60
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Mengidentifikasi batuan beku secara mikroskopis (dengan mikroskop polarisator). Mengidentifikasi komposisi mineral dari batuan beku. Mengidentifikasi sifat-sifat dari batuan beku. Menjelaskan asal-usul dan proses pembentukkan batuan beku. Pemerian nama batuan secara mikroskopis menggunakan klasifikasi IUGS 1.2 Tujuan Dapat mengidentifikasi batuan beku secara mikroskopis (dengan mikroskop polarisator). Dapat mengidentifikasi komposisi mineral dari batuan beku. Dapat mengidentifikasi sifat-sifat dari batuan beku. Dapat menjelaskan asal-usul dan proses pembentukkan batuan beku. Dapat memberikan penamaan batuan secara mikroskopis menggunakan klasifikasi IUGS 1 | PETROGRAFI Batuan Beku

BAB III &IV batuan beku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

petrografi

Citation preview

Page 1: BAB III &IV batuan beku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud

Mengidentifikasi batuan beku secara mikroskopis (dengan mikroskop

polarisator).

Mengidentifikasi komposisi mineral dari batuan beku.

Mengidentifikasi sifat-sifat dari batuan beku.

Menjelaskan asal-usul dan proses pembentukkan batuan beku.

Pemerian nama batuan secara mikroskopis menggunakan klasifikasi IUGS

1.2 Tujuan

Dapat mengidentifikasi batuan beku secara mikroskopis (dengan

mikroskop polarisator).

Dapat mengidentifikasi komposisi mineral dari batuan beku.

Dapat mengidentifikasi sifat-sifat dari batuan beku.

Dapat menjelaskan asal-usul dan proses pembentukkan batuan beku.

Dapat memberikan penamaan batuan secara mikroskopis menggunakan

klasifikasi IUGS

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum

Praktikum Petrografi acara Batuan Beku ini dilaksanakan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 23, 25 dan 30 Oktober 2013.

Waktu : 19.30 – 20.30 WIB.

Tempat : Laboratorium Geooptik Gedung Pertamina Sukowati

Teknik Geologi Universitas Diponegoro Semarang.

1 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 2: BAB III &IV batuan beku

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.

Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat dan ada

di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses

pembekuan merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat.

Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur

primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma

asal.

Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energi

pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar

sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang

berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak

terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.

2.2 Pengertian Mineral dan Hubungannya dengan Batuan

Mineral adalah substansi yang terbentuk secara alami dengan struktur

internal yang khas yang ditentukan oleh sebuah susunan yang teratur dari atom

atau ion di dalamnya; dan dengan komposisi kimia dan kandungan fisik yang

tetap atau bervariasi dalam kisaran yang terbatas. (Gilluly et. all, 1968)

Batuan tersusun atas komposisi mineral. Selain dengan mengetahui sifat

fisiknya, batuan dapat diketahui jenisnya dengan mengetahui komposisi mineral

utamanya.

Gambar 2.1 Bowen’s Reaction Series

2 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 3: BAB III &IV batuan beku

2.3 Tekstur Batuan Beku

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral

yang ada di dalamnya, yang meliputi derajat kristalisasi, ukuran kristal, fabric,

hubungan antar kristal. Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi

kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan

dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses

sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

1. Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan

massa gelas dalam batuan.

a) Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal.

b) Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa gelas dan massa kristal.

c) Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.

2. Ukuran kristal

Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal

dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

Tabel 2.1 Ukuran Kristal

Cox,price,harte W.T.G Heinric

Halus < 1mm <1 mm <1 mm

Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm

Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm

Sangat kasar >30 mm > 30 mm

3. Fabric ( hubungan dari mineral penyusun )

A. Bentuk Butir

a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang

kristal yang sempurna.

3 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 4: BAB III &IV batuan beku

b) Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian

bidang kristal yang sempurna.

c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang

kristal yang tidak sempurna.

B. Hubungan antar Kristal

a. Equigranulritas

Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang

seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:

Fanerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan

mata telanjang

Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.

b. Inequigranular

Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi

lagi menjadi :

Faneroporfiritik, bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-

kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.

Porfiroafinitik, bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak

dapat dikenali dengan mata telanjang.

c. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila

semuanya tersusun atas gelas.

C. Granularitas

Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat

sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan

mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.

1. Tekstur Umum

a) Tekstur granular

4 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 5: BAB III &IV batuan beku

Disebut granular apabila mineral-mineral penyusun

batuan beku mempunyai ukuran butir yang relatif seragam.

Panidiomorfik/idiomorfik granular

Adalah sebagian besar mineral berukuran seragam dan

euhedral

Hipidiomorfik granular

Adalah sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam

dan subhedral.

Gambar 2.2. Hipidiomorfik Granular

Allotriomorfik/xenomorfik granular

Adalah sebagian besar mineralnya berukuran seragam dan

anhedral.

b) Tekstur inequigranular

Disebut inequigranular apabila mineral-mineralnya

mempunyai ukuran butir yang tidak sama.

Porphyritic

Adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)

tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.

Gambar 2.3 Tekstur porphyritic

Vitrophyric

5 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 6: BAB III &IV batuan beku

Adalah tekstur pada batuan beku yang tersusun semuanya

oleh mineral-mineral gelas.

Gambar 2.4 Tekstur vitrophyric

c) Tekstur afanitik

Dicirikan butiran-butiran kristalnya sangat halus. Kadang juga

hadir mineral gelas.

2. Tekstur Khusus

a) Intergrowth → tekstur pertumbuhan bersama

▪ Graphic

Percampuran K-feldspar (ortoklas) dg kuarsa contoh : granit,

pegmatit

▪ Granophyric (micrographic)

Plagioklas dilingkupi kuarsa

▪ Myrmekite

Butiran kuarsa kecil terlingkupi oligoklas / K-feldspar pada

reaksi magmatik akhir

▪ Ophitic

Plagioklas terlingkupi oleh matriks piroksen. Lath

plagioclase not exceed pyroxene. contoh : gabbro & basalt

▪ Sub-ophitic

Piroksen terlingkupi oleh plagioklas. Lath plag exceed

pyroxene. contoh: diabas

▪ Perthitic

6 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 7: BAB III &IV batuan beku

Intergrowth plagioklas asam (albit) dalam K-feldspar

(ortoklas / mikroklin).

