211

Click here to load reader

BAB 3 Untuk Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TYJ

Citation preview

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-1PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

BAB 3

Deskripsi Potensi PemanfaatanSumberdaya Wp-3-K

3.1 Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau Pulau KecilSelain potensi sumber daya hayati, kabupaten Minahasa Utara juga memiliki sumber daya potensial dalam bentuk non hayati seperti pasir, mineral, garam, dan pertambangan. Kawasan pertambangan yang berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada di luar kawasan lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Wori, KecamatanKema, Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan.Untuk pasir terdapat di beberapa kepulauan terutama yang berada di wilayah utara namun pemanfaatannya harus dengan aturan yang ketat.Di kepulauan sekitar Bangka bagian timur terdapat kondisi salinitas dengan kepekatan yang hampir mencapai 40 psu. Hal ini menjadikan wilayah perairan ini lebih tinggi kadar garamnya daripada di wilayah lainnya. Hal ini dapat terjadi akibat konstelasi topografi dasar laut dan adanya kepulauan dimana arus laut dalam naik keatas akibat perbedaan kedangkalan dan kemudian berputar akibat gaya sekunder yang diakibatkan oleh ketiga kepulauan tersebut. Untuk produksi garam, wilayah ini sangat baik untuk dikaji kandungan garamnya dan juga bagaimana proses pengolahannya.

3.1.1 TerestrialTerestrial (terrestrial) merupakan hal yang terkait dengan tanah atau permukaan tanah (terra, tanah). Terestrial yang dibahas dalam laporan ini adalah mengenai jenis tanah, kelerengan, dan topografi di Wilayah Pesisir dan pulau pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara.3.1.1.1Jenis TanahSecara umum, Terdapat 4 Jenis tanah di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil di Kabupaten Minahasa Utara antara lain adalah :1.Tanah Aluvium (fan Deposit), Colluvi, 2.Alluvium, Recent esturine-marin3.Alluvium, Recent Riverine4.Andesit, Basalt3.1.1.2 Kemiringan LerengBerdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986 kelas lereng dibagi menjadi 5 kelas yaitu kelas I dengan klasifikasi datar, kelas II dengan klasifikasi landai, kelas III dengan klasifikasi agak curam, kelas IV dengan klasifikasi curam, dan kelas V dengan klasifikasi sangat curam. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan tabel kelas lereng :

Tabel III.1Kategori Kelas LerengKelasKemiringan (%)Klasifikasi

I0 8Datar

II> 8 15Landai

III>15 25Agak Curam

IV> 25 45Curam

V> 45Sangat Curam

Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan, 1986Kategori kelas lereng di WP-3-K Minahasa Utara bervariasi, antara 1% hingga > 40%. hal tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Minahasa Utara memiliki klasifikasi kelerangan yang beragam, dari datar hingga curam.3.1.1.3 TopografiTopografi menunjukkan bentuk muka bumi suatu wilayah. Topografi sering dikaitkan dengan relief suatu wilayah. Relief menggambarkan perbedaan tinggi rendah kenampakan permukaan bumi. Misalnya dataran, perbukitan, dan pegunungan. Topografi suatu wilayah dapat berbentuk dataran rendah, dataran tinggi, bukit, gunung, igir, dan lembah. Sebagian besar wilayah di Minahasa Utara memiliki kelas topografi 100-500 dpl. Namun, secara keseluruhan topografi di Provinsi Minahasa Utara bervariasi yakni antara 0 - > 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

III-3PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.2BathimetriBatimetri adalah merupakan kedalaman di bawah air dan dapat dibuatkandengan tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan pelabuhan untuk memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar. Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalamansamudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakantaliberat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan pelabuhan untuk memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar.Dalam penyusunan rencana zonasi profil dasar laut sangat diperlukan untuk :1. Mengetahui karakteristik dasar perairan. Karakteristik ini diartikan sebagai dimana slope, trench, shelf, continental, dan basin.2. Berdasarkan kondisi morfologi dasar laut, sebagai indikator kondisi kolom air seperti arus dan gelombang internal. Batimetri diperlukan untuk studi morfologi dasar laut, lingkungan, pengelolaan sumberdaya pesisir dan pemodelan oseanografi.Pengetahuan tentang struktur detail dasar perairan dapat membantu pengenalan adanya gusung karang, beting karang, gobah dan struktur lainnya. Pemetaan variabilitas struktur tersebut pada skala detail akan memudahkan upaya karakterisasi habitat, baik untuk terumbu karang maupun untuk berbagai spesies kehidupan yang hidup di terumbu. Informasi batimetri tidak saja diperlukan untuk pengelolaan pulau-pulau terpencil, tetapi juga pada pemetaan kondisi habitat karang dan pendugaan potensi pemutihan karang.Pengetahuan tentang kedalaman air memungkinkan estimasi albedo dasar, yang dapat meningkatkan kualitas pemetaan habitat.Kedalaman di perairan Kabupaten Minahasa Utara umumnya bervariasi tergantung pada basin dan pembentukannya. Namun di perairan Kabupaten Minahasa Utara semakin ke lepas pantai kedalaman perairan semakin dalam dan penurunannya terjadi secara bertahap konstan. Kontur kedalaman di pulau-pulau yang ada di Kabupaten Minahasa Utara berada pada kisaran 40 meter. Batimetri ini juga berfungsi sebagai alur masuk kapal dan nelayan. Berdasarkan batimetri, kedalaman maksimum perairannya 60 m dan merupakan bagian dari Paparan Sunda, serta terdapat beberapa pulau kecil Talise, Bangka, Mantehage.Karakteristik massa airnya lebih banyak dipengaruhi oleh massa air LCS dan massa air dari perairan Indonesia. Menurut Suyarso (1997), topografi dasar perairan LCSI berupa dataran, kanal dan bentuk-bentuk topografi karang (reef). Masrikat (2002) di bagian selatan LCS (01o30 LS 2o30 BT), kedalaman perairannya berkisar dari 13,0 m hingga 72,8 m. Peta Batimeri dibutuhkan dalammenentukan lokasi potensi untuk perikanan budidaya laut yang akan dikembangkan pada suatu daerahsebagai parameter pembatas dalam menentukan lokasi potensi budidaya. Kriteria umum lokasi perairan yang dapat digunakan untuk budidaya laut adalah 7-30 meter (keramba jaring apung) dan 1-4 meter.

Sumber: BPPT, 2014Sumber : BPPT, 2014Gambar 3.4Batimetri Minahasa UtaraKedalaman perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting diketahui dalam berbagai kepentingan pembangunan di wilayah pesisir dan laut. Penyusunan action plan di perairan Kabupaten Minahasa Utara harus mengacu pada kedalaman perairan yang cukup bervariasi. Berdasarkan pengukuran lapangan yang dilakukan pada umumnya perairan dalam Kabupaten Minahasa Utara kedalamannya berkisar 40 68 meter, sedangkan pada daerah dangkal 0 40 meter.Berdasarkan batimetrinya, bahwa kepulauan yang ada disekitar Minahasa Utara awalnya merupakan bagian dari pulau Sulawesi. Hal ini terbukti dari keadaan dasar laut yang mempunyai kemiripan dengan kondisi pesisir Manado. Dalam tujuannya dengan perencanaan zonasi, kedalaman di perairan Minahasa Utara memang sangat baik untuk perikanan tangkap terutama ikan pelagis kecil dan ikan demersal, dan juga kondisi tersebut juga sangat cocok untuk budidaya (wilayah dengan kedalaman tidak lebih dari 50 meter).

