36
Bab 30 Bias Butir

Bab 30

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 30. Bias Butir. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------. Bab 30 BIAS BUTIR A. Pendahuluan 1. Hakikat Bias Butir - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Bab 30

Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Bab 30

BIAS BUTIR

A. Pendahuluan

1. Hakikat Bias Butir

• Bias butir juga dikenal sebagai Differential Item Functioning (DIF)

• Butir adalah bias jika kelompok berbeda dengan kemampuan sama memperoleh sekor yang berbeda

• Misalnya, kelompok pria dan kelompok wanita berkemampuan sama memperoleh sekor berbeda (bias gender)

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Kelompok Bias

• Perlu ada kelompok yang terkena dampak bias butir sehingga terdapat lebih dari satu kelompok

• Kelompok yang terkena bias bisa bermacam-macam

Kelamin pria atau wanita

Wilayah orang kota atau orang desa

Etnis orang kulit putih atau kulit hitam

3. Kelompok Fokus dan Referensi

• Apabila terjadi bias butir maka ada kelompok yang dianggap diuntungkan atau dirugikan

• Kelompok yang menjadi perhatian (diuntungkan atau dirugikan) dinamakan kelompok fokus

• Kelompok lainnya dinamakan kelompok referensi

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

4. Kriteria Bias

Kriteria adalah besaran yang menimbulkan bias butir terhadap kelompok

Misalkan, suatu butir ujian matematika menyebabkan bias terhadap wanita dibandingkan dengan pria

Dalam hal ini dikatakan bahwa

• Kriteria adalah ujian matematika

• Kelompok fokus adalah wanita

• Kelompok referensi adalah pria

Ada kalanya tidak dispesifikasi mana kelompok fokus dan mana kelompok referensi

Dalam banyak hal kelompok tersebut disebut juga sebagai subpopulasi

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

5. Indeks Bias Butir

• Bias butir dapat dinyatakan melalui indeks bias butir

• Ada bias butir ditentukan melalui pendekatan klasik melalui teori ujian klasik

• Ada bias butir pendekatan modern melalui teori responsi butir

6. Cara Pendeteksian Bias Butir

Ada sejumlah cara untuk melakukan pendeteksian butir yang bias. Di antaranya terdapat

Model Validitas Kelompok TunggalModel Validitas DiferensialModel Regresi atau ClearyProsedur Diskriminasi ButirMetoda Plot DeltaPendekatan Khi-kuadrat ScheunemanPendekatan Khi-kuadrat Camilli

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

B. Beberapa Model Korelasi dan Regresi

1. Model Validitas Kelompok Tunggal

• Populasi dibagi ke dalam sejumlah subpopulasi yang diduga terkena bias butir

• Sekor total adalah Y (kriteria) sedangkan sekor pada subpopulasi adalah masing-masing X1, X2, X3, dan seterusnya

• Dihitung koefisien korelasi di antara sekor Y dengan masing-masing sampel subpopulasi

YX1 , YX2, YX3, . . .

• Uji hipotesis statistika

bias jika YX = 0

tidak bias jika YX > 0

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Model Validitas Diferensial

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir

• Misalkan populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi dengan sekor X1 dan X2 (misal pria dan wantia)

• Sekor total Y adalah kriteria

• Koefisien korelasi di antara kriteria Y dengan masing-masing sampel subpopulasi adalah

YX1 dan YX2

• Uji hipotesis statistika

bias jika YX1 ≠ YX2

tidak bias jika YX1 = YX2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

3. Model Regresi atau Model Cleary

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir

• Misalkan populasi itu dibagi ke dalam dua subpopulasi X1 dan X2 (misal pria dan wanita)

• Sekor total Y adalah sekor kriteria

• Regresi dari sekor kriteria terhadap sampel masing-masing sekor subpopulasi

Y = A1 + B1X1 dan Y = A2 + B2X2

• Uji hipotesis tentang kesamaan koefisien regresi

bias jika A1 ≠ A2 atau B1 ≠ B2

tidak bias jika A1 = A2 atau B1 = B2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Jika A1 ≠ A2 grafik menunjukkan

Jika B1 ≠ B2 grafik menunjukkan

Y

X

Y

X1 X2

X1

X2

Y

Y

X1 X2 X

X1

X2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

4. Prosedur Diskriminasi Butir

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir

• Terhadap suatu kriteria, dihitung korelasi biserial butir sama di antara subpopulasi

