27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Denture Stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah. Denture sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini. 1 Prevalensi denture stomatitis di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilaporkan secara pasti, walaupun demikian prevalansi tersebut (27%-67%) telah banyak dilaporkan oleh para ahli di luar negeri, gigi tiruan bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan pada mukosa mulut. Budtz-Jorgensen mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannya

4. BAB I BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gigigi

Citation preview

Page 1: 4. BAB I BAB II

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Denture Stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan

perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga

mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah

gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah.

Denture sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga

digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.1

Prevalensi denture stomatitis di Indonesia hingga saat ini belum pernah

dilaporkan secara pasti, walaupun demikian prevalansi tersebut (27%-67%) telah

banyak dilaporkan oleh para ahli di luar negeri, gigi tiruan bukan merupakan satu-

satunya penyebab terjadinya perubahan pada mukosa mulut. Budtz-Jorgensen

mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-

macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus,

oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu

gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga

perawatannya pun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan

kemungkinan penyebabnya.1

Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk

kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan

gigi tiruan. Terdapat dua macam gigi tiruan, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan

lepasan. Bahan yang masih sering dipakai sampai saat ini adalah resin akrilik

polimetil metakrilat.2

Pemakaian gigi tiruan yang terus menerus dapat menimbulkan beberapa

reaksi terhadap jaringan karena mukosa di bawah gigi-tiruan akan tertutup dalam

mulut maupun gigi-tiruan oleh lidah dan saliva mengakibatkan perlekatan

mikroorganisme antara lain Candida albicans.2

1.2 Tujuan

Page 2: 4. BAB I BAB II

2

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk lebih mengerti dan

memahami tentang denture stomatitis dan untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) di Departemen Ilmu Gigi

dan Mulut RSUD Langsa.

1.3 Manfaat

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis

dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mengenai penyakit

denture stomatitis.

Page 3: 4. BAB I BAB II

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stomatitis

Stomatitis berasal dari bahasa yunani, stoma yang berarti mulut dan itis

yang berarti inflamasi (radang). Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari

struktur apapun dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan atap dasar mulut.2

Peradangan dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri, seperti

kebersihan mulut yang buruk, kekurangan protein, penggunaan gigi tiruan, atau

karena mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas, tanaman

beracun atau kondisi yang mempengaruhi seluruh tubuh seperti penggunaan obat,

rekasi alergi, terapi radiasi atau gangguan faktior sistemik. 2

Tanda pada stomatitis yaitu terjadi kemerahan, pembengkakan, kadang-

kadang terjadi perdarahan pada daerah yang terkena. Bau mulut (halitotosis) juga

mungkin menyertai keadaan ini. Stomatitis terjadi pada semua kelompok umur.

Stomatitis biasa kecil (diameter <1 cm) sering muncul dalam satu kelompok dan

terdiri dari 2-3 luka terbuka, biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam

10 hari dan tidak meninggalkan jaringan parut. 2

Stomatitis dibagi menjadi 4 tipe :

1. Mycotic stomatitis

2. Gingivo stomatitis

3. Denture stomatitis

4. Apthous stomatitis, dibagi menjadi 3 sub tipe, diantaranya :

Stomatitis apthosa minor (MiRAS)

Stomatitis apthosa mayor (MaRAS)

Ulserasi herpetiformis (HU) 2

Page 4: 4. BAB I BAB II

4

2.2 Denture Stomatitis

2.2.1 Definisi

Denture Stomatitis diindikasikan sebagai suatu proses inflamasi pada

mukosa yang tertekan oleh alat gigi tiruan penuh dan sebagian. Denture stomatitis

juga disebut sebagai sore mouth dibawah palatal. Istilah lainnya disebut juga

chronic denture palatitis, stomatitis prothetica, denture related candidiasis,

denture induced candidiasis dan denture stomatitis.3

Denture stomatitis merupakan kondisi yang umum, beberapa peneliti

menyatakan denture stomatitis ditemukan sebanyak 35% sampai 50% orang yang

memakai gigi tiruan penuh. Penelitian Mikkonen et al., menyatakan bahwa

prevalensi pasien denture stomatitis lebih banyak pada pemakai gigi tiruan penuh

dari pada lepasan.3

2.2.2 Etiologi

Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai

gigi tiruan lepasan, bukan berarti bahwa gigi tiruan tersebut merupakan satu-

satunya penyebab. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa denture stomatitis