▪ Antiperthitic

Intergrowth K-feldspar dalam plagioklas asam. Tekstur ini

terbentuk selama proses metamorfisme dan biasa dijumpai

pada batuan metamorf. contoh : granulit

b) Poikilitik

Kristal tunggal berukuran kasar melingkupi kristal lain yang

cukup melimpah seperti inklusi tapi melimpah. contoh : Lath

plagioklas terlingkupi oleh K felspar

c) Korona

Mineral sulung dilingkupi butiran memanjang kristal lain yang

radial/menyebar. Disebabkan oleh pelarutan pada post magmatic

reaction antara dua mineral yang berdekatan contoh: olivin

terlingkupi oleh piroksen / amfibol

d) Intergranular

Ruang antar butiran memanjang kristal (biasanya felspar) terisi

oleh kristal lain dengan orientasi yang acak, biasanya yang

menempati adalah mineral mafik. contoh: basalt hypabisal &

diabas

e) Intersertal

Hampir sama dengan intergranular, hanya yang mengisi adalah

gelas. Jika jumlah gelas lebih banyak dan melingkupi, teksturnya

berubah menjadi hyaloophitic contoh : batuan hypabisal &

piroklastik, khususnya basalt.

f) Tekstur Aliran

▪ Trakhitik

Pararel mikrolit (plagioklas & mikro-kripto kristalin)

7 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 8: BAB III &IV batuan beku

▪ Pilotasitik

Sub-pararel mikrolit (plagioklas & mikro-kripto kristalin).

Terbentuk akibat aliran magma dalam batuan volkanik.

▪ Trachytoidal

Pararel kristal feldspar dalam batuan plutonik

g) Sperulit

Bentuk radial dari kristal fibrous di dalam matrik gelas.

Kemungkinan komposisi sperulit yaitu alkali felsdpar dan

polymorf SiO2

h) Amygdaloidal

Lubang-lubang gas (vesicles) terisi mineral sekunder, spt opal,

chalsedon, klorit, kalsit, zeolit, kuarsa, analsit, dll. contoh: lava

& BB intrusi dangkal

2.4 Siklus Batuan Beku dan Kaitannya dengan Bowen Reaction Series

Batuan beku adalah batuan yang paling awal terbentuk, yaitu dari proses

pendinginan bumi yang awalnya adalah bulatan bola raksasa yang terlontar dari

induknya, Matahari. Dari batuan beku yang mengalami pelapukan oleh gaya asal

luar mengalami pengikisan, erosi dan tertransport menuju cekungan sedimentasi.

Seiring berjalannya waktu yang berlangsung jutaan tahun lamanya, tumpukan

batuan yang semakin tebal membentuk geosinklin yang terletak di daerah jalur

tektonik yang labil (zona subduksi).

Gerakan lempeng bumi akan menimbulkan gaya tekan yang melipat

lapisan batuan sediment tersebut terangkat naik, yang selanjutnya terbentuk

rangkaian pegunungan lipatan dan patahan ( Himalaya, rocky mountain,

pegunungan Kendeng, Alpen, Apalahian, Andes, Alaska). Sebagaian ikut

terseret, terdesak masuk kejalur yang lebih panas sehingga mengalami

penekanan, pemanasan, dan rekristalisasi, terbentuklah batuan metamorf .

8 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 9: BAB III &IV batuan beku

Sebagian meleleh menjadi cairan silikat alam lagi . Siklus terjadinya batuan

beku, sedimen, metamorf, dan magma ini disebut siklus batuan.

2.5 Sifat Optik RFM

2.5.1 Olivine

Abu-abu kehijauan-transparan

Relief tinggi

Bentuk prismatic

Tanpa belahan

Banyak pecahan

Warna interferensi orde I

2.5.2 Piroksen

Bening-abu abu kecoklatan

Bentuk prismatic

TRO sb 2

2.5.3 Hornblende

Kehijauan/ kecoklatan

Relief tinggi

Pleokroisme kuat

Ada belahan

Bentuk prismatic

Gelapan miring

2.5.4 Biotit

Coklat kemerahan

Berlembar

Pleokroisme kuat

Gelapan sejajar

2.5.5 Ortoklas

Colorless keruh

9 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 10: BAB III &IV batuan beku

Relief rendah

Kembaran Carlsbad

Warna interferensi abu-abu terang orde I

TRO sb 2

2.5.6 Muscovit

Colorless

Berlembar

Pleokroisme kuat

Gelapan sejajar

2.5.7 Kuarsa

Colorless

Relief rendah

Tidak ada belahan

Gelapan bergelombang

Warna interferensi abu-abu orde I

TRO sb 1

2.6 Klasifikasi Batuan Beku ( IUGS )

2.6.1 Klasifikasi Batuan Beku Volkanik ( IUGS )

Gambar 2.5 Klasifikasi Batuan Beku Volkanik

10 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 11: BAB III &IV batuan beku

2.6.2 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik ( IUGS )

Gambar 2.6 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik

2.6.3 Klasifikasi Batuan Beku Asam

Gambar 2.7 Klasifikasi Batuan Beku Asam

2.6.4 Klasifikasi Batuan Beku Basal Tetrahedron

Gambar 2.8 Klasifikasi Batuan Beku Basal Tetrahedron

11 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 12: BAB III &IV batuan beku

2.6.5 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik Basa (IUGS)

Gambar 2.9 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik Basa

12 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 13: BAB III &IV batuan beku

2.6.6 Klasifikasi Batuan Beku (IUGS)

Gambar 2.10 Klasifikasi Batuan Beku

2.6.7 Klasifikasi Batuan Plutonik

Gambar 2.11 Klasifikasi Batuan Plutonik

13 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 14: BAB III &IV batuan beku

