Upload
hendra-thohir
View
32
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 1
4.1. Kebijakan Pengembangan Sistem Kota-Kota
Hirarki kota dimaksudkan untuk dapat menentukan suatu sistem jenjang
pelayanan yang dikaitkan dengan pusat-pusat pelayanan (kota) yang ada.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengembangan kota-kota diarahkan
untuk lebih memantapkan dan memperjelas hirarki berdasarkan kondisi nyata
kawasan-kawasan perkotaan yang ada dan tetap memperhatikan tata jenjang
pelayanan yang lebih tinggi tingkatannya, dengan tujuan memeratakan pusat
pelayanan yang efektif sampai di tingkat lokal (pusat perdesaan).
Hirarki kota-kota di wilayah ini diharapkan akan mewujudkan perkembangan
wilayah secara merata yang didukung keterkaitan desa dan kota (rural-urban linkage) dan keterkaitan kota dengan pasar nasional bahkan internasional.
a. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Nasional di dalam kerangka Koridor
Pansela Jawa yaitu Kota Cilacap dan Yogyakarta.
b. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah meliputi Kota Pandeglang,
Rangkasbitung, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, Kebumen,
Bantul, Tulungagung dan Banyuwangi.
c. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal dalam kerangka Koridor Pansela
Jawa dibagi menjadi dua sub kriteria yang meliputi PKL-1 dan PKL-2.
§ PKL-1, meliputi Kota Labuan, Palabuhan Ratu, Cibadak, Cipanas,
Ciranjang, Pacet, Garut, Banjar, Parigi, Kroya, Purworejo, Wates,
Wonosari, Pacitan, Trenggalek, Blitar, Kepanjen, Singosari, Bululawang,
Lawang, Lumajang, Jember, Glenmore, Muncar dan Genteng.
§ PKL-2, meliputi Kota Citeureup, Malingping, Muarabinanguen, Bayah,
Surade, Sindangbarang, Pameungpeuk, Cipatujah , Cikalong, Sukaraja,
Jetis, Majenang, Jeruklegi, Gombong, Ayah, Kutowinangun, Puring,
Buluspesantren, Puturejo, Sempor, Purwodadi, Kutoarjo, Glagah,
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 2
Banaran, Parangtritis, Samas (Kec. Sanden), Kasongan, Panggan, Baron,
Wonogiri, Girisubo, Pracimantoro, Donorejo, Punung, Pringkuku, Tulakan,
Arjosari, Kebonagung, Nawangan, Bandar, Tegalombo, Ngadirojo,
Sudimoro, Watulimo (Prigi), Durenan, Popoh, Ngunut, Wlingi, Ngliyep,
Balekambang, Sendangbiru, Tempeh, Yosowinangun, Pasirian, Klakah,
Randuagung, Pronojiwo, Kalibaru, Rambipuji, Puger dan Ambulu
4.2. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung
Kawasan Pengembangan kawasan lindung di koridor pansela Jawa lebih
diarahkan pada peningkatan fungsi lindung pada kawasan-kawasan yang
menurut kriteria seharusnya berfungsi lindung, tetapi belum atau tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan kondisi ini, maka strategi
kawasan lindung di koridor pansela Jawa dikelompokkan atas tiga strategi dasar,
yakni pemeliharaan, pemulihan dan pengkayaan.
Sejalan dengan strategi pengembangan kawasan lindung pada RTR Pulau Jawa
Bali, kawasan lindung berupa perlindungan daerah dibawahnya, perlindungan
setempat, perlindungan daerah rawan bencana alam, serta suaka alam dan
cagar budaya harus jelas fungsi perlindungan serta wilayah yang dilindungi.
Dengan demikian dapat ditetapkan dengan tegas besaran kawasan lindung,
serta strategi pengembangannya.