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-8PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.3Geologi Dan Substrat LautPengertian geologi menurut Holmes yaitu : Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara meneyluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dalam batuan. Sedangkan menurut Bates dan Jackson Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi penyusunannya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut, sejarah planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk.Berdasarkan pengertian geoligi tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup pembahasan tentang geologi sangat luas.Geomorfologimerupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan teknik kebumian.Masalah erosi tanah yang merupakan salah satu persoalan lingkungan, perlu menjadi perhatian untuk penanggulangannya. Terdapat sekitar 65.000 ha wilayah di luar kawasan hutan yang mengalami erosi ringan (lebih kecil 14 mm/tahun). Selain itu, terdapat sekitar 8.000 ha yang mengalami erosi sedang (antara 14 s/d 60 mm/tahun). Di lokasi Gunung Klabat, Gunung Saoan dan Gunung Wiau, juga terdapat sekitar 16.000 ha yang mengalami erosi berat (lebih besar dari 60 mm/tahun) di lokasi Gunung Saoan, Gunung Wiau, Gunung Lembean Utara, dan di Pulau Bangka.Untuk perairan, substrat dasar laut pada umumnya terdiri dari 3 jenis yakni substrat pasir, berkarang, dan lumpur. Umumnya ketiga jenis ini juga bergabung pada pola pasir berkarang atau pasir berlumpur. Dominansi di wilayah Minahasa adalah pasir berkarang dan karang berpasir. Hal ini menandakan bahwa wilayah ini sebagian besar sangat jernih pada perairan-perairan dangkal.Beberapa lokasi yang terdapat substrat pasir berlumpur terdapat disekitar utara Minahasa dan juga sebagian berada di wilayah zona hutan mangrove dan sekitar muara sungai. Jenis pasir di sebagian wilayah adalah berwarna putih dan disekitar muara berwarna coklat kehitaman.Umumnya substrat dasar perairan terutama di wilayah perairan wisata mempunyai jenis substrat karang berpasir dan pasir berkarang. Di beberapa wilayah pesisir terlihat bahwa substrat dasar perairan berupa pasir dimana hal ini mengakibatkan kejernihan air menjadi lebih baik. Di beberapa tempat yang telah diambil substratnya, terdapat jenis substrat yang berbeda, seperti pasir berkarang, karang berpasir, dan lumpur. Namun, keadaan ini menjadikan wilayah dasar perairan menjadi lebih bervariasi dan dapat ditumbuhi oleh berbagai ekosistem. Di beberapa lokasi, Dalam analisis lanjutan, bahwa analisis ini diperlukan untuk studi wisata dan pemanfaatan umum terutama untuk budidaya dan penangkapan ikan demersal.Berdasarkan pedoman teknis penyusunan RZWP-3-K. Dalam analisis geologi dan geomorfologi, hasil pemetaan merupakan substrat dasar laut. Substrat dasar terdiri dari pasir, rumput, lumpur berpasir maupun perairan yang berkarang. Berdasarkan data yang diperoleh substrat dasar laut yang terdapat di wilayah perairan Provinsi Minahasa Utara antara lain Kerikil Pasir Bioplastik (KPB), Kerikil Pasiran (KP), Pasir Kerikilan (PK), dan Pasir Kerikilan (PSK). Jenis substrat yang mendominasi wilayah minahasa utara yang paling banyak adalah kerikil pasir dimana dalam rencana zonasi hal ini diperlukan untuk penentuan kesesuaian lahan perairan untuk wisata dan juga keramba jaring apung. Wilayah-wilayah yang mempunyai substrat dengan kerikil dapat menjadi acuan untuk penentuan lokasi keramba jaring apung dan lokasi yang sesuai untuk wisata pantai dan bahari.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-12PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4OseanografiOseanografijuga disebut oseanologiatauilmu kelautan, adalah cabangilmu Bumiyang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem,arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika;tektonik lempengdan geologi dasar laut, danarusberbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk memperdalam pengetahuan akan lautan duniadan memahami proses di dalamnya, yaituastronomi, biologi, kimia, klimatologi, geografi, geologi, hidrologi, meteorologi, danfisika.Paleoseanografimempelajari sejarah lautan dalam artian sejarah geologinya.3.1.4.1 ArusArus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontalsehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruhlautandunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatumassaair yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitasatau pergerakangelombangpanjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolisdan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling, downwelling.Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu:1) BentukTopografidasar lautan dan pulau pulau yang ada di sekitarnya: Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan.2) GayaCoriollisdan arus ekman: Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya perubahan perubahan arah arusyang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.3) Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking: Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.Pola arus di perairan Kabupaten Minahasa Utara dipengaruhi oleh banyak faktor yakni untuk permukaan dipengaruhi oleh angin, kemudian untuk kolom airnya dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik yang terlebih dahulu melewati Philipina dan kepulauan Talaud. Pola arus besar tersebut memiliki pengaruh terhadap pola pergerakan massa air di sekitar Sulawesi Utara yang berhubungan langsung dengan perairan Laut Sulawesi dan Selat Makassar. Hal ini dapat terjadi akibat gugusan pulau-pulau disekitarnya berfungsi sebagai pelindung.Selain itu, arus di sebagian pulau berbeda dengan keadaan kondisi regional, dimana hal ini dikarenakan oleh adanya basin dan pulau yang berfungsi sebagai gaya sekunder. Karakteristik arus di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut permukaan air laut, selain pengaruh arus global yang dipengaruhi oleh faktor iklim. Pola arus yang dipengaruhi oleh pasang surut permukaan pereairan gerakannya relatif bolak balik, yang secara umum digambarkan bahwa pada permukaan air saat mengalami surut, maka pola arus relatif menjauhi garis pantai sedangkan pada saat pasang arah arus relatif mendekati garis pantai. Pada beberapa daerah dengan karakteristik khusus, seperti pada selat-selat sempit, pergerakan massar air (arus) akan mengalami percepatan pergerakan. Pada musim barat, arus bergerak dari utara menuju ke selatan. Namun hal ini masih didominasi oleh arus yang berasal dari Pasifik. Kondisi ini menyebabkan perairan disekitar Minahasa Utara sangat subur dilihat dari biodiversitas terumbu karang dan adanya hewan endemic disekitar kabupaten ini. Arus tersebut tertahan oleh adanya pulau Sulawesi dan menjadikan kaya akan unsur hara.Untuk pengukuran selama 3 hari, dapat dilihat pada Tabel berikut :Tabel III.2Pola Arus Harian pada Stasiun dekat MantehageTanggalJamu (cm/s)v (cm/s)ArahKecepatan (cm/s)

27-Jun-140:00:00-3.63256.3707330.30877.3335

1:00:00-6.89476.949315.22479.7890

2:00:00-8.62585.3994302.044910.1763

3:00:00-8.35492.1006284.11298.6149

4:00:00-6.056-2.1205199.29766.4165

5:00:00-2.1795-6.1951250.61766.5673

6:00:002.4105-9.0809165.13389.3954

7:00:006.6204-10.0237146.556212.0127

8:00:009.4134-8.7476132.900412.8504

9:00:0010.112-5.5255118.653511.5232

10:00:008.6003-1.113197.37468.6720

11:00:005.34223.435257.25776.3514

12:00:001.22017.02499.85307.1301

13:00:00-2.72528.7903342.77539.2030

14:00:00-5.55488.3078326.23239.9938

15:00:00-6.62915.7016310.69848.7438

16:00:00-5.73121.6141285.72905.9542

17:00:00-3.1197-2.9529223.42664.2956

18:00:000.5028-6.8867175.82426.9050

19:00:004.1323-9.2399155.904710.1218

20:00:006.72-9.4647144.625011.6077

21:00:007.4804-7.5463135.251310.6256

22:00:006.1402-4.0033123.10367.3300

23:00:003.02290.243885.38903.0327

28-Jun-140:00:00-1.06094.1036345.50484.2385

1:00:00-5.06176.5863322.45708.3066

2:00:00-7.97197.0517311.495010.6432

3:00:00-9.05515.371300.674110.5282

4:00:00-7.99231.9611283.78658.2294

5:00:00-4.9489-2.3178205.09595.4648

6:00:00-0.5625-6.3779264.95986.4027

7:00:004.1692-9.177155.567210.0797

8:00:008.1132-9.9823140.897212.8635

9:00:0010.3056-8.5554129.698413.3940

10:00:0010.236-5.2146116.996011.4877

11:00:008.0003-0.757895.41108.0361

12:00:004.25583.733348.74195.6612

13:00:000.00677.16010.05367.1601

14:00:00-3.68478.6794336.99719.4292

15:00:00-5.95627.9141323.03479.9050

16:00:00-6.32185.0494308.61538.0908

17:00:00-4.75720.7896279.42404.8223

18:00:00-1.708-3.8165245.89004.1813

19:00:001.9888-7.6365165.40257.8912

20:00:005.289-9.7373151.490611.0810

21:00:007.2163-9.6174143.117712.0237

22:00:007.1572-7.331135.687310.2454

23:00:005.0615-3.4729124.45566.1384

29-Jun-140:00:001.4610.971256.38601.7544

1:00:00-2.70064.8717330.99845.5702

2:00:00-6.35017.2373318.73599.6282

3:00:00-8.56677.465311.068811.3629

4:00:00-8.78485.4931302.017610.3608

5:00:00-6.8981.819284.77267.1338

6:00:00-3.2769-2.6237218.68304.1978

7:00:001.2913-6.7003169.09156.8236

8:00:005.7547-9.3621148.421810.9893

9:00:009.0442-9.9118137.620613.4179

10:00:0010.3661-8.1818128.283513.2060

11:00:009.4433-4.5779115.863110.4944

12:00:006.60020.019789.82906.6002

13:00:002.65114.474730.64525.2011

14:00:00-1.3577.6776349.97667.7966

15:00:00-4.43848.8236333.29699.8770

16:00:00-5.90147.6165322.23089.6352

17:00:00-5.47674.3459308.43296.9915

18:00:00-3.3506-0.1814183.09893.3555

19:00:00-0.1241-4.8421268.53194.8437

20:00:003.3062-8.4778158.69509.0997

21:00:005.9528-10.1865149.698811.7983

22:00:007.0063-9.5486143.730611.8433

23:00:006.0888-6.7325137.87429.0774

Sumber : Observasi, 2014Tabel III.3Pola Arus Harian pada stasiun dekat BangkaTanggalJamu (cm/s)v (cm/s)ArahKecepatan (cm/s)