2.6.8 Klasifikasi Batuan Ultramafik

Gambar 2.12 Klasifikasi Batuan Ultramafik

2.6.9 Klasifikasi Batuan Beku berdasarkan Thorpe and Brown

Gambar 2.13 Klasifikasi Batuan Beku berdasarkan Thorpe and Brown

14 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 15: BAB III &IV batuan beku

2.6.10 Klasifikasi Darkness and Spesific Gravity Increase

Gambar 2.14 Klasifikasi Darkness and Spesific Gravity Increase

2.6.11 Klasifikasi Keterdapatan Mineral

Gambar 2.15 Klasifikasi Keterdapatan Mineral

15 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

ar

Page 16: BAB III &IV batuan beku

BAB III

HASIL DESKRIPSI

3.1 no sayatan H10

Hari/ tanggal : Senin, 23 September 2013

Nomor : 1

Deskripsi mikroskopis

Warna

Nikol sejajar : colorless

Nikol bersilang : abu-abu terang

Tekstur

Kristalinitas : hipokristalin (sebagian masa dasarnya kristal & gelas)

Bidang batas : subhedral (bidang kristalnya relative baik)

Ukuran relative : equigranular (ukuran kristalnya sama)

Komposisi :

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata Mineral dominan

Kuarsa 20% 30% 30% 26.7%

Qz=26.7 %50

x 100 %=53 %

Pl=23.3 %50

x 100 %=47 %

Plagioklas 40% 20% 10% 23.3%

Opaq 20% 10% - 10%

Hornblende - 10% 20% 10%

Piroksen - - 10% 3.3%

Biotit - - 10% 3.3%

Kuarsa : Warna colorless, gelapan bergelombang, bentuk anhedral,

relief rendah, tidak terdapat belahan.

16 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 17: BAB III &IV batuan beku

Plagioklas : Warna colorless, tidak ada pleokroisme, bentuk euhedral dan

anhedral, relief rendah, terdapat kembaran albit ( labradorite an 52)

Hornblende : Warna hijau, bentuk kristal prismatik, pleokroisme kuat,

belahan belahan dua arah yang sejajar dengan bidang, relief agak tinggi,

Hornblende memiliki perbedaan dengan augit dalam belahan, pleokroisme,

dan sudut gelapan maksimum. Biotit memiliki belahan yang lebih baik dan

hanya satu arah

Piroksen : Warna colorless, kehijau-hijauan pucat, pleokroisme tidak ada

sampai lemah, umumnya dijumpai sebagai kristal prismatik pendek. Jika

disayat menyilang, bentuknya akan tampak segiempat atau segidelapan, relief

tinggi

Biotit : Warna cokelat, cokelat kekuning – kuningan, cokelat kemerah –

merahan , atau hijau, bentuk euhedral, belahan sempurna satu arah, relief

sedang, sudut gelapan lebih kecil dibanding hornblende cokelat. Selain itu,

belahannya pun berbeda.

Foto sayatan :

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 3.1 Pengamatan 3 H10

Genesa batuan :

17 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

HblHblHbl

PlPlPl

Qz Qz QzHbl Hbl Hbl

Page 18: BAB III &IV batuan beku

Sayatan pada no peraga H10 memiliki kristalinitas hipokristalin yang

menandakan sayatan tersebut terdiri atas gelas dan kristal. Dengan kenampakan

mineral yang relatif jelas dan besar maka mineral dalam sayatan tersebut

terbentuk tidak secara cepat. Jika dilihat dari komposisi yang terkandung didalam

sayatan yang terdiri dari mineral kuarsa, plagioklas, piroksen, hornblende, dan

biotit maka magmanya bersifat asam. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat

disimpulkan batuan tersebut bernama Grano-diorite (IUGS classification of

volcanic rocks)

Nama batuan : Grano-diorite (IUGS classification of volcanic rocks).

18 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 19: BAB III &IV batuan beku

3.2 no. sayatan H26

Hari/ tanggal : Rabu, 25 September 2013

Nomor : 2

Deskripsi mikroskopis

Warna

Nikol sejajar : colorless

Nikol bersilang : coklat

Tekstur

Kristalinitas : holokristalin (seluruh masa batuannya kristal)

Bidang batas : subhedral (bidang kristalnya relative baik)

Ukuran relative : equigranular (ukuran kristalnya sama)

Komposisi :

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata Mineral dominan

Kuarsa 40% 30% 40% 36.7% Qz=36.7 %56.7 %

x 100 %=64.7 %

Pl= 20 %56.7 %

x100 %=35.3%

Plagioklas 30% 10% 20% 20%

Opaq 5% 10% 10% 8.3%

Hornblende - 20% 20% 13.3%

Piroksen 10% 20% - 10%

Kuarsa : Warna colorless, gelapan bergelombang, bentuk anhedral,

relief rendah, tidak terdapat belahan.

Plagioklas : Warna colorless, tidak ada pleokroisme, bentuk euhedral dan

anhedral, relief rendah, terdapat kembaran albit ( labradorite an 52)

Hornblende : Warna hijau, bentuk kristal prismatik, pleokroisme kuat,

belahan belahan dua arah yang sejajar dengan bidang, relief agak tinggi,

Hornblende memiliki perbedaan dengan augit dalam belahan, pleokroisme,

19 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 20: BAB III &IV batuan beku

dan sudut gelapan maksimum. Biotit memiliki belahan yang lebih baik dan

hanya satu arah

Piroksen : Warna colorless, kehijau-hijauan pucat, pleokroisme tidak ada

sampai lemah, umumnya dijumpai sebagai kristal prismatik pendek. Jika

disayat menyilang, bentuknya akan tampak segiempat atau segidelapan, relief

tinggi

Biotit : Warna cokelat, cokelat kekuning – kuningan, cokelat kemerah –

merahan , atau hijau, bentuk euhedral, belahan sempurna satu arah, relief

sedang, sudut gelapan lebih kecil dibanding hornblende cokelat. Selain itu,

belahannya pun berbeda.