Tabel 4.1
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung
No. Kawasan/Sub Kawasan
Kebijakan Perlindungan Arahan Pola Pengelolaan
1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan pada Kawasan Bawahannya
Kawasan Hutan Lindung
- Mempertahankan keberadaan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi tetap
- Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi
- Mempertahankan keberadaan hutan lindung agar tetap kesuburan tanah pada hutan lindung dan daerah sekitarnya dapat tepelihara
Mencegah terjadinya erosi atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan produksi (pertanian, perkebunan & pariwisata, dsb) khususnya kawasan yang berada pada kelerengan terjal
Mendukung terwujudnya luasan kawasan hutan lindung di pulau jawa pada umumnya dan pansela pada khususnya
Kawasan Resapan Air - Memberikan ruang yang Mempertahankan kawasan resapan
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 3
No. Kawasan/Sub Kawasan
Kebijakan Perlindungan Arahan Pola Pengelolaan
memadai bagi peresapan air hujan pada zona-zona resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir
air tinggi terutama di Malimping, Sukabumi, Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Cilacap, kebumen, Lumajang, Jember, Banyuwangi
2 Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan Pantai - Melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai
Menetapkan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan lindung pada RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota.
Ketentuan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi
Sempadan Sungai - Melindungi sunagi dari kegiatan budidaya penduduk yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik bantaran sungai dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai
Menetapkan kawasan sempadan sengai sebagai kawasan lindung pada RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota .
Ketentuan kawasan lindung sempadan sungai adalah 100 m untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil
Kawasan Sekitar Waduk
- Melindungi waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air danau serta kelestarian fungsi waduk
Menetapkan kawasan sempadan sekitar waduk sebagai kawasan lindung pada RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota .
Ketentuan kawasan lindung sempadan sekitar waduk adalah 100 m dari titik pasang tertinggi
Kawasan Sekitar Mata Air
- Melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air
Menetapkan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan lindung pada RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota.
Ketentuan perlindungan Kawasan Sekitar Mata Air adalah jari-jari 200 m dari titik mata ai r
3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
- Cagar Alam
- Cagar Alam Laut
- Taman Buru
- Taman Nasional
- Suaka Margasatwa
- Suaka Alam
- Taman Wisata
- Taman Wisata Laut
- Cagar Budaya
- Melestarikan Taman Nasional dengan segenap kekhasan ekosistemnya
- Melestarikan cagar alam beserta segenap flora didalamnya yang tergolong unik/langka
- Melestarikan suaka margasatwa beserta segenap fauna didalamnya yang tergolong unik/langka
- Melestarikan taman wisata alam/taman buru dengan
Kawasan suaka alam :
- Sub Koridor Barat : Taman Nasional Ujung Kulon, CA Talaga Warna di Kabupaten Cianjur, CA Talaga Warna (perluasan) di Kabupaten Bogor dan Cianjur; CA Takokak, CA Cadas Malang, CA Bojong Larang Jayanti di Kabupaten Cianjur; CA Gunung Simpang di Kabupaten Bandung dan Cianjur; CA Papandayan (perluasan) dan CA Kawah Kamojang di Kabupaten Garut dan Bandung; CA Talaga Bodas dan CA
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 4
No. Kawasan/Sub Kawasan
Kebijakan Perlindungan Arahan Pola Pengelolaan
- Hutan Bakau (Magrove)
segenap keunikan alam dan ekosistemnya sehingga dapat dikembangkan sebagai sebagai obyek wisata
- Melestarikan cagar budaya yang berisikan benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu, berikut segenap adat istiadat, kebiasaan dan tradisi setempat yang unik
- Melestarikan hutan bakau sebagai tempat pemijahan ikan/udang, filter pencemar, dan penahan ombak/arus l aut
Leuweung Sancang di Kabupaten Garut; CA Sukawayana, CA Tangkuban Parahu (Pelabuhanratu) dan CA Cibanteng di Ka bupaten Sukabumi; CA Pananjung Pangandaran dan CA Panjalu/Koorders di Kabupaten Ciamis.
- Sub koridor Tengah : Kawasan Suaka alam Wijayakusuma, Karangbolong, Nusakambangan di Kabupaten Cilacap, Cagar alam di Kabupaten Gunungkidul, Taman hutan raya di Kabupaten Sleman.
- Sub Koridor Timur : Cagar Alam Nusa Barung Kabupaten Lumajang dan Cagar Alam Blambangan Kabupten Banyuwangi.
Kawasan cagar budaya
- Sub Koridor Barat Kawasan taman wisata alam (TWA) yang terdapat di Provinsi Banten adalah TWA Pulau Sanghiang dan TWA Carita, Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; meliputi Istana Cipanas di Cianjur; Kampung Naga di Tasikmalaya; Candi Cangkuang di Garut; Ciung Wanara Karang Kamulyan di Ciamis; dan beberapa kawasan cagar budaya yang tersebar di berbagai kabupaten/kota.
