Upload
alphyn-wayan
View
64
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
v m,kfrtesrgb
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
System perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, 1 kandung kemih dan uretra.
System ini berperan dalam memelihara homeostatis melalui proses yang rumit yang meliputi
filtrasi, absorbsi aktis, absorbsi pasih dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang
mengeluarkan berbagai produk limbah metabolic. Urin yang di produksi oleh ginjal
kemudian akan dialirkan melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin di tampung untuk
semetara waktu, dan kemudian di keluarkan melalui uretra. Kedua ginjal biasanya
menghasilkan 125 ml filtrat permenit, dan 124ml di reabsorbsi sedangkan 1 ml nya di
alirkan melalui ureter sebagai urin. Oleh karena bagitu pentingnya fungsi traktus urinarius
dan keseimbangan, maka penulis akan membahasnya lebih mendalam pada bab berikutnya.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Sebagai salah satu bahan pembelajaran dan pendalaman tentang traktus urinarius
1.3 RUMUSAN MASALAH
Struktur makroskopis dan mikroskopis traktus urinarius, komponen urin, dan mekanismenya.
1.4 METODE PENULISAN
Pustaka dan internet
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR MAKROSKOPIK TRAKTUS URINARIUS
A. Ren atau ginjal
Letaknya di retroperitoneal, yaitu diatara peritoneum parientale dan fascia transversa,
pada sebelah kanan dan kiri kolumna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costae XI atau
lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costae XII atau vertebra lumbal 3-4. Jarak
antara extermitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak antara extermitas
inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. sedangkan jarak dari extermitas inferior ke Krista
illiaca adalah 3-5 cm.1
ren berbentuk seperti kacang dan memiliki dua extermitas, bagian superiornya di tempati oleh
glandula suprarenalis yang dipisahkan dari ren oleh lemak perirenalis. Dan juga terdapat dua
margo yaitu margo medialis dan margo lateralis. Pada margo medilalis terdapat sebuah pintu
yang disebut sebagai hilus renalis dan merupakan tempat masuknya pembulu-pembulu darah,
limfe, saraf dan ureter. Umumnya susunana dari ventral ke dorsal adalah sebagai berikut mulai
dari vena, arteri renalis, ureter. Hilus renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut sebagai
sinus renalis. Dalam sinus renalis dapat di jumpai pembulu darah,saraf, limfe dan pelvis renalis.
Dan juga terdapat dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior
yang agak datar. Facies anterior dan facies posterior merupakan bagian ren yang berhubungan
dengan organ sekitarnya sehingga masing-masing facies anterior ren memiliki karakteritik
masing-masing. Facies anterior ren dextra berhubungan dengan pars affixaa hepatis dan
dipisahkan oleh fascia renalis. Pada margo medialisnya berhubungan dengan pars desen
densenden duodeni dan dipisankan oleh fascia renalis. Mendekati extermitas inferior
berhubungan dengan colon asendes/ flexura coli dextra dan dipisahkan oleh oleh fascia renalis.
Sebagian besar facies anterior dan margo laterlais berhubungan dengan facies inferior dari hepar
dan dipisankan oleh peritoneum. Mendekati extermitas inferior berhubungan dengan
lengkungan-lengkungan ileum dan dipisahkan oleh peritoneum. Facies anterior ren sinistra
berhubungan dengan organ sekitarnya sebagai berikut, craniolateral menghadap facies postero
inferior gaster dan dipisahkan oleh peritoneum, margo lateralisnya berhubungan dengan
impression renalis lienalis dan cauda pancreas dan dipisahkan oleh peritoneum. Margo medilais,
cauda hilus renalis berhubungan dengan lengkungan-lengkungan jejunum atau yang disebut
sebgai facies jejunum. Facies posterior ren sinistra, berhadapan dengan diafragma dan costa XII
dan sedikit costae XI. Disebelah medial facies diafragmatika berhadapan dengan crus
diafragmatica dan prosesus transversa vertebra L1, sedangkan sebelah lateral berhadapan dengan
arcus lumbocostalis berhadapan dengan daerah segitiga yaitu trigonum lumbocostale. Daerah
segitiga ini sering tidak lengkap pertumbuhanya sehingga fascies posterior ginjal hanya
dipisahkan oleh jaringan lemak dari pleura. Facies diafragamatica berhubungan berturut-turut
dari medial ke lateral dengan M. psoas, M. quadrates lumborum, Aponeurosis M. transverses
abdominis. Facies posterior ren dextra menyerupai facies posterior ren sinistra, tapi hanya
berhubungan dengan costae XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah. Extermitas superior
rend extra lebih tebal, membulat dan langsing disbanding extermitas inferiornya.
