Upload
endik-asworo
View
9
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bab 4
Citation preview
Bab 4
Usulan Metode Penyelesaian
4.1 Metode Usulan
Pada bab 3 telah dijalaskan bahwa permasalahan
yang terjadi pada PT. Varia Usaha Beton Unit Gresik adalah
banyaknya pekerja yang berperilaku kurang aman (unsafe
behavior). Dari permasalahan di atas dapat di usulkan metode
untuk menanggulangi permasalahan tersebut yang bersumber
dari beberapa literatur, seperti pada tabel 4.4.
38
Tabel 4.4 Penelitian-penelitian terdahulu
Penelitian Tahun Judul Metode pendekatan Hasil penelitian
Wignjosoebroto 2012 behavior based saftey
Hanum 2012 behavior based saftey
Sutrisno 2013 behavior based saftey
Dzulfikar Aziz Fauzan 2011 Job Safety Analysis
Titi Syartini 2010 SMK3
Pendekatan perilaku manusia untuk mencegah kenaikan tingkat kecelakaan kerja di industri
Peningkatan perilaku aman pekerja dapat dilakukan dengan terintegrasinya penerapan BBS dengan SMK3 dan stakeholders
Implementasi behavior based safety pada sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja guna meningkatkan safe behavior pekerja (studi kasus : PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA)
Penerapan BBS selama 1 bulan dapat meningkatkan 10-20 persen perilaku aman pekerja
Usaha peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. Tirta Mahakam Resource. Tbk dengan intervensi ergonomi total melalui penerapan metode behavior based safety
Peningkatan safe behavior dengan rata-rata 4% didepartemen LVP dan flowring setelah diterapkannya metode behavior based safety
Penerapan Risk Manajemen Dengan Metode Job Safety Analysis Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Area Coal Crushing Plant (CCP) PT. Marunda Graha Mineral Laung Tuhup Site Kalimantan Tengah
Penerapan Job Safety Analysis sudah diterapkan tetapi masih ada potensi bahaya yang belum dikendalikan serta pengendalian yang kurang efektif
Penerapan SMK3 Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang
Penerapan SMK3 dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja terjadi penurunan angka kecelakaan kerja pada bulan januari dan februari
39
4.1.1 Metode Job Safety Analysis
Menurut NOSA ( National Occupation Safety
Asosiation) (1999), Job Safety Analysis (JSA)
merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas
dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA
didefinisikan sabagai metode mempelajari pekerjaan
untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang
berhubungan dengan setiap langkah, mengembangkan
solusi yang dapat menghilangkan dan mengontrol
bahaya serta insiden.
Tujuan jangka panjang metode JSA adalah
diharapkan pekerja dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan JSA, sehinggan dapat menanamkan
kepedulian pekerja terhadap kondisi lingkungan
kerjanya guna menciptakan kondisi lingkungan kerja
yang aman dan meminimalisasi kondisi tidak aman
(unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe
action).
Manfaat JSA jika digunakan dalam suatu
perusahaan :
a. Memperbaiki sikap/perilaku karyawan untuk
bekerja secara lebih efektif dan efisien.
b. Pemahaman perusahaan atau manajemen
terhadap tugas yang diemban oleh karyawan.
40
c. Meningkatkan pengetahuan prosedur bekerja
secara aman.
d. Mengurangi resiko pekerjaan dan
meningkatkan prosedur kerja.
Didalam melaksanakan metode JSA, terdapat
empat langkah yang harus dilakukan, yaitu :
a. Menentukan pekerjaan yang dianalisis
Langkah pertama adalah mengidentifikasi
pekerjaan yang kritis. Dalam menentukan
pekerjaan yang kritis didasarkan pada :
- Frekuensi kecelakaan
- Kecelakaan yang mengakibatkan luka
- Pekerjaan dengan potensi kerugian yang
tinggi
- Pekerjaan baru
b. Menguraikan pekerjaan menjdai langkah-
langkah dasar
Proses yang efektif dalam proses
penyusunan tahapan pekerjaan ini adalah
memasukkan semua tahapan kerja utama
yang kritis. Setelah melakukan observasi
dicek kembali dan disikusikan kepada kepala
departemen untuk keperluan evaluasi dan
mendapatkan persetujuan tentang apa yang
dilakukan dalam pembuatan JSA.