- Sub Koridor Tengah: Kawasan Perairan segara anakan di Kabupaten Cilacap dan kawasan karst di Kecamaran Ayah Kabupaten Kebumen, Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terletak di Kabupaten Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul, serta Kota Yogyakarta.
4 Kawasan Rawan Bencana Lingkungan
- Melindungi masyarakat dari ancaman dan gangguan langsung maupun tidak langsung terhadap kerawanan bencana lingkungan
- Melindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat (infrastruktur, permukiman dan
Penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana melalui tindakan preventif dengan pembuatan perta bencana alam, mitigasi terhadap pelaksanaan RTRW, kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 5
No. Kawasan/Sub Kawasan
Kebijakan Perlindungan Arahan Pola Pengelolaan
sentra-sentra produksi) dari gangguan dan ancaman bencana lingkungan
kembali pasca bencana
Pengembangan wilayah yang didasarkan pada peta rawan bencana (sebagai acuan)
Pengendalian kawasan-kawasan produksi dari bencana lingkungan yang meliputi :
- Kawasan rawan letusan G. Berapi
- Kawasan rawan gempa bumi (hampir dimiliki seluruh daerah di Pulau Jawa Selatan)
- Kawasan rawan tanah longsor (hampir dimiliki seluruh daerah di Pulau Jawa Selatan)
- Kawasan rawan banjir
4.3. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya
Pemanfaatan kawasan budidaya pada dasarnya ditekankan untuk tidak
melampaui daya dukung kawasan tersebut agar tidak terjadi satu kawasan
dibebani melampaui daya dukungnya, sementara kawasan lain belum
dikembangkan. Sehubungan dengan itu, kebijakan pemanfaatan kawasan
budidaya koridor pansela Jawa dapat dirumuskan sebagaimana berikut :
a. Untuk wilayah-wilayah yang belum berkembang, perlu dikembangkan
pemanfaatan kawasan budidaya, melalui upaya-upaya penyediaan prasarana
wilayah, mengembangkan potensi-potensi wilayah tersebut untuk menarik
investasi dan juga agar pembangunan di bagian selatan dapat lebih terkendali.
b. Kawasan-kawasan yang sudah berkembang, namun belum begitu cepat, perlu
ditingkatkan pengembangannya untuk mengimbangi laju-laju perkembangan
kawasan-kawasan cepat berkembang, yang sekaligus berperan mengurangi
beban kawasan cepat berkembang.
c. Kawasan cepat berkembang diupayakan untuk mentransfer kegiatan-
kegiatannya kepada daerah yang relatif lebih lambat perkembangannya, selain
untuk mengurangi beban juga berfungsi untuk memacu perkembangan
kawasan-kawasan yang relatif lambat berkembang.
d. Perlu ditingkatkan keterkaitan kegiatan pada kawasan-kawasan budidaya, baik
berkaitan antar pusat-pusat kegiatan (permukiman/perumahan), keterkaitan
perkotaan-perdesaan, maupun keterkaitan antar kawasan.
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 6
Tabel 4.2
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kegiatan Kebijakan Pola Pengelolaan
Industri - Berbaris ekolog i, artinya tetap hemat energi, air dan lahan
- Merupakan pusat inovasi bagi jenis-jenis industri baru
Pengembangan keegiatan industri di kawasan pansela diarahkan pada industri yang mampu mengolah sumberdaya lokal
Pertanian pangan - Peningkatan kegiatan intensifikasi pertanian dan pengurangan secara ketat ekstensifikasi
- Tetap mempertahankan kawasan pertanian yang ada, terutama pada sawah irigasi
- Perluasan diarahkan pada sawah tadah hujan, dengan didukung oleh sistem irigasi yang memadai
- Untuk menjaga/menjamin luas lahan yang ada, maka perlu diterapkan kawasan pertanian absolute
Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan pada lahan pertanian basah di kawasan pansela
Perkebunan - Tetap mempertahankan lokasi-lokasi perkebunan yang ada
- Pengalihan fungsi lahan pada perkebunan tanaman keras dapat dilakukan untuk penggunaan lahan yang lebih strategis
- Perluasan perkebunan tanaman keras pada atnah tandus atau rusak, guna meningkatkan produktivitas tanaman keras dan memperbaiki kondisi tanah yang ada
- Perluasan lain pada permukiman atau lahan pertanian secara serasi
Kawasan priangan timur dsk, kawasan blitar dsk, dan kawasan jember dsk.