Ren dibungkus oleh capsula fibrosa yang melekat pada rend an mudah di kupas. Kapsula fibrosa
hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus gl. Suprarenalis. Kapsula adipose
mengandung lemak dan membungkus ginjal dan gandula suprarenalis. Ginjal di pertahankan
tempatnya oleh facies adipose. Pada keadaan tertentu kapsula adipose sangat tipis sehingga
jaringan ikat yang menghubungkan kapsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal
turun, ini dinamakan nephroptosis. Sering terjadi pada ibu yang sering melahirakan. Facies
renalis terletak di luar capsula fibriosa dan terdiri dari dua lembar, yaitu facies prerenalis di
bagian depan dan facies retrorenalis dibagian belakang. Kedua lembar facies renalis ke kaudal
tetap terpisah, ke cranial bersatu. Sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, dan oleh karena itu
sering terjadi ascending infection. 1
Ginjal dibagi menjadi bagian-bagian berikut, kortex ginjal terdiri atas glomerolus. Di dalam
glomerolus darah disaring dan disalurkan ke medulla. Pada medulla saluran tersebut akan
bermuara pada papilla renalis sehingga tampak garis-garis pada medulla yang disebut prosesus
medularis( ferheini). Berikutnya Medulla renis dapat di jumpai:
a. papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga, yang disebut pyramid
renalis(malphigi).
b. Saluran-saluran yang menembus papilla yang disebut ductulli papillares(bellini), tempat
tembusnya berupa ayakan yang disebut area criboformis.
c. Papilla renalis menonjol ke dalam calyx minor
d. Diantra pyramid-piramid tersebut terdapat collumna renalis (bertini)
e. Beberapa calyx minor membentuk calyx mayor.
f. Beberapa calyx mayor kemudian menjadi pelvis renis dan berlanjut menjadi ureter
g. Ruangan tempat calyx disebut sinus renalis.
Vaskularisasi ginjal:1
a. Arteri renalis, dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi lumbal l-2. Arteri renalis
kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri karena harus menyilang V. cava inferior di
belakangnya. Arteri renalis masuk kedalam ginjal melalui hilus renalis dan
mempercabangkan dua cabang besar. Cabang yang pertama berjalan ke depan ginjal dan
mendarahi ginjal bagian depan, sedangkan satu cabangnya berjalan di belakang ginjal dan
mendarahi ginjal bagian belakang. Kedua cabang ini bertemu di lateral pada garis tengah
ginjal atau yang disebut garis broedel. Pembendahan ginjal di lakukan pada garis broedel
karena pendarahanya minimal. Arteri renalis berjalan di antara lobus ginjal dan
bercabang menjadi arteri interlobaris.
b. Arteri interlobaris, pada perbatasan kortex dan medulla akan bercabang menjadi artri
arcuata yang mengelilingi kortex dan medulla, sehingga disebut sebagai arteri arciformis.
c. Arteri arcuata mempercabangkan arteri interlobularis dan berjalan sampai tepi
ginjal/kortex dan kemudain mempercabangkan vasa afferent: gomelurus dan dan
berlanjut menjadi vasa efferent.
Sedangkan pembulu baliknya mengikuti nadinya, mulai dari v. interlobularis, vena arcuata, vena
interlobaris, vena renalis, vena cava inferior.
