30
4 Pengenalan Batuan 4.1. Pengenalan batuan Didalam kegiatan pengamatan atau observasi, pengenalan batuan adalah bagian yang sangat penting. Batuan harus dikenal di lapangan, agar dapat mempelajari dan menafsirkan gejala geologi lain. Pengenalan batuan secara langsung di lapangan sangat membantu dalam kajian geologi karena kita melihat secara angsung hubungan struktur antara satu dengan yang lain. Beberapa jenis batuan memang memerlukan pengamatan mikroskopis untuk mengidentifikasikannya, akan tetapi adakalanya kita masih dapat melihat dngan bantuan lensa pembesar (Loupe). Unsur utama sebagai pembeda jenis batuan adalah tekstur dan komposisi mineral. Secara umum dapat dijelaskan bahwa tektur adalah aspek batuan yang dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan keteraturan dari butirannya, sedangkan Kemas (fabrik) adalah komponen tekstur yang merupakan hubungan ukuran dan bentuk dari butir. 4.2. Batuan Sedimen

Bab 4 Pengenalan Batuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemetaan

Citation preview

Page 1: Bab 4 Pengenalan Batuan

4 Pengenalan Batuan

4.1.Pengenalan batuan

Didalam kegiatan pengamatan atau observasi, pengenalan batuan

adalah bagian yang sangat penting. Batuan harus dikenal di lapangan, agar

dapat mempelajari dan menafsirkan gejala geologi lain. Pengenalan batuan

secara langsung di lapangan sangat membantu dalam kajian geologi karena

kita melihat secara angsung hubungan struktur antara satu dengan yang

lain. Beberapa jenis batuan memang memerlukan pengamatan mikroskopis

untuk mengidentifikasikannya, akan tetapi adakalanya kita masih dapat

melihat dngan bantuan lensa pembesar (Loupe).

Unsur utama sebagai pembeda jenis batuan adalah tekstur dan komposisi

mineral. Secara umum dapat dijelaskan bahwa tektur adalah aspek batuan

yang dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan keteraturan dari butirannya,

sedangkan Kemas (fabrik) adalah komponen tekstur yang merupakan

hubungan ukuran dan bentuk dari butir.

4.2.Batuan Sedimen

Ada tiga kategori yang utama pada batuan sedimen yaitu; tekstur

klastik (fragmental) dan nonklastik, termasuk tekstur kristalin dan tekstur

kristalin karena proses diagenesa. Kebanyakan batuan sedimen

dikelompokkan berdasarkan tekstur klastik, walaupun yang lain juga penting

untuk diamati secara langsung di lapangan.

Page 2: Bab 4 Pengenalan Batuan

4.2.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik

Besar butir (grain size)

Besar butir adalah unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan

dengan tingkat energi pada saat transportasi dan pengendapan. Tabel 4.1

adalah skala besar butir yang umum dipakai.

Tabel 4.1 Klasifikasi batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran butir (Wentworth,1922)

Page 3: Bab 4 Pengenalan Batuan

Derajat pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah derajat kesamaan atau keseragaman antar butir. Gambar

4.1 menunjukan tingkat pemilahan yang masih dapat diamati dengan

menggunakan lensa pembesar.

Gambar 4.1 Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir Kebundaran Butir (Rounding)

Kebundaran (Rounding)

Merupakan aspek bentuk butir yang menyatakan ketajaman sudut butiran.

Aspek ini mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.

Page 4: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.2 Derajat Kebundaran (Powers M.C, 1953)

Kemas (fabrik)

Merupakan sifat hubungan antara butir sebagai fungsi orientasi butiran dan

packing. Secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran

dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas.

4.2.2 Tekstur batuan sedimen kristalin

Beberapa tekstur lain, yaitiu tekstur yang terbentuk karena

pertumbuhan mineral setelah pengendapan (misalnya Oolitik) dan tekstur

biogenetik, hasil pengendapan organik karbonat (misalnya stromatolit).