27-Jun-140:00:00-7.709312.1429327.589314.3834

1:00:00-10.566217.9556329.524820.8338

2:00:00-10.880615.9049325.623819.2705

3:00:00-8.55796.533307.357710.7665

4:00:00-4.1274-7.5952241.47948.6442

5:00:001.3703-22.5434176.521622.5850

6:00:006.6061-34.0006169.004834.6364

7:00:0010.2759-38.3919165.015639.7433

8:00:0011.4439-33.8295161.310335.7127

9:00:009.8152-20.6536154.581622.8672

10:00:005.8361-1.4061103.54626.0031

11:00:000.571819.76911.656819.7774

12:00:00-4.598338.1429353.125938.4191

13:00:00-8.358249.5621350.427750.2619

14:00:00-9.785251.4541349.232452.3763

15:00:00-8.552743.4322348.859844.2663

16:00:00-4.986927.3695349.673627.8201

17:00:000.01296.93950.10656.9395

18:00:005.1705-13.2664158.706914.2384

19:00:009.1285-28.8409162.436830.2511

20:00:0010.7951-36.6241163.576938.1819

21:00:009.6568-35.4607164.766436.7521

22:00:005.947-26.4498167.328327.1101

23:00:000.5973-12.6107177.288212.6248

28-Jun-140:00:00-5.02281.9436291.15425.3857

1:00:00-9.486513.0998324.089016.1740

2:00:00-11.680917.8073326.736721.2966

3:00:00-11.066814.8418323.289918.5136

4:00:00-7.78315.0932303.20049.3015

5:00:00-2.6022-8.6773253.30689.0591

6:00:003.2419-22.5419171.816022.7738

7:00:008.3284-32.4079165.587633.4609

8:00:0011.3928-35.0821162.009036.8856

9:00:0011.666-29.1308158.175431.3799

10:00:009.1036-15.3068149.258317.8094

11:00:004.41493.586350.91245.6880

12:00:00-1.134923.3695357.219723.3970

13:00:00-6.085139.5218351.247039.9875

14:00:00-9.176648.2983349.242149.1623

15:00:00-9.66247.6407348.535448.6106

16:00:00-7.462437.6643348.793238.3964

17:00:00-3.161820.6197351.282220.8607

18:00:002.13560.348880.72402.1639

19:00:007.0555-18.6333159.260819.9244

20:00:0010.2798-32.2217162.305633.8218

21:00:0010.8919-37.7134163.890939.2547

22:00:008.647-34.4547165.911635.5232

23:00:004.069-23.9684170.365024.3113

29-Jun-140:00:00-1.6807-9.518259.98599.6653

1:00:00-7.12814.7746303.81538.5794

2:00:00-10.893615.0134324.035718.5492

3:00:00-12.046718.5257326.965322.0981

4:00:00-10.315514.5204324.609517.8116

5:00:00-6.12294.2604304.83077.4593

6:00:00-0.4728-9.278267.08289.2900

7:00:005.2784-22.1678166.606622.7876

8:00:009.731-30.5393162.326132.0522

9:00:0011.7859-31.5938159.542233.7206

10:00:0010.9445-24.3678155.813326.7128

11:00:007.4674-10.0377143.353112.5107

12:00:002.31748.330915.54498.6472

13:00:00-3.111526.536353.312326.7178

14:00:00-7.389440.2895349.607040.9615

15:00:00-9.436346.2855348.476947.2376

16:00:00-8.780743.0116348.461843.8987

17:00:00-5.64431.1102349.717331.6180

18:00:00-0.85913.2198356.282213.2477

19:00:004.3332-6.6562146.93587.9424

20:00:008.5695-24.105160.429325.5830

21:00:0010.6942-35.3656163.175236.9471

22:00:0010.0683-38.2405165.249439.5437

23:00:006.7701-32.6231168.276133.3182

Sumber : Observasi, 2014Dari pola arus yang terdapat di Minahasa Utara, maka dapat disimpulkan bahwa arus yang dominan di wilayah ini adalah arus yang terjadi akibat perbedaan ketinggian muka laut di Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. Artinya, arus yang mengalir berasal dari pergerakan angin tahunan di wilayah Pasifik. Pada Musim Timur, kondisi arus semakin cepat akibat pertambahan dari kecepatan angin.3.1.4.2 Pasang SurutPasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).Tipe pasang surut dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bentuk dasar berdasarkan pada nilai Formzahl :1) Pasang surut ganda (semi diurnal tides) : F 0,252) Pasang surut campuran : 0,25 < F 3,003) Pasang surut campuran dominan ganda (mixed dominant semi diurnal) untuk 0,25 < F 0,50; dan,Pasang surut campuran dominan tunggal (mixed dominant diurnal) untuk 0,50 < F 3,00.4) Pasang surut diurnal : F > 3,00Secara umum pasang surut di berbagai daerah di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:1) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), yaitu pasang yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi berurutan secara teratur.2) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailling Semidiurnal), yaitu pasang surut yang dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide Prevealling Diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.Pasang surut bergantung pada kondisi wilayah dan lokasi. Di perairan Minahasa Utara, kondisi ini sangat beragam namun rentangnya tidak terlalu jauh. Pasang surut ini juga berkaitan dengan arus yang ada di perairanMinahasa Utara dimana umumnya dominasi pasang surut dari utara ke selatan dan sebaliknya. Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat. Pengamatan pasang surut muka air digunakan untuk menentukan konstanta-konstanta pasang surut yang selanjutnya digunakan untuk: Mendapatkan informasi elevasi muka air di lokasi (baik yang dipengaruhi pasang surut ataupun yang tidak) Mendapatkan data yang akan dianalisis lebih lanjut untuk prediksi dan model matematik. Menentukan bidang referensi misalnya MSL, LLWL, HHWL, dsb. Pencatatan data pasang surut dilakukan untuk mengoreksi pengukuran kedalaman laut. Data pasang surut dalam kajian ini didapatkan dari hasil peramalan pasang surut dengan metode admiralty.

a. Pasang Surut di Perairan Kab. Minahasa UtaraBerdasarkan peramalan dan pengolahan analisa data elevasi air pada wilayah studi, selama 15 hari yaitu pada tanggal 1 - 15 September 2014, diperoleh hasil seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.7Grafik Pasang Surut Perairan Kab. Minahasa Utara

b. Pengolahan Konstanta Pasang Surut dengan Metode AdmiraltyDari data yang diperoleh melalui pengaatan pasang surut selama 15 hari, dianalisis dengan metode Admiralty sehingga diperoleh nilai konstanta harmonik yang telah disajikan dalam tabel berikut:Tabel III.4Konstanta harmonik, nilai formzahl, hasil pengolahan data pasang surut dengan Metode AdmiraltyKonstantaA (cm)g (o)

S01200

M256202

S235158

N29215

K11698

O116139

M4--

MS4--

K210163

P1692

F (Formzahl)0,35

TipePasang surut harian ganda

LLWL-19 cm

HHWL259 cm

MSL120 cm

Sumber :Analisis Tim RZWP-3-K Kab. Minahasa Utara, 2014Berdasarkan hasil pengolahan data pasang surut dengan metode Admiralty diperoleh gambaran bahwa nilai muka laut rerata (MSL) adalah 120 centimeter, muka laut terendah (LLWL) adalah - 19 centimeter dan nilai muka laut tertinggi (HHWL) adalah 259 centimeter. Dari nilai bilangan Formzahl (Nilai F = 0,35) maka dapat disimpulkan bahwa jenis pasang surut di wilayah kajian adalah tipe pasang surut campuran harian ganda, dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hamper sama tingginya.