B. Ureter1
Ureter merupakan lanjutan pelvis renalis, panjang 25-30 cm berjalan ke arah distal untuk
bermuara ke vesika urinaria. Menurut letaknya uretar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Pars abdominis ureter, perjalanannya pada laki-lai dan wanita sama. Pars abdominis
ureteris di sebelah ventral berbatasan dengan peritoneum, a,v. ovarica atau spermatica
interna. Disebelah ventral pars abdominis dextra berbatasan dengan pars desendes
duodeni di bagian atas, ileum di bagian bawah dan di tepi lateral v. cava inferior.
Sedangkan pars abdominis sinistranya berbatasan dengan colon sigmoideum dan
mesocolon.
b. Pars pelvina uteriris, perjalanan pada pria dan wanita tidak sama. Mula-mula pars
pelvina ini menyilang di aperture pelvis superior di ventral a. iliaca communis, kemudian
berjalan kearah dorsocaudal di ventral a. iliaca interna menuju spina ichiadica.
Dari spina ichiadica, pars pelvina ureteris pada laki-laki membelok ke ventral dan medial
untuk bermuara ke dalam vesica urinaria pada sudut lateral atasnya. Pada saat hendak
memasuki vesika urinaria, pars pelvina ureteris laki-laki menyilang ductus deferens di
sebelah lateral. Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ichiadica maka pars
pelvina ureterisnya akan berjalan venteromedial di bawah lig. Latum uteri dan menyilang
a. uterine di sisi medial. Kemudian pars pelvina uteri akan berjalan kea rah ventral,
disebelah lateral dari fornix lateral vagina dan kemudian masuk kedalam vesika urinaria.
Sepanjang perjalan ureter mengalami penyempitan dibeberapa tempat yaitu pada:
a. Uretropelvic junction
b. Saat ureter menyilang vassa iliaca communis(flexura marginalis)
c. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria
Ureter di persarafi oleh plexus hypogastricus inferior T1-L2 melalui neuron-neuron simpatis.
C. Vesica urinaria
Vesica urinaria disebut juga kandung kemih berfungsi sebagai resevior urine dengan
kapasitas 200-400 cc. lokasi pada pria terletak tepat dibelakang simpisis pubis dan didepan
rectum. Pada wanita organ ini terletak agak dibawah uterus di depan vagina. Jika berisi urin
penuh makan organ ini akan berkembang mencapai umbilicus dalam rongga abdominopelvis.4
oragan ini dapat dibedakan menjadi:
a. Apex vesica urinaria
b. Corpus vesica urinaria
c. Fundus vesica urinaria
Lapisan dinidng vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:
a. Lapisan mukosa, lapisan ini berlipat-lipat ketika kandung kemih kosong dan menjadi tipis
ketika kandung kemih berisi banyak urin. Disini juga terdapat trigonum vesica liutadi
yang dibentuk oleh orificium ureteris dextra dan sinistra serta orificium uretra internum.
b. Lapisan otot, ada tiga lapisan otot yaitu:
Musculus destrusor, terdapat apda lapisan dalam dan berfungsimengeluarkan isi
vesica urinaria
Musculus trigonal, terdapat pada segitiga liutadi dibagian fundus vesica urinaria,
berfungsi untuk membuka orificium urethra interna
Musculus spingter vesica, terdapat di daerah collum dan berfungsi menahan urin.
Vaskularisasi vesica urinaria oleh:
a. Arteriae vesicales superior cabang dari A. umbilicalis bag. Proximal, mendarahi fundus
b. Arteriae vesicales inferior mendarahi caudal dan lateral vesica urinaria serta gl. Prostat
c. Arteriae vesicolodeferentialis cabang dari A. iliaca interna mendarahi 1/3 posterior vesica
urinaria, glandula vesikulosa dan ductus deferentialis.
Pada wanita arteri ini disebut sebagai arteri vaginalis dan mendarahi ovarium dan vagina.