Tekstur dari hasil diagenesa misalnya pressure-solution atau stylolite

4.2.3 Tekstur Batuan Sedimen Karbonat

Dalam pengamatan lapangan tekstur batuan karbonat yang mampu

diamati adalah tekstur primer. Secara umum tekstur batuan karbonat terdiri

dari :

- Kerangka Organik

Page 5: Bab 4 Pengenalan Batuan

- Butiran/Klastik

- Massa Dasar (maxtrix texture)

Jenis Butir

Batuan karbonat sangat didukung oleh keberadaan organisme sebagai

unsur penyusun. Jenis butir batuan karbonat dapat dibagi menjadi :

- Karangka organik : Bisanya ditunjukkan oleh kerangka koral baik

dalam posisi tumbuh maupun tidak.

- Bioklastik : Terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang binatang

yang lepas-lepas.

- Intraklastik : Adalah fragmen non organik yang menunjukan hasil

rombakan dari batugamping sebelumnya ataupun material terrigen.

- Chemiclastic : Butiran yang terbentuk ditempat sedimentasi karena

proses coangulasi, akresi, penggumpalan, seperti : oolite, pisolite

Besar Butir

Dalam membedakan besar butir batuan karbonat umumnya menggunakan

derajat besar butir oleh Grabau’s (1912). Seperti pada klasifikasi berikut

yang telah dimodifikasi oleh Folk’s (1959) :

4.2.4. Tekstur Batuan Batuan Volkanik

Tekstur batuan volkanik cukup rumit karena pada tipe tertentu tidak

dapat dipisahkan dengan tekstur batuan beku. Secara umum batuan

volkanik dapat dibagi menjadi epiklastik dan piroklastik. Dari segi tekstur

maupun proses yang mengontrol batuan epiklastik menunjukkan kesamaan

Page 6: Bab 4 Pengenalan Batuan

dengan sedimen klastik. Sehingga biasanya klasfikasi yang digunakan sama

dengan batuan sedimen klastik.

Berbeda halnya dengan batuan piroklastik, kesan material asalnya

masih sangat jelas. Batuan piroklastik terbagi ke dalam pyroclastic fall,

pyroclastic flows dan pyroclastic suges. Tektur kristal mineral masih sangat

jelas dan susah dipilah (welding).

Besar butir

Istilah pemilahan butir piroklastik juga berbeda dengan sedimen klastik

lainnya seperti pada gambar 4.. menurut visher, 1961. Cenderung

menggunakan istilah bomb untuk berukuran diatas 64 mm dan lapilli

berukuran 2-64 mm. Jenis piroklastik jatuhan juga masih dapat dipisahkan

ukuran butirnya, tetapi secara genetik komponen penyusunnya dapat

dipisahkan menjadi pumice atau scoriaan dengan lithic atau kristal. Sedang

piroklastik aliran dan surge sama skali tidak dapat dipisahkan butirnya

karena menganut tekstur welding (gambar ).

Page 7: Bab 4 Pengenalan Batuan

Tabel 4.2. Klasifikasi butir batuan piroklastik (Visher, 1961)

Tabel 4.2 Klasifikasi komponen batuan piroklastik aliran (a) dan piroklastik jatuhan (b)

Page 8: Bab 4 Pengenalan Batuan

4.2.5 Penamaan Batuan Sedimen

Batuan sedimen diklasifikasikan terutama berdasarkan komposisi

dan besar butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya dapat dikatakan batupasir,

batulempung konglomerat, atau kombinasi dari sifat keduanya komponen

utama misalnya, batulempung konglometaran.