• Uji statistika

bias jika koefisien korelasi biserial tidak sama

di antara subpopulasi

tidak bias jika koefisien korelasi biserial sama di antara subpopulasi

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

C. Metoda Plot Delta

1. Pendahuluan

• Delta adalah ukuran taraf sukar butir. Untuk z sebagai proporsi jawaban salah pada distribusi probabilitas normal baku, maka

= 13 + 4 z

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir, misalkan, subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita)

• Untuk butir ke-i, taraf sukar butir adalah i1 dan i2

• Butir adalah bias jika i1 ≠ i2 dan tidak bias jika i1 = i2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Hubungan Linier Taraf Sukar Butir

• Rerata taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan 2 adalah

1 dan 2

• Kekeliruan baku taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 adalah

1 dan 2

• Koefisien korelasi di antara taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 adalah

• Hubungan linier di antara dua taraf sukar butir apabila tidak ada bias

2 = k 1 + d

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

dengan

Hubungan plot delta

12

21

22

21

221

22

21

22

2

4

kd

k

1

2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

3. Bias Butir

• Penyimpangan dari garis linier di antara dua taraf sukar adalah bias

• Bias butir membentuk jarak ke garis linier, dan untuk butir ke-i, jarak adalah

• Makin besar nilai D makin besar bias butir

• Diperlukan suatu ketentuan untuk memutuskan apakah suatu butir bias atau tidak bias terhadap kriteria

12

21

k

dkD iii

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 1

Butir p1 z1 1 p2 z2 2

1 0,41 –0,228 12,088 0,45 –0,126 12,496

2 0,79 0,806 16,224 0,76 0,706 15,824

3 0,94 1,555 19,220 0,92 1,405 18,620

4 0,06 –1,555 6,780 0,07 –1,476 7,096

5 0,39 –0,279 11,884 0,37 –0,332 11,672

6 0,34 –0,412 11,352 0,35 –0,385 11,460

7 0,24 –0,706 10,176 0,19 –0,878 9,488

8 0,52 0,050 13,200 0,44 –0,151 12,396

9 0,54 0,100 13,400 0,54 0,100 13,400

10 0,44 –0,151 12,396 0,47 - 0,075 12,700

Statistik subpop 1 subpop 2 korelasi

Rerata 12,672 12,515

Variansi 10,003 8,940

Simp baku 3,163 2,990

Koef korelasi 0,992

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Dari statistik ini ditemukan nilai

k = 0,946 dan d = 0,578

Selanjutnya nilai d untuk butir 1

Dengan cara sama d untuk butir 2 sampai 10 dapat dihitung, sehingga menghasilkan

Butir D Butir D

1 –0,3507 6 –0,1039

2 0,0740 7 0,5205

3 0,1018 8 0,4861

4 -0,0756 9 –0,1058

5 0,1077 10 –0,2872

3866,01)942,0(

581,0496,12)088,12)(942,0(21

D

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

D. Model Beda-P Terbakukan

1. Pendahuluan

• Populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi yakni subpopulasi referensi dan subpopulasi fokus

• Pada satu sekor, dihitung proporsi jawaban betul pada subpopulasi referensi dan subpopulasi fokus

• Selisih proporsi mereka dijadikan patokan untuk menentukan bias tidaknya butir itu

• Pada sekor ke-Ai banyaknya responden pada subpopulasi referensi adalah mR dan pada subpopulasi fokus adalah mF

• Proporsi mereka adalah masing-masing pR = mR / MR dan pF = mF / MF

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

MR dan MF adalah banyaknya responden pada tiap subpopulasi

2. Beda-P Terbakukan

Selisih proporsi adalah D = pF – pR dan

Jika beda-p terbakukan adalah PD maka

Makin besar D makin besar perbedaan di antara dua subpopulasi itu sehingga makin besar PD yakni makin bias butir

A

iiF

A

iiF

D

m

DmP

1

1

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 2

Sekor mR pR mF pF D DmiF

1 10 0,3000 4 0,2500 –0,0500 –0,2000

2 30 0,4000 3 0,3333 –0,0667 –0,2000

3 85 0,4588 7 0,4286 –0,0303 –0,2118

4 110 0,4818 15 0,4667 –0,0152 –0,2273

5 150 0,5133 9 0,4444 –0,0689 –0,6200

6 140 0,7143 12 0,6667 –0,0476 –0,5714

7 130 0,8538 16 0,8125 –0,0413 –0,6615

8 100 0,8800 22 0,8182 –0,0618 –1,3600

9 45 0,9556 12 0,9167 –0,0389 –0,4667

100 –4,5187

Beda-p terbakukan menjadi

04520100

51874

1

1 ,,

A

iiF

A

iiF

D

m

DmP

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

E. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman dan Camilli

1. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman

• Populasi responden dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir, misalkan ke dalam subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita)