FebruariJanuari

AprilMaret

JuniMei

AgustusJuli

OktoberSeptember

DesemberNovember

Sumber BPPT, 2014Gambar 3.8Pola Pasang Surut di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 20143.1.4.3Angin dan GelombangAngin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk.Angin pada Musim Timur di wilayah Minahasa Utara dipengaruhi oleh kondisi regional yang berasal dari perbedaan tekanan antara Australia dan Asia. Pada MT angin bergerak dari Australia menuju Asia dikarenakan tekanan yang lebih tinggi di wilayah Australia. Selain itu, terjadi juga tradewinds yang berasal dari pasifik yang berlangsung secara tahunan dan rutin. Pada saat Musim Barat (MB) angin bergerak dari benua Asia menuju Australia melewati Sulawesi dan bergabung dengan angin-angin lokal. Kecepatan angin berkisar antara 1-6 m/s dimana kondisi ini merupakan kondisi rerata per musim. Distribusi kecepatan angin di atas permukaan laut terbagi dalam tiga daerah sesuai dengan elevasi di atas permukaan. Di daerah geostropik yang berada di atas 1000 m kecepatan angin adalah konstan. Di bawah elevasi tersebut terdapat dua daerah yaitu daerah Ekman yang berada pada elevasi 100 sampai 1000 m dan daerah di mana tegangan konstan yang berada pada elevasi 10 sampai 100 m. Di kedua daerah tersebut kecepatan dan arah angin berubah sesuai dengan elevasi, karena adanya gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperatur antara air dan udara. Propagasi angin utara dari bulan Oktober sampai Maret mendorong air laut hangat dari Samudera Pasifik bergerak ke Samudera Hindia, yang menyebabkan terjadinya curah hujan yang tinggi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya pada musim angin timuran dari bulan Mei sampai September, angin timuran menekan balik air laut dengan suhu rendah dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melalui Laut Jawa, Selat Karimata dan Laut Cina Selatan, yang ditandai dengan menurunnya curah hujan di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera bagian selatan. Sementara itu daerah Kepulauan Riau, Sumatera bagian barat masih berpeluang terjadi hujan karena masih tingginya suhu permukaan laut (SPL) di sekitar perairan daerah-daerah tersebut. Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Diantaranya adalah:1) Gelombang angin yang diakibatkan oleh tiupan angin di permukaan laut.2) Gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda benda langit terutama matahari dan bulan,3) Gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya.Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat mempengaruhi profil pantai. Selain itu gelombang juga menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus maupun sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Terdapat beberapa teori gelombang dengan beberapa derajad kekompleksan dan ketelitian untuk menggambarkan kondisi gelombang di alam diantaranya adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal dan Tunggal. Teori Gelombang Airy merupakan teori gelombang amplitudo kecil, sedangkan teori gelombang yang lain adalah gelombang amplitudo terbatas (finite amplitude waves ).Gerakan gelombang yang cukup tinggi memberikan indikasi ketidak-terlindungan lokasi untuk kegiatan wisata bahari, aktivitas penangkapan dan budidaya laut. Efek ini akan lebih terasa pada kegiatan budidaya yang dilakukan di permukaan seperti kegiatan budidaya ikan dan udang dengan menggunakan KJA. Sehingga daerah-daerah yang relatif tenang dapat diperuntukkan bagi pemanfaatan pembudidayaan perikanan yang membutuhkan kondisi gelombang yang relatif kecil. Untuk perairan Minahasa Utara, adanya pulau-pulau kecil di sekitar perairannya yang cenderung memiliki sifat fisik yang cocok untuk budidaya membuka kemungkinan di sekitar pulau-pulau tersebut dapat digunakan sebagai daerah wisata maupun budidaya, karena keberadaan pulau kecil tersebut selain dapat diperuntukkan sebagai zona konservasi ataupun wisata keberadaannya juga dapat meredam arus, angin maupun gelombang yang cukup besar.Untuk pola gelombang dapat dilihat bahwa Gelombang yang tertinggi di dapatkan diwilayah timur dan barat laut yang merupakan perairan dengan fetch yang lebih luas dan jauh jika dibandingkan dengan perairan yang berada di sebelah utara yang terdapat kepulauan. Tujuan dilakukannya pemodelan gelombang adalah untuk mengetahui tinggi dan penjalaran gelombang di daerah perairan yang menjadi domain model. Daerah yang menjadi tinjauan studi adalah perairan di sekitar wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Analisis model skala detil difokuskan terhadap wilayah perairan yang menjadi daerah studi.Kondisi bathimetri yang digunakan adalah pada saat kondisi mean sea level dengan tinggi gelombang pembangkit adalah bervariasi dan arah gelombang sesuai dengan daerah fetch berdasarkan arah angin dominan pada Musim Barat, Musim Timur , Musim Peralihan. Grid pemodelan gelombang disajikan pada gambar berikut ini.

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.9Grid pemodelan gelombang pada wilayah kajian

Berdasarkan hasil pemodelan gelombang di perairan Kabupaten Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Barat dengan arah datang gelombang dari arah Barat dapat di diperoleh hasil sebagai berikut. Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 1,65 meter. Pada saat mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman atau semakin dangkalnya perairan. Pada daerah kajian yang berupa daratan yang menjorok ke laut, gelombang mengalami pemusatan gelombang (konvergen). Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan dalam hal ini berupa pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya. Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang rintangan akan tenang. Akan tetapi karena adanya proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut, meskipun tidak sebesar daerah di luar terlindung. Biasanya tinggi gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju daerah terlindung. Pada saat Musim Barat wilayah yang berada di bagian barat akan mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah yang berada di bagian timur akan mengalami kejadian gelombang yang kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang. Secara lengkap hasil pemodelan gelombang pada musim barat disajikan pada gambar berikut ini.

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.10Pemodelan Gelombang Pada Musim Barat Di Perairan Kab. Minahasa Utara

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.11Pemodelan Gelombang Pada Musim Timur Di Perairan Kab. Minahasa UtaraBerdasarkan hasil pemodelan gelombang di perairan Kabupaten Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Peralihan dengan arah datang gelombang dari arah Barat tidak jauh berbeda dengan hasil pemodelan gelombang pada musim Barat. Hasil pemodelan pada musim peralihan tersaji pada penjelasan berikut ini. Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 1,43 meter. Pada saat mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman. Pada daerah kajian di sisi luar pulau yang menghadap ke arah datang gelombang akan mengalami pemusatan gelombang (konvergen) sehingga tinggi gelombang akan lebih besar, sebaliknya pada daerah yang berada di sisi dalam pulau (terlindung pulau) maka gelombang yang terjadi cenderung lebih kecil. Pada saat Musim Barat wilayah yang berada di bagian barat akan mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah yang berada di bagian timur akan mengalami kejadian gelombang yang kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang.Hal ini seperti yang terjadi pada kondisi gelombang musim Barat.Berdasarkan hasil pemodelan gelombang di perairan Kabupaten Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Timur dengan arah datang gelombang dari arah Tenggara dapat di diperoleh hasil sebagai berikut. Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 3,3m. Pada saat mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman. Pada daerah kajian di sisi luar pulau yang menghadap ke arah datang gelombang akan mengalami pemusatan gelombang (konvergen) sehingga tinggi gelombang akan lebih besar, sebaliknya pada daerah yang berada di sisi dalam pulau (terlindung pulau) maka gelombang yang terjadi cenderung lebih kecil. Pada saat Musim Timur wilayah yang berada di bagian timur akan mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah yang berada di bagian barat akan mengalami kejadian gelombang yang kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang.

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.12Pemodelan Gelombang Musim Peralihan di Perairan Minahasa Utara

Kondisi angin untuk kawasan pesisir Kab. Minahasa Utara menggunakan data pencatatan angin Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG Manado). Data angin yang diperoleh tersebut berupa data kecepatan dan arah angin rata-rata bulanan selama 5 tahun (tahun 2010-2014). Untuk kondisi angin musiman diketahui bahwa untuk musim barat kecepatan angin berkisar antara >5-10 knot dengan arah datang angin dominan dari Barat, sedangkan pada musim timur kecepatan angin berkisar antara >1015 knot dengan arah datang angin dominan berasal dari arah Selatan. Untuk musim peralihan kecepatan angin berkisar antara > 5-10 knot dengan arah datang angin dominan dari Barat. Selengkapnya distribusi kecepatan angin dan arah angin musiman di sekitar Kab. Minahasa Utara dapat dilihat pada mawar angin (windrose) sebagai berikut:

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.13Kondisi Angin (Windrose) Musim Barat selama 5 Tahun

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.14Kondisi Angin (Windrose) Musim Timur selama 5 Tahun

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014Gambar 3.15Kondisi Angin (Windrose) Musim Peralihan selama 5 Tahun