Pensarafan dari vesica urinaria oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang berisi
serabut:
a. Post ganglioner simpatis, L1-2
b. Preganglionerparasimpatis, dari medulla spinalis S 2-4
c. Sensoris visceral afferent, melalui n. splanchnicus
D. Urethra 1
Pada laki-laki berbeda dengan wanita.
a. Pada laki-laki: panjangnya 18-22cm, mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica
urinaria sampai keluar. Uretra pada laki-laki dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
Urethra pars intermularis(preprostatica)
Urethra pars prostatica, tempat pertemuan saluran urin dan reproduksi
Urethra pars membranacea, bagian paling sempit dan tipis
Urethra pars spongiosa
b. Pada wanita: ukurannya lebih pendek dari laki-laki. Kira-kira 4 cm dan lebar 6mm dan
lebih mudah direntangkan karena terdiri dari jaringan elastic sehingga lebih mudah
dimasukan keteter. Tetapi wanita lebih mudah terkena infeksi urethra/vesica urinaria.
Dan pendarahanya oleh arteri pudenda interna dan arteri vaginalis.
2.2 STRUKTUR MIKROSKOPIK TRAKTUS URINARIUS
A. Ren/Ginjal
Setiap ginjal terdiri dari 1-4 juta nefron, setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar
yakni: korpus renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa henle, tubulus
kontortus distal, tubulus dan ductus coligentes.
a. korpus renalis, diameter 200 mikrometer dan terdiri atas seberkas kapiler, yaitu
glomelurus yang di kelilingi oleh kapsula bowman. Lapisan dalam(visceral) dari
kapsula bowman menyelubungi kapiler glomelurus. Lapisan luar membentuk batasan
luar korpus renalis dan disebut lamina parientalis kapsula bowman. Diantara kedua
lapisan bowman terdapat ruang urinarius yang mempunyai cairan yang di sering
melalui dinding kapiler dan lapisan visceral.6 Berdasarkan letak korpus dalam koreks
maka dapat digolongkankan mejadi kapsular superficialis dan korteks tengah atau
yukstamedulare. Berdasarkan panjang ansa henle, maka dapat digolongkan menjadi
nefron pendek(meluas sampai pada zona luar medulla) dan nefron
panjang/yukstamedulare(meluas sampai kedalam medulla). Jumlah nefron pendek lebih
banyak dari pad nefron panjang. Struktur dan fungsi nefron adalah: terdiri atas 2 bagiab
besar, yang pertama adalah korpus renalis(tempat filtrasi plasma) dan tubulus renalis,
di tubulus tenalis terjadi filtrasi(proses menjadi urin), reabsorpsi garam dan air, sekresi
limbah metabolic kedalam filtrasi, dan kemudian urin dialirakan kedalam tubulus
pengumpul. Setiap korpus ginjal memiliki kutub vascular, tempat masuknya arteriol
afferent dan keluarnya arteriol efferent, dan memiliki kutup urinarius tempat tubulus
kontortus proksimal berasal.6 Lamina basal pada korpus renalis ini tebal dan bekerja
sebagai barif filtrasi. Sel-sel mesagial melekat pada kepiler dan mempunyai fungsi
sebagai makrofag untuk membersihkan lamina basal. Kapsula glomelurus terdapar dua
lapis epitel membrane yaitu lapisan pariental yang membentuk dinding korpus luar dan
lapisan pariental dalam melapisi kepiler-kapiler. Lapisan veiseral terdiri dari podosit,
perluasan dari kaki-kaki pedikel ini yang membentuk celah filtrasi. Glomelurus
merupakan jumbai kapiler, darah masuk dari arteriol afferent dan keluar lewat ateriol
efferent yang diameternya lebih kecil, jenis kapiler ini adalah kapiler fenestrate yang
mengandung pori-pori. Fungsinya sebagai ultra filtrasi. Apparatus juxtaglomerular
terdiri dari sel-sel juxtaglomelural berfungsi menghasilkan rennin, sel-sel mesagial
ekstraglomelural/sel polkisen/sel lacis berfungsi mungkin menghasilkan eritropoetin,
macula densa sebagai sensor osmolaritas cairan dalam tubulus distal.