Foto sayatan :

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 3.2 Pengamatan 3 H26

Genesa batuan :

Sayatan pada no peraga H26 memiliki kristalinitas holokristalin yang menandakan

sayatan tersebut terdiri atas kristal-kristal. Dari tekstur yang terlihat diperkirakan

batuannya terbentuk pada daerah hipabisal. Jika dilihat dari komposisi yang

terkandung didalam sayatan yang terdiri dari mineral kuarsa, plagioklas, piroksen,

dan hornblende maka magmanya bersifat intermediet. Berdasarkan data hasil

pengamatan, dapat disimpulkan batuan tersebut bernama Quartz-rich Granitoid.

Nama batuan : Quartz-rich Granitoid (IUGS classification of volcanic rocks).

20 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PxPx

PxPl

PlPlQz QzQz

Hbl HblHbl

Page 21: BAB III &IV batuan beku

3.3 no sayatan telo 12

Hari/ tanggal : Senin, 30 September 2013

Nomor : 3

Deskripsi mikroskopis

Warna

Nikol sejajar : colorless

Nikol bersilang : hitam kecoklatan

Tekstur

Kristalinitas : hipokristalin (sebagian masa dasarnya kristal & gelas)

Granularitas : porfiroafanitik (masa dasarnya tidak teridentifikasi)

Bidang batas : subhedral (bidang kristalnya relative baik)

Ukuran relative : inequigranular (ukuran kristalnya tidak sama)

Komposisi :

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata Mineral dominan

Kuarsa 10% 10% - 6.7% Qz= 6.7 %66.7 %

x 100 %=10 %

Pl=38.3 %66.7 %

x100 %=57.4%

Hbl=21.7 %66.7 %

x100 %=32.5 %

Plagioklas 40% 40% 35% 38.3%

Opaq 10% 10% 20% 13.3%

Hornblende - 30% 35% 21.7%

Kuarsa : Warna colorless, gelapan bergelombang, bentuk anhedral,

relief rendah, tidak terdapat belahan.

Plagioklas : Warna colorless, tidak ada pleokroisme, bentuk euhedral dan

anhedral, relief rendah, terdapat kembaran albit ( labradorite an 52)

Hornblende : Warna hijau, bentuk kristal prismatik, pleokroisme kuat,

belahan belahan dua arah yang sejajar dengan bidang, relief agak tinggi,

21 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 22: BAB III &IV batuan beku

Hornblende memiliki perbedaan dengan augit dalam belahan, pleokroisme,

dan sudut gelapan maksimum. Biotit memiliki belahan yang lebih baik dan

hanya satu arah

Foto sayatan :

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 3.3 Pengamatan 3 Telo 12

Genesa batuan :

Sayatan pada no peraga telo 12 memiliki kristalinitas hipokristalin yang menandakan

sayatan tersebut terdiri atas gelas dan kristal. Dari tekstur yang terlihat diperkirakan

batuannya terbentuk pada daerah hipabisal yang terbentuk tidak jauh dbawah

permukaan bumi. Jika dilihat dari komposisi yang terkandung didalam sayatan yang

terdiri dari mineral kuarsa, plagioklas, opaq dan hornblende maka magmanya bersifat

intermediate. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat disimpulkan batuan tersebut

bernama Pyroxene-hornblende gabbronorite.

Nama batuan : Pyroxene-hornblende gabbronorite (IUGS classification of

plutonic rocks).

22 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PlPlPl

PlPlPl

Hbl Hbl Hbl

Page 23: BAB III &IV batuan beku

3.4 no sayatan telo 11

Hari/ tanggal : Senin, 30 September 2013

Nomor : 4

Deskripsi mikroskopis

Warna

Nikol sejajar : colorless

Nikol bersilang : hitam keabuan

Tekstur

Kristalinitas : hipokristalin (sebagian masa dasarnya kristal & gelas)

Granularitas : porfiroafanitik (masa dasarnya tidak teridentifikasi)

Bidang batas : subhedral (bidang kristalnya relative baik)

Ukuran relative : inequigranular (ukuran kristalnya tidak sama)

Komposisi :

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata Mineral dominan

Plagioklas 40% 30% 30% 33.3% Pl=33.3 %60 %

x 100 %=55.5 %

Hbl=26.7 %60 %

x 100 %=44.5 %

Opaq 20% 10% 10% 13.3%

Hornblende 30% 30% 20% 26.7%

Plagioklas : Warna colorless, tidak ada pleokroisme, bentuk euhedral dan

anhedral, relief rendah, terdapat kembaran albit ( labradorite an 52)

Hornblende : Warna hijau, bentuk kristal prismatik, pleokroisme kuat,

belahan belahan dua arah yang sejajar dengan bidang, relief agak tinggi,

Hornblende memiliki perbedaan dengan augit dalam belahan, pleokroisme,

dan sudut gelapan maksimum. Biotit memiliki belahan yang lebih baik dan

hanya satu arah

Foto sayatan :

23 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 24: BAB III &IV batuan beku

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 3.4 Pengamatan 2 Telo 11

Genesa batuan :

Sayatan pada no peraga telo 11 memiliki kristalinitas hipokristalin yang menandakan

sayatan tersebut terdiri atas gelas dan kristal. Dari tekstur yang terlihat diperkirakan

batuannya terbentuk pada daerah hipabisal yang terbentuk tidak jauh dbawah

permukaan bumi. Jika dilihat dari komposisi yang terkandung didalam sayatan yang

terdiri dari mineral plagioklas, opaq dan hornblende maka magmanya bersifat

intermediate. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat disimpulkan batuan tersebut

bernama Pyroxene-hornblende gabbronorite.

Nama batuan : Pyroxene-hornblende gabbronorite (IUGS classification of

plutonic rocks).