dapat disebabkan oleh beberapa macam faktor yaitu:1

a) Trauma

Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan,

dapat mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi jaringan

penyangganya, yang akhirnya dapat menimbulkan luka atau yang sering

disebut Stomatitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Phelan dan Levin,

bahwa iritasi mekanis karena gigi tiruan yang kurang tepat merupakan

faktor penting penyebab terjadinya denture stomatitis.1

Selain itu juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti mengenai

adanya korelasi yang nyata antara trauma, membrane mukosa, dan denture

stomatitis. Dengan mengetahui penyebab denture stomatitis yang hanya

disebabkan oleh faktor utama tersebut, menghilangkan ketidakstabilan gigi

tiruan lepasan akan tampak adanya penyembuhan. Hal ini sesuai dengan

Page 5: 4. BAB I BAB II

5

pendapat Nyquist yang menyatakan adanya penyembuhan setelah

perbaikan ketidakstabilan gigi tiruan.1

b) Infeksi

Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu faktor penyebab

keberadaan C. albicans didalam rongga mulut, kecuali itu juga dapat

menyebabkan prevalensi C. Albicans di dalam rongga mulut. C albicans

disamping merupakan flora normal dengan pravelansi sekitar 45% ternyata

pravelansi tersebut dilaporkan meningkat pada pemakai gigi tiruan dengan

keadaan rongga mulut sehat yaitu 47,5% sampai 55,6%.1

Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar

menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan merupakan

tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasik

C.albicans. Peningkatan jumlah C.albicans dapat mengubah sifat komensal

menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae

ini merupakan inisiator invasi kedalam jaringan sehingga dapat

menimbulkan denture stomatitis.1

Penanganan karena adanya C.albicans pada denture stomatitis

ditekankan pada kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Untuk

kandidosis yang terjadi seperti Acute pseudomembranous Candidosis dan

Acute erytematus Candodisis pengobatannya dilakukan dengan pemberian

nystatin, amphotericin, miconazole atau chlorhexidine secara topical. Gigi

tiruannya didisinfeksi dengan menggunakan chlorhexidine untuk

mencegah pelekatan antara C. Albicans dengan gigi tiruan lepasan yang

terus menerus. Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan, sehingga

dari mukosa mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sebagian

dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah pada

mukosa. Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang terus menerus

pada membrane mukosa. Keadaan ini memudahkan invasi antigen

C.albicans ke dalam jaringan. Efek ini akan diperberat bila disertai dengan

obstruksi kelenjar ludah dan rusaknya epitel akibat jelas yang ditimbulkan

gigi tiruan.1

Page 6: 4. BAB I BAB II

6

Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan

merupakan salah satu mekanisme pertahanan terhadap kandidiasis rongga

mulut tidak bisa mencapai mukosa karena terhalang gigi tiruan, sehingga

penderita yang memakai gigi tiruan terus menerus mudah mengalami

denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi tiruan disarankan melepas gigi

tiruannya pada waktu istirahat, terutama pada malam hari.1

c) Kebersihan Rongga Mulut

Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi

pertumbuhan mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga mulut yang

jelek bisa terjadi perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan jumlah dan

virulensi jamur C.albicans. Hal ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya

bahwa pada ibu hamil yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan

sebanyak 52 dari 55 penderita (94,5%) menderita kandidosis. Selain itu

kebersihan rongga mulut yang jelek dilaporkan merupakan salah satu

faktor predisposisi local untuk terjadinya denture stomatitis. Yang

terpenting dilakukan dalam hal ini adalah menghilangkan predisposisi

local tersebut menjaga kebersihan rongga mulut.1

d) Alergi

Bahan basis tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik.

Salah satu unsur resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi adalah

metal-metakrilat. Biasanya reaksi alergi terjadi segera setelah kontak

dengan gigi tiruan. Tetapi denture stomatitis, radang terjadi pada penderita

dengan gigi tiruan yang sudah lama atau tidak baik. Akibatnya faktor

reaksi alergi ini sudah banyak diabaikan.1

e) Gangguan Faktor Sistematik

Beberapa faktor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang

disebabkan oleh C.albicans, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi, dan