Peternakan - Dapat dikembangkan pada banyak lokasi, khususnya pada kawasan permukiman dengan mempertimbangkan dampak lingkungan
- Perlunya penegasan batasan kawasan penangkaran hewan, khususnya untuk hewan-hewan ternak besar
Kawasan Priangan Timur dsk, kawasan Kebumen dsk, kawasan Tulungagung dsk, kawasan Malang dsk
Perikanan - Dikembangkan pada kawasan tegalan atau dapat bercampur pada kawasan permukiman
Kawasan pringan timur dsk, kawasan mediaun dsk dan kawasan Madiun dsk
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 7
Kegiatan Kebijakan Pola Pengelolaan
- Pertambakan diarahkan di wilayah pantai yang tidak kritis, sekaligus bermanfaat untuk menekan abrasi
- Percampuran yang serasi dengan kawasan lain
Pariwisata - Pengembangn kawasan pariwisata tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat, berupa 1) wisata alam dan hutan pada semua jenis kawasan dan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan, 2) pertamanan pada kawasan permukiman, 3) agrowisata pada kawasan pertanian, hutan prosuksi dan hutan lindung, 4) wisata budaya pada permukiman, 5) kerajinan pada permukiman
Hampir terdapat diseluruh wilayah selayan Pulau Jawa
Permukiman - Dikembangkan pada kawasan yang siap bangun dan aman dari bencana alam, sehat dan memiliki akses untuk kesempatan berusaha
- Perbatasan kegiatan permukiman yang sudah ada pada kawasan lindung
Kawasan hutan produksi - Mempertahankan hutan pada lokasi semula
- Perluasan hutan diupayakan mencapai 30% dari keseluruhan kawasan, terutama pada kawasan tanah rusak/tandus/kritis
- Masih dimungkinkan pertukaran guna lahan untuk meningkatkan hasil guna lahan
4.4. Kebijakan Pengembangan Pariwisata
4.4.1. Arahan Pengembangan Pariwisata
- Meningkatkan pelayanan fasilitas pendukung pada kota-kota pelayanan utama
maupun hinterlandnya melalui peningkatan Sumber Daya Manusia dan
perangkat kelembagaannya, pembangunan infrastruktur dasar (PSD)
menggerakkan partisipasi sektor swasta dan memberdayakan masyarakat
(host community empowerment) melalui ketahanan ekonomi pada sektor
wisata dan sektor lain yang saling berkaitan.
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 8
- Mempercepat terjalinnya suatu rajutan ruang melalui rencana arteri selatan
yang menhubungkan semenanjung selatan Pulau Jawa dari Timur sampai ke
Barat (Backward and Outward Linkage) sekaligus membuka keterisolasian
beberapa kawasan bagian selatan yang selama ini diindikasikan sebagai
kawasan tertinggal.
- Memperlebar ekstensifikasi dalam hal promosi dan marketing (promotion and marketing tools) termasuk didalamnya menyusun rencana investasi baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memperbaiki dan memperkuat karakter serta jatidiri obyek wisata secara
dominan agar menjadi isu yang menarik minat pengunjung untuk mengunjungi
obyek wisata tersebut dengan menghidupkan tradisi dan adat istiadat
masyarakat setempat (etno-tourism) yaitu Budaya Pesisir Selatan melalui
kegiatan Peket Wisata Labuhan, Sedekah Laut dan Festival Seni Pesisir
Selatan dan menghidupkan legenda dan cerita rakyat dengan pementasan
seni dan drama panggung.
- Meningkatkan kerjasama regional antar kabupaten/kota lintas instansi dan
multi instansi (stakeholder)
- Mempermudah akses guna memperpendek jalur moda transportasi, sehingga
fungsi moda transport tidak hanya sebagai penggerak distribusi barang dan
orang, namun sebagai penggerak pengunjung dalam berwisata.
- Beberapa hal yang diperhatikan dalam skenario dan arahan pengembangan
pada pengelolaan wisata secara umum dapat dijabarkan dalam aspek:
1. Potensi Objek Wisata, kualitas dan pengelolaan objek wisata merupakan
hal mendasar yang dapat menarik kunjungan wisatawan dan kesiapan
fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan sifatnya.