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-34PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4.4Suhu Udara dan Suhu Permukaan LautSuhu Permukaan Laut (SPL) merupakan parameter oseanografi yang sangat penting dalam kajian-kajian dan pengembangan aplikasi kelautan seperti aplikasi perikanan, pemantauan variabilitas iklim dan perubahan lingkungan laut. Kebutuhan data SPL saat ini semakin meningkat, dan semakin dituntut tingkat ketelitiannya, baik dalam dimensi spasial dan temporal. Peningkatan ketelitian data SPL dapat dilakukan dengan penggabungan data SPL dari berbagai metoda pengukuran, baik pengukuran insitu maupun pengukuran penginderaan jauh. Namun, dalam proses ini perlu diperhitungkan kenyataan bahwa SPL selain memiliki variasi musiman, juga memiliki variasi harian. Oleh karena itu, pengetahuan tentang variasi harian SPL di suatu kawasan sangat penting agar supaya penggabungan data SPL dari berbagai pengukuran dan pada waktu yang berbeda dapat dilakukan.Suhu di bumi berasal dari penyinaran matahari yang terabsorbsi, terpantul baik di atmosfer maupun di darat dan lautan. Untuk Minahasa utara dimana wilayah ini terletak di lintang equator, suhu udara hampir sama dengan wilayah lain. Pemanasan yang terjadi disini juga dipengaruhi oleh faktor lokal yakni keberadaan pulau-pulau kecil dan angin.Suhu udara berkisar antara 27-380 C dimana hal ini menandakan wilayah ini dilalui oleh garis matahari sepanjang tahun.Sverdrup et al., (1942) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu parameter fisik laut yang penting. Hal ini karena suhu secara langsung mempengaruhi laju fotosintesis fitoplankton dan proses fisiologi hewan, terutama metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung, suhu juga mempengaruhi daya larut oksigen yang digunakan dalam proses respirasi organisme laut. Suhu air laut terutama dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari. Faktor-faktor meteorologi lain yang mempengaruhi suhu air laut antara lain adalah curah hujan, penguapan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan keadaan awan. Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi meteorologis yang mempengaruhi perairan tersebut.Perubahan tersebut dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang (puluhan tahun). Variasi harian terutama pada lapisan permukaan. Variasi harian suhu permukaan air laut untuk daerah tropis tidak begitu besar yaitu rata-rata 0,2 0,3 oC.Suhu Permukaan Laut yang ada di perairan kabupaten Minahasa Utara merupakan bagian dari suhu perairan Indonesia yang dinamikanya dipengaruhi oleh pergerakan massa air dan posisi wilayah terhadap matahari. Untuk itu, suhu perairan kabupaten Minahasa Utara mencerminkan nilai suhu untuk wilayah tropik terutama untuk equator. Suhu ini juga sesuai dengan kondisi hidup biota laut sehingga banyak ditemukan ikan pelagis besar dan kecil di wilayah perairan kabupaten Minahasa Utara. Kondisi suhu juga berkaitan dengan banyaknya klorofil a yang ada diperairan tersebut. Suhu perairan merupakan salah satu faktor penentu kehidupan organisme. Bahkan beberapa organisme biota laut sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu. Kenaikan suhu 10oC sampai batas yang dapat ditoleransi oleh organisme akan meningkatkan proses metabolisme organisme sebesar dua kali lipat, sehingga memacu kecepatan pertumbuhan biota yang dibudidaya. Dengan demikian suhu sangat berpengaruh pada peningkatan total nilai produksi budidaya. Nilai suhu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor musim. Pada musim hujan dimana banyak terdapat gumpalan awan hujan yang menghalangi penetrasi sinar matahari ke perairan menyebabkan rendahnya suhu permukaan perairan. Sedangkan pada musim kering, dimana penetrasi sinar matahari terjadi maksimum, berakibat pada meningkatnya suhu permukaan perairan. Suhu perairan relatif homogen pada perairan yang dangkal dimana pengaruh penetrasi sinar matahari bisa sampai ke dasar perairan.Range suhu pada musim timur mempunyai rentang sekitar 30 C. Hal ini menandakan pada musim ini, pergerakan arus cenderung hangat yang berasal dari ARLINDO (Arus Lintan Indonesia). Dilihat dari gambar diatas, suhu di wilayah barat Kabupaten Minahasa Utara lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah timur. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh air yang berasal dari ARLINDO bergerak dari kepulauan Talaud.Karakteristik suhu di perairan kabupaten Minahasa Utara dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari samudra Pasifik dimana karakteristiknya lebih hangat terutama pada musim Timur. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi lokal, namun dilihat dari kondisi geografisnya yang terdiri dari kepulauan tidak lebih dominan dibandingkan dengan massa air dari pasifik yang sering disebut dengan ARLINDO. Nilai suhu berdasarkan pengamatan pada tiap-tiap stasiun menunjukkan nilai yang tidak begitu berfluktuasi. Kisaran rata-rata suhu adalah antara 27oC 31 oC. Kisaran suhu tersebut pada umumnya masih berada toleransi yang cukup baik.Jika melihat kondisi musim timur (MT) maka suhu pada Musim Barat (MB) cenderung hampir sama namun lebih dingin. Hal ini dikarenakan berkurangnya massa air yang berasal dari samudra pasifik yang mengalir ke Indonesia. Pemanasan yang terjadi juga dimungkinkan karena posisi matahari yang berada jauh di Asia. Beberapa lokasi yang cenderung lebih dingin dibandingkan dengan perairan sekitarnya diakibatkan oleh massa air dalam yang bergerak secara lokal keatas sehingga mengakibatkan perbedaan temperatur, namun hal ini bukanlah upwelling. Dari hasil pengukuran dan pengamatan selama survei, didapatkan kondisi yang sama dengan data yang didapatkan dari satelit.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-42PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4.5 Kecerahan PerairanKecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (KLH dan LON-LIPI, 1983 dalam Mansyur, 2000). Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000).Dari hasil penelitian dan pengukuran di lapangan didapatkan tingkat kecerahan sangat tinggi 7-26 meter. Jika dihubungkan dengan budidaya laut, maka wilayah ini sangat cocok untuk lokasi budidaya dikarenakan kondisi kecerahan yang mendukung untuk fotosintesis alga laut. Kondisi kecerahan diperairan ini juga dipengaruhi oleh padatan tersuspensi namun berasal dari kondisi lokal seperti sungai dan material pantai yang terbawa oleh arus. Pada pengamatan survei yang telah dilakukan, terlihat bahwa di wilayah dengan tingkat kecerahan tinggi terdapat ekosistem lamun, terumbu karang, dan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA).Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000). Kecerahan perairan merupakan salah satu parameter yang menentukan kesuburan suatu perairan. Dimana kecerahan perairan sangat tergantung pada kondisi sedimen tersuspensi, kepadatan alga, fitoplankton dan bahan cemaran (polutan) serta arah datangnya cahaya pada perairan. Pada umumnya tingkat kecerahan pada semua stasiun berkisar antara 70 80 % namun di beberap tempat mencapai 100%. Hal ini menggambarkan rata-rata semua perairan memiliki tingkat kecerahan cukup tinggi. Kondisi ini dapat memberikan peluang lebih besar untuk berbagai kegiatan budidaya.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-45PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4.6 Kadar Garam (salinitas)Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et al, 1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Adapun Faktor faktor yang mempengaruhi salinitas adalah:1) Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.2) Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.Keadaan salinitas di Musim Timur (MT) dengan rentang 1 psu yakni berkisar 33 psu. Hal ini menandakan bahwa kondisi perairan ini dipengaruhi oleh laut lepas. Untuk pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya tidak terdapat aliran sungai yang mempengaruhi dalam skala lokal. Di wilayah selatan lebih rendah diakibatkan oleh adanya sungai-sungai yang mengalir. Pada pengamatan yang dilakukan pada bulan Juli yang termasuk dalam Musim Timur, terdapat wilayah dengan kadar garam yang sangat tinggi yakni mencapai 39 psu. Lokasi ini berada disekitar kepulauan Bangka namun hanya bersifat lokal. Hal ini disebabkan oleh adanya pusaran air yang membentuk boundary dan juga faktor basin yang lebih dangkal. Dalam pengamatan yang dilakukan di lapangan, terlihat bahwa massa air dari perairan yang lebih dalam masuk ke perairan dangkal sehingga memaksa air dengan salinitas yang lebih tinggi naik ke permukaan. Untuk Musim Barat (MB) angin yang bertiup dari barat memaksa massa air yang bersalinitas tinggi kearah timur. Di beberapa lokasi terdapat salinitas yang tinggi, terdapat salinitas yang lebih tinggi diakibatkan oleh kondisi lokal yakni adanya pergerakan air akibat pasang surut.Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.Salinitas merupakan salah satu satu parameter penting dari komponen lautan selain suhu. Salinitas di wilayah ini dipengaruhi oleh penguapan dan juga pergerakan massa air dimana salinitas adalah salah satu trace untuk menentukan massa air tersebut berada. Untuk kondisi salinitas di perairan Kabupaten Minahasa Utara, umumnya berada pada rentang 30-36 ppm dimana wilayah ini menggambarkan dari perairan Indonesia secara umum. Namun di beberapa tempat ditemukan salinitas yang berkisar pada 27 ppm dimana wilayah ini biasanya dekat dengan sumber air tawar (sungai). Umumnya salinitas di perairan Indonesia berkisar antara 22-35 ppm, sejalan dengan itu, secara vertikal nilainya adalah semakin meninggi. Untuk wilayah perairan Kabupaten Minahasa Utara dengan kontur kedalaman hingga 60 meter dapat dianggap sebagai lapisan yang sama sehingga nilai secara vertikal tidak akan berbeda jauh.Salinitas merupakan faktor pembatas yang menyebabkan terjadinya stratifikasi penyebaran biota laut baik secara horizontal maupun vertical. Hal ini berkenaan dengan kemampuan adaptasi dan toleransi biota untuk proses alamiah yang terjadi pada tubuhnya (proses osmoregulasi). Pada saat dilakukan pengukuran pada beberapa stasiun sebagai sampel pembanding menunjukkan nilai salinitas rata-rata 33o/oo sampai dengan 34,5 o/oo. Hasil ini menunjukkan sebaran salinitas yang hampir homogen dan masih berada dalam kisaran yang ideal untuk kegiatan budidaya dan parawisata bahari.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-49PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4.7Kualitas AirUntuk mengetahui kualitas air di perairan Minahasa Utara dapat diketahui dengan analisa jumlah oksigen terlarut (DO), Derajat Keasaman (pH), phospat, nitrat serta BOD dan COD.A. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya. Oksigen terlarut pada suatu perairan sangat berperan dlam proses penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalam air. Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi, jumlah oksigen atau O2 yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada suatu perairan, mengindikasikan perairan tersebut memiliki kualitas yang bagus atau tidak tercemar. Sebaliknya, jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa perairan tersebut sedang tercemar. DO merupakan parameter yang sangat berpengaruh untuk rencana pemanfaatan suatu wilayah perairan ke sektor budidaya maupun pariwisata biota laut. Konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan.Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen dalam ekosistem. Oksigen diproduksi oleh komunitas autotrof melalui proses fotosintesis dan dikonsumsi oleh semua organisme melalui pernafasan. Disamping itu, oksigen juga diperlukan untuk perombakan bahan organik dalam ekosistem. Penurunan jumlah oksigen dan peningkatan konsentrasi amonia merupakan ancaman bebahaya bagi hewan akuatik. Konsentrasi oksigen rendah akan meningkatkan kecepatan respirasi, menurunkan efisiensi respirasi dan pertumbuhan yang dapat berakibat pada kematian masal. Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan, nilai oksigen terlarut pada perairan Kabupaten Minahasa Utara berkisar 3 mg/L hingga 6 mg/L. Berdasarkan studi literatur, kondisi seperti ini masih memungkinkan digunakan untuk budidaya serta wisata bahari. Selain itu, kondisi ini juga merupakan indikator perairan yang baik untuk biota laut.Baiknya kondisi perairan ini diakibatkan oleh pencemaran yang masih dalam ambang batas.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-53PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