Gambar 4.3. Klasifikasi ukuran butir batuan karbonat menurut Folk, 1962

Page 9: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.4. Klasifikasi Batuan Karbonat berdasarkan tekstur (Dunham, 1962)

Gambar 4.5. Klasifikasi Batuan karbonat berdasarkan kerangka organiknya ( Embry and Klovan 1971)

Page 10: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.6. Batugamping dengan tekstur a. oolitik, b peletal, c. stilolit

Pada batupasir yang kaya akan silika, berdasarkan teksturnya dapat

dibedakan antar wack, yaitu yang mengandung lempung dan lanau di antar

butirnya, dan arenite, yang tidak atau sedikit sekali kandungan lempungnya

Penamaan batupasir juga didapat dari perbandingan komponen kwarsa,

feldspar, dan komponen batuan (lithic), misalnya batupasir litic, batupasir

kwarsa, dan sebagianya.

Sifat semennya juga dipakai sebagai kelengkapan nama batuan

misalnya batupasir gampingan atau kersikan (silika)

Penamaan batuan karbonat dapat diklasifikasi berdasarkan

perbandingan butir dan lempung karbonat, hubungan antar butir (Dunham,

1962) serta jenis kerangka organisme khusus untuk tipe gamping kerangka

seperti yang telah di buat oleh Embry and Klovan (1971). Sementara

klasifikasi batuan karbonat yang melibatkan unsur semen seperti klasifikasi

Folk (1962) sulit digunakan di lapangan lebih cocok untuk penamaan melalui

pengamatan petrografis.

4.2.Batuan Beku Batuan beku adalah hasil kristalisasi magma, dan kehadirannya pada

kerak bumi akan mengikuti aturan kristalisasi dari suatu komposisi larutan

asalnya. Oleh karena itu komposisi dan teksturnya juga merupakan

pencerminan dari sifat larutan silikatnya.

Page 11: Bab 4 Pengenalan Batuan

4.3.1. Tekstur Batuan Beku

Berdasarkan teksturnya, secara umum batuan beku dapat

dikelompokkan menjadi; batuan fanerik, batuan afanitik dan batuan

bertekstur gelas (glassy). Dalam uraian disini lebih ditekankn pada batuan

yang dapat dikenal dilapangan (batuan fanerik).

Batuan fanerik dengan tekstur granular terdiri dari butiran mineral atau

kristal. Tekstur ini dapat berupa porfiritik, yaitu terdiri dari butiran kristal yang

lebih besar (fenokrist/ phenocryst) pada masa yang lebih halus. Istilah

kesempurnaan bentuk kristal ditunjukkan pada gambar 4.4 dan sifat

deskriptifnya ditunjukkan pada tabel 4.3.

Gambar 4.8. Sketsa bentuk butir (kristal/mineral)(a)euhedral (b) subhedral, dan (c) anhedral

Tabel 4.2. Bentuk kristal/mineral untuk batuan beku berbutir sedang sampai kasar

Bentuk Butir Tekstur KeteranganEuhedral Panidiomorfik

GranularSebagian besar kristal mempunyai batas sempurna (euhedral) dan

Page 12: Bab 4 Pengenalan Batuan

berukuran butir samaSubhedral Hydiomorfik

GranularBatas kristal peralihan antara sempurna dan tidak beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama

Anhedral AllotrmorfikGranular

Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan berukuran butir sama

Gambar 4.9. beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik

A. Hipidiomorfik granular, B. Alotriamorfik granular, C. Porfiritik.

4.3.1. Petunjuk Pemerian Batuan Beku di Lapangan

1. Dari singkapan yang baik, ambilah conto batuan yang segar yang

mewakili. Apabila pada singkapan sebagian batuan telah lapuk,

perhatikanlah tekstur dan warna pelapukan batuan tersebut. Kadang-

kadang hasil lapukan batuan tersebut dapat menunjukkan kekerasan

relatif mineral pembentuk batuan dan komposisi batuan segarnya,

misalnya lapukan batuan yang bnyak mengandung ortopiroksin, dan

olivin dpat berwarna coklat kemerahan.