b. Tubulus kontortus proksimal
Ciri: Epitelnya kuboid rendah dan berinti bulat, bersifat asidofil(kemerahan), intisel
dengan jarak berjauhan. Lumennya tidak jelas karena terdapat brush border.
c. Ansa henle di berkas medulla dan medulla
Tubulus rektus proksimal, serupa tubulus kontortus proksimal.
Segmen tipis mirip kapiler, tetapi tidak terdapat darah di lumenya
Tubulus rectus distal serupa tubulus kontortus distal.
d. Tubulus kontortus distal di korteks
Epitel selapis kuboid rendah, bersifat basofil(kebiruan), inti sel dengan jarak
berdekatan, lumenya jelas karena tidak terdapat brush border. Lumenya lebih tebal di
banding tubulus kontortus proksimal. Macula densa melekat pada tubulus kontortus
distal dekat glomelurus
e. Ductus koligens di berkas medulla dan medulla
Diameter 40um. Epitelnya kuboid/torak. Sitoplamanya pucat. Batas selnya tidak jelas.
f. Ductus papilaris
Merupakan ductus koligens yang berjalan dalam berkas medulla menuju medulla.
Dibagian medulla yang ke tengah beberapa ductus koligens bersatu untuk membentuk
ductus yang besar, bermuara ke apex papilla, disebut ductus papilaris(bellini).
B. Ureter
Epitelnya transisional dengan sel-sel yang membulat pada kantung yang menyusut dan
Sel-sel gepeng pada katung yang melebar. Laima proprianya merupakan jaringan ikat dan
terdapat pembulu darah. Otot polosnya dari dalam ke luar: longitudinal, sirkular, longitudinal.
C. Vesika urinaria
Tunika mukosa epitelnya transisional dan terdapat lamina propria. Tunika muskularnya
terdapat otot polos longitudinal, sirkular dan longitudinal. Tunuka adventisianya adalah jaringan
ikat fibroelastin. Jika vesika urinaria penuh, epitel transisionalnya lebih gepeng dan ketika
kosong maka tampak sel-sel payung.
D. Urethra
Pada laki-laki panjang. Terdapat 3 lapisan; Pada lapisan mukosa Epitelnya transisional
sampai berlapis gepeng. Pada lapisan muskularisnya terdapat otot polos dan adventisia.
Pada wanita pendek. Panjangnya kurang lebih 3-4 cm.
2.3 KOMPOSISI URIN5
2.3.1 Normal
Zat padat terbanyak adalah urea(1/2 solid), mineral terbanyak NaCl(1/4solid). Total solid
terdiri dari, setengah bagian urea, ¼ NaCl dan seperempat lainya zat organic lain dan zat
anorganik. Unsure normal urin adalah sebagai berikut:
a. urea
hasil akhir pemecahan protein pada mamalia, ekskresi urea sebanding dengan intake
protein, jika intake protein tinggi maka ekskresi urea meningkat, dan merupakan 80-90%
nitrogen urin normal. Ekskresi urea meningkat pada katabolisme protein seperti pada
Diabetes mellitus, demam, dan hiperaktis kelenjar adrenal. Ekskresi urea menurun
terutama pada penyakit hati stadium akhir, asidosis.
b. keratin dan kreatinin
ekskresi kreatini sebanding dengan masa otot. Pada laki-laki normalnya koefisien keratin
20-26, pada perempuan 14-22. Dalam mg, 24 jam, dengan berat badan.
Keratin dalam urin anak-anak sangat banyak. Pada laki-laki 60-150% dan pada wanita
dewasa 120-375%. Kreatinuria ditemukan pada: kelaparan, gangguan metabolisme
karbohidrat, hipertiroid, miopati, dan infeksi. Sedangkan ekskresi urea menurun pada
hopotiroid.
c. amoniak dan garam ammonium
dalam urin segar jumlahnya sangat sedikit. Pada renal asidosis produksi NH3 menurun.