2. Potensi Pengunjung, kawasan wisata harus mempunyai sasaran yang
jelas dalam membidik “pasar” yang sesuai. Pasar terbesar adalah
penduduk dari Jakarta dan Bandung dalam skala regional. Sedangkan
untuk pariwisata dalam konteks lokal, pemberdayaan dan peningkatan
perekonomian kawasan sekitar menjadi sebuah jalinan yang penting.
3. Kondisi Infrastruktur dan kemudahan akses, secara umum kemudahan
aksesibilitas merupakan salah satu penunjang berhasilnya sebuah
kawasan wisata. Dengan menydiakan akses regional distribusi hasil bumi
dan industri pada jalur selatan potensi wisata yang berada di sekitarnya
akan menjadi lebih terangkat.
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 9
Sub Koridor Pansela Barat
Pengembangan pariwisata pada sub-koridor Selatan Barat secara langsung
dan tidak langsung bergantung pada berbagai aspek keruangan regional dan
perkembangan daerah-daerah yang mendukungnya, selain pengembangan
kawasan wisata secara langsung. Pengembangan infrastruktur jalur selatan
diutamakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kelancaran jalur
distribusi barang dan jasa dapat berpengaruh secara positif pada
pengembangan potensi wisata secara tidak langsung. Dengan koridor utama
dari utara ke selatan, dari Jakarta – Bandung – Garut dan Tasikmalaya, jarak
tempuh wisata yang terjadi memang kurang merata.
Sub Koridor Pansela Tengah
Beberapa obyek wisata yang terletak di pesisir selatan jawa sebagian besar
mempunyai jenis wisata pantai dan wisata alam serta wisata budaya.
Kegiatan wisata pada beberapa obyek wisata telah berkembang baik namun
masih taraf lokal, kalaupun terdapat even-even yang berskala nasional dan
internasional hal ini bersifat optional tourism. Misal pantai parangtritis yang
digunakan dalam Festival Layang-layang yang diikuti beberapa negara,
namun ini bersifat tidak teragenda secara teratur, Paralayang dan Gantole di
Pegunungan di Gunung Kidul pada kawasan pantai Baron dan Krakal.
Secara umum keindahan alam dan panorama pantai menjadi alasan utama
minat pengunjung wisatawan baik domestik (lokal dan nasional) serta
mancanegara.
Sedangkan obyek wisata yang telah hidup dan menjadi tujuan utama
wisatawan terutama skala lokal seperti Pantai Baron, Glagah di Kabupaten
Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo, Waduk Gajahmungkur di
Kabupaten Wonogiri, Pantai Ayah , Pantai Karangbolong serta beberapa
obyek wisata lain harus tetap hidup dan dikembangkan guna mendukung
percepatan kawasan selatan pulau Jawa, hal ini dikarenakan obyek wisata
inilah yang selama ini menjadi tujuan wisata utama bagi masyarakat lokal.
Saat ini kegiatan dan pola wisatawan masih pada pola one day season atau
piknik pp (pergi pulang) sedangkan untuk pola paket wisata one week season
masih belum banyak peminatnya kecuali saat libur lebaran dan musim liburan
beberapa wisatawan melakukan perjalanan wisata.
Sub Koridor Pansela Timur
Arahan percepatan pada sub koridor pansela timur adalah mensinergikan
upaya peningkatan infrastruktur dan fasilitas pendukung guna
pengembangan sektor pariwisata dan sektor-sektor lain guna peningkatan
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 10
ekonomi wilayah. Secara umum kondisi infrastruktur dan fasilitas pendukung
cukup baik, terutama obyek wisata yang berdekatan dengan ibu kota
kecamatan atau terletak pada sentra kerajinan atau pusat kegiatan ekonomi
nelayan misal TPI di Tulungagung dan Trenggalek, sedangkan obyek wisata
yang lokasinya masih terpencil dan terisolasi infrastruktur dan fasilitas
pendukung masih belum memadai. Saat ini rencana jalan selatan-selatan
sedang dibangun dan baru mencapai panjang kurang lebih 8 km melalui
hutan lindung. Dengan adanya rencana arteri diharapkan akan menjadi
bangkitan ekonomi masyarakat secara lokal. Arahan pengembangan
pariwisata lebih ditujukan pada peningkatan akses, infrastruktur dan fasilitas
pendukung dan yang terakhir adalah ekstensifikasi dan penyebaran informasi
wisata.