2. amatilah bagaimana besar butir, bentuk butir, serta hubungan

anatara butir. Pergunakanlah loupe atau pembesar 10X sampai 20X

untuk deskripsi lebih detail dan perhatikanlah hal-hal dibawah ini :

Jika besar butir relatif homogen (Aphryc) dan teramati dengan mata

telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar, catatlah kenampakan

Page 13: Bab 4 Pengenalan Batuan

(bentuk kristal / mineral) butirannya ,apakah euhedral , subhedral atau

anhedral dan bagaimana komposisi mineral-mineral terang dan

gelapnya. Simpulkan apakh termasuk batuan felsik, intermedit atau

mafik (lihat tabel).

Bila besar butir tidak homogen (Porphyritic) amatilah besar butirnya dan

bagaimana hubungan tekstur antar fenokris dan massa dasar.

Selanjutnya amatilah derajat homogenitas pada singkapan dan batuan

serta kehadiran laminasi, vesikular dan tekstur khas lainnya, misalnya

kehadiran fragmen batuan asing (xenolith) atau batuan samping yang

terbawa intrusi atau aliran lava.

Kombinasikanlah seluruh pengamatan anda pada singkapan ini untuk

menghasilkan nama satuan batuan dan hubungan struktur dengan

batuan di sekitarnya.

Untuk membantu menentukan komposisi mineral, terutama untuk

mineral yang utama dan sangat menyolok dapat dipakai komparator

seperti pada gambar 4.6

4.3.2. Penamaan Batuan Beku

Penamaan batuan beku didasarkan pada komposisi mineral dan

teksturnya. Dari deskripsi megaskopik secara umum dapat digunakan bagan

pada tabel 4.4. Penamaan batuan beku juga dapat menggunakan dasar

klassifikasi yang dikeluarkan oleh IUGS, 1973.

Page 14: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.10. Komparator untuk memperkirakan prosentase mineral gelap (Mafik) dan terang (Felsik)

Page 15: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.11. Beberapa tesktur khusus batuan beku

Tabe

l 4.3

. Tab

el u

ntuk

det

erm

inas

i bat

uan

batu

an b

eku

(Tra

vis.

R.B

., 19

55)

Page 16: Bab 4 Pengenalan Batuan

KLASIFIKASI BATUN BEKU SECARA MEGASKOPIK(Menurut IUGS, 1973)

Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas dua kelompok

besar yaitu :

1. Golongan Fanerit

Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik

(mata biasa), berbutir sedang-kasar (lebig besar dari 1 mm).

Golongan/kelompok fanerik dapat dibagi atas beberapa jenis

betuan, seperti terlihat pada diagram segitiga 1a, 1b dan 1c. Dasar

pembagiannya adalah kandungan MINERAL KWARSA (Q) atau MINERAL

FELDSPATOID (F), FELDSPAR ALKALI (A), serta kandungan MINERAL

PLAGIOKLAS.

Cara penentuan nama batuan dihitung dengan menganggap

jumlah ketiga mineral utama (Q + A + P) atau (F + A + P) adalah 100%.

Contoh :

Suatu batuan diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan mineral opak =

10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A dan P yang dihitung kembali

untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut (Gambar 4.8) :

Jumlah mineral Q + A + P =

50% + 30% + 10% = 100% - 10% (jumlah mineral opak) = 90%

Page 17: Bab 4 Pengenalan Batuan

Jadi mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%

A = 30/90 x 100% = 33,33%

P = 100% - (Q+A) = 11,12%

Bila diplot pada diagram a, hasilnya adalah Batuan Granit (Granitoid)

2. Golongan Afanit

Bertekstur afanitik, tidak dapat dideskripsikan secara megaskopik,

berbutir halus (lebih kecil dari 1 mm). Jenis batuan ini tidak dapat ditentukan

persentasenya secara megaskopik. Cara yang terbaik untuk memperkirakan

komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna batuan, karena warna

batuan umumnya mencerminkan proporsi kandungan mineral; mineral felsik

(Feldspar berwarna terang) dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin

banyak mineral mafik batuan, semakin gelap warna batuan.