Pada asidosis(ketosis) produksi NH3 meningkat.
d. asam urat
hasil akhir metabolism purin(adenine, guainin, dan hipoxantin). Purin berasal dari
makanan dan pemecahan sel, sedikit larut dalam air(mudah mengendap). Dalam larutan
alkalis, garam asam urat Na urat larut. Sedangkan dalam larutan asam Na urat mudah
mengendap. Diet tinggi protein, urin menajadi asam, pengendapan asam urat
menyebabkan baru urat. Ekskresi meningkat pada leukemia, goat, penyakit hati berat.
e. asam amino
normal terdapat dalam urin orang dewasa 150-200 asam amino N dalam urin 24 jam.
f. allantioin
g. clorida
h. sulfat
i. fosfat
j. oksalat
k. mineral
l. vitamin, hormone dan enzim
2.3.2 Abnormal
Kompsisi urin abnormal adalah sebagai berikut:
a. protein
normal: 30-200 mg/24 jam. Lebih dari 200 disebut proteinuria(albuminuria)
b. glukosa
normal kurang dari 1 gram per 24 jam. Lebih dari 1gram per 24 jam maka disebut
glukosuria pada renal diabetes dan diabetes mellitus)
c. gula lain
fruktosa(gangauan metabolism fruktosa), galaktosuria dan laktosuria(pada bayi, ibu
hamil, menyusui atau pada kasus galaktosa dalam darah meningkat.
d. keton bodies
normal 3-15 mg per 24 jam.
e. Bilirubin
Tidak ada sama sekali, bila ada dinamakan bilirubinuria.
f. Darah
Adanya darah dalam urin dinamakan hematuria. Terjadi pada nefritis, trauma, batu
saluran kencingm tumor ganas pada traktus urinarius).
g. Hemoglobin
Adanya hemoglobin dalam urin dinamakan hemoglobinuria. Terjadi pada malaria dan
pada luka bakar yang luas
h. Porfirin
Korpo porfirin normalnya 60-280 mikro gram per 24 jam. Porfiria adalah ganguan dalam
metabolism porfirin sehingga dalam urin meningkat(korpoporfirin dan uroporfirin)
Sedangkan porfirinuria yang meningkat dalam urin Cuma koproporfirin.
2.4 MEKANISME PEMBENTUKAN URIN
A. filtrasi
Membrane kapiler glomelurus lebih permeable di bandingkan kapiler lain dalam tubuh,
sehingga filtrasi berjalan dengan cepat. Pada proses filtrasi semua cairan plasma ikut terfiltrasi
kecuali protein karena protein adalah melekul yang besar. Oleh karena itu,
Filtrasi golmelurus= plasma-protein
Tekanan hidrostatik jantung sampai ke kapiler artriol afferan nefron sebesar 40%. Bila
tekanan darah normal 110mmHg, maka tekanan hidrostatik glomelurus yang mendorong filtrasi
sebesar 40% x 110= 44mmHg.(mendekati 45). Jadi tekanan hidrostatik efektif 45-10=35
mmHg. Tekanan tersebut dilawan oleh tekanan hidrostatik kapsula bowman sebesar -10mmHG
dan tekanan onkotik protein plasma didaerah permulaan kapiler= -20 dam di akhir glomelurus=-
35. Jadi tekanan filtrasi di permulaan kapiler afferent sebesar 35-20=15mmHg dan di kapiler
efferent sebesar 35-35=0 mmHg.
Oleh karena terjadi perbedaan tekanan ini maka terjadi filtrasi pada permulaan kapiler afferent
dan berakhir pada kapiler efferent.