4.4.2 Pengembangan Wisata pada Sub Koridor
• Pengembangan Hirarki Kota Pelayanan
Pada sub koridor barat Kota Pelayanan Utama diarahkan pada Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dan Kota Bandung dengan Kota Pelayanan
Pendukung adalah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut,
Kabupaten Lebak dan Pandeglang serta Kabupaten Sukabumi.
Sesuai dengan arahan Pusat Pelayanan kota Yogyakarta adalah pusat
kegiatan Nasional sehingga sub koridor tengah menempatkan Pusat
Pelayanan Utama adalah di Yogyakarta dan Kota Pelayanan Pendukung
adalah di Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon
Progo, Kebupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen. Kegiatan wisata
di Kota Yogyakarta memiliki beragam tema wisata yaitu konvensi,
budaya, alam, minat khusus dan pengembangan pendidikan. Potensi
Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelayanan Utama dapat dimanfaatkan
sebagai pusat informasi pariwisata kawasan Selatan. Disamping itu akses
dan gateway Kota Yogyakarta memungkinkan dari semua arah bahkan
bandara Adi Sucipto sudah dibuka untuk penerbangan mancanegara..
Sedangkan poros Kota Yogyakarta – Solo juga dapat dimanfaatkan
sebagai pusat pelayanan bagi kawasan segmen Wonogiri dan Pacitan.
Pada sub koridor Timur Kota Pelayanan Pendukung adalah Kota
Surabaya dan Kota Malang sedangkan Kota Pelayanan Pendukung terdiri
dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung,
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Banyuwangi. Pola ini dapat ditengarai
dari pola pengunjung ke Jawa Timur yang paling banyak dikunjungi
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 11
adalah Gunung Bromo dan Tengger serta Gunung Semeru kemudian ke
Malang dan Batu kemudian ke Bali. Dengan demikian maka pola
pengunjung tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bahwa pola
kunjungan dari daerah utara ke selatan dilalui dari Surabaya, Pasuruan
dan Malang. Kota Malang diarahkan sebagai kota Simpul pelayanan yang
dapat langsung mengakses kawasan Selatan, kawasan utara (Surabaya ,
Gresik , Tuban) dan Bali terutama dalam hal informasi wisata dan
trasportasi baik darat, laut maupun udara. Pengembangan wisata kota
Malang saat ini adalah sebagai wisata alam, wisata konvensi dan
pendidikan. Khusus untuk Kabupaten Jember dan Lumajang masih belum
terdapat kegiatan wisata yang dominan.
• Pengembangan Atraksi Wisata
Pengembangan tema atraksi wisata pada sub koridor barat adalah tema
wisata alam berupa pantai dan kawasan lindung dan wisata budaya.
Skenario pengembangan paket wisata yang dapat dikembangkan adalah
Paket Wisata Pantai Anyer, Carita dan Lada dengan kota pelayanan yaitu
Kabupaten Pandeglang, Paket wisata Tanjung lesung, Taman Nasional
Ujung Kulon dan Pulau Pecang, Paket wisata lain adalah Paket wisata
Kampung Badui dan pegunungan Halimun. Paket- paket tersebut dapat
dikemas dalam paket liburan Sabtu – Minggu (Weekend Package).
Untuk sub koridor tengah Paket Wisata yang dapat dikemas adalah
Borobudur – Prambanan – Malioboro dengan kota pelayann kota
Yogyakarta, Paket Pantai Parangtritis – Baron – Kukup dan Krakal
dengan kota pelayanan Bantul dan Wates (ibukota Kabupaten
Kulonprogo) . Paket tersebut dapat dikemas dalam paket dua hari atau
weekend season.
Sedangkan untuk paket wisata sub koridor timur adalah Bromo –
Tengger – Batu Malang dengan pusat pelayanan kota Malang, Paket
Wisata Taman Safari II Prigen – Tanggulangin – Batu Malang dengan
pusat pelayanan Kota Malang atau Kota Batu. Paket wisata lain yang
dapat dikembangkan adalah Pantai Ngliyep (Malang) – Pantai Prigi
(Tulungagung) – Pantai Popoh (Trenggalek) dengan kota pelayanan di
Tulungagung dan di Trenggalek, untuk perjalanan ke Bali dari Malang
dapat diarahkan pada paket wisata Pantai Blambangan – Taman
Nasional Meru Betiri – Banyuwangi – Bali.
