struktur dari daerah itu. Dengan perkataan lain, garis tersebut akan menyatakan kepada kita : formasi mana yang di atas dan di bawah, dan kecuraman dari kemiringan.

Sangat dianjurkan, bahwa para pemeta hendaknya teliti dan hati-hati dalam menarik batas ini. Karena suatu batas yang dibuat secara sembarangan akan menyebabkan interpretasi yang salah terhadap peta tersebut. Untuk melukiskan batas-batas di dalam peta kita harus memperhatikan hukum V (gambar 6.1).

Gambar 6.1. Gambar kaidah hukum V (Ragan, 1973)6.4. Jenis Lintasan Geologi

Lintasan yang dapat kita ikuti di lapangan dapat bermacam-macam :

1. Lintasan sungai (river traverse-river opname)

2. Lintasan jalan (road traverse)

3. Lintasan kompas (compass traverse), atau potong kompas

Sebagian besar dari lintasan yang akan di lakukan merupakan lintasan sungai, sebab di sungailah terdapat kebanyakan singkapan-singkapan. Untuk menentukan lokasi titik pengamatan di lintasan-lintasan ini dapat ditempuh dua cara, yaitu :

1. Dengan jalan orientasi, yaitu menyamakan keadaan topografi sekeliling titik pengamatan dengan keadaan di dalam peta.

2. Mengukur dengan tali ukur dan kompas atau menghitung langkah sejak titik permulaan sampai titik terakhir dari lintasan.

6.4.1. Lintasan Sungai

Karena sungai-sungai sudah digambarkan dalam peta dasar, tidak usah diadakan pengukuran kompas, cukup dengan memperhatikan dan mencatat belokan-belokan sungai yang terpenting saja (misalnya berapa kali belok kanan dan belok kiri sesudah titik pengamatan terakhir)

Lokasi titik itu didapatkan dengan jalan mengukur dengan mistar dalam peta sepanjang garis sungai, dengan memperhitungkan berapa kali beloknya. Tetapi kadang-kadang ada hal-hal yang kurang tepat (peta sudah tua dan sebagainya) sehingga perlu sekali dicek kebenarannya. Terutama sekali kalau kita pergunakan peta yang dibesarkan. Kadang-kadang cara yang kedua harus dilakukan jika sungai-sungai itu tertutup dalam hutan, sehingga tidak mungkin untuk berorientasi. Tetapi sebaiknya dalam semua lintasan sungai (river traverse) saudara menghitung langkah dari permulaan langkah sebab saudara tidak selalu tahu keadaan yang bagaimana yang akan dihadapi.6.4.2. Lintasan Jalan

Traverse yang dilakukan di jalan-jalan tidak berbeda dengan traverse di sungai, hanya tentunya akan lebih mudah. Tetapi sebelumnya, pemeta harus yakin bahwa jalan yang akan pemeta ikuti itu tergambar dalam peta dengan nyata dan jelas. Ada kalanya, malah seringkali terjadi, bahwa jalan-jalan setapak ataupun jalan besar itu sudah pindah sehingga akan mengacaukan pemeta. Lebih baik dicek dahulu dengan penduduk setempat, jika ternyata jalan itu sudah berubah, maka terpaksa saudara harus melakukan compas opname seperti yang dijelaskan di bawah ini.6.4.3. Mengukur dengan tali ukur/langkah dan kompas

Lintasan lurus atau potong kompas

Istilah yang terakhir ini lazim digunakan dalam kalangan militer. Seperti lintasan-lintasan lainnya, traverse ini pun harus direncanakan terlebih dahulu dengan teliti. Kita harus yakin bahwa lokasi terakhir dari lintasan yang direncanakan mudah dikenal dan dicari di lapangan. Sebaiknya direncanakan juga setibanya di lapangan dari titik mana pemeta akan memulai traverse-nya.Pemeta harus menghubungkan dua lokasi dalam peta, yang di antara kedua lokasi tersebut pemeta akan mengadakan pengamatan Semua singkapan-singkapan yang pemeta jumpai di depan atau kiri kanan garis lintasan, hanya ditentukan dengan hitungan langkah, atau menarik tali ukur.