BAB IV

24 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PlPlPl

PlPlPlHbl Hbl Hbl

Page 25: BAB III &IV batuan beku

PEMBAHASAN

Pada praktikum Petrografi acara batuan beku yang dilaksanakan tanggal 23-30

September 2013 kali ini, kita menggunakan mikroskop polarisasi untuk menentukan

suatu jenis mineral tertentu dari sifat-sifat yang terlihat melalui mikroskop polarisasi

yang terkandung di dalam suatu sayatan batuan. Dalam mendeksripsikan di dalam

mikroskop polarisasi ada dua macam pengamatan, yaitu pengamatan dengan nikol

sejajar dan dengan nikol bersilang. Penggunaan nikol bersilang dilakukan dengan

memasukkan polarisator ke dalam tubuh mikroskop sehingga dapat diamati suatu

sifat yang tidak dapat dilihat melalui nikol sejajar.

4.1 No Sayatan H10

Pengamatan yang terdapat pada preparat nomor H10 ini dilakukan melalui

dua cara pengamatan yang berbeda yaitu dengan nikol sejajar dan dengan nikol

bersilang. Dalam pengamatan secara nikol sejajar, analisator diletakkan secara

sejajar dengan polarisator. Berdasarkan pengamatan secara nikol sejajar

didapatkan bahwa warna mineral ini adalah colorless, warna tersebut merupakan

warna yang mengindikasikan bahwa mineral mengandung sifat kimia asam atau

merupakan mineral felsic atau mineral yang berwarna terang. Pengamatan yang

dilakukan pada kali ini adalah dengan metode pengamtan nikol sejajar dan

bersilang. Adapun pengamatan secara nikol sejajar adalah dengan

mengkondisikan mikroskop dalam keadaan analisator berada di luar tubuh

mikroskop sehingga analisator akan berkedudukan sejajar dengan polarisator.

Tekstur pada sayatan nomor H10 antara lain memiliki derajat kristalinitas

berupa hipokristalin ( batuan beku dimana tersusun atas gelas dan kristal),

granularitasnya berupa fanerik karena besar kristal pada sayatan ini dapat

dibedakan secara megaskopis, bentuk kristalnya yaitu subhedral (apabila

sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi), dan hubungan antar

kristalnya equigranular (ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan sama

besar).

25 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 26: BAB III &IV batuan beku

Adapun komposisi mineral yang terdapat pada sayatan tersebut

Berdasarkan hasil pengamatan mineral pertama dengan nikol sejajar dan nikol

bersilang, dengan adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief

yang rendah, terdapat sedikit pecahan berbentuk granular, tidak memiliki

belahan , serta memiliki gelapan berbentuk bergelombang maka dapat

disimpulkan bahwa mineral termasuk kedalam mineral Kuarsa. Mineral kedua

yang dilakukan pengamatan dengan nikol sejajar dan nikol bersilang, dengan

adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief yang rendah, terdapat

sedikit pecahan berbentuk prismatik, tidak memiliki belahan , serta memiliki

kembaran berbentuk albite maka dapat disimpulkan bahwa mineral termasuk

kedalam mineral Plagioklas.

Gambar 4.1 Kurva Plagioklas Labradorrite AN520

Berdasarkan kurva plagioklas, mineral ini termasuk plagioklas dengan

jenis yang lebih spesifiknya yaitu Labradorrite AN520 hal ini menandakan bahwa

mineral ini lebih banyak mengandung sifat basa sehingga ini juga mempengaruhi

dalam warna yang terkandung dalam mineral ini adalah gelap atau tergolong ke

dalam mineral mafic. Pengamatan mineral ketiga, terlihat tidak adanya

pleokroisme pada mineral tersebut, memiliki relief rendah, belahan 1 arah serta

gelapannya miring. Berdasarkan cirri-ciri optic tersebut maka dapat di simpulkan

mineral itu adalah Piroksen. Pengamatan mineral selanjutnya pada sayatan

batuan tersebut adalah terlihat adanya warna hijau yang memiliki pleokroisme

26 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 27: BAB III &IV batuan beku

kuat, relief yang tinggi, terdapat banyak pecahan, memiliki belahan 1 arah , serta

memiliki gelapan berbentuk miring maka dapat disimpulkan bahwa mineral

termasuk kedalam mineral Hornblende. Mineral terakhir yang didapat ialah

memiliki ciri-ciri warna coklat, memiliki pleokroisme dikroik, relief yang rendah,

terdapat banyak pecahan berbentuk prismatik, memiliki belahan satu arah , serta

memiliki gelapan berbentuk miring maka dapat disimpulkan bahwa mineral

termasuk kedalam mineral Biotit.

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 4.1 no sayatan H10

Setelah pengamatan yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapat

rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 23.3 % plagioklas, 10 %

hornblende, 3.3 % biotite, 26.7 % kuarsa dan 3.3 % piroksen serta mineral opak

sebanyak 10%. Dari komposisi mineral tersebut terdapat mineral dominan atau

mineral utama yaitu 53% kuarsa dan 47% plagioklas. Berdasarkan warna sayatan

berdasarkan pengamatan nikol bersilang yaitu abu-abu terang, tekstur yaitu

fanerik dan hipokristalin dan mineral mineral dominan yang mengindikasikan

kalau kristal mengalami pembekuan magma yang lama. Dapat disimpulkan

bahwa batuan ini terbentuk jauh di bawah permukaan bumi (plutonik). Magma

asal pembentuk batuan yang bersifat asam yang diakibatkan mineral penyusun

batuan ini sebagian besar terdiri dari mineral-mineral yang bersifat asam, seperti

plagioklas, dan kuarsa. Dikarenakan teksturnya yang fanerik mengindikasikan

27 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

HblHblHbl

PlPl

Qz Qz QzHbl Hbl Hbl

Page 28: BAB III &IV batuan beku

bahwa batuan ini terbentuk dan terdapat di sekitar (mid-continental ridge) atau di

kerak samudera. Di zona ini 2 lempeng samudera bergerak saling menjauh

sehingga magma basa yang berada di bawah kedua lempeng tersebut menyusup

ke atas dan mengisi bagian yang ditinggalkan.

Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan sayatan batuan dengan

no peraga H10 ialah Grano-diorite (IUGS classification of volcanic rocks).

Gambar 4.2 Klasifikasi IUGS Batuan Beku

4.2 No Sayatan H26

28 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

A P47

53

Page 29: BAB III &IV batuan beku

Pengamatan yang terdapat pada preparat nomor H26 ini dilakukan melalui

dua cara pengamatan yang berbeda yaitu dengan nikol sejajar dan dengan nikol

bersilang. Dalam pengamatan secara nikol sejajar, analisator diletakkan secara

sejajar dengan polarisator. Berdasarkan pengamatan secara nikol sejajar

didapatkan bahwa warna mineral ini adalah colorless, warna tersebut merupakan

warna yang mengindikasikan bahwa mineral mengandung sifat kimia asam atau

merupakan mineral felsic atau mineral yang berwarna terang. Pengamatan yang

dilakukan pada kali ini adalah dengan metode pengamtan nikol sejajar dan

bersilang. Adapun pengamatan secara nikol sejajar adalah dengan

mengkondisikan mikroskop dalam keadaan analisator berada di luar tubuh

mikroskop sehingga analisator akan berkedudukan sejajar dengan polarisator.

Tekstur pada sayatan nomor H10 antara lain memiliki derajat kristalinitas

berupa holokristalin ( batuan beku dimana tersusun atas kristal-kristal),

granularitasnya berupa fanerik karena besar kristal pada sayatan ini dapat

dibedakan secara megaskopis, bentuk kristalnya yaitu subhedral (apabila

sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi), dan hubungan antar

kristalnya equigranular (ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan sama

besar).

Adapun komposisi mineral yang terdapat pada sayatan tersebut

Berdasarkan hasil pengamatan mineral pertama dengan nikol sejajar dan nikol

bersilang, dengan adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief

yang rendah, terdapat sedikit pecahan berbentuk granular, tidak memiliki

belahan , serta memiliki gelapan berbentuk bergelombang maka dapat

disimpulkan bahwa mineral termasuk kedalam mineral Kuarsa. Mineral kedua

yang dilakukan pengamatan dengan nikol sejajar dan nikol bersilang, dengan

adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief yang rendah, terdapat

sedikit pecahan berbentuk prismatik, tidak memiliki belahan , serta memiliki

kembaran berbentuk albite maka dapat disimpulkan bahwa mineral termasuk

kedalam mineral Plagioklas.

29 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 30: BAB III &IV batuan beku

Gambar 4.3 Kurva Plagioklas Bytownite AN800

Berdasarkan kurva plagioklas, mineral ini termasuk plagioklas dengan

jenis yang lebih spesifiknya yaitu Bytownite AN800 hal ini menandakan bahwa

mineral ini lebih banyak mengandung sifat basa sehingga ini juga mempengaruhi

dalam warna yang terkandung dalam mineral ini adalah gelap atau tergolong ke

dalam mineral mafic. Pengamatan mineral ketiga, terlihat tidak adanya

pleokroisme pada mineral tersebut, memiliki relief rendah, belahan 1 arah serta

gelapannya miring. Berdasarkan cirri-ciri optic tersebut maka dapat di simpulkan

mineral itu adalah Piroksen. Pengamatan mineral selanjutnya pada sayatan

batuan tersebut adalah terlihat adanya warna hijau yang memiliki pleokroisme

kuat, relief yang tinggi, terdapat banyak pecahan, memiliki belahan 1 arah , serta

memiliki gelapan berbentuk miring maka dapat disimpulkan bahwa mineral

termasuk kedalam mineral Hornblende.

30 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PxPx

PxPl

PlPlQz QzQz

HblHblHbl

Page 31: BAB III &IV batuan beku

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 4.2 no sayatan H26

Setelah pengamatan yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapat

rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 20 % plagioklas, 13.3 %

hornblende, 36.7 % kuarsa dan 10 % piroksen serta mineral opak sebanyak 8.3%.

Dari komposisi mineral tersebut terdapat mineral dominan atau mineral utama

yaitu 64.7% kuarsa dan 35.3% plagioklas. Berdasarkan warna sayatan

berdasarkan pengamatan nikol bersilang yaitu coklat, tekstur yaitu fanerik,

holokristalin dan mineral-mineral yang mengindikasikan kalau kristal mengalami

pembekuan magma yang lama. Dapat disimpulkan bahwa batuan ini terbentuk

jauh di bawah permukaan bumi (plutonik). Magma asal pembentuk batuan yang

bersifat asam yang diakibatkan mineral penyusun batuan ini sebagian besar

terdiri dari mineral-mineral yang bersifat asam, seperti plagioklas, dan kuarsa.

Dikarenakan teksturnya yang fanerik mengindikasikan bahwa batuan ini

terbentuk dan terdapat di sekitar (mid-continental ridge) atau di kerak samudera.

Di zona ini 2 lempeng samudera bergerak saling menjauh sehingga magma basa

yang berada di bawah kedua lempeng tersebut menyusup ke atas dan mengisi

bagian yang ditinggalkan.

Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan sayatan batuan dengan

no peraga H26 ialah Quartz-rich Granitoid (IUGS classification of volcanic

rocks).