pemakaian obat-obatan dalam waktu lama, misalnya kortikosteroid dan

antibiotika. Penderita dengan gangguan faktor sistemik akan mudah

mengalami denture stomatitis, terutama bila tidak memperhatikan faktor

Page 7: 4. BAB I BAB II

7

predisposisi local, antara lain : lama pemakaian gigi tiruan lepasan,

kebersihan rongga mulut, kebersihan gigi tiruan lepasan.1

2.2.3 Gejala Klinis

Denture Stomatitis juga dipergunakan sebagai istilah untuk

menggambarkan perubahan patologis mukosa mulut pada bagian penyangga gigi

tiruan sebagian lepasan, penderita denture stomatitis biasanya mengeluh adanya

perdarahan mukosa, bengkak, perasaan sakit atau panas, halitosis atau

pengecapan yang tidak enak, kekeringan pada rongga mulut dan ada juga yang

tanpa keluhan atau gejala.4

2.2.4 Klasifikasi

Secara garis besar denture stomatitis dapat dikelompokkan kedalam 3 tipe,

yaitu: 2

Tipe inflamasi sederhana setempat.

Pada tipe ini timbul bintik-bintik merah (pin point hiperemi) disekitar

duktus mokosa pada palatum posterior. Lesi ini berkaitan dengan trauma

yang berasal dari gigi tiruan.4

Gambar 1: Tipe 1

Page 8: 4. BAB I BAB II

8

Tipe inflamasi sederhana menyeluruh

Inflamasi menyeluruh yang meluas menjadi bintik kemerahan yang

difus, rata, dan atropik sepanjang palatum posterior sampai melibatkan

seluruh daerah yang tertutup gigi tiruan. 4

Gambar 2 : Tipe 2

Tipe granular

Mukosa memiliki permukaan glanular yang terinflmasi dan sering

dipertegas sampai daerah terkecil kemudian terjadi dengan tahap

hiperemi difus. Lesi seperti ini kadang dijumpai pada pasien yang tidak

pernah memakai gigi tiruan. Keadaan ini sering disebut dengan papillary

hyperplasia.4

Page 9: 4. BAB I BAB II

9

Gambar 3 : Tipe 3

Budtz jogersen dan Bertram menyebutkan bahwa tipe 1 inflamasi sederhana

setempat disebabkan oleh trauma, sedangkan pada tipe 2 inflamasi sederhana

menyeluruh terjadi akibat trauma dan infeksi candida albicans.4

2.2.5 Diagnosis

Pada setiap kunjungan rutin, dokter gigi akan memeriksa mulut dan gigi

tiruan untuk memastikan gigi tiruan bersih dan pemasangannya tepat. Dokter gigi

mungkin akan menanyakan:5

Apakah pernah merasa sakit di mulut

Apakah gigi tiruan merasa nyaman

Apakah melepas gigi tiruan setiap malam

Seberapa sering membersihkan gigi tiruan

Seberapa sering memakai gigi tiruan

Dokter gigi mungkin mencurigai stomatitis yang disebabkan gigi tiruan jika

area di bawah gigi tiruan bengkak atau sakit atau memiliki benjolan di langit-

langit mulut. Dokter gigi dapat menguji apakah mulut terinfeksi jamur Candida.

Page 10: 4. BAB I BAB II

10

Dengan cara swap daerah yang terkena dengan kapas. Hasil swap ditempatkan

dalam larutan khusus yang dikirim ke laboratorium.5

2.2.6 Prognosis

Prognosis sangat baik dengan perawatan yang tepat. Perawatan yang tepat

untuk gigi tiruan juga harus dilakukan, seperti melepaskan gigi tiruan setiap hari

dan menjaga mulut dan gigi tiruan bersih.5

2.2.7 Penatalaksanaan

Beberapa prosedur di bawah ini dapat di anjurkan untuk perawatan

stomatitis akibat gigi tiruan:1

1. Pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti dengan

mengistirahatkan jaringan, perbaikan oklusi, serta perbaikan gigi tiruan.

2. Terapi anti jamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apusan jaringan

membuktikan adanya infeksi Candida. Pemberian tablet nistatin cukup

efektif untuk mengendalikan infeksi ini.