• Sekor responden dibagi ke dalam interval, misalkan ke dalam K interval

• Ada K interval sekor pada subpopulasi 1 dan ada K interval sekor pada subpopulasi 2

• Butir tidak bias jika proporsi jawaban betul pada setiap interval adalah sama untuk dua subpopulasi itu

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Langkah Pemeriksaan Bias Butir

• Pertama kita menentukan butir mana yang akan diperiksa bias atau tidak bias, misalkan butir ke-8

• Pada butir ke-8 urut sekor responden dari kecil ke besar, dan perhatikan salah satu sekor, misalkan sekor 12

• Perhatikan semua responden dengan sekor 12 dan mereka dipecah ke dalam dua subpopulasi yang diduga terkena bias butir

• Hitung proporsi jawaban betul pada setiap populasi

Subpopulasi 1 frekuensi betul dan salah

Subpopulasi 2 frekuensi betul dan salah

• Sekor lainnya dibagi ke dalam interval sehingga seluruhnya (termasuk sekor 12) menjadi 3 sampai 5 interval

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

• Menurut Scheuneman, setiap interval mengandung 10 sampai 20 sekor

• Karena Scheuneman menggunakan distribusi probabilitas khi-kuadrat maka setiap sel harapan jangan kurang dari 5 sekor (syarat pendekatan ke distribusi probabilitas khi-kuadrat)

• Perhatikan statistik setiap interval sekor pada setiap subpopulasi, misalnya, interval sekor ke-k

Subpo- interval banyaknya banyaknya

pulasi responden jawaban betul

1 k1 mk1 Ak1

2 k2 mk2 Ak2

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Statistik Jawaban

• Proporsi jawaban betul P dan jawaban salah Q

Subpop 1 Pk1 = Ak1 / mk1 Qk1 = 1 – Pk1

Subpop 2 Pk2 = Ak2 / mk2 Qk2 = 1 – Pk2

Gabungan

subpop

• Harapan matematik jawaban betul dan salah

Subpop 1 EPk1 = Pkt mk1

EQk1 = Qkt mk1

Subpop 2 EPk2 = Pkt mk2

EQk2 = Qkt mk2

tit kkkk

kkk PQ

mm

AAP

1

21

21

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

• Statistik khi-kuadrat tiap interval

• Khi-kuadrat Scheuneman pada K interval

SP = banyaknya subpopulasi

K = banyaknya interval

2

22

2

1

11

1

2

2

2

2

k

k

k

k

k

k

P

Pk

P

P

Pk

P

E

EA

E

EA

))(( 111

2

1

22

21

KSPs

K

kP

K

kPs kk

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 3

Suatu data dibagi ke dalam dua subpopulasi berupa subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita)

Sekor 12 dijadikan satu interval sebagai k = 3

Selanjutnya sekor 1 sampai 9 menjadi k =1

sekor 10 sampai 11 menjadi k =2

sekor 13 sampai 14 menjadi k = 4

Format statistik menjadi

statistik interval sekor k jumlah

1 2 3 4

sekor 1-9 10-11 12 13-14

agar isi tiap interval (harapan) tidak kurang dari 5 atau menurut Scheuneman di antara 10 sampai 20

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Statistik data

statis- interval sekor ke-k jumlah

tik 1 2 3 4

sekor 1-9 10-11 12 13-14

mk1 25 24 48 65 162

mk2 315 110 118 92 635

mkt 340 134 166 157 797

Ak1 22 18 23 14 77

Ak2 300 99 93 33 525

Akt 322 117 116 47 602

mk1–Ak1 3 6 25 51 85

mk2–Ak2 15 11 25 59 110

Pk1 0,8800 0,7500 0,4792 0,2154

Pk2 0,9524 0,9000 0,7881 0,3587

Pkt 0,9471 0,8731 0,6988 0,2994

Qkt 0,0529 0,1269 0,3012 0,7006

EPk1 23,68 20,69 33,54 19,46 97,64

EPk2 298,32 96,04 82,46 27,54 504,36

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

statis- interval sekor ke-k jumlah

tik 1 2 3 4

sekor 1-9 10-11 12 13-14

EQk1 1,32 3,05 14,46 45,54 64,37

EQk2 16,66 13,96 35,54 64,46 130,62

2Pk1 0,1192 0,4180 3,3122 1,5319 5,3813

2Pk2 0,0095 0,0912 1,3472 1,0825 2,5304

2Qk1 2,1382 2,8533 7,6827 0,6546 13,3288

2Qk2 0,1654 0,6276 2,1258 0,4625 4,3813

Masukkan ke rumus khi-kuadrat

2s = 5,3813 + 2,5304 = 7,912

s = (2 – 1)(4 – 1) = 3

Dengan menentukan taraf signifikansi serta tabel fungsi distribusi 2

()() dapat diputuskan apakah

butir ini bias atau tidak

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Pendekatan Khi-kuadrat Camilli