31 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 32: BAB III &IV batuan beku

Gambar 4.4 Klasifikasi IUGS Batuan Beku

4.3 No Sayatan Telo12

32 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

A P35.3

64.7

Page 33: BAB III &IV batuan beku

Pengamatan yang terdapat pada preparat nomor telo 12 ini dilakukan

melalui dua cara pengamatan yang berbeda yaitu dengan nikol sejajar dan dengan

nikol bersilang. Dalam pengamatan secara nikol sejajar, analisator diletakkan

secara sejajar dengan polarisator. Berdasarkan pengamatan secara nikol sejajar

didapatkan bahwa warna mineral ini adalah colorless, warna tersebut merupakan

warna yang mengindikasikan bahwa mineral mengandung sifat kimia asam atau

merupakan mineral felsic atau mineral yang berwarna terang. Pengamatan yang

dilakukan pada kali ini adalah dengan metode pengamtan nikol sejajar dan

bersilang. Adapun pengamatan secara nikol sejajar adalah dengan

mengkondisikan mikroskop dalam keadaan analisator berada di luar tubuh

mikroskop sehingga analisator akan berkedudukan sejajar dengan polarisator.

Tekstur pada sayatan nomor telo12 antara lain memiliki derajat kristalinitas

berupa hipokristalin ( batuan beku dimana tersusun atas gelas dan kristal),

granularitasnya berupa porfiroafanitik karena terdapat fenokris dan massa dasar

yang tidak terlihat, bentuk kristalnya yaitu subhedral (apabila sebagian dari batas

kristalnya sudah tidak terlihat lagi), dan hubungan antar kristalnya inequigranular

(ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar).

Adapun komposisi mineral yang terdapat pada sayatan tersebut

Berdasarkan hasil pengamatan mineral pertama dengan nikol sejajar dan nikol

bersilang, dengan adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief

yang rendah, terdapat sedikit pecahan berbentuk granular, tidak memiliki

belahan , serta memiliki gelapan berbentuk bergelombang maka dapat

disimpulkan bahwa mineral termasuk kedalam mineral Kuarsa. Mineral kedua

yang dilakukan pengamatan dengan nikol sejajar dan nikol bersilang, dengan

adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief yang rendah, terdapat

sedikit pecahan berbentuk prismatik, tidak memiliki belahan , serta memiliki

kembaran berbentuk albite maka dapat disimpulkan bahwa mineral termasuk

kedalam mineral Plagioklas.

33 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 34: BAB III &IV batuan beku

Gambar 4.5 Kurva Plagioklas Labradorrite AN520

Berdasarkan kurva plagioklas, mineral ini termasuk plagioklas dengan

jenis yang lebih spesifiknya yaitu Labradorrite AN520 hal ini menandakan bahwa

mineral ini lebih banyak mengandung sifat basa sehingga ini juga mempengaruhi

dalam warna yang terkandung dalam mineral ini adalah gelap atau tergolong ke

dalam mineral mafic. Pengamatan mineral selanjutnya pada sayatan batuan

tersebut adalah terlihat adanya warna hijau yang memiliki pleokroisme kuat, relief

yang tinggi, terdapat banyak pecahan, memiliki belahan 1 arah , serta memiliki

gelapan berbentuk miring maka dapat disimpulkan bahwa mineral termasuk

kedalam mineral Hornblende.

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 4.3 no sayatan telo 12

34 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PlPlPl

PlPlPl

Hbl Hbl Hbl

Page 35: BAB III &IV batuan beku

Setelah pengamatan yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapat

rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 38.3 % plagioklas, 21.7 %

hornblende, 6.7 % kuarsa dan mineral opak sebanyak 13.3% serta sisanya ialah

masa dasar batuan yang tidak dapat di deskripsikan. Dari komposisi mineral

tersebut terdapat mineral dominan atau mineral utama yaitu 32.5% hornblende

dan 57.5% plagioklas. Berdasarkan warna sayatan berdasarkan pengamatan nikol

bersilang yaitu hitam kecoklatan, tekstur yaitu porfiroafanitik dan hipokristalin

dan mineral mineral dominan yang mengindikasikan kalau kristal mengalami

pembekuan magma yang lama. Dapat disimpulkan jika dari teksturnya bahwa

batuan ini terbentuk di permukaan bumi (vukanik). Magma asal pembentuk

batuan yang bersifat basa dikarenakan mineral-mineral yang terdapat/menyusun

batuan ini terdiri dari mineral yang bersifat basa, seperti hornblende dan

plagioklas yang kaya akan Ca. jika dilihat dari teksturnya yang afanitik

mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk di sekitar kerak benua (continental

rift). Di zona ini kerak benua saling menjauhi, sehingga magma mengisi bagian

dari kerak tersebut yang kosong.

Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan sayatan batuan dengan

no peraga telo 12 ialah Pyroxene-hornblende gabbronorite (IUGS classification

of plutonic rocks).

35 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 36: BAB III &IV batuan beku

4.4 No Sayatan Telo11

Pengamatan yang terdapat pada preparat nomor telo 11 ini dilakukan

melalui dua cara pengamatan yang berbeda yaitu dengan nikol sejajar dan dengan

nikol bersilang. Dalam pengamatan secara nikol sejajar, analisator diletakkan

secara sejajar dengan polarisator. Berdasarkan pengamatan secara nikol sejajar

didapatkan bahwa warna mineral ini adalah colorless, warna tersebut merupakan

warna yang mengindikasikan bahwa mineral mengandung sifat kimia asam atau

merupakan mineral felsic atau mineral yang berwarna terang. Pengamatan yang

dilakukan pada kali ini adalah dengan metode pengamtan nikol sejajar dan

bersilang. Adapun pengamatan secara nikol sejajar adalah dengan

mengkondisikan mikroskop dalam keadaan analisator berada di luar tubuh

mikroskop sehingga analisator akan berkedudukan sejajar dengan polarisator.

Tekstur pada sayatan nomor telo11 antara lain memiliki derajat kristalinitas

berupa hipokristalin ( batuan beku dimana tersusun atas gelas dan kristal),

granularitasnya berupa porfiroafanitik karena terdapat fenokris dan massa dasar

yang tidak terlihat, bentuk kristalnya yaitu euhedral (apabila sebagian dari batas

kristalnya tidak terlihat lagi), dan hubungan antar kristalnya inequigranular

(ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar).