Catatan mengenai topografi lintasan perlu dilakukan, hal ini dapat membantu untuk melokalisir titik pengamatan, misalnya :

- berapa kali naik gunung, dan

- berapa kali turun ke lembah.

Setibanya dekat lokasi yang dituju, harus dicek apakah terlalu ke kiri atau ke kanan dari titik yang dituju. Bahwasanya lintasan ini dapat dilakukan, ternyata dengan adanya istilah potong kompas dalam ketentaraan. Traverse semacam ini dilakukan pada keadaan sungai-sungai dan jalan-jalan tidak tergambar pada peta, atau tak ada sama sekali. Misalnya pemeta akan datang ke puncak bukit dimana dengan jelas kelihatan dari jauh adanya singkapan, tetapi hutan lebat berada di antara pemeta dan bukit tersebut. Maka inilah satu-satunya cara yang paling aman untuk dipakai di hutan tersebut, dengan mengikuti prosedur di atas pemeta tak akan tersesat.Lintasan ini juga dipakai jika pemeta kehilangan orientasi sama sekali. Dengan mengarahkan kompas ke unsur topografi yang memanjang, misalnya jalan, maka pemeta akan selamat, dan titik pengamatan terakhir akan dapat ditentukan kembali.

Pengukuran dengan tali kompas/rotan kompas

Metoda ini sama dengan yang disebut mengukur stratigrafi (MS). Selain dilakukan untuk keadaan tersebut di atas juga dilakukan untuk membuat suatu peta profil secara detail dari suatu singkapan yang menerus.

Caranya adalah dengan mempergunakan tali ukur (50 m, 25 m), dan kompas; jarak, azimuth dan lereng diukur, kemudian dilakukan koreksi-koreksi seperlunya. Variasi lain dari pengukuran cara ini adalah : Dengan menggunakan dua perahu di sungai yang masing-masing memegang ujung tali, atau

Satu perahu dan satu orang mengambang dengan pelampung, masing-masing memegang ujung tali.

6.5. Ketepatan Metode Traverse

Jika peta dasar yang dipakai adalah 1 : 25.000, maka 1 mm di peta berarti 25 m di lapangan. Menentukan, mengeplot atau membedakan 1 mm dalam peta adalah sukar. Ini berarti bahwa setiap 35 langkah yang pemeta lakukan di lapangan berarti pemeta maju 1 mm dalam peta. Jelas bahwa jika ada singkapan-singkapan dalam jarak sampai 50 m, itu harus dianggap satu singkapan saja.

Pemeta harus ingat bahwa untuk mengeplot simbol jurus dan kemiringan saja dibutuhkan ruangan kira-kira 10 x 5 mm. Jelas pula bahwa singkapan-singkapan yang berada di garis lintasan. (Tetapi dalam buku catatan harus dinyatakan jarak-jarak singkapan yang demikian).Jelaslah bahwa untuk pemetaan dengan memakai peta dasar skala 1 : 25.000 atau lebih kecil lagi, metode-metode yang di atas tadi cukup tepat. Lain halnya dengan skala yang besar.

6. 6. Penampang GeologiPeta geologi yang lengkap adalah peta geologi yang dilengkapi dangan penampang geologi. Penampang geologi penting dibuat untuk menunjukkan hubungan urutan batuan dan rekontruksi struktur geologi. Biasanya penampang geologi dibuat tegak lurus dengan jurus batuan dan diusahan dapat melewati semua satuan batuan yang ada dalam peta geologi. Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus lapisan batuan, maka dapat dikoreksi :

Tg ( = tg ( x Sin (

( = arctg (tg ( x sin ( ) dimana : ( : Dip di penampang ( : Dip dipeta ( : Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus

Penampang geologi sangat tergantung pada peta dasar yang digunakan. Untuk membuat penampang geologi terlebih dahulu membuat penampang berdasarkan peta berkontur untuk memperjelas beda tinggi penampang geologi (gambar 6.2). Kemudian memasukkan unsur-unsur batuan dan struktur geologi.

Gambar 6.2. Unsur-unsur yang ada pada peta geologi (Compton, 1985)

Gambar 6.3. Cara pembuatan penampang geologi berdasarkan peta dasar (Ragan, 1973)6. 7. Penggolongan Batuan

Setiap negara mempunyai aturan tersendiri dalam penggolongan batuan. Di indonesia penggolongan satuan batuan berdasarkan pada Sandi Stratigrafi Indonesia (1975, 1996). Dalam pemetaan geologi permukaan umumnya digunakan pembagian satuan stratigrafi berdasarkan litostratigrafi.