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 12
• Pengembangan Akses dan Fasilitas Pendukung
Sistem pergerakan utama di sub koridor barat adalah berasal dari poros
Jakarta- Bandung – Garut – Tasikmalaya, sedangkan dari arah Bandung
dapat diakses melalui Cianjur – Sukabumi. Sedangkan untuk menjangkau
Kabupaten Lebak dan Pandeglang dapat melalui Sukabumi, atau menyisir
jalan di Pelabuhan Ratu namun kondisi jalan curam dan berkelok-kelok
namun sudah beraspal. Secara umum lokasi obyek wisata yang paling
diminati adalah Pantai Anyer. Pantai Carita dan Pelabuhan Ratu, Pantai
Ujung Genteng dan Pantai Pangandaran. Sedangkan akses dari
Pangandaran menuju ke segmen Cilacap dapat dicapai melalui Ciamis.
Akses utama menuju ke sub koridor tengah yang paling dekat dari arah
utara adalah dari kota Yogyakarta sehingga pengembangan koridor Utara
Selatan Yogyakarta Bantul, dan Bantul sebagai Simpul pelayanan.
Sehingga dengan dimanfaatkannya jalur selatan sebagai jalur produksi
dan distribusi serta wisata didukung dengan akses dari koridor Jogja
Bantul dengan simpul pelayanan berada di Bantul akan dapat
menggerakkan tumbuhnya fungsi jasa dan pelayanan.
Pola pergerakan pengunjung menuju ke sub koridor timur adalah dari
Yogyakarta/Solo – Wonogiri – Pacitan – Trenggalek – Tulungagung –
Blitar – Malang, atau Malang – Lumajang – Jember dan Banyuwangi –
Bali. Saat ini pola pergerakan
menuju ke Bali masih dominan dari pantai utara yaitu Surabaya –
Banyuwangi – Bali. Skenario akses dan pola pergerakan di kawasan sub
koridor timur adalah menggunakan sistem jalan sirip utara – selatan yaitu
Surabaya - Malang – Blitar , Jember – Bondowoso- Situbondo –
Banyuwangi – Bali, Lumajang - Probolinggo, Tulungagung – Ponorogo –
Madiun – Ngawi . Namun secara umum pengembangan sistem akses di
Jawa Timur manganut segitiga Malang – Surabaya – Probolinggo.
• Pengembangan SDM dan Kelembagaan
Pengembangan SDM dan Kelembagaan sangat erat kaitannya dengan
konteks percepatan, dalam hal ini sektor pariwisata sangat terkait dengan
daya inovasi dan kreatifitas pengelola ditunjang dengan kelembagaan
yang mantap. Selama ini SDM dan kelembagaan hanya berorientasi pada
target prestasi (PAD) namun tidak melihat pada konteks substansi.
Pariwisata sangat membutuhkan suatu upaya promosi dan informasi
sehingga dapat dikenal oleh masyarakat.
Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa
Ringkasan Eksekutif IV - 13
Beberapa skenario pembentukan badan pengelola dan kantor pengelola
adalah badan penanaman investasi daerah, balai konservasi dan sumber
daya alam lintas kota/kabupaten , Dinas Kehutanan dan Pengelolaan Air
di tiap kabupaten/kota. Instansi ini secara bersama-sama akan mengelola
kawasan yang akan dimanfaatkan sebagai fungsi wisata.
• Pengembangan Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran tidak dapat dilepaskan dari pengembangan
suatu kawasan wisata. Aspek pasar meliputi aspek segmentasi dan target
pengunjung serta aspek kompetitor dan peluang usaha, sedangkan aspek
pemasaran terkait dengan inovsi dan kreatifitas untuk ajang promosi dan
pemasaran.
4.5. Strategi Percepatan Pembangunan Koridor Pansela Jawa
Sesuai dengan tujuan perencanaan ini adalah percepatan pembangunan koridor
Pantai Selatan Pulau Jawa. Strategi Percepatan Pembangunan Koridor Pansela
Jawa dirinci sebagai berikut:
§ Strategi Pengembangan Ekonomi/SDA dan SDM
§ Strategi Pengembangan Prasarana dan Pengelolaan Pembangunan
Selanjutnya secara lebih terperinci, strategi pengembangan di Koridor Pansela
Jawa dapat dilihat pada peta-peta berikut ini.