Factor yang mempengaruhi filtrasi antara lain adalah:
Tekanan darah
Peningkatan atau penurunan tekanan GFR yang di pertahankan oleh autoregulasi
Peningkatan tekanan intersisial akibat proses peradangan
Peningkatan tekanan intratubuler oleh penyumbatan dalam ductus colligentes, ureter dan
urethra.
Laju filtrasi glomelurus(GFR) adalah jumlah filtrate yang terbentuk permenit. Umumnya 125 ml
permenit. 124ml di rebsorbsi dan 1 ml yang menjadi urin.
Factor yang mempengaruhi GFR:
Tekanan efektif filtrasi. GFR berbanding lurus dengan tekanan tekanan efektif filtrasi dan
perubahan tekanan yang terjadi dapat mempengaruhi GFR. Drajat kontriksi arteriol
afferen dan effren menentukan aliran darah ginjal dan juga tekanan hidrostatik
glomelural. Kontriksi arteriol afferent menurunkan aliran darah dan mengurangi GFR.
Kontriksi arteriol efferent menyebabkan terjadinya tekanan darah tambahan dalam
glomelurus dan meningkatkan GFR.
Autoregulasi ginjal
Factor miogenik
Jika tekanan darah meningkat, maka arteriol affren akan berkontriksi, atau
arteriol afferenya tetap tetapi arteriol efferanya dilatasi.
Jika tekanan darah berkurang maka arteriol afferent akan dilatasi atau arteriol
afferan tetap tetapi arteriol efferenya kontriksi.
Tubuloglomelural feedback
Jika tekanan darah sistemik turun maka GFR turun sehingga meyebabkan arus
filtrasi menurun dan waktu yang diperlukan untuk reabsorbsi meningkat(Na),
kemudian reseptor maku ladensa yang ada di tubulus kontortus distal terdeteksi
kekurangan Na akan di aktifkan RAS(rennin angiotensin system) dan
menyebabkan tekanan darah meningkat, arus darah meningkat dan GFR
meningkat).
B. Reabsorbsi
Pada tubulus terjadi reabsorbsi
Air 99%
Di tubulus proksimal 65%, ansa henle 15% dan ductus coligentus 19%
Na 99,5 %( menggunakan 80% energy ginajal)
Ion natrium di transport secara pasif melalui difusi terfasilitasi dari lumen
tubulus kontortus proksimal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsetrasi ion
natriumnya rendah
Ion-ion natrium yang di transport secara aktif dengan pompa natrium kalium,
akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk kedalam cairan intertisial di dekat
kapiler peritubular
67% reabsorbsi di tubulus proksimal(simport glukosa dan asam amino), 25% di ansa
henle(pemekatan), dan 7-8% di tubulus distal dan duktus coligentis.
Cl dan ion negative lainya
Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan tubulus ke sel dan
secara aktif dari sel ke cairan interrisial peritubular, akan terbentuk
kesetimbangan listrik yang justru membantu pergerakan pasif ion-ion
negative.6
K mendekati 100%
Glukosa dan asam amino 100%
Direabsorbsi di segmen awal tubulus proksimal. Simport dengan ion Na. batas
ambang ginjal terhadap glukosa = 180 mg%. dalam transportnya glukosa perlu
protein pembawa yaitu Na
Phenol 0 %
Urea (sampah) 50% -->masih di butuhkan karena mempunyai daya osmotic untuk
reabsorbsi air
Fosfat
Dipengaruhi oleh 2 mekanisme:
Sistim yang sensitive terhadap hormone paratiroid, bekerja terhadap 2/3 fosfat
yang di filtrasi
Sistim yang tergantung pada ca, bekerja terhadap 1/3 fosfat yang di filtrasi.
Sifar Reabsorbsi pada tubulus berbeda, pada tubulus kontortus proksimal sifat
reabsorbsinya obligat sedangkan tubulus kontortus distal fakultatif.
C. Sekresi
Mekanisme seksresi tubular adalah proses akfif memindahkan zat keluar dari darah
kapiler peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk di keluarkan dalam urin.