3. Pengambilan papilomatosia secara bedah.1

Stomatitis karena gigi tiruan dapat timbul bersama-sama dengan keilitis

angularis yaitu suatu peradangan pada sudut mulut yang kadang-kadang terasa

sakit. Keilitis angularis dapat sembuh dengan pemberian salep anti jamur pada

daerah yang terkena.1

2.2.8 Pencegahan

Gigi tiruan dan mulut perlu perawatan sehari-hari, bahkan bila tidak lagi

memiliki gigi alami. Plak dan tartar dapat terbentuk pada gigi tiruan. Ini akan

mengganggu mulut dan gusi. Lepaskan gigi tiruan setiap malam. Hal ini dapat

mengurangi tekanan pada mulut. Hal ini juga memungkinkan air liur untuk

membersihkan mulut.5

Untuk mencegah terjadinya denture stomatitis, ada beberapa hal yang

perlu dilakukan, antara lain:

Page 11: 4. BAB I BAB II

11

Kunjungi dokter gigi setidaknya sekali setahun. Hal ini tergantung pada

kondisi mulut dan kesehatan secara keseluruhan. Orang yang

mengkonsumsi tembakau atau alkohol harus mengunjungi dokter gigi

lebih sering.

Pastikan gigi tiruan dalam posisi yang tepat. Posisi dari gigi tiruan dapat

berubah seiring waktu.

Kunjungi dokter gigi jika gigi tiruan rusak.

Bersihkan gigi tiruan setelah makan.

Bersihkan gigi tiruan setiap malam dengan krim atau pasta.

Gigi tiruan direndam dalam larutan klorheksidin atau hipoklorit pada

malam hari.

Sikat gigi yang tersisa. Jika tidak memiliki gigi alami, bilas mulut dengan

air secara teratur.5,7

2.3 Jenis-jenis Gigi Tiruan

2.3.1 Gigi Tiruan Lepasan Resin Akrilik

Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi tiruan

lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat

yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan

plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil

metakrilat multipel.2

Gambar 4 : Gigi Tiruan

Lepasan penuh

Page 12: 4. BAB I BAB II

12

Gambar 5 : Gigi Tiruan Lepasan Sebagian

2.3.2 Jenis Resin Akrilik

Menurut Combe (1992) dan Craig dkk. (2004) ada dua tipe resin akrilik

yaitu:

a. Tipe heat cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang proses

polimerisasinya terjadi setelah pemanasan pada temperatur tertentu

b. Tipe cold cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang tidak memerlukan

pemanasan dalam proses polimerisasinya.2

2.3.3 Komposisi Resin Akrilik

Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik:

a. Heat cured polimer

Bubuk (powder) mengandung :

1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama

2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

3. Reduces Translucency: Titanium dioxide

4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan

dengan jaringan mulut : 1%

5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

Cairan (liquid) mengandung :

Page 13: 4. BAB I BAB II

13

1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang

mudah menguap.

2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai

penghalang polimerisasi selama penyimpanan.

3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate,

bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer

sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan

kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

Menurut Craig dan Power (2002), saat ini bahan untuk basis gigi tiruan

yang paling sering digunakan adalah tipe heat cured poly methyl

methacrylate.

b. Cold cured polimer

Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan

aktivator seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.2

2.3.4 Resin Akrilik Sebagai Basis Gigi Tiruan

Bahan untuk basis gigi tiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria

sebagai berikut (Combe, 1992; Noort, 1994) :

a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak terpengaruh lingkungan mulut

sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.

b. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup, antara lain :

1. Modulus elastisitas tinggi sehingga dalam ukuran yang sangat tipis

mempunyai kekuatan yang cukup.

2. Proportional limit tinggi, sehingga gigi tiruan tidak mudah berubah

bentuk apabila mendapat beban tekanan.

3. Kekuatan transversa atau memiliki daya lentur yang besar.

4. Mempunyai impact strength yang besar, sehingga tidak mudah

patah apabila terjatuh.

5. Mempunyai fatique strength yang besar dan kekasaran permukaan

yang cukup agar pada pemakaian tahan terhadap abrasi.

c. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi.

Page 14: 4. BAB I BAB II

14

d. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian.

e. Mudah dalam pembuatannya dengan biaya yang ekonomis.

f. Mudah dibersihkan.

Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigi

tiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan

kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi tetapi kekurangannya, resin akrilik

mempunyai sifat porus.2

2.3.5 Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam

Jenis ini menggunakan kerangka dari logam sehingga dapat dibuat

menjadi lebih tipis dan ringan dan akhirnya menjadikan jenis ini lebih nyaman

digunakan. Namun seperti halnya pada jenis dengan plat akrilik, jenis ini juga

memerlukan pegangan yang hampir menyerupai kawat pada gigi lepasan akrilik.