Page 18: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.12. Diagram klasifikasi batuan beku fanerit (IUGS, 1973)

a). Klasifikasi umum, b). Batuan ultramafik, gabroik dan anortosit, c). Batuan ultramafik I. Granitoid, II. Syenitoid, III. Dioritoid, IV. Gabroid, V. Syenitoid (fold), VI. Dioritoid (fold), VII. Fldolit, VIII. Anortosit, IX. Peridotit, X. Piroxenit, XI. Hornblendit, II-IV qualifier fold = bearing, bila fold hadir, IX-XI. Batuan ultramafik.

Apabila batuan mempunyai tekstur porfiritik, dimana fenokris masih

dapat terlihat, sehingga dapat ditentukan jenisnya. Dengan menghitung

prosentase mineral fenpkris, serta didasarkan pada warna batuan/massa

dasarnya, maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,

A, P; maka nama batuan dapat ditentukan, (Gambar 4.8).

Gambar 4.13. Diagram klasifikasi batuan beku afanitikQ-kwarsa, A. Feldspar Alkali (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas, P-plagioklas, F-feldspatoid, Mel-melilit, Ol-olivin, Px-piroksin, M-mineral mafik

4.4. Batuan Metamorf

Page 19: Bab 4 Pengenalan Batuan

4.4.1. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf merupakan hasil pertumbuhan di dalam

fasa padat, seringkali sejalan dengan proses deformasi. Hal ini yang

menyebabkan pencerminan tekstur/bentuk kristal akan mudah menjadikan

petunjuk jenis batuannya.

Tabel 4.4 Bebera bentuk mineral karakteristik

Bentuk kristal Euhedral Staurolit, Silimanit, Rutil, Klhororit, Ilemenit, Turmalin, Pirit, LowsonitAndalusit, Garnet, Sphene, Epidot, Zoisit, Magnetit, Spinel, Ankerit, Idokras

Bentuk kristal Subhedral Mika dan Khlorit (bentuk memipih), Amfibol dan Piroksin (prismatik),Wollastonit, Dolomit dan Apatit

Bentuk kristal Anhedral Kuarsa, Felspars, Kalsit, Aragonit, Olivin, Kordierit, Scapolit, Humites

Jenis tektur batuan metamorf ditunjukkan pada gambar 4.10

Page 20: Bab 4 Pengenalan Batuan

Gambar 4.10. Beberapa tesktur batuan metamorfik

A. Granoblastik (butir tak teratur), C. Schistose, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E. Filitik, G. Milonitik, H. Milonitik, I. Granoblastik dalam milonit.4.2.2. Penamaan Batuan Metamorfik

Beberapa jenis batuan metamorfik utama ditunjukkan pada tabel.

Tabe

l 4.5

. Tab

el u

ntuk

det

erm

inas

i bat

uan

met

amor

f

Page 21: Bab 4 Pengenalan Batuan

Diamter (mm)Skala

PhiNama butir

Nama

kelompok

256 >

128-256

64-128

32-64

-8

-7

-6

-5

Boulder

Coarse Cobble

Fine Cobble

Very Coarse Pebble Rudite

Page 22: Bab 4 Pengenalan Batuan

16-32

8-16

4-8

2-4

-4

-3

-2

-1

Coarse Pebble

Medium Pebble

Fine Pebble

Very Fine Pebble

(psephit)

1-2

0.5-1

0.25-0.5

0.125-0.25

0.06-0.125

0

1

2

3

4

Very Coarse Sand

Coarse Sand

Medium Sand

Fine Sand

Very Fine Sand

Arenit

(psammite)

0.03-0.06

0.015-0.03

0.004-0.015

< 0.004

5

6

7

8

Coarse Silt

Medium Silt

Very Fine Silt

Clay

Lutite

(pelite)

Page 23: Bab 4 Pengenalan Batuan