Adapun komposisi mineral yang terdapat pada sayatan tersebut ialah

mineral pertama yang dilakukan pengamatan dengan nikol sejajar dan nikol

bersilang, dengan adanya warna colorless, tidak memiliki pleokroisme, relief

yang rendah, terdapat sedikit pecahan berbentuk prismatik, tidak memiliki

belahan , serta memiliki kembaran berbentuk albite maka dapat disimpulkan

bahwa mineral termasuk kedalam mineral Plagioklas.

36 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 37: BAB III &IV batuan beku

Gambar 4.7 Kurva Plagioklas Labradorrite AN540

Berdasarkan kurva plagioklas, mineral ini termasuk plagioklas dengan

jenis yang lebih spesifiknya yaitu Labradorrite AN540 hal ini menandakan bahwa

mineral ini lebih banyak mengandung sifat basa sehingga ini juga mempengaruhi

dalam warna yang terkandung dalam mineral ini adalah gelap atau tergolong ke

dalam mineral mafic. Pengamatan mineral selanjutnya pada sayatan batuan

tersebut adalah terlihat adanya warna hijau yang memiliki pleokroisme kuat, relief

yang tinggi, terdapat banyak pecahan, memiliki belahan 1 arah , serta memiliki

gelapan berbentuk miring maka dapat disimpulkan bahwa mineral termasuk

kedalam mineral Hornblende.

Nikol sejajar Nikol bersilang Baji kuarsa

Foto 4.4 no sayatan telo 11

Setelah pengamatan yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapat

rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 33.3 % plagioklas, 26.7 %

37 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

PlPlPl

PlPlPlHbl Hbl Hbl

Page 38: BAB III &IV batuan beku

hornblende, dan mineral opak sebanyak 13.3% serta sisanya ialah masa dasar

batuan yang tidak dapat di deskripsikan. Dari komposisi mineral tersebut terdapat

mineral dominan atau mineral utama yaitu 44.5% hornblende dan 55.5%

plagioklas. Berdasarkan warna sayatan berdasarkan pengamatan nikol bersilang

yaitu hitam kecoklatan, tekstur yaitu porfiroafanitik dan hipokristalin dan mineral

mineral dominan yang mengindikasikan kalau kristal mengalami pembekuan

magma yang lama. Dapat disimpulkan jika dari teksturnya bahwa batuan ini

terbentuk di permukaan bumi (vukanik). Magma asal pembentuk batuan yang

bersifat basa dikarenakan mineral-mineral yang terdapat/menyusun batuan ini

terdiri dari mineral yang bersifat basa, seperti hornblende dan plagioklas yang

kaya akan Ca. jika dilihat dari teksturnya yang afanitik mengindikasikan bahwa

batuan ini terbentuk di sekitar kerak benua (continental rift). Di zona ini kerak

benua saling menjauhi, sehingga magma mengisi bagian dari kerak tersebut yang

kosong.

Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan sayatan batuan dengan

no peraga telo 11 ialah Pyroxene-hornblende gabbronorite (IUGS classification

of plutonic rocks).

Gambar 4.8 Klasifikasi IUGS Batuan Beku Plutonik

38 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 39: BAB III &IV batuan beku

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Setelah pengamatan yang dilakukan pada sayatan H10 sebanyak tiga kali, maka

didapat rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 23.3 % plagioklas, 10 %

hornblende, 3.3 % biotite, 26.7 % kuarsa dan 3.3 % piroksen serta mineral opak

sebanyak 10%. Dari komposisi mineral tersebut terdapat mineral dominan atau

mineral utama yaitu 53% kuarsa dan 47% plagioklas. Dapat disimpulkan sayatan

batuan dengan no peraga H10 ialah Grano-diorite (IUGS classification of

volcanic rocks).

Setelah pengamatan yang dilakukan pada sayatan H26 sebanyak tiga kali, maka

didapat rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 20 % plagioklas, 13.3 %

hornblende, 36.7 % kuarsa dan 10 % piroksen serta mineral opak sebanyak 8.3%.

Dari komposisi mineral tersebut terdapat mineral dominan atau mineral utama

yaitu 64.7% kuarsa dan 35.3% plagioklas. maka dapat disimpulkan sayatan

batuan dengan no peraga H26 ialah Quartz-rich Granitoid (IUGS classification

of volcanic rocks).

Setelah pengamatan yang dilakukan pada sayatan telo 12 sebanyak tiga kali, maka

didapat rata-rata komposisi mineral yang terdiri dari 38.3 % plagioklas, 21.7 %

hornblende, 6.7 % kuarsa dan mineral opak sebanyak 13.3% serta sisanya ialah

masa dasar batuan yang tidak dapat di deskripsikan. Dari komposisi mineral

tersebut terdapat mineral dominan atau mineral utama yaitu 32.5% hornblende

dan 57.5% plagioklas. Dapat disimpulkan sayatan batuan dengan no peraga telo

12 ialah Pyroxene-hornblende gabbronorite (IUGS classification of plutonic

rocks).

Setelah pengamatan yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapat rata-rata

komposisi mineral yang terdiri dari 33.3 % plagioklas, 26.7 % hornblende, dan

39 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 40: BAB III &IV batuan beku

mineral opak sebanyak 13.3% serta sisanya ialah masa dasar batuan yang tidak

dapat di deskripsikan. Dari komposisi mineral tersebut terdapat mineral dominan

atau mineral utama yaitu 44.5% hornblende dan 55.5% plagioklas. dapat

disimpulkan sayatan batuan dengan no peraga telo 11 ialah Pyroxene-hornblende

gabbronorite (IUGS classification of plutonic rocks).

5.1. Saran

1. Praktikan disarankan untuk menguasai materi praktikum terlebih dahulu

2. Praktian agar lebih berhati-hati dalam melakukan pendeskripsian

40 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u

Page 41: BAB III &IV batuan beku

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Praktikum Petrografi. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi.

UNDIP: Semarang

Tim Asisten Praktikum Mineralogi. 2011. Buku Panduan Praktikum Mineralogi.

UNDIP: Semarang

41 | P E T R O G R A F I B a t u a n B e k u