B. Derajat Keasaman (pH)Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971).Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan.Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebihi. Secara pH parameter ntuk kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4 (Asdak, 2007).Tingkat keasaman (pH) perairan merupakan parameter kualitas air yang penting dalam ekosistem perairan. Perubahan pH ditentukan oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi dalam ekosistem. Fotosintesis memerlukan karbon di oksida, yang oleh komponen autotrof akan dirubah menjadi monosakarida. Penurunan karbon dioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses respirasi oleh semua komponen ekosostem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983). Nilai pH perairan merupakan parameter yang dikaitkan dengan konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam ekosistem. Semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida, pH perairan semakin rendah. Konsetrasi karbon dioksida ditentukan pula oleh keseimbangan antara proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis merupakan proses yang menyerap CO2, sehigga dapat meningkatkan pH perairan tambak. Sedangkan respirasi menghasilkan CO2 kedalam ekosistem, sehingga pH perairan menurun.Berdasarkan pengukuran lapangan, nilai pH di perairan Kabupaten Minahasa Utara menunjukkan bahwa kondisi pH perairan masih bersifat normal - basa yaitu berkisar antara pH=7,00-7,50. Nilai pH seperti ini masih dalam nilai wajar dan dapat digunakan untuk budidaya maupun wisata bahari. Dengan kondisi pH seperti ini juga mengakibatkan logam berat yang ada di perairan tidak mudah larut, sehingga padatan lebih banyak diendapkan di dasar laut.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-56PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

C. Phospat dan NitratPenyebaran dari nitrit, nitrat dan amonia terjadi pada lapisan permukaan laut sebagai hasil dari aktivitas biologi. Perubahan konsentrasi Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di perairan dangkal daerah lintang sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi, terjadi peningkatan intesitas cahaya dan lama penyinaran yang menyebabkan peningkatan populasi fitoplankton. Hal ini menimbulkan perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari daerah eufotik. Populasi fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan ikan. Nitrogen kemudian kembali ke perairan dalam bentuk kotoran, urine (amoniak dan urea) atau partikel feses yang akan didekomposisi oleh bakteri sebelum dikembalikan ke perairan.Pada musim semi, proses percampuran vertikal memiliki konstribusi mengangkat nutrien dari perairan bawah ke zona eufotik. Akibatnya populasi fitoplankton bertambah dengan cepat dan mulai menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi suplai Nitrogen ke lapisan permukaan. Nutrien yang dominan pada waktu ini adalah amoniak yang diekskresi oleh zooplankton dan selanjutnya dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis. Di beberapa lokasi, terjadi penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut hingga mencapai taraf yang dapat mematikan organisme. Ekskresi Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat maksimum saat populasi fitoplankton jarang. Hal ini terjadi karena pemanfaatan protein sebagai sumber energi menurun saat makanan (fitoplankton) berlimpah. Kondisi Phospat dan Nitrat dalam kajian ini digunakan untuk mengetahui seberapa subur perairan untuk budidaya dan penangkapan ikan. Pada peta terlihat nilai phospat dan nitrat sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukan pada Musim Timur (yang mewakili bulan Juli).Kondisi nitrat berkisar dari 0.1-0.55 dan phospat 0.1-3.15 mg/l. Hal ini sesuai dengan kondisi perairan di laut. Namun data ini harus ditumpang susun dengan data klorofil a dan keadaan kecerahan untuk mendapatkan kesesuaian lahan perairan. Peta sebaran nitrat di Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-58PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

D. COD dan BODCOD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. Untuk COD di wilayah perairan Minahasa Utara berkisar antara 1.77-1.95 mg/L. Perairan dengan tingkat COD yang lebih tinggi terdapat di wilayah timur laut dan timur.Pengukuran COD ini merupakan pengukuran sesaat yang kondisi pada saat pengukuran adalah pada saat pasang di bulan Juli. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa perairan di minahasa utara masih dalam keadaan baik dan tidak tercemar dimana masih jauh dalam ambang batas yang ditetapkan oleh KLH yakni dibawah 25 mg/L. Hal ini juga dilihat dari kondisi biodiversitas dari ekosistem yang masih sangat baik dan menunjang untuk konservasi. BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobic.Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Kondisi BOD di perairan ini masih baik dimana menurut KLH adalah dibawah 3 mg/L. Di beberapa wilayah tinggi yakni sekitar 2.45 mg/L terdapat di pesisir pantai. Namun hal ini perlu diingat bahwa pengukuran sesaat dimana pergerakan massa air akan mempengaruhi keadaan di wilayah lainnya.Hal ini menurut Metcalf & Eddy (1991) karena beberapa alasan, terutama dalam hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu :1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan diperlukan untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi;2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah;3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah4) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan bagi pembuangan air limbah.Karena nampaknya BOD akan tetap digunakan sampai beberapa waktu mendatang, maka penting untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai cara penentuannya berikut segala keterbatasan atau kelemahannya, terlepas dari berbagai kelemahannya tersebut, BOD masih cukup relevan untuk digunakan sebagai salah satu parameter kualitas air yang penting. Karena dengan melakukan uji BOD secara apa adanya, yakni dengan tidak memperhatikan ada tidaknya kandungan bahan toksik, sedikit atau banyaknya kandungan bakteri, tetapi dengan tetap melakukan pengenceran atau aerasi bilamana diperlukan dan inkubasi pada suhu setara suhu perairan, maka akan diperoleh suatu nilai BOD yang akan memberikan gambaran kemampuan alami perairan dalam mendegradasi bahan organik yang dikandungnya. Dari nilai tersebut akan dapat dilihat apakah kemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik masih cukup baik atau sudah sangat rendah. Bila rendah, berarti kemampuan pulih diri (self purification) perairan sudah sangat berkurang. Kondisi BOD di Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat padadi bawah ini.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-62PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

E. Total Suspended Solid (TSS)Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang digunakan untuk pengulkuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0.45 m.Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukurtan liter, melalui sebuah filter dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami pengeringan. Berat filter akan bertambah disebabkan terdapatnya partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik.TSS merupakan zat-zat padat yang tersuspensi. TSS yaitu material tersuspensi dengan diameter >1 m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 m (Effendi 2000 dalamParwati et al. 2007). TSS merupakan semua zat padat atau partikel yang tersuspensi di dalam air biasanya air limbah dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, dan fungi; atau berupa komponen mati seperti detritus dan partikel-partikel anorganik (pasir, lumpur, dan tanah liat) (Tarigan dan Edward 2003 dalamRetnosari dan Shovitri 2013).

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering ConsultantTotal Suspended Solid (TSS) dapat menyebabkan kekeruhan di dalam perairan dan menurunkan kecerahan perairan (Purba, 2009). Nilai kecerahan air tergantung pada warna air dan kekeruhan. Kecerahan terkait pula dengan kemampuan intensitas cahaya yang menembus perairan. Nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi (TSS), semakin tinggi nilai TSS semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Dilihat dari kondisi TSS di perairan Minahasa utara masih mendukung untuk aktivitas budidaya dan kegiatan pariwisata dikarenakan masih dibawah ambang batas sesuai dengan KLH PP No. 10 Tahun 2004.Kondisi TSS akan menyebabkan kekeruhan di perairan yang mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis di perairan oleh fitoplankton. Kondisi TSS disebagian wilayah yang termasuk tinggi diakibatkan oleh masukan air dari sungai yang terdapat limbah organik dan anorganik, konsentrasi sedimen terutama di bagian utara serta perjalanan massa air. Untuk wilayah timur, konsentrasi TSS terbesar dipengaruhi oleh masukan air dari sungai.