• Pada prinsipnya pendekatan khi-kuadrat Camilli sama dengan pendekatan khi-kuadrat Scheuneman

• Pendekatan khi-kuadrat Scheuneman hanya memperhatikan proporsi jawaban betul

• Pada pendekatan khi-kuadrat Camilli, selain memperhatikan proporsi jawaban betul, juga memperhatikan proporsi jawaban salah

• Semua rumus pada pendekatan khi-kuadrat Scheuneman digunakan di sini

• Perbedaan hanya terletak pada perhitungan akhir yakni pada khi-kuadrat

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

Statistik khi-kuadrat Camilli

2betul = 2

Pk1 + 2Pk2

2salah = 2

Qk1 + 2Qk2

sehingga khi-kuadrat Camilli menjadi

2C = 2

betul + 2salah

C = (SP – 1)K

SP = banyaknya subpopulasi K = banyaknya interval

Contoh 4

Dari contoh 3 diperoleh

2C = 5,3813 + 2,5304 + 13,3288 + 4,3813

= 25,622

C = (2 – 1)(4) = 4

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

F. Prosedur Mantel-Haenszel

1. Pendahuluan

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir dan dinamakan subpopulasi referensi (R) dan subpopulasi fokus (F)

• Sekor dibagi ke dalam K level

• Pada setiap level, banyaknya responden pada setiap subpopulasi berdasarkan jawaban betul dan salah

Subpop Betul Salah Jumlah

Referensi MRbk MRsk MRk

Fokus MFbk MFsk MFk

Jumlah Mbk Msk Mk

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Statistik Mantel-Haenszel (MH)

Dari level k = 1 sampai k = K

• Ukuran bias butir delta dapat dihitung dari

bias-MH = – 2,35 ln MH

Makin negatif makin sukar butir itu bagi subpopulasi fokus

K

k k

FbkRsk

K

k k

FskRbk

MH

M

MMM

MM

1

1

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

3. Distribusi bias butir MH

Bias butir MH berdistribusi khi-kuadrat

Dengan distribusi khi-kuadrat dapat dilakukan pengujian selanjutnya

K

k k

FkRkskbk

K

k

K

k k

RkbkRbk

MH

MMMMM

MMM

M

1

2

1 12

50,||

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

G. Pendeteksian Modern denganTeori Responsi Butir

1. Pendeteksian Melalui Pencocokan Paramater

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir (misal pria wanita)

• Pada setiap subpopulasi dilakukan pencocokan di antara data dan model karakteristik butir yang digunakan

• Jika model cocok dengan data maka dicari penyetaraan skala di antara subpopulasi (skala b, a, dan c)

• Uji statistika terhadap kesamaan parameter butir di antara subpopulasi

• Terdapat bias butir jika mereka tidak sama dan tiada bias butir jika mereka sama

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

• Pencocokan model dengan data untuk model 1P menurut Wright dan Stone

M = banyaknya responden di dalam subpopulasi

• Statistik ini mendekati distribusi probabilitas khi-kuadrat

• Statistik uji untuk kesamaan parameter b (berdistribusi probabilitas normal)

11

2

M

QP

PXH

M

i ii

igii

)()(

)(

22

21

21

bibi

iii

ss

bbz

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

2. Pendekatan melalui Luas di antara Lengkungan

• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir (misal pria wanita)

• Setiap subpopulasi membentuk karakteristik butir

• Jika karakteristik butir tidak sama maka di antara dua lengkungan karakteritik butir itu terdapat luas

• Makin besar luas itu makin bias butir itu

Pi()

Subpop 1

Subpop2

Luas

------------------------------------------------------------------------------Bias Butir

------------------------------------------------------------------------------

• Probabilitas jawaban betul pada supopulasi untuk butir ke-i

Subpopulasi 1 Pi1()

Subpopulasi 2 Pi2()

Selisih Pi1() – Pi2()

• Untuk nilai dari – 4,00 sampai 4,00 dengan interval 0,005

• Luas wilayah di antara lengkungan menjadi

004

004210050

,

,

||,

iii PPA