41
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing
pekerjaan
Pada tahap ini mengidentifikasikan
bahaya-bahaya yang bisa menyebabkan
cidera, kerusakan, atau kerugian
(kecelakaan). Apakah faktor manusia, atau
perlatan atau material.
d. Mengendalikan bahaya
Langkah terakhir dalam JSA adalah
mengembangkan prosedur kerja yang aman
untuk mencegah kejadian atau potensi
kecelakaan. Tindakan ini meliputi tindakan
perbaikan yang ditujukan kepada para
pekerja, mesin serta peralatan yang
digunakan.
.4.1.2 Metode Behavior Based Safety
Dari beberapa literatur pada tabel 4.4 diatas,
Masalah yang sering dijumpai di lapangan adalah
bagaimana meningkatkan safety behavior dari pekerja,
agar pekerja memiliki kesadaran terhadap lingkungan
sekitar dan diri sendiri. Industri perkapalan memiliki
resiko tinggi dalam proses produksi, sehingga setiap
pekerja diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) pada saat melakukan pekerjaannya, hal ini juga
42
yang berkaitan dengan behavior yang dimiliki oleh
pekerja tersebut, para pekerja melakukan unsafe
behavior dilatar belakangi rendahnya kesadaran
pekerja tersebut terhadap pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD).
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas
Behavior Based Safety merupakan suatu metodologi
pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kerja yang
memfokuskan kepada perilaku pekerja yang dinilai
mempunyai andil besar terhadap timbulnya kecelakaan
kerja,selain itu juga diharapkan untuk mengintegrasikan
ilmu, kualitas, dan prinsip pengembang organisasi dan
manajemen keselamatan.
Dasar teori dari BBS adalah dari hasil penelitian
penyebab terjadinya kecelakaan, dapat disimpulkan
bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama
terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini terkait dengan
penelitian Heinrich yang menyatakan bahwa 88%
kecelakaan terjadi karena faktor manusia (unsafe act).
Tahap-tahap yang harus dilakukan pada metode
behavior based safety adalah sebagai berikut :
1. Tahap identifikasi
Pada tahap awal adalah identifikasi masalah.
Dilakukan dengan cara terjun ke lapangan dengan
43
wawancara langsung kepada pihak perusahaan dan
survey langsung ke lapangan.
2. Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini dengan mengumpulkan data
kecelakaan kerja, wawancara langsung dengan pihak
perusahaan serta kuisioner. Kuisioner yang
dibutuhkan pada metode ini ada 2 jenis yaitu
kuisioner critical behavior checklist (CBC) dan
kuisioner rutinitas pekerja. Kuisioner CBC ada 2
yaitu sebelum tahap intervensi dan pasca tahap
intervensi.
Tabel 4.5 Critical Behavior Checklist
(Wignjosoebroto,2012)
No Target perilaku Organik DPS Subkontraktorsafe At-risk safe
12 metode / cara kerja
3APD
4 Helm5 sepatu safety6 sarung tangan7 masker8 penutup telinga
Catatan Mengetahui
Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
peduli akan lingkungan kerja
3. Tahap pengolahan data
Tahap ini adalah tahap paling penting. Setelah
kedua tahap dilakukan, maka tahapan selanjutnya
44
dilakukan pengolahan data dengan rist assessment
code.
Rist analysis merupakan suatu proses untuk
mengidentifikasi dan menganalisa resiko terjadinya
bahaya dalam suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
mengetahui resiko apa saja yang bisa terjadi akibat
pekerjaan yang akan dilakukan pada suatu pekerjaan
dan bagaimana cara untuk mengurangi bahay
tersebut. Menurut Laksmiati,2008 dalam
hanum,2012.
Yang pertama yaitu penentuan objek yang
akan dijadikan pengamatan. Contoh hasil rist
analysis dengan RAC.
Tabel 4.6 Hasil risk analysis dengan RAC
(Hanum,2008)
Bagian MesinJenis Bahaya Potensi resiko bahaya RAC Kategori Bahaya
Bahaya Fisik
Gangguan pada pendengaran 2Gangguan pada pernafasan 2
Jatuh dari forklift 3Gangguan pada pernafasan 3
Mudah terbakar 2
Dengan keterangan tabel sebagai berikut :
45
Tabel 4.7 Keterangan Tabel Rist Analysis Code
(Hanum,2008)
Bagian MesinJenis Bahaya Potensi resiko bahaya
Bahaya Fisik
Gangguan pada pendengaranGangguan pada pernafasan
Jatuh dari forkliftGangguan pada pernafasan
Setelah dilakukan analisa RAC, maka selanjutnya
adalah merekap hasil RAC. Tahap selanjutnya adalah
pengamatan dan menghitung safety performance index yang
didapat dari kuisioner CBC.
4. Tahap intervensi
Setelah dilakukan pengamatan dan semua
data-data pengamatan diolah, maka selanjutnya
dilakukan intervansi untuk memperbaiki perilaku
resiko yang ditemukan dari hasil pengamatan.
Intervensi yang dilakukan langsung kepada para
pekerja yaitu dengan menggunakan supportive
intervention karena intervensi ini ini lebih tidak akan
membuat pekerja terpaksa atau tertekan dalam tahap
pemberian intervensi itu sendiri. Intervensi ini
merupakan jenis intervensi yang memfokuskan pada
penerapan konsekuensi positif. Konsekuensi positif
dapat dilakukan dengan bentuk pemberian feedback
atau reward.
5. Tahap evaluasi intervensi
46
Tahap yang terakhir adalah tahap evaluasi
intervensi yang telah dilakukan terhadap perilaku
pekerja, apakah ada peningkatan terhadap safe
behavior pekerja. Hal ini bisa dilihat dari safety
performance index pekerja apakah terjadi
peningkatan safe behavior pekerja.
Kelebihan-kelebihan metode Behavior Based safety
adalah sebagai berikut :
- Menjalin dan meningkatkan komunikasi yang baik
antara atasan dan pekerja dalam hal pengelolaan
K3.
- Peningkatan pelaporan.
- Berbagi informasi akan bahaya yang ditemukan.
- Pekerja memiliki rasa memiliki yang besar akan
pengelolaan K3.
Metode behavior based safety ini merupakan metode
yang sesuai dengan permasalahan yang ada pada PT. Varia
Usaha Beton Unit Gresik. Salah satu program yang paling
banyak digunakan untuk memperbaiki perilaku pekerja adalah
metode behavior based safety. Metode ini mampu
memberikan peningkatan dini terhadap potensi bahaya
kecelakaan serta dapat mengukur perilaku aman dan tidak
aman di tempat kerja.
Dari riset yang dilakukan oleh banyak ahli behavior di
banyak negara memperlihatkan bahwa penerapan teknik-
47
teknik behavior based safety dapat mengurangi kecelakaan
kerja antara 40-75% dalam waktu dua sampai enam belas
bulan (Krause,2002). Oleh karena itu behavior based safety
merupakan pendekatan yang komprehensif apabila diterapkan.
5. Kesimpulan
48
Setelah dilakukan kerja praktek pada PT. Varia Usaha
Beton unit Gresik, plant beton pracetak. Dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan identifikasi permasalahan pada saat kerja
praktek, permasalahan yang terdapat pada PT. Varia
Usaha Beton Unit Gresik adalah banyaknya pekerja yang
berperilaku tidak aman yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja.
2. Dari beberapa literatur penelitian terdahulu yang
mempunyai permasalahan yang hampir sama dengan
plant beton pracetak pada PT. Varia Usaha Beton unit
Gresik yakni metode behavior based safety untuk
meningkatkan perilaku pekerja yang tidak aman, karena
mampu memberikan peningkatan dini terhadap potensi
bahaya kecelakaan serta dapat mengukur perilaku aman
dan tidak aman di tempat kerja. Serta dari riset yang
dilakukan oleh banyak ahli behavior di banyak negara
memperlihatkan bahwa penerapan teknik-teknik behavior
based safety dapat mengurangi kecelakaan kerja antara
40-75% dalam waktu dua sampai enam belas bulan
(Krause,2002). Oleh karena itu behavior based safety
merupakan pendekatan yang komprehensif apabila
diterapkan pada PT. Varia Usaha Beton Unit Gresik plant
beton pracetak.
49