III-65PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

F. AmmoniaKadar amonia dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara cepat. Amonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas maksimum. Meningkatnya kadar amonia di laut berkaitan erat dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai (baik yang mengandung unsur nitrogen maupun tidak). Ammonia berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari limbah rumah tangga ataupun industri. Di lain pihak bisa berasal dari sisa pakan dan sisa feses (sisa metabolisme protein oleh ikan) yang dihasilkan ikan itu sendiri dan bahan organik lainnya. Ammonia di dalam air ada dalam bentuk molekul (non disosiasi/unionisasi) ada dalam bentuk NH3 dan ada dalam bentuk ion ammonia (disosiasi) dalam bentuk NH4+. Kedua bentuk ammonia tersebut sangat bergantung pada kondisi pH dan suhu air. Dinding sel tidak dapat ditembus oleh ion ammonia (NH4+), akan tetapi ammonia (NH3) akan mudah didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya tinggi dan berpotensi menjadi racun bagi tubuh ikan. Sehingga kondisi normal ada dalam kondisi asam seimbang pada hubungan air dengan jaringan. Jika keseimbangan dirubah, seperti nilai pH di salah satu bagian turun akan mengudang terjadinya penambahan molekul ammonia. Jika dilihat pada peta spasial ammonia, kandungan ammonia yang tertinggi berada di wilayah pesisir yang sudah terdapat infrastruktur. Selain itu, di beberapa sungai yang mengalir di sekitar Kabupaten Minahasa Utara juga terdapat kandungan ammonia yang lebih tinggi. Amonia akan bersifat akut pada kondisi 1-1.5 mg/L jika dilihat pada wilayah perairan Minahasa Utara masih jauh dari kondisi akut dimana yang tertinggi adalah 0.8 sedangkan yang terendah adalah 0.08 mg/L. Artinya perairan di Kabupaten Minahasa Utara masih dalam kondisi baik.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

III-67PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.4.8 Biologi PerairanKlorofil-a merupakan pigmen penting yang diperlukan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam rantai kehidupan di laut, sehingga keberadaannya sangat penting sebagai dasar kehidupan di laut. Konsentrasi klorofil di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya produktifitas primer disuatu perairan. Dalam kegiatan zonasi, kepentingan klorofil a adalah untuk pendugaan zona penangkapan ikan sebagai indikasi kesuburan perairan. Pola klorofil a di Musim Barat (MB) atau kondisi dimana angin bergerak dari barat laut/utara yakni Desember-Januari-Februari hampir semua wilayah perairan mempunyai kondisi klorofil yang tinggi. Kondisi klorofil yang tinggi secara global adalah 2 mg/L. Sumber klorofil di wilayah Minahasa Utara adalah berasal dari bawaan massa air dari samudra Pasifik dan juga dari sebagian daratan. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan kondisi bathimetri dimana massa air yang berasal dari lapisan termoklin masuk kelapisan permukaan yakni berada di wilayah utara Minahasa.Untuk musim Timur, kondisi klorofil a terkonsentrasi di beberapa pulau seperti pulau Talise dan Mantehage dan disekitar wilayah perairan utara. Rendahnya kandungan klorofil a di wilayah ini mungkin diakibatkan terbawa massa air ke wilayah lainnya. Dalam konteks sumber daya ikan, keadaan sekitar perairan mungkin akan lebih sedikit jenis ikan yang tertangkap atau menetap di wilayah ini. Pada gambar dibawah terdapat pola spasial klorofil a pada Musim Barat dan Musim Timur.

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

Gambar 3. Klorofil a Kabupaten Minahasa tahun 2013Sumber : BPPT, Tahun 2013

III-70PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

3.1.5 Ekosistem Pesisir3.1.5.1 Ekosistem Terumbu KarangTerumbu karang merupakan ekosistem yang Terumbu karang di minahasa Utara menunjukkan sebagian besar karang hidup memiliki persentase tutupan antara 20-50%, karang mati berkisar antara 31-75% dan karang lunak berkisar antara 10-50%.Hasil ini menunjukkan kondisi terumbu karang dengan penekanan pada persentase tutupan karang batu dalam keadaan yang masih bisa dikatakan cukup baik.Walaupun demikian keseluruhan lokasi mulai menampakkan gejala coral bleaching.Secara keseluruhan dalam penelitian ini, diperoleh 49 genus karang batu. Beberapa genus hanya ditemukan pada stasion tertentu seperti Anacropora dan Tubipora yang hanya terdapat pada stasion Bangka, Oxipora di stasion Rumbia, Halomitra dan Lithophylon di stasion Minanga, Oulastrea, Oulophyllia, Physogyra, dan Symphyllia di stasion Sapa, serta Gardineroseris, Plerogyra, Polyphyllia, dan Sandalolitha di stasion Boyong Pante. Sedangkan genus Acropora, Montipora, Pocillopora, Porites, Seriatopora, dan Stylophora.Tabel III.1Persentase Karang Pulau TaliseNoKarangKisaran

1.Karang Hidup20 50%

2.Karang Lunak10-30%

3.Karang Mati51-75%

Sumber : Analisis Tim RZWP-3-K Minahasa Utara, 2014

Melihat hasil Manta-tow di Pulau Talise, terlihat bahwa sebagian besar karang hidup memiliki persentase tutupan berkisar antara 20-50%, karang mati berkisar antara 51-75% dan karang lunak berkisar antara 10-30%.Hasil ini menunjukkan, kondisi terumbu karang dengan penekanan pada persentase tutupan karang batu menunjukkan kondisi yang masih bisa dikatakan cukup baik (20- 50%).Walaupun demikian, di beberapa lokasi tutupan karang matinya cukup tinggi. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal yakni seperti : 1) aktivitas manusia yang bersifat merusak, 2) pemanasan global, 3) tingkat pencemaran dari lokasi sekitarnya.Melihat indeks keragaman dari karang batu di lokasi ini sebesar 1.0, menunjukkan tingginya keragaman jenis (genus) karang batu di lokasi penelitian ini.Menurut Stodart dan Johnson dalam Suterno (1991), terumbu karang yang mempunyai indeks keragaman karang batu 1,0 tergolong produktif.Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa terumbu karang di lokasi ini dapat dijadikan sebagai habitat oleh banyak jenis karang batu. Walaupun keragamannya tinggi, karang batu jenis tertentu seperti Montipora masih mendominasi lokasi tersebut dan bentuk pertumbuhan branching, encrusting, dan massive mendominasi karang batu di lokasi ini, yang mengindikasikan relatif besar tekanan fisik perairan seperti arus dan gelombang di daerah ini.Tingginya indeks keragaman yang diperoleh dan dikategorikan produktif, menunjukkan bahwa lokasi ini sangat baik untuk habitat jenis-jenis karang batu. Dengan demikian seandainya tekanan- tekanan yang diterima (khususnya aktivitas manusia) diminimalkan, kemungkinan besar kondisi atau tutupan karang batu akan kembali ke kondisi yang lebih baik.Semakin besar tutupan soft coral akan mempersulit planula karang batu untuk mendapatkan tempat hidup, sedangkan 3 tutupan lainnya relatif kecil.Pada lokasi Pulau Talise ditemukan 2 Genus Mngrove, yaitu Bruguiera, dan Rhizopora.Berdasarkan zonasi vertikal mangrove , zona depan (menghadap laut) dan tengah didominasi oleh jenis Rhisophora, serta jenis Bruguiera di zona belakang (dekat daratan).Berdasarkan hasil pengamatan diameter dan tinggi pohon serta pohon anakan untuk Pulau Talise, rentang diameter 10-20 cm, rentang tinggi 7-10 m, jarak antar pohon 0,5 5 m.Tabel III.2Rata-rata Persentase karang di Pulau BangkaNo.KarangPersentase