6. 8 Kolom Stratigrafi

Peta Geologi pada dasarnya dapat menunjukkan urutan umur batuan tetapi tidak bisa menunjukkan urutan umur yang dilengkapi dengan umur relatif serta gambaran deskriptif batuan, lingkungan pengendapan/pembentukan. Untuk itu setiap hasil pemetaan geologi selalu di haruskan membuat kolom stratigrafi. Gambar 6.4. Pembagian satuan stratigrafi (ISSC,1976)Syarat-syarat untuk suatu satuan batuan :

Harus dapat dipetakan (mapable) berdasarkan skala peta dasar

Satuan peta dapat terdiri satu macam batuan atau beberapa macam batuan

Penggolongan satuan batuan disesuaikan dengan sandi stratigrafi indonesia. Harus menggunakan satu pembagian satuan stratigrafi. Misalnya : satuan litostratigrafi tidak perlu digabungkan dengan satuan litodemik.

6.8. Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi yang dibuat dari peta geologi berbeda dengan kolom stratigrafi yang dibuat berdasarkan penampang terukur. Unsur-unsur yang tergambar di dalamnya sama saja seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Perbedaanya adalah kolom stratigrafi peta memuat urutan batuan secara keseluruhan, sedangkan penampang terukur penekanannya pada lingkungan pengendapan dan kotak satuan batuan.Kolom stratigrafi juga sangat tergantung penampang stratigrafi terukur yang biasanya dibuat pada tempat-tempat yang menunjukkan urutan yang ideal, daerah yang menunjukkan kontak tegas. Unsur-Unsur Kolom Stratigrafi Peta:

Tidak ada format yang baku mengenai gambar kolom stratigrafi, yang pasti suatu kolom stratigrafi memuat unsur yang tidak dapat ditampilkan dalam peta geologi. Unsur-unsur yang ada pada penampang stratigrafi terukur tentunya sebagai dasar pembuatan kolom stratigrafi peta. Berikut unsur-unsur yang harus ada dalam kolom stratigrafi :

Kolom Umur

Kolom ini memuat umur satuan batuan, baik umur relatif maupun umur absolut. Dasar pengambilan umur satuan batuan antara lain :

a. Berdasarkan kedudukan batuan di lapangan yang tergambar dalam peta geologi dan penampang geologi. b. Umur relatif berdasarkan kandungan fosil

c. Umur absolut berdasarkan radiometri

d. Berdasarkan hasil kesebandingan umur satuan resmi. Tentunya harus membandingakan kesamaan ciri fisik (litotype), lebih bagus lagi mengerti stratotipenya sehingga dapat memposisiikan satuan batuan lokasi penelitian terhadap urutan satuan resminya.

Kolom Satuan Batuan

Kolom satuan terbagi atas dua bagian yaitu :

Kolom satuan tidak resmi yang merupakan hasil penggolongan satuan batuan murni hasil penelitian.

Kolom satuan batuan resmi penelitian geologi yang telah di lakukan di daerah penelitian baik hasil pemetaan geologi maupun hasil penelitian geologi khusus.

Kolom Ketebalan

Ketebalan kolom stratigrafi peta di dapatkan dari hasil rekontruksi penampang geologi serta hasil stratigrafi terukur. Kadang menjadi persoalan apakah batuan yang tidak berlapis seperti batuan beku dan metamorf perlu juga di masukkan dimensi lebarnya dalam kolom ketebalan.Kolom Litologi

Banyak versi dalam penggambaran kolom litologi, hal ini disebakan keinginan geologist untuk menampilkan hubungan stratigrafi hasil pemetaannya. Unsur-unsur yang penting ditampilkan dalam kolom litologi : Simbol litologi

Simbol batas ketidaselarasan

Simbol perubahan fasies seperti menjemari, melensa, melidah

Simbol kandungan mineral, kandungan fosil

Ekspresi ukuran butir dan ekspresi tingkat pelapukan batuan

Kontak intrusi; perlu ditekankan batuan beku intrusi dengan batuan beku yang tergolong pyroklastic flow. Kadang-kadang sulit digambarkan.Kolom Deskripsi

Walaupun yang diperikan dalam kolom ini adalah deskripsi batuan, tetapi dianjurkan memperhatikan terlebih dahulu penggolongan batuan kemudian menguraikan deskripsi batuan. Kolom Kandungan Fosil

Sebutkan semua fosil yang dianggap representatif yang dianggap memperkuat penentuan umur batuan dan lingkungan pengendapanKolom Lingkungan Pengendapan/Pembentukan :Dasar penempatan kolom ini sangat tergantung proses pembentukan suatu batuan. Kadang pula dipengaruhi oleh penekana pemetaan geologi (misalnya penekanan tektonik, basin, proses sedimentasi, fasies dsb). Beriku unsur-unsur yang perlu dicatumkan dalam kolom Lingkungan pengendapan/pembentukan : Lingkungan pengendapan ; Dapat diambil dari kedalaman batimetri fosil (transisi, laut dangkal, laut dalam), lingkungan fasies batuan karbonat (lingkungan reef, platform lebar), lingkungan pengendapan batuan silisiklastik (seperti aluvial fan, channel/braidded sungai, lakustrin, delta, sub marine fan). Perlu di ingat bahwa lingkungan pengedapan tidak bisa berdiri sendiri hanya dengan parameter struktur sedimen tertentu, mineral tertentu, satu jenis fosil tetertu tetapi harus mempertimbangkan urutan vertikal hasil pengukuran stratigrafi terukur.

Pembentukan batuan ; Kadang lokasi penelitian terdapat batuan metamorf, sehingga harus dipertimbangkan jenis proses metamorfosme yang mempengaruhi terbentunya batuan, kadang pula even tektonik yang dijadikan patokan lingkungan pembentukan (seperti pre-rift, syn-rift, post rift dll.). Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 6.5. Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)

Gambar 6.6. Contoh Peta Geologi Daerah Biru (Leeuwen, 1981)6. 9. Susunan laporan Pemetaan Geologi

Laporan pemetaan geologi, sesuai dengan tujuannya akan terdiri dari pokok-pokok sebagai berikut :

Kata Pengantar

Intisari

Daftar Gambar

Daftar Foto

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Geomorfologi

Bab 3 Stratigrafi

Bab 4 Struktur Geologi

Bab 5 Sejarah Geologi

Bab 6 Geologi Terpakai (mineral Energi, Bahan Galian, Geologi Teknik, Geohidrologi, Geologi Tata Lingkungan dan lainnya).

Bab 7 Kesimpulan/Ringkasan dan saran

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

Catatan :Judul untuk Bab 6 tidak selalu tertulis Geologi Terpakai melainkan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas.

6.8.1. Penjelasan

Hal-hal utama yang perlu diuraikan dalam masing-masing bab adalah sebagai yang dijelaskan dibawah ini. Tetapi perlu diingatkan bahwa ini bukanlah hal yang mutlak. Kreasi penulis dapat mewarnai laporan yang dibuatnya.

a. Kata Pengantar

Biasanya mengandung faktor yang minimal diperlukan untuk membangkitkan perhatian pembaca, berisi antara lain :

1. Landasan yang dilakukan dalam pemetaan dan penyusunan laporan, untuk apa dan atas permintaan siapa :

2. Identifikasi masalah,

3. Ruang lingkup dan batas-batas masalah, dimana dan bagaimana memperoleh informasinya atau bagaimana pemetaan geologi dilakukan,

4. Waktu mengerjakan pemetaan, hala-hal yang mendukung dan yang menghambat pelaksanaan pemetaan.

5. Ucapan terimakasih kepada mereka yang telah membantu pelekasanaan pemetaan

6. Harapan tentang manfaat hal yang di laporkan.

Kata pengantar diakhiri dengan tempat dan tanggal penulisan, nama dan tanda tangan penulis laporan.

b. Intisari

Merupakan bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi singkat dari laporan tetapi tidak sesingkat abstrak. Sifat intisari berdiri sendiri, mengandung informasi yang khas, kuantitatif. Terdiri paling panjang 200 400 kata.