Energy yang di dapat untuk proses sekresi berasal dari oksidasi suksinat, siklus asam suksinat.
Keratinin
Di seksresikan bila kadar krarinin dalam darah lebih besar dari normal
Asam urat
Di filtrasi dalam glomelurus dan di reabsorbsi seluruhnya dalam tubulus proksimal
secara aktif. Kemudian di sekresikan sebagin di distal dari tubulus proksimal dan
sebagian yang di sekresikan di reabsorbsi. Jadi asam urat dalam urin adalah hasil
sekresi.
Kalium
Difiltrasi dalam glomelurus dan di reabsorbsi. Sekresi K dalam tubulus distal. Pada
penyakit hati kronis kadar kalium tetap(normal), sedang kadar ureum meningkat dan
kreatinin meningkat karena kalium di ekskresikan dengan cara filtrasi dan sekresi.
Hidrigen
Sekresi ion hydrogen diganti oelh reabsorbsi Na yang menyebabkan reabsorbsi
NaHCO3. Terjadi di Ditubulus proksimal, Tubulus distal.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Dalam proses pembentukan urin, terjadi 3 hal, yaitu filtrasi, reabsobrsi secara pasif dan
aktif dan sekresi. Organ yang terlibat dalam proses pembentukan urin adalah ginjal, ureter,
vesika urinaria, dan urethra. Dalam perjalanannya 40 % dari tekanan sistemik merupakan
tekanan hidrostatik arteriol afferent yang berfungsi sebagai awal terjadinya filtrasi.tekanan ini
dilawan oleh tekanan hidrostatik dari kapsula bowman dan tekanan onkotik protein plasma. Dan
sisi penjumlahan ini terjadi perbedaan tekanan yang meyebabkan terjadinya filtrasi. Beberapa
zat, air dan mineral yang masih di perlukan akan di reabsorbsi dan yang tidak kemudain di buang
menjadi urin. Lama pembentukan urin, sekitar 1 ml permenit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasim Y.I. Buku ajar traktus urogenitalis edisi 2. 2010. Jakarta: Bagian Anatomi FK
Ukrida
2. Gambar ginjal diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?
q=ginjal&um=1&hl=id&tbs=isch:1&tbnid=YxfVsRIik8Y2QM:&imgrefurl=http://
digiboxnet.wordpress.com/2010/06/06/penyakit-gagal-ginjal/&imgurl=http://
digiboxnet.files.wordpress.com/2010/06/
ginjal_urinarysystem.jpg&zoom=1&w=800&h=757&iact=hc&ei=1yWoTOTZIIGiuQOc9tGWD
A&oei=1yWoTOTZIIGiuQOc9tGWDA&esq=1&page=1&tbnh=132&tbnw=139&start=0&ndsp
=15&ved=1t:429,r:4,s:0&biw=1040&bih=600 4 Oktober 2010
3. Gambar ginjal diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?
q=ginjal&um=1&hl=id&tbs=isch:1&tbnid=dIQSNekLQVnP4M:&imgrefurl=http://
thegoodnoni.com/diabetes-dan-penyebab_gagal_ginjal.htm&imgurl=http://thegoodnoni.com/wp-
content/uploads/2010/02/
kidney1.jpg&zoom=1&w=400&h=320&iact=hc&ei=ESaoTN2pBYisvgOQ2pmcDA&oei=ESao
TN2pBYisvgOQ2pmcDA&esq=1&page=1&tbnh=135&tbnw=169&start=0&ndsp=15&ved=1t:4
29,r:8,s:0&biw=1040&bih=600 4 Oktober 2010
4. Sloane E.2004.anatomi dan fisologi:Jakarta;EGC
5. Sumandikarya I.K, Rumiati F, Kasim Y.I, etc. Bahan kuliah blok 10 traktus urogenitalis.
2010. Jakarta: FK Ukrida
6. Junqueira L.C, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas edisi 10. 2007. Jakarta: EGC
7. Guyton A.C, Hall J.E. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. 2007. Jakarta: EGC