1.Karang Hidup25-50%

2.Karang Lunak10-20%

3.Karang Mati31-50%

Sumber: Analisis tim RZWP-3-K Minahasa Utara, 2014Di Wilayah Perairan Pulau Bangka di peroleh 30 genus karang batu.Perolehan jumlah genus sebanyak 30 jenis di Pulau Bangka relatif banyak (lebih banyak dibandingkan dengan Pulau Talise).Hal ini menunjukkan lokasi Pulau Bangka merupakan lokasi terumbu yang cocok untuk hidup karang batu.Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa tutupan karang batu lebih besar dari karang mati - yang menunjukkan bahwa kondisi perairan daerah ini masih mendukung kehidupan karang batu.Karang batu dibagi dalam 2 kategori yaitu Acropora dan non-Acropora, dimana di Pulau Bangka Acropora sangat menonjol.Berdasarkan Gomez et al., (1994) serta melihat IM yang diperoleh relatif kecil (0,02), menunjukkan kondisi karang batu sangat ditunjang oleh lingkungan - atau dengan kata lain memiliki daerah terumbu karang yang sehat. Walaupun demikian dari hasil pengamatan di lapangan, terlihat banyak karang batu yang telah terkena bleaching (pemutihan karang batu).Melihat indeks keragaman dari karang batu di lokasi ini sebesar 1.11, menunjukkan tingginya keragaman jenis (genus) karang batu di lokasi penelitian ini.Menurut Stodart dan Johnson dalam Suterno (1991), terumbu karang yang mempunyai indeks keragaman karang batu lebih besar 1,0 tergolong sangat produktif.Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa terumbu karang di lokasi ini dapat dijadikan sebagai habitat oleh banyak jenis karang batu.Walaupun keragamannya tinggi, karang batu jenis tertentu seperti Acropora dan bentuk pertumbuhan branching masih mendominasi lokasi ini.Tingginya indeks keragaman yang diperoleh dan dikategorikan sangat produktif, menunjukkan bahwa lokasi ini sangat baik untuk habitat jenis-jenis karang batu. Dengan demikian seandainya tekanan-tekanan yang diterima (khususnya aktivitas manusia) diminimalkan, kemungkinan besar kondisi atau tutupan karang batu akan kembali ke kondisi yang lebih baik. Kondisi Terumbu karang di pesisir Aerbanua Kondisi dan keberadaan terumbu karang di kedalaman 3m memiliki Prosentase Tutupan Acropora 6,97 % dan Non-Acropora 26,83% sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup sebesar 33,80%. Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori Sedang.Untuk prosentase tutupan dan jumlah koloni di kedalaman 10 m di Aerbanua memiliki Prosentase Tutupan Acropora (0,00%) dan Non-Acropora (10,00%), sehingga Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup yaitu hanya 10% Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada Kategori Buruk.Kondisi Terumbu Karang di perairan Gangga dari Hasil analisis menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di kedalaman 3m di Gangga-I pada Prosentase Tutupan Acropora 2,17 % dan Non-Acropora 58,03% sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup sebesar 60,20%. Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori Baik. Untuk kondisi terumbu karang di kedalaman 10mprosentase tutupan bila mengacu pada karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di kedalaman 10m di Gangga-I pada Prosentase Tutupan Acropora (2,03%) dan Non-Acropora (21,63%), sehingga Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup yaitu hanya 23,66% Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori BurukKondisi terumbu karang di perairan Kahuku dari Hasil analisis menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di kedalaman 3m di Kahuku pada Prosentase Tutupan Acropora 1 % dan Non-Acropora 9% sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup sebesar 10,00%. Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori Sangat Buruk. Untuk kondisi terumbu karang dikedalaman 10 meter dari Hasil analisis menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di kedalaman 10m di Kahuku pada Prosentase Tutupan Acropora (3,83%) dan Non-Acropora (18,93%), sehingga Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup yaitu hanya 22,76% Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada Kategori Buruk.Kondisi terumbu Karang di wilayah perairan Desa lilang memperlihatkan bahwa persentase tutupan komponen biotik sebesar 47,78 % (persentase tutupan karang hidup dan karang lunak sebesar 39,44 % dan bentik hidup lainnya sebesar 8,33 %) dan komponen abiotik sebesar 52,22 % (karang mati 23,89 %; pasir dan pecahan karang 28,33 %).Menurut Sukmara dkk. (2001), English et.al, (1997) dan Anonimous (1993) bahwa persentase tutupan 0 %-10 % adalah sangat rendah (kategori 1), 11 %-30 % rendah (kategori 2), 31 %-50 % sedang (kategori 3), 51 %-75 % tinggi (kategori 4) dan 76 %-100 % sangat tinggi (kategori 5). Maka berdasarkan hasil survei yang didapatkan, kondisi terumbu karang Desa Lilang berada pada kategori sedang (kategori 3).Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di daerah ini dapat dikatakan masih baik. Akan tetapi, ke depannya dikhawatirkan terumbu karang di daerah ini akan mengalami kemunduran/degradasi, hal ini ditunjang dengan persentasi tutupan komponen abiotik yang lebih besar dari komponen biotik. Fakta dilapangan juga memperlihatkan bahwa beberapa waktu yang lalu daerah ini telah mengalami abrasi pantai.Kesimpulan yang didapat dari kondisi ekosistem terumbu karang di beberapa wilayah di kabupaten Minahasa Utara adalah sebagai berikut :1. Kondisi terumbu karang dalam kondisi sedang hingga baik dengan persentase kerusakan lebih diakibatkan oleh faktor manusia seperti limbah dan pemboman ikan,2. Kondisi terumbu karang yang masih dalam keadaan baik merupakan inventarisasi yang penting untuk kepentingan ekologi dan wisata bahari terutama di wilayah Talise3.1.5.2 Ekosistem MangroveEkosisitem mangrove di Kabupaten Minahasa utara meiliki daerah seluas 4.013 ha.ditemukan 3 Genus Mangrove yang berada di wilayah Minahasa Utara, yaitu Avicennia, Rhizhopora dan Sonneratia.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terlihat bahwa ekosistem mangrove di Pulau Bangka ditemukan dua daerah yang memiliki ekosistem mangrove.Lokasi pertama ditemukan dipinggir pantai, sedangkan lokasi kedua terdapat di belakang kampung (desa Kahuku) mengikuti jalur sungai.Mangrove yang ditemukan di pinggir pantai sangat tipis (ketebalan kearah pantai hanya 5-25 meter), walaupun demikian daerah ini masih dapat dibedakan komposisi jenisnya. Zona depan dan tengah didominasi oleh Rhisophora dengan sedikit Avicennia di zona tengah dan zona belakang didominasi oleh Sonneratia. Sedangkan mangrove yang terdapat di belakang kampung didominasi oleh Avicennia dengan terdapat beberapa Rhisophora dan Sonneratia.

Sumber : Observasi tim RZWP-3-K Minahasa UtaraGambar 3.1Ekosistem Mangrove Kabupaten Minahasa UtaraBerdasarkan hasil pengamatan diameter dan tinggi pohon serta pohon anakan untuk Pulau Bangka, rentang diameter 5 20 cm, Rentang tinggi 7 15 m, Jarak antar pohon 3 5 m, sedangkan untuk pohon anakan ditemukan dalam jumlah yang banyak.Kondisi mangrove pada wilayah kahuku memiliki kondisi mangrove dengan persentase sebesar 82 % dan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0.201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Kerusakan Mangrove dan Pedoman Pemantauan Kerusakan Mangrove masuk dalam Kategori Baik (Sangat Padat) (Penutupan > 70%).Kondisi Mangrove Desa maen, Kalinaung, dan Rinondoran yang terdapat di tiga lokasi ini seluas kurang-lebih 200 ha dekat pesisir Desa Maen, 75 ha dekat pesisir Desa Kalinaun, dan 50 ha di daerah di antara Desa Kalinaun dan Desa Rinondoran. Di tempat lain vegetasi mangrove terdapat di daerah yang kecil namun tidak membentuk hutan padat. Variasi spesies di Kalinaun-Rinondoran cukup rendah,Kondisi Mangrove di Desa Liliang memiliki Vegetasi pantai dan mangrove tersusun oleh tumbuhan berpohon, perdu dan semak tanpa dominasi yang tegas, Jenis-jenis mangrove yang terdapat diwilayah ini adalah ketapang (Terminalia catappa), pakis (Cycas sp.), bahu (Hibiscus tileaceus), waru laut (Thespesia populnea), bangkong (Pongamia pinnata), Bidara laut (Ximenia americana), kangkung laut (Ipomoea gracilis), rumput signal (Brachiaria sp.), rumput lampung (Setaria sp.), rumput carulang (Eleusine indica), lampuyangan (Panicum repens), Rairai (Xylocarpus granatum), nipah (Nipa fruticans), paku gajah (Acrostichum aureum), perepat (Sonneratia alba), soga (Ceriops tagal), dan teruntum merah (Lumnitzera littorea).Kondisi mangrove di kepulauan di Minahasa Utara masih tergolong alami, artinya tidak banyak yang dilakukan rehabilitasi.Untuk yang disebelah utara yang berdekatan dengan Likupang, harus dijaga keasriannya karena satu wilayah (pulau) masih dijumpai kondisi mangrove tua yang masih terjaga.Indikasi keberadaan ikan juga tampak dari ekosistem mangrove, dimana lokasi mangrove merupakan tempat sebagian ikan untuk melakukan breeding.

3.1.5.3 Ekosistem padang LamunTiga ekosistem penting yang ada di pesisir adalah padang lamun, terumbu karang, dan mangrove. Terumbu karang biasanya berada di jalur luar dari sebuah kepulauan yang kemudian diikuti oleh padang lamun dan mangrove. Dari hasil identifikasi lapangan, bahwa ketiga ekosistem ini ada dan lengkap di beberapa perairan di Minahasa Utara.Artinya peluang ekosistem untuk berkembang semakin baik dan terdapat asosiasi dengan biota lainnya yang sangat unik dan sekaligus rumit. Namun beberapa dampak positif dari ketiga hal ini adalah : 1) Wilayah kepulauan yang ada di Minahasa Utara sedikit terjadi dari gelombang karena ketiga ekosistem ini berfungsi sebagai pelindung dari hempasan gelombang, 2) Wilayah antar ekosistem ini merupakan wilayah yang dikenal kaya akan unsur hara.

Sumber: Observasi tim RZWP-3-K Minahasa UtaraGambar 3.2Ekosistem Padang Lamun Kabupaten Minahasa Utara

Diperairan Wori ditemukan berbagai jenis lamun, diantaranya adalah jenis Enhalus acoroides, Cymmodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia dan Halodule uninervis.Selain itu, juga berbagai jenis rumput laut, diantaranya jenis Gracilaria lichenoides, Hypnea servicornis, Eucheuma spinosum, Acanthopora specivera, Sargassum crispyfolium.Di wilayah minahasa utara lainnya yaitu di perairan Arbenua Berdasarkan pada kelas kehadiran dan prosentase luas area lamun memiliki rata-rata penutupan area untuk keselu