c. Daftar IsiMemuat rekapitulasi dari semua judul-judul penting dalam laporan dan lampiran-lampirannya.

d. Pendahuluan

1. Latar belakang pemetaan geologi

2. Topik dan masalah yang diteliti , maksud dan tujuannya

3. Batas-batas wilayah pemetaan, geografi, aksesbilitas

4. Kerangka teoritis, metoda pemetaan dan analisa

5. Susunan dan sistematika pembahasan

e. Geomorfologi

Mengulas bentang alam dan factor-faktor yang mempengaruhinya seperti litologi, struktur, proses-proses geologi. Hal-hal yang dibahas antar lain :

1. Fisiografi regional

2. Geografi fisik (gunung, elevasi, sungai, kota/desa, jalan, dsb.)

3. Satuan-satuan morfologi:

Daerah pegunungan ;

Klasifikasi

Geometri perbukitan

Geometri sungai

Lainnya (kaitan morfologi dengan dengan batuan dan struktur geologi dan proses geologi)

Daratan:

Klasifikasi

Geomoteri

Lain-lain kaitan morfologi dengan batuan dan struktur geologi dan proses geologi)

4.Kesimpulan geomorfologi

Disertai sketsa geomorfologi, foto-foto, dilampiri peta satuan morfologi.

f. Stratigrafi

Menjelaskan berbagai jenis batuan dan satuan-satuannya, formasi, berupa tabel, hubungan satu sama lainnya, proses pembentukannya, lingkungan pengendapan, waktu (geologi) pembentukannya.

1. Gambaran umum mengenai stratigrafi regional

2. gambaran detail stratigrafi lokal

jenis batuan yang ada

satuan-satuan dan morfologinya

tebal satuan (rata-rata, maksimum, minimum)

struktur-struktur sedimen

tafsiran lingkungan pengendapan

umur satuan atau formasi

hubungan satuan dengan lain (selaras, tidak selaras bersudut, non conformity, disconformity, dsb.)

disertai kolom stratigrafi dan tafsiran kedalam atau lingkungan pengendapan. Foto-foto lapangan, sketsa, foto fosil, bagan penentuan umur dsb.

i. Struktur geologi

Menjelaskan keadaan dan peta struktur geologi daerah pemetaan, tafsiran akan mekanisme gaya tektonik, waktu dan urutan-urutan kejadiannya.

1. Gambaran Struktur geologi regional

2. Gambaran struktur geologi detail

unsur-unsur struktur dan penyebarannya

bukti-bukti lapangan yang memperkuat adanya struktur geologi tersebut

penafsiran waktu pembentukannya dan urut-urutan kejadiannya

penafsiran mekanisme pembentukannya

disertai sketsa-sketsa struktur geologi, foto-foto dilampiri peta struktur geologi.

j. Sejarah Geologi

Pada hakekatnya merupakan kesimpulan atau sintesa dari seluruh pembahassan sebelumnya. Bermaksud memberi rekonstruksi akan kejadian-kejasian geologi secara kronologis dalam ruang dan waktu geologi. Sejarah geologi dibahas menurut urut-urutan waktu dari tertua ke yang paling muda, disusun secara naratif.

1. Proses sedimentasi yang bagaimana, dimana, dan membentuk apa

2. Proses tektonik apa yang mengikutinya, kapan, dan apa akibatnya

3. Proses geologi muda apa, bagaimana yang selanjutnya, kapan, dan apa bentuknya.

Dapat disertai diagram, penampang geologi, atau diagram blok.

k. Daftar pustaka

Merupakan daftar dari buku dan atau majalah yang digunakan sebagai referensi dalam pemetaan lapangan, laboratorium, penyususnan laporan. Hal-hal yang perlu diketahui dalam menyusun Daftar Pustaka antara laiun :

1. Disusun menurut abjad dari atas ke bawah.

2. Mencakup unsur-unsur (bagi buku) : nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, penerbit, jumlah halaman.

l. Lampiran

Laporan perlu dilampiri dengan :

Catatan harian

Daftar-daftar data dan analisa (batuan, fosil, mineral dsb.)

Peta satuan morfologi

Peta geologi dan penampang

diagram blok

foto-foto (yang tidak termasuk dalam teks laporan)

Penuntun Geologi Lapangan