Hal tersebut menyebabkan gigi jenis ini tidak jauh berbeda dari gigi lepasan

akrilik dari segi estetika. Kelemahan lain adalah dari segi biaya, kerangka logam

merupakan jenis gigi tiruan lepasan dengan biaya yang mahal.8

Gambar 6 : Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam

2.3.6 Gigi Tiruan Lepasan Valplast (Flexi Denture)

Page 15: 4. BAB I BAB II

15

Valplast memiliki plat yang lebih fleksibel dan tipis. Plat fleksibel pada

valplast ini bahkan berwarna nyaris transparan sehingga secara estetik plat ini

termasuk sangat baik dan paling nyaman digunakan. Karena sifatnya yang

fleksibel tadi maka gigi palsu jenis ini juga tidak memerlukan bantuan kawat

untuk berpegangan pada gigi sebelahnya, sebuah nilai tambah kembali dari segi

estetik. Secara ekonomi juga gigi jenis ini masih cukup terjangkau.8

Gambar 7 : Gigi Tiruan Lepasan Valplast (Flexi Denture)

2.3.7 Gigi Tiruan Cekatan

A. Crown (Mahkota) Porselen

Crown porselen kurang tepat disebut sebagai gigi palsu karena tidak

benar-benar menggantikan gigi yang hilang. Crown porselen merupakan pilihan

untuk mahkota gigi yang patah atau hilang dalam jumlah yang cukup besar namun

secara umum giginya sendiri masih sehat dan kuat sehingga tidak perlu dicabut.

Untuk memasang crown maka dokter gigi perlu mengecilkan dan membentuk sisa

mahkota pada gigi tersebut agar kemudian dapat dibuatkan crown yang pas dan

baik. Apabila kehilangan mahkota yang terjadi sangat besar (mahkota gigi yang

tersisa sangat sedikit) dan telah mengenai ruang pulpa (saraf) gigi maka dilakukan

Page 16: 4. BAB I BAB II

16

perawatan saluran akar terlebih dahulu dan dibuatkan mahkota pasak. Perbedaan

keduanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.8

Gambar 8 : Gigi Tiruan Cekatan

B. Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)

Sebelum kemunculan implant, gigi jembatan adalah gigi palsu cekat yang

paling umum digunakan. Menggunakan bahan porselen, gigi ini umumnya sangat

baik secara estetik. Kelemahannya adalah penggunaan gigi sebelahnya sebagai

pegangan. Berbeda dengan gigi lepasan yang menggunakan plat dan kawat

sebagai pegangan, gigi jembatan sesuai namanya mengandalkan gigi

disebelahnya. Untuk dapat memasang gigi jembatan pada tempat yang ompong,

gigi disebelahnya harus dikecilkan untuk kemudian dibuatkan crown yang

menyatu/menyambung dengan gigi tiruan pada bagian yang ompong. Pada kasus

kehilangan 1 gigi, harus dibuat gigi tiruan sebanyak 3 buah seperti pada gambar

dibawah.8

Gambar 9 : Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)

Page 17: 4. BAB I BAB II

17

C. Dental Implant

Tidak seperti jenis lainnya, implant tidak memerlukan gigi lain sebagai

penyangga. Implant merupakan gigi tiruan yang berdiri sendiri, paling mendekati

gigi asli baik dari tampilan maupun fungsi dan bentuknya secara keseluruhan.

Umumnya implant gigi terbagi menjadi 2 bagian terpisah yaitu akar buatan dan

mahkota. Bagian pertama yaitu akar buatan ini ditanam langsung pada gusi dan

tulang rahang pada bagian yang hilang. Karena ditanam langsung pada rahang

maka implant juga memiliki resiko yang cukup besar. Implant gigi akan dikatakan

berhasil apabila tubuh pasien (tulang dan gusi) dapat menerima bahan implant

yang tertanam dengan baik tanpa menimbulkan masalah. Saat ini tingkat

keberhasilan pemasangan implant sangatlah besar tetapi memerlukan biaya yang

sangat mahal.8

Gambar 10 : Dental Implant

Page 18: 4. BAB I BAB II

18

2.4 Mekanisme Pembersihan Gigi Tiruan

Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu

cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia

dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih.

Pembersihan dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa

bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan

berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat resin akrilik yang nantinya

dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak retentif.2

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan

dengan larutan pembersih. Menurut penelitian Silva dkk. (2009) dinyatakan

bahwa perlakuan penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan

efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Perendaman gigi tiruan dalam larutan

pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit

tergantung dari bahan pembersih yang digunakan.2

Gambar 11 : Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih