Upload
shafrizal62
View
42
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gigigi
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Denture Stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga
mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah
gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah.
Denture sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga
digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.1
Prevalensi denture stomatitis di Indonesia hingga saat ini belum pernah
dilaporkan secara pasti, walaupun demikian prevalansi tersebut (27%-67%) telah
banyak dilaporkan oleh para ahli di luar negeri, gigi tiruan bukan merupakan satu-
satunya penyebab terjadinya perubahan pada mukosa mulut. Budtz-Jorgensen
mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-
macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus,
oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu
gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga
perawatannya pun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan
kemungkinan penyebabnya.1
Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk
kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan
gigi tiruan. Terdapat dua macam gigi tiruan, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan
lepasan. Bahan yang masih sering dipakai sampai saat ini adalah resin akrilik
polimetil metakrilat.2
Pemakaian gigi tiruan yang terus menerus dapat menimbulkan beberapa
reaksi terhadap jaringan karena mukosa di bawah gigi-tiruan akan tertutup dalam
mulut maupun gigi-tiruan oleh lidah dan saliva mengakibatkan perlekatan
mikroorganisme antara lain Candida albicans.2
1.2 Tujuan
2
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang denture stomatitis dan untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) di Departemen Ilmu Gigi
dan Mulut RSUD Langsa.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mengenai penyakit
denture stomatitis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stomatitis
Stomatitis berasal dari bahasa yunani, stoma yang berarti mulut dan itis
yang berarti inflamasi (radang). Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari
struktur apapun dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan atap dasar mulut.2
Peradangan dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri, seperti
kebersihan mulut yang buruk, kekurangan protein, penggunaan gigi tiruan, atau
karena mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas, tanaman
beracun atau kondisi yang mempengaruhi seluruh tubuh seperti penggunaan obat,
rekasi alergi, terapi radiasi atau gangguan faktior sistemik. 2
Tanda pada stomatitis yaitu terjadi kemerahan, pembengkakan, kadang-
kadang terjadi perdarahan pada daerah yang terkena. Bau mulut (halitotosis) juga
mungkin menyertai keadaan ini. Stomatitis terjadi pada semua kelompok umur.
Stomatitis biasa kecil (diameter <1 cm) sering muncul dalam satu kelompok dan
terdiri dari 2-3 luka terbuka, biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam
10 hari dan tidak meninggalkan jaringan parut. 2
Stomatitis dibagi menjadi 4 tipe :
1. Mycotic stomatitis
2. Gingivo stomatitis
3. Denture stomatitis
4. Apthous stomatitis, dibagi menjadi 3 sub tipe, diantaranya :
Stomatitis apthosa minor (MiRAS)
Stomatitis apthosa mayor (MaRAS)
Ulserasi herpetiformis (HU) 2
4
2.2 Denture Stomatitis
2.2.1 Definisi
Denture Stomatitis diindikasikan sebagai suatu proses inflamasi pada
mukosa yang tertekan oleh alat gigi tiruan penuh dan sebagian. Denture stomatitis
juga disebut sebagai sore mouth dibawah palatal. Istilah lainnya disebut juga
chronic denture palatitis, stomatitis prothetica, denture related candidiasis,
denture induced candidiasis dan denture stomatitis.3
Denture stomatitis merupakan kondisi yang umum, beberapa peneliti
menyatakan denture stomatitis ditemukan sebanyak 35% sampai 50% orang yang
memakai gigi tiruan penuh. Penelitian Mikkonen et al., menyatakan bahwa
prevalensi pasien denture stomatitis lebih banyak pada pemakai gigi tiruan penuh
dari pada lepasan.3
2.2.2 Etiologi
Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai
gigi tiruan lepasan, bukan berarti bahwa gigi tiruan tersebut merupakan satu-
satunya penyebab. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa denture stomatitis
dapat disebabkan oleh beberapa macam faktor yaitu:1
a) Trauma
Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan,
dapat mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi jaringan
penyangganya, yang akhirnya dapat menimbulkan luka atau yang sering
disebut Stomatitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Phelan dan Levin,
bahwa iritasi mekanis karena gigi tiruan yang kurang tepat merupakan
faktor penting penyebab terjadinya denture stomatitis.1
Selain itu juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti mengenai
adanya korelasi yang nyata antara trauma, membrane mukosa, dan denture
stomatitis. Dengan mengetahui penyebab denture stomatitis yang hanya
disebabkan oleh faktor utama tersebut, menghilangkan ketidakstabilan gigi
tiruan lepasan akan tampak adanya penyembuhan. Hal ini sesuai dengan
5
pendapat Nyquist yang menyatakan adanya penyembuhan setelah
perbaikan ketidakstabilan gigi tiruan.1
b) Infeksi
Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu faktor penyebab
keberadaan C. albicans didalam rongga mulut, kecuali itu juga dapat
menyebabkan prevalensi C. Albicans di dalam rongga mulut. C albicans
disamping merupakan flora normal dengan pravelansi sekitar 45% ternyata
pravelansi tersebut dilaporkan meningkat pada pemakai gigi tiruan dengan
keadaan rongga mulut sehat yaitu 47,5% sampai 55,6%.1
Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar
menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan merupakan
tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasik
C.albicans. Peningkatan jumlah C.albicans dapat mengubah sifat komensal
menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae
ini merupakan inisiator invasi kedalam jaringan sehingga dapat
menimbulkan denture stomatitis.1
Penanganan karena adanya C.albicans pada denture stomatitis
ditekankan pada kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Untuk
kandidosis yang terjadi seperti Acute pseudomembranous Candidosis dan
Acute erytematus Candodisis pengobatannya dilakukan dengan pemberian
nystatin, amphotericin, miconazole atau chlorhexidine secara topical. Gigi
tiruannya didisinfeksi dengan menggunakan chlorhexidine untuk
mencegah pelekatan antara C. Albicans dengan gigi tiruan lepasan yang
terus menerus. Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan, sehingga
dari mukosa mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sebagian
dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah pada
mukosa. Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang terus menerus
pada membrane mukosa. Keadaan ini memudahkan invasi antigen
C.albicans ke dalam jaringan. Efek ini akan diperberat bila disertai dengan
obstruksi kelenjar ludah dan rusaknya epitel akibat jelas yang ditimbulkan
gigi tiruan.1
6
Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan
merupakan salah satu mekanisme pertahanan terhadap kandidiasis rongga
mulut tidak bisa mencapai mukosa karena terhalang gigi tiruan, sehingga
penderita yang memakai gigi tiruan terus menerus mudah mengalami
denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi tiruan disarankan melepas gigi
tiruannya pada waktu istirahat, terutama pada malam hari.1
c) Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi
pertumbuhan mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga mulut yang
jelek bisa terjadi perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan jumlah dan
virulensi jamur C.albicans. Hal ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya
bahwa pada ibu hamil yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan
sebanyak 52 dari 55 penderita (94,5%) menderita kandidosis. Selain itu
kebersihan rongga mulut yang jelek dilaporkan merupakan salah satu
faktor predisposisi local untuk terjadinya denture stomatitis. Yang
terpenting dilakukan dalam hal ini adalah menghilangkan predisposisi
local tersebut menjaga kebersihan rongga mulut.1
d) Alergi
Bahan basis tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik.
Salah satu unsur resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi adalah
metal-metakrilat. Biasanya reaksi alergi terjadi segera setelah kontak
dengan gigi tiruan. Tetapi denture stomatitis, radang terjadi pada penderita
dengan gigi tiruan yang sudah lama atau tidak baik. Akibatnya faktor
reaksi alergi ini sudah banyak diabaikan.1
e) Gangguan Faktor Sistematik
Beberapa faktor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh C.albicans, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi, dan
pemakaian obat-obatan dalam waktu lama, misalnya kortikosteroid dan
antibiotika. Penderita dengan gangguan faktor sistemik akan mudah
mengalami denture stomatitis, terutama bila tidak memperhatikan faktor
7
predisposisi local, antara lain : lama pemakaian gigi tiruan lepasan,
kebersihan rongga mulut, kebersihan gigi tiruan lepasan.1
2.2.3 Gejala Klinis
Denture Stomatitis juga dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan perubahan patologis mukosa mulut pada bagian penyangga gigi
tiruan sebagian lepasan, penderita denture stomatitis biasanya mengeluh adanya
perdarahan mukosa, bengkak, perasaan sakit atau panas, halitosis atau
pengecapan yang tidak enak, kekeringan pada rongga mulut dan ada juga yang
tanpa keluhan atau gejala.4
2.2.4 Klasifikasi
Secara garis besar denture stomatitis dapat dikelompokkan kedalam 3 tipe,
yaitu: 2
Tipe inflamasi sederhana setempat.
Pada tipe ini timbul bintik-bintik merah (pin point hiperemi) disekitar
duktus mokosa pada palatum posterior. Lesi ini berkaitan dengan trauma
yang berasal dari gigi tiruan.4
Gambar 1: Tipe 1
8
Tipe inflamasi sederhana menyeluruh
Inflamasi menyeluruh yang meluas menjadi bintik kemerahan yang
difus, rata, dan atropik sepanjang palatum posterior sampai melibatkan
seluruh daerah yang tertutup gigi tiruan. 4
Gambar 2 : Tipe 2
Tipe granular
Mukosa memiliki permukaan glanular yang terinflmasi dan sering
dipertegas sampai daerah terkecil kemudian terjadi dengan tahap
hiperemi difus. Lesi seperti ini kadang dijumpai pada pasien yang tidak
pernah memakai gigi tiruan. Keadaan ini sering disebut dengan papillary
hyperplasia.4
9
Gambar 3 : Tipe 3
Budtz jogersen dan Bertram menyebutkan bahwa tipe 1 inflamasi sederhana
setempat disebabkan oleh trauma, sedangkan pada tipe 2 inflamasi sederhana
menyeluruh terjadi akibat trauma dan infeksi candida albicans.4
2.2.5 Diagnosis
Pada setiap kunjungan rutin, dokter gigi akan memeriksa mulut dan gigi
tiruan untuk memastikan gigi tiruan bersih dan pemasangannya tepat. Dokter gigi
mungkin akan menanyakan:5
Apakah pernah merasa sakit di mulut
Apakah gigi tiruan merasa nyaman
Apakah melepas gigi tiruan setiap malam
Seberapa sering membersihkan gigi tiruan
Seberapa sering memakai gigi tiruan
Dokter gigi mungkin mencurigai stomatitis yang disebabkan gigi tiruan jika
area di bawah gigi tiruan bengkak atau sakit atau memiliki benjolan di langit-
langit mulut. Dokter gigi dapat menguji apakah mulut terinfeksi jamur Candida.
10
Dengan cara swap daerah yang terkena dengan kapas. Hasil swap ditempatkan
dalam larutan khusus yang dikirim ke laboratorium.5
2.2.6 Prognosis
Prognosis sangat baik dengan perawatan yang tepat. Perawatan yang tepat
untuk gigi tiruan juga harus dilakukan, seperti melepaskan gigi tiruan setiap hari
dan menjaga mulut dan gigi tiruan bersih.5
2.2.7 Penatalaksanaan
Beberapa prosedur di bawah ini dapat di anjurkan untuk perawatan
stomatitis akibat gigi tiruan:1
1. Pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti dengan
mengistirahatkan jaringan, perbaikan oklusi, serta perbaikan gigi tiruan.
2. Terapi anti jamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apusan jaringan
membuktikan adanya infeksi Candida. Pemberian tablet nistatin cukup
efektif untuk mengendalikan infeksi ini.
3. Pengambilan papilomatosia secara bedah.1
Stomatitis karena gigi tiruan dapat timbul bersama-sama dengan keilitis
angularis yaitu suatu peradangan pada sudut mulut yang kadang-kadang terasa
sakit. Keilitis angularis dapat sembuh dengan pemberian salep anti jamur pada
daerah yang terkena.1
2.2.8 Pencegahan
Gigi tiruan dan mulut perlu perawatan sehari-hari, bahkan bila tidak lagi
memiliki gigi alami. Plak dan tartar dapat terbentuk pada gigi tiruan. Ini akan
mengganggu mulut dan gusi. Lepaskan gigi tiruan setiap malam. Hal ini dapat
mengurangi tekanan pada mulut. Hal ini juga memungkinkan air liur untuk
membersihkan mulut.5
Untuk mencegah terjadinya denture stomatitis, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan, antara lain:
11
Kunjungi dokter gigi setidaknya sekali setahun. Hal ini tergantung pada
kondisi mulut dan kesehatan secara keseluruhan. Orang yang
mengkonsumsi tembakau atau alkohol harus mengunjungi dokter gigi
lebih sering.
Pastikan gigi tiruan dalam posisi yang tepat. Posisi dari gigi tiruan dapat
berubah seiring waktu.
Kunjungi dokter gigi jika gigi tiruan rusak.
Bersihkan gigi tiruan setelah makan.
Bersihkan gigi tiruan setiap malam dengan krim atau pasta.
Gigi tiruan direndam dalam larutan klorheksidin atau hipoklorit pada
malam hari.
Sikat gigi yang tersisa. Jika tidak memiliki gigi alami, bilas mulut dengan
air secara teratur.5,7
2.3 Jenis-jenis Gigi Tiruan
2.3.1 Gigi Tiruan Lepasan Resin Akrilik
Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi tiruan
lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat
yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan
plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil
metakrilat multipel.2
Gambar 4 : Gigi Tiruan
Lepasan penuh
12
Gambar 5 : Gigi Tiruan Lepasan Sebagian
2.3.2 Jenis Resin Akrilik
Menurut Combe (1992) dan Craig dkk. (2004) ada dua tipe resin akrilik
yaitu:
a. Tipe heat cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang proses
polimerisasinya terjadi setelah pemanasan pada temperatur tertentu
b. Tipe cold cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang tidak memerlukan
pemanasan dalam proses polimerisasinya.2
2.3.3 Komposisi Resin Akrilik
Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik:
a. Heat cured polimer
Bubuk (powder) mengandung :
1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama
2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%
3. Reduces Translucency: Titanium dioxide
4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan
dengan jaringan mulut : 1%
5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil
Cairan (liquid) mengandung :
13
1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang
mudah menguap.
2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai
penghalang polimerisasi selama penyimpanan.
3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate,
bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer
sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
Menurut Craig dan Power (2002), saat ini bahan untuk basis gigi tiruan
yang paling sering digunakan adalah tipe heat cured poly methyl
methacrylate.
b. Cold cured polimer
Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan
aktivator seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.2
2.3.4 Resin Akrilik Sebagai Basis Gigi Tiruan
Bahan untuk basis gigi tiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria
sebagai berikut (Combe, 1992; Noort, 1994) :
a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak terpengaruh lingkungan mulut
sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.
b. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup, antara lain :
1. Modulus elastisitas tinggi sehingga dalam ukuran yang sangat tipis
mempunyai kekuatan yang cukup.
2. Proportional limit tinggi, sehingga gigi tiruan tidak mudah berubah
bentuk apabila mendapat beban tekanan.
3. Kekuatan transversa atau memiliki daya lentur yang besar.
4. Mempunyai impact strength yang besar, sehingga tidak mudah
patah apabila terjatuh.
5. Mempunyai fatique strength yang besar dan kekasaran permukaan
yang cukup agar pada pemakaian tahan terhadap abrasi.
c. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi.
14
d. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian.
e. Mudah dalam pembuatannya dengan biaya yang ekonomis.
f. Mudah dibersihkan.
Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigi
tiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan
kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi tetapi kekurangannya, resin akrilik
mempunyai sifat porus.2
2.3.5 Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam
Jenis ini menggunakan kerangka dari logam sehingga dapat dibuat
menjadi lebih tipis dan ringan dan akhirnya menjadikan jenis ini lebih nyaman
digunakan. Namun seperti halnya pada jenis dengan plat akrilik, jenis ini juga
memerlukan pegangan yang hampir menyerupai kawat pada gigi lepasan akrilik.
Hal tersebut menyebabkan gigi jenis ini tidak jauh berbeda dari gigi lepasan
akrilik dari segi estetika. Kelemahan lain adalah dari segi biaya, kerangka logam
merupakan jenis gigi tiruan lepasan dengan biaya yang mahal.8
Gambar 6 : Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam
2.3.6 Gigi Tiruan Lepasan Valplast (Flexi Denture)
15
Valplast memiliki plat yang lebih fleksibel dan tipis. Plat fleksibel pada
valplast ini bahkan berwarna nyaris transparan sehingga secara estetik plat ini
termasuk sangat baik dan paling nyaman digunakan. Karena sifatnya yang
fleksibel tadi maka gigi palsu jenis ini juga tidak memerlukan bantuan kawat
untuk berpegangan pada gigi sebelahnya, sebuah nilai tambah kembali dari segi
estetik. Secara ekonomi juga gigi jenis ini masih cukup terjangkau.8
Gambar 7 : Gigi Tiruan Lepasan Valplast (Flexi Denture)
2.3.7 Gigi Tiruan Cekatan
A. Crown (Mahkota) Porselen
Crown porselen kurang tepat disebut sebagai gigi palsu karena tidak
benar-benar menggantikan gigi yang hilang. Crown porselen merupakan pilihan
untuk mahkota gigi yang patah atau hilang dalam jumlah yang cukup besar namun
secara umum giginya sendiri masih sehat dan kuat sehingga tidak perlu dicabut.
Untuk memasang crown maka dokter gigi perlu mengecilkan dan membentuk sisa
mahkota pada gigi tersebut agar kemudian dapat dibuatkan crown yang pas dan
baik. Apabila kehilangan mahkota yang terjadi sangat besar (mahkota gigi yang
tersisa sangat sedikit) dan telah mengenai ruang pulpa (saraf) gigi maka dilakukan
16
perawatan saluran akar terlebih dahulu dan dibuatkan mahkota pasak. Perbedaan
keduanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.8
Gambar 8 : Gigi Tiruan Cekatan
B. Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)
Sebelum kemunculan implant, gigi jembatan adalah gigi palsu cekat yang
paling umum digunakan. Menggunakan bahan porselen, gigi ini umumnya sangat
baik secara estetik. Kelemahannya adalah penggunaan gigi sebelahnya sebagai
pegangan. Berbeda dengan gigi lepasan yang menggunakan plat dan kawat
sebagai pegangan, gigi jembatan sesuai namanya mengandalkan gigi
disebelahnya. Untuk dapat memasang gigi jembatan pada tempat yang ompong,
gigi disebelahnya harus dikecilkan untuk kemudian dibuatkan crown yang
menyatu/menyambung dengan gigi tiruan pada bagian yang ompong. Pada kasus
kehilangan 1 gigi, harus dibuat gigi tiruan sebanyak 3 buah seperti pada gambar
dibawah.8
Gambar 9 : Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)
17
C. Dental Implant
Tidak seperti jenis lainnya, implant tidak memerlukan gigi lain sebagai
penyangga. Implant merupakan gigi tiruan yang berdiri sendiri, paling mendekati
gigi asli baik dari tampilan maupun fungsi dan bentuknya secara keseluruhan.
Umumnya implant gigi terbagi menjadi 2 bagian terpisah yaitu akar buatan dan
mahkota. Bagian pertama yaitu akar buatan ini ditanam langsung pada gusi dan
tulang rahang pada bagian yang hilang. Karena ditanam langsung pada rahang
maka implant juga memiliki resiko yang cukup besar. Implant gigi akan dikatakan
berhasil apabila tubuh pasien (tulang dan gusi) dapat menerima bahan implant
yang tertanam dengan baik tanpa menimbulkan masalah. Saat ini tingkat
keberhasilan pemasangan implant sangatlah besar tetapi memerlukan biaya yang
sangat mahal.8
Gambar 10 : Dental Implant
18
2.4 Mekanisme Pembersihan Gigi Tiruan
Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu
cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia
dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih.
Pembersihan dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa
bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan
berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat resin akrilik yang nantinya
dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak retentif.2
Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan
dengan larutan pembersih. Menurut penelitian Silva dkk. (2009) dinyatakan
bahwa perlakuan penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan
efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Perendaman gigi tiruan dalam larutan
pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit
tergantung dari bahan pembersih yang digunakan.2
Gambar 11 : Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih